44
5.3 Faktor – Faktor Penyebab Perilaku Seks Pranikah Di Kalangan Remaja
Di dalam sub bab ini akan dipaparkan mengenai faktor penyebab terjadinya perilaku seks pranikah. Faktor yang mempengaruhi perilaku seks
pranikah antara lain tempat tinggal, keluarga, kawan, dan komunitas Reschivcsky dan Gerner, 1991. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Daru
Purnomo dan Seto Herwandito ditemukan faktor penyebab pernikahan usia dini adalah faktor pendidikan anak dan orang tua, rasa ingin tahu dan pergaulan,
lingkungan keluarga, serta pendidikan seks. Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis ditemukan beberapa faktor, sebagai berikut :
5.3.1 Terpaan New Media
Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari status kanak- kanak menuju status dewasa. Pada masa remaja mulai tertarik terhadap hal-hal
baru yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Rasa ingin tahu muncul dan berkembang sesuai dengan pertumbuhan remaja. Suardiman 1995 menyatakan
bahwa remaja pada fase akhir memiliki minat yang meningkat terhadap lawan jenis heteroseksualitas. Sementara itu, Encharta 2005 menyatakan bahwa pada
masa remaja terjadi peningkatan perilaku seksual. Rasa ingin tahu yang tinggi menyebabkan remaja akan mendorong remaja ini untuk mencari informasi
mengenai seks dari berbagai sumber. Banyaknya sumber informasi seperti televisi Film dan Sinetron, surat kabar, handphone, dan internet mempermudah remaja
untuk mengaksesnya. Karena dengan mudahnya akses informasi yang mereka dapatkan maka semakin tidak tersaring pula dan informasi yang mereka terima.
Hal ini diperkuat dengan temuan peneliti dari narasumber : “tapi saya tau seks itu ya dari internet, buku liat film
bokep, temen ku yang udah melakukan seks”
18
Rasa ingin tahu yang besar memang menjadi alasan yang mendasar remaja dalam berpacaran ini untuk melakukan hubungan seks pranikah. Keingintahuan
yang tinggi ini menjadi hasrat yang sangat kuat dan mereka cenderung akan selalu berusaha memenuhi hasrat tersebut. Oleh karena itu para remaja ini mencoba
18
Transkrip w aw ancara dengan T, t anggal 14 April 2014.
45
memenuhi hasrat mereka dengan pasangannya. Bahkan narasumber X melakukan hubungan seks pranikah sampai hamil. Akhirnya X dan Wahyu menikah siri,
karena ternyata Wahyu juga telah menghamili wanita lain dan mereka dalam waktu dekat juga akan melaksanakan pernikahan. Itu lah yang menyebabkan X
memilih untuk menikah siri. Berikut kutipan wawancaranya : “Awal melakukan hubungan suami istri itu ya sama
Wahyu, saya kelas 3 SMA. Saya melakukan “hubungan” ya di kos. Saya hanya dua kali
berhubungan mbak tapi saya kebobolan dan hamil. Waktu itu saya melakukan seks karena suka sama suka.
Saya waktu itu ga tau kalau saya hamil, tapi kok udah 3 bulan ga mens terus badan saya sering pusing muntah-
muntah. Akhirnya kakak saya tanya dan desak buat ke dokter dari situ saya baru tahu saya hamil. Keluargaku
ga marah-marah mbak sama saya, mungkin mereka takut kalau aku dimarahin aku bakalan nekat. Saya
ditanya siapa yang bapaknya, terus saya jawab Wahyu. Sebelumnya itu Wahyu tiba-tiba ngilang mbak, dan
waktu didatengin kakak-kakak saya Wahyu itu seminggu lagi udah mau nikah dong mbak. Perasaan
saya kalut, bingung ga tau harus gimana. Tapi akhirnya kami dinikahkan tapi secara “siri” dan si Wahyu sudah
dibilangin bahwa dia ga boleh dateng lagi ke rumahku. Pernikahan siri itu saya yang mau mbak, karena saya ga
kuat dimadu. Jadi saya berani ambil keputusan untuk menjadi “single parents”.”
19
Untuk narasumber yang lain mereka melakukan hubungan seks pranikah karena lingkungan pergulan. Awalnya memang paksaan akan tetapi ketika mereka
telah melakkukan hubungan seks pranikah ternyata teman-temannya juga telah melakukan hal yang sama. Inilah yang menyebabkan para remaja ini seakan
mendapatkan dukungan dari teman-temanya secara tidak langsung bahwa zaman sekarang pacaran sudah melakukan seks pranikah itu sudah dianggap hal yang
biasa. Hal ini sesuai dengan teori dari Sutherland yang mengatakan bahwa peyimpangan adalah konsekuensi kemahiran dan penguasaan suatu sikap atau
tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang terutama dari sub
19
Transkrip w aw ancara dengan X, t anggal 12 M ei 2014.
46
kultur atau diantara teman-teman sebaya yang menyimpang. Berikut kutipan dari narasumber :
“Saya pertama kali melakukan seks waktu SMP tapi itu dipaksa sama pacar saya yang pertama itu yang 1,5
tahun. Saya sudah menolak tapi dipaksa akhirnya ya udah himen saya sobek trus udah ga perawan lagi deh.
Temen-temen saya ada yang tahu saya melakukan free sex dengan pacar, reaksi temen saya biasa sih. Itu pun
yang tahu hanya temen deket bukan sembarangan temen lho ya... Temen saya malah selalu kasih tahu saya kalau
habis melakukan itu dibersihin pake ini – ini, karena teman-teman saya juga melakukan hal yang sama.”
20
Dari kasus di atas terlihat bahwa rasa ingin tahu mendorong remaja untuk melakukan hubungan sex pranikah, ditambah dengan pergaulan teman-teman baik
di sekolah maupun teman bermain. Rasa ingin tahu yang besar mendorong remaja untuk memperoleh informasi tentang seks dari berbagai sumber. Rasa ingin tahu,
ketidaktahuan menyeleksi informasi yang didapat dan tidak ada kontrol dari orang yang lebih dewasa menyeybabkan informasi yang diperoleh menjadi salah dan
akhirnya berani mengambil keputusan sendiri tanpa berpikir dampaknya. Dengan adanya globalisasi dan masuknya berbagai macam kebudayaan
barat yang liberal, maka pembicaraan mengenai seks seakan-akan sudah menjadi hal yang biasa di kalangan para remaja. Selain itu juga perkembangan teknologi
semakin cepat dan pesat, sehingga memudahkan remaja untuk mecari informasi melalui media apa saja. Sekarang jarang ditemui para remaja membawa
handphone yang tidak bisa digunakan untuk mengakses internet. Melalui alat canggih tersebut mereka dapat dengan mudah mengakses situs-situs yang terkait
dengan pornografi, mulai dari cerita, berita, gambar maupun video. Cukup dengan mengakses google atau yang lain dan memasukkan istilah terntentu maka akan
muncul situs-situs pornografi.
20
Transkrip w aw ancara dengan B, t anggal 26 Februar i 2014.
47
5.3.2 Pendidikan Seksual