BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG
Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang, infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu akut, subakut dan kronis yang memiliki gambaran klinis yang berbeda, tergantung pada sifat alamiah penyakit tersebut.
7
Ada beberapa jenis organisme yang terdapat pada lesi ini, yang paling umum adalah S. Aureus dan S. Albus, beberapa jenis streptococci atau dalam beberapa jenis
organisme. Infeksi spesifik dari osteomielitis ini adalah tuberkulosis, sifilis dan aktinomikosis.
6
Osteomielitis terjadi pada maksila maupun mandibula. Pada maksila biasanya lesi lebih terlokalisir dan tidak menyebar, tetapi pada mandibula lesi bersifat lebih
menyebar. Klasifikasi osteomielitis kronis pada saat ini masih sangat membingungkan.
Proses penyakit yang berbeda telah dideskripsikan oleh satu istilah ini dalam beberapa kasus.
1
Osteomielitis kronis yang melibatkan tulang rahang dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: supuratif dan nonsupuratif.
1
2.1 Patogenesis
Patogenesis osteomielitis pada rahang biasanya ditandai dengan adanya eksudat inflamasi yang terdiri dari fibrin, polimorfonuklear leukosit dan makrofag.
Universitas Sumatera Utara
Inflamasi terjadi di dalam rongga medula dalam tulang spongiosa dan dapat melibatkan trabekula spongiosa serta dapat mempenetrasi korteks dan mencapai
periosteum. Daerah sumsum tulang dipenuhi oleh neutrofil, debris nekrotik dan mikroorganisme. Jaringan sumsum tulang yang berlemak dan sumsum hematopoetik
menjadi nekrosis dan berganti menjadi eksudat inflamasi. Tekanan di dalam rongga medula meningkat dan pembuluh darah menjadi hancur. Akibatnya perfusi vaskular
mengakibatkan terjadinya nekrosis pada tulang spongiosa dan korteks. Pada tulang trabekula yang nekrosis terjadi hipereusinofilik. Osteosit membesar dengan tepi yang
berwarna biru tua. Pembentukan sequester dapat terjadi. Sequester akan dikolonisasi oleh mikroorganisme dalam bentuk biofilm dan akan memperparah inflamasi.
Infiltrat inflamasi mengandung sel plasma, selain itu juga terdapat limfosit dan makrofag. Fibrosis pada sumsum tulang akan terjadi setelah faktor pertumbuhan
fibroblas dilepas. Pembentukan tulang baru berlangsung dengan cepat dan memicu tulang penderita menjadi sklerosis. Aktivitas osteoblas meningkat yang
mengakibatkan meningkatnya diameter intralesional dan trabekular medula.
2.2 Osteomielitis kronis supuratif
Osteomielitis kronis supuratif disebut juga osteomielitis kronis sekunder . Osteomielitis kronis supuratif adalah ostemielitis yang paling umum terjadi, dimana
sering terjadi oleh karena invasi bakteri yang menyebar. Sumber yang paling sering adalah dari gigi, penyakit periodontal, infeksi dari pulpa, luka bekas pencabutan gigi
dan infeksi yang terjadi dari fraktur. Sering dijumpai pus, fistel dan sequester pada osteomielitis kronis supuratif.
1
Universitas Sumatera Utara
Gejala klinis osteomielitis kronis supuratif meliputi rasa sakit, malaise, demam, anoreksia. Setelah 10 – 14 hari setelah terjadinya osteomielitis supuratif,
gigi-gigi yang terlibat mulai mengalami mobiliti dan sensitif terhadap perkusi, pus keluar di sekitar sulkus gingiva atau melalui fistel mukosa dan kutaneus, biasanya
dijumpai halitosis, pembesaran dimensi tulang akibat peningkatan aktivitas periosteal, terbentuknya abses, eritema, lunak apabila dipalpasi. Trismus kadang dapat terjadi
sedangkan limphadenopati sering ditemukan. Temperatur tubuh dapat mencapai 38 – 39
o
C dan pasien biasanya merasa dehidrasi.
2.3 Osteomielitis kronis nonsupuratif