Profil Pendeta GKPB T1 712007015 BAB III

Sinode Harian untuk diperiksa, yang kemudian diserahkan kepada MSL Majelis Sinode Lengkap. Kemudian MSL memutuskan pendeta mana saja yang akan dimutasi dan kejemaat mana. Setelah ditetapkan, maka dikeluarkannya keputusan mengenai mutasi pendeta. Jadi penempatan pendeta diatur oleh Majelis Sinode dengan memperhatikan semua pihak yang bersangkutan. Semua pihak yang bersangkutan adalah semua pihak atau unsur yang saran- saran dan pendapatnya patut didengar yaitu pendeta atau vikaris yang akan ditempatkan, majelis jemaat yang bersangkutan dan Majelis Sinode yang diwakili oleh Majelis Sinode Harian sebagai badan yang akan menetapkan. Dengan adanya peraturan-peraturan dalam proses mutasi pendeta sebaiknya dilakukan sesuai dengan ketetapan yang berlaku, sehingga penempatan pendeta sesuai dengan kemampuan pendeta dan kebutuhan jemaat.

3.5. Profil Pendeta GKPB

Penempatan pendeta dalam proses mutasi di rancang dengan baik, supaya kelak tidak terjadi kesalahan atau ketidak adilan baik itu bagi pendeta dan jemaat yang bersangkutan. Kalau kita melihat dalam perjalanan pelayanan pendeta-pendeta di GKPB, ada beberapa pendeta yang lebih banyak ditempatkan di desa dari pada dikota. Ada pula pendeta yang mengalami proses mutasi kurang dari 5 kali dan pelayanan yang dilakukanya hanya di kota saja. Hal tersebut juga dapat menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan pendeta dan vikaris. Di sini sinode atau tim mutasi pendeta meninjau kembali proses pengorganisasian atau penempatan pendeta supaya sesuai dengan ketetapan yang telah ditetapkan dari awal. Supaya terjadi keseimbangan antara penempatan pelayanan di desa maupun di kota. Dengan memperhatikan hal ini setidaknya sinode dapat mengurangi ketimpangan yang terjadi dalam proses mutasi pendeta. 52 Dalam daftar perjalanan pendeta, pendeta dimutasikan sejak ia menjadi seorang vikaris yang rata-rata berumur sekitar 25 sampai 38 tahun. Setiap pendeta GKPB di berikan kesempatan melayani jemaat sampai umur 65 tahun. Tentunya dalam perjalanan pelayanan pendeta GKPB ada kalanya pendeta di tempatkan di kantor Sinode, di utus untuk study lanjut, menjadi pendeta utusan, menjadi kepala panti asuhan, kepala sekolah, guru agama, bishop, dan sebagainya. Jadi selama batas waktu yang ditentukan pendeta tidak secara penuh mengalami proses mutasi di jemaat-jemaat. Dalam hal ini penulis melihat adanya ketidak adilan dalam proses mutasi pendeta. Misalkan saja pendeta A yang memulai pelayanannya vikaris pada umur 25 tahun dan sekarang berumur 62 tahun mengalami proses mutasi ke jemaat sebanyak 3 kali. Sedangkan pendeta yang umurnya sama 25 tahun mengalami proses mutasi ke jemaat sebanyak 10 kali yang sekarang berumur 58 tahun. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa Sinode atau tim mutasi pendeta kurang cermat atau tidak adil dalam penempatan pendeta mutasi pendeta. Berdasarkan hal tersebut beberapa pendeta berharap supaya sinode juga memperhatikan kesejahteraan dalam pendeta GKPB. Para pendeta juga berharap sinode mau mendengarkan pendapat atau keluh kesah dari setiap pendeta, supaya beban atau persoalan yang selama ini dihadapi dalam proses mutasi pendeta dapat terlepas dan pendeta dapat kembali segar untuk tugas yang baru. Dalam satu tahun jumlah pendeta atau vikaris yang dimutasi tidak pasti karena tergantung dari kebutuhan jemaat dan dalam skala yang lebih besar. Kalau dilihat dari data yang diperoleh jumlah jemaat dan vikarispendeta tidaklah seimbang, jadi ada kalanya satu pendeta melayani satu sampai tiga jemaat sekaligus. Untuk dapat melihat dengan jelas 52 Hasil wawancara dengan Pdt. Gede nama samaran, di rumah subyek- Abianbase, Rabu 26 Oktober 2011, pukul 15.00 WITA. proses mutasi pendeta yang sudah berjalan sampai sekarang ini, dapat kita lihat dalam daftar pelayanan pendeta yang aktif terlampir.

3.6. Prosedur Mutasi