Bentuk dan Struktur Organisasi GKPB

Tahun 1948 mulai diadakan persidangan-persidangan mengenai gereja yang mandiri dan pemberian nama untuk persekutuan orang Kristen yang ada di Bali. Pada awalnya nama persekutuan ini adalah Persekutuan Kristen Protestan Bali PKPB. Selanjutnya nama itu diubah menjadi Gereja Kristen Protestan di Bali GKPB, dan sampai sekarang nama ini masih di pakai. Tahun 1956 telah ada jemaat-jemaat GKPB di beberapa wilayah. Tahun 1959 GKPB telah memiliki kantor sinode di Denpasar. Tahun 1972 GKPB memberi banyak pelayanan di dalam dan luar gereja serta pendeta yang memimpin jemaat juga mulai diperhatikan, khususnya mengenai pendidikannya. 43 Tanggal 11 November 1932 diperingati sebagai tanggal terbentuknya GKPB dengan pertimbangan bahwa tata ibadah yang digunakan dalam penginjilan dapat menumbuhkkan keKristenan di Bali.

3.3. Bentuk dan Struktur Organisasi GKPB

Gereja Kristen Protestan di Bali menegaskan diri sebagai Gereja Protestan. Sifat ini melanjutkan hasil reformasi, yang telah di mulai oleh Marti Luther, Johannes Calvin dan yang lainya. Reformasi itu telah mengembalikan gereja pada tugas asas, yaitu: sola gratia, yang berarti bahwa keselamatan itu hanyalah anugrah Allah semata, sola fide, yang berarti bahwa keselamata itu hanya dapat di terima melalui iman saja, dan sola sciptura, yang berarti bahwa pola hidup manusia dan keselamatan itu hanya bersumber dari alkitab saja. Gereja Kristen Protesta di Bali merupakan bagian dari gereja yang esa, kudus dan am serta oikumenis. Karena Kristus, Gereja disebut kudus, artinya, gereja disendirikan, atau dikhususkan, dengan semua kelemahan dan dosanya, agar menjadi sarana yang efektif di tengah dunia. Sifat am- kata lain dari ‘Katolik’ menunjukkan keterbukaan Gereja Kristen Protestan di Bali bagi semua suku, bangsa dan ras. Sebab itu Gereja Kristen Protestan di Bali juga oikumenis, yaitu berada dalam jalinan persatuan gereja-gereja di seluruh dunia. 43 Wayan S. Yonatan, Sejarah Gereja Kristen Protestan di Bali, yang telah diketik ulang oleh Ir. Chirsnawan Solaiman, Abianbase : 1 Februari 1972, 25-29. Sejalan dengan pemahaman tersebut diatas, maka menetapkan visi dan misi dari GKPB yaitu, Visi: Bumi Bersukacita Dalam Damai Sejahtera, sedangkan misinya adalah: Menjadi Berkat dan Terang Bangsa-bangsa, Membangun Peradaban yang Dijiwai Kasih Terhadap Tuhan, Sesama dan Lingkungan.” Yang dimana gereja berupaya mewujudkan perdamaian baik itu dalam masyarakat maupun dunia. Agar GKPB dapat menjalankan pelayanannya lebih baik sesuai dengan visi dan misinya maka struktur organisasi perlu terus diperhatikan dan dimantapkan. Langkah ini diprogram dan ditangani melalui sekretariat Majelis Sinode, baik dalam aras MSH Majelis Sinode Harian maupun di departemen dan jemaat-jemaat oleh majelis jemaat. Sarana pelayanan dalam bentuk tata gereja, peraturan- peraturan, liturgi gereja, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Yayasan-yayasan milik GKPB, urai tugas aparat gereja dari tingkat Majelis Sinode Lengkap sampai Majelis Jemaat di jemaat-jemaat dan Balai Perkabaran Injil BPI. Adapun struktur organisasi GKPB: STRUKTUR GKPB Apabila memperhatikan struktur GKPB, kedudukan tertinggi adalah Sinode GKPB yang terdiri dari wakil-wakil tiap wilayah. Dibawah Sinode ada Majelis Sinode yang terdiri dari Badan Pengawas Perbendaharaan BPP, Majelis Sinode Harian MSH, dan Majelis Pertimbangan MP. Majelis Sionode GKPB adalah badan yang melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diterimanya dari keputusan sidang sinode. Untuk melaksanakan pekerjaan itu, Majelis Sinode mendelegasikan tugas itu kepada Majelis Sinode Harian. Majelis Sinode Harian yang terdiri dari ketua sinode Bishop, sekretaris sinode Sekum, dan bendahara sinode Bendum. Mereka inilah yang bertanggungjawab atas departemen- MP BPP MAJELIS WILAYAH JEMAAT JEMAAT JEMAAT JEMAAT JEMAAT SINODE MS --------------- MSH departemen, yayasan, dan gereja-gereja yang dimiliki oleh GKPB, sekaligus berperan sebagai pembina. GKPB terdiri dari 76 jemaat dan 56 pendeta yang terbagi atas beberapa wilayah pelayanan, dimana setiap wilayah terdapat beberapa gereja dan Balai Pekabaran Injil BPI. Tim ministry wilayah yang ada adalah sebagai berikut: tim ministry wilayah Tabanan, wilayah Bali Timur, wilayah Bali Timur Laut, wilayah Kota Denpasar, wilayah Jembrana, wilayah Buleleng, wilayah Badung Selatan, dan wilayah Badung Utara. Dalam setiap wilayah pelayanan dibentuk pengurus wilayah yang diketuai oleh pendeta wilayah, dan merekalah yang bertanggungjawab kepada Sinode atas pelayanan yang dilakukan oleh gereja-gereja yang berada dalam wilayah. Pendeta di setiap jemaat dapat berkoordinasi dengan ketua wilayah untuk melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan dalam ruang lingkup wilayah. Karena dalam setiap wilayah diketuai oleh pendeta, maka pendeta wajib memajukan tempat dimana pendeta ditempatkan. Pendeta adalah pelayan firman yang terpanggil dan sudah terdidik secara teologis, serta banyak melakukan tugas sebagai fungsi-fungsi pastoral. Memimpin ibadah, melayani sakramen, berkhotbah, melayani kelompok dan individu- individu serta mewakili jemaat untuk gereja dan dunia yang sesuai dengan peraturan GKPB nomor 13 tentang vikaris dan jabatan gerejawi, pasal 83 44 . Selain itu pendeta juga mengawasi berbagai kegiatan atau aktifitas orang lain yang juga melakukan sebagai fungsi pastoral. Misalnya, kepala sekolah, pemimpin paduan suara, guru-guru sekolah Kristen, dan lain sebagainya. Sebagai seorang pendeta, ia juga harus menjalakan peran sebagai pemimpin rohani ketika bekerja sama dengan orang-orang lain dalam pelayanan. Adapun deskripsi jabatan 44 Keputusan Sinode ke-40 GKPB, Tata Gereja, Denpasar: Sinode GKPB, 2006, 13. pendeta, yaitu: 45 1 Melayani sebagai pelayan utama dan pemimpin jemaat. 2 Memperlengkapi anggota untuk melayani satu sama lain dan melayani semua orang. 3 Merencanakan dan memimpin kebaktian, memberitakan firman Allah, melayani sakramen, melayani jemaat, kelompok maupun individu; serta mewakili jemaat bagi gereja dan dunia. 4 Melayani sebagai penilik dan konsultan bagi organis maupun pemimpin musik, pengurus sekolah Minggu, serta berbagai bagian dan organisasi dalam gereja. Termasuk di sini sekolah Kristen, yang berada di bawah pengawasan kepala sekolah. 5 Melayani sebagai anggota penasehat bagi semua kelompok resmi dalam jemaat. 6 Memegang data kegiatan resmi gereja, perubahan keanggotaan, perkawinan, kematian, pembaptisan, konfirmasi dan komuni. Data ini merupakan milik jemaat. 7 Mengawasi pekerjaan sekretaris kantor gereja. 8 Membantu koster yang bekerja di bawah pengawasan pengurus propeti untuk mengkoordinasikan kegiatannya dengan berbagai kegiatan departemen dalam gereja. GKPB juga memiliki aturan-aturan yang mengatur kehidupan bergereja maupun pekerja gereja. Salah satunya adalah peraturan GKPB nomor 13 tentang penempatan pendeta dan vikaris. Mutasi pendeta GKPB sesuai dengan Tata Gereja pasal 86 ayat 1 dan 2 adalah 1 Mutasi bagi seorang pendeta dalam suatu pelayanan dilaksanakan setiap 4 empat tahun, kecuali ada pertimbang-pertimbangan khusus yang ditetapkan oleh Majelis Sinode secara tertulis dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan jemaat yang bersangkutan. 2 Perpanjang masa pelayanan seorang pendeta di suatu tempat pelayanan tertentu maksimun 4 empat tahun.

3.4. Kebijakan Mutasi di GKPB