1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian World Talent Report 2015 dari Institute of Management Develpoment IMD melaporkan bahwa Indonesia mengalami penurunan
peringkat tenaga berbakat dan terampil dibidang ekonomi dari peringkat 25 di tahun 2014 menjadi peringkat 41 di tahun 2015. Peringkat tersebut dihitung
melalui penilaian tiga faktor, yaitu faktor pengembangan dan investasi, faktor daya tarik suatu negara, dan faktor kesiapan sumber daya manusia. Faktor
kesiapan sumber daya manusia merupakan fakor yang paling penting dalam peringkat tersebut Ngasuko, 2015. Hal ini dikarenakan SDM merupakan aset
yang berharga yang akan menjadi faktor utama yang menentukan suatu keberhasilan sebuah negata Human Development Report, 2010.
Penurunan peringkat
tersebut terasa
lebih memprihatinkan
karena Indonesia
sedang memasuki
Masyarakat Ekonomi
ASEAN MEA.
Masyarakat Ekonomi
ASEAN MEA
menjadi peluang
besar bagi pertumbuhan
ekonomi, sehingga membutuhkan kesiapan sumber daya
manusia yang bermutu, berdaya saing, produktif dan berprestasi. Sumber Daya Manusia SDM yang bermutu, berdaya saing, produktif, dan berprestasi
adalah SDM yang memiliki performansi yang tinggi Cahyono,2014 Performansi secara etimologi adalah prestasi kerja atau bisa disebut kinerja
Widodo, 2015. Foster dan Seeker 2001, dalam Widodo 2015 menjelaskan bahwa performansi merupakan hasil yang dicapai individu menurut ukuran
yang berlaku untuk suatu tugas atau pekerjaan. Widodo 2015 menegaskan bahwa performansi sangat penting dan diperlukan setiap individu dalam
berbagai lingkup seperti, dunia pendidikan, industri, dan olahraga. Performansi akademik merupakan topik yang penting dalam setting
pendidikan Guney, 2009 dalam Wijaya, 2012 serta Kaighobadi dan Allan, 2008. Dalam setting industri atau dunia kerja, performansi penting untuk
kesuksesan organisasi ataupun kepentingan karyawan sendiri Ali, Karamat, Noreen, Khurram, Chudary, Nadeem, Jamshaid, Farman, 2011 serta Zyphur,
Chaturvedi, dan Arvey, 2008. Dalam bidang olahraga, performansi sangat dibutuhkan seorang atlet untuk mencapai prestasi dalam pertandingan
Gunarsa, Setiadarma, dan Soekasah, 1996 serta Setiadarma, 2000. Performansi manusia membutuhkan sebuah motivasi. Sesuai dengan
pernyataan Feldman 2012, dalam Kurose 2013 menegaskan bahwa perilaku atau tingkah laku manusia tersebut diarahkan oleh motivasi. Motivasi
merupakan unsur penggerak dan pengarah perilaku untuk mencapai tujuan King, dalam Kurose 2013.
Motivasi terbukti memberikan pengaruh positif bagi kehidupan karena memiliki daya tarik, daya dorong, dan daya arah yang
menjadi alasan individu berperilaku. Motivasi dengan pendekatan kognitif menekankan pemrosesan dan interpretasi secara aktif dari informasi yang
diterima Bandura, dalam Hobbs dan Gordon, 2009. Tjahjono 2011 menegaskan bahwa terdapat beberapa teori motivasi
melalui pendekatan kognitif yang menjelaskan proses bagaimana perilaku individu digerakkan, diarahkan, didukung, dan dihentikan. Teori motivasi
tersebut adalah equity theory, goal setting theory, dan expectancy theory. Kurose 2013 serta Locke dan Latham 2013 mengungkapkan bahwa
individu memperlihatkan motivasinya dalam bentuk perilaku yang diamati melalui proses penetapan tujuan goal setting dan pencapaian tujuan. Salah
satu teori motivasi kognitif yang terkenal dan banyak diterapkan di dunia akademik, dunia kerja dan olahraga adalah goal setting atau penetapan
tujuanLuneburg, 2011 Goal setting penetapan tujuan pertama kali dikemukakan oleh Locke
pada tahun 1968. Locke merupakan Profesor Motivasi dan Kepemimpinan di Robert H. Smith School of Bussiness University of Maryland, Amerika.
Locke menyadari pentingnya penetapan tujuan dan proses pencapaian tujuan. Sejak tahun 1968, Locke dan Latham 2002 mengembangkan teori goal
setting. Sebanyak 400 penelitian memperlihatkan bahwa goal setting mempengaruhi performansi dalam mengerjakan tugas. Hasil penelitian Locke
dan Latham, 2006 menunjukkan bahwa individu dengan goal setting mencapai hasil yang lebih maksimal daripada individu yang tidak memiliki
goal setting. Shilts,
Horowitz, dan
Townsend 2004,
dalam Basoeki,
2012 mengungkapkan bahwa goal setting memiliki potensi penting sebagai
perantara pada perubahan perilaku. Kurose 2013 menjelaskan bahwa goal setting theory mendeskripsikan sebab
– akibat yang mengarahkan motivasi pada perilaku serta peningkatan kinerja. Kurose 2013menegaskan bahwa
goal setting memainkan peranan penting yang sangat dibutuhkan dalam proses motivasi dengan perantara hubungan antara motivasi dan perilaku.
Locke dan Latham 2013, Borman, Ilgen, dan Klimoski 2003 menyatakan bahwa dasar teori goal setting adalah sebagian besar perilaku
manusia merupakan hasil dari tujuan yang dipilih secara sadar dan mengandung niat intentions. Hal ini sejalan dengan Locke, Shaw, Saari, dan
Latham 1981, Locke dan Latham 1990, dalam Weinberg, 2007 yang menjelaskan bahwa asumsi dasar penelitian goal setting adalah goal
merupakan pengatur langsung dari tindakan manusia. Berbagai temuan studi eksperimental memperlihatkan bahwa goal setting
sangat mempengaruhi perilaku manusia dan menyebabkan perubahan dalam performansi atau kinerja Asmus, Karl, Mohnen, Reinhart, 2015. Penelitian
Locke dan Latham, 2006 menunjukkan bahwa individu yang memiliki goal setting mencapai hasil lebih maksimal daripada individu yang tidak memiliki
goal setting. Luneburg 2011, Mooney dan Mutrie 2000 mengungkapkan bahwa goal
setting digunakan
sebagai teknik
motivasional untuk
meningkatkan produktivitas dan kinerja dalam lingkup yang berorientasi pada prestasi seperti
dalam pendidikan, kerja, dan olahraga. Bandura 1997, Locke dan Latham,
1990, Wehmeyer, Agran, dan Hughes 1998, dalam Copeland dan Hughes, 2002 menegaskan bahwa penelitian goal setting dalam berbagai bidang
industri, atlet, dan pendidikan memiliki dampak positif yang kuat pada perilaku manusia, termasuk meningkatkan kinerja, motivasi, dan self-efficacy.
Latham 2007, dalam Kurose 2013 serta Locke dan Latham 2002 menunjukkan mekanisme goal setting sebagai alat untuk meningkatkan
performansi. Mekanisme goal setting menuntun individu untuk memusatkan perhatian, mengerahkan usaha, bertahan dalam menghadapi tantangan, dan
terlibat dalam pengembangan strategi. Mekanisme goal setting menggunakan motivasi
untuk mencipta
dan mengarahkan
perilaku, sehingga tanpa mekanisme goal setting, motivasi menjadi tidak realistis Kurose, 2013.
Penemuan terpenting dari goal setting theory adalah difficult goal dan specific goal yang menyebabkan kinerja individu lebih tinggi daripada tujuan
yang samar- samar seperti “do your best”, tidak memiliki tujuan, dan tujuan
yang mudah Gomez-Minambres, Corgnet, dan Hernan-Gonzalez, 2012 ; Locke dan Latham, 2002. Kavoo-Linge, Van Rensburg, Sikalieh, 2011
menjelaskan bahwa specific goal setting adalah sebuah tujuan yang memiliki penjelasan secara detail mengenai bagaimana cara mencapai tujuan dan
memiliki batasan waktu yang jelas. Penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Irmawati 2004 menunjukkan
bahwa goal setting memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Penelitian dalam ranah olahraga juga dilakukan oleh Firdaus,
Maulana dan Erawan 2013 menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara goal setting dan performa atlet bola voli di Klub ALKO
Bandung. Beberapa penelitian yang dilakukan mengenai goal setting terhadap performansi mendukung teori goal setting, sedangkan penelitian lainnya
menyatakan bahwa goal setting tidak memiliki hubungan dan pengaruh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap performansi.
Penelitian Arsanti 2009 dengan menggunakan anagram sebagai alat eksperimen menunjukkan hasil bahwa hubungan antara
penetapan tujuan dan kinerja tidak signifikan dengan nilai korelasi r = 0,128. Selain itu, penelitian Hartono 2014 dengan menggunakan skema
sistem intensif berbasis quota sebagai moderasi menunjukkan hasil bahwa pemberian insentif quota kinerja individu tertinggi ada pada subjek dengan
kondisi penetapan target yang mudah dan tidak spesifik. Hasil tersebut berlawanan dengan prinsip goal setting yang menyatakan bahwa motivasi
kinerja tertinggi ada pada kondisi penetapan target sulit dan spesifik. Berdasarkan paparan latar belakang tersebut maka peneliti akan menguji
kembali pengaruh specific goal setting pada performance individu dengan menggunakan alat eksperimen berupa balok dan pola
– pola tertentu yang merupakan adaptasi dan replikasi dari khos blog design SAMUEL.
B. RUMUSAN MASALAH