DAMPAK SINETRON ANAK JALANAN TERHADAP PERILAKU SHALAT MAGHRIB BERJAMAAH PADA SISWA MTs UMMUL QURO SLEMAN YOGYAKARTA

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Fatchul Achmad Muhajir NPM: 20120720148

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd. I) Strata Satu

Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

FatchulAchmadMuhajir NPM: 20120720148

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ن

Jika kamu berbuat baik (berarti), kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri (QS. Al-Isra : 7) (Depag RI, 1989 : 417)


(4)

Ya Allah terima kasih atas rahmat serta hidayah-Mu kepadaku.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT dan dengan segenap jiwa serta kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan untuk :

Kedua orang tuaku tercinta dan tersayang Bapak Sutarsono dan Ibu Zubaedah

Kakakku Fajar Arif Hidayat dan Fahrudin Wahyu Widodo Adikku Faisal Wildan Chotami


(5)

xi

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN NOTA DINAS... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

HALAMAN DAFTAR ISI... xi

HALAMAN ABSTRACT... xiii

HALAMAN ABSTRAK... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Sistematika Pembahasan... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka... 10

B. Kerangka Teori... 13

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 37

B. Lokasi Penelitian... 38

C. Subjek Penelitian... 38

D. Metode Pengumpulan Data... 39

E. Analisis Data... 41

BAB IV HASIL PEMBAHASAN A. Cerita Sinetron Anak Jalanan yang Ditayangkan Di TV Pada Jam Tayang Utama... 44

B. Perilaku Shalat Magrib Berjamaah Para Siswa-Siswi Sebelum Melihat Sinetron Anak Jalanan... 50


(6)

xii BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 82 B. Saran... 84 C. Kata Penutup... 85 DAFTAR PUSTAKA


(7)

(8)

Nomor Mahasiswa : 20120720148

Program Studi : Pendidikan Agama lslam

Dengan ini, saya menyatakan dengan sebenamya bahwa skripsi ini merupakan karya sendiri dan belum pemah 、ゥ セ オ ォ 。 ョ@ untuk memperoJeh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi iill tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah dituli s atau diterbitkan oleh orang lain, kecuah yang secara tertulis dalam naskab ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Y ogyakarta, 22 Oktober 20 16 Yang Membuat Pemyataan

Fatchul Achmad Muhajir }{PM. 20 120720 148


(9)

SHALAT MAGHRm BERJAMAAH P ADA SISW A MTs UMMUL QURO SLEMAN YOGYAKARTA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Nama : Fatchul Acb mad Muhaj ir

NPM : 201 20720148

telah dimunaqasyahkan d:i depan Sidang Munaqasyah Prodi Pendidikan Agama Islam pada tanggal 26 Desember 20 16 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima:

Sidang Dewan Munaqasyab

PenguJl : Dr. Aki f Khilmi yah, M . Ag Pembimbing : Drs. Dwi Santosa, AB, M.Pd. Ketua Sidang : Nurul Aisyah, M. Pd.

Yogyakarta, 31 Desember 2016 Fakultas Agarna Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(10)

xiii

This research aimed at (1) finding out the story of “Anak Jalanan” soap opera aired on TV during the prime time; (2) identifying the behavior of Magrib prayer congregaction

among the students before watching “Anak Jalanan” soap opera; (3) analyzing the behavior

of Magrib prayer congregation among the students who watch “Anak Jalanan” soap opera ;

(4) finding out the effects of “Anak Jalanan” soap opera towards the behavior to participate in

maghrib prayer congregration among the students of MTs Ummul Quro Sleman Yogyakarta. This research employed phenomenological approach. The research subjects consisted of students whose characteristics are watching and are familiar with “Anak Jalanan” soap opera and participate in Magrib prayer congregration. The data collection was done through interviews, observation, and documentation. The data were analyzed based on Miles and

Huberman’s theories of (1) data reduction; (2) data presentation; (3) data verification using

triangulation.

The research result shows that (1) the story in “Anak Jalanan” is about a gang of sport

motorbikers who are involved in fights and brawls with other similar gangs and the conflicts between Boy and Reva with Adriana; (2) the behavior to participate in Magrib prayer

congregration before watching “Anak Jalanan” soap opera because they still participate in

Magrib prayer congregration; (3) the behavior to participate in Magrib prayer congregration

after watching “Anak Jalanan” soap opera becomes worse; (4) “Anak Jalanan” soap opera

has affects on the behavior to participate in Magrib prayer congregration among the students of MTs Ummul Quro, makes students come late, lazy and difficult to rule, to be less routine until leave Magrib prayer congregration.


(11)

xiv

shalat maghrib berjamaah para siswa-siswi sebelum melihat Sinetron Anak Jalanan; (3) menganalisis perilaku shalat maghrib berjamaah para siswa-siswi setelah melihat Sinetron Anak Jalanan; dan (4) mengetahui pengaruh Sinetron Anak Jalanan terhadap perilaku shalat maghrib berjamaah pada siswa MTs Ummul Quro Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa dengan karakteristik, melihat dan mengetahui sinetron Anak Jalanan serta melakukan shalat magrib berjamaah. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan menurut teori Miles dan Huberman )1( reduksi data; (2) penyajian data (3) verifikasi data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) Cerita Sinetron Anak Jalanan menceritakan tentang perkumpulan geng motor sport yang diwarnai berkelahi dan tawuran antar geng serta adanya konflik antara Boy dan Reva dengan Adriana; (2) Perilaku shalat maghrib berjamaah siswa sebelum melihat sinetron Anak Jalanan baik karena mereka masih melakukan perilaku shalat maghrib berjamaah; (3) Perilaku shalat maghrib berjamaah siswa sesudah melihat sinetron Anak Jalanan menjadi kurang baik; (4) Sinetron Anak Jalanan berpengaruh terhadap perilaku shalat maghrib berjamaah pada siswa MT’s Ummul Quro, menjadikan siswa terlambat, malas, susah diatur menjadi kurang rutin bahkan sampai meninggalkan perilaku shalat maghrib berjamaah.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Pasal 1 ayat 4. Bab 1 berbunyi Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan (http://www.kpi.go.id Diakses tanggal 22 Februari 2016).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang yang dikemukakan oleh Bittner dalam Rakhmat, 2009 : 188.

Fungsi komunikasi massa dikemukakan oleh Effendy dalam secara umum yaitu: 1. Fungsi Informasi

Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.


(13)

2. Fungsi Pendidikan

Media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik seperti melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa, pendengar atau pembaca.

3. Fungsi Memengaruhi

Media massa dapat memengaruhi khalayaknya baik yang bersifat pengetahuan

(cognitive), perasaan (affective), maupun tingkah laku (conative) (Ardianto, 2007

: 18).

Televisi merupakan suatu media massa yang tidak bisa dipisahkan. Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar (Soerjokanto, 2003:24).

Di zaman ini banyak ditemukan stasiun televisi yang dapat dijumpai. Pada awalnya hanya terdapat TVRI yang merupakan televisi milik pemerintah. Setelah satu dekade hingga saat ini banyak bermunculan satsiun televisi milik swasta, seperti RCTI, INDOSIAR, ANTV, GLOBAL TV, TRANS TV, SCTV, TV ONE, METRO TV dan masih banyak lagi belum yang ada disiaran parabola semakin menambah gairah untuk menonton televisi. Bahkan sekarang dengan adanya internet orang sudah bebas mengakses televisi tidak hanya acara dalam negeri tetapi juga acara


(14)

diluar negeri. Ini sudah menjadi lebih dari cukup orang untuk menonton televisi hampir setiap waktu.

Televisi telah menjadi suatu fenomena besar diabad ini, hal yang harus diakui bahwa perannya sangat besar dalam membentuk pola pikir, pengembangan wawasan dan pendapat umum, termasuk pendapat umum untuk menyukai produksi-produksi tertentu, disebabkan semakin lama, semakin menarik, meskipun memerlukan biaya yang tinggi, sehingga tidak mengherankan kalau khalayak penonton, betah duduk berlama-lama di depan pesawat penerimannya (Darwanto, 2007:27).

Banyak acara televisi yang bermanfaat untuk ditonton. Salah satu acara televisi yang digemari masyarakat Indonesia adalah sinetron. Sinetron dengan cerita yang beragam, alur cerita yang tidak biasa sehingga yang membuat penonton tertarik untuk melihatnya dan memberikan kesan pada para penonton. Sinetron memperlihatkan sisi sosial dan kehidupan yang lebih luas dan bahkan yang belum diketahui oleh para penonton atau orang dilingkungannya yang belum pernah mereka alami, termasuk juga para siswa-siswi remaja MTs Ummul Quro. Para remaja dalam melihat sinetron dapat mengambil isi cerita dan hikmah yang terkandung di dalam sinetron untuk mengambil sikap dalam kehidupan remaja dilingkungannya maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Sinetron juga sebagai salah satu pengenalan kehidupan remaja dari masa kanak-kanak tumbuh menjadi remaja yang baik dan bijak.


(15)

Kenyataanya banyak sinetron memperlihatkan hal yang negatif, dari cara berpakaian yang kurang sopan dan perilakunya yang tidak baik. Seperti halnya sinetron Anak Jalanan. Sinetron ini tayang di jam prime atau jam tayangan utama dengan mengusung tema remaja dengan tokoh utama Si Boy. Dalam isi ceritanya diperlihatkan adanya segerombolan geng motor dijalan bertarung dengan balap motor diringi dengan perkelahian disertai juga tawuran antar geng motor. Isi cerita juga yang memperlihatkan kisah romantis antara Boy dengan Reva dan juga terdapat konflik-konflik yang lainnya.

Ternyata apa yang diperlihatkan di sinetron anak jalanan ternyata mempengaruhi jiwa para remaja termasuk siswa MTs Ummul Quro. Mereka mengakui menirukan hal negatif seperti pacaran, membentuk geng dan terdapat salah satu dari teman mereka yang berdandan berlebihan seperti menggunakan make up yang tidak wajar. Ada juga remaja yang tadinya pasif menjadi agresif seperti berbuat kerusakan atau berkelahi. Hal ini menjadikan sinetron anak jalanan tidak hanya mengubah perilaku tetapi sifat alami dari remaja itu sendiri (Wawancara

Siswa MT’s Ummul Quro: Dandi, Dian, dan Yudha Tanggal 2 Maret 2016).

Kasus akibat dari menonton sinetron Anak Jalanan yaitu, aksi dua bocah yang masih baru berusia belasan tahun. Kedua bocah ini sudah menjalin asmara dan melakukan adegan ciuman. Tak hanya itu, bocah yang seharusnya sibuk dengan pelajaran sekolahnya ini berani mengunggah foto-foto tersebut di akun media sosialnya sambil berkata "Sudah kayak Boy dan Reva. Tinggal minta (motor) Ninja sama mama," tulis bocah tersebut mengunggah foto ciuman dan berpelukan. Foto


(16)

yang kemudian ramai di media sosial ini pun banyak membuat prihatin orang dewasa dan menuai banyak kecaman. Banyak yang menyayangkan pihak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang dinilai tidak selektif dalam mengelola pertelevisian di Indonesia (http://www.brilio.net Diakses tanggal 5 Februari 2016).

Kasus diatas menandakan bahwa Sinetron Anak Jalanan tidak hanya merubah perilaku anak atau remaja tetapi juga gaya hidup yang berlebihan, karena sepeda motor yang digunakan Boy dan teman-temannya termasuk sepeda motor yang mahal. Kasus lain yang juga masih berhubungan akibat sinetron di media sosial tentang seorang suami mengeluhkan istrinya dan anak-anak gara-gara sebuah sinetron yang tayang pada jam maghrib sampai isya yang berakibat istri dan anak-anak susah untuk diajak shalat berjamaah bersama keluarga sudah diajak berulang-ulang kali pasti sama jawabannya duluan saja, ini menandakan bahwa tayangan sinetron juga mengubah perilaku gaya hidup tapi juga perilaku shalat berjamaah (http://id.answers.yahoo.com Diakses tanggal 7 Februari 2016).

Kasus diatas adalah contoh lain akibat dari tayangan televisi, yaitu sinetron terhadap perilaku shalat berjamaah. Beberapa stasiun televisi menayangkan sinetron yang tayang pada jam prime atau tayangan utama dengan jam tayangan utama antara jam 18.00-21.00 WIB. Salah satunya adalah sinetron Anak Jalanan. Sinetron Anak Jalanan ini mengusung tema remaja, sehingga yang menonton Sinetron Anak Jalanan kebanyakan para remaja. Jam tayang sinetron anak jalanan sekitar pukul 18.00 WIB berbenturan dengan waktu untuk melakukan shalat maghrib berjamah yang ditandai


(17)

dengan mematikan televisi lalu setelah adzan maghrib bersegera datang ke masjid untuk melaksanakan shalat maghrib berjamaah.

Waktu tayangnya yang berdekatan untuk melaksanakan perilaku shalat maghrib berjamaah membuat remaja yang menonton sinetron Anak Jalanan yang tadinya mau melaksanakan shalat maghrib berjamaah menjadi terlambat mengerjakan shalat berjamaah akhirnya shalat sendiri dirumah atau bahkan sampai tidak shalat karena adanya menonton Sinetron Anak Jalanan. Ternyata dampak ini juga dialami

oleh siswa di MT’s Ummul Quro. Ini menandakan ternyata tayangan sinetron

mengubah perilaku shalat berjamaah bagi para remaja (Wawancara siswa MT’s Ummul Quro: Dandi, Dian, dan Yudha Tanggal 2 Maret 2016).

Kenyataanya di MTs Ummul Quro telah diajarkan tidak hanya pendidikan agama Islam saja tetapi ada mata pelajaran khusus mengenai fikih, aqidah akhlak dan juga bahasa arab, sehingga seharusnya siswa-siswi MTs Ummul Quro bisa memahami arti shalat berjamaah. MTs merupakan sekolah yang secara khusus lebih luas mengenalkan materi pendidikan agama Islam, siswa MTs Ummul Quro juga telah diajarkan praktek shalat yang lebih mendalam sehingga siswa-siswinya lebih mengetahui dibandingkan dengan siswa dari sekolah negeri yang hanya diajarkan pendidikan agama Islam secara umum. Siswa MTs dengan demikian lebih unggul dalam hal ilmu terutama Pendidikan Agama Islam.

Sehingga hal ini mendorong peneliti untuk menelusuri lebih jauh menelusuri dampak tayangan sinetron anak jalanan terhadap perilaku shalat magrib berjamaah pada siswa di MTs Ummul Quro Sleman Yogyakarta.


(18)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah :

1. Bagaimana cerita Sinetron Anak Jalanan yang ditayangkan di TV pada jam tayang utama?

2. Bagaimana perilaku shalat maghrib berjamaah para siswa-siswi sebelum melihat Sinetron Anak Jalanan?

3. Bagaimana perilaku shalat maghrib berjamaah para siswa-siswi setelah melihat Sinetron Anak Jalanan?

4. Apakah Sinetron Anak Jalanan berpengaruh terhadap perilaku shalat maghrib berjamaah pada siswa-siswi MTs Ummul Quro Sleman Yogyakarta?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan dari Penelitian ini adalah:

a. Ingin mengetahui dan menganalisis bagaimana cerita Sinetron Anak Jalanan yang ditayangkan di TV pada jam tayang utama.

b. Ingin mengetahui dan menganalisis bagaimana perilaku shalat maghrib berjamaah para siswa-siswi sebelum melihat Sinetron Anak Jalanan. c. Ingin mengetahui dan menganalisis bagaimana perilaku shalat maghrib

berjamaah para siswa-siswi setelah melihat Sinetron Anak Jalanan.

d. Ingin mengetahui dan menganalisis apakah Sinetron Anak Jalanan berpengaruh terhadap perilaku shalat maghrib berjamaah pada siswa-siswi MT’s Ummul Quro Sleman Yogyakarta.


(19)

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

1) Kegunaan teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai sarana untuk menambah referensi dan bahan kajian dalam khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan untuk penelitian lanjutan mengenai Dampak Sinetron Anak Jalanan Terhadap siswa MTs Ummul Quro belum yang dikaji dalam peneliti ini.

b. Kegunaan Praktis

1) Sebagai bahan masukan bagi guru untuk mendorong agar siswanya agar lebih banyak belajar daripada menonton televisi dirumah dengan memberikan tugas harian.

2) Sebagai bahan masukan dan pengawasan bagi orang tua berkaitan dengan tayangan televisi terutama sinetron.

D. Sistematika Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian ini akan disistematikan menjadi lima bab yang saling berkaitan satau sama lain. Sebelum memasuki bab pertama akan didahului dengan: halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar gambar dan grafik dan abstrak.

Bab pertama atau pendahuluan berisi sub bab latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian.


(20)

Bab kedua berisi sub bab tinjauan pustaka dan kerangka teori. memuat tentang tinjauan pustaka terlebih dahulu dan kerangka teori yang relevan dan terkait dengan tema penelitian.

Bab ketiga berisi sub bab metode penelitian yang digunakan peneliti, jenis penelitian, konsep variable penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, metode pengumpulan data serta analisis data yang digunakan dalam penelitian.

Bab keempat yaitu berisi pembahasan mengenai hasil penelitian, klasifikasi bahasan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus penelitian serta pembahasan. Kemudian bab lima atau penutup berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi.

Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran seperti: instrument pengumpulan data, dokumen, surat keterangan penelitian, curriculum vitae dan lain sebagainya.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Malikhah (2013). Penelitian yang berjudul Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Negatif Usia Dini (Studi Pada Kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah

Bustanul Arifin V Kudus Tahun 2011/2012). Penelitian ini membahas

hubungan pengaruh tayangan televisi dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh tayangan televisi (X) dengan perkembangan perilaku negatif anak (Y) di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus dengan hasil yang menunjukkan bahwa korelasi antara variable x dan y tergolong cukup. Nilai signifikan F hitung (38,019) > dari nilai F table (2,31) atau signifikan (0.00) < alpha (0.05), menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara variabel x dan y.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ismal Riyanto. Penelitian ini berjudul Pengaruh Tayangan Sinetron “Ganteng-ganteng Serigala” Terhadap Perubahan Sikap di Kalangan Remaja Di Bekasi (Survey pada

SMA Negeri 2 Bekasi). Penelitian ini membahas bagaimana tingkat perubahan


(22)

Ganteng-Ganteng Serigala. Penelitian ini menghasilkan Pengaruh tayangan

sinetron “Ganteng-ganteng Serigala” terhadap perubahan sikap remaja di

SMA Negeri 2 Bekasi berada pada tingkat hubungan sedang, dengan nilai 0,571 yang berada pada interval 0,40 – 0,59. Pengaruh tayangan sinetron

“Ganteng-ganteng Serigala” terhadap perubahan sikap remaja di SMA Negeri

2 Bekasi dengan koefisien regresi sebesar 0,642. Artinya apabila terjadi peningkatan tayangan sinetron remaja yang ditonton oleh remaja sebesar 1 satuan, maka perubahan sikap remaja juga akan meningkat sebesar 0,642.

Perubahan sikap yang dipengaruhi oleh tayangan sinetron “Ganteng-ganteng

Serigala” tersebut terdiri dari 3 komponen, yang diantaranya adalah komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

Demikian penelitian yang dilakukan oleh Didin Syarif Wahyudin (2009). Penelitian yang berjudul Studi Kasus Pengaruh Intensitas Remaja

Terhadap Etika Pergaulan Siswa Kelas I Di SMAN 1 Sedayu. Peneliti ini

membahas bagaimana tingkat menonton sinetron oleh para remaja terhadap etika pergaulan para siswa. Penelitian ini menghasilkan bahwa intensitas siswa kelas 1 SMAN 1 Sedayu dalam menonton sinetron remaja memiliki nilai 0,838. Maka kesimpulannya bahwa siswa kelas 1 SMAN 1 Sedayu tergolong kepada kategori tinggi.

Skripsi Sischa Dwita Puspa Sari Jurusan Fakultas Agama Islam Universitas Mohammadiyah Yogyakarta tahun 2015 yang berjudul Dampak Media Film Ganteng-Ganteng Serigala di Stasiun Televisi Terhadap Perilaku Malas Belajar Siswa Di SDN Katongan 1. Skripsi ini membahas bagaimana


(23)

isi dalam konten Sinetron Ganteng-ganteng Serigala yang ditonton anak yang sekolah dasar dapat menimbulkan hal yang tidak baik Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat adegan yang tidak pantas ditampilkan dalam televisi Indonesia terdapat adegan verbal (lisan) seperti menghina, memaki, berbicara kotor, sedangkan non verbal berkelahi, berpelukan mengigit, menculik dan memukul. Sehingga apabila ditonton akan menimbulkan siswa menjadi meniru yang terdapat dalam adegan Ganteng-ganteng Serigala. Menjadikan anak juga malas untuk belajar dan anak menonton televisi sampai larut malam.

Skripsi Nani Fatmawati Jurusan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2008 yang berjudul Pengaruh Tayangan Sinetron Pintu Hidayah Terhadap Pengamalan Shalat Lima Waktu (Studi Kasus Terhadap Tiga Orang Penduduk di Desa Sambirejo Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman. Skripsi ini membahas dengan bagaimana pengaruh dengan adanya Sinetron Pintu Hidayah dalam hal pengamalan ibadah penduduk setempat. Dalam penelitian ini menghasilkan terhadap tiga orang penduduk setelah menonton Sinetron Pintu Hidayah yang tadinya hanya kadang-kadang menjalankan pengamalan ibadah shalat lima waktu tersentuh setelah melihat tayangan sinetron tersebut akhirnya menjadi rutin dalam menjalankan pengamalan ibadah shalat lima waktu. faktor yang selalu membangun untuk menasehati saling mengingatkan antar sesama yang terkandung dalam sinetron Pintu Hidayah.


(24)

Persamaan dengan peneliti sebelumnya adalah tentang pengaruh diakibatkan dari tayang televisi yaitu sinetron terhadap perilaku. Perbedaannya dari peneliti sebelumnya adalah penelitian ini lebih memfokuskan pada perilaku shalat maghrib berjamaah pada siswa MTs yang dikategorikan dalam remaja awal usia 12-15 tahun dalam menanggapi sebelum dan sesudah adanya sinetron Anak Jalanan yang tayang diwaktu prime atau bersamaan dengan waktu melaksanakan shalat magrib berjamaah. B. Landasan Teori

1. Pengertian Sinetron Anak Jalanan

Sebelum mendefinisikan Sinetron Anak Jalanan akan dijelaskan satu persatu terlebih dahulu mengenai media yang salah satunya media massa adalah televisi.

a. Media

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi antarmanusia, maka media yang paling dominasi dalam berkomunikasi adalah panca indera manusia seperti mata dan telinga. Pesan - pesan yang diterima selanjutnya oleh panca indera selanjutnya diproses oleh pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan (Cangara, 1998 : 131).

Media menurut pengertian dari Cangara adalah suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi melalui panca


(25)

indera manusia yang kemudian diproses dalam pikiran manusia untuk melakukan suatu tindakan. Hal senada juga dikemukakan dibawah ini.

Media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efesien sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman,dkk., 1993:7). Pengertian media menurut Sadiman adalah suatu bentuk informasi atau pesan yang bisa menyalurkan pesan dalam pembelajaran dapat menimbulkan seperti minat, perhatian dan bakat siswa dalam proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Sehingga dari pengertian diatas media pada intinya merupakan segala sesuatu yang dapat menjadi informasi yang diterima oleh penerima pesan yang diproses dalam pikiran manusia sifatnya bisa menimbulkan dorongan untuk melakukan suatu tindakan. Sebagaimana media pembelajaran yang dilakukan di sekolah antara guru dengan murid terjadinya interaksi di dalam kelas. Guru dalam menjelaskan mata pelajaran bisa menimbulkan perhatian dan minat siswa dalam suatu pembelajaran.

b. Media Massa

Media massa merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan


(26)

sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. (McQuail 2005:3). Media massa menurut McQuail merupakan sebuah alat yang mengatur tentang segala sesuatu hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Kemudian juga dikemukakan pendapat yang lain.

Media massa merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi (Sadiman, 1993: 134).

Sebagaimana media massa menurut Sadiman adalah suatu media yang digunakan melalui alat-alat komunikasi untuk menyalurkan informasi. Penyaluran informasi yang berguna untuk membangun sebuah komunikasi antar manusia.

Beberapa pendapat diatas media massa adalah suatu alat atau wadah yang berisi suatu informasi yang mempunyai kepentingan yang bersifat membangun yang dilakuakan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Informasi tersebut berupa seperti iklan atau himbauan bagi masyarakat dalam dunia kesehatan cara mencegah demam berdarah. Masyarakat juga bisa melakukan pegawasan pemerintah melalui siaran televisi dan radio.

Fungsi dari media massa adalah (Mc.Quail. 1994:70): 1) Informasi


(27)

Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dan dunia, menunjukkan hubungan kekuasaan, memudahkan inovasi adaptasi dan kemajuan.

2) Korelasi

Menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi, menunjang otoritas dan norma-norma yang mapan, melakukan sosialisasi, mengkoordinasikan beberapa kegiatan, membentuk kesepakatan, menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif.

3) Kesinambungan

Mengekspresikan budaya dominan dan mengakui keberadaan kebudayaan khusus (subculture) serta perkembangan budaya baru, meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.

4) Hiburan

Menyediakan hiburan, pengalihan perhatian dan sarana relaksasi, meredakan ketegangan sosial.

5) Mobilisasi

Mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, pembangunan, ekonomi, pekerjaan dan agama.

Karakteristik Media Massa

Selanjutnya, media massa memiliki beberapa karakteristik sebagaimana diungkapkan oleh Cangara sebagai berikut (Cangara, 1993:135):


(28)

1) Bersifat melembaga: pihak yang mengelola media terdiri atas banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.

2) Bersifat satu arah komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dengan penerima. Kalau misalnya terjadi reaksi atau umpan balik maka biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

3) Meluas dan serempak dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

4) Memakai peralatan teknis atau mekanis seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.

5) Bersifat terbuka: pesan dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. Beberapa bentuk media massa meliputi alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film,radio, dan televisi.

c. Televisi sebagai media massa dan media pendidikan.

Pasal 32 UUD-45 menentukan pula bahwa pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Penyiaran publik sebagai BUMN dapat menjadi salah satu agen pengembangan nilai-nilai budaya nasional (agent of the national culture development) terutama melalui


(29)

stasiun-stasiun TV dan radio di masing-masing daerah (Muis, 2001:123).

Televisi sebagai media massa elektronik adalah televisi siaran (television broadcast) yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa yang sebagaimana diuraikan, yakni berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserampakan dan komunikannya heterogin (Eifendy, 1984:24). Pengertian televisi sebagai media massa adalah media dengan menggunakan jaringan komunikasi bersifat heterogen yaitu yang didalamnya mengandung berbagai unsur berlangsung satu arah.

Beberapa hal yang perlu dijelaskan sebagai berikut: 1) Televisi paduan faktor audio dan faktor video

Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiaaran (broadcast) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Para pemirsa tidak akan mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada prinsip radio yang metransmisikannya dan tidak mungkin melihat gambar-gambar yang bergerak atau hidup, jika ada unsur-unsur film yang memvisualisasikannya jadi paduan audio dan video.

2) Fungsi televisi sebagai media massa

Televisi mempunyai fungsi sebagai, yakni fungsi penerangan, pendidikan dan hiburan. Sebagai subsistem dari system negara dan


(30)

pemerintah, dimana suatu stasiun tekevisi beroperasi, maka sifat penerangan, pendidikan dan hiburan yang disiarkannya kepada masyarakat tergantung pada negara dan pemerintahan yang bersangkutan.

Acara siaran pendidikan harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Mempunyai sasaran khalayak yang khusus/terbatas.

2) Tujuan umum acara sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional, untuk Indonesia tentu saja harus sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidiakan Nasional.

3) Penyiaran dilakukan secara sistematis dan berseri Menurut (Darwanto, 2007:132)

Ternyata penggunaan televisi disekolah mempunyai manfaat, seperti yang diungkapkan dalam Hamalik dalam Darwanto 2007: 125 sebagai berikut:

1) Televisi bersifat langsung dan nyata. 2) Televisi memperluas tinjaun kelas.

3) Televisi dapat menciptakan kembali semua peristiwa yang lalu. 4) Televisi dapat menunjukan banyak hal dan segi.

5) Televisi menarik minat bukan saja bagi anak-anak tetapi juga orang dewasa.


(31)

7) Televisi mampu membawa sumber-sumber yang ada di masyarakat ke dalam kelas.

8) Masyarakat akhirnya mengerti tentang sekolah secara nyata. d. Sinetron Anak Jalanan

1) Sinetron

Sinetron memang merupakan penggabungan dan

pemendekan dari “sinema” dan “elektronika” (Wardhana,

1997:278). Menurut Wardhana sinetron adalah suatu proses gabungan pertunjukan gambar yang hidup dimuat ke dalam sebuah cerita yang berbentuk media eletronika. Sinetron dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses elektronik yang disiarkan melalui stasiun televisi.

Sinetron merupakan bentuk alur cerita yang menggambarkan permasalahan kehidupan manusia sehari-hari (Kuswandi, 1996:130). Menurut Kuswandi sinetron artinya program sinema elektronika yang dibuat manusia mengkisahkan tentang kehidupan manusia atau permasalahan-permasalahan yang dijalani sehari-harinya. Kisah sinetron berupa cerita tragedi, komedi, melodrama dan sebagainya.

Sejalan dalam pengertian sinetron (lakuran dari sinema elektronik) adalah istilah untuk program drama bersambung produksi Indonesia yang disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia (http://wikipedia.org Diakses 9 Februari 2016).


(32)

Beberapa pengertian diatas dapat diketahuai bahwa sinetron adalah sinema elektronika yang bersambung menggambarkan peristiwa kehidupan manusia sehari-hari yang disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia. Memuat peristiwa dengan cerita komedi, tragedi, melodrama yang dimuat dalam rekam pada pita video melalui proses elektronik. Sehingga sinetron bisa dilihat dan didengar melalui media elektronika.

Banyaknya sinetron yang menggambarkan sisi-sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat, tentu sangat bermanfaat bagi pemirsa dalam menentukan sikap. Pesan-pesan terkandung tangkap secara simbolis dalam alur cerita (Kuswandi 1996: 131). Beberapa faktor membuat sinetron yang satu ini lebih disukai, yaitu:

1) Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa.

2) Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dan budaya masyarakat (pemirsa).

3) Isi pesannya lebih banyak menyangkut mengangkat permasalahan atas persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Untuk membuat sinetron, ada dua hal yang cukup penting dan perlu diperhatikan, yaitu:

1) Terdapat permasalahan sosial dalam cerita sinetron mewakili realitas sosial dalam masyarakat.


(33)

2) Menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan reponsif (ending cerita) (Kuswandi, 1996:130-132).

2) Anak Jalanan

Definisi Anak Jalanan menurut Heru Nugroho sebagaimana dikemukakan bahwa:

Anak jalanan dipandang dari Sosiologis anak jalanan yaitu aktivitas sekelompok anak yang keluyuran di jalan-jalan. yang tidak merupakan produk dari kondisi kemiskinan tetapi bisa juga akibat kurangnya perhatian orang tua. Perilaku mereka dianggap menganggu ketertiban sosial. Mereka mereka dibagi menjadi beberapa lapisan. produk elite biasanya melakukan aktifitas kebut-kebutan dengan mobil dan corat-coret di dinding. Kemudian dari golongan lapisan menengah biasanya melakukan aktivitas kebut-kebutan dengan sepeda motor dan juga corat-coret di dinding. Dan produk lapisan bawah biasanya sering melakukan aktifitas nongkrong di jalan-jalan dan tidak jarang mengganggu orang yang sedang lewat. (Nugroho, 2011: 97-98).

Pendapat anak jalanan menurut Nurgroho adalah sekelompok anak yang berada di jalan mereka membentuk suatu komunitas atau geng akibat kurangnya kepedulian di dalam keluarga dengan aktivitas kebut-kebutan, nongkrong dan balap motor di jalan. Dalam perkembangan terbagi menjadi beberapa lapisan yang tidak jarang mereka juga berbuat kerusuhan yang mengganggu ketertiban sosial. Senada dengan pengertian anak jalanan yang dikemukakan dibawah ini.

Anak jalanan merupakan bagian kehidupan anak yang memiliki ciri-ciri khusus salah salah satunya adalah masuk dalam


(34)

kelompok high risk to be street children yaitu anak jalan yang masih tinggal dengan orang tua, beberapa jam di jalanan kemudian kembali ke rumah (Soemiarti, 2004: 197). Dari pandangan Soemiarti dapat diambil arti bahwa anak jalanan adalah sekelompok anak yang membentuk suatu perkumpulan atau geng yang berada di jalanan dengan aktivitas kebut-kebutan, nongkrong dan balap motor hanya dalam beberapa jam di jalanan lalu mereka kembali ke rumah masih tinggal bersama orang tuannya.

Memperhatikan beberapa pendapat para ahli diatas bahwa pengertian sinetron Anak Jalanan adalah drama atau sinema yang bersambung yang ditayangkan oleh stasiun televisi di Indonesia. Menceritakan tentang sekelompok anak yang membentuk geng atau komunitas dengan berkeluyuran di jalan dengan aktivitas kebut-kebutan, balap motor dan juga nongkrong dijalan-jalan. Akan tetapi mereka masih tinggal dengan orang tua hanya beberapa jam di jalanan kemudian kembali ke rumah.

Sinetron Anak Jalanan atau disingkat AJ adalah sinetron produksi SinemArt yang ditayangkan RCTI mulai tayang pada hari senin, 12 Oktober 2015 pukul 18.30 WIB di RCTI. (http://wikipedia.org/wiki/ Anak_Jalanan 9 Februari 2016).

Sehingga dari beberapa hal diatas maka pengertian Sinetron Anak Jalanan adalah sinetron yang ditayangkan di RCTI pada pukul 18.00 WIB. Menceritakan tentang sekelompok anak atau


(35)

geng yang berkeluyuran di jalan dengan aktivitas kebut-kebutan, balap motor dan nongkrong di jalan. Mereka hanya beberapa jam di jalanan tetapi masih tinggal dengan orang tuanya.

2. Perilaku Shalat Magrib Berjamaah

Sebelum mendefinisikan Perilaku Shalat Maghrib Berjamah akan dijelaskan satu persatu terlebih dahulu.

a. Perilaku

Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya dalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainnya. Jadi dapat dikatakan perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung ataupun dapat diamati secara tidak langsung (Notoatmodjo, 1993:55).

Sebagaimana dijelaskan Notoatmodjo perilaku, yaitu suatu kegiatan atau aktivitas manusia yang beragam luas, seperti berbicara dan berjalan yang dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam hal ini perilaku yaitu manusia yang aktif dan menggerakan bagian tubuh. Senada dengan pengertian perilaku yang dikemukakan dibawah ini.

Sebagaimana diketahui bahwa perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi


(36)

sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsangan yang mengenai individu atau organisme itu. Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban atau respon terhadap stimulus yang mengenainya (Walgito, 2004: 11).

Perilaku menurut Walgito merupakan suatu aktivitas manusia yang timbul merespon karena adannya rangsangan atau stimulus yang dihadapannya. Stimulus ini nerupakan rangsangan dari luar dan dalam Seperti halnya dengan pengertian di jelaskan dibawah ini.

Manusia berperilaku atau beraktifitas karena adanya kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan atau global. Dengan adanya need atau kebutuhan dalam diri seorang maka akan muncul motivasi atau penggerak / pendorong. Sehingga individu / manusia itu beraktifitas/ berperilaku, baru tujuan tercapai dan individu mengalami kepuasan (Widayatun, 1999: 6). Perilaku menurut Widayatun merupakan suatu aktivitas manusia yang didorong karena adanya keinginan dan kebutuhan dalam mencapai suatu tujuan disertai dengan rasa kepuasan dalam bertindak.

Beberapa pengertian diatas perilaku adalah suatu aktivitas manusia yang beragam luas seperti, berbicara dan berjalan dan lain-lain sebagai bentuk respon karena adanya rangsangan atau stimulus yaitu berupa suatu kebutuhan atau tujuan yang yang di capai untuk memenuhi kepuasan. Manusia dikatakan berperilaku yaitu beraktifitas menggerakan tubuh dan aktif dalam kehidupan sehari-hari. Dalam


(37)

berperilaku manusia dapat diamati secara langsung ataupun secara tidak langsung.

b. Shalat Maghrib Berjamah 1) Shalat

Perkataan shalat dalam pengertian bahasa arab, ialah doa memohon kebajikan dan pujian. Maka Shalat Allah s.w.t. kepada NabiNya, ialah pujian Allah kepada NabiNya (Ash-Shiddieqy, 1974:66). Shalat dalam pemikiran Ash-Shiddieqy adalah memanjatkan atau memohon doa yang berisi mengenai kebaikan dan pujian kepada Allah s.w.t.

Menurut Shalat asal kata dari bahasa arab berarti doa, kemudian yang dimaksud disini yaitu ibadat yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir disudahi dengan salam, menurut beberapa syariat tertentu (Rasjid,1976:64). Diambil pengertian bahwa shalat adalah ibadah yang berisi kebajikan dan pujian kepada Allah s.w.t yang terdiri dari perkataaan dan perbuatan yang di mulai takbir dan diakhiri salam. Disertai dengan berdasarkan dengan ketentuan atau syariat yang sudah diatur.

2) Maghrib

Waktu maghrib atau sama dengan waktu pelaksanaan shalat Maghrib adalah mulai ketika matahari terbenam dan berakhir ketika syafaq telah menghilang (Hartoyo, 2008:42).


(38)

3) Berjamaah

Sedangkan Berjamaah secara bahasa berasal dari kata

عْمَجْلَا

(mengumpulkan), yakni mengumpulkan sesuatu yang berserakan, dan menyatukan sesuatu dengan mendekatkan sebagaian yang lain. Dan jamaah adalah beberapa orang dikumpulkan oleh satu tujuan” (As-Sadlan, 2014:11). Arti berjamaah menurut Ash-Sadlan adalah mengumpulkan orang atau mendekatkan sebagian yang lain dalam satu tempat untuk satu tujuan.

Hukum shalat berjamaah sebagian ulama' mengatakan bahwa hukum sholat berjama'ah itu adalah fardu 'ain, sebagian berpendapat bahwa sholat berjama'ah fardu khifayah, dan sebagian lagi berpendapat sunnah mu'akkad (sunat istimewa). Yang akhir

inilah yang lebih layak, kecuali bagi sholat jum’at. Menurut kaidah

persesuaian beberapa dalil dalam masalah ini, seperti yang telah disebutkan diatas, pengarang Nailul Autar berkata, “Pendapat yang

seadil-adilnya dan lebih dekat kepada yang betul ialah sholat

berjama’ah itu sunat muakkad.’(Rasjid, 2003:107).

Manfaat menunaikan shalat berjamaah akan menumbuhkan persatuan, rasa cinta, dan persaudaraan diantara kaum Muslimin serta menjadikan sekelompok orang yang kompak. Ia juga menumbuhkan kasih sayang sikap saling mengasihi dan menyayangi serta melunakkan hati, demikian juga mendidik mereka untuk


(39)

disiplin dan seksama serta selalu menjaga waktu (As-Sadlan, 2014:25).

Setiap ibadah mempunyai nilai keutaman bagi mukmin yang mendirikannya, bentuk pahala dan sanjungan dari Allah. Sholat berjamaah mempunyai beberapa keutamaan, adapun menurut fadhal Ilahi yaitu:

1) Hati yang tergantung di masjid berada di bawah naungan Allah

ta‟ala. Imam Nawawi menjelaskan bahwa hadist “Seorang yang hatinya terlambat dengan masjid” artinya dia sangat mencintai

masjid dan sangat konsisten melakukan sholat berjamaah dan yang dimaksud disitu adalah bukan konsisten duduk di masjid. 2) Keutamaan berjalan ke masjid untuk menunaikan sholat

berjamaah di dalamnya.

Orang yang melangkahkan kaki menuju ke masjid dalam keadaan suci untuk menunaikan sholat berjamaah akan mendapat pahala ibadah haji, berada dalam jaminan Allah, mendapatkan jamuan dari surga setiap kali ia pergi pada pagi dan petang hari.

3) Keutamaan shaf yang pertama dan sebelah kanan

Shaf pertama seperti shaf para malaikat, sholawat Allah dan para malaikat untuk shaf pertama, sholawat Nabi pada shaf pertama dan kedua.


(40)

Allah akan meninggikan derajatnya berlipat ganda daripada sholat sendirian, dua puluh tujuh derajat.

5) Bertambahnya keutamaan sholat berjamaah seiring dengan bertambahnya bilangan orang yang sholat.

6) Keutaman berjamaah pada sholat isya‟, subuh, dan asyar.

“Melaksanakan sholat isya‟ berjamaah sama nilainya dengan

sholat setengah malam dan sholat fajar berjamaah sama halnya seperti sholat semalam suntuk, dan malaikat yang berkumpul di waktu Asyar beristighfar untuk orang yang berjamaah Asyar Ilahi dalam Neti Faila (2010: 28-29).

Shalat berjamaah maghrib adalah shalat terdiri doa dan perkataaan dan perbuatan yang di mulai takbir dan diakhiri salam dengan ketentuan yang sudah diatur. Dalam pelaksanaanmya dengan mengumpulkan orang atau mendekatkan sebagian yang lain dalam satu waktu yaitu magrib. Waktu maghrib adalah ketika matahari terbenam dan berakhir ketika syafaq telah hilang.

Sehingga dari beberapa hal diatas maka pengertian perilaku shalat maghrib berjamaah adalah suatu aktivitas manusia berkumpul dalam satu waktu yaitu maghrib. Ditandai hingga syafaq (mega merah) menghilang. Dalam pelaksanakan ibadah, berisi mengenai kebaikan dan pujian kepada Allah s.w.t yang tersususun dari perkataan dan perbuatan diawali dari takbiratul ihram diakhiri dengan salam dengan syarat tertentu.


(41)

3. Siswa MT’s

Siswa sebagai input dari proses pendidikan memiliki profil perilaku maupun pribadi yang senantiasa berkembang menuju taraf kedewasaan (Abin Syamsuddin Makmun, 2004: 78-79). Perilaku dan pribadi siswa MTs/SMP sudah memasuki masa remaja. Hal ini dijelaskan lebih lanjut bahwa:

Menurut Harold Alberty dalam Abin Syamsuddin para ahli umumnya sependapat bahwa rentangan masa remaja itu berlangsung dari sekitar 11-13 tahun sampai 18-20 tahun menurut umur kalender kelahiran seseorang. Masa remaja terbagi menjadi dua, yaitu masa remaja awal (usia 11-13 tahun sampai 14-15 tahun) dan masa remaja akhir (usia 14-16 tahun sampai 18-20 tahun). Dengan demikian siswa MTs/SMP yang dijadikan subyek penelitian penulis termasuk dalam golongan masa remaja awal. (Makmun, 2004: 130)

Dalam buku-buku psikologi perkembangan, berdasarkan usianya siswa MTs/SMP dimasukkan ke dalam kategori remaja awal, yaitu dengan usia berkisar antara 12-15 tahun. Menurut Sri Rumini, dkk. (1995: 37) karakteristik remaja awal diantaranya:

a. Keadaan perasaan dan emosi

Keadaan perasaan dan emosinya sangat peka sehingga tidak stabil.

Staniey Hall menyebutkan: “storm and stress” atau badai dan topan

dalam kehidupan perasaan dan emosi. Remaja awal dilanda pergolakan sehingga selalu mengalami perubahan dalam perbuatannya.


(42)

Biehler (1972) dalam (Sunarto, 2002:155) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12–15 tahun dan usia 15–18 tahun

Ciri-ciri emosional remaja usia 12-15 tahun :

1) Pada usia ini seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka.

2) Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.

3) Ledakan-ledakan kemarahan mungkin saja terjadi.

4) Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri

5) Remaja terutama siswa-siswa SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih obyektif.

b. Keadaan mental

Kemampuan mental khususnya kemampuan berpikirnya mulai sempuna dan kritis (dapat melakukan abstraksi). Ia mulai menolak hal-hal yang kurang dimengerti. Maka sering terjadi pertentangan dengan orang tua, guru, maupun orang dewasa lainnya.

c. Keadaan kemauan

Kemauan dan keinginan mengetahui berbagai hal dengan jalan mencoba segala hal yang dilakukan orang lain.


(43)

Pada awal remaja, dorongan seks sudah cenderung memperoleh pemuasan sehingga mulai berani menunjukkan sikap-sikap agar menarik perhatian.

Dalam karakteristik remaja bisa dilihat beberapa keadaan emosi remaja yang tinggi, kondisi mental remaja mulai berpikir kritis dan cenderung melawan hal yang kurang mengerti, sering melakukan sesuatu yang baru dilihat salah satunya siaran televisi dan berbuat kurang baik. Keadaan tersebut karena dipengaruhi belum matang mereka karena perpindahan dari masa kanak-kanak ke remaja awal, keingintahuan remaja yang tinggi, masa transisi pencarian krisis identitas dan upaya pengakuan diri terhadap lingkungan sekitar. Setiap remaja pada akhirnya memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Bentuknya bisa mengandung nilai positif atau negatif tergantung dari faktor-faktor mempengaruhinya.

4. Dampak Tayangan Sinetron Anak Jalanan terhadap Perilaku Remaja Dampak yang bisa ambil dari teori diatas adalah:

a. Pola perilaku remaja yang cenderung terpengaruh oleh sesuatu yang dilihat pada tayangan televisi. Perilaku merupakan suatu kegiatan yang salah satu cirinya yaitu mudah diamati secara langsung. Banyak para remaja terpengaruh oleh tayangan sinetron dengan menirukan tokoh idola atau seseorang dalam cerita yang dengan perannya yang bisa membuat dorongan atau kekuatan untuk menjadi berperilaku seperti pada perilaku sinetron .


(44)

b. Anak sering keluyuran di jalan dengan aktivitas nongkrong dan kebut-kebutan di jalan juga kadang mengganggu kenyamanan orang lain sebagai pengguna jalan umum. Hal yang tidak bisa terpisahkan oleh geng motor adalah keluyuran, nonggrong dan aktivitas kebut-kebutan pasti mengganggu orang yang disekitarnya. Aktivitas yang dilakukan sering mereka dicap sebagai remaja yang nakal.

c. Pola perilaku yang berkumpul cenderung melahirkan suatu komunitas atau geng karena persamaan visi dan mereka tidak mendapatkan apa yang tidak didapatkan dalam keluarga. Mereka para remaja pada awalnya hanya berkumpul lalu seperti ada kecocokan antar teman sehingga terbentuk suatu komunitas atau geng. Sebab anak yang mudah terpengaruh geng motor diakibatkan kurangnya kebebasan atau kepedulian dalam keluarga sehingga membuat mereka sering bermain diluar.

d. Perilaku agresif dan emosi yang berlebihan sering ditujukan pada anak awal remaja. Geng motor tidak mudah terlepas dari perbuatan agresif. Salah satu perbuatan agresif yaitu mengganggu orang disekitarnya dengan meminta uang secara paksa sehingga bisa timbul percek-cokan dan perkelahian. Tetapi dengan pola pikir negatif seperti perkelahian menandakan emosi mereka belum terkendali dengan baik.

e. Para remaja mencoba sesuatu yang baru karena keingintahuan yang tinggi. Mereka mulai bisa berpikir kritis menangkap, menerima setiap informasi yang datang. Keingintahuan yang normal atau baik bersifat


(45)

positif membangun untuk menjadi remaja yang matang.atau sebaliknya menyimpang.yang merugikan. Keingintahuan ini bisa mempengaruhi kehidupan remaja dalam tahap selanjutnya.

Dampak sinetron secara garis besar yaitu :

a. Pola perilaku remaja anak muda yang cenderung terpengaruh oleh logat bertutur dari apa yang sering dilihat layar televisi.

b. Kebudayaan massa adalah bentuk pola perilaku manusia yang sering kali mudah ditiru secara umum.

c. Ikon yang dibentuk cenderung menampilkan gaya hidup yang berlebihan dan jauh dari nilai-nilai kehidupan di masyarakat (Sujarwa, 2010:26-30).

d. Karena itu tidak mengherankan kalau ada beberapa pendapat yang mengatakan, televisi sebagai media massa yang mendorong orang untuk bermalas-malasan (Darwanto, 2007:121).

e. Akhirnya media ini memungkinkan untuk mempengaruhi berbagai tingkah laku, sehingga tanpa disadari akhirnya mereka akan berubah tingkah lakunya, ke arah negatif atau positif tergantung dari kondisi itu sendiri serta kestabilan atau kelabilan kejiwaan khalayak (Subroto, 1994: 8).

Dari begitu banyak dampak yang diakibatkan oleh tontonan televisi, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan oleh setiap orang tua, yaitu :


(46)

Jangan biarkan anak menonton acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada unsur kekerasan atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka).

b. Dampingi anak menonton televisi

Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton selalu terkontrol dan orang tua bisa memperhatikan apakah acara tersebut masih layak atau tidak untuk di tonton.

c. Letakan televisi di ruang tengah, hindari menyediakan televisi dikamar anak.

Dengan menyimpan televisi di ruang tengah, akan mempermudah orang tua dalam mengontrol tontonan anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan, karena kecenderungan rasa ingin tau anak-anak sangat tinggi.

d. Tayangkan acara favorit merekan dan bantu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif. e. Ajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan,

bersosialisasi secara positif dengan orang lain. Acara yang bisa dilakukan misalnya, tamasya, sirahturahim tempat sanak keluarga dan hal lain yang bisa membangun jiwa sosialnya.

f. Perbanyak membaca buku, letakkan buku ditempat yang mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko dan perpustakaan.


(47)

g. Perbanyak mendengarkan radio, memutar kaset atau mendengarkan musik sebagai mengganti televisi (Suryadi dalam Sari, 2015:35).

Dalam tayangan sinetron pasti mengandung sesuatu yang bersifat positif atau negatif dalam arti dampak seperti sinetron anak jalanan. Dampak positif dalam dinetron anak jalanan adalah berperilaku saling membantu bila ada teman yang kesusahan. Dampak negatif yang bisa dilihat adalah cenderung menampilkan gaya hidup yang berlebihan. Contoh menggunakan sepeda motor yang mahal membentuk suatu komunitas atau geng juga cara berpakaian menggunakan jaket hitam seperti geng motor dengan perilaku berkebut-kebutan balap motor yang bisa memacu adanya perilaku kurang baik, seperti tawuran, dendam dan perilaku agresif yang berlebihan. Dari perilaku berpakaian hitam seperti geng motor dan kebut-kebutan sudah jauh dari norma budaya Indonesia dan secara langsung meniru budaya barat yang bisa merusak para remaja. Karena televisi termasuk juga siarannya salah satunnya sinetron merupakan suatu kebudayaan massa sehingga hal yang dipertontonkan sering mudah dititru khususnya para remaja yang taraf usia yang masih labil. hal ini tentunya bisa menghambat perkembangan para remaja yang harusnya bisa berkembang ke arah positif akan tetapi malah sebaliknya. Tentu orang tua tidak menginginkan setiap anaknya yang pada masa remaja berbuat negatif atau merusak diri.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk menganalisis secara mendalam dan mendeskripsikan suatu fenomena, peristiwa, aktifitas social, sikap, pemikiran, kepercayaan, persepsi orang secara individu maupun kelompok (Sukmadinata, 2005:60). Maka metode yang digunakan adalah fenomenologis. Penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu (Moleong, 2001 : 9).

Penelitian deskriptif baik yang diarahkan pada kajian kuantitatif maupun kualitatif memiliki kesamaan, keduanya ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena apa adanya. Perbedaannya ialah terletak pada sifat kajian, penelitian kuantitatif deskripsi atau gambarannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuansi, sedangkan dalam penelitian kualitatif lebih memperlihatkan karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan (Sukmadinata, 2012: 72-73).


(49)

Jadi, dalam penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan mengenai dampak sinetron Anak Jalanan terhadap perilaku shalat maghrib berjamaah pada siswa MTs Ummul Quro Sleman Yogyakarta.

B.Lokasi Penelitian

Peneliti ini dilakukan di sekitar daerah tempat tinggal siswa ataupun masjid yang terdapat di Kaliurang, Depok, Kecamatan Sleman Yogyakarta.

C.Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak yang terlibat penuh serta cukup lama dan intensif menyatu dalam proses pelaksanaan suatu penelitian (Moleong, 2005: 15). Dalam penentuan subyek penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan subyek penelitian secara sengaja oleh peneliti yang didasarkan atas kriteria dan pertimbangan tertentu.

Subjek dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu subjek kasus dan subjek informan. Berikut adalah beberapa karakteristik subjek kasus dalam penelitian ini antara lain :

1. Subjek yang melihat dan mengetahui cerita dari Sinetron Anak Jalanan.


(50)

Adaupun subjek informasi yang dijadikan sebagai sumber informasi di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengenal keluarga subjek

2. Mengetahui keadaan subjek dalam kehidupan kesehariannya D.Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari lapangan yang akurat peneliti menggunakan beberapa teknik. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:

1. Wawancara

Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data tentang siswa dan kasus-kasus yang terkait di sekolah. Selain itu juga akan menganalisis lebih dalam mengenai perilaku-perilaku siswa yang terjadi melalui informasi wawancara dari beberapa siswa, guru, orang tua siswa dan pihak-pihak lain yang terkait.

Wawancara ini berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan kepada sumber data dilakukan dalam bentuk tanya jawab yang sistematis dan berlandaskan tujuan penelitian (Sulastri.2008:30)

Tahapan-tahapan wawancara yaitu:

1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai

2) Menentukan indikator-indikator dari subvariabel sebagai pedoman dalam menyusun pertanyaan


(51)

Wawancara yang mendalam bisa juga menggunakan angket terbuka, bila tidak bertemu dengan responden. Wawancara mendalam di angket digunakan untuk mendapatkan data tentang perilaku siswa dan juga kasus yang pernah tejadi.

2. Observasi

Observasi ini dilakukan secara langsung melalui pengamatan di dengan melakukan observasi awal berkunjung ke lingkungan tempat tinggal siswa atau dimasjid. Observasi dipakai untuk mendapatkan data dari melihat ekpresi responden yang terkait dengan data perilaku-perilaku responden pada saat diwawancarai. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui secara umum data diri dan perilaku siswa-siswa MTs Ummul Quro selama dilapangan.

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data catatan tentang kasus yang telah terjadi di sekolah MTs Ummul Quro Sleman atau dilingkungan tempat tinggal para siswa-siswi MTs Ummul Quro. Gambaran tersebut meliputi: keadaan siswa, catatan dimana anak tinggal dan catatan khusus anak serta keterangan-keterangan lain yang kiranya dibutuhkan.

4. Uji Keabsahan Data

Teknik keabsahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memnafaatkan sesuatu yang lain diluar data yang


(52)

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2001 : 178). Dalam penelitian ini dilakukan, untuk menguji keabsahan data maka dilakukan pengecekan data atau informasi yang diperoleh untuk mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan data dan analisis data.

E.Analisis Data

Analisis data dalam kualitatif menurut Moleong (2002:103) yaitu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Lalu data dibaca, setelah itu dipelajari dan ditelaah (Moleong, 2002:190). Proses penelitian ini terdiri dari beberapa alur atau komponen sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan proses, pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi

data ini merupakan bagian dari analisis dan bentuk analisisnya ini berupa menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang


(53)

tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan

Huberman, 2014:16).

Dalam penelitian ini data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara kemudian diolah, setelah itu memilah mana yang perlu digunakan dan mana yang tidak perlu dari data dokumentasi, hasil wawancara dan observasi, barulah data yang sudah dipilih kemudian ditulis atau diketik.

b. Penyajian Data

Penyajian data yaitu suatu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian maka kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan, berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut (Miles dan

Huberman, 2014:17).

Dengan adanya penyajian data peneliti dapat mengetahui dan memahami data yang telah diperoleh. Dengan memahami data peneliti dapat mengambil tindakan serta menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

c. Verifikasi atau Menarik Kesimpulan

Verifikasi data merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara


(54)

teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif” atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data lain. Jadi makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya (Miles dan Huberman, 2014:19).

Teknik keabsahan data menggunkan triangulasi sumber dengan langkah (1) membandingkan data dan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu (4) membadningkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan (5) membandingkan hasil wawncara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Patton dalam Moleong, 2001 : 178)

Dalam menentukan atau manyimpulkan hasil akhir, ketiga poin diatas saling berkaitan satu sama lain. Oleh sebab itu data yang disajikan harus sistematis berdasarkan rumusan penelitian, sehingga bisa menyimpulkan hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi.


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Cerita Sinetron Anak Jalanan yang Ditayangkan Di TV Pada Jam Tayang Utama

Sinetron Anak Jalanan merupakan salah satu sinetron yang ditayangkan oleh stasiun televisi Indonesia yaitu, RCTI (Rajawali Citra Televisi Indonesia). Sinetron ini diproduksi oleh SinemaArt, pertama kali tayang pada Senin, 12 Oktober 2015 pukul 18.30. Sinetron Anak Jalanan atau Anak Jalanan disingkat AJ mengambil cerita dengan genre drama remaja sekolah.

Salah satu unsur sebuah tayangan drama yang menarik untuk ditonton adalah isi cerita drama. Banyaknya ide-ide cerita bermunculan dengan disesuaikan dengan keadaan zaman sekarang membuat variasi dalam drama, tidak terkecuali Sinetron. Sinetron yang tayang di jam utama saat ini lebih banyak mengambil tema remaja, sehingga rumah home produksi berlomba-lomba dengan membuat beragam cerita remaja yang bisa menghibur dan ceritanya bisa dimengerti oleh para anak-anak dan remaja, seperti halnya Sinetron Anak Jalanan.

Zeky Maulana Farqab, salah satu siswa, yang menonton Sinetron Anak Jalanan sebagai berikut:

Itu mas tentang Si Boy yang suka membantu teman geng Anak Jalanan ketika ada perkelahian (Wawancara pada 1 Oktober 2016).

Menurut Zeky Maulana Farqab bahwa Boy suka membantu teman gengnya. Setelah penulis melihat Sinetron Anak Jalanan ternyata ada beberapa


(56)

episode Boy membantu temannya. Salah satu contoh pada episode 91-92 tentang Boy membantu teman geng Anak Jalanan yang melawan geng kampung karena melewati jalan yang menjadi kekuasaan geng kampung hingga akhirnya kalah berkelahi dan geng kampung meminta maaf kepada geng Anak Jalanan dan Boy menasehati jalan ini bukan milik geng tetapi bisa dilewati semua orang. Kejadian pada episode tersebut menggambarkan Boy membantu geng Anak Jalanan setiap ada masalah.

Rizki Amelia Putri, salah satu siswa juga memiliki pendapat yang sama menyatakan bahwa:

Geng Anak Jalanan terutama Si Boy suka menolong temannya yang sering berantem dan geng serigala sering ngajak tawuran (Wawancara pada 4 Oktober 2016).

Geng Anak Jalanan yang diketuai oleh Haikal sering bertengkar dengan Geng serigala yang diketuai oleh Mondy Di dalam cerita Boy juga termasuk dalam anggota Geng anak Jalanan dan juga sebagai ketua dari Geng Warrior. Pada awal cerita diketahui bahwa geng Anak Jalanan sering berkelahi dengan Geng Serigala. Pada episode 25-26 terjadi perkelahian dikarenakan pada saat Boy mengadakan ulang tahun dirumahmya, geng Serigala membuat masalah sehingga Haikal sebagai ketua dari Geng Anak Jalanan tidak terima dan bertengkar. Disinilah peran Boy yang tahu dan segera datang untuk melerai dari pertarungan dua geng. Akhrinya pertarungan bisa dihindarkan walaupun Haikal dan Mondy yang sama-sama ketua dari masing-masing geng masih beradu mulut.

Bapak Zakaria selaku guru MT’s Ummul Quro yang kadang menonton


(57)

Dalam Sinetron Anak Jalanan ada perkumpulan geng-geng memakai sepeda motor juga termasuk geng anak jalanan dalam ceritanya dan juga Si Boy yang selalu membantu apabila ada teman yang kesusahan di geng Anak Jalanan dia sebagai penasihat agar tidak ada perkelahian (Wawancara Bapak Zakaria pada 17 Oktober 2016).

Cerita Sinetron Anak Jalanan geng didalamnya bukan menggunakan kendaraan yang standar dikalangan masyarakat Indonesia, tetapi lebih ke arah motor Sport yang istilah zaman sekarang bernama moge atau motor gedhe. Didalam bahasa Indonesia motor gedhe diartikan sebagai motor besar yang kendaraanya hampir sekelas dengan Kawasaki Ninja 250 cc. Selain Boy juga mengendarai motor sport, di dalam Geng Warrior atau Geng Anak Jalanan sering dijadikan penasehat seperti pada episode 399-400 Wily berkerja sama geng Falcon menghajar Dido dan Iyan sampai masuk rumah sakit.Wily sadar, ingin meminta maaf dan nasehat bagaimana agar teman geng Boy, Dido dan Iyan bisa memaafkan karena telah mencelakainya. Boy meminta Willy untuk berdoa dan tidak berhenti untuk meminta maaf. Ternyata Boy walapun tahu temannya disakiti tetapi tidak marah saling memaafkan dan memberikan solusi yang terbaik.

Hal ini juga senada dengan pendapat dari Bapak Ratman selaku sebagai orang tua David Fio sering menonton Sinetron Anak Jalanan memiliki pendapat yang sama menyatakan bahwa

Sebenarnya kalau anak bisa mencerna dalam sinetron Anak Jalanan ada sisi postif seperti Si Boy dia suka tolong-menolong, melerai atau menasehati temannya yang suka bertengkar. Jika tidak dalam keadaan terpaksa Boy tidak ikut berkelahi dan di Geng Anak Jalanan dijadikan penasehat karena sering mengambil keputusan tepat.

Walaupun sering membantu temannya yang kesusahan atau menasehati teman gengnya yang ingin berkelahi, Boy tetap menghindari dari resiko


(58)

perkelahian antar geng. Apabila urusan yang mendesak dan terpaksa harus adanya saling baku hantam Boy juga akan ikut berkelahi. Dalam episode 659-660 yang tayang pada 14 Oktober 2016 mengenai Reva mengendarai motor dijalan yang diikuti Geng Serigala dan diberhentikan. Kebetulan Boy ada dibelakang mereka dan karena Reva sendirian akhirnya Boy menolong Reva berkelahi dengan geng Serigala. Sehingga dalam keadaan terpaksa Boy harus berkelahi salah satunya untuk melindungi teman dan kekasihnya Reva.

Di sisi lain Tokoh Boy selalu membantu teman yang kesusahan, terdapat beberapa adegan yang kurang baik yang sering diperlihatkan Sinetron Anak Jalanan. Rizki Amelia Putri salah satu siswa menyatakan, tentang adegan Sinetron Anak Jalanan sebagai berikut :

Geng serigala sering ngajak tawuran dan suka bikin masalah (Wawancara pada 4 Oktober 2016).

Perkelahian dan tawuran adalah adegan yang biasa terjadi dalam kehidupan geng. Sinetron Anak Jalanan kadang memperlihatkan adegan berkelahi dan tawuran. Seperti dalam episode 145-146 yang memperlihatkan tawuran geng warior yang dipimpin Boy dengan geng Black Kobra yang dipimpin bang Kobar tawuran ini disebabkan motor dari Dado dan Wily dicuri salah satu anggota geng Black Kobra dan ada penculikan Abah Rama. Hal ini kurang baik ketika ditonton Anak Remaja. Terutama remaja awal yang masih dalam kondisi perasaan dan emosinya sangat peka sehingga tidak stabil. Remaja Awal dilanda pergolakan sehingga selalu mengalami perubahan dalam hidupnya (Sri Rumini, 1995:37). Maka dari itu apabila adegan berkelahi dan tawuran dilihat oleh anak remaja bisa menjadikan anak berani untuk berkelahi atau tawuran antar pelajar. Hal yang


(59)

sama juga dikatakan oleh Zeky Maulana Farqab juga memiliki pendapat yang sama dengan Rizki Amelia Putri, yang menyatakan bahwa:

Sinetron Anak Jalanan banyak adegan berantem dan juga memperebutkan Reva dan tempat nongkrong karena dicelakain akhirnya balas dendam (Wawancara, 1 Oktober 2016).

Kehidupan geng motor pada ummunya tidak dapat terhindarkan dengan aksi kekerasan. Mereka di jalan bertemu dengan semua orang pengguna jalan dengan sifat manusia yang beragam. Apabila geng motor merasa diganggu atau sebaliknya di jalan maka akan berkelahi karena hal ini didukung dengan banyak teman gengnya yang berada dijalan. Tidak terkecuali geng yang ada di Sinetron Anak Jalanan biasanya juga diakibatkan karena perebutan Reva seperti episode terbaru bahkan sampai Reva diculk pada episode 399-400. Permasalahan ini dalam kehidupan nyata memang hal yang biasa bagi geng motor dan sering terjadi.

Sinetron Anak Jalanan juga menampilkan cerita lain yaitu, ada kisah romantis antara Boy dengan Reva dan juga Adriana tokoh antagonis yang suka ikut campur masalah dengan Boy dan Reva. Aprilia Diski Riani, salah satu siswi yang menyatakan tentang Sinetron Anak Jalanan sebagai berikut:

Adriana yang membenci Reva karena pacaran dengan Boy, Adriana masih suka dengan Boy tetapi Boy tidak mau karena Adriana sudah menikah (Wawancara 5 Oktober 2016).

Boy setelah penulis lihat dalam cerita sebelumnya adalah mantan kekasih dari Adriana. Ternyata Adriana masih suka dengan Boy dan ingin kembali seperti dulu. Di dalam cerita Boy dan Reva saling menyukai dan akhirnya menjadi sepasang kekasih. Disisi lain Adriana setelah tahu Boy dan Reva adalah sepasang


(60)

kekasih menjadi tidak suka dan selalu ingin membuat hubungan mereka menjadi tidak harmonis dengan mengganggu keduannya. Pendapat yang lain juga diutarakan David Fio oleh yang menyatakan bahwa:

Boy dan gengnya Anak Jalanan dan juga Adriana suka mengganggu Boy sama Reva karena Adriana masih suka dengan Si Boy (Wawancara 14 Oktober 2016).

Adriana ternyata masih suka sama Boy dan berusaha dengan berbagai rencana agar Boy tidak menyukai Reva lagi. Seperti yang ditujukan pada episode 131-132 ketika Boy akan menyatakan kesukaanya kepada Reva di puncak. Karena Adriana mengetahui dan membuat rencana agar kejadian tidak terjadi dengan cara mengirim pesan kepada ibunya Boy bahwa ia akan bunuh diri agar membuat perjalanan Boy terganggu. Boy sendiri sudah tidak suka lagi dengan Adriana karena sudah menikah dengan seorang duda.

Hal lain juga dikatakan oleh Rizki Amelia Putri, salah satu siswa yang melihat Sinetron Anak Jalanan tentang Adriana menyatakan bahwa:

Adriana cantik tapi bikin jengkel karena Adriana meninggalkan Boy disuruh ibunya menikah dengan ayahnya Reva untuk mendapatkan dan manfaatkan harta dari ayah Reva (Wawancara 4 Oktober 2016).

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui Boy dan Reva adalah sepasang kekasih yang mereka pada awalnya menggunakan motor sport di jalan raya sebagai bentuk kekecewaan dengan masalah yang dialami. Boy kecewa karena mantan kekasihnya Adriana menikah denga seorang duda kaya. Sedangkan Reva kecewa terhadap ayahnya karena menikah lagi dengan seorang perempuan yang umurnya hampir sama dengan Reva. Setelah ditelusuri ternyata adalah Adriana yang menikahi ayah Reva Bei karena disuruh ibunya untuk


(61)

memanfaatkan harta kekayaannya. Boy dan Reva bertemu tidak sengaja di jalan ketika Reva dikejar geng motor yang akhirnya Boy menolong Reva ternyata yang mengejar Reva adalah salah satu teman gengnya Boy.

Isi cerita dari Sinetron Anak Jalanan adalah tentang suatu perkumpulan geng yang mengendarai sepeda motor di jalan, saling adu kekuatan dan mental dengan balap motor diiringi perkelahian. Disisi lain terdapat hal yang kurang baik dalam sinetron Anak Jalanan. Ikon yang dibentuk cenderung menampilkan gaya hidup yang berlebihan dan jauh dari nilai-nilai kehidupan di masyarakat (Sujarwa, 2010:30). Sinetron Anak Jalanan hampir setiap geng motor menggunakan motor sport tentu bukan barang yang murah. Hal ini juga kurang baik untuk ditonton karena menampilkan motor sport yang seolah-olah setiap geng motor pada sinetron Anak Jalanan mempunyainya. Ini menunjukan sinetron Anak Jalanan ditujukan untuk masyarakat menengah ke atas.

Pada kenyataannya banyak tontonan yang kurang baik sehingga bisa mempengaruhi pikiran dan peilaku remaja akibat dari tayangan yang kasar. Kebudayaan massa adalah bentuk pola perilaku manusia yang sering kali mudah ditiru secara umum. (Sujarwa, 2010:30). Salah satunya remaja bisa meniru memperagakan adegan dalam Sinetron Anak Jalanan.

B. Perilaku Shalat Maghrib Berjamaah Para Siswa-Siswi Sebelum Melihat Sinetron Anak Jalanan.

Sebelum ada tayangan Sinetron Anak Jalanan, terdapat beberapa Sinetron acara televisi yang menarik untuk para remaja dan tayang pada jam utama. Diantaranya sinetron Pangeran, sinetron Ganteng-ganteng Serigala, sinetron Go


(62)

BMX, sinetron 7 Manusia Harimau. Sinetron tersebut rata-rata ditayangkan pada jam 18.45 kecuali sinetron Go BMX yang tayang pada jam 17.45.

Namun beberapa sinetron tersebut lebih memperlihatkan aksi bertarung seperti sinetron Ganteng-ganteng Serigala, 7 Manusia Harimau. Untuk sinetron Go BMX lebih memperlihat aksi yang lebih berbahaya dengan atraksi bermain sepeda. Ternyata serial sinetron dengan aksi dan perkelahian masih disukai masyarakat terutama para anak remaja.

Sinetron Anak Jalanan tayang perdana tanggal 12 Oktober 2015. Pertama kali ditayangkan pada jam 18.30 sehingga pada saat penayangan sinetron Anak Jalanan belum mengganggu aktivitas perilaku shalat maghrib berjamaah karena pada bulan Oktober untuk wilayah Yogyakarta jam untuk Shalat maghrib adalah jam 17.40 (http://jadwalsholatimsak.info// Diakses tanggal 29 Oktober 2016).

Mohammad Yaqin, salah satu siswa MT’s melaksanakan perilaku shalat

maghrib berjamaah

Saya hampir tepat waktu melaksanakan perilaku shalat maghrib berjamaah di masjid (Wawancara Mohammad Yaqin pada 1 Oktober 2016).

Perilaku shalat maghrib berjamaah Mohammad Yaqin diperkuat dengan observasi pada tanggal 4 Oktober 2016 ketika itu Mohammad Yaqin dengan dua temannya sedang menunggu waktu iqomah magrib di masjid Al-Jannah. Hal ini menandakan Mohammad Yaqin termasuk siswa yang rajin untuk melaksanakan perilaku shalat maghrib berjamaah ke masjid Al-Janah dengan tepat waktu. Hal ini juga diperkuat oleh perkataan dari salah satu pihak anggota keluargamya. Mas Syahri selaku kakak dari Mohammad Yaqin mengatakan bahwa:


(63)

Adik saya kadang dia inisiatif sendiri kalau waktu maghrib langsung ke masjid bersama temannya (Wawancara Syahri pada 5 Oktober 2016). Ini menunjukan bahwa dalam diri Mohammad Yaqin sudah ada rasa untuk melaksanakan perilaku shalat maghrib berjamaah tanpa disuruh orang tua atau kakaknya. Mohammad Yaqin datang ke masjid Al-Jannah bersama tiga orang temannya sebelum dikumandangkan adzan maghrib. Bapak Tri Yoga juga selaku ketua RT 02, RW 34 Ngabean Kulon menambahkan bahwa:

Saya kadang sering lihat Yaqin pada saat shalat maghrib berjamaah (Wawancara 19 November 2016).

Keterangan dari wawancara Bapak Tri Yoga selaku ketua RT 02 RW 34 Ngabean Kulon bahwa Mohammad Yaqin termasuk anak remaja yang sering ke masjid untuk shalat berjamaah. Walaupun sebenarnya ketika penulis melakukan observasi tempat tinggal di daerah sekitar lingkungan banyak anak remaja dikampung tersebut. Tetapi remaja yang mau berjamaah hanya beberapa saja. Sebenarnya di lingkungan tempat tinggal Mohammad Yaqin ada masjid yang cukup memadai dan dapat menampung banyak jamaah. Bapak Tri Yoga juga menambahkan bahwa:

Dikampung sini ada tempat untuk mengaji remaja yang diadakan setiap habis shalat maghrib selesai sampai habis isya di rumah tahfidz (Wawancara pada tanggal 19 November 2016).

Ternyata setelah melaksanakan perilaku shalat maghrib berjamaah ada kegiatan mengaji yang selesai setelah shalat isya. Jadi anak remaja ketika waktu isya telah datang tidak langsung ke masjid Al-Jannah tetapi langsung shalat isyak berjamaah dirumah tahfidz tersebut. Rumah tahfidz juga dipimpin seorang ustad yang hafal Al-Quran dan profesional walaupun bukan dari orang sendiri memang didatangkan dari luar. Hal ini tentu berdampak positif dengan adanya rumah


(1)

Saya hampir tepat waktu melaksanakan perilaku shalat magrib berjamaah di masjid sebelumnya sekarang kadang terlambat datang masjid.

12. Faktor apa yang menyebabkan saudara meninggalkan perilaku shalat maghrib berjamaah ketika adanya Sinetron Anak Jalanan?

Males mas tidak ada yang mengajak, adanya Si Boy sama di rumah sering sendirian ibu pergi jualan sampai malam kakak pergi keluar.

Nama : David Fio

Kelas : VIII A

Jenis Kelamin : Laki-laki

1. Apakah saudara suka menonton televisi?

Suka menonton televisi habis pulang sekolah biasannya. 2. Tayangan apa yang sering anda lihat ketika menonton televisi?

Kartun sama sinetron Anak Jalanan dan Pangeran. 3. Apa yang anda ketahui tentang Sinetron Anak Jalanan?

Boy dan gengnya Anak Jalanan dan juga Adriana suka mengganggu Boy sama Reva karena Adriana masih suka dengan Si Boy.

4. Apa yang membuat anda tertarik dengan Sinetron Anak Jalanan?

Ada kerja sama dalam geng Anak Jalanan dan Boy suka melerai apabila temennya berantem dengan geng lain.


(2)

5. Pada saat menonton Sinetron Anak Jalanan sendirian atau sama orang tua? Bersama orang tua mas.

6. Apakah Sinetron Anak Jalanan baik untuk ditonton?

Tidak baik karena ada geng suka menggangu orang lain dan berbuat tidak baik, tawuran dan balapan.

7. Apa yang anda lakukan ketika waktu magrib datang? Mandi, makan shalat dan belajar.

8. Apakah saudara sering melaksanakan perilaku shalat maghrib berjamaah? Jika tidak alasannya?

Saya kalau shalat berjamaah kadang sama teman-teman di masjid, biasanya teman selalu ke rumah lalu mengajak saya ke masjid, tapi tidak rutin alasanya banyak bermain game di HP dan menonton televisi.

9. Seberapa penting shalat magrib berjamaah bagi anda yang masih remaja? Penting mas dikerjakan dapat pahala ditinggalkan mendapat dapat dosa. 10. Menurut anda dampak Sinetron Anak Jalanan apa?

Suka mengganggu rumah tangga orang yang dilakukan Adriana, mengganggu orang dijalan tapi ada positifnya kerja sama saling tolong-menolong.

11. Bagaimana perilaku Shalat Magrib berjamaah anda ketika sebelum atau sesudah adanya Sinetron Anak Jalanan?

Saya nonton dengan shalat maghrib berjamaah hampir sama kadang jamaah kadang tidak.

12. Faktor apa yang menyebabkan saudara meninggalkan perilaku shalat maghrib berjamaah ketika adanya Sinetron Anak Jalanan?


(3)

Lihat televisi, sering bermain games, orang tua tidak mengajak ke masjid dan tidak ada teman ke masjid.

Nama : Rizki Amelia Putri

Kelas : IX C

Jenis Kelamin : Perempuan

1. Apakah saudara suka menonton televisi?

Suka mas kadang kalau lagi bosan dan santai sering menonton televisi. 2. Tayangan apa yang sering anda lihat ketika menonton televisi?

FTV, drama Korea dan sinetron Pop Corn dan Anak Jalanan. 3. Apa yang anda ketahui tentang Sinetron Anak Jalanan?

Geng Anak Jalanan terutama Si Boy suka menolong temannya yang sering berantem dan geng serigala sering ngajak tawuran.

4. Pada saat menonton Sinetron Anak Jalanan sendirian atau sama orang tua? Sama nenek kalau ayah kurang suka.

5. Apa yang membuat anda tertarik dengan Sinetron Anak Jalanan?

Saya tertarik dari pemainnya yang ganteng Boy sama Haikal dan Reva cantik Adriana juga ceritanya membuat jengkel.

6. Apakah Sinetron Anak Jalanan baik untuk ditonton?


(4)

7. Apa yang anda lakukan ketika waktu maghrib datang? Persiapan shalat, belajar dan nonton televisi.

8. Apakah saudara sering melaksanakan perilaku shalat maghrib berjamaah? Jika tidak alasannya?

Kadang-kadang mas kalau di rumah shalat magrib sendiri kadang berjamaah bersama nenek. kalau lagi ada masalah atau ulangan sering berjamaah dimasjid.

9. Seberapa penting shalat magrib berjamaah bagi anda yang masih remaja? Penting mas shalat mengajarkan agar tidak malas dan biar hati menjadi tentram.

10. Menurut anda dampak Sinetron Anak Jalanan apa?

Ada dampak positif dan negatif. Dampak positif ada perilaku tolong-menolong yang dilakukan Boy temannya ada yang tobat tidak berkelahi. Dampak negatif suka buat masalah, tawuran dan berkelahi.

11. Bagaimana perilaku shalat magrib berjamaah anda ketika sebelum atau sesudah adanya Sinetron Anak Jalanan terhadap?

Hampir sama mas, kadang saya juga rutin shalat berjamah maghrib kadang tidak tapi sering lihat Sinetron Anak Jalanan.

12. Faktor apa yang menyebabkan saudara meninggalkan perilaku shalat maghrib berjamaah ketika adanya Sinetron Anak Jalanan?

Sering main HP, melihat sinetron Anak Jalanan suka terbawa pada saat shalat orang tua sering tidak ngajak shalat magrib berjamaah.


(5)

Nama : Aprilia Diski Riani

Kelas : IX C

Jenis Kelamin : Perempuan

1. Apakah saudara suka menonton televisi? Suka mas, saya lihat televisi setiap hari.

2. Tayangan apa yang sering anda lihat ketika menonton televisi? Suka nonton Anak Jalanan mas.

3. Apa yang anda ketahui tentang Sinetron Anak Jalanan?

Tokohnya saya hampir tahu mas ada Boy, Reva, Adriana, Neli, Ian, Edo, Raya, Mondy, Rio sama Oky.

4. Apa yang membuat anda tertarik dengan Sinetron Anak Jalanan?

Pemainnya banyak yang ganteng mas dan cerita menarik sekarang lagi ada tinju MNA.

5. Pada saat menonton Sinetron Anak Jalanan sendirian atau sama orang tua? Seringnya sama ibu kalau ayah suka berita.

6. Apakah Sinetron Anak Jalanan baik untuk ditonton?

Kalau saya lihat Sinetron Anak Jalanan cerita menarik mas bagus untuk ditonton.

7. Apa yang anda lakukan ketika waktu maghrib datang? Persiapan belajar, bermain HP juga menonton televisi.

8. Apakah saudara sering melaksanakan perilaku shalat maghrib berjamaah? Jika tidak alasannya?


(6)

Kadang-kadang mas kalau ibu kadang juga mengajak untuk berjamaah maghrib.

9. Seberapa penting shalat maghrib berjamaah bagi anda yang masih remaja? Perilaku shalat berjamaah selalu harus dilaksanakan wajib.

10. Menurut anda dampak Sinetron Anak Jalanan apa?

Bertengkar dengan geng lain tidak baik. Saya kadang marah mas kalau ada yang ganggu pada saat nonton Sinetron Anak Jalanan dan terbawa suasana ceritanya.

11. Bagaimana perilaku Shalat Magrib berjamaah anda ketika sebelum atau sesudah adanya Sinetron Anak Jalanan terhadap?

Sebelum ada Sinetron Anak Jalanan shalat magrib sering tidak rutin tapi ada adegan untuk shalat berjamah saya kadang diingatkan.

12. Faktor apa yang menyebabkan saudara meninggalkan perilaku shalat magrib berjamaah ketika adanya Sinetron Anak Jalanan?

Waktu magrib lihat televisi sambil bermain HP, ibu kadang jualan ayah pergi sering tidak ada yang mengajak.