KELOMPOK 6 Indikator Kualitas Penduduk I

(1)

KELOMPOK 6

Tugas Ekonomi Kependudukan

“Indikator Kualitas Penduduk: Income Perkapita, PQLI

(IMH), dan HDI (Human development Index)”

Kelompok 6

Budi santoso

(1211021024)

Faisal twuska

(1211021076)

Aufar ryan

(1211021005)

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

2015

BAB I PNDAHULUAN


(2)

1.1 LATAR BELAKANG

Permasalahan pertambahan penduduk telah menjadi prioritas kebijakan dalam pembangunan di Indonesia. Diawali dengan perhatian pada pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan yang dibarengi dengan pengaturan pertumbuhan jumlah penduduk. Pemahaman yang berbeda terhadap perubahan penduduk serta faktor-faktor yang terkait dengannya memiliki pengaruh yang berbeda juga kepada kebijakan pemerintah. Berdasarkan sejarah kependudukan, terdapat dua pandangan terhadap perubahan penduduk. Pandangan yang pertama menyatakan pembangunan mempunyai pengaruh terhadap perubahan penduduk, artinya penduduk berfungsi sebagai dependent variabel. Pandangan kedua menyatakan kondisi dan kualitas kependudukan akan mempengaruhi pembangunan yang dilaksanakan. Dalam hal ini penduduk menjadi independent variabel Pertumbuhan Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Memperhatikan hal tersebut, sudah selayaknya apabila pemahaman terhadap teori penduduk terutama yang dikaitkan dengan pembangunan menjadi sangat penting.

Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah pembangunan yang utama yang sulit diatasi. Para ahli menyarankan masalah pertambahan penduduk dinegara berkembang harus segera diatasi untuk dapat mempercepat laju perkembangan ekonomi, yaitu dengan program menekan laju pertambahan penduduk Pada umumnya di Negara yang sedang berkembang, pertambahan penduduk sangat tinggi dan besar jumlahnya. Jumlah penduduk yang besar dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti halnya pengangguran tinggi, masalah migrasi,dan tingkat kemiskinan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi salah satu diantaranya adalah sumber daya manusia yang menentukan keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk

Secara sederhana (secara objektif) sumber daya diartikan sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau kemampuan untuk memperoleh keuntungan. Sedangakan


(3)

secara subjektif , sumber daya dapat diartikan segala sesuatu baik berupa benda maupun bukan benda yang dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara sederhana sumber daya manusia dapat diartikan sebagai seluruh penduduk yang berada di suatu wilayah atau tempat dengan ciri-ciri demografis dan sosial ekonomis. Sumber daya manusia adalah semua potensi yang berhubungan dengan data kependudukan yang dimiliki oleh suatu daerah atau negara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Manusia merupakan sumber daya terpenting dalam suatu bangsa atau negara. Sumber daya manusia harus memadai, baik dilihat dari segi kuantitas maupun kualitas. Segi kuantitas bersangkut paut dengan jumlah, kepadatan, dan mobilitas penduduk. Sedangkan kualitas terutama terutama dilihat dari beberapa aspek, seperti tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan kualitas tenaga kerja yang tersedia.

Penduduk merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan. Dengan demikian jelas bahwa pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas sebagai sumber daya untuk negara.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Mengacu pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apa saja indikator-indikator kualitas penduduk sebagai faktor dari kualitas pembangunan nasional?


(4)

1.3 TUJUAN

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memahami indikator-indikator penduduk di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN


(5)

Kualitas penduduk merupakan merupakan komponen penting dalam setiap gerak pembangunan. Hanya dari sumber daya manusia yang berkualitas tinggilah yang dapat mempercepat pembangunan bangsa. Jumlah penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan kualitas yang memadai, hanyalah akan menjadi beban pembangunan. Kualitas penduduk adalah keadaan penduduk baik secara perorangan maupun kelompok berdasarkan tingkat kemajuan yang telah dicapai.

2.2 HUBUNGAN KUALITAS PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Dimensi penduduk sangat penting peranannya dalam pembangunan suatu negara, selain dimensi pertumbuhan ekonomi. Jumlah dan kualitas penduduk merupakan salah satu pertimbangan yang sangat penting dalam perencanaan wilayah di satu negara. Dengan jumlah penduduk yang tidak terkendali akan timbul kekhawatiran pemborosan uang negara, karena seiring dengan pertumbuhan penduduk maka pemenuhan kebutuhan penduduk terhadap sarana dan prasarana akan turut meningkat. Di sisi lain jumlah penduduk yang banyak juga dapat menjadi aset, selagi pemerintah dapat memanajemen dan mengarahkan penduduk (sebagai dimensi pembangunan) untuk menjadi kekuatan baru dalam pembangunan wilayah. Akan tetapi melihat kecenderungan yang terjadi serta gaya pemerintahan yang ada saat ini, ada baiknya jika pemerintah memperhatikan dalam hal pengendalian jumlah penduduk Indonesia yang saat ini tidak terkontrol.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.


(6)

Suatu pembangunan dapat tercapai apabila kondisi masyarakat benar-benar siap secara mental maupun secara intelektual agar masyarakat mudah memahami apa sebenarnya yang ingin dicapai dan masyarakat itu sendiri memiliki kesiapan mental untuk menerima sebuah perubahan. Jika demikian hal paling mendasar yang harus terlebih dahulu dibangun ialah masalah kependudukannya. Pembangunan yang baik membutuhkan perencanaan pembangunan yang matang. Secara sederhana pembangunan berwawasan kependudukan mengandung dua makna sekaligus yaitu, pertama, pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Penduduk harus dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan subjek dan objek dalam pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk. Makna kedua dari pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan sumber daya manusia. Pembangunan lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur semata.

Strategi pembangunan ekonomi yang bertumpu pada pertumbuhan tanpa melihat potensi penduduk yang ada nyatanya tidak berlangsung secara berkesinambungan. Jika dikaitkan dengan krisis ekonomi dewasa ini, terjadi krisis tersebut tidak lepas dari kebijakan ekonomi yang kurang memperhatikan dimensi kependudukan. Strategi ekonomi makro yang tidak dilandasi pada situasi atau kondisi maupun potensi kependudukan yang ada menyebabkan pembangunan ekonomi tersebut menjadi sangat rentan terhadap perubahan, salah satunya adalah kondisi ledakan penduduk yang tidak terkendali yang dapat mempengaruhi kondisi perekonomian di satu negara.


(7)

Pembangunan berwawasan masyarakat di Indonesia sebenarnya sudah lama didengung-dengungkan mengenai penduduk sebagai subjek dan objek pembangunan, mengenai pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, atau pembangunan bagi segenap rakyat. Hal ini terkandung dalam pembukaan UUD 1945. Sudah saatnya tujuan tersebut diimplementasikan dengan sungguh-sungguh jika tidak ingin mengalami krisis ekonomi yang lebih hebat lagi pada masa mendatang. Dengan demikian indicator keberhasilan ekonomi harus diubah dari sekedar GNP atau GNP perkapita menjadi aspek kesejahteraan, seperti indikator Indeks Pembangunan Manusia (HDIdan sejenisnya.

2.3.1 Pendapatan Perkapita

Pendapatan per kapita (percapita income) adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut.

Pendapatan perkapita juga sering digunakan sebagai indikator pembangunan suatu negara dan kualitas sumber daya manusia atau penduduk untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antara negara-negara maju dengan negara sedang berkembang. Dengan kata lain selain pendapatan per kapita bisa memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat di berbagai negara juga dapat menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi diantara berbagai negara.

Indikator pendapatan perkapita menentukan seberapa besar kualitas penduduk di satu negara. Besaran pendapatan perorangan memiliki keterkaitan dengan kualitas hidup individu, di mana besaran pendapatan seorang individu mempengaruhi kecenderungan untuk mengalokasikan sebagian pendapatannya dalam hal investasi sumber daya manusia secara pribadi, yang artinya seseorang akan lebih


(8)

mampu untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan mengalokasikan pendapatannya pada kesehatan dan pendidikan.

Untuk mengukur bagaimana kondisi kualitas penduduk di Indonesia yang dilihat dari pendapatan perkapita, Grafik 1 di bawah ini menyajikan perkembangan pendapatan perkapita di Indonesia tahun 2006 – 2014.

Grafik 1. Perkembangan Pendapatan Perkapita Indonesia tahun 2006 - 2014

Dapat dilihat bahwa pendapatan perkapita di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini secara teori bahwa kualitas penduduk di Indonesia semakin membaik jika dilihat dalam aspek pendapatan perkapita, sedangkan jika dilihat secara posisi, Tabel 1 berikut menjelaskan posisi pendapatan perkapita Indonesia di negara ASEAN pada tahun 2010 - 2012.


(9)

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat hasil yang kontras, di mana dengan tingkat PDB yang terbesar di antara 8 negara ASEAN lainnya, Indonesia hanya menduduki posisi ke-5 dalam hal pendapatan perkapita, yaitu dengan rata-rata pendapatan perkapita US$ 3.384,33 dalam periode 2010 – 2012, sedangkan Singapura berada pada posisi pertama dalam hal pendapatan perkapita dengan rata-rata pendapatan perkapita sebesar US$ 47.690,67 selama periode 2010 – 2012. Hal yang paling kontras dapat dilihat pada perbandingan besaran PDB dan pendapatan perkapita antara Indonesia dan Brunei Darussalam, di mana dengan PDB terkecil, Brunei Darussalam berada dalam posisi kedua dalam hal besaran pendapatan perkapita, yaitu US$ 35.729 selama tahun 2010 – 2012. Hal ini menggambarkan bahwa besarnya PDB satu negara tidak selalu menggambarkan tingkat kesejahteraan dan tingkat kualitas masyarakatnya, karena pendapatan perkapita menjadi salah satu indikator kualitas dan kesejahteraan masyarakat atau penduduk. Sehingga dapat dipastikan bahwa:

“Indonesia telah mengambil strategi pembangunan ekonomi yang tidak sesuai dengan potensi serta kondisi yang dimiliki. Indonesia saat ini tengah menjalankan suatu strategi pembangunan yang kurang tepat. Di mana pemerintah lebih mengedepankan pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan

peningkatan kualitas manusianya.”

Oleh karena itu, hal ini memerlukan strategi pembangunan yang lebih mengedepankan wawasan Pembangunan kependudukan.Memang, mempergunakan strategi pembangunan berwawasan kependudukan untuk suatu pembangunan ekonomi akan memperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi.


(10)

Namun, ada suatu jaminan bahwa perkembangan ekonomi yang dicapai akan lebih berkesinambungan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya akan membawanya pada peningkatan ketimpangan pendapatan. Industrialisasi dan liberalisasi yang terlalu cepat akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi sekaligus juga meningkatkan jumlah pengangguran dan setengah menganggur akibat adanya ketimpangan antara jumlah lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan banyaknya jumlah pencari kerja..Sehingga langkah yang dapat diambil oleh pemerintah adalah dengan mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

2.3.2 PQLI (Physical Quality Life Index)

PQLI menjadi indikator kualitas penduduk yang merupakan metode pengukuhan kesejahteraan penduduk yang dikenalkan oleh Mooris. Metode ini mengesampingkan pendapatan nasional. PQLI adalah indeks non-ekonomi yang merupakan kombinasi dari tiga indikator, yaitu (1) rata-rata jumlah kematian bayi yaitu jumlah kematian tahunan dari bayi yang berumur di bawah satu tahun per 1000 yang hidup, (2) rata-rata harapan hidup sesudah umur satu tahun, dan (3) rata-rata prosentase buta dan melek huruf.Physical Quality of Life Index (PQLI atau Kualitas Fisik Indeks Hidup ialah suatu usaha untuk mengukur kualitas hidup atau kesejahteraan hidup suatu negara. Penilaian ini dibuat oleh Overseas Development Council atau dewan perkembangan luar negeri pada pertengahan tahun 1970-an oleh Morris David Morris.

Beberapa ahli ekonom mengatakan bahwa hubungan antara indikator PQLI dan indeks gabungan GNP perkapita sangat erat sehingga menunjukkan hal yang tidak berbeda. Kebanyakan Negara yang GNP perkapitanya tinggi akan mempunyai indeks PQLI yang tinggi pula. Sehingga menurut ekonom, PQLI tidak menunjukkan sesuatu yang baru.

Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi kesejahteraan umum individu dan masyarakat. Istilah ini digunakan dalam berbagai konteks, termasuk


(11)

bidang pembangunan internasional, kesehatan, dan politik. Kualitas hidup tidak hanya pada konsep standar hidup, yang didasarkan pada pendapatan. Indikator standar kualitas hidup meliputi juga pada lingkungan binaan, fisik dan kesehatan mental, pendidikan, rekreasi dan waktu luang, dan hak sosial.

2.3.3 Human Development Index(HDI)

Mengutip dari aman website BPS, menurut isi Human Development Report (HDR) pertama tahun 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak.

Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) merupakan indeks pembangunan manusia yang dipergunakan untuk mengukur pencapaian hasil dari pembangunan suatu daerah atau wilayah dalam 3 dimensi dasar pembangunan yaitu lamanya hidup, pengetahuan / tingkat pendidikan dan standar hidup layak. Dari pengertian ini, terdapat tiga unsur dasar pembangunan manusia untuk mengukur IPM, yaitu (1) usia harapan hidup, (2) pengetahuan/pendidikan, dan (3) standar hidup layak.

Adapun menurut isi aman BPS, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator


(12)

kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.

a. Usia Harapan Hidup

Unsur dasar pembangunan manusia yang pertama adalah usia harapan hidup. Usia harapan hidup menggambarkan usia maksimum yang diharapkan oleh seseorang untuk bertahan hidup. Pembangunan terhadap manusia harus lebih mengarahkan upaya agar penduduk dapat mencapai pada usia harapan hidup yang panjang. Indikator dari harapan hidup diantaranya adalah :

1. Angka kematian bayi.

2. Penduduk yang diperkirakan tidak mencapai umur 40 tahun. 3. Persentase penduduk dengan keluhan kesehatan.

4. Persentase penduduk yang sakit. 5. Rata-rata lamanya penduduk sakit.

6. Persentase penduduk mengobati sendiri penyakitnya. 7. Persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis. 8. Persentase balita yang kurang gizi.

9. Persentase rumah tangga yang memiliki akses ke sumber air minum bersih.

10. Persentase rumahtangga yang menghuni rumahnya berlantai tanah. 11. Persentase penduduk tanpa adanya akses terhadap fasilitas kesehatan. 12. Persentase rumah tangga tanpa adanya akses terhadap sanitasi.


(13)

b. Pengetahuan/pendidikan

Unsur dasar pembangunan manusia yang ke-2 adalah tingkat pendidikan yang juga diakui sebagai unsur yang mendasar dari pembangunan manusia. Indikator Pendidikan antara lain: Angka melek huruf, rata-rata lamanya bersekolah, angka partisipasi sekolah (APS), angka putus sekolah (Drop Out), dan lain-lain.

c. Standar Hidup Layak

Unsur dasar pembangunan manusia yang ke-3 adalah standar hidup layak. Indikator Standar Hidup Layak dilihat dari daya beli meliputi antara lain:

1. Jumlah penduduk yang bekerja. 2. Jumlah pengangguran terbuka.

3. Jumlah dan persentase penduduk miskin. 4. PDRB riil per kapita.

Di Indonesia, IPM digunakan sebagai indikator terhadap keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia, dalam hal ini berarti kualitas hidup masyarakat/penduduk yang dijadikan sebagai salah satu ukuran kinerja di masing-masing daerah. Tabel 2 di bawah ini menggambarkan posisi usia harapan hidup Indonesia dari beberapa negara lain di dunia tahun 1995 – 2015.

Tabel 2 Usia harapan hidup beberapa negara di dunia tahun 1995 – 2015

Negara 1995-2000 2000-2005 2005-2010 2010-20151 Amerika Serikat 76,4 77,1 r 78,1 r 78,9 r

Arab Saudi 71,6 r 73,1 r 74,3 r 75,4 r

Australia 78,9 r 80,4 r 81,7 r 82,4 r

Bangladesh 64,1 r 66,4 r 68,4 r 70,5 r

Belanda 77,8 r 78,7 80,2 80,9

Belgia 77,3 r 78,3 r 79,5 r 80,4 r

Brazil 69,4 r 71,0 r 72,4 r 73,8 r

Cina 70,9 r 73,4 r 74,4 r 75,2 r

Denmark 76,0 77,3 r 78,6 r 79,3 r

Federasi Rusia 65,7 65,0 r 67,2 r 67,9 r

Filipina 66,4 67,1 67,8 68,6

Negara 1995-2000 2000-2005 2005-2010 2010-20151

Finlandia 77,0 78,3 79,5 r 80,5 r


(14)

India 61,2 r 63,1 r 64,9 r 66,3 r

Indonesia 2 66,0 67,8 69,1 70,1

Inggris 77,1 78,4 79,6 80,4

Italia 78,7 80,2 81,5 r 82,3 r

Jepang 80,5 81,8 82,7 83,5 r

Jerman 77,2 r 78,6 r 79,8 80,7 r

Kamboja 59,8 r 64,5 r 69,5 r 71,6 r

Kanada 78,5 79,7 80,5 81,4 r

Kazakhstan 63,0 64,6 65,7 r 66,4 r

Korea Selatan 74,9 77,4 80,0 81,4 r

Kuwait 72,9 r 73,4 r 73,8 r 74,2 r

Malaysia 72,3 r 73,3 r 74,0 r 74,9 r

Meksiko 68,0 r 69,0 r 69,9 r 71,1 r

Mesir 73,7 r 75,0 r 76,3 r 77,4 r

Myanmar 61,3 r 62,8 r 64,2 r 65,1 r

Nigeria 46,3 r 47,3 r 50,2 r 52,3 r

Norwegia 78,2 79,2 80,6 r 81,4 r

Pakistan 63,1 r 64,5 r 65,7 r 66,5 r

Perancis 78,3 r 79,5 r 80,9 r 81,7

Singapura 77,7 r 79,2 r 81,2 r 82,2 r

Sri Lanka 69,1 r 73,2 73,4 74,2 r

Swedia 79,2 80,1 r 81,1 r 81,7

Thailand 70,6 r 71,5 r 73,3 r 74,3 r

Venezuela 72,1 72,8 r 73,7 74,5 r

Vietnam 73,0 r 74,4 r 75,1 r 75,9 r

Catatan: r) Angka diperbaiki

1. Data estimasi dengan ragam fertilitas medium

2. Data bersumber dari BPS

Sumber: BPS: United Nations: “World Population Prospect: The 2010 Revision Population Database”

Pada 2013, berdasarkan data UNDP, angka harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 70,8 tahun. Artinya, pada 2013, setiap penduduk Indonesia berpeluang untuk hidup selama 70,8 tahun pada saat lahir. Rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia dilaporkan sebesar 7.5 tahun. Angka ini menunjukkan,


(15)

penduduk Indonesia yang berumur 15 tahun ke atas sebagain besar hanya menamatkan pendidikan sekolah dasar (6 tahun) atau kurang. Adapun angka harapan lama sekolah penduduk Indonesia sebesar 12,7 tahun (tamat sekolah menengah atas). Sementara itu, pendapatan per kapita penduduk Indonesia berdasarkan harga-harga tahun 2011 (paritas daya beli) mencapai US$ 8.970. Sedangkan untuk mengetahui indeks pembangunan manusia secara nasional, dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:


(16)

Tabel 3. Indeks Pembangunan Provinsi dan Nasional 1996 – 2013

Provinsi 1996 1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

11. Aceh 69,4 65,3 66.0 68,7 69,05 69,41 70,35 70,76 71,31 71,7 72,16 72,51 73,05

12. Sumatera Utara 70,5 66,6 68,8 71,4 72,03 72,46 72,78 73,29 73,8 74,19 74,65 75,13 75,55 13. Sumatera Barat 69,2 65,8 67,5 70,5 71,19 71,65 72,23 72,96 73,44 73,78 74,28 74,7 75,01

14. Riau 70,6 67,3 69,1 72,2 73,63 73,81 74,63 75,09 75,6 76,07 76,53 76,9 77,25

15. Jambi 69,3 65,4 67,1 70,1 70,95 71,29 71,46 71,99 72,45 72,74 73,3 73,78 74,35

16. Sumatera Selatan 68.0 63,9 66.0 69,6 70,23 71,09 71,4 72,05 72,61 72,95 73,42 73,99 74,36

17. Bengkulu 68,4 64,8 66,2 69,9 71,09 71,28 71,57 72,14 72,55 72,92 73,4 73,93 74,41

18. Lampung 67,6 63.0 65,8 68,4 68,85 69,38 69,78 70,3 70,93 71,42 71,94 72,45 72,87

19. Kepulauan Bangka

Belitung -

-65, 4

69, 6

70,6 8

71,1 8

71,6 2

72,1 9

72,5 5

72,8 6

73,3 7

73,7 8

74,2 9

20. Kepulauan Riau - - - 70,8 72,23 72,79 73,68 74,18 74,54 75,07 75,78 76,2 76,56

31. DKI Jakarta 76,1 72,5 75,6 75,8 76,07 76,33 76,59 77,03 77,36 77,6 77,97 78,33 78,59 32. Jawa Barat 68,2 64,6 65,8 69,1 69,93 70,32 70,71 71,12 71,64 72,29 72,73 73,11 73,58 33. Jawa Tengah 67.0 64,6 66,3 68,9 69,78 70,25 70,92 71,6 72,1 72,49 72,94 73,36 74,05


(17)

34. Yogyakarta 71, 8 68, 7 70, 8 72,

9 73,5 73,7

74,1 5 74,8 8 75,2 3 75,7 7 76,3 2 76,7 5 77,3 7 35. Jawa Timur 65,5 61,8 64,1 66,8 68,42 69,18 69,78 70,38 71,06 71,62 72,18 72,83 73,54 36. Banten - -66, 6 67, 9 68,8 69,1 1 69,2 9 69,7 70,0 6 70,4 8 70,9 5 71,4 9 71,9 0

51. Bali 70,1 65,7 67,5 69,1 69,78 70,07 70,53 70,98 71,52 72,28 72,84 73,49 74,11

52. Nusa Tenggara Barat 56, 7 54, 2 57, 8 60, 6 62,4 2 63,0 4 63,7 1 64,1 2 64,6 6 65,2 66,2 3 66,8 9 67,7 3 53. Nusa Tenggara

Timur 60,9 60,4 60,3 62,7 63,59 64,83 65,36 66,15 66,6 67,26 67,75 68,28 68,77

61. Kalimantan Barat 63, 6 60, 6 62, 9 65, 4 66,2 67,0 8 67,5 3 68,1 7 68,7 9 69,1 5 69,6 6 70,3 1 70,9 3 62. Kalimantan Tengah 71,3 66,7 69,1 71,7 73,22 73,4 73,49 73,88 74,36 74,64 75,06 75,46 75,68

Provinsi 1996 1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

63. Kalimantan Selatan 66, 3 62, 2 64, 3 66, 7 67,4 4 67,7 5 68,0 1 68,7 2 69,3 69,9 2 70,4 4 71,0 8 71,7 4 64. Kalimantan Timur 71,4 67,8 70.0 72,2 72,94 73,26 73,77 74,52 75,11 75,56 76,22 76,71 77,33 65. Kalimantan Utara

- - -

-74,7 2 71. Sulawesi Utara 71,8 67,1 71,3 73,4 74,21 74,37 74,68 75,16 75,68 76,09 76,54 76,95 77,36

72. Sulawesi Tengah 66,

4 62, 8 64, 4 67, 3 68,4 7 68,8 5 69,3 4 70,0 9 70,7 71,1 4 71,6 2 72,1 4 72,5 4 73. Sulawesi Selatan 66.0 63,6 65,3 67,8 68,06 68,81 69,62 70,22 70,94 71,62 72,14 72,7 73,28


(18)

2 9 1 7 2 2 0 2 0 5 5 3

75. Gorontalo - - 64,1 65,4 67,46 68,01 68,83 69,29 69,79 70,28 70,82 71,31 71,77

76. Sulawesi Barat

- - -64, 4 65,7 2 67,0 6 67,7 2 68,5 5 69,1 8 69,6 4 70,1 1 70,7 3 71,4 1

81. Maluku 68,2 67,2 66,5 69.0 69,24 69,69 69,96 70,38 70,96 71,42 71,87 72,42 72,70

82. Maluku Utara

- -65, 8 66, 4 66,9 5 67,5 1 67,8 2 68,1 8 68,6 3 69,0 3 69,4 7 69,9 8 70,6 3

91. Papua Barat - - - 63,7 64,83 66,08 67,28 67,95 68,58 69,15 69,65 70,22 70,62

94. Papua 60,

2 58, 8 60, 1 60, 9 62,0 8 62,7 5 63,4 1 64.0 0 64,5 3 64,9 4 65,3 6 65,8 6 66,2 5

Indonesia (BPS) 67,

7 64, 3 65, 8 68, 7 69, 57 70, 1 70, 59 71, 17 71, 76 72, 27 72,7 7 73,2 9 73.8 1 Catatan:

1. IPM Ideal menurut BPS adalah 100

2. Mulai tahun 2005, angka IPM Provinsi dan Kabupaten/Kota disajikan dalam dua digit atau dua desimal di belakang koma


(19)

Berdasarkan tabel di atas bahwa rata-rata IPM di Indonesia dalam kurun waktu 1996 – 2013 adalah 70,1. Hal ini menunjukkan kualitas SDM Indonesia yang sudah membaik dengan capaian angka mendekati 100. Sedangkan berdasarkan posisinya di antara negara-negara ASEAN dapat di lihat dalam grafik 2 di bawah ini:

Grafik 2. Perbandingan IPM negara-negara ASEAN 2013

Berdasarkan grafik di atas, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) pada 2013 sebesar 0,684. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,44 persen bila dibandingkan dengan skor IPM pada 2012 yang sebesar 0,681. Meski mengalami kenaikan, peringkat IPM Indonesia tetap berada di urutan 108 dari 287 negara. Indonesia juga belum beranjak dari kelompok medium dalam soal pembangunan manusia. Di regional ASEAN, Indonesia berada pada kelompok yang sama dengan Filipina, Vietnam, Timor Leste, Kamboja, dan Laos.

Progres Indonesia dalam soal pembangunan manusia boleh dibilang sedikit lambat. Sepanjang periode 2000-2013, pertumbuhan skor IPM Indonesia rata-rata sebesar 0,9 persen per tahun. Progres yang lambat juga tercermin dari perubahan


(20)

peringkat IPM Indonesia sepanjang periode 2008-2013 yang hanya naik empat peringkat dari peringkat 112 pada periode sebelumnya.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah penulis bahas maka dapat disimpulkan: a. Suatu pembangunan dapat tercapai apabila kondisi masyarakat

benar-benar siap secara mental maupun secara intelektual agar masyarakat mudah memahami apa sebenarnya yang ingin dicapai dan masyarakat itu sendiri memiliki kesiapan mental untuk menerima sebuah perubahan. Jika demikian hal paling mendasar yang harus terlebih dahulu dibangun ialah masalah kependudukannya. Pembangunan yang baik membutuhkan perencanaan pembangunan yang matang.

b. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi kesejahteraan umum individu dan masyarakat. Istilah ini digunakan dalam berbagai konteks, termasuk bidang pembangunan internasional, kesehatan, dan politik. Kualitas hidup tidak hanya pada konsep standar hidup, yang didasarkan pada pendapatan. Indikator standar kualitas hidup meliputi juga pada lingkungan binaan, fisik dan kesehatan mental, pendidikan, rekreasi dan waktu luang, dan hak sosial.

c. Dalam hal IPM, Indonesia belum beranjak dari kelompok medium dalam soal pembangunan manusia. Di regional ASEAN, Indonesia berada pada kelompok yang sama dengan Filipina, Vietnam, Timor Leste, Kamboja, dan Laos.

3.2 Saran

Pemerintah seharusnya mengambil strategi pembangunan yang lebih mengedepankan wawasan Pembangunan kependudukan. Memang, mempergunakan strategi pembangunan berwawasan kependudukan untuk suatu


(21)

pembangunan ekonomi akan memperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi. Namun, ada suatu jaminan bahwa perkembangan ekonomi yang dicapai akan lebih berkesinambungan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya akan membawanya pada peningkatan ketimpangan pendapatan. Industrialisasi dan liberalisasi yang terlalu cepat akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi sekaligus juga meningkatkan jumlah pengangguran dan setengah menganggur akibat adanya ketimpangan antara jumlah lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan banyaknya jumlah pencari kerja.. Sehingga langkah yang dapat diambil oleh pemerintah adalah dengan mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

www.bps.go.id

http://stormharven.blogspot.com/2013/05/pembangunan-berwawasan-kependudukan.html

http://jabar.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=8c526a76-8b88-

44fe-8f81-2085df5b7dc7&View=69dc083c-a8aa-496a-9eb7-b54836a53e40&ID=592

https://www.academia.edu/6194409/MAKALAH_SUMBER_DAYA_MANUSIA http://yenzay90.blogspot.com/2012/03/tugas-kampus-indeks-kualitas-hidup-ikh.html


(1)

34. Yogyakarta 71, 8 68, 7 70, 8 72,

9 73,5 73,7

74,1 5 74,8 8 75,2 3 75,7 7 76,3 2 76,7 5 77,3 7 35. Jawa Timur 65,5 61,8 64,1 66,8 68,42 69,18 69,78 70,38 71,06 71,62 72,18 72,83 73,54 36. Banten - -66, 6 67, 9 68,8 69,1 1 69,2 9 69,7 70,0 6 70,4 8 70,9 5 71,4 9 71,9 0 51. Bali 70,1 65,7 67,5 69,1 69,78 70,07 70,53 70,98 71,52 72,28 72,84 73,49 74,11 52. Nusa Tenggara

Barat 56, 7 54, 2 57, 8 60, 6 62,4 2 63,0 4 63,7 1 64,1 2 64,6 6 65,2 66,2 3 66,8 9 67,7 3 53. Nusa Tenggara

Timur 60,9 60,4 60,3 62,7 63,59 64,83 65,36 66,15 66,6 67,26 67,75 68,28 68,77 61. Kalimantan Barat 63,

6 60, 6 62, 9 65, 4 66,2 67,0 8 67,5 3 68,1 7 68,7 9 69,1 5 69,6 6 70,3 1 70,9 3 62. Kalimantan Tengah 71,3 66,7 69,1 71,7 73,22 73,4 73,49 73,88 74,36 74,64 75,06 75,46 75,68

Provinsi 1996 1999 2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

63. Kalimantan Selatan 66, 3 62, 2 64, 3 66, 7 67,4 4 67,7 5 68,0 1 68,7 2 69,3 69,9 2 70,4 4 71,0 8 71,7 4 64. Kalimantan Timur 71,4 67,8 70.0 72,2 72,94 73,26 73,77 74,52 75,11 75,56 76,22 76,71 77,33 65. Kalimantan Utara

- - -

-74,7 2 71. Sulawesi Utara 71,8 67,1 71,3 73,4 74,21 74,37 74,68 75,16 75,68 76,09 76,54 76,95 77,36 72. Sulawesi Tengah 66,

4 62, 8 64, 4 67, 3 68,4 7 68,8 5 69,3 4 70,0 9 70,7 71,1 4 71,6 2 72,1 4 72,5 4 73. Sulawesi Selatan 66.0 63,6 65,3 67,8 68,06 68,81 69,62 70,22 70,94 71,62 72,14 72,7 73,28


(2)

2 9 1 7 2 2 0 2 0 5 5 3 75. Gorontalo - - 64,1 65,4 67,46 68,01 68,83 69,29 69,79 70,28 70,82 71,31 71,77 76. Sulawesi Barat

- - -64, 4 65,7 2 67,0 6 67,7 2 68,5 5 69,1 8 69,6 4 70,1 1 70,7 3 71,4 1 81. Maluku 68,2 67,2 66,5 69.0 69,24 69,69 69,96 70,38 70,96 71,42 71,87 72,42 72,70 82. Maluku Utara

- -65, 8 66, 4 66,9 5 67,5 1 67,8 2 68,1 8 68,6 3 69,0 3 69,4 7 69,9 8 70,6 3 91. Papua Barat - - - 63,7 64,83 66,08 67,28 67,95 68,58 69,15 69,65 70,22 70,62

94. Papua 60,

2 58, 8 60, 1 60, 9 62,0 8 62,7 5 63,4 1 64.0 0 64,5 3 64,9 4 65,3 6 65,8 6 66,2 5 Indonesia (BPS) 67,

7 64, 3 65, 8 68, 7 69, 57 70, 1 70, 59 71, 17 71, 76 72, 27 72,7 7 73,2 9 73.8 1 Catatan:

1. IPM Ideal menurut BPS adalah 100

2. Mulai tahun 2005, angka IPM Provinsi dan Kabupaten/Kota disajikan dalam dua digit atau dua desimal di belakang koma Sumber: Badan Pusat Statistik


(3)

Berdasarkan tabel di atas bahwa rata-rata IPM di Indonesia dalam kurun waktu 1996 – 2013 adalah 70,1. Hal ini menunjukkan kualitas SDM Indonesia yang sudah membaik dengan capaian angka mendekati 100. Sedangkan berdasarkan posisinya di antara negara-negara ASEAN dapat di lihat dalam grafik 2 di bawah ini:

Grafik 2. Perbandingan IPM negara-negara ASEAN 2013

Berdasarkan grafik di atas, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) pada 2013 sebesar 0,684. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,44 persen bila dibandingkan dengan skor IPM pada 2012 yang sebesar 0,681. Meski mengalami kenaikan, peringkat IPM Indonesia tetap berada di urutan 108 dari 287 negara. Indonesia juga belum beranjak dari kelompok medium dalam soal pembangunan manusia. Di regional ASEAN, Indonesia berada pada kelompok yang sama dengan Filipina, Vietnam, Timor Leste, Kamboja, dan Laos.

Progres Indonesia dalam soal pembangunan manusia boleh dibilang sedikit lambat. Sepanjang periode 2000-2013, pertumbuhan skor IPM Indonesia rata-rata sebesar 0,9 persen per tahun. Progres yang lambat juga tercermin dari perubahan


(4)

peringkat IPM Indonesia sepanjang periode 2008-2013 yang hanya naik empat peringkat dari peringkat 112 pada periode sebelumnya.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah penulis bahas maka dapat disimpulkan: a. Suatu pembangunan dapat tercapai apabila kondisi masyarakat

benar-benar siap secara mental maupun secara intelektual agar masyarakat mudah memahami apa sebenarnya yang ingin dicapai dan masyarakat itu sendiri memiliki kesiapan mental untuk menerima sebuah perubahan. Jika demikian hal paling mendasar yang harus terlebih dahulu dibangun ialah masalah kependudukannya. Pembangunan yang baik membutuhkan perencanaan pembangunan yang matang.

b. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi kesejahteraan umum individu dan masyarakat. Istilah ini digunakan dalam berbagai konteks, termasuk bidang pembangunan internasional, kesehatan, dan politik. Kualitas hidup tidak hanya pada konsep standar hidup, yang didasarkan pada pendapatan. Indikator standar kualitas hidup meliputi juga pada lingkungan binaan, fisik dan kesehatan mental, pendidikan, rekreasi dan waktu luang, dan hak sosial.

c. Dalam hal IPM, Indonesia belum beranjak dari kelompok medium dalam soal pembangunan manusia. Di regional ASEAN, Indonesia berada pada kelompok yang sama dengan Filipina, Vietnam, Timor Leste, Kamboja, dan Laos.

3.2 Saran

Pemerintah seharusnya mengambil strategi pembangunan yang lebih mengedepankan wawasan Pembangunan kependudukan. Memang,


(5)

pembangunan ekonomi akan memperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi. Namun, ada suatu jaminan bahwa perkembangan ekonomi yang dicapai akan lebih berkesinambungan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya akan membawanya pada peningkatan ketimpangan pendapatan. Industrialisasi dan liberalisasi yang terlalu cepat akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi sekaligus juga meningkatkan jumlah pengangguran dan setengah menganggur akibat adanya ketimpangan antara jumlah lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan banyaknya jumlah pencari kerja.. Sehingga langkah yang dapat diambil oleh pemerintah adalah dengan mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

www.bps.go.id

http://stormharven.blogspot.com/2013/05/pembangunan-berwawasan-kependudukan.html

http://jabar.bkkbn.go.id/_layouts/mobile/dispform.aspx?List=8c526a76-8b88-

44fe-8f81-2085df5b7dc7&View=69dc083c-a8aa-496a-9eb7-b54836a53e40&ID=592

https://www.academia.edu/6194409/MAKALAH_SUMBER_DAYA_MANUSIA http://yenzay90.blogspot.com/2012/03/tugas-kampus-indeks-kualitas-hidup-ikh.html