Data Training dan Data Testing Pengujian 3 fold Cross Validation

3.6. Perancangan Penelitian

3.6.1. Data Training dan Data Testing

Tahapan dalam sistem ini akan dibagi menjadi 2 yaitu tahapan pembentukan data training dan pembentukan data uji. Data training merupakan hasil pengenalan pola dari citra fundus retina yang mengalami glaukoma dan yang tidak mengalami glaukoma. Sedangkan data uji adalah citra fundus retina yang akan dibandingkan dengan data training apakah memiliki kemiripan dengan data yang terkena glaukoma atau tidak. Preprosesing Ekstraksi ciri dengan GLCM Modeling Citra fundus retina Model Gambar 3.13 Diagram Blok Proses pembentukan data training Gambar 3.13 merupakan alur dari proses pembentukan data training. Data awal berupa citra fundus retina, kemudian mengalami preprocessing, dicari ciri nya, lalu di kluster berdasarkan ciri yang didapatkan yaitu mengalami glaukoma dan yang tidak mengalami glaukoma. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Preprosesing Ekstraksi ciri dengan GLCM Membandingkan ciri citra dengan KNN Citra fundus retina Model Hasil identifikasi Gambar 3.14 Diagram Blok Proses identifikasi citra Gambar 3.14 merupakan proses identifikasi suatu citra fundus retina apakah citra tersebut mengalami glaukoma atau tidak dengan membandingkan citra tersebut dengan data training menggunakan algoritma KNN kemudian sistem akan mengeluarkan hasil sesui kemiripan data yang dimasukan dengan data training.

3.6.2. Pengujian 3 fold Cross Validation

Untuk pengujian cross validation menggunakan 18 data citra sebagai dataset. Dataset kemudian akan dibagi kedalam 3 kelompok data dengan komposisi data 6 citra untuk setiap satu kelompok data. Kelompok data ini yang akan digunakan menjadi data training dan data testing saat iterasi pengujian. Saat iterasi pengujian, Satu kelompok data akan menjadi data testing, sedangkan dua sisanya akan menjadi data training. Komposisi dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan tabel 2.1. 31

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISIS HASIL

Pada bab ini akan menjelaskan hasil implementasi dari ekstraksi ciri dengan metode GLCM, pengujian KNN dengan nilai k sebesar 3, 5, 7, dan 9, dan hasil pengujian deteksi glaukoma.

4.1. Implementasi dan Hasil Ekstraksi Ciri dengan Metode GLCM

Ekstraksi ciri menggunakan metode Gray Level Co-occurrence Matrix terbagi menjadi dua bagian, yaitu tahap pembentukan GLCM atau matriks kookurensi, dan tahap yang kedua pencarian ciri dari matrik kookurensi tersebut. Ciri yang akan dihitung dari matriks kookurensi antara lain kontras, korelasi, energi dan homogenitas.

4.1.1. Pembentukan GLCM

Sebelum mendapatkan ciri dari suatu citra, buatlah matriks kookurensinya terlebih dahulu. Matriks kookurensi inilah yang akan yang berisi informasi tentang hubungan antara suatu pixel dengan pixel tetangga. Langkah-langkah membuat matriks kookurensi sebagai berikut: a. Mentukan pixel aktif dari citra t=img; u=uniquet; temp=zerossizet; for i=1:sizeu,1 tempt==ui=i; end Tahap ini penting untuk menghindari pixel yang tidak aktif tari suatu citra ikut dihitung dalam pembentukan matrik kookurensi. Matrik kookurensi yang terdapat pixel tidak aktif dapat memengaruhi perhitungan ciri, seperti pada ciri korelasi yang akan menghasilkan nilai NaNNot a Number. Nilai NaN didapatkan