ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN TERBUKA DI KOTA-KOTA PROVINSI JAWA TENGAH (PERIODE 2010-2015)

(1)

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE OPEN

UNEMPLOYMENT IN THE CITIES OF CENTRAL JAVA

PROVINCE

(PERIOD 2010-2015)

SKRIPSI

Oleh : Ulfa Khairunisa

20130430091

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

i

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE OPEN

UNEMPLOYMENT IN THE CITIES OF CENTRAL JAVA

PROVINCE

(PERIOD 2010-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh : Ulfa Khairunisa

20130430091

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE OPEN

UNEMPLOYMENT IN THE CITIES OF CENTRAL JAVA

PROVINCE

(PERIOD 2010-2015)

SKRIPSI

Oleh : Ulfa Khairunisa

20130430091

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(4)

i

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE OPEN

UNEMPLOYMENT IN THE CITIES OF CENTRAL JAVA

PROVINCE

(PERIOD 2010-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh : Ulfa Khairunisa

20130430091

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(5)

ii TENGAH (PERIODE 2010-2015)

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE OPEN UNEMPLOYMENT IN THE CITIES OF CENTRAL JAVA PROVINCE

(PERIOD 2010-2015)

Diajukan oleh

Ulfa Khairunisa 20130430091

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Ayif Fathurrahman S.E., M.S.I. Tanggal


(6)

iii

(PERIODE 2010-2015)

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE OPEN UNEMPLOYMENT IN THE CITIES OF JAWA TENGAH PROVINCE

(PERIOD 2010-2015)

Diajukan oleh

Ulfa Khairunisa 20130430091

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal ………

Yang terdiri dari ………...

Ketua Tim Penguji

………... ………..

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, SE., MSi. NIK. 143 016


(7)

iv Nama : Ulfa Khairunisa Nomor Mahasiswa : 20130430091

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGANGGURAN TERBUKA DI KOTA-KOTA PROVINSI JAWA TENGAH PERIODE 2010-2015” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, Maret 2017


(8)

v

“Man Jadda Wa Jadda”


(9)

vi

dan Bekti Rahmadiana Syamsuniar S.Pdi, serta Simbah Putriku Suratni, dan tak lupa untuk adik-adikku Ghidza Farhana, M.Ihsan Ardiansyah, yang senantiasa mendukung dan mendoakanku setiap saat.

2. Almamater tercinta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Serta para dosen-dosen Ilmu Ekonomi yang telah berbagi ilmu.

3. Sahabat-sahabatku selama dibangku kuliah, “BISING”. Nui, Karina, Nadia, Kiki, Nia, Nailil, Dhea, Agung, Ilham, dan Andre. Tanpa kalian masa kuliahku tidak akan berarti apa-apa.

4. Saudari-saudari perempuanku yang dengan setia menemani hari-hariku selama ini Anisa Miftakhul RN dan Shafira Ulinuha.

5. Sahabat-sahabat terkasihku, “CCK”. Hani, Nia, Luna, Dewi ,Iis, Lia, Fiera, Wida, Ica, Habib, Ricky, Pancang, Zamani, Afifi, Terimakasih untuk setiap waktu yang kalian berikan.

6. Teman-teman serumah “KOYA” yang selalu ada saat senang maupun susah, Rian, Zanirul, Sari, Daisy, Roya, Hana.

7. Keluarga besar “87” yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, kalian keluarga kedua yang aku miliki.

8. Teman-teman “KKN 155” terima kasih untuk setiap motivasi dan dukungannya.

9. Untuk semua teman-teman Ilmu Ekonomi 2013, Semoga setiap langkah kita kedepan senantiasa diberikan keberkahan oleh Allah SWT. Amin.


(10)

vii

Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah data 6 kota dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 yang diperoleh langsung dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan dengan menggunakan metode data panel. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa variabel Jumlah Penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap Pengangguran Terbuka, variabel Upah Minimum Kota (UMK) berpengaruh negatif signifikan, sedangkan variabel Inflasi tidak berpengaruh terhadap Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah.

Kata Kunci : Inflasi, Jumlah Penduduk, Upah Minimum Kota (UMK), Pengangguran terbuka.


(11)

viii

Central Java Province from 2010 until 2015. The objects of the research are the datas of six cities in Central Java collected from BPS. Analytical tool used is panel data. The results show that population number significantly positive on the open unemployment, the city minimum wage negative, while inflation has no effect to the open unemployment in some cities of Central Java Province.

Keywords: Inflation, Population number, the city minimum wage, Open Unemployment.


(12)

ix

serta karunianya dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah” (Periode 2010-2015).

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis memilih topik ini dengan harapan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep serta pemecahan permasalahan pengangguran si Provinsi Jawa Tengah.

Peyelesaian skripsi ini tidak dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

2. Bapak Dr. Imamudin Yuliadi, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Keuangan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Alm. Bapak Dr. Masyudi Muqorobin, M.Sc.,Ak

4. Bapak Ayif Fathurrahman,S.E., M.Si, yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan masukan serta dukungan dalam proses penyelesaian karya tulis ini.

5. Bapak dan Ibu, Suparman S.Ag., M.Pdi dan Bekti Rahmadiana Syamsuniar S.Pdi, Simbah putri, Suratni yang senantiasa memberikan dorongan dan perhatian serta mendoa’akan penulis hingga dapat menyelesaikan studi.

6. Adik-adikku tersayang, Ghidza Farhana, M.Ihsan Ardiansyah yang selalu memberikan dukungan dan do’a.


(13)

x

8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bantuan, serta kemudahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Sebagai kata akhir, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik yang sama.

Yogyakarta, 22 Januari 2015


(14)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

1. Pengangguran ... 11

2. Inflsasi ... 17

3. Kependuduk ... 23


(15)

xii

BAB III METODE PENELITIAN... 40

A. Objek dan Subjek Penelitian ... 40

B. Jenis dan Sumber Data ... 40

C. Teknik Pengumpulan Data ... 41

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 41

E. Alat Analisis ... 43

F. Metode Analisis Data ... 45

G. Uji Asumsi Klasik ... 52

H. Uji Statistik Analisis Regresi ... 54

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 56

A. Kondisi Geografis ... 56

B. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 57

C.Perkembangan Pengangguran Terbuka ... 57

D. Perkembangan Inflasi ... 59

E. Perkembangan Jumlah Penduduk ... 60

F. Perkembangan Upah Minimum Kota ... 61

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Statistik Deskriptif ... 63

B. Uji Asumsi Klasik ... 64

C. Pemelihan Model ... 66

D. Analisis Model Data Panel ... 68


(16)

xiii

B. Saran ... 79 C. Keterbatasan Penelitian ... 80 DAFTAR PUSTAKA


(17)

xiv

4.1 Wilayah Administrasi Kota-Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 ... 56

4.2 Jumlah penduduk di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2015... 60

4.3 Upah Minimum di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015 ... 61

5.1 Statistik Deskriptif ... 63

5.2 Uji Multikoleritas ... 65

5.3 Uji Heterokedastistas dengan Uji Park ... 66

5.4 Uji Chow ... 67

5.5 Uji Hausman ... 68

5.6 Random Effect Model ... 69

5.7 Banyaknya Perusahaan Industri Besar dan Sedang di Kota-Kota Jawa Tengah Tahun 2010-2015 ... 70


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

1.1 Perkembangan Pengangguran Terbuka di Indonesia ... 3

1.2 Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Jawa Tengah Tahun 2014-2015 ………...6

2.1 Kerangka Berfikir... 39

3.1 Kerangka Pemikiran ... 53

4.1 Peta Wilayah Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah ... 56

4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Kota di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014-2015 ... 58

4.3 Tingkat Inflasi di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah Periode 2010-2015 ... 59

4.4 Tingkat Upah Minimum Kota di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014-2015 ... 62


(19)

(20)

(21)

(22)

viii

ABSTRACT

The research aims to analyzing how much inflation, population number, and the city minimum wage influencing the unemployment in some cities of Central Java Province from 2010 until 2015. The objects of the research are the datas of six cities in Central Java collected from BPS. Analytical tool used is panel data. The results show that population number significantly positive on the open unemployment, the city minimum wage negative, while inflation has no effect to the open unemployment in some cities of Central Java Province.

Keywords: Inflation, Population number, the city minimum wage, Open Unemployment.


(23)

vi

Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah data 6 kota dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 yang diperoleh langsung dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah. Alat analisis yang digunakan dengan menggunakan metode data panel. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa variabel Jumlah Penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap Pengangguran Terbuka, variabel Upah Minimum Kota (UMK) berpengaruh negatif signifikan, sedangkan variabel Inflasi tidak berpengaruh terhadap Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah.

Kata Kunci : Inflasi, Jumlah Penduduk, Upah Minimum Kota (UMK), Pengangguran terbuka.


(24)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Sulitnya mengendalikan peningkatan pengangguran merupakan masalah serius yang sering dijumpai diberbagai negara. Tidak hanya di negara berkembang, pengangguran juga terjadi di negara-negara maju. Yang membedakan adalah, di negara-negara maju pengangguran biasanya terjadi akibat adanya pasang surut kegiatan ekonomi dan bisnis. Sedangkan di negara-negara berkembang pengangguran terjadi akibat kurangnya lapangan pekerjaaan yang tersedia.

Keadaan di negara berkembang saat ini menunjukan bahwa pembangunan yang telah dilaksakan belum mampu menyediakan kesempatan kerja kepada angkatan kerja yang ada. Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan serangkaian upaya kebijaksanaan yang memiliki tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, termasuk dengan upaya mengurangi masalah pengangguran dan kemiskinan.

Dalam pembangunan ekonomi Indonesia, masalah pengangguran masih menjadi permasalahan yang cukup besar, hal ini dikarenakan tingginya pertumbuhan penduduk pada setiap tahunnya yang menyebabkan semakin bertambahnya angkatan kerja pada setiap tahunnya.


(25)

Namun ternyata lapangan pekerjaan yang tersedia belum mampu menyerap angkatan kerja secara maksimal.

Pada dasarnya pengangguran dapat didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki penghasilan. Salah satu penyebab terjadinya pengangguran yaitu karena pertumbuhan angkatan kerja yang tidak mampu diserap oleh lapangan pekerjaan yang ada. Besarnya tingkat pengangguran di suatu negara atau daerah, mengakibatan banyaknya masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Hal ini menyebabkan masyarakat hidup dalam keadaan miskin dan melarat.

Tidak hanya menjadi permasalan ekonomi, namun pengangguran juga berdampak terhadap permasalahan sosial seperti, tingginya tingkat kriminalitas, bertambahnya jumlah pengemis dan gelandangan, serta banyak anak-anak yang harus putus sekolah. Berbagai masalah sosial tersebut tentu dapat merusak sendi-sendi kehidupan sosial.


(26)

Gambar 1.1

Perkembangan Pengangguran Terbuka di Indonesia

6.6 6.1 6.2 5.9 6.2 5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8

2011 2012 2013 2014 2015

Perkembangan Pengangguran Terbuka di Indonesia

Sumber : BPS Indonesia 2015

Gambar 1.1 diatas menunjukkan persentase tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2011-2015 yang fluktuatif dimana pada tahun 2011 tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 6,6% dan sempat mengalami penurunan sebesar 5% pada tahun 2012. Namun sayangnya pada tahun 2013 tingkat pengangguran terbuka di Indonesia kembali mengalami kenaikan 1%. Pada tahun 2014 kembali mengalami penurunan sebesar 3% dan di tahun 2015 tingkat pengangguran terbuka di Indonesia kembali mengalami kenaikan sebesar 3%.

Pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah akan berhasil melalui kekuatan akumulasi modal dan industrialisasi. Pembangunan pada sektor industri dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negri serta menyerap tenaga kerja. Proses penyerapan tenaga kerja dengan meningkatkan output dan memerlukan waktu, namun sejalan dengan pertumbuhan angkatan kerja yang masih tinggi dan tekanan ekonomi yang semakin berat pada negara berkembang menyebabkan


(27)

industri-industri yang ada belum mampu menyerap angkatan kerja yang semakin bertambah. Sehingga meskipun sudah dilakukan perluasan industri untuk meningkatkan output tidak juga dapat mengatasi masalah ketenagakerjaan (Todaro, 1998)

Tujuan utama dari upaya pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya, harus juga menghilangkan atau mengurangi jumlah ketimpangan pendapatan, tingkat pengangguran, kemiskinan, serta menyediakan banyak kesempatan kerja bagi penduduk dan memakmurkan masyarakt. Kemakmuran tersebut dapat di nilai melalui indikator pengukur prestasi kegiatan ekonomi yaitu: 1) Pendapatan Nasional, 2) Tingkat Inflasi 3) Neraca perdagangan dan neraca pembayaran 4) Penggunaan tenaga kerja dan pengangguran. (Sukirno,2010).

Permasalahan strategis di pemerintahan kota yang ada di Jawa Tengah tidak jauh berbeda dengan permasalahan yang dihadapi pemerintah pusat, yakni masih tingginya angka pengangguran. Masalah pengangguran menjadi suatu persoalan yang perlu segera dipecahkan. Karena, jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya tentu saja membawa dampak jumlah angkatan kerja yang semakin bertambah. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa jumlah orang yang mencari pekerjaan akan meningkat. Maka, perlu adanya perluasan lapangan pekerjaan.

Kaum klasik berpendapat, bahwa semakin banyak jumlah penduduk suatu negara akan barakibat pada penurunan jumlah pendapatan nasional, dan hal tersebut akan berdampak secara tidak langsung pada tingkat


(28)

pengangguran. Kenaikan jumlah penduduk pada suatu negara akan menyebabkan lonjakan angkatan kerja dan sempitnya lapangan pekerjaan. Besarnya jumlah angkatan kerja dan tingkat pengangguran menunjukkan besarnya jumlah peduduk yang harus diikutsertakan dalam prosos pembangunan karena banyaknya angkatan kerja dan pengangguran adalah bagian dari penduduk yang dapat menggerakkan proses ekonomi.

Tabel 1.1

Jumlah penduduk di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2015

Tahun

No Kota 2013 2014 2015

1 Kota Semarang 1.644.800 1.672.999 1.701.110 2 Kota Surakarta 507.825 510.077 512.230

3 Kota Magelang 119.935 120.373 120.790

4 Kota Pekalongan 290.870 293.704 296.400

5 Kota Salatiga 178.594 181.193 183.820

6 Kota Tegal 243.860 244.998 246.120

7 Jumlah 2.985.884 3.023.344 3.060.470

Sumber:BPS Jawa tengah dalam angka 2016

Tabel 1.1 diatas merupakan data jumlah penduduk di kota-kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013-2015. Berdasarkan data di atas, pada tahun 2013 jumlah penduduk kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah adalah sebanyak 2.985.884 jiwa, di tahun 2014 sebanyak 3.023.344 jiwa dan di tahun 2015 sebanyak 3.060.470 jiwa. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan jumlah penduduk pada setiap tahunnya di enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah.


(29)

Gambar 1.2

Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota-Kota Jawa Tengah Tahun 2014-2015 7.76 6.16 7.38 5.42 4.46 9.2 5.77 4.53 6.43 4.1 4.43 8.06

0 2 4 6 8 10

Kota Semarang Kota Surakarta Kota Magelang Kota Pekalongan Kota Salatiga Kota Tegal 2015 2014

Sumber:BPS Jawa tengah dalam angka 2016

Gambar 1.2 diatas menunjukkan tingkat pengangguran terbuka di enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunun. Seperti yang terjadi di Kota Semarang, penurunan tingkat pengangguran terbuka mencapai 1,99 % pada tahun 2015, sedangkan di kota salatiga tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2015 hanya mengalami penurunan sebesar 0,03% dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tingkat pengangguran di enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan, namun penurunannya masih sangat sedikit.

Provinsi Jawa Tengah mempunyai 6 kota dan 29 kabupaten. Kota-kota tersebut yaitu, Kota Semarang, Kota Tegal, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, dan Kota Pekalongan. Dari segi demografi, Jumlah penduduk di perkotaan biasanya lebih banyak di bandingkan dengan daerah pedesaan. Hal ini terjadi karena masyarakat pedesaan melakukan migrasi dan


(30)

beranggapan kesempatan kerja di kota lebih besar. Namun, hal ini yang menyebabkan semakin tingginya jumlah penduduk di perkotaan. Hal ini tentu akan menyebabkan masalah bagi pemerintah maupun sektor swasta dalam menciptakan lapakan pekerjaan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis memilih judul sebagai berikut: “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengangguran Terbuka di Kota-kota Provinsi Jawa Tengah Periode 2010-2015”

B. Batasan Masalah Penelitian

Sehubungan dengan faktor keteratasan yang ada dan mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi pengangguran, maka penelitian ini hanya membatasi pada :

1. Kota-Kota yang diteliti adalah enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah.

2. Data yang digunakan adalah data tahunan dari 2010 sampai dengan 2015. 3. Variabel yang di ambil yaitu inflasi, jumlah penduduk, dan upah minimum

Kota.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Pengangguran masih menjadi salah satu masalah utama dalam perekonomian suatu daerah, termasuk di kota-kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Pengangguran terjadi karena beberapa faktor, diantaranya belum tersedianya lapangan pekerjaan untuk dapat menyerap seluruh angkatan kerja yang semakin bertambah pada setiap tahunnya. Selain itu, tingkat pendidikan yang masih rendah juga menyebabkan banyak angkatan kerja tidak dapat


(31)

bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Pertumbuhan ekonomi, yang diikuti dengan inflasi yang rendah harusnya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru. Dikaitkan dengan kondisi enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, permasalah yang akan diteliti adalah begaimana sifat dan signifikansi dalam variabel-variabel inflasi, upah minimum dan jumlah penduduk terhadap pengangguran di kota-kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Dari uraian diatas maka penulis mengambil pokok permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap pengangguran terbuka di Kota-kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2015?

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Penduduk terhadap pengangguran terbuka di Kota-kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2015?

3. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Kota (UMK) terhadap

pengangguran terbuka di Kota-kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2015?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi terhadap pengangguran terbuka di Kota-kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2015.

2. Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Penduduk terhadap pengangguran terbuka di Kota-kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2015.


(32)

3. Untuk mengetahui pengaruh Upah Minimum Kota (UMK) terhadap pengangguran terbuka di Kota-kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2015.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka diharapkan diperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah

Penelitian ini dilakukan untuk dapat memberikan kontribusi dan masukan kepada pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam mengatasi pengangguran yang ada di enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperdalam wawasan pengetahuan penulis tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengangguran yang ada di kota-kota Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, memberikan tambahan pengetahuan tentang cara menulis karya tulis ilmiah yang baik, dan menerapkan teori-teori yang telah didapatkan di bangku kuliah yang digunakan sebagai bekal ketika nanti terjun ke masyarakat.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan sumber refrensi bagi pembaca dan memberikan informasi tentang tingkat pengangguran yang ada di kota-kota Provinsi Jawa Tengah.


(33)

Selanjutnya dapat digunakan untuk mengembangkan penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.

4. Bagi Masyarakat Umum

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan tentang keadaan pengangguran yang ada di kota-kota Provinsi Jawa Tengah.


(34)

11

A. Landasan Teori 1. Pengangguran

a. Penertian dan Konsep Pengangguran

Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator ketenagakerjaan, mendefinisikan pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.

Tingkat pengangguran terbuka adalah orang yang masuk kedalam angkatan kerja namun tidak bekerja, atau sedang mencari pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha. Selain itu tingkat pengangguran juga merupakan mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan atau mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan namun belum mulai bekerja.

Menurut Sukirno (1993), Berdasarkan penyebabnya, pengangguran dapat dibedakan menjadi empat jenis antara lain yaitu :


(35)

1) Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seorang pekerja yang meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.

2) Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh perubahan struktur dalam kegiatan ekonomi.

3) Pengangguran teknologi, yaitu pengangguran yang disebabkan karena tenaga manusia digantikan oleh mesin-mesin dan bahan kimia. Pengurangan tenaga manusia ini ditimbulakan karena adanya kemajuan teknologi sehingga disebut dengan pengangguran teknologi.

4) Pengangguran siklikal, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh pengurangan tenaga kerja karena perusahan mengalami penurunan jumlah produksi akibat dari permintaan agregat yang semakin menurun. Kemerosotan permintaan agregat ini menyebabkan perusahaan-perusahaan mengurangi jumlah pekerjanya atau bahkan menutup perusahaannya, sehingga menyebabkan pengangguran yang semakin bertambah.

b. Jenis-jenis pengangguran berdasarkan cirinya 1) Pengangguran Terbuka

Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin


(36)

banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan suatu pekerjaan. Sehigga mereka menganggur secara nyata dan separuh waktu, dan oleh karena itu, dinamakan pengangguran terbuka. Pengangguran terbuka dapat pula sebagai wujud dari akibat dari kegiatan ekonomi yang menurun, dari kemajuan teknologi yang mengurangi penggunaan tenaga kerja, atau sebagai akibat dari kemunduran perkembangan suatu industri.

2) Pengangguran Tersembunyi.

Pengangguran ini terutama wujud di sektor pertanian atau jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja, dan jumlah tenga kerja yang digunakan tergantung pada banyak faktor, faktor yang perlu dipertimbangkan adalah besar kecilnya perusahaan, jenis kegiatan perusahaan mesin yang digunakan (apakah insentif buruh atau insentif modal) dan tingkat produksi yang dicapai. Pada negara berkembang seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam satu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarya diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatan dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.


(37)

3) Pengangguran Musiman

Pengangguran musiman terjadi karena adanya perubahan musim. Sebagai contoh nelayan tidak dapat menangkap ikan pada musim hujan dan terpaksa menganggur, atau petani tidak dapat menggarap lahannya pada musim kemarau.

4) Setengah Menganggur

Setengah menganggur ialah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal disebabkan tidak adanya pekerjaan untuk sementara waktu. Ada yang mengatakan bahwa tenaga kerja setengah menganggur ini adalah tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu atau kurang dari 7 jam sehari. Contohnya, seorang buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek, untuk sementara menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.

c. Penyebab Pengangguran

Terjadinya pengangguran disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut ini merupakan macam-macam penyebab terjadinya pengangguran.

1) Pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat, membuat jumlah penduduk relatif lebih banyak dari lapangan pekerjaan yang tersedia. Sehingga mengakibatkan penawaran teaga kerja lebih besar daripada permintaannya.


(38)

2) Rendahnya tingkat pendidikan serta tidak adanya keterampilan menyebabkan tidak mampu bersaing dan tersisihkan.

3) Angkatan kerja yang tidak dapat memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta oleh dunia kerja.

4) Teknologi yang semakin modern belum mampu diimbangi oleh kemampuan.

5) Adanya lapangan pekerjaan yang dipengaruhi oleh musim. 6) Terjadinya ketidakstabilan keamanan, perekonomian, dan

politik dalam suatu negara.

7) Banyak pengusaha yang melakukan penghematan-penghematan guna mengejar keuntungan, misalnya dengan cara menerapkan rasionalisasi.

d. Akibat yang ditimbulkan dari masalah pengangguran

Menurut Sukirno (1993), akibat buruk dari pengangguran dapat dibedakan menjadi dua aspek yaitu:

1) Akibat buruk atas kegiatan ekonomi

Tingkat pengangguran yang relatif tinggi tidak dapat membuat masyarakat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tangguh. Hai ini dapat terlihat dari berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi yang disebabkan oleh masalah pengagguran. Akibat-akibat buruk tersebut dapat dibedakan sebagai berikut :


(39)

a) Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak memaksimalkan tingkat kemakmuran yang mungkin dicapainya.

b) Pengangguran menyebabkan berkurangnya pendapatan pajak pemerintah. Pengangguran diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi yang rendah dan dalam kegiatan ekonomi yang rendah pendapatan pajak pemerintah semakin sedikit.

c) Pengangguran menyebabkan dua akibat buruk kepada kegiatan sektor swasta. Yang pertama, pengangguran tenaga buruh diikuti pula oleh kelebihan kapasitas mesin-mesin perusahaan. Kedua, pengangguran yang diakibatkan oleh kelesuan kegiatan perusahaan, menyebabkan berkurangnya keuntungan dan berkurangnya keinginan untuk melakukan investasi. 2) Akibat buruk atas individu dan masyarakat

Pengangguran dapat mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan sosial dalam masyarakat. Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan oleh pengangguran adalah :

a) Pengangguran menyebabkan kehilangan keterampilan dalam mengerjakan suatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan apabila keterampilan tersebut digunakan dalam praktik.


(40)

b) Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan.

c) Pengangguran dapat menyebabkan ketidak stabilan sosial dan politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat menimbulkan rasa ketidak puasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. e. Upaya-upaya mengatasi pengangguran

Menurut Fatimah (2016), ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mengatasi masalah pengangguran. Upaya-upaya yang bisa dilakukan antara lain :

1) Meningkatkan mutu pendidikan.

2) Meningkatkan latihan kerja untuk memenuhi kebutuhan keterampilan sesuai tuntutan industri moderen.

3) Meningkatkan dan mendorong kewiraswastaan. 4) Terbukanya kesempatan usaha-usah informal.

5) Meningkatkan pembangunan dengan sistem padat karya. 6) Membuka kesempatan kerja ke luar negri.

2. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang terjadi secara umum dan terus menerus. Apabila terjadi kenaikan harga hanya pada sebagian kecil barang saja, atau pada waktu tertentu saja, seperti menjelang hari raya, akibat bencana alam, dan sebagainya yang


(41)

bersifat sementara maka tidak bisa disebut sebagai inflasi (Boediono,1998). Inflasi dapat disebabkan oleh dua penyebab, yaitu:

1) Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation)

Inflasi tarikan permintaan terjadi karena adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Pada saat permintaan barang dan jasa terus naik, maka permintaan pada faktor-faktor produksi juga akan naik. Naiknya permintaan pada faktor-faktor produksi menyebabkan harga pada faktor-faktor produksi juga naik. Inflasi ini disebut sebagai inflasi tarikan permintaan karena inflasi ini terjadi kerana adanya kenaikan dalam permintaan total pada waktu perekonomian yang bersangkutan berada pada situasi full employment.

2) Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)

Inflasi desakan biaya terjadi karena meningkatnya biaya produksi, sehingga harga produk-produk yang dihasilkan menjadi naik. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu karena kenaikan bahan baku dan karena adanya kenaikan upah/gaji.

Berdasarkan asalnya inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri

Inflasi yang berasal dari dalam negeri terjadi karena defisit anggaran belanja yang dibiayai, mencetak uang baru yang


(42)

terlalu banyak, terjadi gagal panen pada sektor-sektor pertanian, terjadi kegagalan pasar sehingga menyebabkan harga bahan makanan menjadi mahal.

2) Inflasi yang berasal dari luar negeri

Inflasi yang berasal dari luar negeri terjadi karena naiknya harga barang-barang impor. Hal ini terjadi akibat dari besarnya biaya produksi barang diluar negeri atau akibat dari kenaikan tarif impor barang.

Berdasarkan keparahannya inflasi dibedakan menjadi empat yaitu: 1) Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)

2) Inflasi sedang (antara 10% - 30% / tahun) 3) Inflasi berat (antara 30% - 100% / tahun) 4) Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun) b. Teori Inflasi

Menurut Boediono (1998), dalam praktiknya tidak mudah untuk mengetahui penyebab terjadinya inflasi. Inflasi merupakan masalah yang sulit dan pelik, sehingga tidak mudah untuk diatasi. Hal ini disebabkan karena, inflasi bukan hanya semata-mata masalah ekonomi saja, akan tetapi inflasi juga merupakan masalah sosial-ekonomi-politis. Untuk itu dalam menanggulangi masalah inflasi, kita perlu keluar dari batas-batas ilmu ekonomi dan memasuki bidang ilmu sosiologi dan ilmu politik. Secara garis besar terdapat 3 kelompok teori mengenai penyebab terjadinya inflasi, yaitu :


(43)

1) Teori Kuantitas

Teori kuantitas adalah teori yang melihat peranan dalam proses inflasi dari segi jumlah uang yang beredar, dan psikologi atau harapan masyarakat terhadap kenaikan harga-harga (expectations). Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :

a) Inflasi hanya dapat terjadi apabila ada penambahan jumlah uang yang beredar, baik itu berupa uang kartal ataupun uang giral.

b) Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan uang yang beredar dan oleh psikologi atau harapan masyarakat terhadap kenaikan harga-harga di masa yang akan datang. Saat masyarakat telah beranggapan akan terjadinya kenaikan harga barang, maka tidak ada lagi keinginan masyarakat untuk menyimpan uang tunai dan lebih suka menyimpan harta kekayaan dalam bentuk barang. Hal ini akan menyebabkan permintaan pada barang meningkat dan harga barang akan menjadi naik.

2) Teori Keynes

Teori ini menjelaskan, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Sehingga permintaan masyarakat terhadap barang melebihi jumlah barang yang tersedia. Hal seperti ini akan menyebabkan terjadinya inflationary gap dimana jumlah permintaan barang


(44)

meningkat, pada tingkat harga berlaku, melebihi jumlah maksimum dari jumlah barang yang dihasilkan. Pada periode selanjutnya, masyarakat akan memperoleh uang yang lebih besar lagi baik melalui permintaan kenaikan gaji, percetakan uang baru ataupun melakukan kredit pada bank. Dengan demikian inflasi akan terus terjadi apabila jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output yang dihasilkan oleh masyarakat.

3) Teori Struktural

Teori ini merupakan teori inflasi jangka panjang yang menyoroti sebab-sebab terjadinya inflasi akibat dari kekakuan struktur ekonomi terutama yang terjadi di negara berkembang. Menurut teori ini, terdapat dua kekakuan perekonomian negara yang sedang berkembang yang menyebabkan terjadinya inflasi. Kekakuan tersebut yaitu :

a) Kekakuan penerimaan ekspor

Kekakuan penerimaan ekspor menunjukkan nilai ekspor yang lebih kecil daripada nilai impornya. Hal ini menyebabkan negara kesulitan dalam membiayai impor baik berupa bahan baku maupun barang modal seperti peralatan industri. Oleh sebab itu pemerintah akan meningkatkan produksi dalam negeri untuk menggganti barang-barang yang sebelumnya di impor dari luar negeri.


(45)

Akan tetepi, tingginya biaya produksi dalam negeri menyebabkan harga jual produk dalam negeri lebih mahal dari barang impor sehingga harga barang menjadi naik dan terjadilah inflasi.

b) Kekakuan penawaran bahan makanan

Tingginya pertumbuhan jumlah penduduk di negara berkembang yang tidak diimbangi dengan penawaran bahan makanan dan pendapatan perkapita menyebabkan naiknya harga-harga bahan makanan melebihi harga barang lainnya. Akibatnya, para buruh akan menuntut untuk kenaikan upah. Hal ini tentu saja mengkibatkan tingginya biaya produksi, dan naiknya harga-harga barang produksi sehingga mendorong terjadinya inflasi.

c. Hubungan antara Inflasi dan Pengangguran Terbuka

Menurut Sukirno (2010), terdapat hubungan antara tingkat inflasi dengan pengangguran terbuka. Hubungan tersebut dapat berupa hubungan yang positif maupun negatif. Hubungan yang positif antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran terbuka terjadi apabila tingkat inflasi dihitung pada harga-harga secara umum, dengan demikian tingginya tingkat inflasi akan menyebabkan besarnya tingkat bunga simpanan dan pinjaman. Hal ini tentu akan membuat para produsen mengurangi jumlah produksinya pada sektor-sektor yang produktif karena tidak adanya investasi yang masuk akibat dari


(46)

naiknya tingkat bunga yang ditetapkan. Berkurangnya produktivitas barang dan jasa yang diakibatkan oleh rendahnya investasi, akan menyebabkan berkurangnya kesempatan kerja dan mengakibatkan tingkat pengangguran terbuka yang semakin besar.

Dalam teori ini, diasumsikan apabila kenaikan tingkat inflasi terjadi karena adanya kenaikan permintaan secara agregat. Besarnya kenaikan permintaan tentu akan mendorong produsen untuk menambah jumlah produksinya. Semakin besar jumlah produksi tentu akan menyebabkan, besarnya jumlah permintaan tenaga kerja. Dan hal ini akan cenderung mengurangi jumlah pengangguran karena pihak produsen membuka kesempatan kerja untuk menaikkan kapasitas produksinya. Dalam teori ini menunjukkan tingginya tingkat inflasi akan menyebabkan berkurangnya tingkat pengangguran atau sebaliknya.

3. Kependudukan

a. Pengertian Kependudukan

Penduduk adalah orang-orang yang berada pada satu wilayah yang saling terikat pada aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi secara terus menerus. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Penduduk Indonesia adalah semua orang yang berdomisili di wilayah teritorial Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap.


(47)

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendididkan, produktivitas, pekerjaan, tingkat sosial, kemandirian dan kecerdasan sebagai tolak ukur dalam mengembangkan kemampuan dalam menikmati kahidupan sebagai manusia yang berkepribadian, bertakwa dan berbudaya, berkebangsaan dan hidup layak.

b. Teori-teori Kependudukan

Dalam teori kependudukan terdapat para ahli yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu pertama, kelompok penganut Malthusian. Aliran Malthusian ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, dan Paul Ehrlich. Kelompok kedua adalah kelompok aliran Marxist yang dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Kelompok ketiga merupakan pakar-pakar teori kependudukan mutakhir yang merupakan reformasi teori-teori kependudukan yang ada.

1) Aliran Malthusian

Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus yang merupakan seorang pendeta inggris yang hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Thomas Robert Malthus menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk meningkat dengan pesat karena hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan yang tidak dapat dihentikan.


(48)

Malthus juga berpendapat bahwa manusia hidup memerlukan bahan makanan, namun laju pertumbuhan penduduk tidak sebanding dengan laju pertumbuhan makanan yang lambat. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan pertumbuhan penduduk agar tidak terjadi kekurangan bahan makanan.

Menurut Malthus pembatasan penduduk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu preventive checks dan positive checks. Preventive checks adalah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran, sedangan positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian.

2) Aliran Neo-Malthusian

Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20 teori Malthus mulai diperdebatkan lagi. Kelompok Neo-Malthusian adalah kelompok yang mendukung aliran Malthusian tetapi bersifat lebih radikal. Kelompok ini menganjurkan agar dapat keluar dari perangkap Malthus, pengurangan penduduk dilakukan dengan cara preventive check yaitu dengan penggunaan alat kontrasepsi untuk dapat mengurangi jumlah kelahiran. Aliran ini berusaha menyadarkan manusia dengan fakta-fakta yang ada bahwa jumlah penduduk dunia terus menerus bertambah sedangkan bahan makanan mengalami kelangkaan, wilayah dunia semakin sempit karena kepadatan


(49)

manusia sehingga tempat tinggal manusia menjadi rusak dan tercemar.

Dalam buku yang berjudul “The Limits to Growth”, Meadows menjelaskan antara hubungan pertumbuhan penduduk dengan beberapa variabel lain seperti produksi pertanian, penggunaan sumber daya alam, produksi industri serta polusi. Kelima variabel tersebut digambarkan dalam tiga tahapan yaitu kenaikan, stabil, dan penurunan, dan pada setiap variabel tidak terjadi bersamaan di setiap tahapan. Pada saat jumlah penduduk mengalami kenaikan maka sumber daya alam telah mengalami penurunan, produksi pertanian dan industri mengalami kenaikan. Akan tetapi jumlahnya tidak dapat mengimbangi kenaikan jumlah penduduk, sementara itu secara konsisten tingkat polusi terus meningkat akibat dari naiknya jumlah penduduk dan industri.

3) Aliran Marxist

Aliran Marxist ini dipelopori oleh Karl Marx dan Fredrich Engel, mereka merupakan tokoh sosialis. Bagi Karl Marx dan Fredrich Engel pertambahan penduduk yang yang cepat bukanlah masalah bagi masa depan manusia, karena menurut mereka pertambahan penduduk yang cepat tidak berakibat kepada tekanan bahan pangan yang mengakibatkan kelaparan namun, tekanan penduduk akan mengakibatkan tekanan


(50)

terhadap kesempatan kerja. Kemiskinan yang dialami penduduk disebabkan oleh kesalahan struktur pada masyarakat, dimana kaum kapitalis (pemilik modal) mengambil sebagian pendapatan para buruh dengan cara membayar buruh dengan upah yang murah. Oleh karena itu menurut Karl Marx dan Fredrich Engel yang diperlukan untuk mengatasi kemiskinan atau kemelaratan bukanlah mengurangi jumlah penduduk, akan tetapi melakukan perubahan sosial.

4) Teori Jhon Stuart Mill

Jhon Stuart Mill merupakan seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan inggris. Pada dasarnya Mill menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk yang lebih besar dari laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Akan tetapi John Stuart Mill berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografisnya. Menurutnya, tidaklah benar jika kemiskinan tidak dapat dihindari atau kemiskinan disebabkan oleh sistem kapitalis. Apabila disuatu wilayah terjadi kalangkaan bahan makanan bisa saja hal ini dipecahkan dengan mengimpor bahan makanan atau memindahakan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain.

Tingkat kelahiran manusia dapat ditentukan oleh manusia itu sendiri, oleh karena itu Mill menyarankan untuk


(51)

meningkatkan pendidikan penduduk sehingga secara rasional mereka akan dapat mempertimbangkan apakah perlu menambah jumlah anak atau tidak dan menyesuaikan denagn karir dan pekerjaan mereka. Mill berpendapat bahawa perempuan pada umumnya tidak menginginkan anak yang banyak, sehingga hal tersebut tentu akan membuat tingkat kelahiran menjadi rendah.

c. Hubungan antara Jumlah Penduduk dan Pengangguran Terbuka Tingginya laju pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu yang selalu meningkat, akan menimbulkan masalah apabila laju pertumbuhan penduduk tersebut tidak diimbangi oleh tingkat perekonomian yang baik. Hal ini dapat terjadi karena, besarnya jumlah penduduk akan membuat berbagai macam masalah ekonomi seperti, tingginya angka kemiskinan, besarnya tingkat pegangguran, dan berbagai macam masalah ekonomi lainnya di suatu negara. Oleh karena itu, perlu adanya suatu upaya untuk dapat menekan laju pertumbuhan penduduk, serta upaya untuk meningkatkat kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang merupakan bagian dari penduduk suatu negara, yang harus diikutsertakan dalam prosos pembangunan karena banyaknya angkatan kerja dan pengangguran adalah bagian dari penduduk yang dapat menggerakkan proses


(52)

4. Upah

a. Pengertian Upah dan Jenis-jenis upah

Upah adalah semua pengeluaran berbentuk uang atau barang yang dibayarkan kepada buruh, karyawan atau tenaga kerja sebagai imbalan atas pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan terhadap perusahaan. Bagi perusahaan, upah adalah faktor yang cukup penting, karena jumlah upah yang diberikan perusahaan kepada buruh/karyawannya akan memiliki pengaruh yang besar terhadap jalnnya perusahaan.

Menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional, upah adalah suatu penerimaan atau sebagai suatu imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan yang telah dilakukan, berfungsi sebagai kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang dan peraturan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.

Menurut Kartasapoetra (1992) Upah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut :

1) Upah Nominal

Upah nominal adalah uang yang dibayarkan kepada para buruh yang berhak secara tunai berdasarkan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja baik dibidang


(53)

industri, perusahaan atau dalam suatu organisasi kerja sebagai imbalan atas pengarahan jasa-jasa atau pelayanannya yang telah dikerjakan oleh buruh. Upah nominal ini sering disebut sebagai upah uang (money wages) sesuai dengan wujudnya yang memang berupa uang secara keseluruhan.

2) Upah Nyata

Upah nyata adalah upah uang yang harus diterima oleh seseorang yang benar-benar berhak. Upah nyata ini ditentukan oleh daya beli upah tersebut yang banyak tergantung dari besar atau kecilnya uang yang diterima, dan besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan. Upah yang diterima bisa berwujud uang dan fasilitas atau natura, oleh sebab itu upah yang diterima yaitu jumlah upah uang dan nilai rupiah dari fasilitas dan barang natura tersebut.

3) Upah Hidup

Upah hidup adalah upah yang diterima oleh buruh yang dianggap relatif cukup untuk membiayai kebutuhan hidupnya secara luas, bukan hanya kebutuhan pokok tatpi juga kebutuhab sosial keluarganya, seperti asuransi, pendidikan, rekreasi dan lain-lain.

4) Upah Minimum

Upah minimum adalah upah yang dianggap cukup pantas oleh pihak perusahaan dan para buruh/karyawannya sebagai imbalan


(54)

atas jasa yang diberikan oleh pengusaha kepada buruh/karyawan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Upah yang dianggap pantas ini diperkirakan oleh pengusaha cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup buruh dan keluarganya. Kebututuhan hidup yang dimaksud adalah mencukupi kebutuhan pokok dan juga beberapa kebutuhan lainnya seperti transportasi.

5) Upah Wajar

Upah wajar adalah upah yang dianggap cukup wajar oleh pengusaha dan buruh sebagai imbalan atas jasa-jasa pada perusahaan. Upah wajar ini sangat bervariasi dan selalu berubah-ubah antara upah minimum dan upah hidup. Upah wajar dipengerahui oleh beberapa faktor sebagai berikut: a) Kondisi perekonomian negara secara umum

b) Nilah upah rata-rata di daerah yang menjadi tempat perusahaan tersebut beroperasi.

c) Posisi perusahaan dilihat dari skruktur ekonomi negara. d) Undang-undang yang mengatur masalah upah dan tenaga

kerja.

e) Ketentuan umum yang berlaku di perusahaan. f) Peraturan perpajakan.


(55)

g) Pengusaha dan Organisasi Buruh yang mengutamkan gerak saling harga menghargai dan musyawarah serta mufakat dalam mengatasi segala kesulitan.

h) Standar hidup dari para buruh itu sendiri. b. Upah Minimum Provinsi/Kabupaten/Kota

Berdasarkan pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap (Departemen Tenaga Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 01 Th.1999).

Menurut pasal 1 angka 2 keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.KEP-226/MEN/2000 tentang perubahan pasal 1, pasal 3, pasal 4, pasal 8, pasal 11, pasal 20, pasal 21 Peraturan Menteri tenaga kerja PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, upah minimum provinsi adalah upah yang berlaku untuk seluruh kabupaten atau kota di provinsi. Besarnya upah minimum untuk setiap wilayah provinsi atau kabupaten atau kota tidak sama karena tergantung nilai Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) di daerah yang bersangkutan (Departemen Tenaga Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No KEP-226 Th.2000)

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dalam Bab 1 Padal 1 angka dijelaskan upah adalah hak pekerjaan / buruh yang diterima dan dinyatakan dalam


(56)

bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakata, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya, atas suatu pekerjaan dan/ atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Bab X bagian Kedua tentang Pengupahan Pasal 88 diatur sebagai berikut :

1. Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

2. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana pada ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh.

3. Kenijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

a. upah minimum; b. upah kerja lembur;

c. upah tidak masuk kerja karena halangan;

d. upah tidak masuk kerja karena melakukan hal lain di luar pekerjaaannya;

e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; f. bentuk dan cara pembayaran upah;


(57)

h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; i. struktur dan skala pengupahan yang proposional; j. upah untuk penmbayaran pesangon; dan

k. upah perhitungan pajak penghasilan.

4. Pemerintah menetapkan upa minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memeperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan di dalam Pasal 89 ayat (1) upah minimum terdiri atas :

a. Upah minimum berdasarkan wilayah Provinsi atau kabupaten/kota;

b. Upah minimum berdasarkan sektot Provinsi atau kabupaten/kota.

c. Hubungan antara Upah Minimum dengan Pengangguran Terbuka Menurut Dharmayanti (2011) penempatan besaran upah tentu sangat berpengaruh terhadap tingkat pengangguran, dimana pada saat tenaga kerja menetapkan upah minimumnya pada tingkatan tertentu dan diberi penawaran oleh perusahaan dibawah tingkat upah tersebut, tentu saja tenaga kerja akan menolaknya. Akibatnya tenaga kerja memilih untuk berhenti bekerja, atau mencari pekerjaan lain karena merasa upah yang ditawarkan tidak sesuai akibatnya akan menambah jumlah pengangguran. Bisa juga terjadi apabila suatu daerah yang


(58)

menetapkan besaran upah minimum tersebut dan dirasa terlalu tinggi oleh pihak perusahaan, maka perusahaan akan mengurangi jumlah buruh/karyawannya dengan alasan untuk mengurangi biaya produksi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya semakin kecil upah yang ditawarkan akan menyebabkan semakin besar tingkat pengangguran. Hal ini terjadi karena para tenaga kerja memilih untuk mencari pekerjaan dengan upah yang sesuai.

B. Penelitian Terdahulu

Dharmayanti (2011) telah melakukan penelitian tentang pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Tengah dengan data pengangguran sebagai variabel dependen sedangkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi, dan upah sebagai variabel independen pada periode 1991-2009. Dalam penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif yang signifikan terhadap pengangguran. Variabel upah berpengaruh signifikan positif terhadap pengangguran. Dan variabel inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap pengangguran.

Prasetyo (2015) juga telah melakukan penelitian tentang pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Tengah periode 1991-2013. Pada penelitian tersebu, peneliti juga menggunakan variabel PDRB, inflasi dan upah sebagai variabel independen. Dalam penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka. Variabel inflasi positif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka. Namun berbeda pada penelitian sebelumnya, pada penelitian ini disimpulkan bahwa variabel


(59)

upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka. Dimana penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa variabel upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian pengangguran terbuka di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah juga pernah dilakukan oleh Widiyati (2016). Pada penelitian tersebut, penulis mengaitkan variabel Beban/Tanggungan Penduduk (BTP), Prduk Domestik Regional Bruto (PDRB), Upah Minimum Kota (UMK) dan Inflasi terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah pada periode 2008-2013. Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian tersebut adalah PDRB berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. BTP berpengaruh positif signifikan. UMK berpengaruh negatif signifikan. Inflasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Tingkat pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jawa Tengah.

Amin (2016) pernah meneliti tentang pengaruh upah minimum, pertumbuhan ekonomi dan inflasi terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jawa Timur periode tahun 2005-2013. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan data panel. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah variabel upah minimum dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap pegagguran di Provinsi Jawa Timur. Variabel inflasi berpengaruh positif terhadap pengangguran di Provinsi Jawa Timur.

Penelitian tentang pengangguran terbuka di Indonesia juga pernah di lakukan oleh Fatimah (2016). Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan


(60)

penelitian mengunakan data pengangguran terbuka sebagai variabel dependen dan menggunakan data PDRB, upah minimum, serta jumlah penduduk sebagai variabel independen. Pada penelitian tersebut, didapatkan hasil kesimpulan bahwa variabel PDRB berpengaruh dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Indonesia. Variabel upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka di Indonesia. Dan variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran di Indonesia.

Albarqi (2016), telah meneliti tentang pengaruh jumlah penduduk, upah minimum, PDRB, dan tingkat pendidikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di 8 kabupaten/kota di Jawa Timur dengan menggunakan data panel. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut yaitu tidak adanya pengaruh antara variabel pertumbuhan penduduk dengan tingkat pengangguran terbuka. Variabel PDRB memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Variabel upah minimum dan tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka.

Adawiyah dan Seftarita (2016), telah melakukan penelitian di perbatasan timur Indonesia tentang pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran terbuka tahun 2001-2013. Pada penelitian tersebut peneliti pendapatkan hasil bahwa, variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran terbuka di perbatasan timur Indonesia, sedangkan untuk


(61)

variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka di perbatasan timur Indonesia.

Rochim (2016), juga telah melakukan penelitian terkait pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi, upah minimum dan jumlah penduduk terhadap tingkat pengangguran terbuka di kabupaten/kota Jawa Barat tahun 2008-2014. Pada penelitian tersebut peneliti pendapatkan hasil bahwa, variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengangguran. Sedangkan untuk variabel upah minimum dan jumlah penduduk berpengaruh terhadap tingkat pengangguran terbuka di kabupaten/kota Jawa Barat.

C. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitiam dan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti dapat membuat hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Diduga Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kota-kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2015?

2. Diduga Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kota-kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2015?

3. Diduga Upah Minimum Kota (UMK) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka di Kota-kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2015.


(62)

D. Model Penelitian

Pada pembahasan ini penulis akan memaparkan model penelitian yang menjadi dasar sekaligus alur berpikir dalam melihat pengaruh variabel penentu Pengangguran terbuka. Selanjutnya, informasi mengenai model penelitian dapat dilihat pada berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

4. 5.

Inflasi

Upah Minimum Kota (UMK) Jumlah Penduduk

Pengangguran Terbuka -

+


(63)

40 A. Objek Penelitian dan Subjek Penelitian

1. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki 29 kabupaten dan 6 kota. Dan dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Enam kota tersebut antara lain adalah Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Magelang, Kota Pekalongan, Kota Salatiga dan Kota Tegal. Dengan alasan daerah Perkotaan merupakan tujuan banyak orang mencari pekerjaan, karena menganggap daerah perkotaan menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan.

2. Subjek Penelitian

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengangguran terbuka, sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat Inflasi, Jumlah Penduduk dan Upah Minimum Kota (UMK).

B. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu buku statistik Jawa Tengah dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam berbagai tahun terbit. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data


(64)

pengangguran Terbuka, Inflasi, Upah Minimum Kota (UMK) , Jumlah Penduduk tahun 2010-2015 di enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah. C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi mengenai bebagai hal yang berkaitan dengan penelitian dengan cara melihat kembali laporan-laporan tertulis baik berupa angka maupun keterangan. Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui data pengangguran terbuka, inflasi, jumlah penduduk dan upah minimum kota, yang ada di enam kota di Provinsi Jawa Tengah yang bersumber dari dokumentasi BPS Jawa Tengah. Selain data-data laporan tertulis untuk kepentingan penelitian ini, data juga diperoleh dari berbagai data, informansi dan refrensi sumber pustaka, media massa dan internet. D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari variable dependen (Y) yaitu Pengangguran Terbuka, Variabel Independen (X1) Inflasi, Variabel Independen (X2) Jumlah Penduduk dan, Variabel Independen (X3) Upah Minimum Kota (UMK) .

1. Pengangguran Terbuka

Pengangguran Terbuka adalah angkatan kerja yang tidak bekerja, atau sedang mencari pekerjaan, atau memiliki pekerjaan tapi tidak bekerja secara optimal. Pengangguran terbuka yang digunakan dalam penelitian ini dalam satuan jiwa. Menurut enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2015.


(65)

2. Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga secara umum dan terjadi secara terus-menerus. Inflasi dalam penelitian ini merupakan data inflasi yang diukur dengan menggunakan indeks harga konsumen dalam satuan persen. Menurut enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2015.

3. Jumlah Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di suatu wilayah selama enam bulan atau lebih dan mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data jumlah penduduk yang berdomisili di enam kota yang ada di Jawa Tengah tahun 2010-2015 dalam satuan jiwa.

4. Upah Minimum Kota (UMK)

Upah adalah semua pengeluaran berbentuk uang atau barang yang dibayarkan kepada buruh atau tenaga kerja sebagai imbalan atas pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan terhadap perusahaan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data rata-rata Upah Minimum Kota (UMK) dalam satuan rupiah. Menurut enam kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2015.


(66)

E. Alat Analisis

Dalam mengolah data pada penelitian ini, penulis menggunakan alat analisis yaitu E-Views9 untuk melakukan pengolahan regresi. Selain itu, penulis juga menggunakan alat statistik program Microsoft Exel 2010 untuk pengolahan data dalam pembuatan tabel.

F. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolerasi

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat problem Multikolinelitas. Multikolinearitas dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas dapat dinyatakan sebagai kombinasi kolinier dari variabel yang lainya. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya Multikolinelitas yaitu cukup tinggi (0,7 – 0,1), tetapi uji-t untuk masing–masing koefisien regresi nya tidak signifikan. Tingginya merupakan syarat yang cukup (sufficent) akan tetapi bukan syarat yang perlu (necessary) untuk kejadianya Multikolinearitas, sebab pada yang rendah < 0,5 bisa juga terjadi Multikolinearitas.

1) Meregresikan variabel independen X dengan variabel –variabel independen yang lain, kemudian di hitung nya dengan uji F; 2) Jika > F tabel berarti di tolak, ada Multikolinearitas. 3) Jika < F tabel berarti di tolak, ada tidak Multikolinearitas.

Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam satu model. Salah satunya adalah dengan melihat koefisien korelasi hasil output


(67)

komputer. Jika terdapat koefisien korelasi yang lebih besar dari (0,9), maka terdapat gejala multikolineritas.

Untuk mengatasi masalah multikolineritas, satu variabel independen yang memiliki korelasi dengan variabel independen lain harus dihapus. Dalam hal metode GLS, model ini sudah diantisipasi dari multikolineritas.

2. Uji Heterokedasitas

Menurut Ghozali (2001) uji heterokedasitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance resideul antara satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heterokeastisitas pada penelitian ini menggunakan Uji Park. Uji Park dilakukkan dengan cara menambahkan satu variabel residual kuadrat, variabel residual baru akan dihitung dengan melakukan regresi.

Dalam metodenya, park menyatakan suatu bentuk fungsi spesifik diantara varian kesalahan dan variabel bebas yang dinyatakan sebagai berikut:

...(3.5) Persamaan dijadikan linier dalam bentuk persamaan log sehingga menjadi: ...(3.6)

varian kesalahan ( tidak teramati, maka digunakan sebagai penggatinya. Sehingga persamaan menjadi:


(68)

Apabila koefisien parameter dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, berarti didalam data terdapat masalahh heterokedastisitas. Sebaliknya, jika tidak signifikan, maka asumsi heterokedastisitas pada data dapat diterima.

G. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, untuk menganalisis permasalahan (data) yang telah ditetapkan, penulis menggunakan metode regresi Data Panel. Analisis regresi data panel merupakan analisis regresi dengan struktur data yang berbentuk data panel, yaitu kombinasi antara data runtut waktu (times series) dengan beberapa tempat (crossing).

Penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya yaitu data panel yang merupakan gabungan dua data

time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan lebih menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Dan keuntungan yang lainnya yaitu dengan menggabungkan informasi dari data

time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (Widarjono, 2009).

Menurut Gujarati (2003), menggunakan data panel memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:

1) Data panel mampu menyediakan lebih banyak data, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Sehingga diperoleh degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan lebih baik.


(69)

2) Data panel mampu mengurangi kolinieritas variabel.

3) Data panel dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.

4) Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul akibat dari adanya masalah penghilangan variabel (omitted variabel)

5) Data panel lebih mampu mengukur dan mendeteksi efek secara sederhana yang tidak mampu dilakukan oleh data time series murni maupun cross section murni.

6) Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat individu, karena data yang diobservasi lebih banyak.

Untuk menguji estimasi pengaruh inflasi, jumlah penduduk dan upah minimum kota terhadap tingkat pengangguran terbuka, digunakan alat regresi dengan model data panel. Ada dua pendekatan yang digunakan dalam mengalisis data panel. Pendekatann Fixed Effect dan Random Effect. Sebelum model estimasi dengan model yang tepat, terlebih dahulu dilakukan uji spesifikasi apakah Fixed Effect dan Random Effect atau keduanya memberikan hasil yang sama.

Dari beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka dapat dibuat model penelitan sebagai berikut:

Yit = β0+β1X1it+ β2X2it +β3X3it + β4X4it +ε………(3.1)

Yang kemudian di transformasikan kedalam persamaan logaritma, yaitu : LogYit = β0+β1X1it+ Log β2X2it + Log β3X3it +ε………....(3.2)


(70)

Keterangan :

LogYit = Pengangguran Terbuka

β0 = Konstanta

β123 = Koefisien variabel 1,2,3 X1 = Tingkat Inflasi

Log X2 = Jumlah Penduduk

Log X3 = Upah Minimum Kota

i = Kota

t = Periode Waktu ke-t

ε = Error Term

1. Menentukan Model Estimasi

Menurut Ajija (2011), metode estimasi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga pendekatan. Pendekatan tersebut sebagai berikut :

1) Metode Pooled Least Square (Cammon Effect)

Model ini dikenal dengan estimasi Common Effect yakni teknik regresi yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel karena hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Model ini hanya menggabungkan data tersebut tanpa melihat perbedaan anatar waktu dan individu sehingga dapat dikatakan bahwa model ini sama halnya dengan metode Ordinari Least Square (OLS) karena hanya menggunakan kuadrat terkecil biasa.


(71)

Model ini sering tidak digunakan dalam beberapa penelitian sebagai estimasi utama karena sifatnya yang tidak mampu membedakan perilaku data sehingga memungkinkan terjadinya bias, akan tetapi model ini tetap digunakan sebagai pembanding dari kedua pemilihan model lainnya.

Adapun persamaan regresi dalam model model common effect

adalah sebagai berikut:

(3.3)

Keterangan :

i = Kota Semerang, Kota Surakarta, Kota Magelang, Kota Pekalongan, Kota Salatiga, Kota Tegal

t = 2010,2011,2012,2013,2014,2015

Dimana i menunjukkan cross section dan t menunjukkan periode waktu. Proses estimasi secara terpisah setiap cross unit section

dapat dilakukan dengan asumsi komponen error dalam kuadrat terkecil biasa.

2) Model Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

Pendekatan model ini menggunakan variabel Dummy yang dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variabel atau disebut juga dengan Covariance Model. Least Square Dummy Variabel (LSDV) dapat mengakomodasikan efek waktu yang sistemik.


(72)

Hal ini dilakukan melalui penambahan variabel dummy waktu di dalam model. Pemilihan model antara Common Effect dengan Fixed Effect dapat dilakukan dengan pengujian Likelihood Test Ratio dengan ketentuan apabila nilai probabilitas yang dihasilkan signifikan dengan alpha maka dapat diambil keputusan dengan menggunakan Fixed Effect Model.

3) Model Pendekatan Efek Acak (Random Effect)

Dalam model efek acak ini, paremeter-parameter yang berbeda anatar daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam eror. Oleh karena itu, model efek acak juga disebut dengan model komponen eror (error component model).

Dengan menggunakan model efek acak ini, maka dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Sehingga parameter yang merupakan hasil estimasi akan menjadi lebih efisien.

Keputusan menggunakan model efek tetap atau model efek acak ditentukan dengan menggunaka uji hausman. Dimana apabila probabilitas yang dihasilkan signifikan dengan alpha maka dapat menggunakan metode efek tetap, namun apabila sebaliknya maka dapat memilih salah satu yang terbaik antara model tetap atau model acak.

Adapun persamaan regresi dalam model model random effect

adalah sebagai berikut:


(73)

Keterangan:

i= Kota Semerang, Kota Surakarta, Kota Magelang, Kota Pekalongan, Kota Salatiga, Kota Tegal

t = 2010,2011,2012,2013,2014,2015 Dimana:

Meskipun komponen error bersifat homoskedastik, nyatanya terdapat korelasi antara dan (equicorrelation), yakni:

Karena itu, metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien bagi model Random Effects. Metode yang tepat untuk mengestimasi model random effects adalah Generalized Least Square (GLS) dengan asumsi homokedastik dan tidak ada cross sectional correlation.

2. Pemilihan Model

Untuk menganalisis pengangguran terbuka digunakan regresi data panel yang menggabungkan antara data time series dan cross section.

Prosedur yang digunakan dalam melakukan regresi menggunakan data panel adalah dengan memilih model yang yang paling tepat. Pemilihan model tersebut dapat dilakukan dengan cara:


(74)

1) Uji Chow

Uji chow digunakan untuk menentukan model Fixed Effect atau

Common Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Hipotesis dalam uji chow adalah:

H0 = Common Effect Model atau pooled OLS

H1 = Fixed Effect Model

Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan membandingkan perhitungan F-statistik dengan F-tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari F table sehingga Ho di tolak yang berarti model yang digunakan adalah Cammon Effect Model. Perhitungan F statistic didapat dari Uji Chow dengan rumus (Baltagi, 2005) :

Keterangan :

SSE1 = Sum Square Error dari model Common Effect

SSE2 = Sum Square Error dari model Fixed Effect

n = Jumlah n (cross section)

nt = Jumlah cross section x jumlah time series

k = Jumlah variable independen sedangkan variable F table didapat dari :


(75)

Keteragan :

a = Tingkat signifikan yang dipakai n = Jumlah perusahaan (cross section) nt = Jumlah cross section x time series

k = Jumlah variable independen 2) Uji Hausman

Uji Hausman adalah pengujian statistik yang digunakan untuk memilih apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat digunakan.

3) Uji Lagrange Multiplier

Uji Lagrange Multiplier digunakan untuk mengetahui apakah model Random Effect lebih baik daripada metode Common Effect

(OLS) digunakan uji Lagrange Multiplier (LM).

Setelah didapatkan model yang tepat, hasil regresi dari model tersebut dapat membuktikan hipotesis ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan sehingga dilakukan uji signifikansi dengan uji t dan uji F dengan kerangka pikir sebagai berikut (Basuki, 2015) :


(76)

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran

Sumber: Basuki dan Yuliadi ( 2015)

Normalitas

Obyek Penelitian

Variabel Dependen (Y) Variabel Independen (X)

Pemilihan Model Regresi Panel

Uji Hausman Uji Langrange Multiplier

Uji Chow

Fixed Effect Random Effect Common Effect

Model Estimas Data Panel

Heteroskedatisitas Multikolinieri

tas

Uji Asumsi Klasik

Autokorelasi

Uji Signifikasi

Uji F Uji t Adjusted R2


(77)

H. Uji Statistik Analisis Regresi

Uji statistik merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji diterima atau ditolaknya (secara statistik) hasil hipotesis nol (H0) dari sampel. Keputusan untuk mengolah H0 dibuat berdasarkan nilai uji statistik yang diperoleh dari data yang ada (Gujarati, 2003).

1. Uji Koefisien Determinasi (R-Square)

Uji R-Square pada dasarnya digunakan untuk mengetahui presentase dari model menjelaskan variasi perilaku variabel terikat. Semakin tinggi presentase R2 (mendekati 100%), maka semakin tinggi kemampuan model menjelaskan perilaku variabel terikat.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel dependen, (R2) pasti meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh sebab itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 untuk mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti nilai R2, nilai adjusted R2 bisa naik ataupun turun apabila satu variabel independen ditambahkan dalam model.

2. Uji F-statistik

Uji F-statistik dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk melakukan pengujian ini, dilakukan hipotesa sebagai berikut:


(1)

Lampiran 4

Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: PANEL

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f.

Cross-section random 5.677889 3

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.)

INFLASI? 0.023901 0.026328 0.000002 LOG(PENDUDUK?) -2.072528 1.002463 7.931246 LOG(UMK?) -0.460537 -0.722625 0.056492

Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: LOG(PENGANGGURAN?) Method: Panel Least Squares

Date: 02/11/17 Time: 20:10 Sample: 2010 2015

Included observations: 6 Cross-sections included: 6

Total pool (balanced) observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic

C 41.92765 32.59061 1.286495 INFLASI? 0.023901 0.013884 1.721447 LOG(PENDUDUK?) -2.072528 2.816953 -0.735734 LOG(UMK?) -0.460537 0.288854 -1.594357

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.963640 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.952866 S.D. dependent var S.E. of regression 0.183252 Akaike info criterion Sum squared resid 0.906692 Schwarz criterion Log likelihood 15.18470 Hannan-Quinn criter. F-statistic 89.44627 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

Lampiran 5

Common Effect Model

Dependent Variable: LOG(PENGANGGURAN?) Method: Pooled Least Squares

Date: 02/11/17 Time: 20:18 Sample: 2010 2015

Included observations: 6 Cross-sections included: 6

Total pool (balanced) observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.565490 2.490524 2.636188 0.0128 INFLASI? 0.030430 0.016462 1.848506 0.0738 LOG(PENDUDUK?) 1.004119 0.046967 21.37943 0.0000 LOG(UMK?) -0.732151 0.192422 -3.804925 0.0006

R-squared 0.937445 Mean dependent var 9.384582 Adjusted R-squared 0.931581 S.D. dependent var 0.844078 S.E. of regression 0.220786 Akaike info criterion -0.078803 Sum squared resid 1.559892 Schwarz criterion 0.097144 Log likelihood 5.418450 Hannan-Quinn criter. -0.017393 F-statistic 159.8503 Durbin-Watson stat 1.132260 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Lampiran 6

Fixed Effect Model

Dependent Variable: LOG(PENGANGGURAN?) Method: Pooled Least Squares

Date: 02/11/17 Time: 20:18 Sample: 2010 2015

Included observations: 6 Cross-sections included: 6

Total pool (balanced) observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 41.92765 32.59061 1.286495 0.2092 INFLASI? 0.023901 0.013884 1.721447 0.0966 LOG(PENDUDUK?) -2.072528 2.816953 -0.735734 0.4682 LOG(UMK?) -0.460537 0.288854 -1.594357 0.1225 Fixed Effects (Cross)

_SEMARANG--C 4.967107 _SURAKARTA--C 1.277015 _MAGELANG--C -2.956640 _PEKALONGAN--C -0.577634 _SALATIGA--C -1.982806 _TEGAL--C -0.727042

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.963640 Mean dependent var 9.384582 Adjusted R-squared 0.952866 S.D. dependent var 0.844078 S.E. of regression 0.183252 Akaike info criterion -0.343594 Sum squared resid 0.906692 Schwarz criterion 0.052285 Log likelihood 15.18470 Hannan-Quinn criter. -0.205422 F-statistic 89.44627 Durbin-Watson stat 1.948868 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

Lampiran 7

Random Effect Model

Dependent Variable: LOG(PENGANGGURAN?) Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 02/11/17 Time: 20:19

Sample: 2010 2015 Included observations: 6 Cross-sections included: 6

Total pool (balanced) observations: 36

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.476746 2.198989 2.945329 0.0060 INFLASI? 0.026328 0.013803 1.907405 0.0655 LOG(PENDUDUK?) 1.002463 0.063066 15.89549 0.0000 LOG(UMK?) -0.722625 0.164148 -4.402277 0.0001 Random Effects (Cross)

_SEMARANG--C 0.051806 _SURAKARTA--C -0.045556 _MAGELANG--C 0.081034 _PEKALONGAN--C -0.131233 _SALATIGA--C -0.060151 _TEGAL--C 0.104101

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.101402 0.2344 Idiosyncratic random 0.183252 0.7656

Weighted Statistics

R-squared 0.880719 Mean dependent var 5.571518 Adjusted R-squared 0.869536 S.D. dependent var 0.528146 S.E. of regression 0.190765 Sum squared resid 1.164525 F-statistic 78.75784 Durbin-Watson stat 1.526661 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.937321 Mean dependent var 9.384582 Sum squared resid 1.562989 Durbin-Watson stat 1.137458


(5)

Lampiran 8

Uji Heterokedastisitas

Dependent Variable: RESID?

Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 02/11/17 Time: 23:32

Sample: 2010 2015 Included observations: 6 Cross-sections included: 6

Total pool (balanced) observations: 36

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.681913 1.341471 -1.253783 0.2190 INFLASI? 0.016480 0.008567 1.923603 0.0633 LOG(PENDUDUK?) -0.021540 0.033893 -0.635545 0.5296 LOG(UMK?) 0.148015 0.101518 1.458005 0.1546 Random Effects (Cross)

_SEMARANG--C 0.007398 _SURAKARTA--C -0.039270 _MAGELANG--C -0.012282 _PEKALONGAN--C 0.021752 _SALATIGA--C -0.003719 _TEGAL--C 0.026122

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 0.048403 0.1528 Idiosyncratic random 0.113974 0.8472

Weighted Statistics

R-squared 0.171240 Mean dependent var 0.118836 Adjusted R-squared 0.093544 S.D. dependent var 0.115910 S.E. of regression 0.110355 Sum squared resid 0.389706 F-statistic 2.203968 Durbin-Watson stat 1.785551 Prob(F-statistic) 0.106769

Unweighted Statistics

R-squared 0.160682 Mean dependent var 0.171477 Sum squared resid 0.423382 Durbin-Watson stat 1.643529


(6)

Lampiran 9

Uji Multikolinearitas

Pengangguran

Inflasi

JP

UMK

Pengangguran

4,8355

0,0005

-0,0143

-0,3375

Inflasi

0,0005

0,0001

0,0000

-0,0001

JP

-0,0143

0,0000

0,0039

-0,0026


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI LAMPUNG (PERIODE 2009-2015)

4 52 129

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KOTA-KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah.

0 2 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KOTA-KOTA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah.

0 3 16

DAFTAR PUSTAKA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kota-Kota Provinsi Jawa Tengah.

0 6 4

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Jawa Tengah Tahun 1991 Sampai 2011.

0 2 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Jawa Tengah Tahun 1991 Sampai 2011.

0 1 16

ANALISIS FAKTOR PENENTU PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1991– 2013.

1 3 80

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran di provinsi Jawa Timur tahun 2011-2014 COVER

0 0 14

Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka di propinsi Jawa Tengah tahun 2008 - 2013 AWAL

0 1 16

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Menggunakan Regresi Spasial

0 1 7