BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pendidikan pasti terjadi proses pembelajaran. Natawidjaya 1993 menyatakan bahwa, pembelajaran adalah upaya pembimbingan
terhadap siswa agar siswa itu secara sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan
dan kemampuan siswa yang bersangkutan. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa memperoleh prestasi belajar sesuai dengan yang
diharapkan. Tu’u 2004 : 75 mengemukakan bahwa pengertian dari prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Agar prestasi belajar yang diperoleh optimal, siswa diharapkan berperan dominan dalam proses pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator yang mendukung agar proses pembelajaran berjalan dengan baik. Peran siswa yang dominan dan guru sebagai fasilitator juga diharapkan terjadi
pada pembelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang berperan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. Matematika adalah suatu ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang diberi simbol-
simbol dan tersususn secara hierarkis serta penalarannya menggunakan strategi deduktif Ratumanan, 2002 : 3. Dalam belajar matematika peserta
didik dituntut melakukan kegiatan mental yang tinggi dan dituntut untuk aktif agar proses belajar mengajar dapat tercapai secara maksimal.
Selama ini kita melihat kenyataan bahwa matematika pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi anak dan salah satu
pembelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian siswa. Kesulitan ini tidak hanya disebabkan yang dianggap sulit oleh siswa akan tetapi juga mungkin
disebabkan penggunaan strategi mengajar yang kurang tepat. Dalam proses pembelajaran matematika guru lebih banyak menerapkan pembelajaran
konvensional. Menurut Sudjana 2004 pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang dilakukan oleh guru, pembelajaran ini bersifat
umum, yaitu dengan cara memberikan informasi tentang materi suatu mata pelajaran yang diikuti dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Putrayasa
dalam Rasana, 2009 menyatakan, penerapan pembelajaran konvensional ditandai dengan penyajian pengalaman yang ada kaitannya dengan konsep
yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian informasi oleh guru, tanya jawab, pemberian tugas oleh guru, pelaksanaan tugas oleh siswa sampai
padaakhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan dapat dimengerti oleh siswa. Menurut Burrownes dalam Santyasa, 2005, pembelajaran
konvensional didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dari pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru teacher centered, guru sebagai sumber informasi,
sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran kurang optimal. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Faktanya ketika proses
pembelajaran berlangsung, siswa senantiasa menjadi pendengar setia kurang ada respon dari siswa. Jika hal tersebut tidak dicari pemecahannya maka akan
mengakibatkan rasa bosan bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika dan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar matematika siswa.
Kondisi fisik MTs Mitahul Ulum sudah memenuhi syarat dan layak sebagai lembaga pendidikan, sarana dan prasarananya sudah mumpuni
walaupun tidak selengkap di sekolah-sekolh Negeri pada umumnya. Pada saat pembelajaran guru masih menggunakan model pembelajaran yang dalam
Implementasinya guru menyampaikan materi pokok bahasan dan siswa mendengarkan serta menulis apa yang telah disampaikan oleh guru. Secara
teoritis pembelajaran seperti ini kurang membuat siswa aktif sehingga siswa terkadang berbicara sendiri dan tidak mendengarkan pada saat guru
menyampikan materi pelajaran. Oleh sebab itu prestasi belajar siswa kurang optimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu diupayakan inovasi dalam pembelajaran matematika, misalnya dengan menerapkan strategi pembelajaran
yang lebih inovatif. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu strategi pembelajaran concept mapping tipe pohon jaringan network
tree. Martin dalam Trianto, 2009 menyebutkan, strategi concept mapping adalah ilustrasi grafis konkret yang menghubungkan sebuah konsep tunggal
dengan konsep-konsep lain yang berkaitan. Menurut Suparno 2011 strategi pembelajaran concept mapping atau peta konsep adalah suatu strategi
pembelajaran untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu materi. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa bisa melihat bidang
materi ajar itu lebih jelas, dan mempelajarinya lebih bermakna.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran
concept mapping adalah ilustrasi grafis konkret yang menggambarkan hubungan sebuah konsep dengan konsep lainnya pada kategori yang sama
dengan tujuan memperjelas materi yang diajarkan dan mempelajari materi tersebut lebih bermakna.
Dari latar belakang di atas peneliti merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul ” Pengaruh Strategi Belajar Peta Konsep Concept Mapping Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan
Fungsi Kelas VIII MTs Miftahul Ulum Gunung Kesan Karang Penang Sampang Tahun Ajaran 2013-2014”.
B. Permasalahan 1. Rumusan Masalah