Otoritas atas Pengelolaan Nama

pada tiap-tiap negara 20 . Untuk Indonesia, sejak bulan Juli 2007, lembaga yang ditunjuk pemerintah untuk mengelola ccTLD Indonesia adalah PANDI. PANDI menetapkan beberapa sub-domain ccTLD-ID yang tersedia sesuai dengan peruntukkannya masing masing. Sub- domain yang tersedia antara lain adalah .ac.id untuk situs web pendidikan dan universitas, .co.id untuk situs web yang bersifat komersial termasuk entitas bisnis, .net.id untuk situs web penyedia layanan jasa telekomunikasi dan informasi yang telah memperoleh ijin beroperasilisensi, .web.id untuk situs web pribadi atau komunitas, .sch.id untuk situs web sekolah, .go.id untuk situs web instansi pemerintah, .mil.id untuk situs web militer, dan .or.id untuk situs web organisasi- organisasi selain yang disebutkan sebelumnya.

2.3.3 Otoritas atas Pengelolaan Nama

Domain 20 Budi Rahardjo, Pengantar Nama Domain, NICE, Jakarta, 2004, h. 10. Isu paling menarik dari prinsip kerja DNS ialah tidak adanya kontrol langsung terhadap komunikasi yang melewati jaringan. Yang ada hanyalah pengaturan pengalamatan addressing yang digunakan untuk penyampaian komunikasi 21 . Dalam konteks lalu-lintas jalur pertukaran data dalam internet, besar kemungkinan adanya bentrokan alamat. Untuk menangani resiko kecelakaan teknis tersebut, harus ada beberapa orang atau lembaga yang menjamin tidak ada dua situs web dengan nama domain yang sama 22 . Apakah nama domain uksw.edu adalah alamat dari situs web Universitas Kristen Satya Wacana, atau Uniwersytet Kardynała Stefana Wyszyńskiego di Warsawa, Polandia? Harus ada komando terpusat untuk menentukannya. DNS diciptakan untuk mengatasi konflik alamat tersebut. DNS dirancang untuk 21 Ang Pen Hwa, ―Tata Kelola Internet‖, Seri Modul Akademi Esensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pimpinan Pemerintahan, UN-APCICT, 2009, h. 17. 22 Ibid, h. 18. memastikan tidak akan ada ada dua nama domain yang sama dalam jaringan internet. DNS menginventarisir data alamat dari setiap komputer yang terhubung dalam jaringan internet melalui sebuah server yang dioperasikan dan dikelola secara terpusat. Server ini disebut root server. Klaim atas root server yang sifatnya terpusat dan dominan itu menjadi isu kritikal dalam diskusi-diskusi seputar otoritas atas nama domain. Status kepemilikan nama domain berangkat dari isu otoritas atas root server 23 . Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa otoritas terhadap sistem pengelolaan nama domain dijalankan sepenuhnya secara terpusat. Tugas ini diemban oleh Dr. Jonathan B. Postel sejak tahun 1977 ketika Stanford Research Institute, lembaga tempat Postel bekerja mengerjakan proyek riset pengembangan jaringan internet. Riset ini dijalankan melalui proyek kerjasama dengan DARPA Defence Advanced Research Projects 23 Jack Goldsmith Tim Wu, Who Controls the Internet? Illusions of Borderless World, Oxford University Press, New York, 2006, h. 31. Agency yang didanai U.S. Department of Defence DOD 24 . Dalam proyek ini, Postel menciptakan parameter-parameter penting untuk mendukung implementasi DNS. Sistem ini disebut IANA Internet Assigned Numbers Authority. Sejak 1988, proyek DARPA dialihkan DOD ke Information Sciences Institute ISI di University of Southern Carolina. Sebagai pencipta dan administrator IANA, kini Postel menjabat sebagai kepala proyek riset ini. Sebagai sebuah sistem yang dikembangkan melalui suatu proyek riset militer, pada awalnya DNS hanya digunakan secara terbatas. Namun pada akhir tahun 1992, National Science Foundation NSF, sebuah lembaga agen pemerintah Amerika Serikat yang bertanggung jawab menangani 24 DARPA Defence Advanced Research Projects Agency adalah sebuah lembaga di bawah naungan Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 1957 untuk mendanai proyek-proyek riset sipil yang berhubungan dengan kepentingan militer Amerika Serikat. Lihat: Jon Bing, ―Building Cyberspace: a Brief History of Internet‖ dalam Lee A. Bygrave and Jon Bing, Internet Governance Infrastructure and Institutions, Oxford University Press, New York, 2009, h. 18. proyek-proyek riset yang dikembangkan oleh lembaga pendidikan di Amerika Serikat mulai mengkomersilkan nama domain 25 . Pada Januari 1993, berdasarkan kontrak dengan NSF, Network Solutions Inc. NSI mulai memasarkan nama domain. Sejak saat itu, nama domain mulai dimanfaatkan oleh publik. Juli 1994, Postel mengajukan sebuah proposal untuk memprivatisasi IANA. Dalam proposalnya, Postel berencana mengalihkan fungsionalitas IANA dari kontrak pemerintah dengan USC-ISI kepada komunitas internet. Namun proposal Postel ditentang lembaga- lembaga pemerintah yang mengontrak Postel untuk menjalankan fungsi IANA, dan pada akhirnya hanya dibiarkan mengambang begitu saja. Yang jelas, proposal ini mulai menunjukkan adanya suatu klaim komunitas 25 David G. Post, In Search of Jefferson’s Moose: Notes of the State of Cyberspace, Oxford University Press, New York, 2009, h. 149. teknisi internet atas keabsahan kepemilikan mereka terhadap nama domain 26 . Pada 1995, kontrak NSF-NSI diamandemen dengan menambahkan klausul bahwa NSI berhak untuk menagih biaya sewa nama domain untuk setiap nama domain yang didaftarkan 27 . Sejak saat itu, seiring dengan pesatnya pertumbuhan pengguna internet, nama domain yang pada awalnya hanya sebuah pengidentifikasi komputer yang terhubung dalam internet, kini mengalami perkembangan fungsi menjadi pengidentifikasi produk barangjasa dan personal branding. Kontrak kerjasama NSF-NSI secara otomatis membagi otoritas Postel atas administrasi dan pengelolaan nama domain. Pemerintah Amerika Serikat pun mulai menggencarkan klaimnya atas otoritas terhadap administrasi dan pengelolaan nama domain. Di satu sisi, isu internasionalisasi 26 Milton Mueller, ―ICANN and Internet Governance: sorting through the debris of Self- Regulation‖, Journal of Policy, Regulation and Strategy for Telecommunications Information and Media info, Vol. 1, No. 6, December 1999, h. 500. 27 Post, Op.cit., h. 151. internet serta tekanan-tekanan kelompok kepentingan yang peduli dengan maraknya pelanggaran hak kekayaan intelektual dalam pemanfaatan nama domain mulai menunjukkan reaksi-reaksi yang menandakan bahwa klaim atas nama domain bukanlah persoalan main-main. Klaim yang diperebutkan Postel, Pemerintah Amerika Serikat, komunitas internasional dan kelompok-kelompok kepentingan atas nama domain adalah klaim atas otoritas pada administrasi dan pengelolaan IANA dan root server nama domain. Intensitas atas perebutan klaim ini berujung pada klaim atas kepemilikan nama domain. Dan di satu sisi, klaim atas otoritas administrasi dan pengelolaan nama domain berhubungan dengan kepentingan terkait penguasaan sarana kontrol atas segala aktivitas dan segala sesuatu yang berhubungan pengguna internet 28 . Sebuah konferensi bertajuk “Coordination, Privatization and 28 Goldsmith Wu, Op.cit., h. 30-32. Internationalization of the Internet” dilaksanakan pada November 1995 untuk merundingkan perebutan klaim atas otoritas pengadministrasian dan pengelolaan nama domain. NSF sebagai sponsor mengundang pihak-pihak yang terlibat dalam kebijakan pengelolaan nama domain seperti DARPA dan DOD sebagai perwakilan dari pemerintah Amerika Serikat, IANA mewakili komunitas sipil internet dan perwakilan dari negara- negara lain. Dalam forum itu, pemerintah Amerika Serikat melalui delegasinya menegaskan otoritas pemerintah Amerika Serikat atas administrasi dan pengelolaan nama domain berdasarkan argumentasi bahwa DARPA —wadah dimana DNS diciptakan dan dikembangkan —adalah sebuah proyek yang didanai pemerintah. Penegasan ini mendapat penolakan dari perwakilan negara lain. Daniel Karrenberg dari Reseaux IP Europeens RIPE berargumen bahwa IANA adalah pemilik dari nama domain sebab merekalah yang mendapat mandat dari publik dan komunitas internasional untuk menjalankan fungsi administrasi dan pengelolaan nama domain 29 . Sejak November 1995, klaim dari masing-masing pihak yang ditegaskan melalui konferensi itu bias dan mengambang. Hingga pada Oktober 1996, masing-masing pihak sepakat untuk membentuk komite ad-hoc untuk menjembatani benturan kepentingan seputar otoritas atas pengadministrasian dan pengelolaan nama domain. Komite itu adalah International Ad Hoc Commitee IAHC yang terdiri dari perwakilan dari Internet Architecture Board IAB, International Trademark Association INTA, World Intellectual Property Organization WIPO, The International Telecommunication Union ITU, dan Pemerintah Amerika Serikat. Pembentukan IAHC berhasil menggagas sebuah model yang saat ini dikenal dengan tata kelola internet Internet 29 Milton L. Mueller, Ruling the Root: Internet Governance and the Taming of Cyberspace, The MIT Press, Cambridge-Massachusets, 2002, h. 137. Governance 30 . Komite ini juga berhasil menempatkan perlindungan merek sebagai bagian dari kebijakan pengelolaan nama domain dengan memberikan kewenangan besar bagi pemilik merek untuk menggugat suatu pendaftaran nama domain jika kepentingannya atas merek dirugikan. Melalui sebuah nota kesepahaman Generic Top-Level Domain Memorandum of Understanding gTLD- MoU, komite ini sepakat akan membentuk sebuah struktur kelembagaan yang mampu menjembatani kepentingan publik dan kepentingan privat terhadap nama domain. Nota kesepahaman ini menjunjung prinsip bahwa nama domain adalah milik publik dan 30 Pengalokasian hak atas nama domain merupakan salah satu fokus kajian dalam aspek hukum tata kelola internet Internet Governance. Internet Governance merupakan suatu kajian yang mempromosikan konsep inklusivitas peran bersama pemerintah, sektor swasta dan masyarakat dalam tangka membangun prinsip, norma aturan dan prosedur untuk mendorong kebijakan publik terkait pemanfaatan internet serta bertujuan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa terkait pemanfaatan internet yang melibatkan beragam yurisdiksi. Lihat: Bygrave Bing, Op.cit., h. 2. seharusnya dikelola untuk kemaslahatan publik 31 . Perlu dicatat bahwa pemerintah Amerika Serikat dan NSI berseberangan dengan isi dari gTLD-MoU yang digagas IAHC. Namun di saat yang bersamaan, muncul tekanan dari negara-negara lain untuk agar otoritas atas nama domain lebih diarahkan untuk kepentingan global dan tidak dimonopoli oleh NSI. Untuk merespon tekanan dari pihak internasional yang berargumen bahwa nama domain adalah aset global, pada 28 Januari 1998 pemerintah Amerika Serikat melalui National Telecommunications and Information Administration NTIA menerbitkan Green Paper, sebuah kebijakan berisi penegasan otoritas pemerintah Amerika Serikat terhadap nama domain, namun sekaligus juga mengandung indikasi akan melepaskan otoritasnya itu sebagai jalan untuk melibatkan diri sebagai pemangku 31 Mueller, Ruling the Root: Internet Governance and the Taming of Cyberspace, Op.cit., h. 142-146. kepentingan internet dalam lingkup internasional 32 . Pada 11 Februari 1998, IANA Transition Advisors Group ITAG dibentuk. Tujuan dibentuknya ITAG yaitu sebagai panduan bagi IANA dan Postel untuk mengalihkan fungsi pengelolaan IANA dari kepentingan proyek riset yang dibiayai oleh pemerintah Amerika Serikat ke suatu lembaga non- profit yang lebih ‗berbau‘ internasional. kini menempatkan pemerintah Amerika Serikat —dari semula berseberangan dengan gTLD-MoU —menjadi pihak yang menjembatani kepentingan antara NSI, Postel, lembaga-lembaga internasional dan pemerintah negara lain. Pembentukan ITAG merupakan tindak lanjut dari kebijakan yang dituangkan dalam Green Paper. Pada 3 Juni 1998, administrasi kepresidenan Amerika Serikat menerbitkan White Paper, rumusan rencana akhir dari kebijakan yang dituangkan telah dalam Green Paper. Dalam White Paper, pemerintah 32 Ibid, h. 160. Amerika Serikat mengambil jalan kebijakan tidak mengikat dalam administrasi dan pengelolaan nama domain. Kebijakan tidak mengikat artinya menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu yang terkait dengan kewenangan pengadministrasian dan pengelolaan nama domain ke tangan publik. Lebih lanjut, melalui U.S. Department of Commerce DOC, pemerintah Amerika Serikat siap untuk mengadakan kesepakatan dan meminta dukungan internasional untuk membentuk suatu lembaga non-profit untuk menjalankan kebijakan terkait nama domain internet. Pada November 1998, DOC mendirikan Internet Corporation for Assigned Names and Numbers ICANN. Sebuah lembaga yang bertanggung jawab untuk mengelola pengalamatan dan penamaan internet yang terdaftar sebagai lembaga non-profit di California, Amerika Serikat. Namun sayang, sebulan sebelumnya, Postel yang sudah di- plot untuk mengepalai divisi teknis ICANN meninggal dunia 33 . Pemerintah Amerika Serikat secara resmi mengakui status ICANN sebagai lembaga non-profit pada 26 Februari 1999. Tujuan dasar pendirian ICANN yaitu menyerahkan fungsi pelaksana penyerahan otoritas nama domain kepada publik. Sedangkan prinsip organisasi dan mekanisme kerja ICANN didasarkan pada persetujuan dan kontrak-kontrak yang disepakati ICANN dengan pemerintah Amerika Serikat dan NSI. Salah satu nota kesepahaman penting terkait landasan hukum ICANN yaitu MoU between ICANN and the U.S. Department of Commerce yang disepakati pada 25 November 1998 dan berakhir pada 30 November 2000. Isi dari MoU tersebut yaitu ICANN setuju segala tugas dan fungsi mereka berada di bawah pengawasan pemerintah Amerika Serikat 34 . Pada 2006, MoU ini diamademen dengan memberikan kebebasan 33 Lee A. Bygrave Terje Michaelsen, ―Governors of Internet‖ dalam Bygrave and Bing, Op.cit., h. 104. 34 Ibid, h. 105. pada ICANN di kemudian hari untuk menentukan kebijakannya tanpa intervensi langsung pemerintah Amerika Serikat 35 . Namun menurut Mueller, kesepakatan antara ICANN dan pemerintah Amerika Serikat yang dituangkan dalam MoU 2006 tersebut tidak dapat menegaskan keseriusan pemerintah Amerika Serikat melepaskan intervensinya atas ICANN 36 . ICANN juga menyepakati MoU dengan USC-ISI, sebagai pihak yang sebelumnya memiliki mandat untuk mengelola administrasi dan pengelolaan nama domain atau IANA. Sepeninggal Postel, IANA dikelola oleh staff USC-ISI, dan MoU tersebut berisi persetujuan USC-ISI untuk mengalihkan pengelolaan IANA kepada ICANN. 35 “Contract between DOC and ICANN to maintain the continuity and stability of services related to certain interdependent internet technical management functions IANA” masih tetap akan berlanjut hingga 30 September 2017. 36 Milton L. Mueller, ―Political Oversight of ICANN: A Briefing for the WSIS Summit‖, Concept Paper by the Internet Governance Project, 1 November, 2005, h. 4. Sebagai perusahaan yang memonopoli industri registrasi nama domain global, kebijakan industrialisasi nama domain NSI juga menjadi perhatian serius dari model kebijakan nama domain yang diterapkan ICANN. Pada Maret 1999, ICANN menerapkan kebijakan Shared Registration System SRS nama domain. Sistem registrasi nama domain yang semula terpusat di bawah NSI kini mulai dibuka bagi publik 37 . Terkait dengan kepentingan lembaga internasional yang peduli dengan hak kekayaan intelektual dan konflik antara nama domain dan merek, maka ICANN sepakat untuk menerapkan UDRP Uniform Domain Name Dispute Resolution Policy sebagai norma prosedural dalam penanganan sengketa- sengketa pendaftaran nama domain yang melanggar merek. Dan mewajibkan setiap pendaftar nama domain untuk menyepakati klausul penggunaan UDRP untuk 37 Mueller, Ruling the Root: Internet Governance and the Taming of Cyberspace, Op.cit., h. 186-188. penyelesaian sengketa nama domain yang melanggar merek 38 . Untuk kebijakan terkait sistem pengelolaan ccTLD, ICANN kemudian membentuk Governmental Advisory Board GAC untuk mendampingi ICANN dalam proses pengambilan keputusan terkait kebijakan atas ccTLD yang memang menjadi kewenangan penuh masing-masing negara untuk mengelolanya. Isu internasionalisasi nama domain tetap mengemuka hingga saat ini. Status pemerintah Amerika Serikat yang memiliki keistimewaan dalam hubungannya dengan kebijakan ICANN menjadi isu yang menguat dalam World Conference on International Telecommunication yang diselenggarakan pada Desember 2012. Isu dilandasi argumentasi adanya keinginan kalangan inter-governmental untuk mendapatkan porsi lebih dalam kewenangan mengadministrasi dan mengelola nama domain terkait persoalan-persoalan ikutan 38 Mueller, ―Political Oversight of ICANN: A Briefing for the WSIS Summit‖, Op.cit., h. 512. yang terjadi dalam lingkup pemanfaatan internet semisal perlindungan hak kekayaan intelektual, privacy, penegakan hukum, kebebasan berpendapat dan cybersecurity 39 . 2.3.4 Prinsip-Prinsip Pengelolaan Nama Domain ICANN Pada masa sebelum ICANN, fungsi pengaturan rule-making pengalokasian hak penggunaan nama domain dilakukan oleh IANA. Sebagai administrator IANA, pada Maret 1994, Postel menerbitkan “RFC: 1591 - Domain Name System Structure and Delegation. ” RFC 1591 merupakan suatu dokumen yang menegaskan otoritas IANA atas nama domain dan memuat ketentuan- ketentuan terkait kebijakan pengadministrasian nama domain 40 . 39 Lennard G. Kruger, ―Internet Governance and the Domain Name System: Issues for Conggress‖, CRS Report for Congress, January 2, 2013, h. 1. 40 Peter K. Yu, ―The Origins of ccTLD Policymaking‖, Card ozo J. Of Int’l Comp. Law [Vol. 12:387, 2004], h. 391-392. Sebelum pelaksanaan fungsi IANA dialihkan kepada ICANN 41 , ICANN telah menerbitkan ICP-1: Internet Domain Name System Structure and Delegation ccTLD Administration and Delegation 42 . Sebagai sebuah dokumen yang menegaskan otoritas ICANN atas fungsi IANA dan pengalokasian ccTLD, ICP-1 memuat ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang prinsip-prinsip pendelegasian nama domain TLD maupun ccTLD. Dalam ICP-1, khususnya ketentuan- ketentuan yang mengatur pengadministrasian dan pendelegasian pengelolaan nama domain, pihak penerima delegasi yaitu TLD Manager dan ccTLD Manager didudukkan sebagai Trustee dari nama domain yang didelegasikan kepadanya. Dengan demikian, maka TLD 41 “Contract Between ICANN and the United States Government for Performance of the IANA Function, Feb 9, 2000.” http:www.icann.orgenaboutagreementsianaia na-contract-09feb00-en.htm terakhir diakses pada 4 Maret 2013 42 “ICP-1: Internet Domain Name System Structure and Delegation ccTLD Administration and Delegation” http:www.icann.orgenresourcescctldsdelegation terakhir diakses pada 4 Maret 2013 Manager dan ccTLD Manager wajib menjalankan tugas untuk melayani komunitas internet dalam lingkup global maupun nasional 43 . Jika kemudian didapati baik TLD Manager maupun Designated ccTLD Manager tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana diamanatkan dalam ICP-1 ini, maka IANA cq. ICANN berhak untuk mencabut pendelegasiannya tersebut 44 . Kewajiban yang dibebankan oleh hukum terhadap TLD Manager menggambarkan adanya hak pihak IANA cq. ICANN terhadap TLD Manager 45 . 43 ICP-1b TLD Manager Responsibil ity: “TLD Managers are Trustees for the delegated domain, and have a duty to serve the community. The designated manager is the Trustee of the TLD for both the nation, in the case of ccTLDs, and the global internet community. ...” 44 ICP-1f Revocation of TLD Delegation: “In cases where there is misconduct, or violation of the policies set forth in this document and RFC 1591, or persistent, recurring problems with the proper operation of a domain, the IANA reserves the right to revoke and to redelegate a Top- Level Domain to another manager.” 45 Vinton G. Cerf, ―Foreword: Who Rules the Net?‖ dalam Adam Thierer Clyde Wayne Crews, Jr. eds, Who Rules the Net?: Internet Governance and Jurisdiction, Cato Institute, Washington D.C., 2003, h. x. Gambaran ini merupakan prinsip dari hukum perikatan yang bersumber dari perjanjian sebagai suatu hubungan hukum yang melahirkan hak perseorangan, yaitu hak seseorang untuk menuntut prestasi dari orang lain. Sebagai suatu hak yang bersumber dari hak perseorangan yang lahir dari suatu perjanjian, maka regulasi ICANN yang mengatur tentang pendelegasian hak atas nama domain memiliki unsur-unsur: 1 Ada hubungan hukum yaitu pendelegasian pengelolaan nama domain; 2 Ada para pihak yaitu pihak TLD Manager selaku pihak yang didelegasikan untuk mengelola nama domain dan pihak pemberi delegasi yaitu IANA cq. ICANN; 3 Ada nama domain yang hendak didelegasikan yaitu TLD dan ccTLD; 4 Ada prestasi yang diwajibkan pihak pemberi delegasi IANA cq. ICANN sebagai syarat harus dipenuhi oleh pihak TLD Managers

2.4 Konsep Hak atas Nama Domain