ANALISIS PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS DAN MOTIVASI MANAJEMEN LABA TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
ABSTRACT
ANALYSIS THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, PROFITABILITY AND EARNINGS MANAGEMENT MOTIVATIONS TO EARNINGS MANAGEMENT PRACTICE (Case Study of Manufacturing Company listed in The Indonesian Stock Exchange)
By : FENI TRI MINARNI
This research objective is to examine the influence of good corporate governance mechanism, profitability and earnings management motivations to Earnings Management Practice. Good corporate governance mechanism includes audit committee independent, managerial ownership, board commissioner independent, and institutional ownership. Profitability and Earnings management motivations includes bonus plan motivation, debt covenant motivation, and political cost motivation. Earnings management measured with modified Jones model. The sample used in this research is 14 manufacture firms listed in The Indonesian Stock Exchange at period 2009-2013.
The result of this research indicates that, this research find influence of institutional ownership,Profitability and bonus plan motivation to earnings management practice,but cannot find influence of audit committee independent, managerial ownership,board commissioner independent, debt covenant and political cost motivation to earnings management practice.
Keywords : good corporate governance mechanism, audit committee independent, managerial ownership, board commissioner independent,
institutional ownership, profitability, earnings management motivations, bonus plan motivation, debt covenant motivation, political cost motivation and
(2)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS DAN MOTIVASI MANAJEMEN LABA TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA (Studi Kasus pada
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) By : FENI TRI MINARNI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance,profitabilitas dan motivasi manajemen laba terhadap praktik
manajemen laba. Mekanisme good corporate governance terdiri dari komite audit independen, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, dan
kepemilikan institusional. Profitabilitas dan Motivasi manajemen laba terdiri dari motivasi rencana bonus, motivasi perjanjian hutang, dan motivasi biaya politik. Manajemen laba diukur dengan menggunakan model Jones modifikasian. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 14 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009-2013. Hasil penelitian ini menemukan bukti bahwa, penelitian ini dapatmenemukan adanya pengaruh kepemilikan institusional, profitabilitas dan motivasi bonus terhadap manajemen laba, namun tidak dapat menemukan adanya pengaruh komite audit independen, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, motivasi perjanjian hutang dan motivasi biaya politis terhadap praktik manajemen laba.
Kata kunci : Mekanisme good corporate governance, komite audit independen, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen,
kepemilikan institusional, profitabilitas, motivasi manajemen laba, motivasi rencana bonus, motivasi perjanjian kredit,motivasi biaya politis, dan praktik manajemen laba.
(3)
ANALISIS PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS DAN MOTIVASI MANAJEMEN
LABA TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA
( Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2009-2013)
Oleh Feni Triminarni
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada Jurusan Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Dusun II Tulusrejo, Desa Badran Sari Kec. Pekalongan, Kab. Lampung Timur pada tanggal 07 Februari 1993 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sutejo dan Ibu Romlah.
Pendidikan formal diawali pada tahun 1999 di SDN 2 Tulus Rejo dan diselesaikan tahun 2006. Setelah itu melanjutkan jenjang sekolah di SMP Negeri 1
Pekalongan dan selesai pada tahun 2008, serta meneruskan pendidikan di SMA Negeri 3 Metro dan lulus pada tahun 2011.
Tahun 2011 terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Undangan. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Bidikmisi selama masa perkuliahan. Penulis juga aktif dalam UKM-F Himakta dari tahun 2011 hingga tahun 2013.
Selanjutnya tahun 2014 juga mengikuti Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) di Desa Banjar Masin, Lampung Selatan.
(8)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, Karya ini ku persembahkan kepada:
-Mamak Terkasih-
Atas do’a dan bimbingannya serta kasih sayang penuh yang diberikannya, dengan kesabarannya pula mendidikku dengan begitu banyak pelajaran
hidup, Alhamdulillahi Jazakillahu Khairon. -Rommo Tersayang-
Atas semangat yang tak kenal lelah, atas perjuangan yang tak tertandingi, motivator terbaik dalam hidupku, lelaki penuh tanggung jawab dan takdir
terbaik dalam hidup penulis, Alhamdulillahi Jazakaullohu Khairon. -Mbak Tari dan Mas Sigit-
Atas motivasi dan semangat yang diberikan kepada penulis, atas nasehat hidup yang menjadi bara dalam menyulut api semangat penulis,
Alhamdulillahi Jazakumullahu Khairon. -Sahabat dan Teman Terbaik-
Terima kasih atas dukungan, do’a, semangat, motivasi dan bantuan yang
diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. -Almamater tercinta jurusan-
(9)
MOTO
Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah
kepada Tuhanmu
(Q.S Al Insyirah : 6-8)
H orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
(Al-Baqarah: 153)
Be The Best, By Do Your Best - Feni Triminarni -
A y w
– Lao Tzu -
Berjuanglah! Tiada sampai kau ke Puncak tanpa pendakian - Feni Triminarni –
Aku Datang, Aku Berjuang, Aku Bimbingan, Aku Pendadaran, Aku Revisi Aku MENANG
(10)
SANWACANA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan semua ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance,
Profitabilitas dan Motivasi Manajemen Laba terhadap Praktik Manajmen Laba” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Hi. SatriaBangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt. sebagai Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si sebagai Sekertaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., Msi. sebagai dosen Pembimbing Akademik dan sebagai dosen Pembimbing utama, atas bimbingan, masukan, arahan dan nasihat yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi.
(11)
proses penyelesaian skripsi.
6. Ibu Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt. selaku dosen penguji, atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Ekonomi Pembangunan atas semua
bimbingan, pengajaran, pelayanan, dan bantuan yang telah diberikan.
8. Orang tuaku Tercinta, Rommo Sutejo dan Siti Romlah, kakak-kakakku atas semua limpahan kasih sayang, dukungan doa, dan perjuangannya yang tak kenal lelah.
9. Sahabatku yang selalu menyemangatiku dikala susah dalam rangka menyelesaikan skripsi ini, Eka Yulianti, Santi Septian, Sokel, Kepon Kesayangan, peghuni Jokam A, B, C dan D, Jokam Rajabasa, Ab2l Rjbs. 10.Ibu Neng Guru tercinta dan Mas Gun atas bantuannya yang sangat luar biasa,
Teman-teman AKT 2011 yang tidak bisa disebutkan satu per satu karena telah memberikan banyak warna dikehidupan penulis.
11.Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bandar Lampung, 22 Juni 2015 Penulis,
(12)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...i
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...6
1.3 Tujuan Penelitian...6
1.4 Manfaat Penelitian...7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori... 9
2.1.1 Agency Theory.. ... 9
2.1.2 Good Corporate Governance... 11
2.1.3 Profitabilitas... 16
2.1.4 Manajemen Laba... ... 16
2.1.5 Motivasi Manajemen Laba... 17
2.2 Penelitian Terdahulu... 19
2.3 Kerangka Teoritis...24
(13)
3.1.1 Jenis dan Sumber Data ... 35
3.1.2 Populasi dan Sampel... 36
3.1.3 Definisi Operasional Variabel... 36
3.2 Metode Analisis Data... 40
3.2.1 Statistik Deskriptif... ... 41
3.2.2 Uji Asumsi Klasik... 42
3.2.3 Analisis Regresi... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 46
4.1.1 Data Penelitian... 46
4.1.2 Statistik Deskriptif... 47
4.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 48
4.1.3.1 Hasil Uji Normalitas ... 49
4.1.3.2 Hasil Uji Multikolinearitas... 50
4.1.3.3 Hasil Uji Heterokedastisitas... 51
4.1.3.4 Hasil Uji Autokorelasi... 52
4.1.4 Hasil Uji Hipotesis... 52
4.2 Pembahasan... 56
4.2.1 Good Corporate Governance dan Praktik Manajemen Laba... 56
4.2.2 Profitabilitas dan Praktik Manajemen Laba... 59
4.2.3 Motivasi Manajemen Laba dan Praktik Manajemen Laba... 60
(14)
5.2 Keterbatasan...65 5.3 Saran...65 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembangnya pasar modal di Indonesia, perusahaan dituntut untuk melakukan performa yang baik atas kinerja keuangannya. Hal itu dilakukan untuk memberikan informasi kepada pihak investor mengenai informasi masa lalu dan masa kini sebagai bahan pertimbangan sebelum menanamkan modalnya. Namun, banyak dari manajemen melakukan kecurangan atas laporan keuangan yang diterbitkannya. Informasi yang diberikan tidak semuanya akurat, manajemen melakukan intervensi dengan insentif tertentu, guna membuat seolah-oleh kinerja keuangannya baik, sehingga menaikan nilai harga saham perusahaan. Tindakan intervensi inilah yang disebut Manajemen laba, yang mengurangi kualitas dan relevansi laporan keuangan. Manajemen laba merupakan metode yang
menguntungkan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk mengelola laba demi mendapatkan keuntungan. Laba merupakan salah satu ukuran keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Kinerja ini dapat dilihat melalui profitabilitas. Kartini dan Arianto (2007) menjelaskan Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Djamaluddin et al. (2008) menjelaskan motivasi manajemen laba meliputi bonus plan, debt convenant, dan political cost.
(16)
Manajer mengelola laba karena termotivasi pada intensif dan bonus serta pembayaran pajak maupun intervensi pemerintah dan parlemen yang menimbulkan biaya politik.
Untuk menjamin kelangsungan dari pasar modal, pengawas pasar modal perlu meningkatkan pengawasan kepada para pelaku investasi. Salah satunya dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good corporate Governance). Siallagan dan Machfoedz (2006) menjelaskan Good corporate Governance mengharuskan manajer mempunyai laporan konkrit mengenai kondisi perusahaan, hal itu juga sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak manajemen kepada para stakeholder. Good corporate Governance mengutamakan prinsip transparansi sehingga, dengan adanya transparansi dapat terlihat tata kelola perusahaan dari manajemen apakah terjadi perilaku opportunistik atau tidak, juga untuk memastikan kesalahan-kesalahan signifikan yang dapat merugikan perusahaan tidak terjadi.
Good corporate Governance juga dapat mengendalikan hubungan antara Manajer dan pemilik perusahaan, dalam praktiknya seringkali manajer menemukan
benturan kepentingan antara dirinya dan pemilik sehingga menimbulkan konflik, benturan-benturan kepentingan ini disebut Agency Theory. Mekanisme good corporate governance memiliki beberapa indikator yaitu komite audit, kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, dan kepemilikan institusional.
Keberadaan Komite Audit dalam suatu perusahaan merupakan salah satu kriteria penilaian pelaksanaan Good corporate Governance di perusahaan. Komite Audit
(17)
harus memiliki kompetensi dan independensi dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan. Tugas komite audit adalah untuk memeriksa pertanggungjawaban keuangan direksi perusahaan kepada para pemegang saham ( Purwandari, 2011). Kepemilikan manajerial sebagai salah satu komponen Good corporate
Governance turut berperan penting dalam mengatasi manajemen laba. Dewan direksi berperan sebagai agen dalam perusahaan, sehingga perusahaan bergantung pada dewan direksi untuk mengelola perusahaan agar lebih baik. Pengelola perusahaan (direksi) bertanggung jawab secara langsung terhadap jalannya kegiatan operasional perusahaan. Direksi menjalankan kegiatan operasional perusahaan berdasarkan atas kewenangan yang diterima dari pemilik perusahaan (agency relationship). Di dalam menjalankan kewenangannya, direksi seharusnya bertindak sesuai kepentingan terbaik pemilik perusahaan. Direksi dapat
melakukan hal tersebut karena sebagai pihak yang secara langsung menjalankan kegiatan perusahaan, mereka memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan pemilik perusahaan (Hapsoro, 2008). Oleh karena itu, diperlukan adanya komisaris independen disamping dewan komisaris yang ada. Peran komisaris independen adalah memonitor kebijakan direksi yang diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang muncul antara dewan direksi dan pemegang saham (Agustia, 2013), komisaris independen bertanggung jawab untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, dan memberikan nasihat kepada direksi jika diperlukan.
Monitoring yang dilakukan oleh investor institusional dipandang menjadi alat yang efektif bagi perusahaan. Dengan adanya monitoring tersebut, memungkinkan
(18)
laporan keuangan lebih dapat dipertanggungjawabkan dan reliable sehingga tingkat kepercayaan publikpun meningkat. Manajer menyadari bahwa investor institusional tidak seperti investor lain yang mudah diperdaya, mereka dapat melakukan analisa lebih bagus sehingga manajemen memilih untuk tidak melakukan manajemen laba. Hal itu dikarenkan para investor institusional mempunyai kesempatan, sumber daya dan kemampuan untuk melakukan
pengawasan, menertibkan dan mempengaruhi para manajer perusahaan dalam hal tindakan oportunistik manajemen, Nuraini A. dan Sumarno Zain ( 2007) dalam Purwandari (2011).
Kaihatu (2006) melakukan penelitian terhadap mekanisme GCG dan
penerapannya di Indonesia. Dia mengungkapkan dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanaan Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memiliki Corporate Culture sebagai inti dari Corporate Governance. Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara benar. Dengan melakukan penelitian pengaruh Good corporate governance, profitabilitas dan motivasi manajemen laba diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada stakeholders untuk dapat menilai perilaku manajemen dalam motivasinya memanajemen laba, penelitian ini juga dapat digunakan oleh pemerintah dalam menilai perusahaan-perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan-perusahaan manufaktur, mengapa perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagian besar belum memiliki corporate culture yang baik.
(19)
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novrianto (2008) yang meneliti Pengaruh Mekanisme Good corporate
Governance dan Motivasi Manajemen Laba terhadap Praktik Manajemen Laba. Mekanisme Good corporate Governance Terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan Proporsi komite audit. Motivasi manajemen laba terdiri dari motivasi rencana bonus, motivasi perjanjian hutang, dan motivasi biaya politik. Manajemen laba diukur dengan menggunakan model Jones modifikasian.
Penelitian ini selanjutnya menggunakan pengembangan variabel lainnya yaitu profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Asset, periode laporan keuangan yang diambil berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu berkisar antara tahun 2009 hingga 2013 yang tercakup 5 periode laporan keuangan perusahaan yang dianggap cukup dan relevan oleh penulis.
Penulis mengambil sampel dengan purposive sampling pada perusahaan manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) karena perusahaan-perusahaan manufaktur merupakan perusahaan-perusahaan dalam taraf perusahaan-perusahaan besar yang menyokong perekonomian negara. Pada lingkup manufaktur ini diketahui
munculnya banyak pemain baru yang meningkatkan persaingan baik oleh pemain baru maupun pemain lama, sehingga kemungkinan untuk melakukan aktivitas manajemen laba sangat besar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan penerapan good corporate governance, Profitabilitas, dan Motivasi Manajemen Laba dalam rangka pengelolaan perusahaan, terutama yang terkait dengan usaha meminimalkan
(20)
praktik manajemen laba. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan judul yang sesuai untuk penelitian ini adalah,“ANALISIS PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS DAN
MOTIVASI MANAJEMEN LABA TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA: Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah mekanisme good corporate governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan Proporsi komite audit berpengaruh terhadap praktik manajemen laba?
2. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap praktik manajemen laba? 3. Apakah motivasi manajemen laba yang terdiri dari motivasi rencana
bonus, motivasi perjanjian hutang, dan motivasi biaya politik berpengaruh terhadap praktik manajemen laba?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh mekanisme good corporate governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen, dan Proporsi komite audit terhadap praktik manajemen laba.
(21)
2. Menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap praktik manajemen laba. 3. Untuk mengetahui pengaruh motivasi manajemen laba yang terdiri dari motivasi rencana bonus, motivasi perjanjian hutang, dan motivasi biaya politik terhadap praktik manajemen laba.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, pemerintah, manajemen Perusahaan Manufaktur, maupun peneliti lain.
1. Peneliti
Digunakan sebagai referensi untuk menambah wawasan mengenai pengaruh mekanisme Good corporate governance, profitabilitas dan Manajemen Motivasi terhadap praktik manajemen laba perusahaan dan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian selanjutnya dalam bidang dan kajian yang serupa.
2. Entitas dan Stakeholder
Bagi entitas dan stakeholder dapat menjadi alat bantu yang memberikan gambaran mengenai pengaruh mekanisme Good corporate governance, profitabilitas dan Manajemen Motivasi terhadap praktik manajemen laba perusahaan sekaligus sebagai masukan atau bahan pertimbangan untuk melakukan investasi.
(22)
3. Masyarakat
Bagi masyarakat dapat menjadi informasi yang berguna tentang pengaruh mekanisme Good corporate governance, profitabilitas dan Manajemen Motivasi terhadap praktik manajemen laba perusahaan pada perusahaan. 4. Bagi Pemerintah
Penelitian ini akan memberikan kontribusi kepada pemerintah selaku penentu kebijakan publik dalam kaitannya dengan pengambilan kebijakan mengenai pengaruh mekanisme Good corporate governance, profitabilitas dan
Manajemen Motivasi terhadap praktik manajemen laba perusahaan, sebagai upaya untuk mengawasi praktik manajemen laba yang tidak baik pada suatu perusahaan.
5. Bagi Manajemen perusahan
Penelitian ini akan memberikan sumbangan kepada Manajemen perusahaan Manufaktur untuk dapat merencanakan pengembangan perusahaan.
(23)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Watts & Zimmerman, (1990) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agent sebagai pertanggung jawaban kinerjanya, principal dapat menilai,
mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen.
Dalam perusahaan dimana terdapat pemisahan antara pemilik sebagai principal dan manajer sebagai agent yang menjalankan perusahaan maka akan muncul permasalahan agensi (agency problem) karena masing-masing pihak akan selalu berusaha untuk memaksimalkan fungsi utilitasnya tersebut. Kedua belah pihak, principal dan agent diasumsikan selalu bertindak secara rasional sesuai dengan kepentingan ekonomis masing-masing. Keinginan untuk memaksimalkan manfaat ekonomi masing-masing akan menimbulkan benturan kepentingan (conflict of interest). Principal diasumsikan selalu ingin memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi seperti laba perusahaan dan berani menanggung risiko atau paling tidak
(24)
risk neutral. Agent diasumsikan selalu mementingkan dirinya sendiri dan menghindari risiko (risk averse). Menurut Jensen & Meckling (1976) perbedaan tujuan antara principal dan agent tersebut memungkinkan agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai pekerjaan dibanding principal, dan principal tidak dapat mengukur output yang dihasilkan agent secara akurat. Hal ini disebabkan adanya asymetry information.
Teori keagenan juga dilandasi oleh beberapa asumsi (Eisenhardt, 1989). Asumsi-asumsi tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, yakni Asumsi-asumsi tentang sifat manusia, asumsi keorganisasian dan asumsi informasi. Asumsi sifat manusia menekankan pada manusia yang memiliki sifat mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian adalah konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktifitas dan adanya asymetry
information antara principal dan agent. Asumsi informasi adalah bahwa informasi sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Menurut Widyaningdyah (2001) agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agen. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agen termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas CEO
(25)
sehari-hari untuk memastikan bahwa CEO bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham.
Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi jika pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang berbeda. Secara khusus teori keagenan membahas tentang adanya hubungan keagenan, dimana suatu pihak tertentu (principal) mendelegasikan pekerjaan kepada pihak lain (agent) yang melakukan perkerjaan.
2.1.2 Good corporate governance (GCG)
Ada banyak definisi good corporate governance, namun secara harfiah
good corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang baik, tetapi secara definitif dapat dijabarkan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
Agustia (2013) menyatakan:
“Tata kelola perusahaan mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan.”
Herawaty (2008) menyatakan Corporate Governance adalah :
“Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan
meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham..”
2.1.2.1 Prinsip Good corporate governance
Terdapat lima prinsip yang terkandung dalam Good corporate governance yang disebutkan dalam Pedoman Umum Good corporate governance Indonesia, yaitu:
(26)
1. Kerterbukaan (transparancy)
Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas (accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Pertanggungjawaban (responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Kewajaran (fairness)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
(27)
5. Independensi (independency)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2.1.2.2 Tahap-tahap Penerapan Good corporate governance Menurut Chinn dan Shaw dalam Kaihatu (2006), pada umumnya perusahaan- perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan Good corporate Governance menggunakan tahap-tahap berikut:
a. Tahap Persiapan
Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama: 1) awareness building, 2) GCG assessment, dan 3) GCG manual building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti penting GCG dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok.
GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan kondisi perusahaan dalam penetapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik awal level penerapan GCG dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur
perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG secara efektif. Dengan kata lain, GCG assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi aspek- aspek apa yang perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk mewujudkannya.
(28)
GCG manual building adalah langkah berikut setelah GCG assessment dilakukan. Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun. Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ perusahaan dan manual untuk keseluruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai aspek, seperti:
1) Kebijakan GCG perusahaan
2) Pedoman GCG bagi organ-organ perusahaan 3) Pedoman perilaku
4) Audit commitee charter
5) Kebijakan disclosure dan transparansi 6) Kebijakan dan kerangka manajemen risiko 7) Roadmap implementasi
b. Tahap Implementasi
Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjutnya adalah memulai implementasi di perusahaan. Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama, yaitu: (Kaihatu, 2006)
1) Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai aspek yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan GCG. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada di bawah pengawasan
direktur utama atau salah satu direktur yang ditunjuk sebagai GCG champion di perusahaan.
(29)
2) Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang ada, berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down approach yang melibatkan Dewan Komisaris dan Direksi
perusahaan. Implementasi hendaknya mencakup pula upaya manajemen perubahan (change management) guna mengawal proses perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi GCG.
3) Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses bisnis perusahaan dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan GCG bukan sekedar di permukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial, tetapi benar-benar tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan.
c. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik GCG yang ada. Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan jasa audit yang demikian, dan di Indonesia ada beberapa perusahaan yang melakukan scoring. Evaluasi dalam bentuk assessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatory, misalnya seperti yang diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi dapat membantu perusahaan memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi GCG, sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan.
(30)
2.1.3 Profitabilitas Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba (Kartini dan Tulus Arianto, 2007). Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat perolehan laba. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri, Herni dan Yulius Kurnia Susanto dalam Purwandari (2011). Tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik dan pengawasan berjalan dengan baik, sedangkan dengan tingkat profitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa kinerja perusahaan kurang baik, dan kinerja manajemen tampak buruk di mata principal.
2.1.4 Manajemen Laba
Definisi manajemen laba dapat diartikan bermacam-macam , beberapa diantaranya adalah:
a) Dari sudut pandang etika, manajemen laba diartikan sebagai “any action on the part of management which affects reported income and which provides no true economic advantage to the organization and may in fact, in the long-term, be detrimental” (Merchant dan Rockness, 1994:79 dalam Gumanti, 2000). b) Manajemen laba (earning management) menurut Schipper (1989), sebagai
intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi.
Sekilas dari definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen laba senantiasa dikaitkan dengan upaya untuk memanage pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan-kepentingan tertentu yang dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi tertentu. Namun, manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih
(31)
dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi untuk mengatur keuntungan yang bisa dilakukan karena memang diperkenankan menurut prinsip yang berlaku umum (PSAK), Novrianto ( 2008).
2.1.5. Motivasi Manajemen Laba
Ada beberapa motivasi dan faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba:
1. Motivasi Rencana Bonus (Bonus Plan)
Kompensasi manajemen meliputi berbagai insentif yang berkaitan dengan kinerja. Sasarannya adalah untuk menciptakan kesesuaian kinerja, sehingga manajer akan menunjukkan kerja yang terbaik bagi perusahaan. Kompensasi keuangan meliputi gaji dan bonus. Bonus adalah jenis keuntungan tambahan yang diterima oleh seorang manajer di luar gaji mereka. Banyak perusahaan menggunakan kombinasi gaji dan bonus sebagai imbalan kinerja melalui penetapan tingkat gaji yang wajar dan pemberian bonus yang disesuaikan dengan perolehan laba perusahaan. Kompensasi yang didasarkan pada laba dapat menciptakan perilaku disfungsional, Scott (2000) dalam Novrianto (2008).
Hipotesis rencana bonus dalam caterisparibus, para manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk dapat menggunakan metode akuntansi yang dapat menggantikan metode earning dari periode mendatang ke periode sekarang (income smoothing), Watts dan Zimmerman (1990). Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba
(32)
tertinggi). Jika laba berada di bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan.
2. Motivasi Perjanjian Hutang (Debt Covenant)
Perjanjian utang adalah kesepakatan yang berisi syarat-syarat yang harus dilaksanakan oleh pihak penerima utang yang diajukan oleh pihak pemberi utang atau kreditor. Sedangkan utang adalah pengorbanan ekonomi yang mungkin terjadi dimasa depan, yang timbul dari kewajiban berjalan sebuah entitas tertentu, atau kewajiban yang ditimbulkan oleh transaksi atau kejadian masa lalu. Perusahaan yang memiliki kontrak utang maupun kontrak yang lain pasti berkeinginan untuk meminimalkan berbagai biaya kontrak yang terkait dengan kontrak-kontraknya (contracting theory), (Hoi dan Robin, 2004) . Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang, Watts dan Zimmerman (1990).
(33)
3. Motivasi Biaya Politik (Political Cost)
Political cost hypothesis berasumsi bahwa politikus atau pemerintah akan lebih memberikan perhatian yang besar pada perusahaan dengan laba yang tinggi, berkaitan dengan pelaksanaan peraturan atau undang-undang yang ada. Biaya politis muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen, Watts dan Zimmerman (1990) . Hipotesis biaya politik (the political cost hypothesis). Motivasi politik timbul karena manajemen memanfaatkan kelemahan akuntansi yang menggunakan estimasi akrual serta pemilihan metode akuntansi dalam rangka menghadapi berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, Scott (2000) dalam Barus dan Sembiring (2012).
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu
NO Nama, Tahun, Judul Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Tatang Ary Gumanti
(2000)
Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka
- Bukti-bukti empiris
menunjukkan bahwa praktik manajemen laba ditemui dalam banyak konteks. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa atau variabel-variabel ekonomi tertentu dapat dijadikan sebagai sarana untuk memanaje laba. 2 Agnes Utari
Widyaningdyah (2001)
Variabel Dependen: earnings management Variabel Independen: Reputasi auditor, Jumlah dewan direksi, Leverage, dan
Persentase saham
Hanya faktor leverage yang berpengaruh signifikan terhadap earnings
management. Hal ini berarti earnings management berkaitan dengan sumber dana eksternal khususnya
(34)
yang ditawarkan kepada publik saat IPO.
utang yang digunakan untuk membiayai kelangsungan perusahaan.
3 Gideon Sb. Boediono (2005)
Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur Variabel Dependen: Manajemen Laba dan Kualitas Laba. Variabel Independen: Mekanisme Corporate Governance: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Komposisi Dewan Komisaris.
(1.a) secara simultan pengaruh mekanisme kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris terhadap manajemen laba lemah;
(1.b) Pengaruh dari mekanisme kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris terhadap manajemen laba sebagian semi kuat, lemah dan sangat lemah.
(2a) secara simultan pengaruh mekanisme kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris dan manajemen laba pada kualitas laba semi kuat; (2.b) sebagian pengaruh
mekanisme kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komposisi dewan komisaris dan
manajemen laba pada kualitas laba lemah, lemah, lemah dan masing-masing sangat lemah. 4 Thomas S. Kaihatu
(2006)
Good corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia
- Rendahnya pemahaman terhadap arti penting dan strategisnya penerapan prinsip-prinsip GCG oleh pelaku bisnis di Indonesia. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi
penerapan GCG di Indonesia. 5 Hamonangan Siallagan
dan Mas’ud Machfoedz
(2006)
Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan
Variabel Dependen: Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Variabel Independen: Kepemilikan
Manajerial, dewan Komisaris dan Komite
(1) Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kualitas laba,
(2) Dewan Komisaris secara negatif mempengaruhi kualitas laba,
(35)
Audit. berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Kedua, kualitas laba secara positif
mempengaruhi nilai perusahaan. Ketiga, mekanisme tata kelola perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan. Akhirnya, hasilnya menunjukkan bahwa kualitas laba bukan variabel intervening antara
mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan.
6 Muh. Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka (2007) Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan ( Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur ) Variabel Dependen: manajemen laba Variabel Independen: Kepemilikan institusional, Kepemilikan manajerial, Proporsi dewan komisaris independen dan Ukuran dewan komisaris
(1) kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
manajemen laba,
(2) kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba,
(3) adanya dewan komisaris independen memiliki berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba,
(4) ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba, (5) secara simultan dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba, dan (6) manajemen laba
berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. 7 Kartini dan Tulus
Arianto (2007) Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva Dan Ukuran Variabel Dependen: Struktur modal Variabel Independen: Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva struktur kepemilikan, pertumbuhan aktiva, dan ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan atau diterima. Hanya profitabilitas tidak terbukti sehingga
(36)
Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur
dan Ukuran Perusahaan.
ditolak. Sedangkan hasil uji F menunjukkan bahwa variabel bebas berpengaruh terhadap pentingnya untuk Struktur Modal perusahaan dalam taraf signifikansi 5%, dan variabel ukuran perusahaan dalam tingkat signifikansi 10%.
8 Subekti Djamaluddin, Rahmawati dan Handayani Tri Wijayanti (2008) Analisis Perubahan Aktiva Pajak Tangguhan Dan Kewajiban Pajak Tangguhan Untuk Mendeteksi Manajemen Laba Variabel Dependen: laba menurun Variabel Independen: kewajiban pajak tangguhan bersih, komponen kewajiban pajak tangguhan bersih dan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan dalam kewajiban pajak tangguhan bersih (NDTL) dapat
digunakan untuk mendeteksi pendapatan pengelolaan untuk menghindari penurunan laba. Dan
perubahan dalam komponen kewajiban pajak tangguhan yang berkaitan dengan pendapatan dan beban akrual dan cadangan, kompensasi, depresiasi aset berwujud, penilaian aset lainnya, item micsellaneous, dan perubahan dalam penyisihan aktiva pajak tangguhan tidak dapat digunakan untuk mendeteksi laba manajemen untuk menghindari penurunan laba. 9 Ananta Dimaz
Novrianto (2008) Pengaruh Mekanisme Good corporate Governance Dan Motivasi Manajemen Laba Terhadap Praktik Manajemen Laba Variabel dependen: Praktik Manajemen Laba Variabel independen: Good corporate Governance dan Motivasi Manajemen Laba
dewan komisaris independen, motivasi perjanjian kredit, dan motivasi biaya politis berpengaruh secara signifikan terhadap praktik manajemen laba. Disisi lain, penelitian ini tidak dapat menemukan adanya pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit independen dan motivasi bonus terhadap praktik manajemen laba. 10 Indri Wahyu
Purwandari (2011) Analisis Pengaruh Mekanisme Good corporate Governance,
Variabel Dependen : Manajemen Laba Variabel Independen: Good corporate governance,
Variabel komite audit,
kepemilikan institusional, dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.
(37)
Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Praktik Manajemen Laba (Earning Management) Profitabilitas dan Leverage
Hasil ini membuktikan bahwa komite audit, kepemilikan institusional dan profitabilitas mampu mengurangi tindakan manajemen laba. Sedangkan variabel ukuran dewan direksi, proporsi komisaris independen dan leverage tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. 11 Dian Agustia (2013)
Pengaruh Faktor Good corporate Governance, Free Cash Flow, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Variabel Dependen: Manajemen Laba Variabel Independen: good corporate governance, free cash flow dan rasio
leverage.
Semua komponen good corporate governance (ukuran komite audit, proporsi komite audit independen, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial) tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan leverage
berpengaruh, free cash flow berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti perusahaan dengan free cash flow yang tinggi akan membatasi praktik manajemen laba.
(38)
2.3 Kerangka Teoritis
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya berikut ini merupakan Kerangka teoritis yang tersaji dalam gambar berikut:
Gambar 1
Bagan Kerangka Teori Penelitian
2.4 Rumusan Hipotesis
2.4.1. Good corporate Governance dan Praktik Manajemen Laba Siallagan dan Machfoedz (2006), menyebutkan bahwa pemisahan
Manajemen Laba Profitabilitas
Motivasi Biaya Politik Motivasi Perjanjian
Hutang Motivasi Rencana
Bonus Kepemilikan
Institusional Proporsi Komisaris
Independen Kepemilikan
Manajerial Proporsi Komite
Audit
H 1 H 2 H 3 H 4 H 5 H 6 H 7
(39)
kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan “agency conflict”
diantara principal dengan agent. Salah satu mekanisme yang diharapkan dapat mengontrol biaya keagenan yaitu dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Perumusan hipotesis didasarkan pada empat indikator mekanisme corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan adalah sebagai berikut:
2.4.1.1. Proporsi Komite Audit dan Praktik Manajemen Laba
Chtourou et al., (2001) dalam Klein (2006) memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk komite audit melaporkan laba
dengan kandungan akrual diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit, sehingga keberadaan komite audit dapat mengurangi aktivitas earning management.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susiana dan Arleen Herawaty (2007) yang menyatakan bahwa komite audit independen menjadi salah satu faktor dalam mendeteksi manajemen laba, hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustia (2012) yang menyatakan bahwa proporsi komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Penambahan anggota komite audit akan cenderung meningkatkan proses pengawasan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan menjadi lebih sesuai dengan standar yang berlaku umum, sehingga dapat mengurangi praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajer.
(40)
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Proporsi komite audit berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba.
2.4.1.2 Kepemilikan Manajerial dan Praktik Manajemen Laba Shleifer dan Vishny (1986) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006)
menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan
manajemen rendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen, sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sekaligus sebagai seorang pemilik.
Penelitian Terdahulu yang dilakukan oleh Ujiyantho dan Bambang (2007) menunjukan adanya pengaruh negatif kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba pada Perusahaan go publik Sektor Manufaktur, hal ini dikarenakan ketika manajer juga memiliki porsi kepemilikan, maka mereka akan bertindak sama seperti pemegang saham umumnya dan memastikan bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan wajar dan mengungkapkan kondisi riil perusahaan. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Agustia (2013) variabel kepemilikan manajerial tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba.
(41)
Salah satu cara mengurangi benturan kepentingan yang telah dijelaskan pada agency theory adalah dengan pemberian bondy shares kepada pihak
manajemen. Dengan kepemilikan saham manajerial yang semakin besar, diharapkan akan menurunkan praktik manajemen laba.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
2.4.1.3 Proporsi Komisaris Independen dan Praktik Manajemen Laba komisaris independen adalah orang yang tidak memiliki hubungan dengan perusahaan maupun afiliasinya seperti anak perusahaan atau induk perusahaan. Hubungan afiliasi ini dapat mempengaruhi independensi dari penilaian atas keputusan yang diambil, Bapepem (2010). Keberadaan Komisaris Independen diharapkan akan dapat lebih efektif dalam melakukan pengawasan kepada pihak manajemen, sehingga diharapkan dapat mengurangi praktik earning management, Murhadi, Werner R. (2009).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Agustia (2013) menyatakan bahwa komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, penelitian lain yang dilakukan oleh Oktovianti, T. and Agustia, D. (2012) menyatakan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba.
Tugas dari komisaris sendiri adalah melakukan pengawasan dan memastikan perusahaan telah melaksanakan good corporate governance dengan baik.
(42)
Sejalan dengan tugasnya itu dewan komisaris dibagi menjadi dua yaitu
independen dan tidak independen. Dewan komisaris independen adalah dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan afiliasi dengan manajemen maupun perusahaan itu sendiri. Proporsi komisaris independen yang semakin besar diharapkan akan menurunkan praktik manajemen laba yang dilakukan pihak manajerial, karena tidak adanya hubungan afiliasi diantara keduanya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H3: Proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
2.4.1.4 Kepemilikan institusional dan Praktik Manajemen Laba Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana pensiun dan Investment banking (Siregar dan utama, 2005). Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Budiono, 2005). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ujiyantho dan Bambang (2007) menolak hipotesis yang menyatakan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan Widyastuti ( 2009) menyatakan Kepemilikan institusional mempunyai
(43)
pengaruh yang negatif terhadap praktik manajemen laba, semakin kecil persentase kepemilikan institusional maka semakin besar pula kecenderungan pihak manajer dalam mengambil kebijakan akuntansi tertentu untuk
memanipulasi pelaporan laba.
Karena kepemilikan institusional dimiliki oleh institusi-institusi yang bergerak dibidang keuangan, maka institusi ini dapat memonitoring pergerakan
manajemen agar tidak melakukan praktik manajemen laba. Pemegang saham institusional tidak seperti pemegang saham pada umumnya, karena mereka tidak mudah dibohongi oleh laporan keuangan yang dimanipulasi. Oleh karena itu, dengan kepemilikan institusional yang semakin besar maka akan
memperkecil praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H4: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
2.4.2 Profitabilitas dan Manajemen Laba
Profitabilitas akan mempengaruhi manajer dalam melakukan tindakan manajemen laba (Salno dan Baridwan 2000 dalam Djamaluddin et al., 2008). Pihak principal cenderung menuntut manajemen untuk mencapai profitabilitas yang tinggi. Apabila manajemen mampu mencapai target dari principal, manajemen akan dianggap mempunyai kinerja baik. Manajemen cenderung akan melakukan aktivitas tersebut karena dengan laba yang rendah atau bahkan menderita kerugian, akan memperburuk kinerja manajemen di mata pemegang
(44)
saham atau principal, dan nantinya akan memperburuk citra perusahaan di mata publik.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Widyastuti (2009) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap praktik manajemen laba, penelitian ini dilakukan pada semua perusahaan yang list di BEI. Penelitian lain yang dilakukan oleh Guna (2010) juga menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba.
Tujuan utama suatu organisasi adalah mendapatkan laba yang tinggi, laba menjadi ukuran bagi manajemen apakah berkinerja baik atau tidak. Tuntutan dari principal untuk mendapatkan laba yng tinggi mendorong pihak manajerial melakukan manipulasi terhadap laba yang diperoleh guna mempertahankan citranya dimata principal. Sehingga, profitabilitas yang tinggi mengurangi praktik manajemen laba dan sebaliknya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H5: Terdapat pengaruh negatif profitabilitas terhadap manajemen laba.
2.4.3 Motivasi Manajemen Laba dan Praktik Manajemen Laba Achmad dkk., (2007), menyebutkan bahwa kehadiran motivasi dan
peluang merupakan insentif bagi manajer untuk mengelola laba. Berdasarkan sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh
motivasi manajer perusahaan, sehingga motivasi yang berbeda akan
(45)
Watts dan Zimmerman (1990) mengajukan 3 hipotesis motivasi manajemen laba meliputi bonus plan, debt covenant, dan political cost.
2.4.3.1 Motivasi Rencana Bonus dan Praktik Manajemen Laba
Bonus plan hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positif accounting theory. Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari Dewan Direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih, Watts dan Zimmerman (1990). Jika perusahaan memiliki kompensasi (bonus scheme), maka manajer akan cenderung melakukan tindakan yang mengatur laba bersih untuk dapat memaksimalkan bonus yang mereka terima. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah penting yaitu bogey dan cap. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Palestin (2008) yang menyatakan bahwa kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Novrianto ditahun yang sama Studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak menemukan bukti adanya pengaruh yang signifikan motivasi rencana bonus terhadap manajemen laba.
Jika pemilik menetepkan bonus untuk pihak manajemen yang telah bekerja dengan target dan kinerja yang baik, maka pihak manajemen akan terdorong untuk meningkatkan kinerja mereka sehingga akan mendapatkan bonus sebagai imbal jasa bagi mereka. Namun demikian, berkinerja dengan baik bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, terkadang pihak manajemen memanipulasi data
(46)
sehingga terlihat berkinerja baik untuk mendapatkan bonus. Semakin tinggi bonus yang diberikan maka akan semakin tinggi pula praktik manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H6: Peningkatan bonus manajemen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
2.4.3.2Motivasi Perjanjian Hutang dan Praktik Manajemen Laba.
Debt Convenant Hypothesis menyatakan bahwa manajer termotivasi melakukan manajemen laba untuk menghindari pelanggaran terjadinya perjanjian
utang. Perjanjian hutang merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh perusahaan untuk mempertahankan rasio-rasio yang umumnya dikaitkan dengan data akuntansi perusahaan, misalnya rasio hutang terhadap total aktiva. Semakin tinggi utang perusahaan maka syarat-syarat yang diajukan oleh kreditur dalam perjanjian kredit semakin ketat. Manajer akan menggunakan manajemen laba untuk memenuhi syarat-syarat yang diajukan oleh kreditur dan menghindari terjadinya pelanggaran perjanjian hutang yang memberatkan perusahaan, Novrianto (2008).
Penelitian Achmad dkk., (2007) menemukan bukti empiris pengaruh perjanjian kredit terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa manajer berupaya meningkatkan laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Tanomi (2012) hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa motivasi manajemen
(47)
laba yaitu perjanjian hutang berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, hal ini dilihat dari hasil uji F. Sedangkan melalui uji t, perjanjian hutang tidak terbukti berpengaruh terhadap praktik manajemen laba.
Agar tidak memberatkan beban perusahaan, perusahaan memilih untuk
meningkatkan incomnya sehingga tidak mendapatkan kesulitan atas perjanjian hutangnya. Peningkatan incom merupakan salah satu cara manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajerial. Jika tidak memperbaiki incom yang didapat, kemungkinan resiko, percepatan jatuh tempo, peningkatan suku bunga dan negoisasi ulang masa hutang bisa terjadi. Dengan motivasi tersebut,
meningkatnya hutang perusahaan maka semakin besar pula manajemen laba yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H7: Peningkatan hutang perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
2.4.3.3Motivasi Biaya Politik dan Praktik Manajemen Laba.
Watt dan Zimmerman (1990) berasumsi bahwa perusahaan besar secara politis, lebih besar melakukan transfer political cost dalam kerangka politic process, dibandingkan dengan perusahaan kecil. Proses politik menimbulkan biaya bagi perusahaan atau industri yang diyakini memperoleh keuntungan dari publik atau memperoleh laba sangat tinggi. Laba sangat tinggi mengakibatkan perusahaan ditekan agar menurunkan harga jual atau pemerintah meregulasi harga, Cahan (1992) dalam Novrianto (2008).
(48)
Hasil penelitian Achmad dkk., (2007) menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan diikuti dengan biaya politik semakin tinggi, maka manajer menggunakan discretionary accrual dengan menurunkan laba untuk
menghindari tuntutan penurunan harga jual atau tekanan regulasi pemerintah. Penelitian lainnya oleh Guna (2010) menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Jika laba yang dihasilkan oleh perusahaan tinggi maka perusahaan tersebut akan menjadi sorotan bagi media ataupun pemerintah, sehingga pelaksanaan undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku terlalu diawasi. Agar tidak dituduh melakukan pelanggaran undang-undang akibat laba yang terlalu tinggi, manajemen menangguhkan laba yang didapat ke periode yang akan datang sehingga laba yang didapat tidak terlalu tinggi. Pada perusahaan besar, pengungkapan atas laporan keuangannya lebih lengkap dibanding dengan perusahaan kecil, hal inilah yang dinanti oleh auditor, sehingga perusahaan cenderung melakukan praktik manajemen laba agar opini yang diberikan oleh auditor baik. Semakin besar ukuran perusahaan maka akan mendorong
manajemen laba yang semakin besar pula.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
(49)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari laporan keuangan perusahaan Manufaktur periode tahun 2009-2013 yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data dokumentasi yaitu data sekunder yang berupa annual report yang go public dan yang
dipublikasikan.
3.1.1 Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Indriantoro dan Supomo (2009) data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain) misalkan bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter. Menurut Indriantoro dan Supomo (2009) data dokumenter adalah data yang memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi, serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian.Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari data laporan keuangan dari perusahaan Manufaktur yang menjadi sampel. Data
(50)
diambil dalam periode antara tahun 2009-2013. Data bersumber pada Bursa Efek Indonesia (IDX).
3.1.2 Populasi dan Sampel
Menurut Indriantoro dan Supomo (2009) populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakterisktik tertentu.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 - 2013. Sampel diperoleh dengan purposive sampling yaitu memilih sampel dengan kriteria tertentu, sehingga sesuai dengan penelitian yang dirancang. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan yang selalu terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode
2009-2013.
2. Perusahaan yang terdaftar dalam sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. 3. Perusahaan yang selalu menyajikan data laporan keuangan selama periode 2009-2013.
4. Memiliki data-data yang lengkap. 3.1.3 Definisi Operasional Variabel
Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya,
berikut adalah variabel operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini. a) Variabel dependen
Manajemen Laba
Manajemen Laba merupakan suatu tindakan manajer yang memilih kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan yang spesifik dan kebijakan akuntansi yang dimaksud adalah penggunaan accrual dalam menyusun laporan keuangan . Earning Management dalam penelitian ini diukur dengan mengidentifikasi atau
(51)
mengukur discretionary accrual dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al., 1996). Discretionary accruals dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TACit = Nit – CFOit
Nilai total accrual (TA) diestimasi dengan persamaan regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS) sebagai berikut:
TACit/Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔREVt / Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1) + e
Dengan menggunakan koefisien regresi di atas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus:
NDAit = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔREVt / Ait-1 –ΔRECt/ Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1)
Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut: DAit = TAit / Ait-1 – NDAit
Keterangan:
TACit = Total accruals perusahaan i pada periode t Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode t
CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode t Ait-1 = Total aset perusahaan i pada tahun t-1
ΔREVt = Perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t ΔRECt = Perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t PPEt = Aset tetap (property, plant and equipment) perusahaan tahun t DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
(52)
β1, β2, β3 = Koefisien regresi e = error
b. Variabel independen
1) Proporsi Komite Audit, adalah ukuran komite audit yang ada di dalam perusahaan, Variabel ini diukur berdasarkan pendekatan PKA oleh Haryani
dan Wiratmaja (2014) yang mengukur keberadaan proporsi komite audit dengan membagi total komite audit dengan total dewan komisaris. PKA =
Sumber: Haryani dan Wiratmaja (2014)
2) Kepemilikan Manajerial
adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan terhadap total jumlah saham yang beredar, Variabel ini diukur berdasarkan pendekatan MGR oleh Boediono (2005) yang mengukur Dewan Direksi (Manajerial) dengan membagi Jumlah lembar saham yang dimiliki manajemen dengan total lembar saham yang beredar :
MGR =
3) Proporsi komisaris independen
merupakan outside board members yang berpengalaman sebagai anggota dewan dari luar maupun dalam perusahaan, Variabel ini diukur berdasarkan pendekatan BCOM oleh (Chtourou et al., 2001) dalam Siallagan dan
Machfoeds (2006) yang mengukur Komisaris Independen dengan membagi Sumber: Boediono (2005)
(53)
Anggota komisaris dari luar perusahaan dengan jumlah seluruah anggota dewan komisaris:
BCOM =
Sumber: (Chtourou et al., 2001) dalam Siallagan dan Machfoeds (2006)
4) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi, sehingga investor ikut andil dalam mengambil keputusan manajemen, Variabel ini diukur berdasarkan pendekatan INST oleh Beiner et al (2003) dalam Ujiyantho dan Bambang (2007) yang mengukur Kepemilikan Institusional dengan membagi Jumlah lembar saham yang dimiliki institusi dengan total lembar saham yang beredar:
INST =
Sumber: Beiner et al (2003) dalam Ujiyantho dan Bambang (2007)
5) Profitabilitas
Rasio profitabilitas (profitability ratio) adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan memberikan tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan, kasmir (2009). Proxi yang digunakan adalah Return on total Asset (ROA), yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan perusahaan, Kasmir (2009).
ROA = Sumber: Kasmir (2009)
(54)
6) Motivasi Rencana bonus
Pengukuran Motivasi Rencana Bonus, menggunakan proxi yang digunakan pada penelitian Achmad dkk., (2007) yang melakukan investigasi pada motivasi dan strategi manajemen laba dengan membagi bonus diterima direksi dan komisaris dengan total ekuitas:
BP =
Sumber: Achmad dkk., (2007)
7) Motivasi Perjanjian Hutang
Motivasi Perjanjian Hutang,diukur sebagai rasio total utang terhadap total aktiva merujuk pada penelitian Achmad dkk., (2007):
DC =
Sumber: Achmad dkk., (2007)
PHDC =
8) Motivasi Biaya Politik
Motivasi Biaya Politik, diukur sebagai logaritma dari total aktiva penelitian yang dilakukan oleh Kristina dan Siregar (2008):
Sumber: Kristina dan Siregar (2008)
3.2 Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan statistik deskriptif, regresi berganda dan uji beda dua mean untuk pengujian hipotesis. Model regresi linier berganda dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti faktor-faktor yang
(55)
berpengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat, Novrianto (2008). Metode analisis data dengan menggunakan data time series cross section (pooling data) dirumuskan sebagai berikut:
DA it= 0 +1PKAit+2MGR it +3BCOMit+4 INSTit +5ROA +6BPit + PHDCit +7PCit 8+eit
dalam hal ini;
DA it = discretionary accruals perusahaan i tahun t, PKA it = Proporsi Komite Audit perusahaan i tahun t, MGR it = Kepemilikan Managerial perusahaan i tahun t, BCOM it = Dewan Komisaris Independent perusahaan i tahun t, INST it = Kepemilikan Institusional perusahaan i tahun t, ROA = Profitabilitas perusahaan i tahun t,
BP it = bonus plan perusahaan i tahun t,
PHDC it = Peningkatan Hutang debt covenant perusahaan i tahun t, PC it = political cost perusahaan i tahun t.
3.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan
diinterpretasikan, (Indriantoro dan Supomo, 2002). Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data keadaan atau fenomena.
(56)
3.2.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memenuhi sifat dari estimasi regresi yang meliputi: a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Jika penelitian menggunakan skala rasio dengan ukuran sampel relatif besar (n > 30), maka statistik parametrik merupakan metode analisis data yang tepat, dengan asumsi bahwa distribusi populasi datanya normal (Indriantoro dan Supomo, 2002).
b) Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2005). Dalam Ghozali (2005) juga disebutkan model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
c) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2005). Dijelaskan dalam Ghozali bahwa jika variance residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan dengan menggunakan Grafik Scatterplot dan uji Glejser. Grafik Scatterplot dapat
(57)
mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dengan melihat pola pada grafik seperti pola teratur atau pola menyebar (Ghozali, 2005). Sedangkan uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap varoabel independen (Gujarati dalam Ghozali, 2005).
d) Uji Autokorelasi
Uji asumsi autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antar anggota serangkaian observasi pada periode tertentu dengan periode sebelumnya, untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model analisis regresi yang digunakan, maka cara yang digunakan dengan melakukan pengujian serial korelasi dengan
metode Durbin Watson. Tabel Durbin-Watson d test pada taraf signifikansi taraf 1% dan 5% akan diperoleh harga dL dan dU. Kaidah dari uji Durbin-Watson d test adalah suatu persamaan regresi dikatakan telah memenuhi asumsi tidak terjadi autokorelasi jika nilai uji Durbin Watson (dw) mendekati dua atau berada diantara dua dan 4-dU (dU<dw<4-dU) (Palestin, 2008 ).
3.2.3 Analisis Regresi 1. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikasi pengaruh parsial variabel bebas dan variabel terikat (Novrianto, 2008). Hipotesis dalam pengujian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. H0 : i = 0, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y).
(58)
bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y). Perhitungan nilai t hitung (thit), yaitu:
thit =
Untuk menentukan ttabel, maka perlu ditentukan α (tingkat signifikansi) sebesar 5 % dan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana n = banyaknya observasi dan k = banyaknya variabel bebas. Selanjutnya, menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak, dibuat ketentuan sebagai berikut:
thit > ttab berarti Ho = ditolak, thit≤ ttab berarti Ho = diterima. 1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Penentuan nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat. Koefisien determinasi digunakan karena nilai variabel bebas yang diukur terdiri dari nilai rasio absolut dan nilai perbandingan.
Kegunaan dari penghitungan koefisien determinasi, adalah (Indriantoro dan Supomo, 2002):
a) Sebagai ukuran ketepatan suatu regresi yang diterapkan suatu kelompok data hasil survei. Semakin besar nilai Adjusted R2, maka semakin tepat suatu garis regresi. Sebaliknya, semakin kecil Adjusted R2, maka semakin tidak tepat garis regresi tersebut untuk mewakili data hasil observasi. b) Untuk mengukur besarnya proporsi atau persentase dari jumlah variasi dari
(59)
terhadap variabel terikat.
Rumus penghitungan Adjusted R2, adalah: r2 =
(60)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Komarudin, Imam Subekti dan Sari Atmini. 2007. Investigasi dan Strategi Manajemen Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Ikatan Akuntansi Indonesia.
Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan.Vol. 15 No. 1, 2013 pp. 27-42. Universitas Airlangga, 2338-8137 Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam). 2010. Kajian
Tentang Pedoman Good Corporate Governance di Negara-Negara Anggota ACMF.Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Barus, andreani caroline dan Sembiring, yosephine natalita. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di Seputar RightIssue. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Vol 2, No 01, 2012. STIE Mikroskil.
Budiono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Ikatan Akuntan Indonesia. Dechow, Patricia, M., Sloan, R.G., and Sweeney, A.P. (1996). Causes and
Consequences of Earnings Manipulaton: An Analysis of Firms Subject to Enforcement Actions by the SEC. Contemporary Accounting Research, 13, 1-36.
Djamaluddin,Subekti., Rahmawati., dan Wijayanti,Handayani Tri. 2008. Analisis Perubahan Aktiva Pajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan untuk Mendeteksi Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.Vol. 19 No. 3, 2008 pp. 139-153. Universitas Sebelas Maret, 0853-1259
Eisenhardt, Kathleen M. Academy of Management.1989.Building Theories From Case Study Research. The Academy of Management Review. Vol 14. No 4, Oct 1989 pp. 532
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Undip
Gujarati, Damodar, 1997, Ekonometrika Dasar, Jakarta: Erlangga
Gumanti, Tatang Ary. 2000. Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal Akuntansi & Keuangan.Vol. 2 No. 2, 2000 pp. Universitas Jember, 104 – 115
(61)
Hapsoro, Dody. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Empiris di Pasar Modal Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.Vol. 19, No. 3, 2008 pp. 155-172. STIE YKPN Yogyakarta, 0853-1259
Haryani, Jumratul dan Wiratmaja, I Dewa Nyoman. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komite Audit, Penerapan International Financial Reporting Standards dan Kepemilikan Publik pada Audit Delay. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 6 No.1, 2014 pp. Universitas Udayana, 63-78 Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol. 10, No. 2, 2008 pp. Universitas Trisakti, 97-108
Hoi, Chun Kheun dan Robin, Ashok. 2004. The design of incentive compensation for directors. Jurnal Corporate Governance.Vol.4 No. 3, 2004 pp. 47-53.
Emerald group publishing limited.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen.Yogyakarta: BPFE.
Jensen, Michael C., and William H. Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency and Ownership Structure. Journal of Financial Economic. Vol V. No.4, October, pp. 305-360.
Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.Vol. 8 No. 1, 2006 pp. Universitas Kristen Petra, 1-9
Kartini dan Arianto, Tulus. 2007. Struktur Kepemilikan, Profitabilitas,
Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Keuangan dan Perbankan.Vol. 12 No. 1, 2008 pp. 11 – 21. Mulya Business School.
Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Klein, April. (2006). Audit Committee, Board Of Director Characteristics and
Earnings Management. Law and Economic Paper Series. Working Paper No. 06-42.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006.Pedoman Umum Good corporate governance Indonesia.Kementerian Keuangan Republik
(1)
44
bebas (Xi) terhadap variabel terikat (Y). Perhitungan nilai t hitung (thit), yaitu:
thit =
Untuk menentukan ttabel, maka perlu ditentukan α (tingkat signifikansi) sebesar 5 % dan derajat kebebasan df = (n-k-1), dimana n = banyaknya observasi dan k = banyaknya variabel bebas. Selanjutnya, menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak, dibuat ketentuan sebagai berikut:
thit > ttab berarti Ho = ditolak, thit≤ ttab berarti Ho = diterima.
1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Penentuan nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat. Koefisien determinasi digunakan karena nilai variabel bebas yang diukur terdiri dari nilai rasio absolut dan nilai perbandingan.
Kegunaan dari penghitungan koefisien determinasi, adalah (Indriantoro dan Supomo, 2002):
a) Sebagai ukuran ketepatan suatu regresi yang diterapkan suatu kelompok data hasil survei. Semakin besar nilai Adjusted R2, maka semakin tepat suatu garis regresi. Sebaliknya, semakin kecil Adjusted R2, maka semakin tidak tepat garis regresi tersebut untuk mewakili data hasil observasi. b) Untuk mengukur besarnya proporsi atau persentase dari jumlah variasi dari
(2)
45
terhadap variabel terikat.
Rumus penghitungan Adjusted R2, adalah: r2 =
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Komarudin, Imam Subekti dan Sari Atmini. 2007. Investigasi dan Strategi Manajemen Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi X. Ikatan Akuntansi Indonesia.
Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash
Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan.Vol. 15 No. 1, 2013 pp. 27-42. Universitas Airlangga, 2338-8137
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam). 2010. Kajian Tentang Pedoman Good Corporate Governance di Negara-Negara
Anggota ACMF.Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta.
Barus, andreani caroline dan Sembiring, yosephine natalita. 2012. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di Seputar RightIssue.
Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil. Vol 2, No 01, 2012. STIE Mikroskil.
Budiono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis
Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Ikatan Akuntan Indonesia. Dechow, Patricia, M., Sloan, R.G., and Sweeney, A.P. (1996). Causes and
Consequences of Earnings Manipulaton: An Analysis of Firms Subject to
Enforcement Actions by the SEC. Contemporary Accounting Research, 13,
1-36.
Djamaluddin,Subekti., Rahmawati., dan Wijayanti,Handayani Tri. 2008. Analisis Perubahan Aktiva Pajak Tangguhan dan Kewajiban Pajak Tangguhan untuk Mendeteksi Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.Vol. 19 No. 3, 2008 pp. 139-153. Universitas Sebelas Maret, 0853-1259
Eisenhardt, Kathleen M. Academy of Management.1989.Building Theories From
Case Study Research. The Academy of Management Review. Vol 14. No 4,
Oct 1989 pp. 532
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Undip
Gujarati, Damodar, 1997, Ekonometrika Dasar, Jakarta: Erlangga
Gumanti, Tatang Ary. 2000. Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka. Jurnal
Akuntansi & Keuangan.Vol. 2 No. 2, 2000 pp. Universitas Jember, 104 –
(4)
Guna, W. I. dan Herawaty, A. (2010). Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi. 12(1): 53-68 Hapsoro, Dody. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap
Kinerja Perusahaan: Studi Empiris di Pasar Modal Indonesia. Jurnal
Akuntansi dan Manajemen.Vol. 19, No. 3, 2008 pp. 155-172. STIE YKPN
Yogyakarta, 0853-1259
Haryani, Jumratul dan Wiratmaja, I Dewa Nyoman. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komite Audit, Penerapan International Financial Reporting
Standards dan Kepemilikan Publik pada Audit Delay. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol. 6 No.1, 2014 pp. Universitas Udayana, 63-78
Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol. 10, No. 2, 2008 pp. Universitas Trisakti, 97-108
Hoi, Chun Kheun dan Robin, Ashok. 2004. The design of incentive compensation
for directors. Jurnal Corporate Governance.Vol.4 No. 3, 2004 pp. 47-53.
Emerald group publishing limited.
Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis
Untuk Akuntansi & Manajemen.Yogyakarta: BPFE.
Jensen, Michael C., and William H. Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency and Ownership Structure. Journal of
Financial Economic. Vol V. No.4, October, pp. 305-360.
Kaihatu, Thomas S. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.Vol. 8 No. 1, 2006 pp. Universitas Kristen Petra, 1-9
Kartini dan Arianto, Tulus. 2007. Struktur Kepemilikan, Profitabilitas,
Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Keuangan dan Perbankan.Vol. 12 No. 1, 2008 pp. 11 – 21. Mulya Business School.
Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Klein, April. (2006). Audit Committee, Board Of Director Characteristics and
Earnings Management. Law and Economic Paper Series. Working Paper
No. 06-42.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006.Pedoman Umum Good
corporate governance Indonesia.Kementerian Keuangan Republik
(5)
Kristina, Batsyeba Maria dan Siregar, Baldric. 2008. Pengaruh Manajemen Laba Nyata Terhadap Kinerja. Jurnal Akuntansi dan Manajemen.Vol. 19, No. 3, Desember 2008 pp. 185-196
Kusumaning, Linda. 2004.Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Tesis. Universitas Gajah Mada. Murhadi, Werner R. (2009). Studi Pengaruh Good Corporate Governance
Terhadap Praktik Earnings Management pada Perusahaan Terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 11(1), 1-10. Narsa, I Made, Bernadetta D., dan Benedicta Maritza. 2003. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perataan Laba Selama Krisis Moneter Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Surabaya. Majalah Ekonomi. No.2. pp. 128-145.
Novrianto, Ananta Dimaz. 2008. Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance dan Motivasi Manajemen Laba terhadap Praktik Manajemen
Laba.Skripsi. Universitas Brawijaya, Malang.
Oktavianti, T. dan Agustia, D. 2012. Influence of the Internal Corporate
Governance and Leverage Ratio to the Earnings Management”, Journal of
Basic and Applied, 2(7), 7192-7199
Palestin, Halima Shatila. 2008. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba
(Studi Empiris Pada di P.T. Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi.
Purwandari, Indri Wahyu. 2011. Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance, Profitabilitas dan Leverage terhadap praktik Manajemen
Laba.Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang.
Schipper, Katherine. 1989. “Earnings Management”, Accounting Horizons, 3 (4), pp. 91-102
Siallagan, Hamonagan & Machfoedz, Mas’ud. 2006. “Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional
Akuntansi IX. Padang, 23-26 Agustus.
Siregar, Sylvia Veronica NP dan Utama Siddharta. 2005. Pengaruh Struktur kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba (earnings management). Simposium Nasional
Akuntansi VIII.Ikatan Akuntan Indonesia.
Suryandari, Ni Nyoman Ayu. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Income Smoothing. Media Komunikasi FIS. Vol. 11 .No 1 April 2012 : 1 – 15
Suwito, E., dan A. Herawaty. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan yang
(6)
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. SimposiumNasional Akuntansi VIII, Solo, 15-16 September, 2005. http//muhariefeffendi.files.wordpress.com/2007/11/ kkpm-06.pdf.
Tanomi, Rehobot. 2012. Pengaruh Kompensasi Manajemen, Perjanjian Hutang dan Pajak Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia . Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, No. 3, 2012 pp. 30-35
Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi pada
Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur), Simposium Nasional Akuntansi X. Ikatan Akuntan Indonesia.
Watts, & Zimmerman.1990. Possitive Accounting Theory: A Ten Years
Perspective. Journal of Accounting Review. Vol.65 No. 1, 1990 pp. 131-156
Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia.
Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol. 3 No. 2, 2001 pp. Universitas Kristen
Petra, 89 – 101
Widyastuti, Tri. (2009). Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja Keuangan Terhadap Manajemen Laba: Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI.
Jurnal Maksi,Vol. 9 No. 1, 2009 pp. 30-41
Yang, W. S., Loo, S. C., and Shamser. (2009). The Effect of Board Structure and Institutional Ownership Structure on Earnings Management. International
Journal of Economics and Management, 3(2), 332–353.
Yuliandari, Defi. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada