PENGARUH SMS REMINDER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU KEPATUHAN PENGOBATAN ARV PADA PASIEN HIV AIDS DI PUSKESMAS TIMIKA PAPUA
i
DI PUSKESMAS TIMIKA PAPUA
TESIS
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat
Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
RENNY ENDANG KAFIAR
201401050034
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
(2)
i
KEPATUHAN PENGOBATAN ARV PADA PASIEN HIV AIDS DI PUSKESMAS TIMIKA PAPUA
TESIS
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat
Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
RENNY ENDANG KAFIAR
201401050034
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
(3)
ii Tesis
PENGARUH SMS REMINDER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU KEPATUHAN PENGOBATAN ARVPADA PASIEN HIV AIDS
DI PUSKESMAS TIMIKA PAPUA
Telah diseminarkan dan diujikan padatanggal : 03 September 2016
Oleh :
RENNY ENDANG KAFIAR NIM 20141050034
Penguji :
Dr. Elsye Maria Rosa, M. Kep (...)
FalasifahAniYuniarti, S.Kep., Ns., MAN., HNC (...)
Novita Kurnia Sari, Ns.,M.Kep (………...)
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana
UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta
(4)
iii Yang bertanda tangan dibawah ini, saya Nama : Renny Ending Kafiar
Nim : 20141050034
Program Studi : Magister Keperawatan
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penelitian tesis
yang berjudul “ Pengaruh sms reminder terhadap perubahan perilaku kepatuhan
pengobatan pada pasien HIV-AIDS”. Saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan jika terbukti melakukan tindakan plagiat.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, September 2016
(5)
iv
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
judul “Pengaruh SMS Reminder Terhadap Perubahan Perilaku Kepatuhan
Pengobatan ARV pada Pasien HIV/AIDS”. Judul tesis ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada penyusunan tesis ini, penulis mendapat bantuan dari pihak secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. DR. Bambang Cipto, M. A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2. Dr. Achmad Nurmandi selaku direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Fitri Arofiati S.Kep.,Ns.,MAN.,Ph.D. Selaku Ketua Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Dr. Elsye Maria Rosa, M.Kep Sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan tesis ini.
5. Ibu Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep., Ns., MAN., HNC sebagai pembimbing juga pemberi support dalam penysusunan tesis ini.
6. Almarhumah ibuYuni Permatasari Istanti., M.Kep., Ns., Sp. Kep. MB., CWCS. Sebagai dosen panutan yang luar biasa banyak memberikan ilmunya semasa hidup.
(6)
v
doa, materi dan non materi selama proses penyusunan tesis ini berlangsung.
8. Sahabatku Maria Putri Sari Utami, Fitriani, Jaka Pradika dan Pa Sukmana yang selalu membantu memberikan semangat dan masukan-masukan dalam pembuatan tesis ini.
9. Teman-teman Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan V.
10.Semua pihak yang turut berpartisipasi dalam penyusunan proposal tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis sadari banyak kekurangan dan kekeliruan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Harapan penulis semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan praktek keperawatan dan kita semua.
Yogyakarta, 25September2016
(7)
vi
HALAMAN JUDUL ……….. i
LEMBAR PENGESAHAN ……… ii
LEMBAR ORIGINALITAS ……… iii
KATA PENGANTAR ……… iv
DAFTAR ISI ……….. vi
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR SKEMA……… ix
DAFTAR LAMPIRAN ……… x
ABSTRAK……… xi
ABSTRACT……… xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………. 1
B. Perumusan Masalah ……….. 4
C. Tujuan Penelitian ……….. 4
D. Manfaat Penelitian ……… 5
E. Penelitian Terkait ………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Konsep HIV/AIDS………. 9
2. Terapi ARV………. 16
3. Konsep Dasar Kepatuhan……… 18
4. Kepatuhan minum obat……… 24
5. Teori Motivasi ……… 25
6. Konsep Mobile Phone………. 28
7. Aplikasi Teori Technologi Acceptance Model... 29
B. Kerangka Teori………. 32
C. Kerangka Konsep……….. 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian……… 34
B. Populasi dan sampel penelitian……….. 35
C. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 36
D. Variabel penelitian ……… 36
E. Definisi Operasional……… 36
F. Instrumen Pengumpulan Data……… 37
G. Prosedur Pelaksanaan SMS Reminder…………... 39
H. Cara Pengumpulan Data………. 40
I. UJi Validitas dan Reliabilitas……….. 41
J. Teknik Analisis Data……… 43
K. Etika Penelitian……… 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran umum tempat penelitian……… 46
(8)
vii
4. Gambaran Peubahan Perilaku Kepatuhan………. 50
5. Uji Homogenitas ………... 50
6. Uji Normalitas………. 51
7. Analisis bivariat……… 52
B. Pembahasan 1. Gambaran Pengobatan Pasien……….. 55
2. Karakteristik Responden Terhadap Perubahan Perilaku Kepatuhan Pengobatan……… 56
3. Pengaruh Sms Reminder Terhadap Perubahan Perilaku Kepatuhan Pengobatan ARV………... 61
4. Keterbatasan Penelitian……… 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 66
B. Saran ………. 66 DAFTAR PUSTAKA
(9)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional……….……….36 Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik Responden………..…48 Tabel 4.2 Gambaran Pengobatan Pasien HIV………..…. 49 Tabel 4.3 Gambaran perubahan Perilaku Kepatuhan Pengobatan ARV ..50 Tabel 4.4 Uji Homogenitas………....50 Tabel 4.5 Uji Normalitas………....51 Tabel 4.6 Hubungan Karakteristik Responden dengan Pengobatan…….. 52
(10)
ix
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori………...32
Skema 2.2 Kerangka Konsep………... 33
(11)
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran1. Lembar Informed Consent
Lampiran2. Kuesioner tentang kepatuhan
Lampiran3. Catatan pemantauan kepatuhan minum obat Lampiran 4. Surat permohonan studi pendahuluan Lampiran 5. Surat keterangan kelayakan etika penelitian Lampiran 6. Surat keterangan penelitian dari KPAD Lampiran 7. Hasil tabulasi data
Lampiran 8. Foto kegiatan penelitian dan obat yang diminum Lampiran 9. Format SMS yang dikirim
(12)
xi
KEPATUHAN PENGOBATAN ARV PADA PASIEN HIV AIDS DI PUSKEMAS TIMIKA
Renny Endang Kafiar1, Elsye Maria Rosa2, Falasifah Ani Yuniarti3 ABSTRAK
Latar Belakang: AIDS(Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan menjadi wabah internasional. Ketidakpatuhan dalam pengobatan menjadi masalah kegagalan pasien HIV/AIDS dalam menjalani pengobatan ARV. Hand phone sudah menjadi alat yang biasa digunakan dimasyarakat dan sangat membantu dalam meningkatkan komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien. Kebutuhan pasien yang selama ini belum terpenuhi dapat diketahui melalui SMS. SMS Reminder diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan ARV.
Tujuan Penelitian: Menganalisis pengaruh SMS Reminder terhadap perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV AIDS di Puskemas Timika.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian Praekperimen dengan pendekatan one-group pre-post test design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 29
responden yang diambil dengan teknik consecutive sampling.Teknik analisis data
menggunakan uji wilcoxon. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kepatuhan
pengobatan ARV dan tabel catatan pemantauan kepatuhan minum obat. Intervensi dilakukan selama satu bulan.
Hasil Penelitian: Kepatuhan pengobatan ARV sebelum dilakukan intervensi dukungan SMS Reminder ada 16 responden (55.2%) dan sesudah dilakukan intervensi dukungan SMS Reminder mengalami peningkatan menjadi 26 responden (89.7%). Hasil uji wilcoxon diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 (p< 0,05).
Kesimpulan: Ada pengaruh SMS Reminder terhadap perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS di Pusmesmas Timika.
(13)
xii
PATIENTS AT PUSKESMAS TIMIKA
Renny Endang Kafiar1, Elsye Maria Rosa2, Falasifah Ani Yuniarti3 ABSTRACT
Background: AIDS (Acquired Immune Defiance Syndrome) is one of deadly diseases which has been an international epidemic. The patients’ incompliance in medication can be the source of HIV/AIDS patients’ ARV treatment failure. Cellphone is a common appliance used by the society and it has a significant role for the health workers and patients. Patients can fulfill their needs from the information given in the SMS. The reminder SMS, is expected to increase the patients’ compliance in ARV treatment.
Objectives: The research was aimed at analyzing the influence of reminder SMS to the compliance behavior changes of HIV/AIDS patients at Puskesmas Timika. Methods: The research applied pre-experiment design by performing in group pre-post design. There were 29 respondents in this research chosen by consecutive sampling. Wilcoxon test was performed to analyze the data. The research instrument was questionnaire of ARV treatment compliance and observation table of compliance record in taking medicine. The intervention was done for one month.
Results: The compliance of ARV treatment before the intervention was 55.2% (16 respondents). After the intervention in the form of SMS reminder, the compliance was increased to 89.9% (26 respondents). In addition, wilcoxon test showed p-value=0.001 (p<0.05).
Conclusion: There is an influence of reminder SMS to the compliance behavior changes in ARV treatment of HIV/AIDS patients in Puskesmas Timika.
(14)
(15)
(16)
i
KEPATUHAN PENGOBATAN ARV PADA PASIEN HIV AIDS DI PUSKEMAS TIMIKA
Renny Endang Kafiar1, Elsye Maria Rosa2, Falasifah Ani Yuniarti3 ABSTRAK
Latar Belakang: AIDS(Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan menjadi wabah internasional. Ketidakpatuhan dalam pengobatan menjadi masalah kegagalan pasien HIV/AIDS dalam menjalani pengobatan ARV. Hand phone sudah menjadi alat yang biasa digunakan dimasyarakat dan sangat membantu dalam meningkatkan komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien. Kebutuhan pasien yang selama ini belum terpenuhi dapat diketahui melalui SMS. SMS Reminder diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan ARV.
Tujuan Penelitian: Menganalisis pengaruh SMS Reminder terhadap perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV AIDS di Puskemas Timika.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian Praekperimen dengan pendekatan one-group pre-post test design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 29
responden yang diambil dengan teknik consecutive sampling.Teknik analisis data
menggunakan uji wilcoxon. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kepatuhan
pengobatan ARV dan tabel catatan pemantauan kepatuhan minum obat. Intervensi dilakukan selama satu bulan.
Hasil Penelitian: Kepatuhan pengobatan ARV sebelum dilakukan intervensi dukungan SMS Reminder ada 16 responden (55.2%) dan sesudah dilakukan intervensi dukungan SMS Reminder mengalami peningkatan menjadi 26 responden (89.7%). Hasil uji wilcoxon diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 (p< 0,05).
Kesimpulan: Ada pengaruh SMS Reminder terhadap perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS di Pusmesmas Timika.
(17)
ii
PATIENTS AT PUSKESMAS TIMIKA
Renny Endang Kafiar1, Elsye Maria Rosa2, Falasifah Ani Yuniarti3 ABSTRACT
Background: AIDS (Acquired Immune Defiance Syndrome) is one of deadly diseases which has been an international epidemic. The patients’ incompliance in medication can be the source of HIV/AIDS patients’ ARV treatment failure. Cellphone is a common appliance used by the society and it has a significant role for the health workers and patients. Patients can fulfill their needs from the information given in the SMS. The reminder SMS, is expected to increase the patients’ compliance in ARV treatment.
Objectives: The research was aimed at analyzing the influence of reminder SMS to the compliance behavior changes of HIV/AIDS patients at Puskesmas Timika. Methods: The research applied pre-experiment design by performing in group pre-post design. There were 29 respondents in this research chosen by consecutive sampling. Wilcoxon test was performed to analyze the data. The research instrument was questionnaire of ARV treatment compliance and observation table of compliance record in taking medicine. The intervention was done for one month.
Results: The compliance of ARV treatment before the intervention was 55.2% (16 respondents). After the intervention in the form of SMS reminder, the compliance was increased to 89.9% (26 respondents). In addition, wilcoxon test showed p-value=0.001 (p<0.05).
Conclusion: There is an influence of reminder SMS to the compliance behavior changes in ARV treatment of HIV/AIDS patients in Puskesmas Timika.
(18)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang menduduki urutan ke-4 didunia yang mematikan, menjadi wabah internasional dan cenderung memperlihatkan penyebaran yang cepat dan meluas setiap tahun (Black dan Hawks, 2014). Menurut WHO (Word Health Organisation), setelah Afrika wilayah Asia Pasifik memikul beban terberat kedua dengan jumlah orang dengan HIV-AIDS (ODHA) sebesar 4,9 juta dan 95% berada di Asia yaitu Cambodia, China, India, Indonesia, Myanmar, Nepal, Papua New Guinea, Thailand dan Vietnam. Hasil estimasi yang dilakukan pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 591.823 ODHA di semua provinsi di Indonesia (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Papua per 30 Juni 2014 total pasien HIV-AIDS mencapai 17.639 kasus yang terdiri dari penderita HIV berjumlah 6.579 orang dan AIDS berjumlah 11.060 dan dari jumlah total diatas 1229 penderita telah meninggal dunia. Ada banyak kabupaten yang belum menyampaikan datanya dengan baik sehingga angka tersebut diperkirakan masih jauh lebih kecil dari keadaan sebenarnya.
Gambaran umum data pasien ODHA di Timika dari tahun 1996 – Maret 2015 adalah 4.243 kasus, terdiri dari infeksi HIV berjumlah 2.361 (55,64%) kasus dan AIDS berjumlah 1.882 (44,36%) dan dari total diatas penemuan baru infeksi HIV dan kasus AIDS dari bulan Januari-Maret 2015 sendiri ada 96 kasus yaitu kasus baru HIV terdapat 51 (53,13%) kasus
(19)
dan AIDS terdapat 45 (46,88%) kasus, menurut jalur penularannya 95 (98,96%) adalah melalui jalur seksual dan 1 (1,04%) adalah melalui ibu ke anak (Dinkes Mimika, 2015).
Data dari ruang konseling Puskesmas Timika tertanggal 12 Mei 2015 terdapat 739 pasien yang dilakukan tindakan konseling lengkap dari Januari- Maret 2015, didapati 17 orang HIV positif, 5 diantaranya adalah ibu hamil (Dinkes Mimika, 2015). Sementara hasil survei peneliti diruang konseling Puskesmas Timika tanggal 18 januari 2016, penemuan total pasien pada tahun 2013 terdapat 23 pasien dan tahun 2014 terdapat 20 pasien sementara pada tahun 2015 sendiri terdapat 46 pasien.
AIDS belum bisa disembuhkan, namun infeksi ini dapat dikendalikan dengan pengobatan Anti Retroviral (ARV). Anti Retroviral (ARV) adalah obat yang ditemukan pada tahun 1996, meskipun belum mampu menyembuhkan penyakit dan menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat namun dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA (Kemenkes, 2011).
HIV dapat dikontrol dengan pelayanan kesehatan yang tepat dan dukungan sosial, selain faktor internal. Pemerintah telah mengupayakan berbagai program untuk menanggulangi HIV-AIDS, seperti penyuluhan, pembagian kondom, konseling, dan pengobatan ARV. Salah satu terobosan terbaru yang diperkenalkan pada pertengahan 2013, dinamakan Strategic Use of ARV (SUFA). Merupakan kebijakan baru, dimana setiap orang yang rentan atau berisiko, ditawarkan untuk melakukan tes yang tentunya melalui konseling terlebih dahulu. Dan bila hasilnya positif, akan langsung ditawari pemberian obat ARV.
Kepatuhan dalam pengobatan menjadi masalah kegagalan pasien HIV dalam menjalani pengobatan ARV. Oleh sebab itu kepatuhan harus selalu dipantau dan dievaluasi
(20)
secara teratur serta didorong setiap kali kunjungan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya di Timika tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan minum ARV pada pasien HIV di Kabupaten Mimika tahun 2012, mencatat bahwa dari 74 pasien, yang tidak patuh adalah 41 orang (55,41 %), yang kepatuhannya sedang 10 orang (13,51%) dan pasien yang patuh sebanyak 23 orang (31,05%) (Ubra, 2012). Sementara sampai akhir tahun 2014 dari 1.270 orang yang pernah menerima pengobatan ARV dan yang masih bertahan dalam pengobatan hanya 44,64%. (Dinkes Mimika, 2014)
Menjaga kepatuhan pengobatan tidak mudah, survei menunjukkan bahwa sepertiga dari pasien HIV lupa minum obat dalam tiga hari survei, padahal untuk mencapai supresi virologi diperlukan tingkat kepatuhan ART (Antiretroviral Therapy) yang sangat tinggi. Menurut penelitian bahwa untuk mencapai supresi virus yang optimal setidaknya 90-95% dari semua dosis tidak boleh terlupakan (Depkes, 2007).
Di beberapa negara berkembang telah diaplikasikan perangkat mobile phone sebagai
salah satu perangkat “mobile health” atau “electronic health”. Salah satu fungsinya adalah
memberikan intervensi yang bertujuan untuk mengubah perilaku kesehatan, seperti kepatuhan terhadap terapi ARV. Penelitian yang dilakukan di Kenya tentang pengaruh penggunaan SMS (Short Message Service) terhadap kepatuhan terapi ARV pada tahun 2007-2008, mencatat bahwa pasien yang menerima SMS dukungan dari petugas kesehatan secara signifikan dapat memperbaiki kepatuhan terapi ARV dan tingkat supresi virus yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol, sehingga penggunaan mobile phone dapat menjadi efektif untuk memperbaiki outcome pasien (Lester, et al., 2010).
Hal yang sama juga diteliti di Cameroon pada tahun 2013 yaitu menggunakan SMS 2 (dua) arah dalam memperbaiki kepatuhan pengobatan ARV dan hasilnya dapat meningkatkan
(21)
komunikasi antara pasien dan petugas kesehatan. Secara umum SMS reminder disukai oleh penggunanya dan setengah dari responden hanya menjawab SMS untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya, dan kebutuhan pasien yang selama ini belum terpenuhi dapat diketahui melalui SMS misalnya mengenai konseling penyakit yang berkaitan dengan prosedur pengobatan, efek samping obat, konsekuensi dan kompensasi jika ada dosis obat yang terlewat (Mbuagbaw,et al., 2013).
Berdasarkan uraian diatas, masih banyak pasien yang tidak patuh dengan pengobatan ARV, sedangkan hand phone sudah menjadi alat yang biasa digunakan dimasyarakat dan sangat membatu dalam meningkatkan komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh SMS Reminder terhadap perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS di Puskemas Timika.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah perilaku kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS sebelum SMS Reminder?
2. Bagaimanakah perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS setelah SMS Reminder?
3. Apakah ada pengaruh SMS Reminder terhadap perubahan perilaku kepatuhan terhadap pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh SMS Reminder terhadap perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS.
(22)
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS sebelum SMS Reminder.
b. Untuk menganalisis perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS setelah SMS Reminder.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis (Keilmuan)
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan medikal bedah, tentang pengaruh SMS Reminder terhadap perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS
b. Penelitian ini sebagai evidence based dalam mengembangkan intervensi SMS Reminder (Mobile Phone) terhadap penanggulangan HIV-AIDS.
2. Manfaat praktis (Guna Laksana)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk melakukan intervensi terhadap penanggulangan HIV-AIDS. Dalam membantu klien mengambil keputusan, meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan ARV, dan meningkatkan kemandirian pasien dalam merawat dirinya sendiri.
(23)
E. Penelitian Terkait
Dari penelusuran yang penulis telusuri belum ada judul yang sama dengan yang akan penulis lakukan ada beberapa yang hampir sama tetapi ada perbedaan dari kasus dan tempat yang berbeda, berikut ini adalah beberapa penelitian terkait :
1. Sucipto, A., (2014) dengan judul “Efektifitas Konseling DM Dalam Meningkatkan Kepatuhan dan Pengendalian Gula Darah pada Diabetes Melitus Tipe 2”.Variabel dalam penelitian yaitu konseling DM, kepatuhan Diit, kepatuhan olahraga, kepatuhan kontrol dan kepatuhan pil count. Jenis penelitian menggunakan desain experimental, dengan menggunakan kelompok kontrol selama 9 bulan, dengan jumlah sampel 44 orang. Persamaan dalam penelitian ini adalah metode yang digunakan sama dengan yang akan peneliti gunakan, namun subyeknya berbeda dengan tempat yang berbeda.
2. Pop-Eleches.,(2011). Penelitian di Kenya tentang SMS Reminder yang digunakan pada pasien HIV-AIDS untuk mengingatkan pasien mengkonsumsi ARV yang dilakukan selama 48 minggu, menunjukkan sebanyak 53% pasien yang menerima SMS reminder mingguan mencapai kepatuhan lebih dari 90% dibandingkan dengan pasien dalam kelompok kontrol yang hanya 40%, pasien juga tidak menyukai menunda terapi lebih dari 48 jam. Penelitian ini juga menemukan bahwa SMS Reminder mingguan lebih efektif dibandingkan dengan harian, karena dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi ARV sampai dengan 90%.
3. Kambu, Y., (2012) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan
Pencegahan Penularan HIV oleh ODHA di Sorong”. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden adalah 75 orang. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan penularan
(24)
HIV oleh ODHA adalah umur. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah pengetahuan, tingkat pendidikan, status perkawinan. Persamaan penelitian diatas adalah subyeknya sementara yang membedakan adalah metode penelitian dan tempat penelitian.
4. Talam., (2008) dengan judul “Factors Affecting Antiretroviral Drug Adherence Among Hiv/Aids Adult Patients Attending Hiv/Aids Clinic At Moi Teaching And Referral Hospital Eldoret Kenya”. Sebuah studi cross sectional yang melibatkan 384 pasien yang menderita HIV/AIDS. Pengambilan sampel secara purposive sampling. Analisis data menggunakan Chi-Square. Faktor utama yang mempengaruhi kepatuhan adalah; berada jauh dari rumah, menjadi sibuk dan lupa.
Perbedaan dari penelitian diatas adalah metode penelitian dan tempatnya sementara persamaannya adalah pada subyek yang diteliti.
5. Martoni, W., (2013) dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV-AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Desember 2011 – Maret 2012. Jenis dan rancangan penelitian ini adalah observational dengan pendekatan Cross sectional. Populasi adalah keseluruhan Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) yang telah menjalani terapi ARV lebih dari dua bulan. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Propotional Random sampling yaitu berjumlah 55 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan wawancara langsung terhadap pasien. Analisis data yaitu analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji chi-square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda metode Backward Wald. Hasil penelitian menginformasikan bahwa variabel faktor pengetahuan pasien menjadi faktor paling dominan (Wald = 6,833 ; OR = 9,003; Cl 95% = 1,733 - 46,770), dibandingkan dua faktor lain yaitu tingkat
(25)
pendidikan (Wald = 4,369 ; OR = 6,732; Cl 95% = 1,126 – 40,238) dan Beck Deppresion Inventory (BDI) (Wald = 5,491 ; OR = 7,760; Cl 95% = 1,398 – 43,069). Persamaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah subyeknya, sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitian yang digunakan dan tempat penelitian.
6. Bello, S.I., (2011) “AIDS Patient’s Adherence to Antiretroviral Therapy in Sobi
Specialist Hospital, Ilorin, Nigeria”. Sampel penelitian sebanyak 213 pasien yang terinfeksi HIV pada terapi ARV dinilai menggunakan self reporting dan perhitungan pengobatan pil untuk 20 bulan terapi. Penelitian menggunakan kuesioner terstruktur, wawancara pribadi dan catatan pasien dari rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan pasien terhadap obat antiretroviral rendah (73,3%) dibandingkan dengan standar (95%). Rendahnya tingkat pendidikan pasien, efek obat antiretroviral yang merugikan dan stigmatisasi merupakan faktor utama ketidakpatuhan pasien.
7. Butler, et al., (2012) “Mobile Health Technologies (mHealth) for promotion adherence to antiretroviral therapy: a systematic review”. Hasil penelitian menemukan bahwa pesan teks mingguan meningkatkan kepatuhan dan penekanan virus, sedangkan pesan teks harian tidak berpengaruh terhadap kepatuhan namun dapat meningkatkan penekanan virus. Kualitas kepatuhan dengan pesan mingguan menunjukkan kategori sangat tinggi sampai sedang sedangkan kualitas pesan sehari-hari menunjukkan kategori sangat rendah. Strategi mHealth mampu meningkatkan kepatuhan ART (Anti retrovirus Therapy) dan penekanan virus. Persamaan pada penelitian diatasa dalah subyek yang diteliti dan intervensi yang dilakukan sementara yang membedakan adalah metode penelitiannya.
(26)
9
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1.Konsep HIV-AIDS
a. Pengertian
1) AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan sistem kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil penularan. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Widoyono, 2011)
2) Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi HIV (Mansjoer, 2005)
3) AIDS adalah suatu kondisi ketika limfosit dan sel-sel darah putih mengalami kerusakan sehingga melemahkan sistem pertahanan alami tubuh (Kristo Kalalo, 2012).
4) AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain) (Syafrudin dkk, 2011).
Berdasarkan pengertian tentang AIDS di atas, dapat disimpulkan AIDS merupakan penyakit menular dalam jangka waktu lama yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh dan
(27)
disebabkan oleh infeksi HIV. Hingga kini HIV belum dapat disembuhkan, namun gangguan ini dapat dikontrol dengan terapi obat antiretroviral. Menurut UNAIDS (2010), yang terkena Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah 30.800.000 orang dewasa dan 2,5 juta anak di seluruh dunia pada akhir tahun 2009. Oleh karena itu ada kebutuhan untuk berupaya mengatasi ancaman meningkatnya penyebaran penyakit ini.
Pengembangan dan penggunaan luas ART sebagai pengobatan pilihan di HIV, telah meningkat secara signifikan kondisi kesehatan orang HIV positif yang bisa menunda kematiannya. ART telah mengubah persepsi HIV-AIDS dari penyakit yang tak tersembuhkan menjadi penyakit dapat dikelola/dikontrol. Penelitian yang dilakukan Bello (2011) di Nigeria menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan kepatuhan pada terapi ARV dibandingkan dengan sebelumnya di negara-negara Afrika termasuk Nigeria.
b. Proses Replikasi HIV
Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS, sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan menunjukkan gambaran penyakit yang kronis. Penurunan imunitas biasanya diikuti adanya peningkatan risiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik serta penyakit keganasan (Depkes RI, 2003). Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50% menjadi AIDS sesudah
(28)
sepuluh tahun, dan hampir 100% pasien HIV menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun (Sudoyono, 2006).
Siklus replikasi dari awal virus masuk ke sel tubuh sampai menyebar ke organ tubuh yang lain melalui 7 tahapan, yaitu (Depkes RI, 2006):
1) Sel - sel target mengenali dan mengikat HIV a) HIV berfusi (melebur) dan memasuki sel target b) gp 41 membran HIV merupakan mediator proses fusi c) RNA virus masuk kedalam sitoplasma
d) Proses dimulai saat gp 120 HIV berinteraksi dengan CD4 dan ko-reseptor
2) RNA HIV mengalami transkripsi terbalik menjadi DNA dengan bantuan enzim reverse transcriptase
3) Penetrasi HIV DNA ke dalam membran inti sel target
4) Integrasi DNA virus ke dalam genom sel target dengan bantuan enzim integrase
5) Ekspresi gen-gen virus
6) Pembentukan partikel-partikel virus pada membran plasma dengan bantuan enzim protease
7) Virus-virus yang infeksius dilepas dari sel, yang disebut virion Replika HIV sangat cepat dan terus menerus sejak awal infeksi. Replikasi yang terus menerus mengakibatkan kerusakan sistem kekebalan tubuh semakin berat sehingga semakin rentan terhadap infeksi,
(29)
kanker, penyakit saraf, kehilangan berat badan dan berakhir dengan kematikan. Salah satu cara untuk mencegah replikalisasi virus dan peningkatan resiko mengembangkan resitensi virus adalah kepatuhan terhadap rejimen ART.
c. Efek HIV pada Sistem Imun
Infeksi primer berkaitan dengan periode waktu dimana HIV pertama kali masuk ke dalam tubuh. Pada waktu terjadi infeksi primer, darah pasien menunjukan jumlah virus yang sangat tinggi, ini berarti banyak virus lain didalam darah.
Sejumlah virus dalam darah atau plasma per millimeter mencapai 1 juta. Orang dewasa yang baru terinfeksi sering menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala dari sindrom retroviral akut ini meliputi: panas, nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare, berkeringat di malam hari, kehilangan berat badan, dan timbul ruam. Tanda dan gejala tersebut biasanya dan terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa hari dan sering salah terdeteksi sebagai influenza atau infeksi mononucleosis.
Selama infeksi primer jumlah limfosit CD4 dalam darah menurun dengan cepat. Target virus ini adalah lomfosit CD4+ yang ada di nodus limfa dan thymus. Keadaan tersebut membuat individu yang terinfeksi HIV rentan terkena infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan thymus untuk memproduksi limfosit T.Tes antibodi HIV dengan
(30)
menggunakan Enzyme Linked Imunoabsorbent Assy (EIA) akan menunjukkan hasil positif.
d. Penularan HIV
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui cairan tubuh seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat dalam saliva, air mata, dan urin (sangat rendah). Terdapat 3 cara penularan HIV, yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1) Hubungan seksual, baik secara vagina, oral, maupun anal dengan sorang pengidap. Cara ini merupakan cara paling umum terjadi, sekitar 80-90% dari kasus sedunia karena penularannya mudah terjadi. Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak sekresi cairan vagina atau preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya.
2) Kontak langsung dengan darah
Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah.
a) Transfusi darah yang tercemar HIV, resikonya sangat tinggi sampai 90%. Ditemukan sekitar 3-5% dari total kasus di dunia.
b) Pemakaian jarum tidak steril dan sempritnya pada para pecandu narkotika suntik. Resiko sekitar 0,5-1% dan terdapat 5-10% dari total kasus sedunia.
(31)
c) Penularan lewat kecelakaan, tertusuk jarum pada petugas kesehatan resikonya kurang dari 0,5% dan telah terdapat kurang dari 0,1% dari total kasus sedunia.
3) Secara vertikal, dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Resiko sekitar 25-40% dan terdapat 0,1% dari total kasus sedunia. Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim selama masa perinatal yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum penularan HIV-AIDS melalui tiga cara yaitu penularan seksual, kontaminasi melalu darah dan penularan masa perinatal. Penularan HIV paling beresiko yaitu penularan melalui hubungan seksual.
e. Pencegahan HIV
Pencegahan HIV didefinisikan sebagai upaya menurunkan kejadian penularan dan penambahan infeksi HIV melalui beberapa strategi, aktivitas, intervensi, dan pelayanan (CDC, 1998, dalam Ackley, Ladwing, Swan & Tucker, 2008). Pencegahan positif adalah upaya-upaya pemberdayaan ODHA yang bertujuan untuk meningkatkan harga diri, kepercayaan diri dan kemampuan serta diimplementasikan di dalam suatu kerangka etis yang menghargai hak dan kebutuhan ODHA dan pasangannya (Yayasan Spiritia, 2012). Tiga pilar pencegahan positif adalah sebagai berikut :
(32)
1) Meningkatkan mutu hidup ODHA
2) Menjaga diri untuk tidak tertular HIV maupun infeksi dari orang lain 3) Menjaga diri untuk tidak menularkan HIV kepada orang lain
Tindakan pencegahan penularan HIV dapat dilakukan dengan mencegah perilaku seks berisko. Ada beberapa metode yang direkomendasikan oleh Kemenkes RI untuk mencegah penularan HIV yang dikenal dengan perilaku ABCDE:
1) Abstinence : tidak melakukan hubungan seks bebas
2) Befaitful : melakukan prinsip monogami yaitu tidak berganti pasangan dan saling setia pada pasangan
3) Condom : untuk melakukan hubungan seks yang mengandung resiko dianjurkan melakukan seks aman termasuk menggunakan kondom. 4) Drugs : jauhi narkoba
5) Equpment : hindari pemakaian alat medis yang tidak steril. (Subdin BPP & PL DinKes Provinsi Papua, 2007).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa tindakan pencegahan penularan HIV berarti upaya untuk menanggulangi dengan mencegah penularan HIV dari ODHA ke orang lain dengan menggunakan metode atau cara seksual maupun nonseksual yang aman. Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urine orang yang terinfeksi namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko infeksinya secara umum dapat diabaikan (Syafruddin, dkk, 2011).
(33)
2.Terapi ARV
Kita kini telah memiliki obat-obatan Antiretroviral yang mampu memperpanjang hidup para pengidap HIV sepanjang dikonsumsi secara benar dan teratur.
a) Tujuan pemberian ARV
ARV diberikan pada pasien HIV-AIDS dengan tujuan: 1) Menghentikan replikasi HIV
2) Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik.
3) Memperbaiki kualitas hidup
4) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV b) Cara Kerja ARV
Mekanisme Kerja ARV melalui 3 tahap yaitu: 1) Penghambat masuknya ke dalam sel
Bekerja dengan cara berikatan dengan subunit GP41 selubung glikoprotein virus sehingga fusi virus ke target sel dihambat. Satu-satunya obat penghambat fusi ini adalah enfuvirtid.
2) Penghambat reverse transcriptase enzyme a) Analog nekleosidan (NRTI)
NRTI diubah secara intraseluler dalam 3 tahap penambahan 3 gugus fosfat) dan selanjutnya berkompetisi dengan natural nukleotida menghambat RT sehingga perubahan RNA menjadi
(34)
DNA terhambat. Selain itu NRTI juga menghentikan pemanjangan DNA.
b) Analog nukleotida (NtRTI)
Mekanisme kerja NtRTI pada penghambatan replikasi HIV sama dengan NRTI tetapi hanya memerlukan 2 tahapan proses fosforilasi.
c) Protease inhibitor
Bekerjanya tidak melalui tahapan fosforilasi intraseluler tetapi berikatan langsung dengan reseptor pada RT dan tidak berkompetisi dengan nukleotida natural. Aktivitas antiviral terhadap HIV-2 tidak kuat.
3) Protease inhibitor
Protease Inhibitor berikatan secara reversible dengan enzim protease yang mengkatalisa pembentukan protein yang dibutuhkan untuk proses akhir pematangan virus. Akibatnya virus yang terbentuk tidak masuk dan tidak mampu menginfeksi sel lain. PI adalah ARV yang potensial.
c) Jenis obat-obatan ARV
Berdasarkan cara kerjanya ARV dibedakan dalam beberapa golongan yaitu golongan NRTI, NNRTI, dan PI yang termasuk dalam golongan NRTI adalah: Abacavir, Didanosin, Lamivudin, Stavudin, Tenolovir, Zalcibatin, Zidotudin sementara yang termasuk golongan
(35)
NNRTI adalah: Efavirenz, Neviparin dan yang termasuk golongan PI adalah: Loponavir, Ritonavir, Nelfinavir, Saquinavir.
3.Konsep Dasar Kepatuhan a. Pengertian kepatuhan
Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditetapkan (Susan. B, 2002). Sackett (1976) mendefinisikan kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan (Neil Nevin, 2002).
Kepatuhan terhadap pengobatan didefinisikan sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh tenaga medis mengenai penyakit dan pengobatannya. Tingkat kepatuhan setiap pasien biasanya digambarkan sebagai presentase jumlah obat yang diminum setiap hariya dan waktu minum dalam jangka waktu tertentu (Osterberg dan Terrence, 2005).
Kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam pengobatan ARV pada pasien HIV. Namun kepatuhan individu berdasarkan rasa terpaksa atau ketidaksepahaman dapat disusul dengan kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan yang menganjurkan perubahan (Sarwono, 2009).
Berdasarkan pengertian tentang kepatuhan dapat disimpulkan kepatuhan dalam pengobatan yaitu sejauh mana perilaku pasien
(36)
menggunakan obat yang diminum setiap harinya dan waktu minum dalam jangka waktu tertentu sesuai ketentuan yang diberikan oleh tenaga medis.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut Grean (1980) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan antara lain:
1) Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, pendidikan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai.
2) Faktor pendukung mencakup tersedianya sarana dan fasilitas kesehatan dan juga lingkungan.
3) Faktor pendorong mencakup sikap petugas kesehatan, perilaku petugas kesehatan, perilaku masyarakat.
Kepatuhan pasien terhadap pengobatanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi (Osterberg dan Terrence, 2005; Delamater, 2006; Kocurek, 2009):
1) Faktor demografi
Faktor demografi, seperti suku, status sosio-ekonomi yang rendah dan tingkat pendidikan yang rendah dikaitkan dengan kepatuhan yang rendah terhadap regimen pengobatan.
2) Faktor psikologi
Faktor psikologi juga dikaitkan dengan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Kepercayaan terhadap pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan. Sedangkan faktor psikologi, seperti depresi, cemas, dan
(37)
gangguan makan yang dialami pasien dikaitkan dengan ketidakpatuhan.
3) Faktor sosial
Hubungan antara anggota keluarga dan masyarakat juga berperan penting dalam pengobatan ARV. Dukungan sosial dapat menurunkan rasa depresi atau stres penderita.
4) Faktor yang berhubungan dengan penyakit dan medikasi
Penyakit kronik yang diderita pasien, regimen obat yang kompleks, dan efek samping obat yang terjadi pada pasien dapat meningkatkan ketidakpatuhan pada pasien.
5) Faktor yang berhubungan dengan tenaga kesehatan
Komunikasi yang rendah dan kurangnya waktu yang dimiliki tenaga kesehatan, seperti dokter menyebabkan penyampaian informasi menjadi kurang sehingga pasien tidak cukup mengerti dan paham akan pentingnya pengobatan. Keterbatasan tenaga kesehatan, seperti Apoteker waktu dan keahlian yang dimiliki Apoteker juga berpengaruh terhadap pemahaman pasien mengenai pengguanaan obat sehingga cenderung meningkatkan ketidakpatuhan pasien.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1) Pemahaman tentang instruksi. Tak seorangpun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham mengenai instruksi yang diberikan
(38)
padanya. Ley dan Splemen (1967) menemukan bahwa lebih dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan pada mereka.
2) Kualitas interaksi, antara professional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam meningkatkan kepatuhan pasien.
3) Isolasi sosial dan keluarga. Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan serta dapat menentukan tentang program pengobatan yang mereka terima. Part (1976) telah memperhatikan peran keluarga dalam pengembangan kebiasaan kesehatan dan pengajaran terhadap anak-anak mereka. 4) Keyakinan, sikap dan kepribadian, hubungan antara professional
kesehatan dan pasien, keluarga dan teman, keyakinan tentang kesehatan dan kepribadian seseorang berperan dalam menentukan respon pasien terhadap anjuran pengobatan.
Derajat ketidakpatuhan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: a. Kompleksitas prosedur pengobatan
b. Derajat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan.
c. Lamanya waktu dimana pasien harus mematuhi nasehat dokter. d. Apakah penyakit tersebut benar menyakitkan.
e. Keparahan penyakit dipersepsikan oleh pasien, bukan profesionalisme kesehatan.
(39)
Dinicola dan dimatteo (1984), mengusulkan lima titik rencana untuk mengatasi ketidakpatuhan adalah :
1) Satu syarat untuk semua rencana menumbuhkan kepatuhan adalah mengembangan tujuan kepatuhan
2) Perilaku sehat sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku, tetapi untuk mempertahankan perubahan tersebut.
3) Pengontrolan perilaku seringkali tidak cukup untuk mengubah perilaku itu sendiri, faktor kognitif juga berperan penting terhadap perubahan perilaku.
4) Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan terhadap program medis
5) Dukungan dari profesional kesehatan merupakan dukungan lain yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
Berdasarkan beberapa teori tersebut dapat ditarik kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan meliputi pemahaman interaksi yang baik oleh pasien, hubungan interaksi yang baik antara pasien dan konselor, dukungan sosial dan keyakinan dari orangtua maupun teman dan juga petugas kesehatan.
d. Metode Pengukuran Tingkat Kepatuhan
Tingkat kepatuhan terhadap pengobatan dapat diukur melalui dua metode, yaitu (Osterberg dan Terrence, 2005) :
(40)
1) Metode langsung
Pengukuran kepatuhan melalui metode langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti mengukur viral load dalam darah atau urin, mengukur atau mendeteksi petanda biologi di dalam. Metode ini umumnya mahal, memberatkan tenaga kesehatan dan rentan terhadap penolakan pasien.
2) Metode tidak langsung
Pengukuran kepatuhan melalui metode tidak langsung dapat dilakukan dengan bertanya pada pasien tentang penggunaan obat, menggunakan kuesioner, menilai respon klinik pasien, menghitung jumlah pil obat dan menghitung tingkat pengambilan kembali resep obat.
Tingkat kepatuhan terhadap pengobatan dapat diukur melalui Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan cara menghitung sisa obat sesuai dosis obat yang diberikan pada waktu tertentu, Kepatuhan tinggi adalah : jumlah kombinasi obat ARV kurang dari 0-3 dosis yang tidak
diminum dalam periode 30 hari (≥ 95%). Kepatuhan sedang adalah
jumlah kombinasi obat ARV antara 3-12 dosis yang tidak diminum dalam periode 30 hari (80-95%). Kepatuhan rendah, adalah jumlah kombinasi obat ARV lebih dari 12 dosis yang tidak diminum dalam periode 30 hari (<80%) (Depkes, 2007). Berdasarkan pengertian tingkat kepatuhan tersebut maka untuk mengetahui kepatuhan peneliti akan melakukan observasi jumlah sisa obat dan pemeriksaan CD4. e. Metode Meningkatkan Kepatuhan (Osterberg dan Terrence, 2005)
(41)
1) Pemberian edukasi kepada pasien, anggota keluarga atau keduanya mengenai penyakit dan pengobatannya. Edukasi dapat diberikan secara individu maupun kelompok, dan dapat diberikan melalui tulisan, telepon, email atau datang kerumah.
2) Mengefektifkan jadwal diit, olahraga, dan pendosisan obat melalui penyederhanakan regimen dosis harian, menggunakan kotak pil untuk mengatur jadwal dosis harian, dan menyertakan anggota keluarga berpartisipasi dalam mengingatkan pasien diit, olahraga dan meminum obat.
3) Meningkatkan komunikasi antara pasien dan petugas kesehatan 4.Kepatuhan Minum Obat
Kepatuhan minum obat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku pasien dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya. Supaya patuh, pasien dilibatkan dalam memutuskan apakah minum atau tidak (Nursalam, 2007).
Kepatuhan dalam pengobatan menjadi masalah dalam pengobatan ARV hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: hubungan yang kurang serasi antar pasien HIV dan petugas kesehatan, jumlah pil yang harus diminum, depresi, tingkat pendidikan, kurangnya pemahaman pasien tentang obat-obat yang akan ditelan dan toksisitas obat dan pasien terlalu sakit untuk menelan obat (Depkes, 2007).
Kepatuhan adalah hal yang sangat penting dalam hal hidup sehat, sehingga butuh pemahaman yang baik terhadap proses perubahan dan apa
(42)
yang akan dialaminya untuk mengubah perilaku. Dukungan dari pribadi pasien sendiri dan juga petugas kesehatan merupakan faktor yang penting dalam kepatuhan pasien menjalani pengobatan.
5. Teori Motivasi a. Penegertian
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku.
Dari beberpa macam definisi motivasi, ada tiga hal penting dalam pengertian motivasi, yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul karena seseorang merasakan sesuatu yang kurang, baik fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi.
Memotivasi adalah proses manajemen untuk memengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak (Stoner dan Freeman, 1995:134). Menurut bentuknya, motivasi terdiri atas:
(43)
1. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu.
2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu.
3. Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit secara serentak dan menghentak dengan cepat sekali. b. Unsur Motivasi
Motivasi mempunyai tiga unsur utama yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang mereka miliki dengan apa yang mereka harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti dari pada motivasi.
Pada dasarnya motivasi mempunyai sifat siklus (melingkar), yaitu motivasi timbul, memicu perilaku tertuju kepada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan tercapai, motivasi itu berhenti. Tapi iti akan kembali pada keadaan semula apabila ada sesuatu kebutuhan lagi.
Siklus tersebut merupakan siklus dasar. Untuk memahami motif pada manusia dengan lebih tuntas, ada faktor lain yang berperan dalam siklus motif tersebut, yaitu faktor kognitif. Seperti kita ketahui bahwa kognitif merupakan proses mental seperti berpikir, ingatan, persepsi.
(44)
Dengan berperannya factor kognitif dalam siklus motif, maka driving state dapatdipicu oleh pikiran ataupun ingatan.
Pada dasarnya motovasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Sadirman,2003) sebagai berikut.
1. Motivasi internal
Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Keperluan dan keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internalnya. Kekuatan ini akan mempengaruhi pikirannya yang selanjunya akan mengarahkan perilaku orang tersebut. Motivasi internal dikelompokkan menjadi dua.
a. Fisiologis, yang merupakan motivasi alamiah rasa lapar, haus dan lain-lain.
b. Psikologis, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori dasar.
1) Kasih sayang, motivasi untuk menciptakan kehangatan, keharmonisan, kepuasan batin/emosi dalam berhubungan dengan orang lain.
2) Mempertahakan diri, untuk melindungi kepribadian, menghindari luka fisik dan psikologis, menghindari dari rasa malu dan ditertawakan orang, serta kehilangan muka, mempertahankan gengsi, dan mendapatkan kebanggaan diri.
(45)
3) Memperkuat diri, mengembangkan kepribadian, berprestasi, mendapatkan pengakuan dari orang lain, memuaskan diri dengan penguasaannya terhadap orang lain.
2. Motivasi Eksternal
Motivasi ekternal tidak dapat dilepaskan dari motivasi internal. Motivasi eksternal adalah motivasi yang timbul dari luar/lingkungan. Misalnya : motovasi eksternal dalam belajar antara lain berupa penghargaan, pujian, hukuman, atau celaan yang diberikan oleh guru, teman atau keluarga.
6.Konsep Teknologi Mobile Phone
Mobile phone adalah perangkat seluler yang sering kita gunakan, mobile phone biasa disebut dengan handphone/ telepon seluler. Penerapan teknologi komunikasi dan mobile phone canggih saat ini sudah berkembang sangat cepat dalam perawatan kesehatan dan kesehatan masyarakat yang lebih dikenal dengan mobile health.
Sebagai perangkat “mobile health” atau “electronic health”. Salah
satu fungsinya adalah memberikan intervensi yang bertujuan untuk mengubah perilaku kesehatan, seperti kepatuhan terhadap terapi ARV. Intervensi yang diberikan berupa sms reminder yang dikirim pada pasien HIV-AIDS satu kali dalam seminggu, secara signifikan kepatuhan pasien dalam terapi ARV dapat meningkat, hal ini dapat dinilai pada setiap akhir periode dari jumlah obat ARV yang tersisa dan pemeriksaan laboratorium
(46)
berupa viral loads yang menunjukkan HIV-1 RNA darah ≤ 400/ ml. (Lester, et al, 2010 dalam Nuriya, 2013).
Identifikasi strategi yang efektif untuk mengoptimalkan kepatuhan ART dan resistensi dalam perawatan HIV adalah prioritas. Penggunaan mobile health menawarkan cara untuk mendukung keterlibatan pasien dalam kepatuhan dan retensi dalam perawatan.
B. Aplikasi Teori Technology Acceptance Model
Seseorang yang didiagnosis HIV biasanya akan mengalami stress persepsi (kognisi: penerimaan diri, sosial, dan spiritual) dan tubuhnya menunjukan respons biologis selama menjalani perawatan dirumah sakit dan dirumah. Peran perawat dalam perawatan pasien terinfeksi HIV adalah melaksanakan pendekatan asuhan keperawatan agar pasien dapat beradaptasi dengan cepat. Peran tersebut meliputi: (1) menfasilitasi strategi koping; dan (2) dukungan social. SMS Reminder merupakan bagian dari intervensi keperawatan dalam menfasilitasi strategi koping dan dukungan social sehingga pasien bisa menggunakan potensi diri agar terjadi respon penerimaan sesuai terhadap keadaan penyakitnya dan ada perubahan perilaku yang mendukung kesembuhan, seperti kontrol dan minum obat teratur.
Untuk meningkatkan kepatuhan perlu adanya intervensi keperawatan yang bisa memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual sehingga dapat merubah perilaku pasien ketika berada dalam
(47)
masa perawatan, khususnya perilaku kepatuhan pasien HIV-AIDS terhadap pengobatan ARV.
Hubungan antara teori Technology Acceptance Model dengan kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS dapat dilihat pada (Skema 2.1), pada prinsipnya pendekatan Theory Technology Acceptance Model (TAM) ini adalah adaptasi dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Fred D. Davis (1986) yaitu teori tindakan yang beralasandengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akanmenentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna TeknologiInformasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Theory technology acceptance model pada dasarnya dibagi dalam beberapa faktor yaitu Faktor Eksternal, Faktor Perceived Usefulness, Faktor Perceived Ease of Use, Faktor Attitude Toward Using dan Faktor Behavioral Intention to Use. Faktor eksternal yaitu Mobile Phone yang digunakan untuk mengirim SMS mengingatkan pasien minum obat. SMS Reminder yang dikirim kepada pasien, selain untuk mengingatkan pasien minum obat juga berisikan kata-kata yang memberikan suport kepada pasien. Faktor Perceived usefulness (kegunaanya) adalah untuk Meningkatkan komunikasi antara pasien dan petugas kesehatan, Mengingatkan Pasien untuk konsumsi ARV, Memotivasi pasien (dukungan emosional) sehingga pasien merasa nyaman, dihargai, dicintai, dan diperhatikan sedangkan faktor perceived ease of use (Kemudahan SMS
(48)
Reminder) adalah dapat mengirimkan sms reminder pada banyak pasien sekaligus walaupun tersebar dibeberapa daerah berbeda, Biayanya relatif ringan (murah), Bentuknya kecil, murah dan mudah dibawah kemana-mana. Efek yang diharapkan (Behavioral Intention to Use) adalah pasien patuh dalam pengobatan ARV sehingga kadar viral loads dalam darah dapat menurun, terjadi peningkatan system imun dan peningkatan kualitas hidup pasien.
(49)
A. Kerangka Teori
Aplikasi Teori Technology Acceptance Model dalam penggunaan SMS Reminder terhadapPerubahan PerilakuKepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV/AIDS
Skema : 2.1
Persepsi Pengguna Terhadap Kemudahan Dalam Menggunakan Teknologi (SMS Reminder ) Persepsi Pengguna Terhadap Manfaat
Teknologi ( SMS Reminder)
Respon yang di harapkan:
Ada kepatuhan terhadap pengobatan ARV
Jumlah viral load menurun
Terjadi peningkatan system imun
Peningkatan kualitas hidup
HIV/ AIDS
Perubahan Fisiologis:
1. Jumlah viral loads
meningkat
2. System imun
menurun
3. Infeksi oportunistik
Konseling
Penatalaksanaan:
1. Nutrisi yang
sehatdanseimbang
2. Olah raga yang teratur
3. Pengobatan ARV
Pengaruh Psikologis: Stress persepsi (peneriman diri akan penyakitnya, biologis, psikologis, social, spiritual
Kunjungan Rumah Technology Acceptance Model:
Mobile Phone
KemauanUntukMemanfaatkanT eknologi (SMS Reminder) Factor yg mempengaruhi Kepatuhan:
Usia, Tingkat Pendidikan, Suku, Pengetahuan Pengobatan, Persepsi ARV, Efek Samping ARV, Konsumsi Alkohol
Kurang Dukungan Social Keluarga dan Masyarakat Kepatuhan
SMS Reminder
Kemauan untuk Memanfaatkan Teknologi (SMS Reminder) akan Mempengaruhi Penggunaan Teknologi Yang Sesungguhnya
(50)
B. Kerangka konsep penelitian
Variabel independent: Variable Dependent :
Keterangan : Yang diteliti : Yang tidak diteliti : - - -
Memberikan support via sms
Seminggu 3 kali POSTEST
PRETEST
Variabel terikat
Kepatuhan terapi ARV pada klien HIV/AIDS
Variabel pengganggu 1. Usia
2. Pendidikan
3. Suku
4. Social ekonomi
5. Efek samping obat
6. Dukungan keluarga
7. Akses pelayanan
8. Tenaga kesehatan
9. Nutrisi TAM : SMS Reminder
Efek samping ARV:
- Halusinasi / mimpi buruk
(51)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian Pra ekperimen. Desain penelitian ini akan melibatkan satu (1) kelompok eksperimen, yang akan diberikan intervensi berupa: SMS Reminder seminggu 3 kali.Pendekatan yang digunakan yaitu one-grouppre-posttest design. Pada penelitian ini, pretest dan posttest pada kelompok intervensi. Perbedaan hasil pretest dan posttest pada kelompok dapat disebut sebagai pengaruh dari intervensi atau perlakuan. Maka dapat digambarkan rancangan penelitian sebagai berikut :
Kelompok Pre test Perlakuan Post Test
Eksperimen 01 X 02
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
Keterangan :
O1 : Pengukuran pertama (pretest) kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV/AIDS dengan menghitung jumlah sisa obat yang diminum
X : Perlakuan menggunakan pengiriman SMS Reminder seminggu 3 kali
O2 : Pengukuran kedua (posttest) kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV/AIDS dengan menghitung jumlah sisa obat yang diminum
(52)
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien HIV-AIDS yang berobat di Puskesmas Timika Papua. Yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut: a. Kriteria inklusi
1) Pasien HIV-AIDS yang sedang menjalani pengobatan ARV dan mendapat paket obat baru.
2) Pasien yang baru terdiagnosis HIV-AIDS dan baru memulai pengobatan rutin 3) Pasien HIV-AIDS yang bersedia jadi responden
4) Pasien HIV-AIDS yang berusia 18 tahun keatas
5) Pasien HIV-AIDS yang dapat membaca serta memiliki Mobile Phone aktif pribadi maupun anggota keluarga yang memiliki Mobile Phone didalam keluarganya
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien HIV –AIDS yang drop out pengobatan
2) Ibu hamil HIV-AIDS positif yang menjalani pengobatan 2.Sampel dan besar sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan consecutive sampling karena kunjungan pasien di Puskesmas Timika tidak teratur. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dengan memilih subyek penelitian berdasarkan pada pertimbangan peneliti Jumlah sampel berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian sebanyak 30 orang. Tetapi yang menjadi sampel penelitian sebanyak 29 orang, 1 orang gugur karena pindah
(53)
kedaerah lain untuk mencari pekerjaan. Peneliti dibantu oleh asisten peneliti yang bekerja di ruang VCT PuskesmasTimika.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Timika, Kabupaten Mimika Propinsi Papua pada bulan April sampai Juni 2016.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variable bebas dan variable terikat. Variabel bebas (Independent) dalam penelitian ini adalah SMS Reminder. Variabel terikat (Dependent) adalah kepatuhan minum obat ARV.
E. Definisi Oprasional Variabel Penelitian
NO Variabel Definisi Oprasional Pengukuran Skala 1 Pasien HIV
AIDS
Pasien yang baru
maupun telah
terdiagnosa oleh dokter menderita HIV-AIDS dan baru maupun sedang menjalani pengobatan ARV.
- -
2 SMS Reminder
SMS berisikan
dukungan dan
pengingat menjalani pengobatan (minum obat).
3 Kepatuhan Pengobatan ARV
Perilaku pasien yang baru terdiagnosis HIV- AIDS dan akan
memulai fase
pengobatan maupun sedang menjalani fase baru pengobatan ARV dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktu.
1.Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan cara menghitung sisa obat sesuai dosis obat yang diberikan pada waktu 30 hari,
a. Kepatuhan tinggi adalah : jumlah kombinasi obat ARV kurang dari 3 dosis yang tidak diminum dalam
(54)
periode 30 hari (> 95%).
b. Kepatuhan sedang adalah jumlah kombinasi obat ARV antara 3-12 dosis yang tidak diminum dalam periode 30 hari (80-95%).
c. Kepatuhan rendah, adalah jumlah kombinasi obat ARV lebih dari 12 dosis yang tidak diminum dalam periode 30 hari (<80%). Peneliti melakukan
observasi jumlah sisa obat
F. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, lembar checklist jumlah obat dan lembar follow-up ODHA
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat ukur yang digunakan untuk melihat karakteristik dan kepatuhan dari responden. Kuesioner ini diadopsi dari Ubra (2012) dengan judul penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan ARV di Kabupaten Mimika. Kuesioner terdiri dari 2 komponen yaitu: indentitas responden dan kepatuhan pengobatan ARV. Identitas responden terdiri atas umur, status perkawinan, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan suku. Komponen kepatuhan pengobatan ARV terdiri dari kombinasi ARV yang diminum, pernah diganti regimen atau tidak, alasan mengganti regimen, dosis ARV yang tidak diminum dalam satu bulan, dan kepatuhan pasien.
(55)
2. Lembar checklist jumlah obat
Lembar checklist jumlah obat merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui kepatuhan minum obat antiretroviral pada pasien HIV-AIDS. Lembar checklist ini diadopsi dari Sugiharti et al (2014) dengan judul Gambaran Kepatuhan Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) Dalam Minum Obat ARV di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2012, Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes. Lembar checklist ini berisikan item sebagai berikut; Nomor ODHA, jumlah obat yang diresepkan dalam 1 fase (biasanya untuk 1 bulan), dosis perhari, tanggal kunjungan awal fase, tanggal kunjungan akhir fase, total hari yang terlewatkan dalam sebulan, jumlah tablet yang harus diminum setiap fase, jumlah tablet yang diminum, persentase jumlah dosis yang diminum serta pengkategorian tingkat kepatuhan. Pengkategorian tingkat kepatuhan didasarkan dari rumus:
Persentase obat yang diminum = Jumlah tablet yang diminum x 100% Jumlah tablet yang harus diminum
Kategori tingkat kepatuhan yaitu :
a. Kepatuhan tinggi adalah : jumlah kombinasi obat ARV kurang dari 3 dosis yang tidak diminum dalam periode 30 hari (> 95%).
b. Kepatuhan sedang adalah jumlah kombinasi obat ARV antara 3-12 dosis yang tidak diminum dalam periode 30 hari (80-95%).
c. Kepatuhan rendah, adalah jumlah kombinasi obat ARV lebih dari 12 dosis yang tidak diminum dalam periode 30 hari (<80%). (Depkes, 2007).
(56)
G. Prosedur Pelaksanaan SMS Reminder Poin sms reminder yang dikirim adalah:
a. Ini adalah pengingatmu untuk minum obat, jadilah kuat dan berani kami peduli kepadamu.
b. Saatnya minum obat’ sahabatku, kami bersamamu untuk kesembuhanmu. c. Anda sangat berarti bagi keluarga, jangan lupa minum obatya.
d. Hari ini begitu cerah, harapan baru begitu indah. Jangan lupa untuk minum obatnya, agar keluarga tidak gelisah.
e. Selamat (pagi, siang, malam) saudaraku, negeri ini membutuhkan karyamu, tetap semangat dan minum obat.
f. (Sebut nama orangnya) apa kabarnya hari ini? Ini saatnya minum obat agar badan sehat dan kuat.
g. Anda orang hebat, orang-orang terkasihmu mengharapkanmu, jangan lupa minumobatya.
h. Orang-orang terkasihmu selalu menunggumu, balaslah kasih saying mereka dengan minum obat yang teraturya.
i. Hanya 5 detik yang diperlukan, semua akan menjadi lebih baik. Luangkan waktumu untuk minum obatnya ya.
j. Bahagia itu sederhana..berpikiran positif, giat berusaha dan pantang menyerah serta satu lagi.. badan sehat dengan minum obatnya ya.
Waktu pengiriman sms seminggu tiga (3) kali dikirim setiap hari Senin, Rabu dan Jumat, obat yang diminum ada yang sehari sekali dan ada yang diminum dua kali sehari. Kemudian
(57)
kata-kata pada point SMS dikirim secara bergantian pada SMS seminggu tiga (3) kali selama empat (4) minggu.
H. Cara Pengumpulan Data
Peneliti melakukan penelitian di Puskesmas Timika Papua. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan asisten. Uraian dari setiap tahapan sebagai berikut : a. Peneliti menentukan teknik sampel penelitian sesuai kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
Didapatkan jumlah sampel sebanyak 29 responden.
b. Tahap pelaksanaan pengumpulan data, peneliti mengambil data secara kuantitatif dengan memberikan kuesioner kepatuhan pengobatan ARV
c. Tata cara dalam pengambilan data terdiri dari: a) peneliti menjelaskan kepada calon responden mengenai maksud dan tujuan dari penelitian, kompensasi yang diberikan berupa souvenir, bahaya dan manfaat dari pengambilan data; b) peneliti bertanya kepada calon responden, mengenai kesediaan atau tidak bersedia menjadi responden, dan dilanjutkan dengan mengisi lembar kesediaan menjadi responden.
d. Peneliti memberikan kuesioner kepatuhan pengobatan ARV yang diisi oleh responden sesuai dengan kondisi responden.
e. Sebelum peneliti mempersilahkan responden mengisi kuesioner, peneliti akan menawarkan kepada responden untuk membacakan dan menuliskan jawaban dari responden atau responden akan membaca dan menulis sendiri jawaban dari responden f. Peneliti mengambil kembali kuesioner, sebelum peneliti berpamitan dengan responden,
peneliti memastikan kembali item-item pernyataan dari setiap nomor sudah terisi dan tidak ada item pernyataan yang terlewati.
(58)
Skema : 3.2 Cara Pengumpulan Data
I. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Standar operating prosedur SMS reminder
Standar operating prosedur SMS reminder tidak diuji validitas isi (content validity) karena kata-kata atau kalimat yang digunakan dalam SMS Reminder yang dikirim sebagian adalah kata-kata atau kalimat yang sudah pernah digunakan pada peneliti sebelumnya yaitu: “Ini adalah pengingatmu untuk minum obat, jadilah kuat dan berani kami peduli kepadamu. “Saatnya minum obat sahabatku, kami bersamamu untuk kesembuhanmu. “Anda sangat berarti bagi keluarga, jangan lupa minum obatnya. Pesan
Populasi
Seluruh pasien HIV/AIDS yang berobat di Puskesmas TimikaN= 46
Consecutive sampling
Sampel
Sebagian pupulasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi N= 29
Informed Consent
Pre Test : Mengisi kuesioner dan menghitung sisa obat
Pengiriman sms reminder 3 kali seminggu selama 4 Minggu (12 kali SMS)
Post Test : Mengisi kuesioner dan menghitung sisa obat
(59)
lainnya sudah dikonsulkan pada pakar komunikasi massa dari Prodi Ilmu Komunikasi
UMY, yaitu : “Hari ini begitu cerah, harapan baru begitu indah. “Jangan lupa untuk
minum obatnya, agar keluarga tidak gelisah. “Selamat (pagi, siang, malam) saudaraku, negeri ini membutuhkan karyamu, tetap semangat dan minum
obat.”(Sebut nama orangnya) apa kabarnya hari ini? Ini saatnya minum obat agar
badan sehat da nkuat. “Anda orang hebat, orang-orang terkasihmu mengharapkanmu, jangan lupa minum obatya. “Orang-orang terkasihmu selalu menunggumu, balaslah kasih saying mereka dengan minum obat yang teraturya. “Hanya 5 detik yang diperlukan, semua akan menjadi lebih baik. Luangkan waktumu untuk minum obatnya ya. “Bahagia itu sederhana..berpikiran positif, giat berusaha dan pantang menyerah serta satu lagi.. badan sehat dengan minum obatnya ya.
2. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan tidak dilakukan uji validitas karena kuesioner tersebut sudah pernah digunakan oleh peneliti sebelumya yaitu oleh Ubra dalam penelitian nya yang dilakukan di Kabupaten Mimika pada tahun 2012 tentang factor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan minum ARV pada pasien HIV dan sudah diuji validitasnya.
3. Lembar checklist jumlah obat
Lembar checklist jumlah obat juga tidak dilakukan uji validitas karena instrumen ini merupakan instrumen yang diadopsi dari peneliti sebelum yaitu dari Sugiharti dalam penelitiannya yang dilakukan di Bandung tentang gambaran kepatuhan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) dalam minum obat ARV.
(1)
16 teratur didalamnya ada kata-kata yang memberikan motivasi, dukungan, semangat sehingga pasien merasa dipedulikan atau diperhatikan.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Kalalo (2012) yang diketahui bahwa status penderita HIV/AIDS yang menjalani pengobatan ARV adalah karena dukungan dari tenaga medis yang prima. Adanya motivasi dalam bentuk SMS Remindertentu akan menambah motivasi pasien karena merasa banyak orang yang perduli dengan kesehatanya.
Perawat memiliki peran penting dalam memberikan asuhan keperawatan pasien HIV-AIDS. Ada dua hal yang harus dilakukan perawat yakni: memfasilitasi strategi koping dan dukungan sosial, dukungan sosial yang dimaksud adalah dukungan emosional, agar pasien merasa nyaman; dihargai; dicintai; dan diperhatikan. Perubahan perilaku kepatuhan adalah proses neurobehavior atau hubungan antara otak dengan perilaku atau proses berpikir
manusia, hal ini terkait pola perilaku hidup seseorang yang berhubungan dengan sistem neural (system saraf).Neurobehavior ini di atur oleh hormone yang di produksi oleh otak yaitu hormone serotonin. Pasien yang mengalami stress akan mempengaruhi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya sehingga akan kesulitan untuk menerima stimulus dan memberikan respon terhadap stimulus tersebut. (Daniel Sadana, 2014). Dukungan SMS Reminder terhadap pasien merupakan dukungan emosional sehingga stress pasien berkurang dan pasien mudah menerima stimulus yang diberikan dan mau patuh dengan program pengobatan yang dijalani.
Identifikasi strategi yang efektif untuk mengoptimalkan kepatuhan ART dan resistensi dalam perawatan HIV adalah prioritas. Penggunaan Mobile Health menawarkan cara untuk mendukung keterlibatan pasien dalam kepatuhan dan retensi dalam perawatan. Pengaruh SMS Reminder memberikan dukungan positif
(2)
17 dengan adanya peningkatan perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV di Puskesmas Timika. Perubahan peningakatan kepatuhan diketahui setelah melakukan pengukuran sebelum dan sesudah diberikan intervensi SMS Reminder. Berdasarkan hasil tersebut, petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat menjadi salah satu alternatif media elektronik sehingga dapat meningkatkan kesadaran, motivasi pasien HIV. Keputusan untuk patuh dapat menjadi motivasi internal dan eksternal bagi pasien sehingga kemandirian pasien dapat terbangun menjadi suatu kebiasaan untuk dapat bertahan melawan penyakit HIV.
Berdasarkan hasil penelitian, teori dan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa faktor dukungan petugas kesehatan memiliki peran yang positif dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang seperti pemberian dukungan dengan SMS
Reminder.Perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV yang dilakukan oleh pasien baik dengan adanya informasi petugas kesehatan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran pasien untuk tetap bertahan hidup dan meningkatkan imun, hal ini menunjukan adanya respon yang baik terhadap stimulus yang diberikan yaitu dukungan SMS Reminder.
KETERBATASAN PENELITIAN 1. Jumlah sampel dalam penelitian ini
sedikit dan pemilihan responden dalam penelitian ini tidak berdasarkan random, sehingga kemungkinan bias dapat terjadi.
2. Sebagian responden kembali kontrol 2-3 hari sebelum obatnya habis, sehingga peneliti tidak bias memantau sisa obatnya diminum atau tidak.
3. Hanya terdapat satu kelompok penelitian saja sehingga hasilnya kurang dapat dibandingkan antar yang diberikan intervensi SMS Reminderdan
(3)
18 yang tidak diberikan intervensi, atau diberikan intervensi lain.
4. Durasi dalam penelitian ini juga pendek, hanya 4 minggu sehingga tingkat kepatuhan responden dalam penelitian ini masih cenderung tinggi. KESIMPULAN
1. Karakteristik pasien di ruang VCT meliputi usia, jenis kelamin, suku, status pekerjaan, dan tingkat pendidikan terhadap perubahan perilaku kepatuhan tidak siginifikan. Berdasarkan hasil tersebut gambaran karakteristik pasien tidak menunjukkan pengaruh terhadap perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV.
2. Perubahan perilaku kepatuhan pengobatan ARV sebelum dan sesudah intervensi SMS Reminder menunjukkan adanya peningkatan kepatuhan. Berdasarkan hasil perhitungan statistik terdapat
perbedaan perubahan perilaku signifikan sebelum dan sesudah intervensi SMS Reminder. Kepatuhan pengobatan ARV pada pasien HIV-AIDS di ruang VCT Puskesmas Timika dapat dipengaruhi adanya dukungan petugas kesehatan dengan melakukan SMS Reminder.
SARAN
1. Bagi Puskesmas Timika Kabupaten Mimika Papua
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dan informasi bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan medikal bedah di Puskemas Timika Kabupaten Mimika Papua, yaitu untuk SMS Reminderdapat menjadi salah satu alternatif media pengingat dan sekaligus memberi motivasi karena pasien dengan HIV-AIDS rentang terjadi penurunan motivasi, yang
(4)
19 nantinya mempengaruhi perilaku kepatuhan dalam pengobatan ARV. 2. Bagi petugas kesehatan
Hasil penelitian dapat dijadikan acuan untuk melakukan
intervensi terhadap
penanggulangan HIV-AIDS oleh petugas kesehatan dengan membantu klien mengambil keputusan,meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan ARV, dan meningkatkan kemandirian pasien dalam merawat dirinya sendiri. Perlu adanya jalinan kerja sama dengan pihak provaider seluler untuk keberlangsungan program SMS Reminder bagi pasien HIV-AIDS.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini sebagai
evidence based dalam
mengembangkan intervensiSMS Reminder (mobile phone) terhadap penanggulangan HIV-AIDS. Perlu
dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar yang dapat mewakili populasi penderita HIV-AIDS di Kabupaten Mimika Papua dan dilakukan secara random, dengan metode kualitatif
(wawancara) tentang
kebermanfaatan SMS Reminder terhadap pasien HIV-AIDS sehingga data yang diperoleh lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Bello. (2011). AIDS Patient’s Adherence to Antiretroviral Therapi in Sobi Specialist Hospital, Ilorin, Nigeria. Journal of advanced scientific research. ISSN 0976-9595 2(3)” 52-57
Budiman.(2011). PenelitianKesehatan. PT. Refika Aditama. Bandung
Dahlan, S (2011). Konseling Individual: Konsep dan Aplikasi. Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja.
Dahlan, M.S. (2006). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, uji hipotesis dengan menggunakan spss.Cetakan II. PT Arkans. Jakarta
Dahlan, M.S. (2014). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariaddan Multivariate Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS.
(5)
20 Edisi 6. Jakarta, Epidemiologi Indonesia
Delamater, A.M. (2006). Improving Patient Adherence. Clinical Diabeter Journal; 24(2), 71-77.
Depkes RI,( 2007). Pedoman Nasional Terapi ARV.Edisi II
Hardiyatni (2016). Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan program pengobatan penderita HIV/AIDS di poliklinik VCT RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonigiri. STIKES Kusuma Husada
Irwanto, dkk. (1998). Psikologi umum. PT Sramedik: Jakarta
Joyce M Black dan Jane H Hawks, (2014). Keperawatan Medical Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan: edisi 8. Universitas Gajahmadah Yogyakarta
Kalalo, (2012).Studi Penatalaksanaan Terapi Pada Penderita Hiv-Aids Di Klinik Vct Di Rumah Sakit Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi
Kemenkes RI. (2014). Inilah terobosan selama 8 tahun pengendalian HIV/AIDS Di Indonesia - See more at: http://www.depkes.go.id/diakses 5 februari 2015
Khairurrahmi. (2009). Pengaruh Faktor Predisposisi, Dukungan Keluarga Dan Level Penyakit Orang Dengan Hiv-Aids Terhadap Pemanfaatan Vct Di Kota Medan. Universitas Sumatra Utara Kocurek, Barbara. (2009). Promoting
Medication Adherence in Older Adults and The Rest of Us. Diabetes Spectrum Journal; 22(2), 80-84.
Lester, R. T., Ritvo, P.,Mills, E. J., Kariri, A., Karanja, S., Chung, M. H., Plumer, F. A. (2010). Effects Of A Mobile Phone Short Message Service On Antiretroviral Treatment Adherence In Kenya (Weltel Kenyal): A Randomized Trial. The lancet, 376(9755), 1838-45. Retrieved from
http://search.proquest.com/docvie w/815179102?accountid=17242 Martoni, W., Arifin, H., & Raveinal, R.
(2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang Periode Desember 2011-Maret 2012. Jurnal Farmasi Andalas, 1(1). Mbuagbaw, L., Thabane, L., Ongolo-Zogo,
P., Lester, R. T., Mills, E. J., Smieja, M., ... & Kouanfack, C. (2012). The Cameroon Mobile Phone SMS (CAMPS) trial: a randomized trial of text messaging versus usual care for adherence to antiretroviral therapy. PloS one, 7(12), e46909 Mundakir. (2006). Komunikasi keperawatan
aplikasi dalam pelayanan. Graham Ilmu: Yogyakarta
Nanda internasional (2009-2011). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Alih bahasa made sumarwati. Jakarta: EGC
Nursalam, (2013). Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Edisi pertama. Salemba Medika: Jakarta Nuriya. (2013). SMS Reminder Sebagai Strategi
(6)
21 Pasien HIV/AIDS Terhadap Terapi ARV. Universitas Indonesia Osterberg, L & Terrence, B. (2005).
Adherence to Medication. N Eng J Med; 353(5), 487-491.
Palaian, dkk. (2006). Patient Counseling By Pharmacist: a Focus on chronic ilness. Park J. Pharm, 19(1), 62-65.
Pop-Eleches, C., Thirumurthy, H., Habyarimana, J. P., Zivin, J. G., Goldstein, M. P., De Walque, D., ... & Bangsberg, D. R. (2011). Mobile phone technologies improve adherence to antiretroviral treatment in a resource-limited setting: a randomized controlled trial of text message reminders. AIDS (London, England), 25(6), 825. Sarwono, P. (2009). Buku Acuan nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatural. Jakarta : EGC
Sarwono, S. (2004). Sosiologi kesehatan: beberapa konsep beserta aplikasinya. Cetakan III. FKUI. Gama University press
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi Pertama. Yogyakarta, Graha Ilmu
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia Subdin BPP & PL Dinkes Provinsi Papua.
(2007). Informasi HIV/AIDS Tanah Papua (Triwulan II 2007) Jumlah Kasus HIV/AIDS per 30 Juni 2007. Jayapura: Dinkes Provinsi Papua.
Sugiharti, S., Yuniar, Y., &Lestary, H. (2014).Gambaran Kepatuhan Orang Dengan Hiv-Aids (Odha) Dalam Minum Obat Arv Di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Tahun 2011-2012. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 5(2 Ags), 113-123. UNAIDS. (2010). UNAIDS report on the
global AIDS epidemic.
Wawan, A. dan Dewi, M. (2010). Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuhamedika
Widoyono. (2011). Penyakit tropisepidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya, edisi kedua. Erlangga: Jakarta
Yayasan Spiritia. (2012). Pedoman dan Modul Pencegahan Positif. The AIDS
Yuniar, Y., Handayani, R. S., & Aryastami, N. K. (2013). Faktor–faktor pendukung kepatuhan orang dengan hiv aids (odha) dalam minum obat antiretroviral di kota bandung dan cimahi.Buletin Penelitian Kesehatan, 41(2 Jun), 72-83.
Yusuf, S. dan Nurihsan. (2006). Landasan dan Bimbingan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.