PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD PELITA BANGSA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD PELITA BANGSA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Al Fisqy Kayyasah Amaliyyah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembelajaran dan minat siswa dalam pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik di SD Pelita Bangsa Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran dan minat siswa dalam pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik di SD Pelita Bangsa Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori pembelajaran dan metode saintifik. Metode saintifik adalah proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dengan beberapa tahap yaitu mengamati, menanya, menalar, mengolah, mencoba, menyimpulkan, menyajikan dan mengomunikasikan yang dilakukan siswa setiap proses pembelajaran. Sumber data pada penelitian ini adalah 10 orang siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, observasi, wawancara dan dokumentasi. Instrument penelitian menggunakan panduan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Minat siswa menunjukan rata-rata siswa sangat berminat dengan seni budaya Lampung. Pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik dimulai dengan beberapa tahap yang dilaksanakan oleh siswa, pada tahap mengamati, menanya, menalar, mengolah, mencoba, menyajikan, menyimpulkan dan mengomunikasikan. Aspek tersebut membuat siswa lebih aktif dan mampu untuk mengikuti pembelajaran yang aktif karena pada pendekatan saintifik siswa dapat langsung mengamati hal yang guru sampaikan, dan langsung bertanya tentang hal yang belum mereka pahami, menggunakan kreatifitas pada tahap menalar, mengolah dan mencoba serta mampu menyajikan, menyimpukan dan mengomunikasikan dari hasil yang siswa dapat. Aktivitas guru selama proses pembelajaran menunjukan bahwa guru juga berperan aktif dan mampu menjadi fasilitator yang baik, karena guru mampu menjelaskan materi yang disampaikan sehingga siswa menjadi cepat paham, dan ketika ada siswa yang kesulitan dalam mengerjakan tugas guru sangat cekatan untuk membantu mengarahkan, kerjasama yang baik diantara dua guru didalam kelas membuat suasana kelas menjadi lebih efektif.


(2)

LEARNING ART AND CULTURE USES SCIENTIFIC APPROACH IN PELITA BANGSA ELEMENTARY SCHOOL BANDAR LAMPUNG ON 2014/2012 ACADEMIC

YEAR By

Al Fisqy Kayyasah Amaliyyah

Formulaionof the problem in this research are how learning process and student’s perception in learning art and culture uses scientific approach in Pelita Bangsa Elementary School Bandar Lampung on 2014/2015 Academic Year. This research aims to describe student’s learning and perception in learning art and culture uses scientific approach in Pelita Bangsa Elementary School Bandar Lampung on 2014/2015 school year.

This research uses descriptive qualitative method. Theory that used in this research are learning theory and scientific method. Scientific method is the learning process uses scientific approach with same phases, they are observing, asking, logical reasoning, processing, trying, summarizing and communicationg that were done by students in every learning process. Data source in this research is 10 students. Data collection techiniques that used in this research are questionnaite, observation, interview and documentation. Research instruments use escort, observation, interview ang documentation.

Student’s interestshowed a very interested averange in art and culture Lampung. Learning art and culture use scientific approach start with some phases that were done by students, in observing, asking, logical reasoning, processing, trying, summarizing and communicationg phases. That aspect makes the students be more active and they able to follow the active learning because in scientific approaches, students can observe the things that have been explained by the teacher and asking about the things that they don’t understand directly, using their creativity in reasoning phase, processing and trying and also they able to serve, present and communicat from the result wich students have got. Teachers activity during learning process shows that the teacher also has an active role and they able to be a good facilitator because teacher able to explain the presented material, cooperation between two teachers in th class makes the condition of the class more effective.


(3)

PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

DI SD PELITA BANGSA BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

AL FISQY KAYYASAH AMALIYYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Natar pada 03 April 1994, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan bapak Drs. Sarwono dan Ibu Mustaqimah, pendidikan yang ditempuh penulis adalah sekolah dasar (SD) Negeri Bumsari Kecamatan Natar kabupaten Lampung Selatan diselesaikan pada 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Natar diselesaikan pada 2008, Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Natar diselesaikan pada 2011.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Unversitas Lampung melalui (UM) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Program Studi Pendidikan Seni Tari.

Tahun 2014 penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 3 Pesisir Utara Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir Barat, Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kota Karang, dan pada tahun 2014 penulis melakukan penelitian di SD Pelita Bangsa Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd).


(8)

Bismillahirohmanirrohim

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang segala puji hanya bagi Allah S.W.T atas nikmat dan berkah yang tak terhitung.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad S.A.W kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada.

1. Bapak dan Ibuku yang tak pernah berhenti mendoakaan, memberi semangat dan motivasi, dan kepada adik irvan terimakasih atas dukungannya dan semangatnya dan doa yang kalian berikan

2. Keluarga besar dari Bapak dan Ibu yaitu tante, oom, dan sepupu yang selalu mendoakan dan memberi semangat

3. Ibu Shinta Widya yang memberi arahan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini 4. Sahabat terdekat Merdiansyah Putra, Dwi Saktia Ningrum dan Agnes Yopi Permoni


(9)

MOTO

Orang yang malas telah membuang kesempatan yang diberikan Tuhan, padahal Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia.

(Mario Teguh)

Kesabaran memang penuh ujian, jika anda selalu lulus, kemenangan itu akan permanen selamanya.


(10)

Puji syukur atas kehadirat Allah yang Maha Esa, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pembelajaran Seni Budaya Mengunakan Pendekatan Saintifik di SD Pelita Bangsa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Penulis menyadari bahwa daam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Fitri Daryanti, S.Sn, M.Sn selaku pembimbing 1 dan ketua Program Studi Pendidikan Seni Tari atas kesabaran, bimbingan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis. 2. Hasyimkan, S.Sn., MA selaku pembimbing II atas kesabaran, bimbingan dan masukan

yang telah diberikan kepada penulis.

3. Susi Wedhaningsih, S.Pd., M.Pd sebagai dosen penguji.

4. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku dekan FKIP Universitas Lampung.

5. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Lampung.

6. Shinta Widya, S.Pd., M.Pd selaku koordinator level 1-3 SD Pelita Bangsa Bandar Lampung terimakasih atas kerjasama, dan bimbingannya selama ini.

7. Mei Indriyati, S.Pd dan Rizki Kurniasi, S.Pd selaku guru kelas P1-M yang telah membantu dan bekerjasama dengan baik selama proses penelitian dan kepada seluruh siswa-siswi kelas P1-M yang mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.

8. Bapak dan Mama yang tak pernah berhenti mendoakan dan menyayangiku, yang selalu memberi aku motivasi dan semangat serta adik irvan yang selalu mendoakan dan memberi semangat terimakasih atas seluruh doa dan dukungan yang kalian berikan selama ini.


(11)

9. Sahabat terdekat Merdiansyah Putra, Dwi Saktia Ningrum, Agnes Yopi Permoni, dan Wayan Dewi Kumalasari terimakasih atas dukungan dan kerjasama nya selama ini.

10. Teman-temanku Seni Tari angkatan 2011, tia, agnes, vita, risa, geby, dona, rendri, evi, jeme, prami, fani, oka, andini, zeny, bela, helda, rora, resa, ica, anisa, bambang, doni, ardan, ari, andri, surya, ariyadi, fredy, ical, gita, sekar, agus, arum, pungki.

11. Kakak-kakak serta adik-adik Seni Tari angkatan 2008-2014 yang tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih atas dukungan dan doa kalian selama ini.

12. Teman-teman PPL dan KKN (Samsuryati, Nurhalimah, Bagus setiawan, Dwi Handayani, Lilis, Melati, Emilda Mustapa, Pradiska, Ramadhan) terimakasih atas semangat dan dukungan yang kalian berikan selama ini.

13. Mas jaya, Mbak Eva, Mbah Bari, dan seluruh staf kampus Seni Tari FKIP Universitas Lampung atas dukungan dan doa serta partisipasinya.

14. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan beruna bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, 9 Maret 2015 Penulis

Al Fisqy Kayyasah Amaliyyah 1113043003


(12)

Tabel Halaman

2.1 Tingkatan Dalam Pertanyaan ...22

2.2 Kompetensi Inti Kelas I Sekolah Dasar/ MI ...35

2.3 Mata Pelajaran ...36

3.1. Kisi-Kisi Wawancara ...191

3.2. Format Penilaian ...133

3.3. Observasi Proses dan Penilaian Siswa ...134

3.4 Format Penilaian Guru ...144

3.5 Penentuan Patokan Dengan Perhitungan Skala Empat...48

4.1Voice Level Control ...51

4.2. Daftar Nama Siswa ...52

4.3. Daftar Pertemuan Penelitian ...54

4.4. Hasil Analisis Angket ...107

4.5. Skor Siswa Setiap Aspek ...140

4.6 Nilai Akhir Siswa ...108


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Angket Siswa ……….. 122

Kisi-kisi Wawancara ……… 133 Observasi Proses dan Penilaian Siswa ………. 134

Penilaian Guru ……….. 144

RancanganProses Pembelajaran ……….. 146

Surat Penelitian ………. 224


(14)

Gambar Halaman

Gambar 4.1. Suasana Belajar Di Kelas ... 58

Gambar 4.2. Kertas Yang Digunakan Siswa Untuk Menggambar ... 59

Gambar 4.3. Guru Berkeliling Mengontrol Pekerjaan Siswa ... 60

Gambar 4.4. Guru 1 Mengoreksi Pekerjaan Siswa ... 60

Gambar 4.5. Siswa-siswi Berlatih Tari Bedana ... 63

Gambar 4.6. Guru 1 dan 2 Menyiapkan Bahan Pelajaran ... 65

Gambar 4.7. Guru 1 Mengecek Pekerjaan Siswa ... 66

Gambar 4.8. Siswa Mengerjakan Tugas Yang Diberikan ... 67

Gambar 4.9. Guru 1 Mengajari Siswa Yang Belum Paham ... 68

Gambar 4.10. Siswa-siswi Mengumpulkan Tugas Ke meja Guru ... 69

Gambar 4.11. Hasil Tugas Prakarya Siswa ... 70

Gambar 4.12. Pengisian Angket ... 71

Gambar 4.13. Siswa Berlatih Tari Bedana ... 72

Gambar 4.14. Siswa Berlatih tari Tor-tor ………... 73

Gambar 4.15. Seluruh Siswa dan Guru Memasuki Gedung Auditorium ... 74

Gambar 4.16. Tari Bedana ... 75

Gambar 4.17.Mixxing Color ... 76

Gambar 4.18.Vocal Group ... 76

Gambar 4.19.Modern Dance ... 77

Gambar 4.20. Tari Jaranan ... 77

Gambar 4.21. Guru 2 Membantu Siswa Menggunakan Kostum ... 79

Gambar 4.22. Proses Latihan Tari Tor-tor ... 80


(15)

Gambar 4.24. Persiapan Siswa Sebelum Pulang ... 82

Gambar 4.25. Guru Membantu Menggunakan Kostum Tari Untuk Pentas 83 Gambar 4.26. Siswa-siswi Penari Bedana ... 84

Gambar 4.27. Persiapan Aula Pertunjukan ... 85

Gambar 4.28. Pertunjukan Tari Bedana ... 85

Gambar 4.29. Pertunjukan Tari Bedana ... 86

Gambar 4.30. PenampilanMixing Color ... 86

Gambar 4.31. PenampilanModern Dance ... 87

Gambar 4.32. PenampilanVocal Group ... 88

Gambar 4.33. Penampilan Tari Tor-tor ... 89

Gambar 4.34. Penampilan Tari Tor-tor ... 89

Gambar 4.35.Baca Puisi ... 90

Gambar 4.36. Penampilan Tari Jaranan... 90

Gambar 4.37. Seluruh Siswa Bernyanyi Bersama ... 91

Gambar 4.38. Guru 1 Mengajar Siswa ... 92

Gambar 4.39. Siswa Menempelkan Gambar Alat Musik ... 96

Gambar 4.40. Guru 1 Mengontrol Pekerjaan Siswa ... 98

Gambar 4.41. Siswa Mencoba Bernyanyi ... 99

Gambar 4.42. Pembelajaran Musik ... 100

Gambar 4.43. Guru 2 Menyiapkan Media Pembelajaran ... 102

Gambar 4.44. Guru 2 Menyampaikan Materi ... 102

Gambar 4.45. Suasana Belajar ... 104


(16)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pembelajaran ... 8

2.1.1 Proses Pembelajaran ... 9

2.1.2 Proses Pembelajaran Tematik ... 13


(17)

2.2.1 Karakteristik Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 17

2.2.2 langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik 20 2.3 Kurikulum 2013 ... 29

2.3.1 Karakteristik Kurikulum 2013 ... 31

2.3.2 Struktur Kurikulum SD/MI ... 32

2.4 Seni Budaya ... 37

III. METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ... 41

3.2Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.2.1 Kuesioner (Angket) ... 42

3.2.2 Observasi (pengamatan) ... 43

3.2.3 Wawancara ... 44

3.2.4 Dokumentasi ... 45

3.3Sumber Data ... 45

3.4Instrument Penelitian ... 45

3.5Instrument Penilaian ... 45

3.6Analisis Data ... 46

IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 49

4.1.1 Profil SD Pelita Bangsa Bandar Lampung ... 49

4.2Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 53

4.3Lembar Hasil Observasi ... 57

4.3.1 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran ... 57

4.3.2 Hasil Penilaian ... 107

4.4Pembahasan ... 114

V. KESIMPULAN dan SARAN 5.1Kesimpulan ... 118

5.2Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan Kurikulum 2013 diorientasikan terjadinya peningkatan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge). Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “pendidikan berdasarkan standar” (standar-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara untuk suatu jenjang pendidikan. Elemen perubahan kurikulum dilakukan pada empat komponen, yaitu : a) standar kompetensi lulusan; b) standar isi; c) standar proses; dan d) standar penilaian. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. (Abdul Majid:2014).

Kurikulum SD menggunakan pembelajaran dengan tema yang nantinya akan disesuaikan dengan materi yang diajarkan, pembelajaran dengan tema yang saling berkaitan dengan pelajaran yang lain. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. Pembelajaran dengan tema ini disebut dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran Tematik meliputi berbagai mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dengan tema sebagai


(19)

2

pemersatunya. Untuk menyatukan berbagai kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran, perlu penelaahan atau kajian yang mendalam dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan. Pembelajaran tematik disajikan secara fleksibel, tidak dipaksakan, melainkan mengalir begitu saja keterpaduannya, saling melengkapi, saling mengkait, dan tidak terpisahkan.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi perananya di masa yang akan datang (UUR.I. No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal I). “Educatinonal, in the sense used here, is a process or an activity which is direct at producing desirable changes in the behavior of human beings”, artinya pendidikan

adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku manusia. (Mc. Donald, dalam buku Oemar Hamalik, 2012).

Proses pendidikan seorang peserta didik juga dituntut agar bisa membentuk kepribadian peserta didik melalui proses pembelajaran yang disesuaikan dengan mata pelajarannya, sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Umar, 2005:34).

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Sudjana, 1998:28) dalam buku Rusman. Menurut teori belajar Piaget belajar diartikan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak schemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitar (Baldwin,1976). (dalam Imas dan Berlin,2014).

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen-komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode,


(20)

dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Rusman, 2010:1). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. (Hamalik, 2012).

Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta didik (Permendikbud No 67 tahun 2013).

Tahap perkembangan tingkah laku belajar siswa Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikirannya sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkunganya. (Piaget, dalam Ruslan 2013). Anak pada usia Sekolah Dasar (7-11 tahun) berada pada tahapan operasi konkret, pada rentang usia ini tingkah laku anak yang tampak yaitu: 1) anak mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, 2) anak mulai berpikir secara operasional, 3) anak mampu mempergunakan cara berfikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-beenda, 4) anak dapat membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, dan 5) anak dapat memahami konsep substansi, panjang, lebar, luas, tinggi, rendah, ringan, dan berat. Kecenderungan belajar anak usia Sekolah Dasar memiliki tiga ciri, yaitu : konkret, integratif, dan hierarkis.


(21)

4

Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba dan diotak-atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaiaan proses dan hasil pembelajaran yang berkualitas bagi anak usia Sekolah Dasar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan kadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Secara umum anak usia Sekolah Dasar memiliki ciri-ciri belajar sebagai berikut : 1) secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik terhadap dunia sekitar yang ada disekelilingnya, 2) senang bermain dan bergembira, 3) suka mengatur dirinya sendiri untuk menangani berbagai hal, mengeskplorasi suatu situasi dan mencoba usaha-usaha baru seperti berani memberi warna pada suatu gambar atau bidang, 4) memiliki perasaan dan dorongan untuk berprestasi dan tidak suka terhadap ketidakpuasan dan kegagalan, 5) melakukan belajar secara efektif ketika merasa puas dengan situasi yang terjadi, 6) belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, mengajar anak temannya yang sebaya, (Basset et.al; Deni, 2014).

Pendekatan saintifik merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran menggunakan Kurikulum 2013, penerapan pendekatan ini menjadi tantangan guru melalui pengembangan aktivitas siswa yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar dan mencipta. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bawa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Kondisi pembelajaraan pada saat ini diharapkan diarahkan agar peserta didik mampu


(22)

merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapakan diarahkan untuk melatih berpikir analitik (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata). (Abdul Majid, 2014).

SD Pelita Bangsa merupakan salah satu SD yang berada di Bandar Lampung di Jalan Pangeran E.M Noor No.33 Palapa Bandar Lampung. Di sekolah tersebut guru-guru dituntut untuk menjadi berkompeten dalam mengajar dan mendidik siswa, sehingga dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kreativitas anak didik dalam bidang seni.

Proses pembelajaran di kelas dari kelas 1 sampai kelas 6 sudah menggunakan kurikulum 2013, pembelajaran menggunakan Kurikulum 2013 pada kelas 1 sekolah dasar memiliki beberapa tema pelajaran, yaitu: 1) Diriku, 2) Kegemaranku, 3) Kegiatanku, 4) Keluargaku, 5) pengalamanku, 6) lingkungan sehat, bersih dan asri, 7) benda, hewan, dan tanaman disekitarku 8) peristiwa awal. Salah satu tema yang berkaitan dengan pembelajaran seni terdapat dalam tema Kegemaranku. Tema kegemaranku mengajarkan tentang kegemaran atau kesukaan siswa, mereka diajarkan untuk mampu mengekspresikan kegemarannya. Tema kegemaranku memiiki subtema 1) gemar berolahraga, 2) gemar bernyanyi dan menari, 3) gemar menggambar, 4) gemar membaca, melalui tema kegemaranku guru akan mengtahui bagaimana kegemaran siswa yang berbeda-beda sesuai dengan bidangnya. Guru melaksanakan pembelajaran tema kegemaranku menggunakan pendekatan saintifik. Dari latar belakang di atas peneliti membatasi masalah pada bagaimana pembelajaran seni menggunakan metode saintifik di SD Pelita Bangsa.


(23)

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik di SD Pelita Bangsa Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

2. Bagaimana minat siswa terhadap proses pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik di SD Pelita Bangsa Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik di SD Pelita Bangsa Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

2. Mengetahui bagaimana minat siswa dalam pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik di SD Pelita Bangsa Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dan calon guru seni budaya, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan menjadi informasi mengenai pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik

2. Bagi sekolah, hasil peneitian ini diharapkan dapat member informasi dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik


(24)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sasaran (subjek) dalam penelitian ini adalah siswa dan guru yang mengikuti dan melaksanakam pembelajaran seni budaya di SD Pelita Bangsa

2. Masalah (objek) penelitian adalah penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran seni budaya di SD Pelita Bangsa Bandar Lampung

3. Tempat pada penelitian ini adalah SD Pelita Bangsa Bandar Lampung 4. Waktu penelitian ini adalah tanggal 11 November–27 November 2014

No Kegiatan

Bulan

Oktober November Desember Januari Febuari Maret

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Pengajuan usul

penelitian

x

2 Pengumpulan

data dan

pengolahan

x x x x x x x

3 Bimbingan dan koreksi

x x x X x x x x


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Pembelajaran

Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas untuk membantu mempermudah seseorang belajar, sehingga terjadi belajar secara optimal (Romizowski dalam Deni, 2014). Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen yang saling berhubungan satu dengan lain, komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi (Rusman, 2013).

Pembelajaran itu memiliki dua ciri yaitu aktivitas yang berorientasi pada tujuan yang spesisfik serta adanya sumber dan aktivitas belajar yang telah direncanakan sebelumnya (Romizowzki dalam Kurniawan, 2014). Dalam proses pembelajaran yang menjadi komunikator adalah guru dan siswa sebagai komunikannya, sedang isi atau materi pelajaran adalah pesannya. Untuk mengetahui apakah pesan yang berupa materi pelajaran biasanya diadakan tanya jawab atau tes tertentu.

Menurut teori belajar Vygotsky mengemukakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.


(26)

(Imas dan Berlin,2014). Menurut teori belajar sosial (social learning) yang dikembangkan oleh Bandura menyatakan bahwa belajar terjadi karena proses peniruan (imitation) (Abdul,2014).

2.1.1 Proses pembelajaran

Menurut Permendikbud No 65 tahun 2013 tentang standar proses, telah dijelaskan standar proses pembelajaran yang harus dilaksanakan, yaitu.

A.Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran 1. Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran

a. SD/MI : 35 menit b. SMP/MTs : 40 menit c. SMA/MA : 45 menit d. SMK/MAK : 45 menit 2. Buku Teks Pelajaran

Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatan efisiensi dan efektivitas yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

3. Pengelolaan Kelas

a) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik seduai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran.

b) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.

c) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta didik.


(27)

10

d) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik.

e) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran.

f) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

g) Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.

h) Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi.

i) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata pelajaran; dan

j) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan k) waktu yang dijadwalkan.

B.Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar

dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional;


(28)

c. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai

silabus.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/ataupembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.

a. Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.

b. Pengetahuan

Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteristik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik , tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan


(29)

12

untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

c. Keterampilan

Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topic dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquirylearning)dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:

a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;

b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan


(30)

C.Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran

Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment)yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan

penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, dan video.

2.1.2 Proses pembelajaran tematik

Pembelajaran tematik adalah salah satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu yaitu model terjala (webbed). Yang pada intinya menekankan pada pola pengoeganisasian materi yang terintegerasi dipadukan oleh satu tema (Kurniawan, 2014).

Proses pembelajaran tematik terpadu versi kurikulum 2013

1. Pembelajaran di Sekolah Dasar menggunakan pendekatan tematik terpadu untuk seluruh kelas, kelas satu hingga kelas enam, hal ini berimplikasikan menuntun semua guru kelas di Sekolah Dasar memahami dan trampil membawakan pembelajaran tematik

2. Tema, sub tema, jejaring tema, materi, proses pembelajaran, beserta alat dan penilaiaannya dalam bentu buku pegangan guru. Guru tinggal mempelajarinya hingga memahaminya dengan benar


(31)

14

3. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan berorientasi siswa (student centered), dengan menyempurnakan model eksplorasi, elaborasi, konfirmasi menjadi pendekatansaintifik. Dengan demikian pemahaman atas pendekatan pembelajaran berorientasi siswa dan prosedur pembelajaran saintifik menjadi hal yang sangat penting

4. Esensi pembelajaran dengan pendekatan saintifik

a. Merujuk pada teknik investigasi atas suatu fenomena/gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memandukan pengetahuan sebelumnya

b. Lebih mengedepankan penalaran induktif, yaitu memandang fenomena atau situasi secara spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan

c. Berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinseip-prinsip penalaran yang spesifik

d. Memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi/data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis 5. Tujuh kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira atau khayalan

b. Penjelasan guru respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis

c. Mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara kritis, analitik, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran


(32)

d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari materi pembelajaran

e. Mendorong dan mengisnpirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pada pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik dalam sistem penyajiannya

Keterkaitan antara pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik yaitu pembelajaran tematik yang menggunakan dasar penggabungan beberapa mata pelajaran menggunakan tema yang telah disesuaikan, dan fungsi dari pendekatan saintifik adalah untuk menjadi metode pembelajaran yang akan membantu proses pembelajaran menjadi lebih mudah yang telah disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran dan penyampaian materi tersebut.

2.2 Pendekatan Saintifik

Pembelajaran merupakan proses ilmiah. Karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik atau ilmiah dalam pembelajaran. Permendikbud No.56 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah.

Pembelajaran dengan pendektan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,


(33)

16

menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan saintifik, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, todak bergantung pada informasi searah dari guru (Imas dan Berlin, 2014).

Menurut Sudarwan, (dalam abdul, 2014). Pendekatan saintifik bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut :

1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng semata

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-pesetta didik terbebas dari prangsangka yang menyimpang dari alur beripikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistik, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotesis dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama laindan substansi atau materi pembelajaran. 5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.


(34)

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2014 sebagiamana dikutip Wikipedia (dalam abdul,2014) menyatakan pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengitegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengidentifikasi perbedaan kemampuan siswa. Pada penerbitan berikutnya pada tahun 2007 dinyatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus memenuhi tiga prinsip utama, yaitu :

1. Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelmpok dan belajar berpusat pada sisiwa 2. Assessment berate pengukuran kemampuan belajar siswa yang dibandingkan dengan target

pencapaian tujuan belajar.

3. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa untuk, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar secara konteks.

2.2.1 Karakeristik pembelajaran dengan pendekatan saintifik

Proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „mengapa‟. Ranah keterampilan menggamit


(35)

18

tranformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „bagaimana‟. Berikut krakteristik pendekana saintifik.

1. Berpusat pada siswa

2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip 3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan

intelek, khususnya keterampilan berpikir tinggi siswa

Kegiatan pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengemabangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif (deductive reasoning), penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara kesuluruhan.

Ranah keterampilan menggabungkan tranformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang „bagaimana‟. Ranah pengetahuan menggabungkan transformsi substansi atas materi ajar agara peserta didik tahu tentang „apa‟. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang mrmiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meilputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.


(36)

Sumber : Abdul Majid, 2014

Metode ilmah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawab pertanyaan melalui kegiatan observasi, mencoba melaksanakan aktivitas atau melaksanakan percobaan. Oleh karena itu, pada umumnya pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut :

1. Merumuskan pertanyaan

2. Merumuskan latar belakang penelitian 3. Merumuskan hipotesisi

4. Menguji hipotesis melalui percobaan

5. Mengnalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan

6. Jika hipotesis terbukti benar maka data dilanjutkan dengan laporan

7. Jika hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka lakukan pengujian kembali.


(37)

20

2.2.2 Langkah-langkah Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik 1. Mengamati

Kegitan observasi dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung, yaitu :

a) Observasi biasa (common observation). Pada obsevasi biasa untuk kepentingan pembelajaran, pesrta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer) b) Observasi terkendali (controlled observation). Seperti halnya observasi biasa, pada observasi

terkendali untuk kepentingan kegiatan pembelajaran, peeserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati

c) Observasi partisipatif (participation observation). Pada observasi partisipatif, pesera didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati.

Prinsip- prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan berikut ini.

a) Cermat, objektik, dan jujur serta terfkus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran

b) Banyak atau sedikit sera homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi.

c) Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atau perolehan observasi.


(38)

2. Menanya

Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.

Fungsi bertanya :

1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran

2. Menodorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri

3. Mendiagnosisi kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan rancangan untuk mencari solusinya

4. Menstrurturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan

5. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar 6. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi berargumen, mengemabangkan

kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan

7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengemabangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok


(39)

22

8. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul

9. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

Kriteria pertanyaan yang baik

1. Singkat dan jelas 2. Menginspirasi jawaban 3. Memiliki fokus

4. Bersifat probing atau divergen 5. Bersifat validated atau penguatan

6. Memberi kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang 7. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif 8. Merangsang proses interaksi

Tabel 2.1 Tingkatan dalam pertanyaan

Setiap pertanyaan mempunyai tingkatan dan kata kunci yang disesuaikan dengan pertanyaan yang akan diajukan.

Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan Kognitif tingkat lebih

rendah

Pengetahuan (knowledge)  Apa  Siapa  Kapan  Dimana  Sebutkan

 Jodohkn/pasangkan  Persamaan kata  Golongkan  Berilah nama


(40)

 Dll

Pemahaman (comprehension)  Terangkanlah  Bedakanlah  Terjemahkanlah  Simpulkan  Bandingkan  Ubahlah  Berikanlah interprestadi Penerapan (application)  Gunakanlah

 Tunjukanlah  Buatlah

 Demonstrasikanlah  Carilah hubungan  Tulislah contoh  Siapkanlah  Klasifikasikanlah Kognitif yang lebih tinggi Analisis  Analisislah

 Kemukakan bukti-bukti

 Mengapa  Identifikasi

 Tunjukanah sebabnya  Berilah alasan-alasan

Sintesis  Ramalkanlah

 Bentuk

 Buatlah/ cipatakanlah  Susunlah

 Rancanglah  Tulislah  Bagaimna

memecahkan

 Apa yang terjadi seandainya

 Bagaimana kita dapat memperbaiki

 Kembangkan

Evaluasi  Berilah pendapat anda  Alternatif mana yang

lebih baik  Setujukah anda  Berilah alas an  Nilailah  Bandingkan


(41)

24

 Bedakanlah

3. Menalar

Menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan (Abdul, 2014).

Istilah menlar disini merupakan padanan dari associating. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori assosiasi atau pembelajaran asosiatif. Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi melalui stimulus dan respons (S-R). Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudia memasukannya menjadi penggalan memori. Merujuk pada teori S-R, proses pembelajaran akan makin efektif jika peserta didik makin giat belajar. Kaidah dasar yang digunakan dalam teori S-R adalah :

1. Kesiapan (readiness). Kesiapan diidentfikasi berkaitan langsung dengan motivasi peserta didik. Kesiapan itu harus ada pada diri guru dan peserta didik. Guru harus benar-benar siap mengajar dan peserta didik benar-benar siap menerima pelajarn dari gurunya.

2. Latihan (exercise). Latihan merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berulang oleh peserta didik.


(42)

3. Pengaruh (effect). Hubungan yang intensif dan berulang-ulang antara S dan R akan meningkatkan kualitas ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik sebagai hasil belajarnya.

Terdapat dua cara menalar, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran indukif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus.

4. Mengolah

Pada tahap mengolah ini peserta didik sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih besifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya peserta didiklah uang herus lebih aktif.

Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing, dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Peserta didik secara bersama-sama saling bekerjasama, saling memebantu mengerjakan hasil tugas terkait dengan mater yang sedang dipelajari (kegiatan elaborasi).


(43)

26

5. Mencoba

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembngkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah:

1. menentukan tema atau topik sesuai dengan komptensi dasar menurut tuntutan kurikulum 2. mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan 3. mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya 4. melakukan dan mengamati percobaan

5. mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis dan menyajikan data 6. menarik simpulan atas hasil percobaan

7. membuat laporan dan mengomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka:

1. Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilakukan murid 2. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan 3. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu

4. Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid 5. Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen 6. Membagi kertas kerja kepada murid

7. Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru

8. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.


(44)

Tahap pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau menocoba yaitu:

a. Persiapan

1) Menetapkan tujuan eksperimen 2) Mempersiapkan alat atau bahan

3) Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai degan jumlah peserta didik serta alat atau bahan yang tersedia

4) Mempertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindar resiko yang mungkin timbul

5) Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yag harus dilakukan peserta didik, termasu hal-hal yang dilarang atau membahayakan. b. Pelaksanaan

1) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati proses percobaan

2) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi secara kesuluruhan, termasuk membantu mengatasi dan memecahkan masalah-maslah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran

c. Tindak lanjut

1) Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru 2) Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik

3) Guru memberikan umpan balik kepada pseserta didik atas hasil eksperimen 4) Guru dan peserta didik mendisukusikan maslah-maslah yang ditemukan selama


(45)

28

5) Guru dan peserta didik memaksa dan menyimpan kembali segala bahan dan alat yang digunakan

6. Menyimpulkan

Kegiatan menyimpulkan meupakan kegiatan dan kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu keatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi

7. Menyajikan

Hasil tugas yang dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing individu.

8. Mengomunikasikan

Pada kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama.


(46)

2.3 Kurikulum 2013

Pengembangan Kurikulum 2013 ini melanjutkan pengembangan KBK yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan lalu diteruskan dengan Kurikulum 2006 (KTSP). Pada hakikatnya pengembangan kurikulum 2013 adalah upaya yang dilakukan melalui salah satu elemen pendidikan, yaitu kurikulum untuk memperbaiki kualitas hidup dan kondisi social bangsa Indonesia.

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan

berdasarkan standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak. Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.


(47)

30

Keunggulan Kurikulum 2013

1. siswa lebih dituntuk untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi disekolah

2. adanya penilaian dari semua aspek

3. penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktik, sikap dan lain-lain

4. munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi

5. adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dari tujuan pendidikan nasiona 6. kompetensi yang dimaksud mengambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan,

dan pengetahuan

7. kurikulum 2013 sangat tangap terhadap fenomena dan perubahan sosial

8. standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, religi, pengetahuan, dan keterampilan

9. mengahruskan adanya remediasi berkala

10. tidak lagi memerlukan dokumenkurikulum yang lebih rinci karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia

11. sifat pembelajaran sangat kontekstual

12. meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal


(48)

13. buku dan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi, dan membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan saintifik secara benar

2.3.1 Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; 2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar

terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;

6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;


(49)

32

7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

2.3.2 Struktur Kurikulum SD/MI

Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai dengan Kelas VI.

1. Kurikulum SD

a) Pembelajaran berbasis tematik

Sebelumnya hanya pada kelas rendah saja pelaksanaan pembelajaran tematik, dan setiap kelas tinggi mata pelajaran terkesan terpisah atau berdiri sendiri. Untuk kurikulum baru anak SD tidak lagi mempelajari masing-masing mata pelajaran secara terpisah. Pembelajaran berbasis tematik intregatif yang diterapkan pada pendidikan tingkat dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran yang ada. Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang menintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Untuk SD kelas I memiliki tema pelajaran sebagai berikut:

Kelas 1

TEMA

1. Diri sendiri 2. Kegemaranku 3. Kegiatanku


(50)

4. Keluargaku 5. Pengalamanku

6. Lingkungan bersih, sehat dan asri

7. Benda, binatang dan tanaman disekitarku 8. Peristiwa awal

Salah satu pembelajaran yang berkaitan dengan seni terdapat alam tema “kegemaranku” dengan subtema 1) gemar berolahraga; 2) gemar bernyanyi dan menari; 3) gemar menggambar; 4) gemar membaca, pada subtema dua dan tiga tentang gemar bernyanyi, menari dan menggambar siswa dituntut untuk bisa mengatahui jenis-jenis alat musik tradisional dan modern, mengatahui macam-macam tari darah, mampu untuk mengekspresikan kemampuannya dididepan kelas dan mampu menggambar sesuai dengan apa yang mereka lihat dilingkungan sekitar.

b) Hanya ada 6 mata pelajaran

Untuk tingkat SD, saat ini ada 10 mata pelajaran yang diajarkan, yaitu pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, seni budaya dan keterampilan, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan serta muatan local dan pengemabangan diri. Pada kurikulum baru, mata pelajaran untuk anak SD yang berjumlah 10 mata pelajaran dipadatkan menjadi 6 mata pelajaran yaitu, agama, ppkn, matematika, bahasa Indonesia, pendidikan jasmani dan kesehatan, serta seni budaya.

c) Pramuka menjadi eskul wajib

Khusus untuk pramuka adalah mata pelajaran atau ekstra kulikuler wajib dan diatur dalam undang-undang


(51)

34

d) Bahasa Inggris hanya sebagai kegiatan eskul

Untuk tingkat SD dalam kurikulum 2013 Bahasa Inggris hanya sebagai kegiatan ekstrakulikuler

e) Mapel IPA dan IPS diintregasikan dengan 6 mapel lain

Untuk mata pelajaran IPA akan menjadi materi pembahasan Bahasa dan Matematika. Mata pelajaran IPS akan menjadi pembahasan materi bahasa Indonesia dan PPKN. Sedangkan mulok dan pengembangan diri berkaitan dengan seni budaya

f) Jam belajar bertambah

Untuk kelas I-III yang awalnya belajar selama 26-28 jam dalam seminggu, bertambah menjadi 30-32 jam seminggu, sedangkan untuk kelas IV-VI yang semula belajar selama 32 jam seminggu bertambah menjadi 36 jam seminggu.

2. Struktur Kurikulum SD a. Kompetensi Inti

Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.

Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.


(52)

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 2.2 Kompetensi Inti Kelas I Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah KOMPETENSI INI

KELAS I

1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya

2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia


(53)

36

b. Mata pelajaran

Berdasarkan kompetensi inti disusun matapelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan matapelajaran dan alokasi waktu untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sebagaimana tabel berikut.

Table 2.3 Mata Pelajaran

MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU PERMINGGU

Kelompok A I II III IV V VI

No

1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4 4 4 2 Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

5 5 6 5 5 5

3 Bahasa Indonesia 8 9 10 7 7 7

4 Matematika 5 6 6 6 6 6

5 Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3 6 Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3 Kelompok B

7 Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 5 5 5 8 Pendidikan Jasmani, Olahraga

dan Kesehatan

4 4 4 4 4 4

JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU

30 32 34 36 36 36

Keterangan:

a. Mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah.

b. Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah antara lain Pramuka (Wajib), Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja.

c. Kegiatan ekstra kurikuler seperti Pramuka (terutama), Unit Kesehatan Sekolah, Palang Merah Remaja, dan yang lainnya adalah dalam rangka mendukung pembentukan


(54)

kompetensi sikap sosial peserta didik, terutamanya adalah sikap peduli. Disamping itu juga dapat dipergunakan sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis pengamatan maupun dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya dalam ranah konkrit. Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat dirancang sebagai pendukung kegiatan kurikuler.

d. Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok matapelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.

2.4 Seni Budaya

Mata pelajaran Seni Budaya merupakan salah satu mata pelajaran wajib untuk satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni” dan “belajar tentangseni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara


(55)

38

memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuh kembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan Mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.

Bidang seni rupa, musik, tari, dan keterampilan memiliki kekhasan tersendiri sesuai dengan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam pendidikan seni dan keterampilan, aktivitas berkesenian harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik berkarya dalam konteks budaya masyarakat yang beragam. Untuk pendidikan tingkat dasar digunakan pembelajaran menggunakan Tema, yang nantinya guru akan mencari materi apa yang sesuai dengan tema yang harus diajarkan, adapun beberapa tema pembelajaran untuk tingkat dasar, yaitu

Tema pelajaran SD Kelas 1

TEMA WAKTU


(56)

2. Kegemaranku 4 minggu

3. Kegiatanku 4 minggu

4. Keluargaku 4 minggu

5. Pengalamanku 4 minggu

6. Lingkungan bersih, sehat dan asri 4 minggu 7. Benda, binatang dan tanaman disekitarku 4 minggu 8. Peristiwa awal 4 minggu

Mata pelajaram seni budaya pada tingkat SD kelas 1 salah satunya terdapat pada tema kegemaranku, tema ini mengajarkan siswa untuk melakukan kegemaran atau hal yang mereka suka sesuai dengan mata pelajaran yang akan diajarkan, pembelajaran juga bisa dilakukakn diluar kelas atau lingkungan sekolah, dalam tema ini siswa diajak untuk bebas berekspresi dalam mengungkapkan hal yang mereka suka, pembelajaran tema kegemaranku dilakukan selama 4 minggu.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu (Subana, 2009:20). Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi (Margono, 2007:1).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatitf. Penelitian deskriptif kualitatif adalah sebuah penelitian yng dimaksud untuk mengungakapkan sebuah fakta atau empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan, prosedur dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni (Mukhtar, 2013:29). Penelitian kualitatif ditunjukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau prespektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak wawancara, observasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya. (Nana, 2007). Metode ini bertujuan untuk memaparkan data-data dan menganalisis data secara objektif serta menggambarkan proses dari awal hingga akhir pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik, dan respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung di SD Pelita Bangsa.


(58)

Melalui pendekatan kualitatif diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Penelitian kualitatif antara lain bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar daripada angka-angka. (Moleong dalam Basrowi dan Surwand, 2008). Penggunaan angka dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran siswa dalam pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik yang memiliki beberapa tahapan yang kemudian angka yang diperoleh kembali dijabarkan dalam bentuk deskriptif.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono:2014). Untuk menentukan

sampel yang akan digunakan selama penelitian, pada penelitian ini menggunakan teknik sampel Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama

bagi setiap unsur (anggota) populasi dipilih menjadi anggota sampel. Teknik dalam Probability Sampling meliputi beberapa jenis, dan Simple Random Sampling dipilih dalam penelitian karena populasi dalam penelitian dianggap Homogen. Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dengan cara seperti arisan, yaitu menulis seluruh nama siswa kedalam kertas yang telah digunting kecil-kecil seperti kupon kemudian menggulungnya dan mengocok hingga ada kertas yang keluar, pengocokan ini dilakukan sebanyak 10 kali. Nama yang keluar dijadikan sebagai sampel yang kongkrit hingga akhir penelitian.

3.1Desain penelitian

Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian (Ibnu Hadjar). Rancangan penelitan bertujuan untuk memberi pertanggung jawaban terhadap semua langkah yang akan diambil (Margono, 2010). Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan untuk


(59)

42

mendeskripsikan proses pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik dan mendeskripisikan minat siswa selama proses pembelajaran.

Desain penelitian yang digunakan yaitu,

1. Mengadakan wawancara dengan guru kelas 1 SD yaitu ibu Mei indriyati.

2. Mengadakan pertemuan dengan koordinator level 1-3 SD Pelita Bangsa yaitu Ibu Shinta Widya.

3. Melakukan observasi pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung pada pembelajaran seni budaya didalam kelas, yang diamati dalam proses pembelajaran yaitu aktivitas guru dan siswa.

4. Membagikan angket kepada siswa untuk mengetahui minat siswa.

5. Dokumentasi dilakukan selama proses observasi berlangsung baik berupa foto ataupu video.

3.2Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini menggunakan beberapa cara, yaitu angket, observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi.

3.2.1 Kuesioner (angket)

Kuesioner adalah suatu daftar yang bersikan rangkaian pertanyaan mengenai susuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (cholid dan Abu, 2012:76). Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden) (Nana, 2007).

Metode ini dipilih karena dalam penelitian diperlukan adanyan data yang didapat langsung dari jawaban objek yang akan diteliti dan untuk menjadikan perbandingan sesama objek yang akan


(60)

diteliti dan memperoleh informasi mengenai sesuatu masalah secara serempak. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui bagaimana minat siswa terhadap seni budaya khususnya daerah Lampung, dan mengetahui bagaimana kegemaran atau kesukaan siswa sesuai dengan bindang seni yang disebutkan. Kuesioner ini dibagikan pada saat awal penelitian sebagai awal mula perkenalan dengan siswa untuk menindaklanjuti penelitian selanjutnya, dan untuk penelitian selanjutnya akan dibuat kuesioner sesuai dengan kebutuhan data penelitian.

3.2.2 Observasi (pengamatan)

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara istematik gejala-gejala yang diselidiki (kholid Narbuko 2012:70). Observasi dapat dilakukan secara partisipatif atau nonpartisipatif, dalam penelitian ini digunakan observasi nonpartisipatif yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.

Metode ini dipilih karena dalam penelitian yang sangat diperlukan data yang valid, dengan diadakannya observasi langsung maka sebagai peneliti akan dapat mengumpulkan data yang nyata sesuai dengan kenyataan.

Observasi awal yang dilakukan yaitu mengadakan kunjungan ke SD PELITA BANGSA untuk mengadakan wawancara dengan salah satu guru kelas I SD pada tanggal 26 september 2014 untuk selanjutnya mengadakan observasi untuk penelitian. Observasi slanjutnya yaitu mengamati proses pembelajaran yang berlangsung didalam kelas.


(61)

44

3.2.3 Wawancara

Wawancara adalah proses Tanya-jawab dalam penelitian yang langsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendegarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (kholid narbuko 2012:83). Wawancara banyak digunakan dalam pnelitian kualitatif, dalam penelitian kualitatif tidak disusun dan digunakan pedoman wawancara yang sangat rinci. Metode ini dipilih karena dalam pengambilan data diperlukan adanya komunikasi langsung dengan narasumber, agar semua pertanyaan yang telah disiapkan mampu terjawab, tanpa wawacara penelitian akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan bertanya langsung kepada respon. Wawancara dilakukaan dengan narasumber guru kelas 1 ibu Mei Indriyati, S.Pd. Penelitian ini menggunakan jenis wawancara :

a) Wawancara bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin, jadi pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai

b) Wawancara perorang, yaitu proses tanya jawab tatap muka itu berlangsung secara langsung antara pewawancara dengan seorang yang diwawancarai, cara ini akan mendapatkan data yang lebih intensif

c) Wawancara kelompok, yaitu proses interviu itu berlangsung sekaligus duaorang pewawancara atau lebih dari dua orang narasumber

Penelitian ini menggunakan 2 jenis wawancara untuk mendapat data yang valid sesuai dengan kebutuhan penelitian, wawancara ini dilakukan dengan beberapa sumber sesuai dengan jenis wawancara, untuk wawancara bebas terpimpin dilakukan oleh salah satu guru kelas I yaitu ibu Mei Indriyati, S.Pd.


(62)

3.2.4 Dokumentasi

Dokumentasi adalah data-data tertulis, gambar atau video yang ada situasi social yang dibutuhkan peneliti, sebagai pendukung datangnya dalam mengkemas laporan penelitian (Mukhtar, 2013:109). Metode ini dipilih agar peneliti bisa mengumpulkan bukti real yang memperkuat pembuktian hasil penelitian. Dokumentasi berupa foto dan video selama proses wawancara, observasi dan penelitian proses prmbelajaran.

3.3 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah proses pembelajaran dan siswa SD Pelita Bangsa pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Dengan jumlah siswa 25 siswa, laki-laki 10 orang, Perempuan 15 orang. Diambil sampel secara acak 10 orang siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian.

3.4 Instrument Penelitian

Instrument penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada observasi, wawancara, dokumentasi, angket dan non tes dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Dengan mengadakan observasi dan wawancara mendalam dapat memahami makna interaksi sosial, mendalami perasaan dan nilai-nilai yang tergambar dalam ucapan dan perilaku responden.

Agar penelitian ini terarah, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrumen penelitian yang selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat pedoman wawancara dan observasi.

3.5 Instrument Penilaian

Instrument penilaian guru didapat dari Ibu Shinta Widya, S.Pd., M.Pd, karena sebelumnya beliau pernah melakukan penelitian terkait dengan Kurikulum 2013, sehingga beliau menyarankan


(1)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutya adalah menyajikan data bisa diakukan dalam bentuk uraian singkat atau bagan. Data yang direduksi ialah data hasil pengolahan nilai terhadap aktivitas siswa dan peranan guru.

3. Conclusion Drawing/Verification

Tahap terakhir pada anlisis data adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi, kesimpulan tersebut merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat berupa gambaran atau deskripsi yang masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi lebih jelas. Kesimpulan yang diambil berupa proses dan aktivitas siswa pada saat pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik dan peranan guru.

Dan dalam penelitian ini, langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut.

1 Menganalisis hasil observasi, wawancara, angket dan dokumentasi

2 Membuat instrument penilaian untuk menilai peranan gutu, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa

3 Mengamati peranan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa serta kondisi yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran setiap pertemuannya.

4 Menilai peranan guru menggunakan sistem check list pada instrument penilaian yang telah dibuat dan dihitung dengan rumus:

Skor

N = X 100

Skor maksimum

Skor maksimum: Pendahuluan (6), Inti (34), Penutup (4).

5 Menilai aktifitas siswa sesuai dengan tahap pendekatan saintifik yang dilakukan setiap pertemuan dengan rumus :


(2)

48 Skor

N = X 100

Skor maksimum Skor maksimum yaitu 5 6. Analisis angket

Chek list ( ) mengandung nilai 10 %, Cross ( X ) mengandung nilai 0% Penilian angket dilakukan menggunakan skala Likert

1:Tidak Berminat (19%-0%) 2: Kurang (39%-20%) 3: Netral (59%-40%) 4: Berminat (79%-60%) 5: Sangat Berminat (100%-80%)

7. Menentukan nilai hasil dari masing-masing instrument penilaian, kemudian diukur menggunakan tolok ukur sebagai berikut:

Tabel 3.5 Penentuan Kategori Penilaian Interval 1-5

Interval Tingkat Penguasaan Keterangan

80-100 Baik Sekali

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

30-39 Gagal


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran seni budaya menggunakan pendekatan saintifik di SD Pelita Bangsa Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 berupa hasil angket, proses pembelajaran, presepsi siswa dan aktivitas guru.

Berdasarkan dari hasil angket yang digunakan untuk melihat minat 10 siswa didapatkan hasil tujuh siswa sangat berminat dengan kesenian daerah lampung, dan tiga orang siswa berminat dengan kesenian daerah lampung. Sehingga memperoleh rata-rata sangat berminat dengan kesenian terutama daerah Lampung, dan siswa memiliki minat dan kegemaran yang berbeda-beda.

Pada proses pembelajaran seni budaya yang berlangsung menggunakan pendekatan saintifik dengan delapan aspek yaitu mengamati, menanya, menalar, mengolah, mencoba, menyimpulkan, menyajikan dan mengomunikasikan, dari delapan aspek tersebut hanya enam aspek yang paling sering digunakan, yaitu mengamati, menanya, menalar, mengolah, ,mencoba dan menyajikan. Namun aspek tersebut membuat siswa lebih aktif dan mampu untuk mengikuti pembelajaran yang aktif karena pada pendekatan pendekatan saintifik siswa dapat langsung mengamati hal


(4)

119 yang guru sampaikan,dan langsung bertanya tentang hal yang belum mereka pahami, menggunakan kreatifitas pada tahap menalar, mengolah dan mencoba serta mampu menyajikan, menyimpukan dan mengomunikasikan dari hasil yang siswa dapat.

Aktivitas guru selama proses pembelajaran menunjukan bahwa guru juga berperan aktif dan mampu menjadi fasilitator yang baik, karena guru mampu menjelaskan materi yang disampaikan sehingga siswa menjadi cepat paham, dan ketika ada siswa yang kesulitan dalam mengerjakan tugas guru sangat cekatan untuk membantu mengarahkan, kerjasama yang baik diantara dua guru didalam kelas membuat suasana kelas menjadi lebih efektif sehingga semua materi yang diajarkan mampu dipahami siswa, dan siswa juga menjadi lebih senang dan aktif dalam belajar, kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran dan penguasaan materi yang baik memudahkan guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran terutama seni budaya yang lebih banyak praktik.

5.2Saran

1. Guru seni budaya SD Pelita Bangsa Bandar lampung dapat menggunakan hasil penelitian sebagai referensi tambahan, supaya pembelajaran seni budaya lebih efektif dan dapat juga mengikuti workshop untuk menamnbah pengetahuan tentang seni.

2. Bagi guru dan siswa diharapkan dapat menambah ilmu referensi tentang pendekatan saintifik

3. Mahasiswa pendidikan seni pertunjukan diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai pengetahuan tambahan untuk menjadi referensi dalam pembelajaran.


(5)

AkhirtaNabilla. Tabel Waktu Penelitian. (diakses pada tanggal, 2 Maret 2015 pukul 10.15) Arikunto,Suharsimi. 2008.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Basrowi dan Suwandi. 2008.Memahami Peneltian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta. Dakir. 2004.Perancangan dan pengembangan kurikulum. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hamalik,Oemar. 2012.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Kurniawan,Deni.Pembelajaran terdapadu TEMATIK (teori, praktik, dan penilaian). Alfabeta : Bandung, 2014.

Majid,Abdul. 2014.Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : Interes. Margono,S. 2010.Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rieneka Cipta. Margono,S. 2014.Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rienaka Cipta.

Narbuko Cholid & Achmadi Abu. 2012.Metodologi Penelitian. Jakarta Bumi Aksara. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses

Permendikbud No 67 Tahun2013 Tentang Kurikulum SD

Sugiyono. 2014.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.

Sani Berlin & Kurniasih Imas. 2014.Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta : Kata Pena.


(6)

120

Sigit Rito Wibowo, Teori Konsentrasi Belajar. (diakses pada tanggal 3 Maret 2015 pukul 19.30). Sukmadinata,Nana,Syodih. 2007.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda.

UNILA. 2012.Format Penulisan Karya Ilmiah. Lampung : UNILA.