PENGARUH SHALAT BERJAMAAH TERHADAP PERIL

PENGARUH SHALAT BERJAMAAH TERHADAP PERILAKU SOSIAL

(Studi Kasus Masyarakat Pondok Sendang, Kec. Beringin, Kab. Semarang 2009)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh : NETI FAILA SUFFA

NIM : 11104017

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama

: Neti Faila Suffa

Program Studi

: Pendidikan Agama Islam

BERJAMAAH TERHADAP PERILAKU SOSIAL telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Judul : PENGARUH

SHALAT

Salatiga, 03 Maret 2010 Pembimbing

Peni Susapti, M.Si. NIP. : 1970040320000302003

KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:akademik@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara NETI FAILA SUFFA dengan Nomor Induk Mahasiswa 11104017 yang berjudul : “ PENGARUH SHALAT BERJAMAAH TERHADAP PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT PONDOK SENDANG KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN SEMARANG 2009/2010 “ telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan TARBIYAH, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada :

Sabtu, 13 Maret 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Salatiga, 13 Maret 2010 M 27 Rabiul Awal 1931H

Panitia Ujian

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. Imam Sutomo, M.Ag Dr. H. Muh. Saerozi, M. Ag NIP. 19580827 198303 1 002

NIP. 19660215 1991103 1 001

Penguji I Penguji II

Drs. H. Zulfa, M.Ag. Dra. Djami’atul Islamiah, M.Ag. NIP. 19520430 197703 1 001

NIP. 19570812 198802 2 001

Pembimbing

Peni Susapti, M.Si. NIP. : 1970040320000302003

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: Neti Faila Suffa

Program Studi

: Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skipsi yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skipsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 01 Februari 2010 Yang menyatakan,

Neti Faila Suffa 11104017

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Hidup sederhana asal beriman dari pada hidup mewah tidak beriman”

Persembahan

Untuk orang tuaku dan untuk mertuaku tersayang, untuk para dosenku, untuk suamiku tercinta, untuk adikku, saudara-saudaraku, sahabat-sahabatku Isna, Rina, teman- teman seperjuangan dan thanks for my big family.

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ PENGARUH SHALAT BERJAMAAH TERHADAP PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT PONDOK SENDANG KECAMATAN BERINGIN KABUPATEN SEMARANG 2009/2010 “.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka bersamaan dengans elesainya skripsi ini perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak dan ibu Serta segenap keluarga yang senantiasa memberi motivasi baik moril maupun materiil.

2. Ketua STAIN Salatiga dan segenap staf yang telah banyak membantu dalam proses mencari ilmu

3. Ibu Peni Susapti, M.Si yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran guna membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen yang telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan selama di STAIN Salatiga.

5. Kepada suamiku tercinta yang selalu memberi dorongan secara tulus dan ikhlas

Harapan dan doa penulis semoga amal dan jasa dari semua pihak diterima Allah SWT dan mendapat balasan yang berlimpah. Semoga sekripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Salatiga, 01 Februari 2010

Neti Faila Suffa 11104017

ABSTRAK

Suffa, Neti Faila. 2010. Pengaruh Shalat Berjamaah terhadap Perilaku Sosial (Studi Masyarakat Pondok Sendang Kecamatan Beringin, Kabupaten Semarang). Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Peni Susapti, M.Si.

Kata kunci: Shalat Berjamaah Perilaku Sosial

Penelitian ini upaya untuk mengetahui tingkat kesadaran shalat berjamaah yang akan berpengaruh pada perilaku sosial yang positif pada masyarakat Pondok Sendang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana tingkat kesadaran masyarakat dalam melaksanakan shalat berjamaah? (2) bagaimana perilaku masyarakat Pondok Sendang? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan dengan mengembangkan penelitian (research).

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Pondok Sendang yang melaksanakan shala tberjamaah di Masjid/Mushola tergolong tingi dan perilaku sosial masyarakat Pondok Sendang tergolong baik.

Kepada masyarakat Pondok Sendang, untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan dan untuk berperilaku baik, sopan dalam hidup bermasyarakat.

BAB I PEDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Shalat adalah “rukun Islam teragung setelah dua kalimat syahadat”. (Muqoddim,2005:15). Kedudukannya menjadi perkara yang

penting. Keutamaannya yaitu induk seluruh ibadah. Setiap orang Islam wajib melaksanakan shalat wajib 5 (lima) waktu dalam sehari semalam. Setiap muslim yang melaksanakan shalat wajib, menjadi manusia yang paling baik

akhlaqnya. (As-Shaqqaf, 1996: 13). Shalat merupakan amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat

kelak. “Mendirikan rukun Islam yang kedua dari kelima rukun Islam adalah merupakan tiang agama, amal yang paling dicintai oleh Allah SWT. (Ilahi,

2004: 2). Al Quran sebagai kitab sucinya umat Islam, mengandung hukum dan perintah shalat. Shalat menjadi sebuah kewajiban yang telah ditentukan waktunya dan muslim yang mengerjakan akan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Umat Islam memang teguh kitab sucinya Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dalam kehidupannya.

Adapun dasar kewajiban shalat dan mengenai pelaksanaan shalat akan terpengaruh pada akhlak seorang muslim agar terjaga dari perbuatan keji dan mungkar adalah sebagai berikut:

Firman Allah SWT S.        

“Sungguh, shalat itu adalah keajiban yang ditentukan w aktunya ata s orang- orang beriman” (QS. An-Nissa‟: 103).

       “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar (QS.: Al-Ankabut 45).

Shalat merupakan amalan agama yang paling akhir hilang. Oleh karena jika shalat hilang dari agama, tidak ada lagi yang tersisa dari agama. Shalat berjamaah merupakan shalat yang wajib dilaksanakan oleh orang

yang beriman (mukmin). Ash Siddieqy (1989 : 303 ) berkata: “Apabila kita memperhatikan ayat-ayat perintah di dalam Al-Quran, terdapatlah ayat-ayat yang

memberi pengertian bahwa kita diperintahkan melaksanakan shalat dengan berjamaah di masjid- masjid.”

Allah berfirman ,        

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang -orang yang ruku’ (shalat berjamaah)” (QS. Al-Baqoroh: 43).

Al-Quran QS. Al-Baqoroh ayat 43 di atas memberikan landasan hukum yang jelas untuk melaksanakan shalat bersama-sama (berjamaah) umat Islam

diperintahkan ruku‟ beserta orang-orang yang ruku‟ mengandung shalat berjamaah. Ash Shiddieqy, 1989 : 304 mengatakan: “Ayat di atas memberi kesan diperintahkan ruku‟ beserta orang-orang yang ruku‟ mengandung shalat berjamaah. Ash Shiddieqy, 1989 : 304 mengatakan: “Ayat di atas memberi kesan

Shalat berjamaah kedudukannya dalam Agama Islam menempati tempat utama. “Orang Islam yang mengerjakannya secara istiqomah mendapat tempat

mulia. Islam memasukannya ke dalam ibadah yang penuh tantangan dan ujian. Pahala yang dijanjikan adalah sebanyak dua puluh tujuh derajat (tingkatan)”. (Al-Ghozali, 1994: 22)

Hal yang menunjukkan keutamaan shalat berjamaah, mencintai masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah. Maka Allah SWT akan memberikan

perlindungan pada hari dimana tidak terdapat perlindungan kecuali milik- Nya.” (Ilahi, 2004: 24).

Namun sekarang banyak muslim yang melupakan shalat berjamaah, baik di rumah, masjid atau di mushola, setiap ada panggilan adzan yang hadir hanya beberapa orang. Anak atau generasi muda sedikit sekali yang mendirikan shalat berjamaah. Penulis melihat masjid, mushola di dusun/desa Pondok Sendang Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang yang mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam, sering terlihat kosong pada waktu shalat berjamaah didirikan. Masjid merupakan tempat terbaik untuk shalat berjamaah.

Pembangunan tempat ibadah yang merupakan simbol umat Islam tidak sepadan dengan manfaat yang diperoleh. Permasalahan yang muncul yaitu apakah umat Islam belum mengetahui keutamaan shalat berjamaah, berupa pahala besar dan balasan mulia yang dijanjikan oleh Allah. Mereka belum Pembangunan tempat ibadah yang merupakan simbol umat Islam tidak sepadan dengan manfaat yang diperoleh. Permasalahan yang muncul yaitu apakah umat Islam belum mengetahui keutamaan shalat berjamaah, berupa pahala besar dan balasan mulia yang dijanjikan oleh Allah. Mereka belum

Mengapa umat Islam malas mendirikan shalat secara berjamaah di masjid, dan mushola, padahal untuk mendirikan tempat ibadah itu membutuhkan usaha keras, waktu, dana, tenaga dan fikiran yang tidak sedikit.

Keadaan semakin sedikitnya muslim yang mendirikan ibadah yang utama tersebut menjadi masalah besar, khususnya dalam penegakan syariat Islam dan terciptanya hubungan harmonis sesama masyarakat. Sikap acuh tak acuh terhadap fenomena tersebut mendasari penurunan keutuhan keimanan seseorang dan pada tingkat selanjutnya mempengaruhi keseimbangan kehidupan sosial masyarakat. Budaya cinta shalat yang dilaksanakan secara bersama-sama ( berjamaah ) menjadi penting dalam kehidupan karena menjaga nilai dan mendasari terjaganya keberadaan sikap-sikap berisi kebaikan nilai-nilai yang menjadi dasar kehidupan.

Perubahan tatanan sosial yang tidak berdasarkan asas Islam membuat manusia mementingkan diri sendiri atau individualis dan materialis. Kehidupan tidak seimbang antara jasmani dan rohani. Sikap-sikap kerohanian semakin luntur dan kesucian pola fikir atau pola tingkah laku tidak sesuai dengan keseimbangan hidup. Akibatnya secara perlahan tetapi pasti nilai-nilai yang ada akan terkikis dan kerusakan alam semakin banyak. Kerugian besar jika keseimbangan tergerus sikap acuh tak acuh dan idealisme yang negatif. Menemukan perilaku sosial yang terbentuk dari shalat berjamaah diharapkan Perubahan tatanan sosial yang tidak berdasarkan asas Islam membuat manusia mementingkan diri sendiri atau individualis dan materialis. Kehidupan tidak seimbang antara jasmani dan rohani. Sikap-sikap kerohanian semakin luntur dan kesucian pola fikir atau pola tingkah laku tidak sesuai dengan keseimbangan hidup. Akibatnya secara perlahan tetapi pasti nilai-nilai yang ada akan terkikis dan kerusakan alam semakin banyak. Kerugian besar jika keseimbangan tergerus sikap acuh tak acuh dan idealisme yang negatif. Menemukan perilaku sosial yang terbentuk dari shalat berjamaah diharapkan

Masalah yang berkembang saat ini yaitu ada beberapa orang di masyarakat Pondok, yang penulis ketahui kurang menekankan pentingnya shalat berjamaah yang akan berpengaruh kepada perilaku sosial masyarakat.

Penulis tertarik untuk meneliti seberapa jauh masyarakat Pondok Sendang menegakkan syariat shalat berjamaah yang akan berpengaruh kepada perilaku sosial yang positif pada masyarakat.

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, perlu kiranya dikaji secara mendalam tentang sholat berjamaah. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan obyektif diperlukan pendekatan ilmiah. Untuk itu penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Skripsi: “PENGARUH SHALAT BER JAMAAH TERHADAP PERILAKU SOSIAL” (Masyarakat Pondok

Sendang, Kec. Bringin, Kab. Semarang, Tahun 2009).

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam melakukan penelitian ini penulis memberikan pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kesadaran shalat berjamaah masyarakat Pondok Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana tingkat perilaku sosial masyarakat Pondok Sendang, Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang?

3. Adakah pengaruh shalat berjamaah terhadap perilaku sosial masyarakat Pondok Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Sermarang?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dalam setiap penelitian yang dilakukan akan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kesadaran shalat berjamaah masyarakat Pondok Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui tingkat perilaku sosial masyarakat Pondok Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.

3. Untuk mengetahui pengaruh shalat berjamaah terhadap perilaku sosial

masyarakat Pondok Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.

D. HIPOTESIS

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Arikunto,1998: 67). Berdasarkan pengamatan sementara dapat peneliti ambil hipotesis sebagai berikut, „Adanya Pengaruh Positif Shalat berjamaah terhadap Perilaku sosial Masyarakat Pondok Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang Tahun 2009”.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang jelas tentang adanya pengaruh atau hubungan antara shalat berjamaah dengan perilaku sosial. Dari informasi tersebut dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoritis yaitu:

1. Secara praktis, apabila ada hubungan, seseorang atau masyarakat dapat mengetahui akan arti penting shalat berjamaah tehadap perilaku sosial. Dengan pengetahuan tersebut mereka dapat berperilaku baik dengan siapapun (masyarakat).

2. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan motivasi pada masyarakat untuk lebih baik dalam berteman,dan jadi orang yang beriman dan bertakwa.

F. PENEGASAN ISTILAH

1. Shalat berjamaah Shalat berjamaah terdiri dari dua kata yaitu shalat dan jamaah.

Shalat menurut bahasa adalah “Doa”. Menurut syara‟ adalah “beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadat kepada Allah, menurut syarat- syarat yang telah ditentukan. “Ibadah wajib yang dilaksanakan sehari 5 (lima) waktu berjamaah artinya, berkumpul atau ramai-ramai atau bersama-sama. (As-Sawaf, 2007: 41,303). Pengertian shalat berjamaah suatu perbuatan pelaksanaan shalat yang dikerjakan berrsama- sama, apabila dua orang bersama-sama melakukan shalat dan shalat diantara Shalat menurut bahasa adalah “Doa”. Menurut syara‟ adalah “beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadat kepada Allah, menurut syarat- syarat yang telah ditentukan. “Ibadah wajib yang dilaksanakan sehari 5 (lima) waktu berjamaah artinya, berkumpul atau ramai-ramai atau bersama-sama. (As-Sawaf, 2007: 41,303). Pengertian shalat berjamaah suatu perbuatan pelaksanaan shalat yang dikerjakan berrsama- sama, apabila dua orang bersama-sama melakukan shalat dan shalat diantara

mengikuti di belakang disebut makmum.” (Abullah, 2003: 39) Shalat yang pelaksanaannya dipimpin seorang imam dan diikuti

makmum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah shalat berjamaah 5 (lima) waktu sehari semalam (shalat isya‟, magrib, asyar, zuhur, dan subuh).

Yang dimulai dari takbirotul ihrom imam dan sampai setelah salam imam dan dilanjutkan dzikir yang disambung dengan doa. Penulis meneliti shalat berjamaah yang dikerjakan para masyarakat Pondok, Kecamatan Bringin tahun 2008. Adapun indikator-indikator shalat berjamaah antara lain sebagai berikut:

a. Tepat waktu dalam melaksanakan shalat berjamaah di masjid atau

mushola.

b. Rajin melaksanakan shalat berjamaah di masjid dan mushola.

c. Kebiasaan melakukan shalat berjama‟ah

d. Berpakaian terbaik dalam melaksanakan shalat berjamaah di masjid atau mushola.

e. Selalu berusaha menempati shaf yang pertama.

f. Mengingatkan imam jika ada kesalahan dalam shalat.

g. Meluruskan shaf dan mengisi shaf yang kosong

2. Perilaku sosial. Perilaku adalah perbuatan sebagai reaksi terhadap suatu rangsangan atau lingkungan. (Purwanto, 1987: 23-24). Sosial dalam Kamus Bahasa

Indonesia bermakna berkenaan dengan khalayak, dengan masyarakat, dengan umat, suka menolong dan memperhatikan orang lain.

Dengan demikian perilaku sosial adalah reaksi seseorang dalam menjalin secara harmonis dengan masyarakat dan lingkungan sosial. Adapun indikator-indikator perilaku sosial yang baik adalah sebagai berikut:

a. Berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan

b. Taat pada peraturan di masyarakat, berbangsa dan bernegara

c. Menghargai pendapat orang lain

d. Sopan santun dalam berbicara

e. Memaafkan kesalahan orang lain

f. Menjenguk tetangga yang sakit.

g. Tidak melakukan perbuatan anarki.

h. Tolong menolong dengan sesama.

i. Menahan amarah.

G. METODE PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian, sedang yang menjadi pupulasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Pondok Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.

Menurut Hadi, 1989:158, sampel adalah sebagian individu yang diselidiki. Dalam menentukan sampel, apabila populasi kurang dari 100, maka harus diambil semua, namun jika jumlah lebih dari seratus, maka dapat Menurut Hadi, 1989:158, sampel adalah sebagian individu yang diselidiki. Dalam menentukan sampel, apabila populasi kurang dari 100, maka harus diambil semua, namun jika jumlah lebih dari seratus, maka dapat

80 orang yang berarti populasi kurang dari 100, maka penulis mengambil semua populasi atau sampel. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah jamaah masjid atau mushola, masyarakat Pondok sendang dengan perincian sebagai berikut:

Perempuan Jumlah Masjid

Tempat Beribadah

48 32 80 Adapun “daftar pertanyaan yang dikirimkan oleh seseorang peneliti kepada responden tentang data pribadi sendiri atau orang lain. (Hadi, 1981: 158)

3. Teknik pengumpulan data Demi tercapainya tujuan penelitian yang ideal, maka harus memiliki faliditas tinggi. Adapun metode yang digunakan dalam memperoleh data riil adalah:

a Metode Observasi Sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan mengamati dengan sistematik fenomena. Fenomena yang diselidiki. Observasi yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan alat bantu check list, yaitu suatu daftar yang berisi nama subyek dan faktor-faktor yang akan a Metode Observasi Sebagai metode ilmiah, observasi dapat diartikan mengamati dengan sistematik fenomena. Fenomena yang diselidiki. Observasi yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan alat bantu check list, yaitu suatu daftar yang berisi nama subyek dan faktor-faktor yang akan

b Metode Interview Interview merupakan metode pengumpulan data dengan jalan proses tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih berhadap-

hadapan. Secara fisik yang satu dapat melihat muka yang lain. (Hadi, 1989: 158) Interview dilakukan untuk mendapatkan data berupa

pertanyaan, kesaksian, pendapat, tanggapan dari orang yang diinterview. Data tentang pengalaman melaksanakan shalat berjamaah.

c Metode Angket Metode ini merupakan jumlah pertanyaan secara tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti masyarakat yang diteliti.(Arikunto, 1986:140).Metode ini penulis gunakan dalam mencari data tentang intensitas shalat berjamaah dan perilaku social masyarakat Pondok Sendang.

d Dokumentasi “Mencari data yang berupa, catatan, transkip, buku-buku, surat

kabar dan lain- lain.” (Hadi, 1989: 149)

4. Analisis Data Setelah data dikumpulkan, maka untuk mengetahui validitas dan signifasi kemudian data-data itu dianalisis melalui beberapa tahap: 4. Analisis Data Setelah data dikumpulkan, maka untuk mengetahui validitas dan signifasi kemudian data-data itu dianalisis melalui beberapa tahap:

1) Alternatif jawaban A di beri skor 3

2) Alternatif jawaban B di beri skor 2

3) Alternatif jawaban C di beri skor 1

b Analisis kedua Analisis ini merupakan langkah kedua setelah data terkumpul dengan cara mengadakan perhitungan terhadap data yang ada, kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam prosentase, yaitu untuk mengetahui frekuensi pengaruh shalat berjamaah terhadap perilaku sosial.

F P  x 100 % N

Keterangan : P

= Prosentasi perolehan

F = Frekuensi N

= Jumlah Populasi

c Analisis ketiga. Yaitu analisis terakhir untuk mengetahui hubungan antara variabel pengaruh (X) dan terpengaruh (Y) digunakan rumus Chi-Square sebagai berikut:

Keterangan:

X 2 = Uji Beda Frekuensi

f o = Frekuensi Observasi

f h = Frekuensi Hipotesis (Hadi; 1987)

H. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I

: Pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Landasan teori, berisi tentang shalat berjama‟ah, (pengertian shalat berjama‟ah, tujuan shalat berjama‟ah, tata tertib berjama‟ah).

Keutamaan shalat berjama‟ah, wajibnya shalat berjama‟ah, pengaruh shalat bejama‟ah, perilaku sosial, jenis-jenis perilaku, factor-faktor yang mempengaruhi perilaku, cirri-ciri perilaku sosial, peran agama dalamkehidupan.

BAB III : Laporan penelitian, yang membahas kondisi obyektif Desa Pondok Sendang, yang meliputi, letak geografis dan kondisi Desa Pondok Sendang, keadaan umum, situasi dan kondisi sosial ekonomi, sarana fisik, jumlah penduduk, keadaan pendidikan stuktur BAB III : Laporan penelitian, yang membahas kondisi obyektif Desa Pondok Sendang, yang meliputi, letak geografis dan kondisi Desa Pondok Sendang, keadaan umum, situasi dan kondisi sosial ekonomi, sarana fisik, jumlah penduduk, keadaan pendidikan stuktur

BAB IV : Analisis data, yang meliputi analisis pertama, analisis kedua, analisis ketiga. BAB V : Adalah bab penutup yang merupakan bab terakhir dari pembahasan penulisan skripsi yang meliputi kesimpulan, saran, lampiran, dan penutup.

BAB II LANDASAN TEORI

Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang menghuni bumi dan menjadi khalifah di bumi menurut ajaran Agama Islam. Allah SWT adalah Tuhan dari semua makhluk di alam semesta. Manusia menjadi hamba Allah SWT, beriman kepada Allah SWT dan tunduk patuh secara total kepada-Nya, menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Amanah yang diberikan Robb pencipta alam semesta menjadi tonggak awal kehidupan manusia untuk bertakwa dan menjadi makhluk yang berkualitas dalam menghadapi kehidupan. Akan tetapi dari awal kehidupan di bumi sampai sekarang masih banyak yang lalai dan melupakan fitrah kemanusiaannya.( Arief, 2002:19)

Pada abad ke-21 ini, dunia mengalami perubahan/perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan dunia kehidupan terjadi dalam berbagai bidang. Bidang pemikiran dan sosial mengalami kebangkitan yang besar sehingga menimbulkan

peradaban baru yang beda dari zaman dahulu. Akibat perubahan baru tersebut, merebaklah berbagai pemikiran, ideologi, cara pandang, paradigma baru dan perubahan sistem nilai masyarakat. Salah satu kebangkitan tersebut yaitu kebangkitan dunia Islam. Dunia Islam yang berada di dunia terdapat dua macam yaitu umat yang memegang teguh semua dasar ajaran Islam yang berupa prinsip dan amal,dan ideologi non Islam yang berpijak pada landasan peradaban barat.(Omar, 1979:189)

Ajaran Islam mengandung peradaban dan sistem nilai yang universal. Segala segi kehidupan tidak terlepas dari kehidupan yang teratur, mapan dan penuh penghargaan akan nilai diri setiap manusia. Dasar hukum untuk menjadi landasan berpijak pada perbuatan baik adalah kitab suci umat Islam yaitu Al Quran sebagai landasan utama, yang kedua hadist dari nabi Muhammad SAW dan juga ijma‟ para ulama. Shalat berjamaah merupakan ajaran Islam yang terbesar setelah aqidah (shalihut saimin, 2003:13).

Shalat berjamaah menjadi pembeda antara muslim dan mukmin. Umat Islam yang mendirikannya secara baik akan menjadi masyarakat yang berkualitas. Kehidupan akan menjadi penuh makna dan dinamis sehingga perlu ditekankan akan pentingnya sholat berjamaah dan jika meninggalkan berarti masalah besar yang akan/sedang menimpa umat Islam.( Ash shiddieqy, 1989:303)

A. SHOLAT BERJAMAAH

1. Pengertian

a. Pengertian Sholat Agama Islam merupakan kepercayaan yang mengandung ajaran tentang nilai-nilai universal dan keyakinan tentang ketauhitan (mengesakan Allah). Ajaran yang berdasarkan pada kitab suci Al Quran sebagai hukum dasar dan hadist dari Nabi Muhammad SAW. Sebagai penjelas untuk memahami Al Quran merupakan kesatuan pegangan umat manusia untuk hidup di Indonesia dan bekal hidup dunia dan di akherat. Rukun Islam ada lima (5) dan rukun iman ada 6 (enam). Sholat adalah a. Pengertian Sholat Agama Islam merupakan kepercayaan yang mengandung ajaran tentang nilai-nilai universal dan keyakinan tentang ketauhitan (mengesakan Allah). Ajaran yang berdasarkan pada kitab suci Al Quran sebagai hukum dasar dan hadist dari Nabi Muhammad SAW. Sebagai penjelas untuk memahami Al Quran merupakan kesatuan pegangan umat manusia untuk hidup di Indonesia dan bekal hidup dunia dan di akherat. Rukun Islam ada lima (5) dan rukun iman ada 6 (enam). Sholat adalah

membutuhkan sarana untuk dapat memanjatkan rasa pengabdian dan ketaatan yang berarti tunduk kepada Allah melalui sholat. Sholat menurut bahasa berarti berdoa memohon kebaikan. Kebaikan segala perihal kehidupan. Adapun menurut Ahli Fiqih berarti “perkataan” dan perbuatan-perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbirotul ihrom dan diakhiri salam (Sunarto, 2002: 148).

Sholat adalah ibadah yang terdiri perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan membaca salam. Sholat mempunyai beberapa syarat wajib, syarat syah. Rukun sunnah dan hal-hal yang membatalkan sholat, juga hal-hal yang dimakruhkan (Qodir ar Rahbawi, 2001: 169). Segala aktivitas sholat didasarkan pada tuntunan hadist yang berasal dari Nabi Muhammad SAW, sehingga sholat yang dikerjakan syah dan benar.

Sholat merupakan suatu aktivitas jiwa (soul) yang termasuk dalam kajian ilmu psikologi transpersonal, karena sholat adalah proses perjalanan spiritual yang penuh makna yang dilakukan seorang manusia untuk menemui Tuhan semesta alam. “Sholat dapat menjernihkan jiwa untuk mencapai taraf kesadaran yang lebih tinggi ( altered states of Sholat merupakan suatu aktivitas jiwa (soul) yang termasuk dalam kajian ilmu psikologi transpersonal, karena sholat adalah proses perjalanan spiritual yang penuh makna yang dilakukan seorang manusia untuk menemui Tuhan semesta alam. “Sholat dapat menjernihkan jiwa untuk mencapai taraf kesadaran yang lebih tinggi ( altered states of

“Sholat secara lahiriah merupakan aktivitas ibadah seluruh anggota tubuh, sedangkan secara esensial ia merupakan aktivitas ibadah hati, dengan demikian sholat merupakan aktivitas tubuh sekaligus ruh yang menerangi hati si pelaku dan menghadapkannya kepada cahaya

ilahi” (As-Sawwaf, 2007: 6-7). Menurut Ilahi, 2004 : 15, “Sesungguhnya sholat yang merupakan rukun Islam yang kedua, menjadi tiang agama dan merupakan amalan yang paling dicintai Allah.” Maka hamba yang mengamalkan sholat akan dicintai Allah SWT yang telah menjaga tiang agamanya. Sholat merupakan bentuk peribadatan yang paling sempurna

dan paling bagus “Yang merupakan gabungan dari berbagai asas agama oleh Ros ulullah sesudah tauhid” (Al-Muqoddim, 2005: 11).

Sholat adalah anugerah terbesar dari Allah kepada umat manusia, kepada siapa saja yang dengan rendah hati memiliki keinginan untuk melakukannya.

Menurut Siddieqy, 1989: 62, pengertian sholat ada 4 (empat) macam, yaitu:

1) Ta‟rif yang menggambarkan shuratush sholat adalah rupa sholat yang lahir; perkataan sholat dalam pengertian bahasa arab ialah “doa” memohon kebaikan dan pujian.

Adapun Ta‟rif yang dikehendaki syara‟ adalah beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada allah SWT menurut syarat-syarat yang ditentukan.

2) Ta‟rif menggambarkan Haqreqatush sholat atau “sir” (rupanya yang bathin) atau hakikatnya: Hakikat sholat ialah melahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah SWT yang kita sembah, dengan perkataan dan pekerjaan.

3) Ta‟rif yang menggambarkan rukush sholat (jiwa sholat) Ruhush sholat adalah berharap kepada Allah SWT dengan khusyu‟, ikhlas, baik dalam berdzikir, baik dalam be rdo‟a maupun dalam memuji.

4) Ta‟rif yang melengkapi hakikat dan jiwa sholat Ta‟rif yang melengkapi rupa dan hakikat sholat adalah berharap hati

(jiwa) kepada allah SWT. Hadap yang mendatangkan takut, menumbuhkan rasa kebesaranNya dan kekuasaanNya dengan sepe nuh khusyu‟ dan ikhlas di dalam beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Umat Islam melaksanakan sholat wajib lima waktu karena hukumnya adalah fardhu „ain, diwajibkan bagi semua muslim yang baliq

dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan yang telah dikenai seruan Nabi Muhammad SAW. Mampu melaksanakannya, dan suci dari hadast dan najis. Sholat lima ( 5 ) waktu sehari semalam telah diwajibkan oleh

Allah SWT kepada oang-orang islam guna menyucikan jiwa, membersihkan hati, dan menjadikan mereka selalu bersama Allah yang maha tinggi lagi maha besar dalam keterikatan dan ingatan yang abadi dan kekal. Dalam sholat 5 ( lima ) waktu, ada yang fardhu dan ada yang sunnah, adapun yang fardu total bilangannya ada 17 (tujuh belas) rakaatnya dalam sehari semalam. Dua rakaat shalat subuh, tiga rakaat sholat magrib, dan masing-masing empat rekaat pada sholat zuhur, asyar dan isya‟.

Beberapa syarat-syarat kewajiban sholat yaitu:

1) Orang Islam, artinya orang yang tidak beragama Islam tidak wajib mengerjakan sholat.

2) Baliqh, artinya sudah dewasa dengan tanda-tandanya sebagai berikut:

a) Telah berumur lima belas tahun.

b) Telah keluar mani atau telah bermimpi bersetubuh.

c) Telah keluar haidh bagi perempuan, kira-kira umur 9 tahun.

3) Berakal, artinya orang yang tidak berakal seperti orang gila, pingsan, sedang tidur dan anak-anak yang masih kecil belum wajib mengerjakan sholat.

4) Sehat

5) Suci dari haidh dan nifas.

6) Sampainya dakwah Islam kepadanya atau seruan Nabi Muhammad SAW. Perintah sholat pertama kali disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, ketika beliau sedang Isro‟ dan mi‟roj langsung dari Allah (Abyan, 1994:53-54).

Sholat sempurna yang didasari oleh kekusyu‟kan (al-kusyu‟) dan ketundukan diri (al- khudu‟) akan menerangi hati dan mendidik jiwa. Di samping itu “Sholat juga menjadi perhiasan seorang hamba yang menjadikannya semakin diperindah oleh kesempurnaan akhlaq, seperti jujur, terpercaya, menerima apa adanya, menepati janji, lapang dada, rendah hati, adil berbuat baik, menjunjung pemiliknya dan

mengarahkannya hanya kepada Allah SWT semata” (As Sawwaf, 2007: 15).

b. Pengertian Sholat Berjamaah Kata- kata jama‟ah artinya kumpul. Jadi pengertian “Sholat jamaah” menurut bahasa adalah sholat yang dikerjakan sama-sama lebih dari satu orang. Pengertian sho lat berjamaah menurut pengertian syara‟ ialah sholat yang dikerjakan bersama-sama oleh dua orang atau lebih, salah seorang diantaranya bertindak sebagai imam (pemimpin yang harus diikuti) sedangkan yang lain disebut makmum, yang harus mengikuti imam (Abyan, 1994: 86).

Sholat berjama‟ah merupakan perintah Allah SWT. Umat Islam yang mengerjakan termasuk manusia ciptaan Allah yang bertakwa, yaitu melaksanakan perintah Allah SWT. Allah memerintahkan kaum muslimin untuk mendirikan sholat yang dilakukan bersama-sama

berdasarkan firman Allah yang terdapat dalam Al Qur‟an. Al Qur‟an menjadi dasar utama dan pertama pengambilan hukum dalam Islam.

Surat Al Baqoroh ayat 43 memberikan landasan hukum yang jelas untuk melaksanakan sholat berjama‟ah (bersama-sama). Menurut Hamka dalam tafsirannya Al –Azhar “Ruku‟lah beserta orang- orang yang ruku‟, bawalah diri ke tengah masyarakat pergilah berjama‟ah.” (Amrullah, 1982: 190). Dalam tafsir yang lain “Ruku‟lah beserta orang- orang yang ruku‟ dan kerjakanlah sholat dengan berjama ah. Tuhan mendorong kita untuk menegakkan sholat berjama‟ah, karena dengan berjama‟ah akan terhimpun jiwa (orang) untuk bersama-

sama bermunajat (berkomunikasi) kepada Allah, sekaligus untuk mewujudkan kerukunan dan sikap saling menolong antara para mukmin. Dengan berkumpul dan bersholat akan terbuka kesempatan melakukan musyawarah untuk memecahkan permasalahan bersama demi kemaslahatan dan kemajuan (Shiddieqy, 2002: 98)

Agama Islam akan tegak dengan didirikannya sholat berjama‟ah di masjid-masjid yang merupakan pusat aktivitas umat Islam untuk Agama Islam akan tegak dengan didirikannya sholat berjama‟ah di masjid-masjid yang merupakan pusat aktivitas umat Islam untuk

c. Tujuan sholat berjama‟ah Allah SWT memerintahkan kaum mukmin untuk melaksanakan sholat secara bersama- sama (berjama‟ah). Seorang hamba berkewajiban berkumpul dengan umat Islam yang lainnya untuk mengerjakan sholat. Bagi mukmin yang telah melaksanakan sholat maka itu termasuk menjaga ketaatan dan mengerjakan kewajiban dari perintah Allah. Rosulullah SAW mewajibkan melaksanakan sholat berjamaah kepada umatnya dalam beberapa hadist, bahkan Nabi bersikap keras yaitu memerintahkan membakar rumah orang Islam laki-laki yang tidak mau melasanakan sholat berjamaah di masjid. (Utsaimin, 2006:8)

Menurut Al-Qalkhani, 2006:15, tujuan sholat berjamaah yaitu: melaksanakan perintah Allah, makna agama dari syiar Islam, amalan yang paling utama adalah sholat yang dikerjakan tepat waktu dan selalu menjaganya, membiasakan kedisiplinan, dan memperbaiki penampilan.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1) Melaksanakan perintah Allah Pelaksanaan sholat berjamah mengandung makna “pelaksanaan

perintah Allah, sebagai bentuk ibadah yang dilaksanakan oleh orang yang beriman.

2) Makna agama dari syiar Islam Sholat berjamah merupakan makna dari pelaksanaan agama, syiarIslam, serta bukti terbesar bagi manusia yang menunjukkan dia muslim.

3) Amalan yang paling utama adalah sholat yang dikerjakan tepat waktu dan selalu menjaganya. Faedah sholat berjamaah yang lain adalah menjadi penyebab terlaksananya sholat tepat pada awal waktu, atau paling tidak pada waktu yang semestinya. ini merupakan bagian yang paling utama di sisi Allah.

4) Penyantun, kasih sayang dan persamaan. Diantara tujuan Islam yang paling agung adalah penyatuan antara hati orang-orang beriman, menjaga kasih sayang dan memelihara kesamaan diantara mereka, dalam melaksanakan sholat berjamaah, ini semua dapat terwujud, yaitu ketika mereka yang mengerjakan sholat itu berada dalam satu barisan dalam keadaan lurus, rata, rapat, sehingga tidak ada perbedaan diantara mereka.

5) Membiasakan kesiplinan Faedah sholat berjamaah yang lain adalah mengadakan kedisiplinan dan hidup teratur. Pelajaran ini diambil dari sikap mengikuti imam dalam takbir dan perpindahan dari satu gerakan sholat ke gerakan yang berikutnya, tidak mendahuluinya atau menerlambatkan diri 5) Membiasakan kesiplinan Faedah sholat berjamaah yang lain adalah mengadakan kedisiplinan dan hidup teratur. Pelajaran ini diambil dari sikap mengikuti imam dalam takbir dan perpindahan dari satu gerakan sholat ke gerakan yang berikutnya, tidak mendahuluinya atau menerlambatkan diri

6) Memperbaiki penampilan Pelaksanaan sholat berjamaah biasanya juga menjadikan seorang muslim memperhatikan penampilannya, sehingga dia berusaha untuk tampil sebaik mungkin dengan pakaian yang bersih dan aroma yang harum sebab dia akan bertemu dan berkumpul dengan saudara- saudaranya, baik di waktu siang atau malam, setiap kali melakukan kewajiban sholat.

7) Dakwah nyata kepada kebaikan dan saling berlomba dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Keluar rumah untuk pergi ke masjid untuk menghadiri sholat berjamaah merupakan dakwah alamiah yang nyata, untuk menunaikan ibadah ini dan menjaganya, demikian juga, “pelaksanaan sholat berjamaah akan mendorong para jamaah untuk saling berlomba dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, ketika diantara sesama jamaah saling memperhatikan ibadah yang dilaksanakan oleh orang lain (Al Qohhani, 2006: 16-19). Al- Ghazali,1979:518, menulis dalam ihya‟ ulumudin: “Barang siapa melaksanakan empat puluh hari dalam jamaah yang tertinggal 7) Dakwah nyata kepada kebaikan dan saling berlomba dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Keluar rumah untuk pergi ke masjid untuk menghadiri sholat berjamaah merupakan dakwah alamiah yang nyata, untuk menunaikan ibadah ini dan menjaganya, demikian juga, “pelaksanaan sholat berjamaah akan mendorong para jamaah untuk saling berlomba dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan, ketika diantara sesama jamaah saling memperhatikan ibadah yang dilaksanakan oleh orang lain (Al Qohhani, 2006: 16-19). Al- Ghazali,1979:518, menulis dalam ihya‟ ulumudin: “Barang siapa melaksanakan empat puluh hari dalam jamaah yang tertinggal

d. Tata tertib mendirikan jamaah (imam dan makmum dalam sholat berjamaah) Imam dan makmum adalah sebutan orang muslim yang mengerjakan sholat secara berjamaah. Sholat yang dilakukan secara bersama-sama membutuhkan tata aturan, supaya pelaksanaan sesuai dengan ajaran Islam. Umat Islam wajib mengambil hukum ibadah sesuai dengan Al Quran dan Hadist yang shahih. Sabda Rasulullah SAW “Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat.” (Zamil Zainu, 1998: 66).

Amalan ibadah menjadi sah dan tertib jika didasarkan pada perintah ajaran dalam Islam dan sesuai tata tertib, sehingga diharapkan tujuan dan makna ibadah tersebut dapat tercapai, maka tata tertib mendirikan jamaah harus diketahui, baik tata tertib sebagai imam dan makmum. Tata tertib sholat berjamaah menyangkut sifat imam, adab imam dan sikap makmum. Mengenai tata tertib tersebut yaitu, imam jamaah hendaklah orang yang mempunyai sifat-sifat di bawah ini:

1) Hendaklah imam-imam jamaah menunaikan amanah Allah, yakni memelihara diri dari fusuq (kefasikan), dari dosa besar dan dari perkenalan dosa kecil.

2) Keadaan imam tidak cidera pembacaan Al Quran (Al Fatihah dan surah dan dzikir) .

3) Islam, baliq, berakal, laki-laki tulen, sehat, suci dari hadast dan najis, berlidah fasih (Qotani, 2006:327-329) Adab imam sholat berjamaah yaitu:

1) Mengetahui hukum-hukum sholat Yaitu mengetahui yang mengesyahkan sholat dalam segala sudut karena itu tidak syah diikuti orang-orang tidak sedikit juga mengetahui Al Quran dan fiqh. Dikehendaki dengan mengetahui fiqh disini ialah: mengetahui hukum-hukum bersuci dan hukum sholat.

2) Imam (laki-laki) hendaklah berdiri di tengah shaf (dan di belakangnya orang-orang dewasa (Rahbawi:2004:322-326).

3) Berniat menjadi imam dan tidak ada dinding yang menghalangi imam dan makmum (Sunarto: 328). Sikap makmum sholat yang dilakukan secara bersama-sama.

1) Makmum selalu mengikuti imam, takbirotul ihrom makmum dilakukan setelah takbirotul ihrom imam (Rahbawi:2004:333).

2) Hendaklah para makmum mengingatkan imamnya apabila imam lupa perbuatan dengan mengucapkan tasbih (Asymuni:2001: 67).

3) Jangan terdepan atau sama tempatnya dengan imam artinya makmum tidak boleh di depan atau bersamaan tempatnya dengan imam (Rahbawi,2004:341).

2. Keutamaan Sholat Berjamaah

Setiap ibadah mempunyai nilai keutaman bagi mukmin yang mendirikannya, bentuk pahala dan sanjungan dari Allah. Sholat berjamaah mempunyai beberapa keutamaan, adapun menurut fadhal Ilahi yaitu:

a. Hati yang tergantung di masjid berada di bawah naungan Allah ta‟ala.

Imam Nawawi menjelaskan bahwa hadist “Seorang yang hatinya terlambat dengan masjid” artinya dia sangat mencintai masjid dan sangat konsisten melakukan sholat berjamaah dan yang dimaksud disitu adalah bukan konsisten duduk di masjid.

b. Keutamaan berjalan ke masjid untuk menunaikan sholat berjamaah di dalamnya. Orang yang melangkahkan kaki menuju ke masjid dalam keadaan suci untuk menunaikan sholat berjamaah akan mendapat pahala ibadah haji, berada dalam jaminan Allah, mendapatkan jamuan dari surga setiap kali ia pergi pada pagi dan petang hari.

c. Keutamaan shaf yang pertama dan sebelah kanan Shaf pertama seperti shaf para malaikat, sholawat Allah dan para malaikat untuk shaf pertama, sholawat Nabi pada shaf pertama dan kedua.

d. Keutamaan sholat berjamaah dibanding sholat sendirian Allah akan meninggikan derajatnya berlipat ganda daripada sholat sendirian, dua puluh tujuh derajat.

e. Bertambahnya keutamaan sholat berjamaah seiring dengan bertambahnya bilangan orang yang sholat.

f. Keutaman berjamaah pada sholat isya‟, subuh, dan asyar. “Melaksanakan sholat isya‟ berjamaah sama nilainya dengan sholat

setengah malam dan sholat fajar berjamaah sama halnya seperti sholat semalam suntuk, dan malaikat yang berkumpul di waktu Asyar beristiqfar untuk orang yang berjamaah Asyar (Ilahi, 2004: 8-9).

3. Wajibnya Sholat Berjamaah

Kewajiban sholat berjamaah berdasarkan pada dasar hukum dari Al Quran dan hadist sehingga perlu diketahui dan dikaji secara mendalam, supaya lebih jelas dan tepat. Fadlal Ilahi dalam bukunya menyusun beberapa dasar hukum kewajiban yang berdasarkan dari Al Quran dan As Sunnah, beberapa kewajiban tersebut adalah:

a. Ancaman kemurkaan Allah sebab meninggalkan sholat berjamaah.

b. Keinginan Nabi SAW membakar rumah-rumah yang engan menunaikan sholat berjamaah.

c. Akibat buruk bagi orang “yang tidak bertanggung menjawab seruan untuk su jud” (Ilahi, 2004: 10).

4. Pengaruh Sholat Berjamaah

Umat Islam yang mengerjakan sholat, segenap eksistensinya terlibat dalam satu peristiwa yang menggetarkan kalbu ketika sholat manusia diminta untuk melafalzkan sifat-sifat Agung yang dimiliki-Nya dengan Umat Islam yang mengerjakan sholat, segenap eksistensinya terlibat dalam satu peristiwa yang menggetarkan kalbu ketika sholat manusia diminta untuk melafalzkan sifat-sifat Agung yang dimiliki-Nya dengan

a. Aspek Spiritual Adalah hubungan antara hamba dengan Allah SWT. Sehingga mempunyai nilai tinggi berdasarkan firman Allah.

1) Sholat jamaah 27 (dua tujuh) kali lipat dari pada sholat sendiri, orang yang mengerjakan sholat dengan berjamaah akan memperoleh pahala 27 (dua tujuh) kali lipat dari pahala orang yang melakukan sholat sendiri.

2) Allah SWT telah mensyariatkan pertemuan bagi umat ini pada waktu-waktu tertentu diantaranya adalah yang berlangsung dalam satu hari satu malam, misalnya sholat 5 (lima) waktu. Sebagai sarana untuk menjalin hubungan, yaitu kebaikan, kasih sayang, dan penjagaan, juga dalam rangka membersihkan diri sekaligus dakwah ke jalan Allah SWT, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.

3) Akan melipatgandakan kebaikan dan memperbesar pahala.

4) Berjalan ke tempat sholat berjamaah setelah menyempurnakan wudhu dan menghapus dosa.

5) Berkumpulnya kaum muslimin di masjid dengan mengharapkan berbagai hal yang ada di sisi Allah yang dapat menjadi sarana turunnya berbagai macam berkah.

6) Dengan sholat berjamaah, Allah akan memberikan perlindungan kepada pelakunya dari syaitan.

7) Seseorang yang sholat berjamaah akan mendapakan dua tulisan dari Allah, dari sifat munafik dan api neraka (Ghozali, 1994: 24).

b. Pengaruh dalam aspek dakwah Islam dan pendidikan

1) Memperhatikan salah satu syiar Islam terbesar. Seandainya umat manusia ini secara keseluruhan sholat di rumah mereka masing- masing, niscaya tidak akan diketahui bahwa disana terdapat ibadah sholat.

2) Memperhatikan kemuliaan kaum muslimin yaitu jika mereka masuk ke masjid-masjid kemudian keluar secara keseluruhan, pada yang demikian itu membuat murka (marah) orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Di dalamnya juga terkandung upaya menjauhkan diri dari menyerupai mereka dan menghindar dari jalan mereka.

3) Memberikan motivasi kepada orang yang tidak ikut sholat berjamaah sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya 3) Memberikan motivasi kepada orang yang tidak ikut sholat berjamaah sekaligus mengarahkan dan membimbingnya seraya

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang

kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.

4) Berkumpulnya kaum muslimin pada waktu-waktu tertentu akan mendidik mereka untuk senantiasa mengatur waktu.

5) Dakwah ke jalan Allah SWT. Dalam bentuk ucapan dan perbuatan dan faedah lainnya yang banyak.

c. Pengaruh dalam aspek kehidupan sosial dan beragama Tujuan khusus aspek religius dari dimensi sholat berjamaah menurut Haryanto,2003:117-121, yaitu:

1) Aspek demokrastis

Aspek demokratis terlihat dari berbagai aktivitas yang melingkupi sholat berjamaah itu sendiri, antara lain:

a) Memukul kentongan/bedug Di masjid, langgar atau mushola terutama di pedesaan dan sebagaian di perkotaan ada kentongan atau bedug sebagai tanda memasukan sholat. Dalam hal ini siapa saja boleh memukul kentongan/bedug, tentunya harus mengerti aturan atau kesepakatan di daerah tersebut. Ini berarti Islam sudah menerapkan bahwa kedudukan manusia sama, tidak dibedakan berdasarkan berbagai atribut kemanusiaan.

b) Mengumandangkan adzan Adzan merupakan tanda waktu sholat dan harus dikumandangkan oleh muadzin (tukang adzan). Siapa yang mengumandangkan adzan tidak dipersoalkan oleh Islam karena pada prinsipnya siapa saja boleh. Namun perlu diingat bahwa adzan adalah sebagian dari syiar Islam, sehingga memang benar- benar orang yang mengerti dan diharapkan mempunyai suara yang bagus (lafalz ucapannya baik dan benar).

c) Melantunkan iqomat Iqomat adalah sebagai tanda sholat (berjamaah) akan segera dimulai. Iqomat bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus yang adzan tadi. Diharapkan jarak antara adzan dan iqomat tidak c) Melantunkan iqomat Iqomat adalah sebagai tanda sholat (berjamaah) akan segera dimulai. Iqomat bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak harus yang adzan tadi. Diharapkan jarak antara adzan dan iqomat tidak

d) Pemilihan atau pengisian shaf Dalam hal ini siapa saja boleh menempati shaf atau barisan pertama. Dengan kata lain siapa yang datang dahulu/awal maka boleh menempati tempat paling terhormat yaitu di barisan depan.

e) Proses pemilihan imam Sholat berjamaah harus ada yang menjadi imam dan makmum, mesti itu hanya berdua. “Apabila diperhatikan maka seolah-olah

ada suatu musyawarah untuk memilih imam (pemimpin) dalam sholat yang dilakukan di masjid atau mushola.”

2) Rasa Diperhatikan dan Berarti

a) Memilih dan menempati shaf. Dalam sholat siapa saja datang lebih dulu berhak untuk menempati shaf atau barisan paling depan.

b) Imam akan memerintahkan makmum “untuk mengisi shaf yang

kosong dan meluruskannya.” (Haryanto, 2003: 128-132).