Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa.

(1)

LEMBAR PERNYATAAN……….. i

ABSTRAK………..... ii

KATA PENGANTAR……….. iii

UCAPAN TERIMAKASIH………. iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR GAMBAR………. ix

DAFTAR DIAGRAM………... x

DAFTAR GRAFIK………... xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Rumusan Masalah………... 6

C. Tujuan Penelitian………. 6

D. Manfaat Hasil Penelitian………. 7

E. Sistematika Penulisan……….. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 9

A. Efektivitas……… 9

B. Metode Jigsaw………. 10

C. Pemahaman Konsep Matematis……….. 15

D. Bangun Ruang………. 19

E. Kerangka Berpikir………... 21

F. Definisi Operasional ………... 23

BAB III METODE PENELITIAN……….. 25

A. Metode Penelitian……… 25

B. Desain Penelitian………. 28

C. Lokasi Penelitian………. 28


(2)

G. Prosedur Penelitian……….. 30

H. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data……… 31

BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 36

A. Temuan Penelitian………... 38

B. Pembahasan………. 57

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI………. 58

A. Simpulan……….. 58

B. Rekomendasi………... 59

DAFTAR PUSTAKA……… 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN………

RIWAYAT PENULIS………..

63 13 3


(3)

A. Latar Belakang

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan seseorang tidak akan bisa hidup berkembang. Matematika adalah suatu kumpulan dari konsep-konsep yang harus dipahami. Untuk menguasai matematika harus menguasai konsep yang terkandung didalamnya. Dengan demikian untuk memahami dan menguasai matematika perlu dilakukan upaya peningkatan pemahaman konsep matematis.

Apalagi materi matematika yang abstrak memerlukan suatu teknik dalam penyampaiannya kepada anak didik, agar materi tersebut dapat diterima dan dipahami dengan baik. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan metode/paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umunya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa.

Maka dari itu Pendidik harus lebih berkreatif dalam mengambil dan menggunakan model, metode, pendekatan yang akan dilakukan, digunakan berdasarkan kebutuhan siswa dan kekurangan siswa bahkan keadaan siswa atau keadaan sekitar yang dapat mempengaruhi suatu proses kegiatan belajar dan mengajar. Dengan masalah-masalah yang ada maka masih banyak siswa tidak paham dengan konsep-konsep yang telah dipelajarinya, sehingga siswa belum mampu dalam mengulang kembali konsep-konsep atau materi yang didapatkannya


(4)

Seperti halnya penelitian yang dilakukan peneliti di tempat SD Negeri, disini peneliti menemukan beberapa masalah yang yang terjadi, hal ini bisa dilihat dari data serta penelitian yang ditemukan oleh peneliti diantaranya : siswa merasa jenuh ketika proses pembelajaran berlangsung, hal ini dilihat ketika proses kegiatan belajar, siswa asik sendiri tidak memperhatikan guru selanjutnya siswa kurang aktif dalam pembelajaran karena masih berpusat kepada guru, hal ini dilihat dari siswa yang jarang bertanya, mereka mengatakan paham tetapi tidak berani menyampaikan bahwa mereka sebenarnya tidak paham. Lalu kurangnya komunikasi antar siswa pada saat pembelajaran, hal ini terlihat karena proses kegiatan pembelajaran jarang menggunakan metode berkelompok. Akibatnya secara keseluruhan siswa belum betul memahami konsep yang dipelajarinya, khususnya pada mata pelajaran matematika, dimana pada pembelajaran matematika dibutuhkan pemahaman konsep yang benar-benar paham, apabila tidak memahami konsep maka seterusnya siswa tidak akan paham dengan materi yang dipelajarinya. Karena kekurangan pemahaman dalam belajar maka akan mempengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa.

Selain itu peneliti menemukan beberapa masalah yang ditemukan diantaranya pada saat penelitian pertama sebelum diberlakukannya perlakuan model pembelajaran dimana siswa belum bisa mengklasifikasi macam-macam bangun ruang A dan bangun ruang B. hal ini dilihat berdasarkan pertanyaan peneliti pada saat menanyakan “Bangun manakah yang kubus dan bangun manakah yang balok?” sambil memegang bangun ruang tiga dimensi di kedua tangan peneliti, dan siswa kebanyakan kebingungan antara balok dan kubus karena hampir sama. Lalu Siswa belum bisa menyatakan sebuah konsep tanpa bantuan media atau gambar, siswa masih kebingungan. Masalah-masalah ini adalah beberapa rendahnya pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa.

Hal ini mengungkapkan bahwa rendahnya skor kemampuan matematika siswa Indonesia salah satunya disebabkan pembelajaran matematika yang diterapkan di sekolah terkesan kurang menyentuh ke arah pemahaman konsep. Hal ini tentunya akan berdampak pada pencapaian hasil pembelajaran dan efektifitas pembelajaran adalah hasil dari apa yang diperoleh setelah pelaksanaan


(5)

proses belajar mengajar. Terdapat beberapa indikator pembelajaran dapat dikatakan efektif sebagaimana dijelaskan oleh Trianto (dalam Amelia, Riska Ayu : 2013) yaitu sebagai Berikut :

Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran yaitu : 1) Presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM, 2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa, 3) ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan, 4) mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif mengembangkan struktur kelas yang mendukung.

Dilihat kenyataan di lapangan ternyata masih banyak ditemukan pembelajaran yang belum memenuhi indikator dari efektifitas pembelajaran tersebut. Salah satu contohnya pada pembelajaran matematika mengenai sifat-sifat bangun ruang, pada pembahasan ini kegiatan pembelajarannya peserta didik tidak mengeksplore bagaimana sifat-sifat yang ada pada bangun ruang hanya saja peserta didik membaca pada buku, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kemampuan pengajar dalam mengelola komponen-komponen pembelajaran yang mengakibatkan pemahaman konsep yang kurang karna peserta didik hanya dituntut untuk membaca, mereka tidak dibiarkan untuk mencari dan tidak ada bantuan dari media yang seharusnya pada sifat-sifat bangun ruang peserta didik lebih bagus memahami dengan bantuan media tiga dimensi agar peserta didik paham dengan konsep yanag dipelajarinya.

Sementara disisi lain hal yang merupakan menjadi strategi dalam pengembangan pengajaran diantaranya adalah kurikulum. Kurikulum salah satu strategi untuk mewujudkan sekolah yang efektif produktif, dan berprestasi.

Mulyasa (dalam Isjoni, 2008, hlm. 145) menyatakan KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Kurikulum jenis ini lebih difokuskan karena selama ini kurikulum ditentukan pemerintah maka sekarang lebih difokuskan kepada sekolah. Dan tentunya muara dari


(6)

kebijakan ini adalah pelaksanaan kurikulum menjadi tanggung jawab guru di dalam proses pembelajaran.

Selain itu keefektifian juga didukung oleh guru yang professional, guru yang bisa menjadi guru yang efektir, seperti yang diutarakan oleh Marno (dalam Isjoni 2008, hlm.28) guru yang efektif (effective teacher) adalah yang dapat menunaikan tugas dan fungsinya secara professional. Untuk dapat melaksanakan tugas secara professional diperlukan berbagai persyaratanseperti : kompetensi akademik kompetensi metodologis, kematangan pribadi, sikap penuh dedikasi, kesejahteraan yang memadai, pengembangan karier budaya kerja, dan suasana kerja yang kondusif.

Menurut Isjoni (2008, hlm. 29) mengemukakan bahwa keberhasilan pembelajaran ditentukan banyak factor diantaranya guru. Guru memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran yang berkait erat dengan kemampuannya dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberi keefektivitasan kepada siswa. Adapun siswa merupakan sasaran dari proses pembelajaran sehingga memiliki motivasi dalam belajar, sikap terhadap pembelajaran guru, dapat menimbulkan kemampuan berpikir kritis memiliki keterampilan social, serta hasil pencapaian berefektivitas lebih baik. Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berpikir kritis memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.

Beberapa ciri pembaruan dan pengembangan menurut Marno (dalam Isjoni, 2008, hlm. 31) agar proses pembelajaran mengajar efektif diantaranya perlu menggunakan kurikulum dan metode pengajaran yang inovatif, secara berkelanjutan mengembangkan kecakapan seseorang dalam metode mengajar, dan menggunakan perencanaan kelompok guru untuk menciptakan atau mencari metode pengajaran alternatife.

Untuk itu diperlukan hal-hal untuk menjadikan proses belajar mengajar dengan model pembelajaran yang inovatif, dan perencanaan yang matang sebelumnya, agar tidak hanya keefektifan yang dicapai tetapi meningkatkan pula hasil proses serta pemahaman anak pada pembelajaran. Mengingat pentingnya


(7)

kemampuan pemahaman konsep bagi siswa maka seorang guru dituntut untuk lebih meningkatkan kreatifitasnya dalam mengajar dan harus selalu berusaha menemukan model-model pembelajaran yang bervariasi dengan metode yang tepat dalam pembelajaran agar pemahaman konsep siswa meningkat. Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan tersebut adalah pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw.

Menurut Isjoni (2008, hlm. 40) mengungkapkan bahwa pada pembelajaran kooperatif guru mendorong para siswa untuk kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti perbincangan atau pembelajaran oleh rekan-rekan sebaya (peer

teaching). Banyak penelitian menunjukan bahwa pembelajaran peer teaching

ternyata lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru. Ini berarti, bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata mesti diperoleh dari guru saja, melainkan dapat juga dilakukan melalui rekan lain yaitu rekan sebaya. Dalam hal ini guru bertindak sebagai penghubung.

Dengan itu dibutuhkan suatu metode untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran tersebut diperlukan upaya perbaikan dalam stratgi pembelajarannya. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikiaan rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat dengan mengacu pada pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga pada kegiatan KBM akan menjadi lebih menarik dan efektif serta bisa merangsang stimulasi anak agar anak paham dengan konsep yang diajarkan. Menurut Slavin chapter (dalam Amelia, Riska Ayu 2013), maka dibentuklah suatu pembelajaran kelompok dengan metode

kooperatif learning.

“cooperative learning adalah suatu strategi belajar mengajar dengan menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dan struktur kerjasama secara teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih”

Yang mana pada pengerjaan kelompok akan menghasilkan pemahaman peserta didik yang kurang paham, sehingga dibentuklah suatu model pembelajaran kelompok dengan tipe jigsaw, dimana pada tipe ini peserta didik akan lebih aktif dan memahami konsep yang sebenarnya dengan mencari sendiri lalu menemukan


(8)

bersama kelompok asal dan kelompok ahli. Ahli Jigsaw mengungkapkan bahwa waktu yang tepat menggunakan tipe Jigsaw adalah ketika saat menguji pemahaman siswa, terutama bagi siswa-siswa yang perlu meningkatkan kemampuan pemahamannya.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran ya ng mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Menurut Davidson dan Warsham, 1992 (dalam Isjoni, hlm. 154).

Dengan belajar kooperatif mereka saling menghargai dan saling peduli satu sama lain, sehingga mampu meningkatkan hubungan interpersonal di antara mereka. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Pada Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah umum penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat keefektifan model pembelaaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa?” maka untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus dibuat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1) Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis?

2) Bagaimanakah perbandingan hasil pretest dan postest siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw umtuk meningkatkan pemahaman konsep matematis dalam materi sifat-sifat bangun ruang?

3) Bagaimanakah tingkat keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan ?


(9)

Peneletian yang dilakukan memiliki tujuan, adapun tujuan umumnya adalah: “mengetahui tingkat keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis”, selain itu dilengkapi dengan tujuan khususnya, diantaranya:

1) Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran siswa dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis

2) Mendeskripsikan perbandingan hasil pretest dan postest siswa dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam materi sifat-sifat bangun ruang

3) Mendeskripsikan tingkat keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian diharapkan memiliki manfaat, diantaranya : 1) Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan setelah dilakukan penelitiaan dapat memberikan manfaat bagi suatu lembaga pendidikan, hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat dalam jurnal ilmiah, selain itu bermanfaat untuk Sekolah Dasar yang telah dilakukan penelitian khususnya dalam pengoptimalan pembelajaran pemahaman materi pada mata pelajaran matematika.

2) Manfaat Praktis

Adapun manfaat lain yang dapat diberikan setelah penelitian, diantarnya : a) Bagi Siswa

Setelah penelitian dilakukan akan memberikan manfaat kepada siswa dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajarandi kelas dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkat.


(10)

b) Bagi Guru

Hasil dari penelitian mampu mewujudkan kerja sama, kolaborasi, dan sinergi antarguru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran serta mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks local, sekolah dan kelas. Selain itu memberikan kemudahan untuk guru dalam menghadapi siswa untuk pembelajaran yang akan datang dengan metode yang sudah dilakukan.

c) Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian akan memberikan manfaat khususnya meningkatkan kualitas didalam Sekolah, dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, dan menyenangkan karena strategi, metode, teknik, dan media yang digunakan.

d) Bagi LPTK

Dengan dilakukan penelitian akan menambahkan pengetahuan untuk mahasiswa selanjutnya, hasil dari penelitian akan membuka peluang mahasiswa selanjutnya untuk melihat kekurangan dan kelebihan dari penelitian ini.

E. Sistematika Penelitian

Skripsi ini disusun terdiri dari 5 Bab, diantaranya :

1. Bab pertama pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

2. Bab kedua kajian pustaka berisi tentang konsep-konsep, kerangka berfikir, penelitian yang relevan dan definisi operasional.


(11)

3. Bab ketiga metode dan prosedur penelitian yang berisi tentang metode yang digunakan, desain penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, waktu penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan data dan analisis data.

4. Bab keempat hasil penelitian berisi tentang temuan penelitian, dan pembahasan.


(12)

Dalam bab ini dijelaskan metode penelitian, desain penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, waktu penelitian, instrument penelitian, prosedur penelitian dan teknik pengolahan data dan analisis data

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian eksperimen. Metode eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono : 2010).

Menurut Solso & MacLin (dalam Faisal 2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.

Seno Isbayantoro (2012) menyatakan bahwa kadang-kadang sebuah penelitian eksperimental dilakukan tanpa kelompok kontrol. Dalam penelitian, kelompok diberikan tes awal sebelum perlakukan eksperimental. Setelah treatment selesai, tes akhir diberikan untuk melihat hasil pemahaman. Efektivitas perlakuan pembelajaran diukur dengan membandingkan skor rata-rata tes awal dan tes akhir. Ketika ternyata bahwa skor rata-rata-rata-rata tes akhir secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata tes awal, maka disimpulkan bahwa perlakuan pembelajaran efektif.

Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu kontrol, manipulasi, dan pengamatan. Variabel kontrol disini adalah inti dari metode eksperimental, karena variabel kontrol inilah yang akan menjadi standar dalam melihat


(13)

perlakuan yang diberikan. Sedangkan manipulasi disini adalah operasi yang sengaja dilakukan dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda. Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, ia harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).

1. Tipe-tipe Penelitian Eksperimen

Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2010, hlm.30) dalam bukunya “Metode

Penelitian Pendidikan” beliau membagi desain penelitian ekperimen kedalam

3 bentuk yakni pre-experimental design, true experimental design, dan quasy

experimental design. Tipe penelitian yang akan digunakan adalah tipe Pre-experimental design, yang mana akan dibahas dibawah ini

Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada dalam penelitian. Bentuk Pre- Experimental Designs ini ada beberapa macam antara lain :

a. One – Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)

Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur hasilnya.

X O

X = Treatment yang diberikan O = Observasi


(14)

b. One – Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Pretes-Postes) Kalau pada desain “a” tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

O1 X 02

O1 = Nilai tes awal

X = Treatment yang diberikan

02 = Nilai tes akhir setelah diberikan treatment

c. Intact-Group Comparison

Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).

X O1

O2

X = Treatment yang diberikan

O1 = Hasil pengukuran setengah dari kelompok yang diberikan treatment

O2 = Hasil pengukuran setengah dari kelompok yang tidak diberikan

treatment

Sugiyono 1992:82 (dalam Seno : 2012) Rancangan pra-eksperimental belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan


(15)

semata-mata dipengaruhi oleh variabel dependen. Hal ini bisa saja terjadi karena tidak adanya variabel control dan sampel tidak dipilih secara acak (random).

B. Disain Penelitian

Maka penelitian yang dilakukan adalah Penelitian pre-eksperimen dengan menggunakan satu kelas yang mana dikatakan sebagai one group pretest

-post-test (satu kelompok pretes-postes). Pretes dilakukan sebelum diberi

perlakuan, dan postes diberikan setelah dilakukan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum perlakuan.

Gambar 3.1 Desain penelitian

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kota Bandung di kecamatan Sukajadi,-Bandung, yang mana sekolah ini dijadikan 2 Sekolah, Sekolah A dan Sekolah B. berdiri pada tahun 1935 yang memiliki Akreditasi

Hasil Postest

Perlakuan dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw Hasil


(16)

A pada tahun 2001. Letak geografis sekolah yang strategis dan memiliki akses yang cepat dan mudah, memungkinkan pelayanan pendidikan yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Letak sekolah berdekatan dengan perumahan / masyrakat. Memiliki ketenagaan Kerja pada umumnya semua sudah memenuhi standar / kualifikasi minimal yang telah diterapkan pemerintah dan memiliki latar pendidikan keguruan (ilmu pendidikan). D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kota Bandung. Dengan jumlah siswa 29 Orang, 14 Orang laki-laki, dan 15 Orang perempuan. Dimana siswa Perempuan memiliki keaktifan yang lebih tinggi dibanding dengan laki-laki. Maka diperlukan percampuran kelompok yang heterogen. Dimana memiliki kelemahan dalam memaahami konsep bangun ruang A dan bangun ruang B hampir semua belum memhamai bangun ruang karena ketika dijelaskan siswa ada yang mengobrol dan ada yang sibuk sendiri melakukan pekerjaan lain dibandingkan dengan memperhatikan guru. Nilai dari pemahaman konsep masih dibawah KKM sehingga dikatakan bahwa siswa belum paham dengan pemahaman konsep.

E. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan tanggal 9 Mei 2015 sebagai pretest dan 13 Mei sebagai postest, ketika menggunakan perlakuan memakai waktu selama 3 jam pelajaran atau satu pertemuan. Penelitian ini akan dilakukan ketika proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah :

1. Instrument Pembelajaran

Instrument pembelajaran yang digunakan diantaranya : a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


(17)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat berdasarkan siklus yang akan dilaksanakan, merujuk pada KTSP dengan adanya Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator Capaian Kompetensi, Tujuan Pembelajaran, Media, Metode, Materi, Langkah-langkah Pembelajaran dan Evaluasi dalam bentuk Penilaian. Rencana pembuatan RPP disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran.

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa yang dilakukan disesuaikan dengan SK KD yang telah ditetapkan dan dibuat berdasarkan masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Lembar Kerja disini tidak berupa lembar kerja yang diberikan oleh peneliti, melainkan hanya catatan yang dibuat oleh siswa pada bukunya masing-masing.

2. Instrument Pengungkap Data Penelitian a) Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan lembar yang digunakan dalam proses observasi ketika dalam pembelajaran yang mencakup pengamatan aktivitas siswa dan pengamatan langkah-langkah dari aktivitas guru. Lembar observasi yang digunakan merujuk pada RPP yang telah dirancang oleh guru untuk melakukan penelitian serta pedoman observasi yang telah dibuat sebelumnya.

b) Tes

Tes yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 tes, yaitu :

pretest dan posttest. Pretest diberikan pada awal sebelum diberikan

perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan posttest diberikan pada akhir setelah diberikan perlakuan sehingga dapat mengukur kemampuan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.

c) Dokumentasi

Untuk kelengkapan penelitian dibutuhkan kamera atau alat untuk merekam/foto atas bukti penelitian.


(18)

G. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

Sebelum melakukan pembelajaran dalam penelitian ini, peneliti membuat perencanaan yang terbagi atas perencanaan pretest dengan membuat soal tes dan perencanaan untuk perlakuan diantaranya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan media, menyiapkan instrument penelitian.

2. pretest

Pada pelaksanaaan ini peneliti menggunakan pretest sebagai awal tes sebelum model diterapkan untuk mengetahui awal pengetahuan siswa. 3. Perlakuan + (posttest)

Setelah dilakukan pretest maka dilakukan perlakuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dalam proses ini dilakukan sebanyak tiga jam pelajaran atau satu pertemuan. Setelah itu diakhiri pembelajaran dengan mengerjakan posttest.

4. Pengamatan

Proses pengamatan berlangsung ketika proses belajar mengajar dilakukan pada saat perlakuan dilaksanakan. Dalam pengamatan ini hal-hal yang diamati diantaranya : penampilan mengajar guru, respon siswa dan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

5. Kesimpulan

Pada tahap ini mengumpulkan data-data dari hasil pretest dan posttest, dapat terlihat perbandingan hasil dari data-data yang dikumpulkan dan dijadikan kesimpulan atas penelitian yang dilakukan.


(19)

Teknik pengolahan data penelitian ini diolah dengan Microsoft word dan Microsoft Excel dalam mengolah data, selain itu digunakannya teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model analysis).Analisis ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu (1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian data (data display), dan (3) conclution drawing verifikasi.(Sugiyono, 2009, hlm. 338).

Reduksi data, merupakan proses berfikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. (sugiyono, 2009 hlm 339).Pada tahap ini peneliti memilih data, menggolongkan, dan membuang data yang tidak diperlukan. Kemudian mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik. Peneliti dalam hal ini mencatat dan merekam ujaran, sikap serta pembicaraan antara guru dan murid yang terjadi selama proses pembelajaran dalam pemahaman konsep.

Komponen selanjutnya sajian data (display data), merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan.Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah ynag telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada.

Melalui sajian data yang telah terkumpul dikelompokkan dalam beberapa bagian sesuai dengan jenis permasalahannya supaya mudah dilihat dan dimengerti, sehingga mudah dianalisis. Langkah ini mencakup dan memasuki analisis data. Data yang ada dianalisis dan ditafsirkan kemudian dibandingkan antara data yang satu dengan data yang lain untuk menemukan persamaan dan perbedaan. Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu dibeberkan dalam bentuk narasi. Pembeberan data dilakukan dengan sistematik, interaktif,


(20)

dan inventif serta mantap sehingga memudahkan pemahaman terhadap apa yang terjadi. Dengan demikian, penarikan kesimpulan dan penentuan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya akan mudah.

Selanjutnya, conclution drawing verifikasi, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar benar- benar dapat dipertanggungg jawabkan.Seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi data maupun sajian data diambil suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada pre test, ,dan setelah penelitian selanjutnya bersama hasil post test sehingga ditarik kesimpulan. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan simpulan pertama sebagai pijakan.

Dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas maka variabel-variabel yang diukur saat perlakuaan adalah kemampuan guru dalam menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam lembar aktivitas guru dan aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung serta hasil belajar siswa yang merupakan akibat dari perlakuan yang diberikan.

Menurut Roberdson (2014) Data yang terkumpul melalui hasil penelitian secara umum terdiri atas presentase, skor. Namun yang akan dipakai dalam penelitian ini hanya presentase, proporsi dan skor. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data hasil penelitian diuraikan sebagai berikut.

1. Ketuntasan hasil belajar

a) Ketuntasan secara individu.

Siswa dikatakan tuntas dalam pembelajaran jika telah mencapai ketuntasan minimal P ≥ 75, nilai 75 adalah sesuai dengan KKM ketentuan sekolah tersebut.


(21)

b) Ketuntasan klasikal

Dalam suatu kelas dinyatakan telah mencapai ketuntasan klasikal apabila bisa mencapai 80% dari jumlah siswa-siswi yang telah tuntas secara individu. Rumus perhitungannya adalah :

2. Reliabilitas instrument pengamatan

Dalam penelitian ini, setiap instrument yang digunakan akan dihitung reliabitasnya. Instrument dikatakan reliable jika nilai R ≥ 75%. Rumusnya adalah sebagai berikut :

{ }

Keterangan :

A = Frekuensi tertinggi pengamatan B = Frekuensi terendah pengamatan

3. Sensitivitas butir soal

Sensitivitas butir soal dihitung untuk mengetahui seberapa besar soal-soal yang digunakan dapat mengukur efektivitas pembelajaran. Acuan maksimal yang digunakan adalah S ≥ 0,30. untuk menghitung nilai S maka digunakan menurut Norman E. Groundlund yang dikutip oleh Roberdson (2014) sebagai berikut :


(22)

Keterangan :

S = Sensitivitas butir soal

RA = Jumlah siswa yang benar saat pretest RB = Jumlah siswa yang benar saat posttest T = Banyaknya siswa yang mengikuti ujian.

4. Kemampuan guru

Untuk menganalisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe igsaw maka penilaian yang dilakukan dengan pemberian skor yang diberikan oleh pengamat. Skor yang diberikan memiliki rentangan mulai dari 1-4. pedoman kualifikasi penilaiannya sebagai berikut :

Tabel 3.2

Aspek skor kategori penilaian guru Skor Kategori

1 Kurang baik 2 Cukup baik 3 Baik 4 Sangat baik

5. Aktivitas siswa dalam KBM

Analisis aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dianalisis sesuai dengan skor yang memiliki rentangan mulai dari 1-4. Penilaiannya sebagai berikut :


(23)

Tabel 3.3

Aspek skor kategori penilaian siswa

Skor Kategori 1 Kurang baik 2 Cukup baik

3 Baik


(24)

Amelia, Riska ayu. (2013). Pengaruh model CIRD (Cooperative Integrites Reading and Composition) terhadap efektifitas pembelaaran seni tari pada siswa kelas VII SMP YAS BANDUNG. (Skripsi) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Daryanto. (2009). Media Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media

Faisal, S. (1982) . Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional Isjoni. (2008). Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Junaedi, Ahmad. (2011). Efektifitas Pembelajaran. [online]. Diaskes dari https://ahma dmuhli.wordpress.com/author/ahmadmuhli/

Kurniawan, Rudy (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematis melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Desertasi Pasca

Sarjana UPI. (Tidak diterbitkan)

Laurentius, Wahyudi. Dkk. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI Ips. (Tesis) Fkip Untan

Ningsih, Endang Ayu.(2013).Pengertian Metode Jigsaw. .[online]. Diakses pada :

http://eanseptember.blogspot.com/2013/06/pengertian-metode-jigsaw.html#

Rachmadi W (2006). Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.

Roberdson. (2014). Uji Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatifmelalui Pendekatan Student Facilitator And Explaining Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Pada Materi Pokokhama Dan Penyakit Pada Tumbuhan Di Smp Kristen 1 Amanubanbarat Tahun Ajaran 2013/2014. (Tesis).

Siswoyo, Dedi. (2013).Indikator Pemahaman Konsep Matematika. .[online]. Diakses dari: http://dedi26.blogspot.com/2013/05/indikator-pemahaman-konsep-matematika.html

Seno Isbiyantoro. (2010) .Jenis-jenis penelitian eksperimen. [online]. Diakses dari www.academia.edu/5022529/JENIS_JENIS_PENELITIAN_EKSPERIME N

Soenardjo, R.J. (2007). Matematika 5. Jakarta: Pusat Perbukuan-Departemen Pendidikan Nasional.


(25)

Sugiyono.(2009).Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2010). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta

Susanto, A. (2012). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Prenadamedia Group.


(1)

dan inventif serta mantap sehingga memudahkan pemahaman terhadap apa yang terjadi. Dengan demikian, penarikan kesimpulan dan penentuan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya akan mudah.

Selanjutnya, conclution drawing verifikasi, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data agar benar- benar dapat dipertanggungg jawabkan.Seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi data maupun sajian data diambil suatu kesimpulan. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada pre test, ,dan setelah penelitian selanjutnya bersama hasil post test sehingga ditarik kesimpulan. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan simpulan pertama sebagai pijakan.

Dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas maka variabel-variabel yang diukur saat perlakuaan adalah kemampuan guru dalam menerapkan model kooperatif tipe jigsaw dalam lembar aktivitas guru dan aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung serta hasil belajar siswa yang merupakan akibat dari perlakuan yang diberikan.

Menurut Roberdson (2014) Data yang terkumpul melalui hasil penelitian secara umum terdiri atas presentase, skor. Namun yang akan dipakai dalam penelitian ini hanya presentase, proporsi dan skor. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data hasil penelitian diuraikan sebagai berikut.

1. Ketuntasan hasil belajar

a) Ketuntasan secara individu.

Siswa dikatakan tuntas dalam pembelajaran jika telah mencapai ketuntasan minimal P ≥ 75, nilai 75 adalah sesuai dengan KKM ketentuan sekolah tersebut.


(2)

34

b) Ketuntasan klasikal

Dalam suatu kelas dinyatakan telah mencapai ketuntasan klasikal apabila bisa mencapai 80% dari jumlah siswa-siswi yang telah tuntas secara individu. Rumus perhitungannya adalah :

2. Reliabilitas instrument pengamatan

Dalam penelitian ini, setiap instrument yang digunakan akan dihitung reliabitasnya. Instrument dikatakan reliable jika nilai R ≥ 75%. Rumusnya adalah sebagai berikut :

{ }

Keterangan :

A = Frekuensi tertinggi pengamatan B = Frekuensi terendah pengamatan

3. Sensitivitas butir soal

Sensitivitas butir soal dihitung untuk mengetahui seberapa besar soal-soal yang digunakan dapat mengukur efektivitas pembelajaran. Acuan maksimal yang digunakan adalah S ≥ 0,30. untuk menghitung nilai S maka digunakan menurut Norman E. Groundlund yang dikutip oleh Roberdson (2014) sebagai berikut :


(3)

Keterangan :

S = Sensitivitas butir soal

RA = Jumlah siswa yang benar saat pretest RB = Jumlah siswa yang benar saat posttest T = Banyaknya siswa yang mengikuti ujian.

4. Kemampuan guru

Untuk menganalisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe igsaw maka penilaian yang dilakukan dengan pemberian skor yang diberikan oleh pengamat. Skor yang diberikan memiliki rentangan mulai dari 1-4. pedoman kualifikasi penilaiannya sebagai berikut :

Tabel 3.2

Aspek skor kategori penilaian guru Skor Kategori

1 Kurang baik

2 Cukup baik

3 Baik

4 Sangat baik

5. Aktivitas siswa dalam KBM

Analisis aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dianalisis sesuai dengan skor yang memiliki rentangan mulai dari 1-4. Penilaiannya sebagai berikut :


(4)

36

Tabel 3.3

Aspek skor kategori penilaian siswa Skor Kategori

1 Kurang baik 2 Cukup baik

3 Baik


(5)

Amelia, Riska ayu. (2013). Pengaruh model CIRD (Cooperative Integrites Reading and Composition) terhadap efektifitas pembelaaran seni tari pada siswa kelas VII SMP YAS BANDUNG. (Skripsi) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Daryanto. (2009). Media Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media

Faisal, S. (1982) . Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional Isjoni. (2008). Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Junaedi, Ahmad. (2011). Efektifitas Pembelajaran. [online]. Diaskes dari https://ahma dmuhli.wordpress.com/author/ahmadmuhli/

Kurniawan, Rudy (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematis melalui Pembelajaran dengan Pendekatan

Kontekstual pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Desertasi Pasca Sarjana UPI. (Tidak diterbitkan)

Laurentius, Wahyudi. Dkk. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI Ips. (Tesis) Fkip Untan

Ningsih, Endang Ayu.(2013).Pengertian Metode Jigsaw. .[online]. Diakses pada :

http://eanseptember.blogspot.com/2013/06/pengertian-metode-jigsaw.html#

Rachmadi W (2006). Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika.

Roberdson. (2014). Uji Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatifmelalui Pendekatan Student Facilitator And Explaining Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Pada Materi Pokokhama Dan Penyakit Pada Tumbuhan Di Smp Kristen 1 Amanubanbarat Tahun Ajaran 2013/2014. (Tesis).

Siswoyo, Dedi. (2013).Indikator Pemahaman Konsep Matematika. .[online]. Diakses dari: http://dedi26.blogspot.com/2013/05/indikator-pemahaman-konsep-matematika.html

Seno Isbiyantoro. (2010) .Jenis-jenis penelitian eksperimen. [online]. Diakses dari www.academia.edu/5022529/JENIS_JENIS_PENELITIAN_EKSPERIME N

Soenardjo, R.J. (2007). Matematika 5. Jakarta: Pusat Perbukuan-Departemen Pendidikan Nasional.


(6)

62

Sugiyono.(2009).Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2010). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta

Susanto, A. (2012). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Prenadamedia Group.