Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Antar Orang Tua Dengan Anak Dalam Mengembangkan Kepribadian Anak (Suatu Studi Deskriptif Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dengan Anak Dalam Mengembangkan Kepribadian Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan

(1)

( Suatu Studi Deskriptif Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dengan Anak Dalam Mengembangkan Kepribadian

Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Strata 1 (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

Diah Oktaviani Indah Cahyagi 41807065

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G


(2)

(Suatu Studi Deskriptif Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dengan Anak Dalam Mengembangkan Kepribadian

Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Coblong Kota Bandung) Oleh :

Diah Oktaviani Indah Cahyagi Nim.41807065

Skripsi ini dibawah bimbingan, Melly Maulin P, S.Sos., M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas komunikasi antarpribadi antara orang tua dengan anak dalam mengembangkan kepribadian anak. Untuk menjawab tujuan tersebut, maka dianalisis berdasarkan keterbukaan, empaty, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan.

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah orang tua siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Coblong Kota Bandung. Pengambilan informan diambil sebanyak tiga orang dari Sekolah Dasar Di Kecamatan Coblong Kota Bandung. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, internet searching, dan juga studi kepustakaan.

Hasil penelitian yang dihasilkan yaitu keterbukaan, bahwa orang tua memiliki waktu bersama anak, berkomunikasi dan memberikan perhatian serta mengarahkan ke arah yang positif. Sebuah empaty yaitu kepekaan orang tua terhadap apa yang dirasakan oleh anak. Sikap mendukung yaitu dorongan sebagai motivasi. Sikap positif yaitu dalam hubungan orang tua dengan anak, orang tua selalu memiliki sikap yang positif, dan kesetaraan dimana orang tua tidak pernah membedakan perhatian dan bentuk komunikasi diantara anak-anaknya.

Kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu kedekatan orang tua memposisikan anak sebagai teman terhadap anak, memiliki perasaan yang peka terhadap perasaan anak, selalu menjadi motivasi terbesar anak, memiliki sikap yang percaya, dan anak selalu diberlakukan adil, sehingga anak merasa nyaman dengan orang tua dan anak tumbuh berkembang menjadi kepribadian yang positif dan berkembang.

Saran yang dapat diberikan kepada orang tua untuk melakukan pendekatan dengan komunikasi antarpribadi, dengan sentuhan kasih sayang agar kepribadian anak dapat dikembangkan ke arah yang positif


(3)

(A Descriptive Study Effectiveness Interpersonal Communication Between Parents And Children In Developing Personality

Child Primary School in Bandung District Coblong) by:

Diah Oktaviani Indah Cahyagi Nim. 41807065

This research under the guidance,

Melly Maulin P, S. Sos., M.Si.

This study aims to know how the effectiveness of interpersonal communication between parents and children in the developing child's personality. To answer these objectives, then analyzed based on openness, empaty, being supportive, positive attitude, and equality.

This research approach using qualitative research approach with descriptive methods, that is the subject in the study were parents of students in elementary schools in the District Coblong of Bandung. Decision informants drawn from as many as three elementary schools in the District Coblong of Bandung. Data collection techniques used were interviews, observation, documentation, Internet searching and also bibliography study.

The results are generated is the openness that parents should have time with children, communicating and providing and directing attention in a positive direction. A empaty the sensitivity of parents to what is perceived child. Attitudes supportive of encouragement as motivation. Positive attitude is the relationship of parents with children of parents always have a positive attitude, and equality in which the parents never distinguish between forms of communication and attention their children.

The conclusions of this study, namely the proximity of the parents positioned as a friend to a child, felt the sensitive feelings of children, has always been the biggest motivation of children, having an attitude that believes, and children are always applied fairly, so that children feel comfortable with parents and children grow developed into a positive personality and achievement.

For that researchers suggest to parents to engage with interpersonal communication, with a touch of affection for the child's personality can be developed in a positive direction.


(4)

vi

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rakhmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas komunikasi antarpribadi antara orang tua dengan anak dalam mengembangkan kepribadian anak (suatu studi deskriptif efektivitas komunikasi antarpribadi antara orang tua dengan anak dalam mengembangkan kepribadian anak sekolah dasar di Kecamatan Coblong Kota Bandung) ini sebagaimana mestinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM). Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan penelitian ini maka penulis sangat mengharapka saran dan kritik dari siapa saja yang memeriksa dan membaca skripsi ini, sebagai bahan untuk lebih baik ke depannya.

Satu kata yang terangkai dalam perjalanan hidup ini. Penulis menyampaikan rasa terima kasih berkat doa yang selalu mengalun disetiap kata yang terucap dari kedua orang tua. Tidak ada yang dapat mengantarkan diri ini ke pintu kesuksesan selain doa dari Ayah dan Ibu. Ayahanda dan Ibunda yang tiada henti memberikan cinta, kasih sayang, nasehat, motivasi, serta dukungan materil dan doa yang selalu ada disetiap langkahku. Doa Ayah dan Ibu melebihi segalanya sebagai fasilitas hidup ini untuk menuju sukses. Serta kedua Adikku, Dimas dan Rival, canda tawa kalian selalu membuat hidup ini lebih berarti, serta Alm. Nenek Engkom Komariah yang semasa hidupnya selalu mengajarkan arti hidup dan memberikan dukungan serta selalu mengalunkan doa untuk kesuksesan penulis.


(5)

vii

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang telah memberi izin dan pengesahan skripsi ini agar dapat dijadikan literatur bagi penerus.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

Universitas Komputer Indonesia yang selalu meberikan masukan, arahan dan motivasi.

3. Yth. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi dan selaku Dosen Pembimbing yang yang senantiasa sabar dalam bimbingan dan selalu memberikan perhatian atas waktu, arahan, serta masukan berupa ide-ide baru.

4. Yth. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si. selaku Dosen Pembina dan selaku Wali Dosen Ik2 angkatan 2007 yang selalu memberikan perhatian, pengarahan, masukan, serta motivasi dan dukungan yang tiada henti sampai saat ini.

5. Yth. Seluruh Bapak/Ibu dosen tetap dan Bapak/Ibu dosen luar biasa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia yang selalu memberikan dukungan.

6. Yth. Mbak Ratna Widiastuti, A.Md selaku Seketariat Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia yang banyak membantu.

7. Yth. Mbak Astri Irawati., A.Md., Kom., dan Mbak Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia yang banyak membantu dan memberikan informasi.


(6)

viii

9. Yth. Orang tua murid Ibu Erna, Ibu Komalasari dan Ibu Rukmini yang senantiasa meluangkan waktunya sebagai informan untuk memberikan informasi kepada penulis.

10.Yth. Ibu Nelly, Ibu Rita, dan Ibu Nani sebagai Wali kelas satu Sekolah dasar yang senantiasa meluangkan waktunya sebagai informan kunci untuk membantu memberikan informasi kepada penulis.

11. Pieumu Saputra yang mengisi relung hati ini sebagai spirit yang tiada henti selalu memberi dukungan semangat, dan selalu menemani dalam penelitian ini.

12. Sahabat “everlasting friends” (Verliyan, Harlina, dan Cika) mengenal kalian membuat

hidup ini jadi lebih berwarna.

13. Serta seluruh sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Camelia Latifah, Imas Kartini dan rekan-rekan IK2, IK humas 3 yang “gockil”, canda tawa bersama kalian menjadi sebuah cerita yang tidak bisa dilupakan.

14. Dan teman-teman satu kosan Widy, dan Heni kita sama-sama berjuang untuk meraih

sukses.

Bandung, Juli 2011


(7)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. Di dunia ini anak terlahir dengan keunikannya masing-masing, tidak ada seorang pun yang memiliki kepribadian ataupun sifat yang sama persis. Mengenal anak terlebih dahulu untuk mengembangkan kepribadian anak sejak usia dini perlu dilakukan oleh orang tua. Hal ini mempengaruhi bagaimana seseorang memandang lingkungan di sekitarnya, apa yang dipercayai dan diyakini serta bagaimana seseorang merasa, berpikir dan bertindak. Kepribadian ini sifatnya inborn dan oleh karena itu dapat terlihat sejak kecil. Namun bisa saja setelah dewasa ada pergeseran pergeseran perilaku berdasarkan proses pembelajaran.1

Dapat kita lihat dari kehidupan sehari-hari, bahwa di era globalisasi ini masalah kehidupan mengalami perubahan yang sangat cepat, oleh karena itu jika dalam era globalisasi ini tidak ada upaya dari orang tua untuk mengantisipasi bagaimana agar anak tidak larut didalam perubahan zaman, maka orang tua akan mengalami masalah yang kompleksitas, dimana dalam perkembangannya anak akan memiliki suatu cara pandang yang berbeda dengan orang tua. Perubahan

1


(8)

yang sangat cepat ini mengharuskan adanya berbagai upaya orang tua terhadap anak, agar anak memiliki kemampuan untuk mengantisipasi dan mewarnai hidupnya.

Orang tua memiliki posisi yang sangat strategis untuk membantu mengembangkan kepribadian anak. Orang tua harus bisa meletakkan komunikasi yang baik di lingkungan keluarga, menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengundang anak untuk berdialog dengan orang tua, agar anak dapat memahami hal-hal apa saja yang harus dijadikan pedoman sebagai landasan hidupnya nanti. Upaya ini dapat meminimalkan bahaya dengan adanya perpecahan keluarga.

Orang tua memiliki peranan yang sangat penting didalam mengembangkan kepribadian anak yang positif, karena dari masa kelahiran sampai memasuki masa sekolah hampir seluruh waktu anak berada dalam lingkungan keluarganya. Dengan mengenali kepribadian anak terlebih dahulu, maka orang tua akan menemukan cara-cara yang tepat dalam mengembangkan kepribadian anak. Pada dasarnya anak terbagi ke dalam berbagai golongan kepribadian, misalnya saja anak yang memiliki kepribadian introvert dan ekstrovert. Namun demikian perlu diingat bahwa dalam mengembangkan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh usia perkembangan anak, yaitu :

1. Fase usia 3 tahun peran orangtua begitu besar, karena landasan moral dibentuk pada anak yang berusia tiga tahun. Pada usia ini cinta dan kasih sayang dari orang tua sangat dibutuhkan anak. Memasuki usia 2 sampai 3 tahun, anak sudah dapat diperkenalkan pada sopan santun serta perbuatan


(9)

baik-buruk. Biasanya anak pada usia ini mencoba-coba melanggar aturan dan agak sulit diatur, sehingga memerlukan kesabaran orangtua. Disinilah peran orang tua yang harus dilakukan pertama kali dalam mengembangkan kepribadian anak.

2. Fase usia 4 tahun. Anak mengalami fase egosentris. Anak mulai senang melanggar aturan, memamerkan diri, dan memaksakan keinginannya. Namun anak mudah didorong untuk berbuat baik, karena anak akan selalu mengharapkan hadiah (pujian) dan menghindari hukuman. Pada usia ini anak sudah memiliki kemampuan untuk berempati. Pada usia 4 tahun orang tua berperan untuk memberikan pujian sebagai suatu pendidikan agar terbentuknya kepribadian anak yang berprilaku baik dan memberikan arahan yang jelas, misalnya jika anak sudah mulai memamerkan diri kepada temannya dengan perlakuannya yang kasar, orang tua dapat mengatakan kepada anak “ Anak yang baik tidak akan memukul temannya “, selain itu orang tua dapat memberikan aturan atau sanksi yang jelas “ Anak yang berteriak tidak sopan, tidak akan mendapat kesempatan menggambar di papan tulis”. Lebih mudah memahami kenapa mencuri itu tidak boleh, karena merugikan orang lain, dan itu merupakan perbuatan yang tidak baik atau tidak terpuji.2

Keluarga merupakan salah satu lembaga yang mengemban tugas dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan yang dapat mengembangkan

2

Enjang Wahyuningrum.Peran Orang Tua dalam M engem bangkan Karakter


(10)

kepribadian anak menjadi positif.3 Besarnya peranan orang tua yang efektiv dalam memberikan pendidikan sebagai cara mengembangkan kepribadian pada anak sejak usia dini, dengan memberikan pengertian betapa pentingnya cinta dalam melakukan sesuatu, tidak semata-mata hanya karena prinsip timbal balik. Orang tua dapat mengenali kepribadian anak berdasarkan pengamatan perilaku yang ditunjukan anak sehari-hari seperti, cara anak berkomunikasi, gaya hidup, atau bahkan saat anak menganalisa suatu persoalan hingga dapat membuat keputusan sendiri. Menurut Carl Gustav Jung dalam bukunya Personality Plus karakter, bahwa :

“Anak bisa dibedakan berdasarkan caranya membuat keputusan, ada anak

yang mempertimbangkan perasaan orang lain (feeling) atau hanya

menggunakan data-data dan hal-hal yang memang ia lihat dan miliki

(thinking). Kemudian bisa juga melihat gaya hidup dari anak, misal penuh spontanitas dan tidak terduga, kurang peduli pada aturan-aturan kaku (perceiving), penuh perencanaan, atau taat pada aturan (Judgement)”.4

Orang tua sangat mengharapkan kepribadian anak yang sesuai dengan apa yang diinginkan, oleh karena itu dalam kesehariannya orang tua dapat membantu anak dari segala tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh anak. Kepribadian diri seorang anak akan mulai terbentuk, bukan karena anak ingin mendapatkan pujian maupun untuk menghindari hukuman, namun dari diri pribadi anak akan tumbuh rasa bertanggung jawab dalam melakukan segala tindakan. Anak lambat laun akan memahami dampak positif dan negatif dengan segala tindakan yang diperbuat. Kepribadian juga dapat terbentuk karena faktor genetik yang diturunkan oleh orang tua atau bersifat keturunan.

3

Sant rock, John W. 2002, Life Span Development , Jakart a: Erlangga

4

Hanifa.M enyelam i karakt er ana.w w w.M enyelami Karakt er Anak « Honey fa.htm jum at , 15/ 04/ 2011 pukul 20.20 WIB


(11)

Sama halnya dengan kepribadian menurut Ny. M. A. S Teko dalam buku kepribadian dan etika profesi bahwa: “Kepribadian adalah integrasi sikap atau sifat warisan maupun yang didapatkan dari lingkungan sehingga menimbulkan pesan pada orang lain”.

Kepribadian anak berkembang sesuai dengan apa yang dilihat dan belajar dari orang-orang disekitar anak, oleh karena itu, orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku yang baik demi proses mengembangkan kepribadian anak yang baik. Baik, buruknya pola perilaku orang tua secara tidak langsung akan ditiru oleh anak. Ini akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.

Diciptakannya sebuah hubungan yang harmonis di dalam lingkungan keluarga, anak akan berkembang mempunyai kepribadian yang peduli terhadap keinginan dan harapan diri sendiri, orang tua, dan orang-orang disekelilingnya yang dianggap mempunyai peran penting oleh anak. Sikap lain yang dapat membantu untuk mengembangkan kepribadian anak yaitu dengan sikap orang tua yang memperluas rasa sayang dengan keluarga lainnya atau pun terhadap sesama. Orang tua dapat memberikan contoh perilaku dalam hal saling tolong menolong dan peduli pada orang lain.

Orang tua yang berkomunikasi secara efektiv, bisa dianggap teman oleh anak dan akan menjadikan kehidupan yang hangat dalam keluarga, sehingga antara orang tua dan anak mempunyai keterbukaan dan saling memberi. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, gagasan, keinginan, perasaan, serta kebebasan untuk menanggapi pendapat orang lain. Anak-anak yang hidup dengan


(12)

pola asuh orang tua yang efektiv akan menghasilkan kepribadian anak yang dapat mengontrol diri, anak yang mandiri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres dan mempunyai minat terhadap hal-hal baru.

Salah satu kedekatan yang efektiv antara orang tua dengan anak, yaitu melalui komunikasi antarpribadi yang dapat dilakukan orang tua sejak anak masih berusia dalam kandungan. Dorongan dan tarikan antara kemandirian dan ketergantungan yang dilakukan orang tua terhadap anak harus diperhatikan. Tahun pertama kehidupan, bayi tergantung kepada orang tua, untuk mendapatkan dukungan dan makanan. Pada tahun kedua kehidupan, ketika perkembangan berlanjut, bayi semakin mandiri, dengan berupaya untuk melibatkan diri dalam petualangan yang lebih otonom.

Namun ketika anak-anak yang baru belajar berjalan menghadapi ketakutan dan tekanan, disinilah peranan orang tua untuk terus mendukung dengan memberikan motivasi dan merangkul dengan pujian kecil yang dilontarkan terhadap anak, maka upaya-upaya kemandirian anak menjadi semakin moderat ketika anak merasakan kebutuhan untuk mempertahankan suatu ketergantungan kepada orang tua. Dorongan dan tarikan orang tua terhadap anak antara kemandirian dan ketergantungan terus berlangsung sepanjang kehidupan, yang dapat berjalan secara efektif dalam mengembangkan kepribadian anak.

Masa prasekolah adalah saat orang tua membentuk pondasi serta mengembangkan kepribadian anak. Dengan menanamkan kebiasaan yang positif seperti membiasakan bilang tolong, terimakasih dan maaf, izin jika ingin bermain


(13)

keluar, atau bersikap sopan, sedangkan di usia sekolah, anak mulai berani mencoba hal-hal di luar kebiasaan. Orang tua sebaiknya bersikap konsisten dalam mengasuh anak.5 Selain itu, anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah atau teman sepermainannya (peer group). Orang tua juga bisa melihat bagaimana respon anak ketika menghadapi suatu permasalahan untuk melihat kepribadiannya yang unik. Sikap dan tingkah laku anak merupakan cerminan dari kepribadiannya anak.

Pada persepsi antarpribadi, orang tua mencoba untuk memahami apa yang tampak pada diri anak. Orang tua tidak hanya melihat perilaku terhadap anak, akan tetapi orang tua harus melihat mengapa anak berprilaku seperti itu. Sebagai orang tua alangkah lebih baik mencoba untuk memahami bukan saja melalui tindakan, akan tetapi juga motif tindakan dari anak. Dengan demikian stimuli orang tua akan menjadi kompleks. Orang tua akan mampu menangkap seluruh sifat dari anak dan berbagai dimensi perilakunya melalui komunikasi antarpribadi. Adapun pengertian dari komunikasi antapribadi seperti dibawah ini;

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara

tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya” (Mulyana, 2000:73 ).

Kepribadian anak akan berkembang karena adanya bentuk komunikasi antara orang tua dan anak yang anak alami dari masa kecil. Kepribadian anak akan berkembang karena pengaruh orang tua, saudara-saudara yang sering bersama

5


(14)

dengan anak, dan orang-orang yang tinggal satu rumah dengan anak. Dari bentuk komunikasi antarpribadi pula secara perlahan-lahan tingkat emosional dan kepribadian anak berkembang. Penelitian ini di lakukan di SDN Sekaloa 2 Bandung, SDN Coblong 4 Bandung, dan SD Yayasan Alfalah Bandung, dengan pertimbangan bahwa masyarakat mulai memperkenalkan anak memasuki Sekolah Dasar saat anak berusia 6 atau 7 tahun. Pada saat usia 6 sampai 7 tahun ini orang tua membangun pondasi sebagai bentuk kepribadian anak yang positif.

Agar terciptanya suatu hubungan yang baik antara orang tua dan anak, maka orang tua harus bisa mengefektivkan waktu nya lebih banyak untuk melakukan pendekatan dengan komunikasi antarpribadi terhadap anak. Komunikasi antarpribadi dapat membuat anak untuk mengembangkan kepribadiaannya saat anak mulai tumbuh dewasa. Disinilah efektivitas komunikasi orang tua dengan anak mulai terjalin dengan baik, sebagaimana efektivitas yang dikemukakan oleh The Liang Gie (2000:24) bahwa: “Efektivitas adalah keadaan atau kemampuan suatu kerja yang dilaksanakan oleh manusia untuk memberikan guna yang diharapkan”.6

Terjalinnya suatu komunikasi yang efektiv dalam mengembangkan kepribadian anak, maka anak akan menemukan suatu pangalaman yang berharga di lingkungan keluarga, yang dialami dari masa kecil hingga proses pendewasaan. Dengan itu anak akan membawa pengalaman dalam keluarga ke lingkungan

6

Sam bas Ali.Konsep efekt ifit as.w w w.konsep-efektivit as.ht m M inggu, 15/ 05/ 2011 Pukul 18.57 WIB


(15)

biologisnya, dan bisa membandingkan dengan lingkungan disekitarnya, hingga anak dapat menarik kesimpulan dengan kedewasaannya sendiri.

Untuk mengetahui keefektivitasan orang tua dalam mengembangkan kepribadian anak, maka penelitian dilakukan di beberapa sekolah dasar di kota Bandung karena sebagian besar orang tua, melakukan pendekatan dengan komunikasi antarpribadi dengan cara memberikan pendidikan formal kepada anak-anaknya. Sehingga dengan memberikan pendidikan di sekolah, anak-anak nya suatu saat nanti mempunyai pendidikan yang baik dan dapat berkembang menjadi kepribadian yang positif. Salah satu contoh kecil dalam mengembangkan kepribadian anak yang positif saat memasuki dunia pendidikan yaitu dengan cara memberikan senyuman, pujian, penghargaan, dan pelukan. Semua ini dapat mengembangkan kepribadian anak untuk menilai dirinya secara positif.

Berdasarka fenomena di atas maka penulis dapat merumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : “ Bagaimana efektivitas komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak dalam mengembangkan kepribadian anak?”.


(16)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menentukan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana keterbukaan antara orang tua dengan anak dalam

mengembangkan kepribadian anak?

2. Bagaimana empaty antara orang tua dengan anak dalam mengembangkan

kepribadian anak?

3. Bagaimana sikap mendukung orang tua terhadap anak dalam

mengembangkan kepribadian anak?

4. Bagaimana sikap positif orang tua terhadap anak dalam mengembangkan

kepribadian anak?

5. Bagaimana kesetaraan orang tua terhadap anak dalam mengembangkan

kepribadian anak?

6. Bagaimana efektivitas komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak


(17)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana “ Efektivitas komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak dalam mengembangkan kepribadian anak ”.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keterbukaan antara orang tua dengan anak dalam

mengembangkan kepribadian anak.

2. Untuk mengetahui empaty antara orang tua dengan anak dalam

mengembangkan kepribadian anak.

3. Untuk mengetahui sikap mendukung orang tua terhadap anak dalam

mengembangkan kepribadian anak.

4. Untuk mengetahui sikap positif orang tua terhadap anak dalam

mengembangkan kepribadian anak.

5. Untuk mengetahui kesetaraan orang tua terhadap anak dalam

mengembangkan kepribadian anak.

6. Untuk mengetahui efektivitas komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak dalam mengembangkan kepribadian anak.


(18)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan secara teoritis dari penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu komunikasi secara umum dan khususnya komunikasi antarpribadi.

1.4.2Kegunaan Praktis

1. Kegunaan bagi peneliti

Peneliti dapat mengaplikasikan teori komunikasi antarpribadi yang dimiliki untuk mencoba menganalisis fakta, gejala dan peristiwa yang terjadi yang kemudian ditarik kesimpulan.

2. Kegunaan bagi akademik

Penelitian yang dilakukan berguna bagi mahasiswa Unikom secara umum dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi khususnya sebagai literature terutama bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian di bidang dan kajian yang sama.

3. Kegunaan bagi masyarakat

Penelitian ini dapat membina atau membangun komunikasi antarpribadi yang baik antara orang tua dengan anak, karena komunikasi antarpribadi diperlukan dalam hubungan antara orang tua dengan anak. Komunikasi antarpribadi bisa mempengaruhi dan mengembangkan kepribadian anak yaitu, “ Efektivitas orang tua melalui komunikasi antarpribadi dalam mengembangkan kepribadian anak.


(19)

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teoritis

Bagian dari peranan komunikasi antarpribadi menjadi dasar tambahan yang melatar belakangi secara teoritis penelitian kualitatif ini. Mengingat fungsinya sangat penting dalam penelitian ini, penulis mengemukakan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut :

Dalam sebuah keluarga komunikasi antarpribadi dapat dinyatakan efektiv apabila pertemuan orang tua dapat memberikan kenyamanan ataupun suatu hal yang sangat menyenangkan bagi anak. Bila komunikasi antarpribadi didalam keluarga memiliki suatu keterbukaan antara orang tua dengan anak, maka hal yang pertama yang harus dilakukan orang tua yaitu membuat suasana yang nyaman sehingga anak tidak memiliki rasa tegang saat berkomunikasi dengan orang tua.

Sebagaimana definisi dari komunikasi antarpribadi yang didefinisikan oleh Joseph

A Devito dalam bukunya “The interpersonal communication book” (Devito

1989:4) sebagaimana dikutip Effendy sebagai berikut :

“ Komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang

dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika “. (The process

of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some effect and some immediate feedback).

Setiap kali komunikasi antarpribadi dilakukan orang tua, maka orang tua bukan hanya sekedar menyampaikan pesan untuk mengembangkan kepribadian anak, akan tetapi keterbukaan menjadikan sebuah hubungan yang tidak dapat


(20)

dipisahkan dalam keluarga. Komunikasi antarpribadi, seperti pada bentuk perilaku yang lain, dapat sangat efektiv dan dapat pula tidak efektiv. Adapun karakteristik efektivitas yang dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu :

1. Sudut pandang humanistik, yang menekankan pada keterbukaan,

empati, sikap mendukung, dan kualitas-kualitas lain yang menciptakan interaksi yang bermakna, jujur, dan memuaskan (Bochner & Kelly, 1974). Dari kualitas-kualitas umum ini, dapat menurunkan perilaku-perilaku yang spesifik, yang menandai komunikasi antarpribadi yang efektiv.

2. Sudut pandang pragmmatis atau keperilakuan, yang menekankan

pada manajemen atau kesegaran interaksi, dan secara umum kualitas-kualitas yang menentukan pencapaian tujuan yang spesifik.

3. Sudut pandang pergaulan sosial dan sudut pandang kesetaraan.

Ancangan ini didasarkan pada model ekonomi imbalan dan biaya. Ancangan ini mengasumsikan bahwa suatu hubungan merupakan kemitraan dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan.

Demi berhasilnya komunikasi antarpribadi yang dilaksanakan oleh orang tua dalam mengembangkan kepribadian anak, maka perlu adanya dukungan melalui sudut pandang humanistik untuk tercapainya suatu efektivitas orang tua melalui komunikasi antarpribadi. Ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan demi terciptanya suatu komunikasi yang efektiv di dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:


(21)

1. Keterbukaan (openness)

Keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi yaitu :

1) Komunikasi antarpribadi yang efektiv harus terbuka kepada orang yang

diajak berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.

2) Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator

untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan.

3) Aspek yang ketiga, menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran

(Bochner & Kelly, 1974. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya.

2. Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada saat tetentu, dari sudut pandang orang lain itu melalui, melalui kacamata orang lain itu.


(22)

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan antarpribadi yang efektiv adalah hubungan dimana terdapat sikap

mendukung (supportiveness), suatu konsep yang perumusannya dilakukan

berdasarkan karya Jack Gibb.

4. Sikap positif (positiveness)

Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dengan sedikitnya dua cara, yaitu:

1) Menyatakan sikap positif. sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek

dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.

2) Secara positif mendorong orang yng menjadi teman kita berinteraksi.

Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking

(dorongan). Dorongan adalah istilah yang berasal dari kosakata umum, yang dipandang sangat penting dalam analisis transaksional dan dalam interaksi antarmanusia secara umum.

5. Dan kesetaraan (equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak


(23)

sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Adanya komunikasi yang terjalin efektiv antara orang tua dalam meletakan dasar-dasar kepribadian yang positif pada anak adalah menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mendorong anak untuk lebih baik dalam mengembangkan kepribadian yang positif selama tumbuh kembangnya. Keluarga merupakan tempat yang paling pertama dan yang paling utama bagi tumbuh kembang anak. Melalui orang tua anak akan belajar dan menyerap berbagai pengalaman hidup.

Menurut teori Tabularasa seorang anak dilahirkan dalam kondisi putih, bersih, laksana kertas. Melalui interaksi dengan lingkungannya seorang anak akan belajar hidup, oleh karena itu komunikasi antarpribadi orang tua yang efektiv dapat mendidik anak, agar anak bisa terbentuk untuk memiliki kepribadian yang positif.

Adapun teori yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu, teori S-O-R sebagai singkatan dari stimulus-organism-response ini semula berasal dari psikologi, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.


(24)

Istilah kepribadian merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “personality”. Secara etimologis, kata personality berasal dari bahasa latin “persona” yang

berarti topeng. Menurut Gordon W All Port “personality is the dynamic

organization within the individual of those psychophysicalsystem, that determines his unique adjustment to his environment”.

Kepribadian menurut disiplin Ilmu Psikologi, “George Kelly memandang kepribadian sebagai cara unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya”, adapun jenis-jenis dari kepribadian yang setiap orang mempunyai kombinasi dari dua kepribadian. Kombinasi ini menghasilkan individu yang sangat energik, seperti pada jenis kepribadian phlegmatis dan

melankolis bisa berkombinasi karena keduanya introvert, pesimis dan lembut.

Kepribadian yang ada dalam diri anak dapat dikembangkan oleh orang tua sejak anak masih kecil, bahkan saat anak memasuki usia 6 sampai 7 tahun. Dengan komunikasi antarpribadi orang tua dapat mengarahkan kepribadian anak ke arah yang positif. Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi tentang komunikasi antarpribadi, karena pada dasarnya hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Kita mengharapkan orang tua untuk bisa mengembangkan kepribadian anak yang positif, oleh karena itu orang tua harus selalu dapat memberikan motivasi yang lebih pada anaknya melalui komunikasi antarpribadi.


(25)

1.5.2 Kerangka Konseptual

Disini peneliti mencoba untuk mengkaitkan kerangka teoritis ke dalam permasalahan yang dibahas antara hubungan orang tua melalui komunikasi antarpribadi dalam membentuk kepribadian anak. Dimana komunikasi orang tua yang efektiv terhadap anak ditandai dengan hubungan antarpribadi yang baik. Adapun kegagalan komunikasi sekunder yang dapat terjadi diantara orang tua dengan anak, bila isi pesan yang disampaikan orang tua tidak dipahami oleh anak.

Pada dasarnya dalam konteks komunikasi antarpribadi, hubungan yang terjadi antara orang tua yang sebagai komunitor dan anak yang sebagai komunikan yaitu:

1. Konteks, yang merupakan pengaruh lingkungan pada saat berlangsungnya

komunikasi. Minimal ada 4 konteks yaitu, kontak fisik, sosial, psikologi, dan waktu.

2. Ruang lingkup pengalaman.

3. Efek.

4. Umpan balik.

Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi tentang komunikasi antarpribadi, karena pada dasarnya hubungan dapat berkembang dan berakhir melalui komunikasi, oleh karena itu komunikasi yang terjalin antara orang tua dengan anak merupakan komunikasi yang sifatnya sangat berhubungan dekat. Disini komunikasi yang efektiv dapat mendukung dan membantu orang tua dalam mengembangkan kepribadian anak sejak dini.


(26)

Dalam komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak dapat terjalin efektif, maka komunikasi dapat dilakukan sesuai dengan ancangan humanistik, yaitu :

1. Keterbukaan (Openness)

Disini orang tua meluangkan waktunya, untuk menciptakan suatu hubungan yang dekat dengan anak. Orang tua mengantar jemput, serta mengawasi anak-anaknya yang memasuki pendidikan formal di SDN Coblong 4, SDN Sekeloa 2, dan SD Yayasan Alfalah Bandung. Dimana orang tua dapat dijadikan tempat yang membuat anak merasa nyaman untuk menceritakan tentang apa yang terjadi dengan dirinya. Orang tua menjalin komunikasi yang membuat anak untuk mengerti apa yang di utarakan oleh orang tua, sebagai bentuk untuk mengarahkan anak kepada kepribadian yang positif. Pesan yang disampaikan orang tua tidak terlalu serius, melainkan adanya suatu perasaan yang diutarakan, sehingga dapat dengan mudah diterima anak dan mendapatkan umpan balik dari anak.

2. Empati (Empathy)

Orang tua di SDN Coblong 4, SDN Sekeloa 2, dan SD Yayasan Alfalah mampu memahami perasaan yang sedang dialami oleh anak, pada saat melakukan komunikasi. Perasaan ini dapat dilihat dari komunikasi yang anak perlihatkan baik secara verbal maupun nonverbal. Disamping itu orang tua harus bisa menilai apa yang sedang diinginkan dan dirasakan anak. Sebagai bentuk kepekaan, orang tua harus bisa menerima alasan apapun mengenai perasaan yang sedang dirasakan


(27)

anak. Komunikasi orang tua menjadikan fasilitas yang dapat mendorong anak untuk saling terbuka.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Komunikasi yang dilakukan orang tua di SDN Coblong 4, SDN Sekeloa 2, dan SD Yayasan Alfalah menciptakan suasana mendukung yang dapat membatu anak untuk mengarahkan keinginannya. Selain itu orang juga memiliki sikap terbuka sebagai bentuk membantu anak dalam menciptakan suasana yang mendukung.

4. Sikap positif (positiveness)

Sikap ini mengisyaratkan perasaan orang tua terhadap anak, dimana orang tua selalu menanamkan perasaan yang positif ketika berinteraksi dengan anak, agar terciptanya komunikasi yang efektiv antara orang tua dengan anak. Orang tua di SDN Coblong 4, SDN Sekeloa 2, dan SD Yayasan Alfalah mampu membina hubungan yang baik dengan cara komunikasi antarpribadi terhadap anak dan memberikan sikap yang positif, sehingga dapat mendorong kepribadian anak ke arah yang positif.

5. Kesetaraan (Equality)

Pada komunikasi antarpribadi orang tua harus bisa menciptakan situasi yang bersifat adil. Dimana anak diposisikan sama rata, tidak ada pilih kasih. Disini orang tua harus bisa memahami perbedaan sikap yang dimiliki anak. Kesetaraan


(28)

berarti orang tua menerima pihak lain. Orang tua di SDN Coblong 4, SDN Sekeloa 2, dan SD Yayasan Alfalah mampu bekerja sama dengan anak-anak nya dalam segala hal, dengan sikap yang sama tanpa membedakan keinginan anak yang satu dengan anak yang lainnya.

Komunikasi antarpribadi yang baik ditandai dengan hubungan orang tua dan anak yang baik. Orang tua harus bisa menyampaikan pesan yang jelas dan tegas terhadap anak, agar kepribadian anak dapat terbentuk sejak dini dengan positif.

Komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari dua sisi sebagai perkembangan dari komunikasi interpersonal dan komunikasi pribadi atau intim, oleh karena itu, derajat komunikasi antarpribadi berpengaruh terhadap keluasan dan kedalaman informasi sehingga merubah sikap. Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang.


(29)

1.6 Pertanyaan Peneliti

Pertanyaan peneliti yang digunakan sebagai pengumpulan data informasi, adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana keterbukaan antara orang tua dengan anak dalam

mengembangkan kepribadian anak?

1) Bagaimana waktu kebersamaan orang tua dengan anak ?

2) Bagaimana cara komunikasi orang tua dengan anak ?

3) Apa saja yang dibicarakan orang tua dengan anak?

2. Bagaimana empaty antara orang tua dengan anak dalam mengembangkan

kepribadian anak?

4) Bagaimana perasaan yang ditunjukan orang tua terhadap anak ?

5) Bagaimana pemahaman orang tua terhadap kondisi anak ?

6) Bagaimana toleransi yang diberikan orang tua terhadap anak ?

3. Bagaimana sikap mendukung orang tua terhadap anak dalam

mengembangkan kepribadian anak?

7) Bagaimana dorongan orang tua terhadap anak ?

8) Bagaimana bentuk dukungan orang tua terhadap anak ?

4. Bagaimana sikap positif orang tua terhadap anak dalam mengembangkan


(30)

9) Bagaimana rasa kepercayaan orang tua terhadap anak ?

10)Bagaimana cara orang tua menanggapi permasalahan terhadap

anak?

5. Bagaimana kesetaraan orang tua terhadap anak dalam mengembangkan

kepribadian anak?

11)Bagaimana orang tua memposisikan anak dalam mengembangkan

kepribadian anak ?

12)Bagaimana situasi komunikasi orang tua dengan anak?

13)Bagaimana penghargaan yang diberikan orang tua terhadap anak?

1.7 Subjek dan Informan Peneliti

1.7.1 Subjek peneliti

Pada hakekatnya setiap penelitian memiliki subjek penelitian sebagai tujuan yang akan diteliti. Subjek penelitian yang dimaksud adalah sesuatu baik Mahkluk hidup, benda ataupun lembaga (instansi), yang sifat dan keadaannya akan diteliti. Subjek dari penelitian ini adalah orang tua siswa di kecamatan Coblong kota Bandung, yaitu SDN Sekeloa 2, SDN Coblong 4, dan SD Yayasan Alfalah.


(31)

1.7.2 Informan peneliti

Menurut Websters New Colleagiete Dictionary “Seorang informan adalah seorang pembaca asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frase dan kalimat dalam bahasa atau dialegnya sebagai model instansi atau sumber informasi”.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yaitu orang tua siswa yang bersekolah di SDN Sekeloa 2, SDN Coblong 4, dan SD Yayasan Alfalah, serta yang menjadi key informan adalah salah satu psikolog anak di kota Bandung.

Tabel 1.1 Informan Penelitian

No Informan Lokasi Keterangan

1 Ibu Erna SDN Sekeloa 2 Orang tua siswa kelas 1

2 Ibu Komalasari SDN Coblong 4 Orang tua siswa kelas 1

3 Ibu Rukmini SD Yayasan

Alfalah

Orang tua siswa kelas 1


(32)

Tabel 1.2

Key Informan Penelitian

No Informan Lokasi Keterangan

1 Ibu Dian Bandung Psikolog Anak&Dosen

2 Ibu Nani Bandung Guru kelas 1 SD

Yayasan Alfalah

3 Ibu Nely Bandung Guru kelas 1 SDN

Sekeloa 2

4 Ibu Rita Bandung Guru kelas 1 SDN

Coblong 4

5 Tasya Adelia, ditami, dan

Dian Novita

Bandung Anak kelas 1 SDN Sekeloa 2, SDN Coblong 4, dan SD Yayasan Alfalah

Sumber : Data peneliti

Informan tersebut merupakan masyarakat yang memiliki anak usia 6 sampai 7 tahun, dan seorang psikolog anak yang mengerti kepribadian anak dan dipercaya dapat memberikan informasi mengenai komunikasi antarpribadi orang tua dengan anak dalam mengembangkan kepribadian anak, serta Guru dan Anak. Informan dijadikan sumber informasi yang mengetahui tentang masalah penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti.

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi yang dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Denzin dan Lincoln : 1987).


(33)

Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti secara rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistik dan rumit. Menurut (Bogdan dan Taylor : 1975) bahwa “Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan pendekatan kualitatif diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh)” .

1.9Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.7 Peneliti melakukan wawancara dalam teknik pengumpulan data. Wawancara dilakukan dengan orang tua siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Coblong Bandung, Psikolog Anak, Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Coblong Kota Bandung, dan anak Sekolah Dasar.

7


(34)

2.Observasi

Observasi ialah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung.8

3.Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan buku sebagai referensi penunjang penelitian dan melengkapi serta mencari data dan fakta yang diperlukan oleh peneliti. Studi pustaka ini berupa literatur, referensi dan media elektronik.

4.Internet searching

Internet searching merupakan salah satu dari produk perkembangan teknologi manusia. Melalui browser untuk mencari informasi yang diperlukan.

5.Dokumentasi

Guba dan Lincoln (1981:228), mendefinisikan dokumen adalah “Setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik”. Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ini bisa berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

8

Waw an Junaedi.Observasi dan kedudukannya.w w w.pengertian-observasi-dan-kedudukannya.htm l senin,04/ 04/ 2011 pukul 21.20 WIB


(35)

1.10 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah “Proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan urutan dasar”. (Patton dalam Moleong, 1980:268)

Teknik analisis data dilakukan sepanjang proses penelitian sejak penelitian memasuki lapangan untuk mengumpulakan data. Terkait dengan itu dalam Miles dan Hubermab (1992:20), bahwa teknik analisis data yang akan ditempuh peneliti melalui lima tahap yakni :

1. Reduksi data

Mereduksi data, yaitu melakukan pengumpulan terhadap informasi penting yang terkait dengan masalah penelitian, selanjutnya data dikelompokan sesuai dengan topik masalah.

2. Pengumpulan data

Data yang dikelompokan selanjutnya disusun dalam bentuk narasi sehingga berbentuk rangkaian informasi yang bermakna sesuai dengan masalah penelitian.

3. Penyajian data

Melakukan interprestasi data yaitu menginterprestasikan apa yang telah diinterprestasikan oleh informan terhadap masalah yang diteliti.


(36)

4. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan berdasarkan susunan narasi yang telah disusun sehingga dapat memberi jawaban atas penelitian.

5. Evaluasi

Hasil analisis data dengan informan, yang didasarkan pada kesimpulan tahap keempat. Tahap ini dimaksud untuk menghindari kesalahan intepretasi dari hasil wawancara dengan sejumlah informan.

1.11Lokasi dan Waktu Penelitian

1.11.1 Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti memilih untuk melakukan penelitian dengan orang tua siswa yang memiliki anak berusia 6 sampai 7 tahun, yang sekolah di SDN Sekeloa 2 Jln Sekeloa Utara no 30 A Bandung. SDN Coblong 4 Jln Ir H Juanda no 338 Bandung. SD Yayasan Alfalah Jln Cisitu Baru no 52 Bandung

1.11.2Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti dengan jangka waktu penelitian selama 4 (empat) bulan, terhitung mulai dari bulan April 2011 hingga Juli 2011, sebagai berikut :


(37)

Tabel 1.3 Jadwal Kegiatan

Sumber : Agenda Peneliti

1.12Sistematika Penulisan

Penulisan Penelitian ini dapat diuraikan dengan sistematika berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Mencakup tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan teoritis, kegunaan praktis), kerangka pemikiran, teknik pengumpulan data, pengolahan data dan

No Kegiatan Bulan Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011

1 Tahap persiapan

Pengajuan Judul

Persetujuan Judul

Pertemuan dgn Dosen pembimbing

2 Penulisan Bab I

Bimbingan

3 Penulisan Bab II

Bimbingan

4 Pengumpulan Data

Lapangan

5 Penulisan Bab III

Bimbingan

6 Penulisan Bab IV

Bimbingan

7 Penulisan Bab V

Bimbingan

8 Penyusunan Skripsi

9 Sidang Kelulusan


(38)

analisis data , subjek penelitian dan informan, lokasi dan waktu penelitian (meliputi; lokasi penelitian, waktu penelitian) dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan teori-teori berdasarkan studi kepustakaan yang berkaitan dengan tinjauan komunikasi antarpribadi, efektivitas komunikasi antarpribadi orang tua dalam mengembangkan karakter anak.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini memberikan gambaran tentang objek yang diteliti, yaitu orang tua siswa Sekolah Dasar di Kota Bandung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Terdiri atas Analisis Data Informan dan Analisis Data Penelitian dan pembahasan data penelitian.

BAB VPENUTUP


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Devito, A Joseph, 1997, Komunikasi Antarmanusia, Jakarta : Profesional Books

Hariwijaya, M, 2010, Panduan Mendidik Dan Membentuk Watak Anak, Yogyakarta : Luna Publisher

Moleong, J Lexy, Prof.Dr.2009, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Rahkmat, Jalaluddin, DRS, 2008, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset

Santrock, W John, 2002, Life Span Development, Jakarta : Erlangga

Shochib, moh, Dr, 2000, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sumber lain :

Enjang Wahyuningrum.Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Karakter Anak.http://enjangwahyuningrum.wordpress.com, di download pada tanggal 08/03/2011 pukul 15.48 WIB

Hanifa.Menyelami karakter ana.www.Menyelami Karakter Anak/Honey fa.htm jumat, 15/04/2011 pukul 20.20 WIB


(40)

Lusa.komunikasi antarpribadi.www.Pengertian Komunikasi Antarpribadi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi KAP.htm di download pada tanggal 05/04/2011 pukul 20.20 WIB

Redaksi.Mengenal karakter anak.www.karakter anak/detail.html di download pada tanggal 08/03/2011 pukul 19.43 WIB

Sambas Ali.Konsep efektifitas.www.konsep-efektivitas.htm Minggu, 15/05/2011 Pukul 18.57 WIB

Wawan Junaedi.Observasi dan kedudukannya.www.pengertian-observasi-dan-kedudukannya.html senin,04/04/2011 pukul 21.20 WIB


(41)

33 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah persyaratan kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa atau tiada kehidupan sama sekali apabila tanpa komunikasi. Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi yang dilakukan manusia ini (baik secara perorangan, kelompok ataupun organisasi), dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi.

Kata komunikasi atau communication dalam Bahasa Inggris berasal dari kata

latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau

communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama. Menurut Hovland, Janis dan Kelley : 1953 bahwa ;

“Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)”.


(42)

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunikasi merujuk pada sekelompok orang yang merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap.

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antarmanusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyalurannya.9

Dalam bahasa komunikasi dinamakan pesan (message). Orang yang

menyampaikan pesan disebut komunikator, sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan. Komunikasi berarti proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.

Komunikasi yang dibahas oleh para ahli adalah komunikasi manusia, yang setidaknya melibatkan dua pihak atau dua orang, seperti yang diperlihatkan definisi-definisi atau model-model komunikasi yang dikemukakan para ahli, meskipun kedua orang itu tidak bertatap muka.

9

Effendy, Onong Uchjana, Prof.2003,Ilm u, teori, dan filsafat kom unikasi, Bandung:PT. Cit ra Adit ya Bakt i


(43)

2.1.2 Tujuan Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku yang berjudul ilmu, teori dan filsafat komunikasi, bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Mengubah sikap (To change the attitude)

2. Mengubah opini, pendapat, atau pandangan (To change the opinion)

3. Mengubah perilaku (To change the behavior)

4. Mengubah masyarakat (To change the society)

2.1.3 Fungsi komunikasi

1. Menginformasikan (To inform)

2. Mendidik (To educate)

3. Menghibur (To entertain)

4. Mempengaruhi (To influence)

2.1.4 Sifat komunikasi

Ditinjau dari sifatnya komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Komunikasi verbal (Verbal communication)

1) Komunikasi lisan (Oral communication)

2) Komunikasi tulisan (Written communication)

b. Komunikasi nonverbal (Nonverbal communication)

1) Komunikasi kial (Gestural/body communication)


(44)

c. Komunikasi tatap muka (Face to face communication)

d. Komunikasi bermedia (Mediated communication)

2.1.5 Bidang Komunikasi

Bidang yang dimaksud disini adalah bidang kehidupan manusia, dimana diantara jenis kehidupan yang satu dengan jenis kehidupan yang lain terdapat perbedaan yang khas dan kekhasan ini menyangkut proses komunikasi. Berdasarkan bidangnya komunikasi meliputi jenis-jenis sebagai berikut :

a. Komunikasi sosial (Social communication)

b. Komunikasi organisasional atau manajemen (Organizational atau

management communication)

c. Komunikasi bisnis (Business communication)

d. Komunikasi politik (Political communication)

e. Komunikasi internasional (International communication)

f. Komunikasi antarbudaya (Intercultural communication)


(45)

2.1.6 Teknik Komunikasi

Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani “Technikos” yang berarti keterampilan atau keperigelan. Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan komunikator, teknik komunikasi diklasifikasikan menjadi :

a. Komunikasi informatif (Informative communication)

b. Komunikasi persuasif (Persuasive communication)

c. Komunikasi pervasif (Pervasive communication)

d. Komunikasi koersif (Coersive communication)

e. Komunikasi instriktif (Instructive communication)

f. Hubungan manusiawi (Human relations)

2.1.7 Proses Komunikasi

Komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Adapun kategori proses komunikasi dengan peninjauan dari dua perspektif, yaitu:

1. Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis

Proses komunikasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka didalam dirinya terjadi suatu proses.


(46)

2. Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistis

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau “melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator olek komunikan itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau indera mata, ataupun indera-indera lainnya.

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi

Menurut Joseph A Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication

Book”. (Devito, 1989:4) bahwa komunikasi antarpribadi adalah: “ Proses

pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika”.

Berdasarkan definisi Devito diatas, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang sedang berdua seperti, suami istri yang sedang bercakap-cakap, ataupun antara orang tua dan anak. Pentingnya situasi komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis.monolog menunjukan suatu bentuk komunikasi dimana seorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak ada interaksi, yang aktif hanya komunikator saja, sedangkan komunikan bersifat pasif. Situasi komunikasi seperti ini terjadi misalnya ketika seorang Ayah memberi nasihat kepada anaknya yang nakal.


(47)

Komunikasi antarpribadi yang dimaksud adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace. Menurut sifatnya komunikasi antarpribadi dapat

dibedakan atas dua macam, yakni komunikasi diadik (dyadic Communication) dan

komunikasi kelompok kecil (small group communication).

Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu, percakapan dialog, dan wawancara. Percakapan dapat berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal.

Fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan

insani (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik

pribadi,mengurangi ketidakpastian sesuatu serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak sahabat. Melalui komunikasi antarpribadi juga kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik diantara kita.


(48)

2.2.1 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain,

2. Mengetahui dunia luar,

3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna,

4. Mengubah sikap dan perilaku,

5. Bermain dan mencari hiburan, dan

6. Membantu orang lain. (Widjaja : 2000)

2.2.2 Keampuhan Komunikasi Antarpribadi

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah sebagai berikut :

1. Komunikan berlangsung tatap muka

Komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Komunikator dengan komunikan saling bertatap muka , maka terjadilah

kontak pribadi (personal contact), pribadi komunikator menyentuh pribadi

komunikan.

Keampuhan komunikasi antarpribadi dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan itulah, maka komunikasi antarpribadi acapkali

dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif (persuasive

communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan.


(49)

2.2.3 Jenis-jenis Komunikasi Antarpribadi

Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya, yaitu:

1. Komunikasi diadik (Dyadic communication)

Komunikasi diadik adalah komunikasi antarpribadi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan, dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan.

2. Komunikasi triadik (Triadic communication)

Komunikasi triadik adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka komunikasi triadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan , sehingga ia dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yang berlangsung. Kedua faktor ini sangat berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses komunikasi.


(50)

2.2.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Dalam ancangan humanistik ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu:

1. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi.

1) Komunikasi antarpribadi yang efektiv harus terbuka kepada orang yang

diajak berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.

2) Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada kesediaan komunikator

untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan.

3) Aspek yang ketiga, menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran

(Bochner & Kelly, 1974. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya.


(51)

2. Empati (empathy)

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk “mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada saat tetentu, dari sudut pandang orang lain itu melalui, melalui kacamata orang lain itu.

3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan antarpribadi yang efektiv adalah hubungan dimana terdapat sikap

mendukung (supportiveness), suatu konsep yang perumusannya dilakukan

berdasarkan karya Jack Gibb.

4. Sikap positif (positiveness)

Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi dengan sedikitnya dua cara, yaitu:

1) Menyatakan sikap positif. sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek

dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektiv.

2) Secara positif mendorong orang yng menjadi teman kita berinteraksi.

Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking

(dorongan). Dorongan adalah istilah yang berasal dari kosakata umum, yang dipandang sangat penting dalam analisis transaksional dan dalam interaksi antarmanusia secara umum.


(52)

5. Dan kesetaraan (equality)

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektiv bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

2.3Tinjauan Tentang Efektivitas

Efektivitas memiliki arti berhasil atau tepat guna. Efektiv merupakan kata dasar sementara. Kata sifat dari efektiv adalah efektivitas. Sebagaimana pendapat Onong Uchana Effendy mendefinisikan efektivitas sebagai berikut : “Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan” (Effendy, 1986:14).

Dari pengertian tersebut, efektivitas berarti daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan, atau mempengaruhi komunikasi dari segi konsep ilmu komunikasi, pesan yang efektiv harus memiliki syarat-syarat, adapun yang menjadi unsur syarat-syarat sebagai berikut :

1) Adanya kesamaan dalam mempermudah proses penyandian (decodinng)

yakni proses menterjemaahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan.


(53)

3) Adanya kesamaan menyebabkan komunikan tertarik kepada komunikator. (Rakhmat, 1998,271).

2.4Tinjauan Tentang Orang Tua

Orang tua atau keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Orang tua dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Dalam pengertian Pedagogis, bahwa :

“Orang tua adalah “satu” persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua” (Solaeman, 1994 : 12).

Orang tua adalah “Komponen keluarga yang terdiri dari Ayah, dan Ibu dan merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang syah yang dapat membentuk sebuah keluarga”. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang mengngantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.10

Keutuhan orang tua dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk mengembangkan kepribadian anak. Keluarga yang utuh memberikan peluang yang besar bagi anak untuk membangun kepercayaan terhadap kedua orang tuannya, yang merupakan unsur esensial dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan kepribadian anak. Kepercayaan orang

10

Setiawan. Pengertian Orang Tua.www.definisionline.com Minggu, 22/05/2011 Pukul 19.59 WIB


(54)

tua yang dirasakan oleh anak akan mengakibatkan arahan, bimbingan, dan bantuan orang tua yang diberikan kepada anak akan menyatu dan memudahkan anak untuk menangkap makna dari upaya yang dilakukan.

2.5Tinjauan Tentang Anak

Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (Gunarsa, 1986) “Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap

rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan”.11

2.6Tinjauan Tentang Kepribadian

Pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi bisa diambil dari rumusan beberapa teoris kepribadian terkemuka. George Kelly memandang “Kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya”, sementara Sigmun Freud memandang “Kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego, dan superego.

11

Admin.Pengertian Anak Secara Kronologis Dan Psikologis.www.duniapsikologi.com Minggu,


(55)

Kepribadian di Indonesia disamakan pengertiannya dengan manusia Indonesia. Ukuran satuan atau unitnya dalam pengertian sifat, ciri, karakter, watak, jiwa, moral, semangat, kebiasaan, tingkah laku, dan lain sebagainnya.

Kepribadian seseorang adakalnya menarik hati orang lain, tetapi adakalanya tercela. Kepribadian yang menarik adalah yang memiliki unsur-unsur positif seperti rajin, penyabar, pemurah, peramah, suka menolong, pembersih dan sebagainya. Sedangkan kepribadian yang tercela misalnya pemalas, pemarah, kikir, sombong, angkuh, penjorok dan sebagainya.

2.6.1 Mengembangkan Kepribadian

Istilah kepribadian merupakan struktur hipotesis dari akal, prosesnya ditandai oleh faktor-faktor dalam dan luar yang mempertinggi kehidupan seseorang. Kepribadian bukanlah serentetan geografis melainkan lebih umum dan merupakan kesimpulan dari fakta-fakta. Kepribadian adalah pengatur organ badan, suatu lembaga yang berfungsi dan lahir sampai mati. Definisi diatas berisikan komponen sebagai berikut :

1. Peristiwa-peristiwa empiris yang spesifik,

2. Mengandung implikasi-implikasi bahwa kepribadian seseorang

mewujudkan serentetan peristiwa yang terjadi sepanjang hidupnya,

3. Kepribadian harus memancarkan elemen-elemen tingkah laku ,


(56)

Kepribadian berfungsi untuk melatih prosesnya sendiri, belajar untuk tumbuh dan mengurangi ketegangan-ketegangan kebutuhan, membentuk serentetan program untuk mencapai tujuan, memecahkan konflik-konflik.

2.6.2 Tipe-Tipe Kepribadian

Berdasarkan persamaan aspek kepribadian pada sejumlah orang tertentu, maka para ahli mengadakan pembagian atau penggolongan kepribadian manusia bermacam-macam tipe, yaitu sebagai berikut ini :

a. Menurut Galenus

Galenus seorang dokter bangsa Romawi (129-199 M) membagi tempramen manusia menjadi empat tipe berdasarkan jenis cairan yang paling berpengaruh pada tubuh manusia. Pembagian Galenus ini sebagai penyempurnaan pembagian yang dikemukaakn sebelumnya oleh seorang ahli filsafat bangsa Yunani yang bernama Hipocrate (460-377 sebelum masehi). Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Cholericus, empedu kuning (chole) yang paling berpengaruh. Orang ini besar dan kuat tubuhnya, penaik darah, dan sukar mengendalikan dirinya. 2. Sanguinicus, darah (sanguis) yang lebih besar pengaruhnya. Orang ini

wajahnya selalu berseri-seri periang dan berjiwa kekanak-kanakan.

3. Flegmaticus, lendis (flegma) yang paling berpengaruh. Orang ini


(57)

4. Melancholicus, empedu hitam (melanchole) yang lebih berpengaruh. Orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung dan mudah menaruh syak (curiga).

b. Menurut Heymans

Gerart Heymans, seorang Profesor bangsa Belanda (1857-1930) membagi tempramen manusia berdasarkan pada tiga unsur atau sifat penting yang dimiliki manusia yaitu:

 Emosionalitas : Kepekaan perasaan

 Aktivitas : Kemampuan bertindak spontan

 Fungsi sekunder : Kemampuan memproduksi tanggapan-tanggapan

c. Menurut Spranger

Eduard Spranger, ahli ilmu jiwa Bangsa Jerman, membagi watak manusia atas dasar nilai-nilai yang dianut oleh seseorang. Nilai-nilai itu ialah, nilai ekonomi, politik, sosial, ilmu pengetahuan, kesenian, dan agama.


(58)

2.6.3 Aspek-Aspek Kepribadian

Kepribadian bisa dilihat dari berbagai aspek, menurut Melania H ada 10 aspek kepribadian yang bisa dijadikan sebagai standar untuk mengetahui dan mengembangkan kepribadian seseorang diantaranya, yaitu:

1. Sikap atau sifat individu

 Mau mawas diri

 Gunakan imajinasi untuk mengatasi kebiasaan dan kecenderungan yang

tidak diinginkan

 Citra diri berada dalam genggaman

2. Pengetahuan

 Wawasan luas

 Memiliki keinginan untuk belajar atau membaca

 Tidak puas mengerti persoalan secara dangkal

 Cari informasi dari ensiklopedi, perpustakaan, museum

 Hadiri forum seminar dan sebagainnya

3. Keterampilan

 Menguasai keterampilan harian bersifat feminim atau maskulin

 Keterampilan profesional

4. Kecerdasan

 Kecerdasan tergantung pada tinggi rendahnya pendidikan

 Secara mental semua orang ingin membebaskan diri dari keharusan


(59)

 Gunakan sistem sendiri waktu belajar

5. Kesehatan

 Makan, tidur cukup dan olahraga

 Pikiran tenang, mekanisme tubuh yang pelik akan berfungsi mulus dalam

pikiran senang. Menikmati kesehatan emosional

 Kesibukan atau hobby

6. Penampilan

 Busana baik, bersih, rapih dan serasi, tidak over dressed

 Bersikap wajar, tidak over acting, feminim atau maskulin

 Ekspresi mengundang persahabatan

Eye contact mantap

7. Sikap terhadap orang lain

 Mengakui bahwa martabat manusia sama

 Tenggang rasa, menghargai orang lain, tidak mementingkan diri sendiri

 Sikap negatif yang harus dihindari, meremehkan atau melanggar hak orang

lain

 Bersedia memberi pujian dan menegur serta minta maaf

 Dapat dipercaya atau toleransi

8. Pengendalian diri atau emosi

 Tidak cepat terpengaruh

 Menyingkirkan prasangka, kecurigaan, ketakutan, pessimisme, rendah

diri, iri hati. Lakukan sesuatu untuk mengatasinya


(60)

9. Nilai atau keyakinan

 Menentukan arah hidup, cita-cita. Hal ini akan mendorong keluar dari kelesuan

 Memiliki keberanian secara fisik

 Tidak takut menyongsong hari depan

10. Peranan atau kedudukan

 Makin banyak peran makin tinggi kedudukan, makin diperhatikan,

dielukan

 Berusaha secara sehat memperoleh peranan dan kedudukan

 Formal atau nonformal

2.6.4 Kepribadian Dalam dan Luar

Dalam upaya mengembangkan kepribadian, kita tidak hanya menitikberatkan pada pengembangan kepribadian luar atau lahiriah saja, namun juga harus berakar dari pengembangan kepribadian dalam, seperti berikut :

1. Kepribadian Dalam (Your Inner Self)

Kepribadian dalam adalah pengembangan diri yang berakar dari sifat-sifat pribadi yang dipunyai manusia sejak dilahirkan. Pengembangan kepribadian dalam sangat dipengaruhi oleh bagaimana dia diasuh dan dibesarkan, oleh pendidikan, pergaulan dan sebagainya.


(61)

2. Kepribadian Luar (Your Outtner Self)

Kepribadian luar sesorang tidak kalah pentingnya dari kepribadian dalam, karena hal itulah yang pertama kali dilihat orang lain, sehingga akan menimbulkan kesan atau persepsi tertentu. Di bawah ini adalah hal-hal yang perlu mendapat perhatian kita dalam upaya pengembangan pribadi :

a. Kesehatan dan kebugaran tubuh,

b. Wiraga,

c. Tata busana dan tata rias.

2.6.5 Mengukur Kepribadian

Melakukan pengukuran terhadap kepribadian seseorang bertujuan untuk dapat mengetahui corak kepribadian secara pasti, dengan mengetahui corak atau tipe kepribadian seseorang, berarti pengenalan kita terhadap orang lain menjadi lebih sempurna, sehingga proses pendidikannya dapat disesuaikan dan lebih lancar. Cara mengukur kepribadian ada bermacam-macam antara lain :

1. Observasi

Dengan cara mengamati atau memperhatikan langsung tingkah laku serta kegiatan yang dilakukan oleh yang bersangkutan, terutama sikapnya, caranya berbicara, kerja dan juga hasilnya.


(62)

2. Wawancara (interview)

Mengadakan tatap muka dan berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Agar diperoleh hasil yang murni, sebaiknya wawancara dilakukan secara santai (bebas, informal) karena dengan cara ini suasananya menjadi akrab, pembicaraan saling terbuka, sehingga sesuatu yang diperlihatkan dan dikatakan orang yang di interview adalah murni.

3. Inventory

Inventory adalah sejenis kuesioner (pertanyaan tertulis) yang harus dijawab oleh responden secara ringkas, biasanya mengisi kolom jawaban dengan tanda cek.

4. Teknik proyektif

Jenis yang termasuk proyektif di antaranya adalah :

a. Tes Rohschach, yaitu menggunakan noda-noda tinta yang membentuk gambar-gambar simetris.

b. Thematic Apperception Test, yaitu terdiri dari sejumlah seri gambar-gambar orang yang tidak jelas artinya.

c. Wartegg test, yaitu terdiri dari delapan aspek yang harus digambar dengan mengikutsertakan tanda-tanda yang telah ada di dalamnya.

5. Biografi dan Autobiografi

Riwayat hidup yang ditulis orang lain (biografi) dan ditulis sendiri (autobiografi) dapat juga digunakan untuk menilai kepribadian.


(1)

117

Buku :

Budyatna M, Dr, Mutmainah, Nina Dra, 2004,

Komunikasi Antar Pribadi

, Jakarta:

Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Devito, A Joseph, 1997,

Komunikasi Antarmanusia

, Jakarta : Profesional Books

Effendy, Onong Uchjana, Prof. 2003,

Ilmu, teori, dan filsafat komunikasi

,

Bandung:PT. Citra Aditya Bakti

Fauzi, Ahmad H.Drs, 1999,

Psikologi Umum

, Bandung: CV. Pustaka Setia

Hariwijaya, M, 2010,

Panduan Mendidik Dan Membentuk Watak Anak

,

Yogyakarta : Luna Publisher

Moleong, J Lexy, Prof.Dr.2009,

Metode Penelitian Kualitatif

, Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy, 2005,

Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar

, Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya

Rahkmat, Jalaluddin, DRS, 2008,

Psikologi Komunikasi

, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya Offset

Santrock, W John, 2002,

Life Span Development

, Jakarta : Erlangga

Sendjaja, Ph.D.,Dkk, Djuarsa, Sasa, 2004,

Pengantar Ilmu Komunikasi

, Jakarta :

Pusat Penerbitan Universitas Terbuka


(2)

Shochib, moh, Dr, 2000,

Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri

, Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sujanto, Agus.DRS, 2009,

Psikologi Kepribadian

, Jakarta: Bumi Aksara

Sumber lain :

Dwi Jayanto, Cahyo,2010,

Strategi Bagian Pencegahan Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jawa Barat Dalam Mensosialisasikan Pemantapan, Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, Dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kepada Kalangan Mahasiswa Di Kota Bandung, bandung, Fisip Unikom.

Admin.

Pengertian

Anak

Secara

Kronologis

Dan

Psikologis.www.

duniapsikologi.com di download pada tanggal 22/05/2011 pukul 19.14 WIB

Enjang Wahyuningrum.Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Karakter

Anak.http://enjangwahyuningrum.wordpress.com, di download pada tanggal

08/03/2011 pukul 15.48 WIB

Hanifa.Menyelami karakter ana.www.Menyelami Karakter Anak/Honey fa.htm

jumat, 15/04/2011 pukul 20.20 WIB

Lusa.komunikasi antarpribadi.www.Pengertian Komunikasi Antarpribadi dan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi KAP.htm di download pada tanggal

05/04/2011 pukul 20.20 WIB

M Baitul.psikologi mendidik anak.www. Psikologi Anak Cerdas, Pintar.htm di

download pada tanggal 30/05/2011 pukul 18.52 WIB

Redaksi.Mengenal karakter anak.www.karakter anak/detail.html di download

pada tanggal 08/03/2011 pukul 19.43 WIB


(3)

Sambas Ali.Konsep efektifitas.www.konsep-efektivitas.htm di download pada

tanggal 15/05/2011 Pukul 18.57 WIB

Setiawan. Pengertian Orang Tua.www.definisionline.com di download pada

tanggal 22/05/2011 Pukul 19.59 WIB

Sunny.pengertian psikologi kognitif. www.pengertian-dan-prinsip-perkembangan.

html di download pada tanggal 30/05/2011 pukul 19.26 WIB

Wawan Junaedi.Observasi dan

kedudukannya.www.pengertian-observasi-dan-kedudukannya.html senin,04/04/2011 pukul 21.20 WIB


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.

Data Pribadi

Nama Lengkap

: Diah Oktaviani Indah Cahyagi

Nama Panggilan

: Diah

Tempat, Tanggal lahir : Cianjur, 14 Oktober 1989

Janis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat : BTN Griya Nugratama Blok B.2 No.7

Rt.01 Rw.14, Desa Sirnagalih Kecamatan Cilaku

Kabupaten Cianjur

Tlp/Hp

: (022) 92988646/085720867003

Hobi

: Menyanyi

B.

Pendidikan Formal

1994 – 1995

: TK Yapisal Cianjur

1995 – 2001

: SDN Ibu Dewi 6 Cianjur

2001 – 2004

: SMP Negeri 2 Cianjur


(5)

2004 – 2007

: SMA Pasundan 1 Cianjur

2007– Sekarang

: UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(UNIKOM)

C.

Pendidikan Non Formal

1.

Course General english

(

Basic

4), diselenggarakan di

Language is everyway become

expert

bandung, pada tanggal juni 2010 - september 2010.

2.

Table Manner Course

, diselenggarakan di Hotel Jayakarta Bandung, pada tanggal 28

Januari 2008.

3.

Peserta Pelatihan

Master of Ceremony

, diselenggarakan di Auditorium UNIKOM

Bandung, pada tanggal 27 Mei 2008

4.

Peserta Pelatihan

Personal Development

dan

Brain Management

, diselenggarakan di

Auditorium UNIKOM Bandung, pada tangal 27 Mei 2008.

5.

Peserta Mentoring Agama Islam, diselenggarakan di Auditorium UNIKOM Bandung,

pada tanggal 20 Juni 2008.

6.

Peserta Seminar Muslimah “Atas Nama Cinta”, diselenggarakan di Auditorium

UNIKOM Bandung, pada tanggal 28 Februari 2009.

7.

Peserta Seminar Jurnalistik, diselenggarakan di Sasana Budaya Ganesa (SABUGA)

Bandung, pada tanggal 6 Maret 2009.

8.

Peserta Seminar dan Workshop Fotographi, diselenggarakan oleh UKM Fotografi

UNIKOM Bandung, pada tanggal 24 Maret 2009.

9.

Peserta Pelatihan Melejitnya Potensi dan Pengembangan Diri, diselenggarakan di

Auditorium UNIKOM Bandung, pada tanggal 31 Maret 2009.


(6)

10.

Peserta “

The Future of United States of America-Indonesia Relationship

”,

diselenggarakan di Auditorium UNIKOM Bandung, pada tanggal 16 April 2009.

11.

Peserta “

Study Tour Mass Media

2009”, diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu

Komunikasi UNIKOM Bandung, pada tanggal 28 Mei 2009.

12.

Peserta Kuliah Umum “Ilustrasi Tentang Perfilman” diselenggarakan di Auditorium

UNIKOM Bandung, pada tanggal 24 November 2009.

13.

Peserta “Seminar One Day Neuro Marketing” diselenggarakan oleh Universitas

Pendidikan Indonesia Bandung, pada tanggal 28 Maret 2011.

D.

Pengalaman Organisasi

1.

Anggota Pramuka SDN Ibu Dewi 6 Cianjur Periode 1998-1999

2.

Anggota PMR SMP Negeri 2 Cianjur Periode 2001