4.3.2 Data pengujian kekuatan Lentur
Tabel 4.9 Data pengujian kekuatan lentur komposit hibrid untuk komposisi sampel I Sgwr Fc Fc Sgwr.
No Panjan
g L
mm Lebar
b mm
Tebal d
mm Luas
A mm
2
Gaya P Stroke
mm UFS
MPa UFS
Rata-rata MPa
Kgf N
1 100
11,6 2,16
25,06 5,11 50,08 6,13
138,9 6
159,69 2
100 13
2,25 29,25
5,02 49,19 12,48 100,7
1
3 97
13,3 2,20
29,26 6,77 66,35 6,50
149,9 8
4 98
12,6 2,19
27,59 9,47 92,81 8,33
225,7 7
5 100
14,6 2,20
32,12 8,80 86,24 10,40
183,0 6
Tabel 4.10 Data pengujian kekuatan lentur komposit hibrid untuk komposisi sampel II Fc Sgwr Sgwr Fc.
No Panjan
g L mm
Lebar b
mm Tebal
d mm
Luas A
mm
2
Gaya P Strok
e mm
UFS MPa
UFS Rata
rata MPa
Kgf N
1 100
12,3 3,77
46,37 3,77 36,9
5 29,15 31,70
40,09 2
99 11,3
3,34 37,74
4,20 41,1 6
21,32 48,49 3
99 11,3
3,32 37,52
3,54 34,6 9
25,06 41,36 4
99 12,3
3,26 40,09
2,81 27,5 4
28,88 31,28 5
99 13
3,08 40,04
4,04 39,5 2
22,69 47,58
Tabel 4.11 Data pengujian kekuatan lentur komposit hibrid untuk komposisi sampel III sgcsm fc fc sgcsm.
No Panjan
g L mm
Leba r b
mm Tebal
d mm
Luas A
mm
2
Gaya P Stroke
mm UFS
MPa UFS
Rata-rata MPa
kgf N
1 99
11,3 2,63 29,72 11,89 116,52 14,06 221,3
8
186,13 2
100 13,6 2,43
33,05 10,56 103,48 15,84 193,2 9
3 99
11,6 2,84 32,94 9,47 92,81
12,08 147,3 1
4 100
12 2,39
28,68 9,10 89,18 12,65 195,1
6 5
101 12
2,56 30,72 9,19 90,06
12,54 173,4 9
Tabel 4.12 Data pengujian kekuatan lentur komposit hibrid untuk komposisi sampel IV fc sgcsm sgcsm fc
No Panjan g L
mm Leba
r b
mm Tebal
d mm
Luas A
mm
2
Gaya P Stroke
mm UFS
MPa UFS
Rata rata
MPa Kgf
N
1 99
11,3 3,55
40,11 6,02 58,99
24,20 61,51
45,02 2
100 11,6
3,46 40,13 4,06
39,79 31,20 42,98
3 98
10,6 3,51
37,20 3,54 34,69
23,78 39,04 4
99 12
3,19 38,28 3,36
32,93 19,59 40,05
5 99
12,3 3,38
41,57 4,01 39,29
22,70 41,52
Perhitungan dapat dilihat pada lampiran C. 4.4 Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas, maka rata rata hasil pengujian komposit hibrid dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.13 Rata rata hasil pengujian spesimen dengan matrik poliester 157 BQTN-ex
Pengujian Susunan serat
1 2
3 4
ILSS MPa 5,87
6,66 6,27
5,39
IS kJ m
2
64, 22 39, 46
42, 42 68, 20
UFS MPa 159,69
40,09 186,13
45,02
Tabel 4.14 Fraksi berat komposit hibrid serat gelas coremat dengan resin polyester 157 BQTN ex
Fraksi berat Susunan serat
1 2
3 4
Woven roving 33,22 24,38
- -
Chopp strant mat -
- 18,98 14,71
Coremat 3,99 2,94 3,93
3.04
Resin 62,78 72,68 77,1 82,25
Keterangan : 1. Sgwr Fc Fc Sg wr
2. Fc Sgwr Sgwr Fc 3. Sgcsm F c F c Sgcsm
4. Fc Sgcsm Sgcsm Fc
Catatan : Sgwr = Serat gelas woven roving
Fc = Firet Coremat
Sgcsn = Serat gelas chopp strant mat Perhitungan fraksi berat dapat dilihat pada lampran D.
4.4.1 Pengujian kekuatan Geser antar Lapisan
Pengujian ini dilakukan untuk menambah kekuatan modulus lengkung komposit, dimana sampelnya diregangkan dalam susunan paralel menjadi serat teratur. Untuk
mendapatkan kekuatan geser antar lapisan digunakan persamaan 2.1 dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3, 4.4. dari data besar rata rata kekuatan geser
antar lapisan untuk masing masing sampel antara lain : sampel komposit Sgwr Fc
Fc Sgwr adalah 5,87 MPa, sampel komposit Fc Sgwr Sgwr Fc adalah 6,66 MPa, sampel komposit Sgcsm Fc Fc Sgcsm adalah 6,27 MPa, sampel
komposit Fc Sgcsm Sgcsm Fc adalah 5,39 MPa.
Semakin besar nilai kekuatan geser antar lapisan suatu komposit maka semakin kuat lapisan kompositnya. Dari data di atas kekuatan geser antar lapisan
yang paling tinggi terdapat pada sampel komposit Fc Sgwr Sgwr Fc yaitu 6,66 MPa. Firet coremat yang berifat kenyal dan pseudotropik akan menahan beban serta
memiliki firet coremat yang terapat lubang kecil dilapisannya berfungsi sebagai interlocking serat dan dan coremat dengan matrik poliester. Lapian serat gelas jenis
woven roving memiliki arah vertical dan horizontal tersusun seperti anyaman tikar bertindih sehingga akan lebih susah bergeser membuat lapisan tetap terjaga baik.
4.2.2. Pengujian kekuatan impak
Metode yang digunakan dalam pengujian impak adalah metode charpy. Dengan pegujian impak diketahui ketangguhan suatu bahan terhadap pembebanan dinamis
yaitu pembenan secara cepat dan tiba tiba.
Bahan yang tangguh menyerap banyak energi ketika dipatahkan dan bahan bahan yang getas brittle menyerap energi sedikit.
Untuk mendapatkan kekuatan impak digunakan persamaan 2.2 dan hasil dari setiap sampel dapat dilihat pada tabel 4.5, 4.6, 4.7, 4.8 untuk setiap sampel masing -
masing lima kali pengujian. Sedangkan besar rata rata kekuatan impak untuk masing sampel adalah sebagai berikut: sampel komposit Sgwr Fc Fc Sgwr
adalah 64,22 kJm
2
, sampel komposit Fc Sgwr Sgwr Fc adalah 39, 46 kJm
2
, sampel komposit Sgcsm Fc Fc Sgcsm adalah 42,42 kJm
2
, sampel komposit Fc Sgcsm Sgcsm Fc adalah 68, 20 kJm
2
. Kekuatan impak yang paling tinggi terdapat pada sampel komposit Fc
Sgcsm Sgcsm Fc yaitu sebesar 68, 20 kJm
2
yang hampir sama besarnya dengan sampel Sgwr Fc Fc Sgwr sebesar 64 , 22 kJm
2
sedangkan kekuatan impak yang paling kecil adalah sampel komposit Fc Sgwr Sgwr Fc sebesar 39, 46 kJmm
2
. Komposit yang berkomposisi coremat - chopp strant mat memiliki energi serap
yang lebih besar diantara yang lainnya karena serat gelas chopp strant mat yang panjangnya relatif pendek dan tidak teratur acak ke segala arah kompositnya akan
bersifat brittle getas, selain itu chopp strant mat memiliki daya adhesif lebih tinggi dibandingkan dengan serat gelas woven roving sifat ini membuat ikatan antar serat
lebih kuat sehingga membutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkannya. Dan coremat yang memiliki bagian lubang lubang kecil yang ketika disirami resin
akan berperan sebagai interlocking lapisan sehingga memperkuat ikatan coremat dan serat gelas.
4.2.3. Pengujian Kekuatan lentur
Pengujian kekuatan lentur dilakukan untuk mengetahui ketahanan komposit terhadap pembebanan pada tiga titik lentur dan juga untuk mengetahui keelastisan
suatu sampel. Untuk mendapatkan kekuatan lentur digunakan persamaan 2.3. Dan besar rata rata kekuatan lentur untuk setiap sampel dapat dilihat pada tabel 4.9, 4.10,