Modulus Flexural Kg mm
2
300 Daya rentang Kg mm
2
5,5 Modulus rentang Kg mm
2
300 Elongasi
1,6
2. 7 Daya Rekat Matriks Serat Adhesi
Perekatan adhesi matrik serat dapat dinyatakan sebagai subtansi yang dapat menyatukan beberapa bahan sekaligus melalui penempelan perekatan pada
permukaan bahan bahan tersebut. Bahwa permukaan yang berbeda muatannya
positif dan negatif akan menghasilkan gaya tarik yang disebut adhesi. Pada perekatan matrik serat ditinjau keadaan permukaan dari matriks dan serat. Pada keadaan ini,
berlaku konsep energi permukaan. Konsep energi permukaan ini sangat penting untuk menjelaskan kekuatan serat matriks. Ikatan interface yang optimal antara matrik dan
serat merupakan aspek yang penting dalam menunjukka sifat
sifat mekanik komposit. Transfer beban atau tegangan di antara dua fase yang berbeda ditentukan
oleh derajat adhesi. Adhesi yang kuat diantara permukaan antara matrik dan serat diperlukan untuk efektifnya perpindahan dan distribusi beban melalui ikatan
permukaan Hartomo, 1992.
2.8 Energi Permukaan
Pada konsep energi permukaan dinyatakan bahwa cairan matrik hanya akan membasahi permukaan padat yang memiliki energi permukaan yang lebih besar dari
energi permukaan cairan matrik tersebut. Permukaan yang energinya besar biasanya bersifat polar dan permukaan yang energinya rendah biasanya bersifat non polar.
Pada tabel diperlihatkan beberapa bahan dengan energi permukaannya.
Tabel 2.6 Nilai energi permukaan beberapa bahan Piatti, 1978.
Bahan Energi permukaan
mJm
-2
Serat Gelas 560
Grafit 70
Resin Epoksi 43
Resin Poliester 35
Resin polietilena 31
Bentuk permukaan juga mempengaruhi daya adhesif serat matrik. Semakin licin permukaan adheren maka daya rekat adhesif bahan tersebut semakin rendah.
Dalam hal ini jika daya adhesif tinggi atau kuat maka matrik harus dapat mengalir dan mengikuti bentuk permukaan adheren. Perekatan yang baik tersebut terjadi
karena pembasahan yang baik dan matrik ini dapat menyinggung dan mengisi permukaan adheren serapat mungkin sehingga gaya gaya perekatan dapat berperan.
Persinggungan yang rapat itu diperoleh setelah adhesif matrik mengeras dan membentuk komposi Derek H, 1981.
2.9 Pengujian Sifat Mekanik 2.9.1 Pengujian kekuatan geser antar lapisan Interlaminar Shear Strength
Kekuatan geser adalah suatu ukuran kekuatan komposit dalam hal kemampuannya menahan gaya
gaya yang membuat suatu bagian dari komposit tersebut bergeser atau bergelingsir dari bagian lain di dekatnya M Sitepu, 1985. Dalam
hubungan ini dibedakan atas 3 macam kekuatan yaitu; kuat geser sejajar arah serat, kuat geser tegak lurus arah serat, dan kuat geser miring. Pengujian ini dirancang untuk
mengetahui kekuatan geser antar lapisan komposit, dimana sampelnya diregangkan dalam susunan paralel menjadi serat teratur. Kekuatan geser antar lapisan komposit
didominasi oleh sifat mekanis matrik dimana retakan dapat terjadi pada seluruh bidang matrik. Jika gaya geser diminimalis pada komposit searah maka sampel menjadi
melengkung. Kegagalan geser dipengaruhi oleh panjang sample. Bentuk serat pendek dipilih agar kegagalan kekuatan geser terjadi sebelum kegagalan flexure.
W
b d
L
Gambar 2.7 Skematis pengujian kekuatan geser antar lapisan
Persamaan berikut dipakai untuk kekuatan geser antar lapisan ILSS adalah Sturgeon, 1971 :
bd W
ILLS 4
3
2.1
Dimana : W adalah beban b adalah ketebalan sampel
d adalah lebar sampel.
Penurunan rumus ILSS dapat dilihat pada lampiran G.
2.9.2 Pengujian Impak Impact Test
Pengujian impak bertujuan untuk mengukur berapa energi yang dapat diserap suatu material samapai material tersebut patah. Pengujian impak ini merupakan respon
terhadap beban yang tiba tiba yang bertujuan mengetahui ketangguhan suatu bahan terhadap pembebanan dinamis, sehingga dapat diketahui apakah suatu bahan yang
diuji rapuh atau kuat. Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk
benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Semakin banyak energi yang terserap maka akan semakin besar kekuatan impak dari suatu beban. Umumnya
kekuatan impak bahan polimer lebih kecil daripada kekuatan impak bahan logam.
Untuk menguji impak ini kedua ujung sampel dengan ukuran standar diletakkan pada penumpu, kemudian beban dinamis dilepaskan dengan tiba-tiba dan
cepat menuju sampel. Dalam pengujian impak, impaktor yang digunakan dalam bentuk pendulum yang diayunkan dari ketinggian dengan massa.
Gambar 2.8 Ilustrasi skematis pengujian impak dengan benda uji Charpy dan Izod
Besarnya kekuatan impak dari benda uji dengan luas penampang lintang A adalah Surdia, 2005:
I
s
=
A E
s
2.2 dengan :
I
s
: Kekuatan Impak Jm
2
E
s
: energi yang diserap sampel setelah tumbukan J A
: luas penampang lintang sampel m
2
Penurunan rumus Is dapat dilihat pada lampiran G.
2.9.3 Pengujian Kekutan Lentur Ultimate Flexural Strenght
Pengujian kekuatan lentur dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan komposit terhadap pembebanan pada tiga titik lentur. Pengujian kekuatan lentur ini
juga bertujuan untuk mengetahui sifat keelastisan suatu bahan. Pada pengujian ini pembebanan yan diberikan adalah tegak lurus terhadap arah sampel dengan tiga titik
lentur. Pada pengujian ini bila bahan diberi beban maka permukaan bawah akan memanjang dan terjadi pelengkungan sampel akibat regangan tarik dan regangan
tekan. Besarnya pelengkungan pada titik tengah sampel dinamakan defleksi. Sturgeon, 1971 .
Defleksi sampel akan berkurang apabila keelastisan bahan makin bertambah. Defleksi tergantung pada panjang dan besar sampel uji, tempat dan besar beban yang
diberikan dan modulus keelastisan bahan penunjang sampel uji. Kegagalan yang terjadi akibat uji bending yaitu mengalami patah pada bagian bawah karena tidak
mampu menahan beban tarik. Pengujian kekuatan lentur ini menggunakan peralatan universal testing machine.
P
d b
L
Gambar 2.9 Skematis pengujian kekuatan lentur
Persamaan berikut digunakan untuk memperoleh nilai kekuatan lentur Sturgeon, 1971:
2
2 3
bd PL
UFS
2.3 dengan :
UFS = kekutan lentur
2
m P = gaya penekan N
L = jarak dua penumpu m b = lebar sampel m
d = tebal sampel uji m
Penurunan rumus UFS dapat dilihat pada lampiran G.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Alat Dan Bahan 3.1.1 Alat
Alat alat yang digunakan untuk pembuatan sampel komposit adalah 1. Alat Cetakan
Alat ini terbuat dari stainless stell digunakan untuk mencetak benda uji atau specimen. Alat ini terdiri dari beberapa bagian yaitu :
a. Spacer, diletakkan diantara tutup cetakan dan berfungsi sebagai penentu tebalnya komposit yang diinginkan dan diletakkan diantara alas cetakan
dengan tutup cetakan. Ukuran spacer adalah 2 x 1.6 x 0.3 cm
b. Alas cetakan, berfungsi sebagai tempat komposit dicetak pada kedua sisinya disertai dengan kepingan penghalang dan lobang mur. Kepingan penghalang
berfungsi menahan cairan agar tidak tumpah. Ukuran alas cetakan adalah 22 x 22 cm.
c. Tutup cetakan, digunakan sebagai perantara antara piringan penekan dengan alas cetakan yang berfungsi selain untuk menutup cetakan juga sebagai
penghalang alat penekan.
2. Alat penekan Cetakan Hydraulics Press Alat ini berfungsi untuk menekan alat cetakan agar didapatkan komposit yang
padat sesuai dengan ketebalan yang dibuat melalui spacer. Alat ini terbuat dari besi lempengan dan tiang penyangga terbuat dari batang besi ulir supaya dapat
mengatur jarak antara masing masing plat lempengan. Di bawah tiang tiang dilengkapi piringan besi agar penekanan merata pada cetakan.
3. Neraca Analitik Berfungsi untuk menimbang atau menentukan jumlahmassa komposit
poliester yang digunakan sesuai dengan fraksi volum yang ditetapkan dengan ketelitian alatnya 0,01 gram.
4. Elektronic System Universal Testing Machine
Alat ini digunakan untuk pengujian sifat mekanis komposit terutama kekuatan lentur. Tipe dari alat ini adalah SC-2DE dengan kapasitas 200 kgf
5. Impacktor Wolpert
Alat ini digunakan untuk pengujian kekuatan impak komposit hibrid serat gelas coremat.
6. Teclok TM 110 Japan dengan ketelitian 0,01 10 mm Digunakan untuk mengukur ketebalan benda uji.
7. Alat Alat Lain. Perlengkapan lain yang diguunakan pada saat pembuatan komposit, diperlukan
juga alat alat seperti : penggaris, gelas bekker, jangka sorong, mesin gergaji potong sebagai alat pemotong, gunting, pisau, sarung tangan, pengaduk,
masker dan lain-lain. Gambar alat dapat dilihat pada lampiran A.
3.1.2 Bahan Bahan
Adapun bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Serat gelas Woven Roving WR dari PT. Justus Kimia Raya cabang Jakarta
2. Serat gelas Chopped Strand Mat CMS dari PT. Justus Kimia Raya cabang
Medan
3. Lantor Coremat P 2430 2 dari PT.Justus Kimia Raya cabang Jakarta 4. Resin poliester 157 BQTN EX dari PT. Justus Kimia Raya cabang Medan
5. Katalis metyl etyl keton peroksida MEKPO dari PT. Justus Kimia Raya
cabang Medan 6. Mirror Glaze MGH no.8 Wax sebagai pelekang alat cetakan dengan komposit
yang dicetak. 7. Aseton sebaga pembersih alat cetakan.
Gambar bahan dapat dilihat pada lampiran A.
3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Prosedur pembuatan Papan Komposit
Bahan komposit dibuat dengan menggunakan metode Press Mould . Prosedur pembuatan komposit resin poliester 157 BQTN- Ex dengan serat gelas coremat
adalah sebagai berikut :
1. Penyedian serat dan resin, serat diperoleh dari PT. Justus kimia Raya dilakukan pemotongan serat dan coremat sesuai dengan ukuran cetakan yaitu
masing masing 22 cm x 22 cm.
2. Ditimbang serat yang akan dicetak dengan menggunakan neraca analitik 3. Membersihkan cetakan dengan menggunakan aseton sampai bersih hingga
tidak mengandung kotoran dan biarkan kering. 4. Mengoleskan Wax pada alas cetakan, tutup cetakan maupun spacer, agar
komposit tidak melekat pada cetakan. 5. Pada alat cetakan bagian alas yang berukuran 22 cm x 22 cm diletakkan spacer
pada keempat sudut untuk menentukan ketebalan komposit dalam hal ini dibuat 3 mm.
6. Resin poliester BQTN - ex dan MEKPO dengan perbandingan 100 : 1 dan diaduk sehingga padu dan merata.
7. Campuran resin dan katalis disiramkan pada cetakan yang telah dipasangi kepingan penghalang dan diratakan, kemudian diletakkan serat, disiram lagi
dengan resin, diletakkan serat dan disiram resin dan kemudian diratakan.
8. Posisisi Lapisan 1
2 3
4
Keterangan Posisi lapisan : Sampel I :
sampel iii :
1. lapisan serat gelas anyaman 1. lapisan serat gelas acak
2. lapisan coremat 2. lapisan coremat
3. lapisan coremat 3. lapisan coremat
4. lapisan serat gelas ayaman 4. lapisan serat gelas acak
sampel ii : sampel iv :
1. lapisan coremat 1. lapisan coremat
2. lapisan serat gelas anyaman 2. lapisan serat gelas acak
3. lapisan serat gelas anyaman 3. lapisan serat gelas acak
4. lapisan coremat 4. lapisan coremat
9. Pencetak ditutup dan diletakkan pada alat penekan kemudian ditekan untuk mendapatkan ketebalan komposit yang sama dengan ketebalan spacer sekitar
25 N mm
2
. 10. Supaya seluruh serat terbasahi oleh resin maka cetakan harus ditekan berulang
kali. Proses pencetakan diusahakan secepat mungkin untuk menghindari pengentalan resin sebelum dimasukkan ke dalam cetakan.
11. setelah prosedur 7 tadi dilakukan dibiarkan selama sehari pada temperatur kamar kemudian komposit dikeluarkan dari cetakan.
12. Kemudian hasil komposit yang telah terbentuk dipotong potong sesuai
dengan sampel uji yang akan diuji. 13. Seperti prosedur 1 12 dilakukan untuk sampel 1, sampel 2, sampel 3 dan
sampel 4.
3.2.2 Pembuatan Sampel
Sampel yang telah dicetak dipotong-potong sesuai ukurannya dengan menggunakan gergaji listrik. Bentuk sampel untuk setiap pengujian berbeda. Adapun
pengujian yang dilakukan adalah pengujian kekutan lentur.
Bentuk-bentuk sampel uji dibuat sesuai standar dan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Bentuk sampel pengujian kekuatan geser antar lapisan Interlaminar Shear Strength dengan standar ASTM D - 2344
Spesikasi pengujian ILSS dengan standard ASTM D 2344 dapat dlihat pada lampiran A.
Gambar 3.2. Bentuk sampel pengujian kekuatan impak Impact Strength dengan standar ASTM D 256
Spesifikasi pengujian kekuatan impak dengan standard ASTM D 256 dapat dilihat pada lampiran A.
Gambar 3.3 Bentuk sampel pengujian kekuatan lentur ultimate shear strength dengan standar ASTM D-790
Spesifikasi pengujian UFS dengan standard ASTM D 790 dapat dilihat pada
lampiran A.
3.4 Diagram Alir Penelitian Diagram alir penelitian :
BAB IV
METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Kekuatan Geser antar Lapisan
Pengujian ini dirancang untuk menambah kekuatan geser antar lapisan komposit. Kekuatan komposit didominasi oleh sifat mekanis matrik dimana retakan
dapat terjadi pada seluruh bidang matrik. Kegagalan bermula dari retakan yang terjadi pada midspan yang mengalami tarik karena disitulah terjadi momen lengkung dan
gaya geser terbesar, setelah itu retakan akan merambat pada daerah yang memiliki nilai modulus lengkung yang lebih tinggi dari daerah retakan sebelumnya. Retakan
baru akan berhenti bila dalam perambatannya telah menemui daerah yang tegangan dan modulus lengkungnya maksimum.
4.1.1. Prosedur pengujian kekuatan geser antar lapisan
Prosedur pengujian kekuatan geser antar lapisan adalah sebagai berikut: 1.
Diatur jarak span 10 mm kemudian sampel uji diletakkan pada span. 2.
Diatur pembebanan maksimum pada skala 100 kgf 3.
Skala beban pada mesin uji diatur agar menunjukkan skala nol dan beban dibuat persis ditengah tengan sampel uji.
4. Kemudian diatur kecepatan dari mesin uji 10mmmenit
5. Mesin pencatat gerak dihidupkan on
6. Selanjutnya tombol pembebanan tekan dhidupkan down dan mesin akan
bekerja, gerakan mesin secara otomatis akan berhenti setelah sampel uji telah mencapai kelenturan maksimum dan data tertera pada display dicatat.
4.1.2 Data Pengujian Kekuatan Geser antar Lapisan