Pengaruh strategi belajar peta konsep\BAB III

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Menurut Anggoro (2008 : 11) secara umum, penelitian dapat diartikan sebagai proses mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi secara sistematis sehingga menghasilkan kesimpulan yang sah.

Menurut Sugiyono (2009 : 6), metode penelitian pendidikan diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Metode penelitian adakalanya juga disebut metodologi penelitian. Metode penelitian dalam makna yang lebih luas bisa berarti desain atau rancangan penelitian. Rancangan ini berisi rumusan tentang objek atau subjek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan analisis data berkenaan dengan fokus masalah tertentu (Sukmadinata, 2008 : 5).

Adapun desain penelitian yang dilaksanakan ini adalah Posttest-Only Control Design seperti tabel di bawah ini

Tabel 3.1

Desain atau Rancangan Penelitian

R X

O2


(2)

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. O1 = hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan,O2 = hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak diberi perlakuan. Kelompok yang diberi perlakuan (treatment) disebut kelompok eksperimen (kelas VIII-B MTs Miftahul Ulum) dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol (kelas VIII-A Miftahul Ulum).

B. Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan keadaan (Syamsuddin dan Damaianti, 2007: 14).

Menurut Arikunto (2002 : 9) penelitian ditinjau dari hadirnya variabel, terdapat dua jenis penelitian. Yaitu penelitian deskriptif dan penelitian eksperimen. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi), adalah penelitian deskriptif (to describe = menggambarkan/membeberkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang, adalah penelitian eksperimen. Disebut sebagai variabel yang akan datang, belum terjadi, tetapi sengaja didatangkan atau diadakan oleh peneliti dalam bentuk perlakuan (treatmen) yang terjadi dalam eksperimen.

Sesuai dengan rumusan masalah, jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini variabel yang sengaja diadakan tersebut


(3)

adalah model pembelajaran intreaktif dengan strategi peta konsep. Syamsuddin dan Damaianti (2007 : 22) mengatakan bahwa dalam penelitian eksperimen harus membagi subjek yang diteliti menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat perlakuan dan kelompok yang tidak memperoleh perlakuan. Karena itu diperlukan satu kelas sebagai eksperimen yang pembelajarannya menggunakan strategi belajar peta konsep (concept mapping) dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang pembelajarannya tidak menggunakan model strategi belajar peta konsep (concept mapping) yaitu pembelajaran konvensional.

C. Penentuan Subjek Penelitian 1. Populasi

Dalam suatu penelitian, kita tidak terlepas dari populasi. Arikunto (2002 : 108), menyatakan bahwa Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dengan demikian populasi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu pelaksanaan penelitian. Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui. (Anggoro, 2008 : 42).

Dalam penelitian ini, populasinya adalah siswa kelas VIII MTs Miftahul Ulum gunung Kesan Karang Penang Sampang terdiri dari 2 kelas yang berjumlah 40 siswa. Adapun populasi tersebut diurai sebagai berikut:


(4)

Data Populasi Penelitian Kelas Jumlah Peserta Didik VIIIA

VIIIB

25 siswa 15 siswa Jumla

h

40 siswa

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002 : 109). Sedangkan menurut Sudjana (2002 : 6) sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi. Namun disini 40 siswa itu semuanya di teliti maka sampel itu tidak ada.

Penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam penelitian ini yaitu pengambilan secara acak. selanjutnya terpilih kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan strategi belajar peta konsep (concept mapping), dan kelas VIIIA sebagai kelas kontrol yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiono, 2008 : 308). Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan tes.

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau bakat yang dimiliki


(5)

oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002: 127). Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif.

Tes subjektif pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.

Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah dalam waktu kira-kira 90 s/d 120 menit. Soal bentuk esai ini menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.

Langkah-langkah membuat tes subjektif sebagai berikut:

 Menyusun kisi-kisi soal (kisi-kisi instrumen penilaian).

 Membuat butir-butir soal.

 Membuat kunci jawaban.

 Menentukan skor jawaban.

 Melakukan uji coba instrumen penilaian.

a. Kelebihan tes subjektif

 Mudah disiapkan dan dususun.

 Tidak memberi kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.

 Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.

 Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

 Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.

b. Kelemahan tes subjektif

 Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.

 Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).


(6)

 Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.

 Waktu untuk mengoreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

c. Cara mengatasi kelemahan tes subjektif

 Pertanyaan ditulis dengan jelas, dan skor penilaian sebaiknya ditetapkan terlebih dahulu.

 Sebaiknya dalam menyusun pertanyaan harus yang representatif dapat mewakili materi yang telah dipelajari siswa.

 Menilai jawaban siswa secara adil sesuai dengan skor tiap soal yang ditentukan.

 Dalam mengoreksi soal apabila jawaban siswa tidak sesuai kunci jawaban, sebaiknya tidak langsung disalahkan, tapi tetap diberi skor.

 Sebaiknya dalam mengoreksi tes siswa, waktu telah dijadwalkan. Sehingga nilai siswa dapat diperoleh sesuai dengan waktunya.

Dalam penelitian ini, tes yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar Matematika kelas VIII MTs Miftahul Ulum Gunung Kesan Karang Penang Sampang dengan model pembelajaran intreaktif dengan strategi belajar peta konsep (concept mapping) pada pokok bahasan fungsi tahun pelajaran 2013/2014 menggunakan tes bentuk subjektif. Pemakaian tes bentuk subjektif ini diharapkan dapat mengetahui apakah ada pengaruh strategi belajar peta konsep (concept mapping) terhadap prestasi belajar matematika.

Sebelum digunakan sebagai pengumpul data, instrumen tes ini perlu diuji cobakan untuk mengetahui validitasnya, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Dan untuk menjaga suatu kerahasiaan suatu tes sebaiknya diuji cobakan pada sekolah lain. Dalam hal ini, peneliti mengadakan uji coba instrumen penilaian di sekolah MTs Al-Islah Aleran


(7)

Pasanggar Pegantenan Pamekasan, maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

a. Validitas Tes

Menurut Arikunto (2002 : 144) mengemukakan: validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut;

X¿2 Y¿2

¿

¿ ¿ ¿ Y2¿ N

¿

¿ ¿ X2

¿ N

¿

¿ √¿ rxy=

N

XY –(

X)(

Y)

¿

(Arikunto, 2002 : 146)

Keterangan:

rxy = Koofisien korelasi antara variabel x dan variabel y X = Skor yang diperoleh n responden perbutir soal (variabel X) Y = Skor total yang diperoleh n responden dari keseluruhan soal (variabel Y)

X = Jumlah variabel X

Y = Jumlah variabel Y


(8)

X2 = Jumlah kuadrat variabel X

Y2 = Jumlah kuadrat variabel Y

X

¿2

¿

= Jumlah variabel X dikuadratkan

Y

¿2

¿

= Jumlah variabel Y dikuadratkan

N = Jumlah responden

Setelah diperoleh rxy maka langkah selanjutnya adalah menguji valid tidaknya suatu soal. Suatu soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel dengan taraf signifikan 5%. Kemudian mengadakan interpretasi mengenai koefisien korelasi tersebut ke kriteria yang telah ditetapkan. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:

0,800<rxy1,000 : Sangat Tinggi 0,600<rxy≤0,800 : Tinggi

0,400<rxy0,600 : Cukup 0,200<rxy≤0,400 : Rendah

0,000<rxy0,200 : Sangat Rendah

Menurut penafsiran penulis 0,000<rxy0,200 seharusnya 0,000≤rxy0,200 . Dalam penelitian ini menggunakan interpretasi dari sangat rendah, rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi.

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002:


(9)

154). Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal-soal adalah rumus alpha sebagai berikut:

r11=

(

K

K−1

)

(

1−

σb2

σt

2

)

(Arikunto, 2002 : 171) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

σb2 = jumlah varians butir

σt2 = varians total

k = banyaknya butir pertanyaan

Dengan data yang tertera dalam tabel, dicari varians tiap-tiap soal dahulu kemudian dijumlahkan dengan rumus yang kita kenal yaitu:

σ2=

X2−

(

X

)

2

N

N (Arikunto, 2002: 160) Keterangan:

σ2 : Varians

X

2 : Jumlah Kuadrat Skor Butir

(

X

)

: Jumlah Skor Butir

N : Jumlah Siswa

Setelah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya yaitu mengkonsultasikan dengan tabel r-product moment (taraf


(10)

c. Tingkat kesukaran

Untuk mengukur tingkat kesukaran dalam intrumen penilaian, maka rumus yang digunakan yaitu:

Tk

=

n

N

×

100

0 0

(Arikunto, 2003: 147) Keterangan:

Tk : Tingkat kesukaran

n : Jumlah responden yang mendapatkan skor dibawah setengah skor maksimum

N : Jumlah responden.

Tes dapat dianggap baik apabila memiliki tingkat kesukaran 10% hingga 90% dengan syarat tingkat kesukaran yang diperoleh bersifat keterangan.

d. Daya Beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2002 : 211).

Untuk mengetahui daya pembeda dari soal subjektif digunakan rumus sebagai berikut:

D=NANB

Nt ×100 (Joni, 1984 : 43) Keterangan:

D = Daya Beda

NA = Total nilai rill yang diperoleh kelompok atas NB = Total nilai riil yang diperoleh kelompok bawah


(11)

N

t = Nilai total maksimum yang diperoleh kelompok atas dan

bawah.

Mengenai daya pembeda menurut Joni (1984 : 43) menyatakan bahwa ”hal yang tidak bisa diampuni adalah soal-soal dengan indeks D yang negatif, sebab dalam melaksanakan tugasnya soal-soal semacam ini telah melakukan kekeliruan yang sangat besar yaitu salah tunjuk”.

D : negatif semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis. Dalam menganalisis data ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen murni, dimana analisis penelitian ini dilakukan dengan angka-angka, pengolahan statistik.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data statistik yaitu data uji-t untuk menentukan ada tidaknya pengaruh model pembelajaran intreaktif dengan strategi peta konsep (kelas eksperimen) terhadap prestasi belajar matematika dan dengan yang tidak menerapkan model pembelajaran intreaktif dengan strategi peta konsep (kelas kontrol).

Langkah-langkah dalam perhitungan rumus uji-t adalah sebagai

berikut:

a. Menentukan nilai rata–rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan rumus :

X

=

ΣX


(12)

Keterangan :

X = nilai rata- rata ∑X = jumlah nilai N = banyak sampel

b. Pangkat dua dari simpangan baku dinamakan varians. Untuk menentukan simpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

s2=n

fixi2−

(

fixi

)

2

n(n−1) (Sudjana, 1996 : 95) Keterangan:

n = Banyaknya sampel

f

i = Menyatakan frekuensi untuk nilai

x

i yang bersesuaian

x

i = Menyatakan nilai ujian

c.Untuk menentukan simpangan baku gabungan dari kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:

s=

(

n1−1

)

s

12+

(

n2−1

)

s22

n1+n2−2 (Sudjana, 1996 : 239)

Keterangan: s

12 = varians kelas eksperimen s

22 = varians kelas kontrol

n1 = Banyaknya sampel kelas eksperimen n2 = Banyaknya sampel kelas kontrol d. Menghitung nilai t dengan rumus sebagai berikut:


(13)

t= x1+x2

s

1 n1+

1

n2 (Sudjana, 1996 : 239) Keterangan:

x

1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen

x

2 = Nilai rata-rata kelas kontrol

n1 = Banyaknya sampel kelas eksperimen n2 = Banyaknya sampel kelas kontrol

Setelah nilai thitung diketahui berikutnya perlu diperiksa signifikansinya. Menurut Faisal (1989: 209) dalam pemeriksaan signifikansi tersebut terdapat 3 tahap yaitu: mengidentifikasi angka tingkat kebebasan yang sesuai, menentukan harga kritik t berdasarkan tabel harga kritik, menyatakan hasil pengujian signifikansi tersebut.

Untuk menghitung derajat kebebasan/tingkat kebebasan menggunakan rumus sebagai berikut :

db = N1 + N2 – 2

Nilai t yang dinyatakan dengan nilai thitung yang nantinya dikonversikan dengan ttabel (dengan terlebih dahulu menghitung derajat kebebasan) yang apabila :

thitung ≥ ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak thitung ≤ ttabel maka H1 ditolak dan H0 diterima.


(1)

X2 = Jumlah kuadrat variabel X

Y2 = Jumlah kuadrat variabel Y

X

¿2 ¿

= Jumlah variabel X dikuadratkan

Y

¿2 ¿

= Jumlah variabel Y dikuadratkan

N = Jumlah responden

Setelah diperoleh rxy maka langkah selanjutnya adalah menguji valid tidaknya suatu soal. Suatu soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel dengan taraf signifikan 5%. Kemudian mengadakan interpretasi mengenai koefisien korelasi tersebut ke kriteria yang telah ditetapkan. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:

0,800<rxy1,000 : Sangat Tinggi 0,600<rxy0,800 : Tinggi

0,400<rxy0,600 : Cukup 0,200<rxy0,400 : Rendah

0,000<rxy0,200 : Sangat Rendah

Menurut penafsiran penulis 0,000<rxy0,200 seharusnya 0,000≤rxy0,200 . Dalam penelitian ini menggunakan interpretasi dari sangat rendah, rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi.

b. Reliabilitas Tes

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2002:


(2)

154). Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal-soal adalah rumus alpha sebagai berikut:

r11=

(

K

K−1

)

(

1−

σb2

σt

2

)

(Arikunto, 2002 : 171) Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

σb2 = jumlah varians butir

σt2 = varians total

k = banyaknya butir pertanyaan

Dengan data yang tertera dalam tabel, dicari varians tiap-tiap soal dahulu kemudian dijumlahkan dengan rumus yang kita kenal yaitu:

σ2=

X2−

(

X

)

2 N

N (Arikunto, 2002: 160)

Keterangan:

σ2 : Varians

X

2 : Jumlah Kuadrat Skor Butir

(

X

)

: Jumlah Skor Butir

N : Jumlah Siswa

Setelah memperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya yaitu mengkonsultasikan dengan tabel r-product moment (taraf


(3)

c. Tingkat kesukaran

Untuk mengukur tingkat kesukaran dalam intrumen penilaian, maka rumus yang digunakan yaitu:

Tk

=

n

N

×

100

0

0

(Arikunto, 2003: 147) Keterangan:

Tk : Tingkat kesukaran

n : Jumlah responden yang mendapatkan skor dibawah setengah skor maksimum

N : Jumlah responden.

Tes dapat dianggap baik apabila memiliki tingkat kesukaran 10% hingga 90% dengan syarat tingkat kesukaran yang diperoleh bersifat keterangan.

d. Daya Beda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2002 : 211).

Untuk mengetahui daya pembeda dari soal subjektif digunakan rumus sebagai berikut:

D=NANB

Nt ×100 (Joni, 1984 : 43) Keterangan:

D = Daya Beda

NA = Total nilai rill yang diperoleh kelompok atas NB = Total nilai riil yang diperoleh kelompok bawah


(4)

N

t = Nilai total maksimum yang diperoleh kelompok atas dan bawah.

Mengenai daya pembeda menurut Joni (1984 : 43) menyatakan bahwa ”hal yang tidak bisa diampuni adalah soal-soal dengan indeks D yang negatif, sebab dalam melaksanakan tugasnya soal-soal semacam ini telah melakukan kekeliruan yang sangat besar yaitu salah tunjuk”.

D : negatif semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis. Dalam menganalisis data ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen murni, dimana analisis penelitian ini dilakukan dengan angka-angka, pengolahan statistik.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data statistik yaitu data uji-t untuk menentukan ada tidaknya pengaruh model pembelajaran intreaktif dengan strategi peta konsep (kelas eksperimen) terhadap prestasi belajar matematika dan dengan yang tidak menerapkan model pembelajaran intreaktif dengan strategi peta konsep (kelas kontrol).

Langkah-langkah dalam perhitungan rumus uji-t adalah sebagai

berikut:

a. Menentukan nilai rata–rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan rumus :

X

=

ΣX


(5)

Keterangan :

X = nilai rata- rata ∑X = jumlah nilai N = banyak sampel

b. Pangkat dua dari simpangan baku dinamakan varians. Untuk menentukan simpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

s2=n

fixi2−

(∑

fixi

)

2

n(n−1) (Sudjana, 1996 : 95) Keterangan:

n = Banyaknya sampel

f

i = Menyatakan frekuensi untuk nilai

x

i yang bersesuaian

x

i = Menyatakan nilai ujian

c.Untuk menentukan simpangan baku gabungan dari kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:

s=

(

n1−1

)

s

12+

(

n2−1

)

s22

n1+n2−2 (Sudjana, 1996 : 239) Keterangan:

s

12 = varians kelas eksperimen

s

22 = varians kelas kontrol

n1 = Banyaknya sampel kelas eksperimen n2 = Banyaknya sampel kelas kontrol


(6)

t= x1+x2 s

1

n1+

1

n2 (Sudjana, 1996 : 239) Keterangan:

x

1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen

x

2 = Nilai rata-rata kelas kontrol

n1 = Banyaknya sampel kelas eksperimen n2 = Banyaknya sampel kelas kontrol

Setelah nilai thitung diketahui berikutnya perlu diperiksa signifikansinya. Menurut Faisal (1989: 209) dalam pemeriksaan signifikansi tersebut terdapat 3 tahap yaitu: mengidentifikasi angka tingkat kebebasan yang sesuai, menentukan harga kritik t berdasarkan tabel harga kritik, menyatakan hasil pengujian signifikansi tersebut.

Untuk menghitung derajat kebebasan/tingkat kebebasan menggunakan rumus sebagai berikut :

db = N1 + N2 – 2

Nilai t yang dinyatakan dengan nilai thitung yang nantinya dikonversikan dengan ttabel (dengan terlebih dahulu menghitung derajat kebebasan) yang apabila :

thitung ≥ ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak