teori akuntansi bab pendapatan

(1)

PENDAPATAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi Dosen Pengampu: Diana Rahmawati, M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 5

Palupi Anggun K 12803241015 Seruni Purbaningtyas 12803241017

Istiana Dewi K 12803241018

Rochmad Nugroho 12803241032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kahadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya, sehingga kami dapat membuat makalah ini tanpa ada suatu halangan yang berarti. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi yang didalamnya menjelaskan tentang Pendapatan. Terima kasih kami ucapkan kepada:

1. Ibu Diana Rahmawati, M.Si dosen pengampu mata kuliah Teori Akuntansi

2. Teman-teman Pendidikan Akuntansi yang hingga saat sudah membantu kelancaran penyelesaian makalah ini

3. Berbagai pihak yang selalu mendukung penyelesaian makalah ini

Kami menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Semoga makalah yang kami susun ini bisa menjadi bahan referensi dan memberikan informasi bagi pembaca.

Yogyakarta, 16 April 2015

Penyusun


(3)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep dasar upaya dan hasil menyatakan bahwa hasil atau capaian harus diperoleh dengan upaya dan bukan sebaliknya capaian dulu baru capaian menanggung upaya. Dalam akuntansi, pendapatan merepresentasi capaian dan biaya merepresentasi upaya. Dengan demikian, konsep upaya dan hasil mempunyai implikasi bahwa pendapatan dihasilkan oleh biaya. Artinya, hanya dengan biaya pendapatan bisa tercipta dan bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya.

Walaupun demikian, secara teknis akuntansi pendapatan biasanya diukur lebih dahulu dan baru kemudian biaya yang diperkirakan mengasilkan pendapatan tersebut diukur sehingga laba dapat ditentukan dengan tepat. Oleh karena itu, dalam statemen laba rugi pendapatan disajikan dahulu dan baru kemudian dikurangi dengan biaya. Namun demikian tidak berarti pendapatan menanggung biaya. Biaya bukan merupakan beban yang harus dihindari tetapi merupakan upaya yang sengaja dilakukan dengan senang hati serta penuh kesadaran, semangat dan pengertian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pendapatan? 2. Bagaimanakah pendapatan bisa terjadi? 3. Bagaimanakah memperlakukan pendapatan? C. Tujuan

1. Mengetahui apa arti dari pendapatan

2. Mengetahui bagaimana pendapatan bisa terjadi

3. Mengetahui dan memahami perlakuan dalam pendapatan BAB II


(4)

Pengertian Pendapatan

SFAC No. 6, FASB mendefinisikan pendapatan sebagai berikut: ”Revenues are inflows or other enhancement of an entity or settlements of its liabilities (or combination of both) from delevering or producing goods, rendering services or other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations”. Karakteristik-Karakteristik Pendapatan

karakteristik – karakteristik yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk pengertian pendapatan adalah :

1. Aliran masuk atau kenaikan aset

2. Kegiatan yang merepresentasi operasi utama atau sentral yang menerus 3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewjibn

4. Suatu entitas 5. Produk perusahaan 6. Pertukaran produk

7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk 8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas

Aliran Masuk Atau Kenaikan Aset

Untuk menyatakan bahwa pendapatan itu ada atau timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian yang menaikan aset atau menimbulkan aliran masuk aset. Akan tetapi, tidak semua kenaikkan aset dapat menimbulkan pendapatan. Paton dan Litleton (1970, hlm 47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:

a. Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi

c. Hadiah, donasi, atau temuan d. Revaluasi aset yang telah ada e. Penyedia dan penyerahan produk


(5)

Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk adalah jumlah rupiah. FASB mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah rupiah yang datang dari penyerahan produk atau pelaksanaan jasa.

Operasi Utama Berlanjut

Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi atau bukan kegiatan investasi atau pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan mengirim berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau melaksanakan berbagai jasa.

Pengertian “operasi utama” dalam hal ini lebih dikaitkan dengan tujuan utama perusahaan yaitu menghasilkan produk atau jasa untuk mendatangkan laba dan bukan untuk membatasi jenis produk menjadi produk utama dan produk samping.

Operasi dan Nonoperasi

Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidental sering dianggap sebagai pos pendapatan “nonoperasi” dan dipisahkan peyajiaannya. Untuk kepentingan manajerial, pemisahaan kegiatan menjadi operasi dan nonoperasi dapat saja dilakukan. Akan tetapi, untuk tujuan eksternal, kedua kegiatan tersebut harus tetap dipandang sebagai operasi.

Penurunan Kewajiban

Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan kewajiban. Kejadian pengiriman barang (event) mengubah kewajiban menjadi pendapatan. Timbulnya pendapatan yang berasal dari turunnya kewajiban banyak dipicu oleh penyesuaian akhir tahun. Asas alrual juga menimbulkan kenaikan aset yang memenuhi definisi sebagai pendapatan.


(6)

Pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih meski pun kenaikan aset tersebut akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan ekuitas bersih. Jadi aset yang masuk itulah yang disebut dengan pendapatan. Oleh karena itu kenaikan aset karena pendapatan. Jadi, naiknya ekuitas merupakan konsekuensi bukan sumber pendapatan sehingga pendapatan tidak dapat didefinisikan sebagai kenaikan ekuitas. Produk perusahaan

Pendapatan merupakan aliran masuk aset dan hal tersebut berkaitan dengan aliran fisis berupa penyerahan produk perusahaan. Walaupun aset merupakan objek, pendapatan berkaitan dengan kenaikan nilai aset. Jadi pendapatan adalah kejadian moneter naiknya nilai perusahaan karena produksi atau penjualan produk

Pertukaran

Paton dan Littleton memasukan kata pertukaran dalam definisinya karena pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen. Dengan konsep harga sepakatan, pendapatan dinyatakan dalam jumlah rupiah penghargaan dalam transaksi penjualan yang besarnya sama dengan harga jual persatuan dikalikan kuantitas terjual.

Berbagai Bentuk dan Nama

Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun.

Untung

Seperti pendapatan, kata – kata kunci yang melekat pada pengertian untung adalah :


(7)

1. kenaikan ekuitas ( aset bersih ) 2. transaksi periferal atau insidental

3. selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik

FSAB merinci lebih lanjut transaksi, kejadian, atau keadaan yang menimbulkan untung menjadi empat sumber atau karakteristik yaitu :

a. periferal dan insidental b. transfer nontimbal – balik c. penahana aset

d. faktor lingkungan

Pengakuan Pendapatan

Pengakuan merupakan pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statemen keuangan. Pengertian pendapatan harus dipisahkan dengan pengakuan pendapatan bahkan pengertian pendapatan sebenarnya juga harus dipisahkan dengan pengukuran pendapatan. Dengan demikian, suatu jumlah yang memenuhi definisi pendapatan tidak dengan sendirinya jumlah tersebut diakui ( dicatat secara resmi ) sebagai pendapatan. Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konsptual. Oleh karena itu, secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui jika memenuhi kualitas terukuran dan keterandalan.

Pembentukan Pendapatan

Konsep pembentukan pendapatan menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun, atau terhak bersamaan dengan dan melekat pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi tertentu.


(8)

Operasi perusahaan meliputi kegiatan produksi, penjualan, dan pengumpulan piutang. Konsep pembentukan ini sering disebut pendekatan proses pembentukan pendapatan atau pendekatan kegiatan. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil / capaian serta kontinuitas usaha.

Realisasi Pendapatan

Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen (pembeli) untuk membayar produk baik produk telah selesai dan diserahkan atau maupun belum dibuat sama sekali. Berdasarkan konsep, pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau kontrak sehingga sebelum transaksi atau kontrak tersebut terjadi pendapatan belum terjadi atau terbentuk.

Konsep realisasi atau pendekatan transaksi lebih menekankan kejadian yang dapat menandai pengakuan pendapatan yaitu :

1. kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya ( misalnya kontrak penjualan ). 2. penguatan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan diperolehnya

aset lancar ( kas, setara kas, atau piutang ). Kriteria Pengakuan Pendapatan

Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesai diproduksi dan penjualan benar – benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang, FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan ( dan untung ) dan harus dipenuhi, yaitu :

1. terealisasi atau cukup pasti terealisasi 2. terbentuk / terhak

Terbentuknya pendapatan tidak harus selalu mendahului realisasi pendapatan; dapat terjadi, pendapatan terealisasi sebelum terbentuk. Kam


(9)

mengemukakan kriteria pengakuan secara lebih teknis. Pendapatan baru dapat diakui jika dipenuhi syarat – syarat berikut :

1. keterukuran nilai aset 2. adanya suatu transaksi

3. Proses penghimpunan secara substansial telah selesai

Saat Pengakuan Pendapatan

a. Pada saat kontrak penjualan

Dapat terjadi perusahaan telah menandatangani kontrak penjualan dan bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi barang. Pada saat ini pendapatan sudah terealisasi tetapi belum terbentuk. Pengakuan harus menunggu sampai proses penghimpunan cukup selesai yaitu di tahap penjualan. Sementara itu, pembayaran dimuka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan kepada pembeli.

b. Selama proses produksi secara bertahap

Dalam industry tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama. Pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap (per perioda akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat projek selesai dan dikerjakan.

Akresi

Berkaitan dengan pengakuan pendapatan sebagai fungsi kegiatan produksi adalah masalah akresi yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau proses alamiah lainnya. Dari segi pelaporan laba periodic, tidak diakuinya akresi sebagai pendapatan bukan berarti meniadakan arti penting akresi, lebih-lebih untuk kepentingan analisis internal. Bila harus dilaporkan, pelaporan harus sedemikian sehingga tidak memberi kesan bahwa akresi telah terealisasi. Jumlah rupiah kreditnya harus dilaporkan terpisah dari laba yang telah benar-benar teralisasi. Apresiasi


(10)

Apresiasi adalah selisih “nilai pasar wajar” asset perusahaan dengan kos (atau nilai buku asset terdepresiasi). Apresiasi berlaku untuk semua jenis asset tidak terbatas pada asset yang yang dikategori sebagai produk. Apresiasi lebih kurang memenuhi pengertian pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan tetapi lebih berkaitan dengan kondisi pasar.

Paton dan Littelon (1970) sangat menentang pengakuan apresiasi sebagai pendapatan. Argumen yang diajukan diuraikan berikut ini:

1. Apresasi bukan merupakan transaksi 2. Apresiasi tidak objektif

Penghematan Kos

Dua pos yang bersangkutan dengan proses pembelian yang sering dianggap sebagai pendapatan, yaitu potongan pembelian dan pembelian dengan harga murah atau pembelian beruntung. Potongan pembelian tidak memenuhi definisi pendapatan karena berkaitan dengan proses pembelian yaitu proses pemerolehan asset pada tingkat awal. Oleh karena itu, mengakui pendapatan pada tingkat ini sama saja dengan mengantisipasi pendapatan. Hal ini merupakan salah satu contoh ekstrem pengakuan pendapatan yang belum terealisasi. Jika potongan pembelian diakui sebagai pendapatan yang terealisasi maka akan terjadi hal yang janggal yaitu bahwa perusahaan yang baru saja berdiri dan belum memproduksi dan menjual produk sudah memperoleh pendapatan melalui proses pembelian bahan baku dengan memanfaatkan potongan yang ditawarkan.

c. Pada saat produksi selesai

Jika sudah ada kontrak penjualan sebelumnya tidak menjadi masalah dengan pengakuan pada saat produk selesai karena pendapatan sudah terealisasi dengan pada saat produk selesai pendapatan secara substansial sudah terbentuk.

d. Pada saat penjualan

Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Kriteria terealisasi telah dipenuhi karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk


(11)

membayar jumlah rupiah pendapatan secara objektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan sehingga menjadi standar utama dalam pengakuan pendapatan.

Kembalian dan Potongan Tunai

Kembalian atau return untuk suatu periode yang timbul akibat barang cacat atau rusak dicatat dengan membalik jurnal yang telah dibuat pada saat penjualan dengan jumlah rupiah pengembalian. Demikian juga keringanan-keringanan dapat diperlakukan dengan cara yang sama. Adakalanya terjadi penjualan barang yang disertai dengan hak pembeli untuk mengembalikan barang bukan karena bukan karena barang rusak atau alasan umum lainnya melainkan karena perjanjian menyatakan bahwa pembeli berhak mengembalikan barang dalam periode tertentu, contoh pengembalian produk baru dalam tahap perkenalan atau percobaan. Adanya potongan tunai penjualan sama sekali tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi dengan berapa rupiah pendapatan harus dicatat.

Kos Purna-jual

Masalah yang paling pelik dan sulit adalah masalah yang bersangkutan dengan penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang mungkin terjadi setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap penjualan tersebut. Prosedur umum yang biasanya dilakukan untuk mengantisipasi kos semacam ini adalah mendebit jumlah rupiah taksiran kos kegiatan dan mengkredit jumlah rupiah yang sama ke dalam akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun. Jumlah rupiah debit tersebut menjadi pengurang langsung terhadap pendapatan dan jumlah rupiah kredit yang sama akan menjadi kontra terhadap jumlah rupiah piutang.

Kerugian Piutang

Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang menyatakan bahwa piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap realisasi pendapatan karena piutang bukan merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran sehingga kurang tepat digunakan sebagai pengukur


(12)

pendapatan. Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakukan yang sama seperti kos purna jual yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Kerugian piutang yang ditaksir tersebut dapat disajikan dalam kelompok biaya dalam statemen laba-rugi sebagai biaya penjualan.

Transaksi Penjualan

Penjualan dikatakan telah terjadi secara teknis bila produk telah ditransfer ke pembeli dan sebagai penghargaan penjual mendapatkan kas atau klaim atas kas. Kontrak penjualan yang belum disertai transfer produk secara teknis belum dapat dikatakan sebagai transaksi penjualan. Pengiriman barang tanpa kontrak penjualan juga tidak dapat disebut sebagai transaksi penjualan. Jadi, kriteria realisasi telah terpenuhi pada saat penjualan hanya kalau telah terjadi transfer atau pengiriman barang tak bersyarat.

e. Pada Saat Kas Terkumpul

Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas dimana ini banyak digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang. Alasan digunakan dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang kolektibilitas atau ketertagihan piutang, dengan cara ini pendapatan diakui sejumlah kas yang diterima pada saat kas diterima atau terkumpul dan baru kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan dasar kas tersebut.

Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Pendek

Dalam perusahaan jasa, kalau satuan jasa yang diserahkan berupa suatu tindakan atau penyediaan jasa lain dalam bentuk tertentu yang dilakukan dalam waktu yang relatif pendek, seperti perusahaan angkutan atau bioskop.

Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Panjang

Apabila jasa yang diberikan adalah kompleks dan baru akan selesai dalam periode yang relatif panjang seperti halnya perusahaan penyewaan ruang atau bangunan maka besar kemungkinan akan terjadi perbedaan yang sangat mencolok antara jumlah rupiah pendapatan yang diakui dalam suatu periode atas dasar


(13)

penyerahan jasa dan jumlah rupiah pendapatan yang diakui dalam periode yang sama atas dasar penerimaan kas.

Argumen Pendukung

Dasar ini mempunyai validitas terutama untuk penjualan jasa atau barang secara angsuran. Validitas ini berdasarkan tiga pertimbangan yang saling berkaitan:

1. Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan asset yang mempunyai daya beli murni.

2. Makin lama jangka waktu untuk mengangsur makin besar kemungkinan piutang tak tertagih.

3. Kos purna jual, terutama kos penagihan dan pengumpulan piutang biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kos purna jual untuk penjualan kredit biasa (jangka pendek).

Alasan Penyanggah

Pengakuan pendapatan dasar kas kurang dapat didukug dengan berbagai alasan. Pertama, mempunyai kedudukan sama dengan piutang timbul dari penjualan barang. Kedua, belum tentu ada kegagalan penagihan piutang. Ketiga, dalam pembayaran diterima di muka, kemungkinan terjadinya kerugian sudah tidak ada lagi.

Prosedur Akuntansi Dasar Kas

Penerapan dasar kas untuk mengukur pendapatan pada hakikatnya sama dengan tidak mengakui piutang angsuran sebagai pos asset meskipun harga jual cukup pasti dan barang telah dikirim, dengan demikian piutang hanya dicatat dalam bentuk memorandum.

Biaya Administrasi dan Penjualan

Kalau pendapatan diukur atas dasar penerimaan kas, kos yang dibebankan sebagai biaya haruslah kos yang benar-benar telah dikorbankan untuk mendapatkan pendapatan dasar kas tersebut. Pada umumnya kos administrasi dan penjualan bukan merupakan kos yang dapat diperlakukan seperti kos sediaan yaitu tersediaankan. Kos tersebut harus segera dibebankan kependapatan sebagai biaya perioda.


(14)

Saat Pengakuan Penjualan Jasa

Untuk jasa jangka pendek, saat penerimaan kas merupakan saat yang umum untuk mengakui pendapatan karena penerimaan kas biasanya terjadi hampir bersamaan dengan penyelesaian pekerjaan jasa. AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut:

1. Jika pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan.

2. Jika pemberian jasa terdiri dari serangkaian pekerjaan, maka pendapatan harus diakui selama periode berjalan.

3. Jika pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan secara bertahap, pendapatan dapat diakui saat seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan.

4. Jika terdapat ketidakpastian yang tinggi, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul.

Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan

FASB meringkas pedoman umum tentang hal ini sebagai berikut:

1. Kriteria terbentuk dan terrealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk atau barang dagangan diserahkan. Oleh karena itu, pendapatan dari kegiatan produksi dan pemasaran serta untung dan rugi dari penjualan asset lainnya pada umumnya diakui pada saat penjualan.

2. Kalau kontrak penjualan mendahului produksi dan pengiriman, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman.

3. Kalau produk dikontrak belum selesai diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap dengan metode persentase penyelesaian.

4. Kalau jasa diberikan untuk menggunakan asset berlangsung secara menerus selama satu periode dengan kontrak harga pasti, pendapatan diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.

5. Kalau produk dapat segera terrealisasi karena dapat dijual dengan harga cukup pasti tanpa biaya tambahan, pendapatan dan beberapa untung atau rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi.


(15)

6. Kalau produk, jasa, atau asset lain ditukar dengan asset nonmoneter yang tidak segera dapat dikonversi menjadikas, untung atau rugi dapat diakui pada saat meretia telah berhak atau pada saat transaksi telah selesai.

7. Kalau ketertagihan asset yang diterima untuk produk, jasa, atau asset lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.

Prosedur Pengakuan

Saat atau kaidah pengakuan pendapatan di atas merupakan ketentuan pada level penetap standar. Agar dapat dilaksanakan di level perusahaan, kaidah tersebut harus dijabarkan secara teknis dan procedural dalam bentuk kebijakan akuntansi perusahaan. Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa yang dapat digunakan sebagai pemicu pencatatan ke dalam system akuntansi.

Penyajian

Masalah yang berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah pemisah anantara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa dan cara menuangkannya dalam statemen laba-rugi.

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih meski pun kenaikan aset tersebut akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan ekuitas bersih. Jadi aset yang masuk itulah yang disebut dengan pendapatan. Oleh


(16)

karena itu kenaikan aset karena pendapatan. Jadi, naiknya ekuitas merupakan konsekuensi bukan sumber pendapatan sehingga pendapatan tidak dapat didefinisikan sebagai kenaikan ekuitas.

Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen (pembeli) untuk membayar produk baik produk telah selesai dan diserahkan atau maupun belum dibuat sama sekali. Berdasarkan konsep, pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau kontrak sehingga sebelum transaksi atau kontrak tersebut terjadi pendapatan belum terjadi atau terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA

Suwarjono. 2011. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE


(1)

membayar jumlah rupiah pendapatan secara objektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan sehingga menjadi standar utama dalam pengakuan pendapatan.

Kembalian dan Potongan Tunai

Kembalian atau return untuk suatu periode yang timbul akibat barang cacat atau rusak dicatat dengan membalik jurnal yang telah dibuat pada saat penjualan dengan jumlah rupiah pengembalian. Demikian juga keringanan-keringanan dapat diperlakukan dengan cara yang sama. Adakalanya terjadi penjualan barang yang disertai dengan hak pembeli untuk mengembalikan barang bukan karena bukan karena barang rusak atau alasan umum lainnya melainkan karena perjanjian menyatakan bahwa pembeli berhak mengembalikan barang dalam periode tertentu, contoh pengembalian produk baru dalam tahap perkenalan atau percobaan. Adanya potongan tunai penjualan sama sekali tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi dengan berapa rupiah pendapatan harus dicatat.

Kos Purna-jual

Masalah yang paling pelik dan sulit adalah masalah yang bersangkutan dengan penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang mungkin terjadi setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap penjualan tersebut. Prosedur umum yang biasanya dilakukan untuk mengantisipasi kos semacam ini adalah mendebit jumlah rupiah taksiran kos kegiatan dan mengkredit jumlah rupiah yang sama ke dalam akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun. Jumlah rupiah debit tersebut menjadi pengurang langsung terhadap pendapatan dan jumlah rupiah kredit yang sama akan menjadi kontra terhadap jumlah rupiah piutang.

Kerugian Piutang

Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang menyatakan bahwa piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap realisasi pendapatan karena piutang bukan merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran sehingga kurang tepat digunakan sebagai pengukur


(2)

pendapatan. Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakukan yang sama seperti kos purna jual yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Kerugian piutang yang ditaksir tersebut dapat disajikan dalam kelompok biaya dalam statemen laba-rugi sebagai biaya penjualan.

Transaksi Penjualan

Penjualan dikatakan telah terjadi secara teknis bila produk telah ditransfer ke pembeli dan sebagai penghargaan penjual mendapatkan kas atau klaim atas kas. Kontrak penjualan yang belum disertai transfer produk secara teknis belum dapat dikatakan sebagai transaksi penjualan. Pengiriman barang tanpa kontrak penjualan juga tidak dapat disebut sebagai transaksi penjualan. Jadi, kriteria realisasi telah terpenuhi pada saat penjualan hanya kalau telah terjadi transfer atau pengiriman barang tak bersyarat.

e. Pada Saat Kas Terkumpul

Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas dimana ini banyak digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang. Alasan digunakan dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang kolektibilitas atau ketertagihan piutang, dengan cara ini pendapatan diakui sejumlah kas yang diterima pada saat kas diterima atau terkumpul dan baru kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan dasar kas tersebut.

Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Pendek

Dalam perusahaan jasa, kalau satuan jasa yang diserahkan berupa suatu tindakan atau penyediaan jasa lain dalam bentuk tertentu yang dilakukan dalam waktu yang relatif pendek, seperti perusahaan angkutan atau bioskop.

Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Panjang

Apabila jasa yang diberikan adalah kompleks dan baru akan selesai dalam periode yang relatif panjang seperti halnya perusahaan penyewaan ruang atau bangunan maka besar kemungkinan akan terjadi perbedaan yang sangat mencolok antara jumlah rupiah pendapatan yang diakui dalam suatu periode atas dasar


(3)

penyerahan jasa dan jumlah rupiah pendapatan yang diakui dalam periode yang sama atas dasar penerimaan kas.

Argumen Pendukung

Dasar ini mempunyai validitas terutama untuk penjualan jasa atau barang secara angsuran. Validitas ini berdasarkan tiga pertimbangan yang saling berkaitan:

1. Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan asset yang mempunyai daya beli murni.

2. Makin lama jangka waktu untuk mengangsur makin besar kemungkinan piutang tak tertagih.

3. Kos purna jual, terutama kos penagihan dan pengumpulan piutang biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kos purna jual untuk penjualan kredit biasa (jangka pendek).

Alasan Penyanggah

Pengakuan pendapatan dasar kas kurang dapat didukug dengan berbagai alasan. Pertama, mempunyai kedudukan sama dengan piutang timbul dari penjualan barang. Kedua, belum tentu ada kegagalan penagihan piutang. Ketiga, dalam pembayaran diterima di muka, kemungkinan terjadinya kerugian sudah tidak ada lagi.

Prosedur Akuntansi Dasar Kas

Penerapan dasar kas untuk mengukur pendapatan pada hakikatnya sama dengan tidak mengakui piutang angsuran sebagai pos asset meskipun harga jual cukup pasti dan barang telah dikirim, dengan demikian piutang hanya dicatat dalam bentuk memorandum.

Biaya Administrasi dan Penjualan

Kalau pendapatan diukur atas dasar penerimaan kas, kos yang dibebankan sebagai biaya haruslah kos yang benar-benar telah dikorbankan untuk mendapatkan pendapatan dasar kas tersebut. Pada umumnya kos administrasi dan penjualan bukan merupakan kos yang dapat diperlakukan seperti kos sediaan yaitu tersediaankan. Kos tersebut harus segera dibebankan kependapatan sebagai biaya perioda.


(4)

Saat Pengakuan Penjualan Jasa

Untuk jasa jangka pendek, saat penerimaan kas merupakan saat yang umum untuk mengakui pendapatan karena penerimaan kas biasanya terjadi hampir bersamaan dengan penyelesaian pekerjaan jasa. AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut:

1. Jika pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan.

2. Jika pemberian jasa terdiri dari serangkaian pekerjaan, maka pendapatan harus diakui selama periode berjalan.

3. Jika pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan secara bertahap, pendapatan dapat diakui saat seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan.

4. Jika terdapat ketidakpastian yang tinggi, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul.

Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan

FASB meringkas pedoman umum tentang hal ini sebagai berikut:

1. Kriteria terbentuk dan terrealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk atau barang dagangan diserahkan. Oleh karena itu, pendapatan dari kegiatan produksi dan pemasaran serta untung dan rugi dari penjualan asset lainnya pada umumnya diakui pada saat penjualan.

2. Kalau kontrak penjualan mendahului produksi dan pengiriman, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman.

3. Kalau produk dikontrak belum selesai diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap dengan metode persentase penyelesaian.

4. Kalau jasa diberikan untuk menggunakan asset berlangsung secara menerus selama satu periode dengan kontrak harga pasti, pendapatan diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.

5. Kalau produk dapat segera terrealisasi karena dapat dijual dengan harga cukup pasti tanpa biaya tambahan, pendapatan dan beberapa untung atau rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi.


(5)

6. Kalau produk, jasa, atau asset lain ditukar dengan asset nonmoneter yang tidak segera dapat dikonversi menjadikas, untung atau rugi dapat diakui pada saat meretia telah berhak atau pada saat transaksi telah selesai.

7. Kalau ketertagihan asset yang diterima untuk produk, jasa, atau asset lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.

Prosedur Pengakuan

Saat atau kaidah pengakuan pendapatan di atas merupakan ketentuan pada level penetap standar. Agar dapat dilaksanakan di level perusahaan, kaidah tersebut harus dijabarkan secara teknis dan procedural dalam bentuk kebijakan akuntansi perusahaan. Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa yang dapat digunakan sebagai pemicu pencatatan ke dalam system akuntansi.

Penyajian

Masalah yang berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah pemisah anantara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa dan cara menuangkannya dalam statemen laba-rugi.

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih meski pun kenaikan aset tersebut akhirnya berpengaruh terhadap kenaikan ekuitas bersih. Jadi aset yang masuk itulah yang disebut dengan pendapatan. Oleh


(6)

karena itu kenaikan aset karena pendapatan. Jadi, naiknya ekuitas merupakan konsekuensi bukan sumber pendapatan sehingga pendapatan tidak dapat didefinisikan sebagai kenaikan ekuitas.

Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen (pembeli) untuk membayar produk baik produk telah selesai dan diserahkan atau maupun belum dibuat sama sekali. Berdasarkan konsep, pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau kontrak sehingga sebelum transaksi atau kontrak tersebut terjadi pendapatan belum terjadi atau terbentuk.

DAFTAR PUSTAKA

Suwarjono. 2011. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE