Tinjauan Atas Pemungutan Pajak Restoran Dalam Meningkatkan Pandapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatn Dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung

(1)

vi

increase region original income and detect tax acceptance restaurant and detect

restaurant tax influence towards region original income.

This watchfulness aim: (1) detect restaurant tax harvest execution procedure

in increase region original income in income official and finance management. (2)

detect restaurant tax acceptance contribution in increase region original income in

income official and finance management.

Method that used qualitative descriptive and data that used administrate

system and procedure with regency region original income realization data Bandung

period year 2005 up to year 2009. data collecting technique that field research (field

watchfulness) by interview and observation.

Result from this watchfulness has showed that restaurant tax harvest

execution procedure as according to this matter by law can influential towards

restaurant tax acceptance contribution in increase regency region original income

Bandung. from year 2005-2009 experience increase and depreciation. this is caused

by restaurant closing existence and development restaurant. this activity is enough

influential towards restaurant tax acceptance, apart from his taxpayer obedience is

itself.


(2)

v

restoran dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan mengatahui penerimaan

pajak restoran dan mengetahui pengaruh pajak restoran terhadap pendapatn asli

daerah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui prosedur pelaksanaan

pemungutan pajak restoran dalam meningkatkan pendapatan asli daerah pada Dinas

Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan. (2) Mengetahui kontribusi penerimaan pajak

restoran dalam meningkatkan pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan.

Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan data yang digunakan

adalah Sistem Administrasi dan Prosedur serta Data Realisasi Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Bandung periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Teknik

pengumpulan data yang dilakukan adalah Field Research (penelitian lapangan)

dengan cara wawancara dan observasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa prosedur pelaksanaan

pemungutan pajak restoran sudah sesuai dengan peraturan daerah hal ini dapat

berpengaruh terhadap kontribusi penerimaan pajak restoran dalam meningkatkan

Pendapatan asli daerah kabupten bandung. Dari tahun 2005-2009 mengalami

kenaikan dan penurunan. Ini dikarenakan adanya penutupan restoran dan

pembanguanan restoran. Kegiatan ini cukup berpengaruh terhadap penerimaan pajak

restoran, selain dari kepatuhan Wajib Pajak nya itu sendiri.


(3)

1

1.1

Latar Belakang Penelitian

Pemerintah sebagai suatu organisasi yang dibentuk oleh suatu negara

memegang peran yang cukup penting dalam pembangunan nasional. Pemerintah

diberikan kekuasaan untuk menjalankan dan mengelola pembangunan agar menjadi

lebih berkembang dan merata. Usaha pemerataan pembangunan yang dilakukan oleh

pemerintah pusat antara lain dengan memberikan kewenangan kepada pemerintah

Daerah untuk melaksanakan otonomi daerah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah

yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab dengan titik berat ekonomi diletakan

kepada daerah kabupaten/kota, maka diperlukan sumber-sumber penerimaan daerah

yang dapat diandalkan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan di daerah. Hal ini berarti bahwa sumber-sumber Pendapatan Asli

Daerah (PAD) untuk di kembangkan.

Penggalian sumber-sumber PAD pada pemerintah Kabupaten Bandung

dilaksanakan oleh DPPK. Salah satu sumber PAD yang potensial terdapat pada sektor

pajak, karena pengenaan pajak mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat dan

diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai rumah tangga negara dapat

diwujudkan secara nyata. Dasar hukumnya (kewenangannya) ditetapkan berdasarkan

ketentuan Undang-Undang


(4)

Nomor 34 Tahun 2000 revisi atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

Untuk mewujudkan suatu masyarakat yang taat pajak memang bukan suatu

hal yang mudah, apalagi dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan seperti

sekarang ini. Hal ini hanya dapat terwujud bila masyarakat dan pemerintah saling

menyadari akan tugas dan kewajibannya sebagai warga negara. Masyarakat di tuntut

untuk sadar akan kewajibannya kepada negara yaitu membayar pajak sesuai

ketentuan yang berlaku, sedangkan pemerintah berkewajiban memberikan timbal

balik kepada Wajib Pajak secara tidak langsung antara lain dalam bentuk

pembangunan sarana dan prasarana yang kegunaannya bukan secara Individual tetapi

ditunjukan untuk kepentingan umum. Dalam melaksanakan pembangunan nasional,

dana merupakan faktor penting sebagai sumber pembiayaan untuk menyelenggarakan

pembangunan. Bagi Indonesia keterbatasan dan merupakan salah satu permasalahan

yang serius bagi pemerintah. Pelaksanaan pembangunan sangat ditentukan oleh

sumber dana yang tersedia, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan

proyek pembangunan.

Salah satu usaha untuk membiayai pembangunan adalah dengan cara

penarikan pendapatan yang potensial untuk membiayai pembangunan. Pemerintah

daerah membutuhkan biaya dan dana untuk membangun daerah. Dalam rangka

mendukung perkembangan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan

bertanggung jawab, pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah yang


(5)

bersumber dari pendapatan Asli Daerah sendiri, khususnya yang berasal dari pajak

daerah, pelaksanaan pemungutan pajak daerah perlu ditingkatkan lagi. Daerah diberi

wewenang untuk menggali sumber dana yang sesuai dengan potensi dan keadaan

daerah masing-masing, sehingga nantinya dapat meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) untuk membiayai rumah tangganya sendiri.

Adalah pungutan wajib atas Orang Pribadi atau Badan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah tanpa kontraprestasi secara langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan

daerah. Pemungutan pajak daerah oleh pemerintah daerah provinsi maupun

kabupaten/kota diatur oleh Undang-undang No.34 tahun 2000. Secara umum sistem

pemungutan pajak daerah yang berlaku, adalah:

Official Assesment dan Self

Assesment. Di dalam

official Assesment, wewenang pemungutan pajak ada pada

aparat pajak (fiscus). Dalam sistem ini para wajib pajak bersifat pasif dan menunggu

ketetapan fiscus mengenai utang pajaknya. Sedangkan di dalam

Self Assesment

system, wajib pajak harus aktif menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak

yang harus disetorkan.

Pelaksanaan pemungutan pajak daerah dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPK) Kabupaten Bandung. Pemerintah Daerah

memberlakukan beberapa jenis pungutan berkaitan dengan Retribusi Daerah.

Beberapa pungutan tersebut diatur dalam Peraturan Daerah masing-masing dengan

merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.65 Tahun 2001 tentang


(6)

Pajak Daerah. Adapun salah satu objek pajak Daerah yang dikelola oleh Dinas

Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPK) Kabupaten Bandung adalah

Pajak Restoran, pajak ini dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas pelayanan

yang disediakan Restoran termasuk Rumah makan, café, bar dan sejenisnya, tidak

termasuk usaha boga dan catering.

Dengan adanya Pajak Restoran, besar kemungkinan terdapat celah atau

kelemahan pada sisi administrasi, pengelolaan di lapangan, maupun implikasinya.

Beberapa hal yang menjadi celah dari Pajak Restoran ini terletak pada penetapan

target yang telah ditetapkan tidak sebanding dengan

potensi sebenarnya,

ketidakseimbangan antara potensi sebenarnya yang dimiliki dengan realisasi

penerimaan Pajak Restoran yang sudah dilakukan dan tinjauan prosedur pemungutan

pajak restoran. (Sumber:Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Soreang).

Tabel 1.1

Penerimaan Pajak Restoran Kabupaten Bandung

Tahun Anggaran 2005 sampai dengan 2009

Tahun

Anggaran

Target

(Rp)

Realisasi

(Rp)

%

2005

2.285.000.000,00

2.380.511.700,80

104,18

2006

2.812.005.000,00

2.935.352.381,30

104,39

2007

3.100.000.000,00

2.807.585.410,90

90,57

2008

2.000.000.000,00

2.022.405.964,86

101,12

2009

3.500.000.000,00

2.486.992.882,00

71,06


(7)

Hasil pemeriksaan diatas Pajak Restoran oleh Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan (DPPK) Soreang pada bulan desember 2009 mencatat

realisasi penerimaan Pajak Restoran sebanyak Rp. 2.486.992.882,- (dua milyar empat

ratus delapan puluh enam juta sembilan ratus sembilan puluh dua ribu delapan ratus

delapan puluh dua rupiah) sedangkan target untuk tahun 2009 sebesar Rp.

3.500.000.000,- (tiga milyar lima ratus juta rupiah), dengan demikian sampai bulan

Desember 2009 Penerimaan Pajak Restoran hanya mencapai 71,06% dari target yang

direncanakan. Hal ini menjadi berpengaruh pada penerimaan pendapatan asli daerah,

semakin rendah realisai yang dicapai semakin rendah pula penerimaan pendapatan

asli daerah.

Tabel 1.2

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung

Tahun Anggaran 2005 sampai dengan 2009

Tahun

Anggaran

Target

Realisasi

%

2005

136.331.928.000,00

108.322.354.701,61

79,45

2006

136.408.772.000,00

137.532.499.196,23

100,82

2007

152.407.266.000,00

147.630.987.490,05

96,87

2008

139.548.784.293,00

144.660.409.277,08

103,66

2009

151.496.194.500,00

152.549.655.824,00

100,70

Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK), 2010

Penerimaan pendapatan asli daerah Dari tabel 1.2 dibawah dapat kita ketahui

bahwa penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) dari tahun anggaran 2005 sampai

dengan 2009 terus meningkat meskipun pada tahun 2007 dan 2009 mengalami


(8)

penurunan, ini dikarenakan kurang adanya kesadaran dari wajib pajak sendiri dalam

membayar pendapatan asli daerah.

Tabel 1.3

Kontribusi Pajak Restoran terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Bandung

Tahun Anggaran 2005 sampai dengan 2009

Tahun

Anggaran

Target

Penerimaan PAD

Kontribusi

%

2005

2.285.000.000,00 108.322.354.701,61

2.19

2006

2.812.005.000,00 137.532.499.196,63

2.13

2007

3.100.000.000,00 147.630.987.490,05

1.90

2008

2.000.000.000,00 144.660.409.277,08

1.39

2009

3.500.000.000,00 152.549.655.824,00

1.98

Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK), 2010

Dari tabel 1.3 dapat kita ketahui bahwa penerimaan pajak restoran terhadap

pendapatan asli daerah (PAD) dari tahun anggaran 2005 dan 2009 meningkat

meskipun pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan yang tidak terlalu

signifikan, ini dikarenakan masih ada wajib pajak yang belum mematuhi peraturan

perundang-undangan tentang pajak restoran. Adanya penutupan restoran pun

berdampak pada penerimaan pajak restoran karena wajib pajak yang tidak membayar

pajaknya tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

(Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK), 2010)

Dari kenyataan di atas terdapat masalah yaitu penerimaan Pemerintah Daerah

melalui Pajak Restoran sebenarnya masih dapat dioptimalkan dengan cara

memberikan penyuluhan, sosiolisasi kepada pengusaha restoran termasuk Rumah


(9)

Makan, café, bar dan sejenisnya. Pemberian sanksi tegas kepada Wajib Pajak yang

masih rendah dalam kesadarannya untuk membayar pajak. Untuk terlaksananya

pemungutan tersebut peran Petugas Pemerintah Daerah harus memahami aturan

mengenai pemungutan perpajakan itu sendiri. Apabila hal tersebut berjalan dengan

baik dan benar, maka akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terutama

pajak Restoran.

Berdasarkan uraian diatas tersebut, maka penulis merasa perlu untuk meneliti

Efektivitas pemungutan Pajak Restoran yang dilakukan Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung. Maka penyusunan Penelitian ini

mengambil judul :

“TINJAUAN ATAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS

PENDAPATAN

DAN

PENGELOLAAN

KEUANGAN

KABUPATEN

BANDUNG.”

1.2

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Adapun identifikasi dan perumusan masalah yang diambil oleh penulis adalah

sebagai berikut:

1.2.1

Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam pokok bahasan penelitian ini dilakukan

berdasarkan beberapa aspek yaitu :

1. Kurangnya sosialisasi Petugas pemungut pajak dalam melaksanakan prosedur

pemungutan, akibatnya masih kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam


(10)

kewajibannya untuk membayar pajak, sehingga terjadinya penutupan

Restoran, Café, Bar dan sejenisnya karena wajib pajak belum membayar pajak

sesuai dengan prosedur.

2. Terdapatnya penetapan target yang telah ditetapkan tidak sebanding dengan

realisasi yang diterima, karena pelayanan yang diberikan oleh pengelola

Restoran, café, Bar dan sejenisnya kurang baik, sehingga memperngaruhi

penerimaan pajak restoran dan pendapatan asli daerah.

1.2.2

Perumusan Masalah

Mengingat luasnya kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan

Pengelolaan dan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung dan keterbatasan waktu yang

diberikan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian ini, penulis membatasi

kegiatan serta ruang lingkup penelitian yang dilaksanakan sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran pada Dinas

Pendapatan dan Pengelolaan keuangan Daerah Kabupaten Bandung

2. Bagaimana Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah pada

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan keuangan Daerah Kabupaten Bandung.

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah

sebagai berikut :


(11)

1.3.1

Maksud Penelitian

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pemungutan

Pajak Restoran dalam meningktkan pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan

dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung.

1.3.2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, diantaranya yaitu:

1.

Untuk mengetahui Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran pada

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan keuangan Daerah Kabupaten Bandung

2.

Untuk mengetahui Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah

pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan keuangan Daerah Kabupaten Bandung.

1.4

Kegunaan Penelitian

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat riil bagi

pihak-pihak yang berkepentingan. Adapun kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian

ini adalah:

1.4.1

Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan akademis dari penelitian ini yaitu :

1. Pengembangan Ilmu

Diharapkan dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan tentang

bidang-bidang ilmu yang terkait, seperti Perpajakan Indonesia, Metodologi

Penelitian dan Akuntansi Sektor Publik yang saling berhubungan. khususnya


(12)

tentang pemungutan pajak restoran yang pada Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan. Serta untuk membandingkan antara teori yang ada

dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

2. Penulis

Dengan adanya penelitian ini penulis dapat memahami prosedur pemungutan

pajak yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah serta dapat mengetahui realisasi

penerimaan Pajak Restoran itu sendiri.

3. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi atau informasi

bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Pajak Restoran, Sistem

Pemungutan Pajak, Akuntansi Sektor Publik dan Metodologi Penelitian.

1.4.2

Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini yaitu :

1. Instansi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan

Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi Pemerintah Kabupaten

Bandung khususnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten

Bandung mengenai keberadaan sektor pajak restoran yang sangat potensial

untuk dipungut.

2. Bidang Pendapatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan

dan perkembangan pajak restoran juga pendapatan asli daerah, dapat menjadi


(13)

bahan pertimbangan bagi bagian pendapatan untuk lebih memperhatikan dan

mengawasi para wajib pajak dan evaluasi dari hasil pemungutan pajak

restoran dan seluruh kegiatan yang dilakukan juga dalam menentukan

kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan dimasa yang akan datang

khususnya mengenai pajak restoran dan pendapatan asli daerah. Sehingga

dapat meningkatkan kualitas kerja menjadi lebih baik lagi, dan dapat

melaksanakan tugas sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

1.5

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian dengan lokasi dan waktu pelaksanaannya,

sebagai berikut :

1.5.1

Lokasi Kerja Praktek

Pelaksanaan penelitian dibimbing oleh pembimbing lapangan untuk

mengetahui suatu pekerjaan yang diberikan pengarahan pada setiap orang. Lokasi

tempat penulis melakukan penelitian adalah di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

Keuangan yang beralamat di Jalan Raya Soreang KM 17 Soreang.

1.5.2

Waktu Kerja Praktek

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli

2010.


(14)

Tabel 1.3

Time Schedule

Pelaksanaan Penelitian

No

KEGIATAN

Bulan

Feb

2010

Mar

2010

Apr

2010

Mei

2010

Jun

2010

Jul

2010

I

Tahap Persiapan

1. Mengajukan penelitian

2. Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan

1. Mengajukan surat pengantar

2. Pengumpulan Data

3. Melakukan penelitian

III

Tahap Pelaporan

1. Bimbingan laporan tugas akhir

2. Revisi laporan tugas akhir

IV

Tahap Pengujian

1. Sidang

2. Revisi laporan tugas akhir

V

Wisuda


(15)

13

2.1

Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak,

jenis-jenis pajak, fungsi pajak, objek dan subjek dan seterusnya yang berkaitan dengan

judul yang diteliti. kajian pustaka ini penulis ambil dari beberapa referensi yang

berkaitan dengan judul penelitian.

2.1.1

Perpajakan

Perpajakan di Indonesia pada saat ini menganut sistem Self Assesment System

yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, dan

pertanggung jawaban kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan

melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus di bayar.

2.1.1.1 Pengertian Perpajakan

Beberapa pengertian atau definisi tentang pajak yang diberikan para ahli di

bidang keuangan negara, ekonomi maupun hukum manca negara untuk menjadi

bahan perbandingan antara lain sebagai berikut:

Menurut R Santoso Brotohardjo (2005:2)

mengatakan bahwa :

“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang

terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan

tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya

adalah

untuk

membiayai

pengeluaran-pengeluaran

umum

berhubungan dengan tugas Negara yang menyelenggarakan Pemerintah”.


(16)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Wajib Pajak wajib membayar

pajak berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan tanpa mendapat imbalan

secara langsung guna untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum dan yang

menyelenggarakan Pemerintah.

Sedangkan menurut Rochmat Soemitro, (2007:1) menyatakan bahwa :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum”.

Definisi di atas menyimpulkan bahwa iuran yang wajib di bayar oleh Wajib

Pajak kepada kas negara berdasarkan undang-undang untuk membayar pengeluaran

umum dengan tidak mendapat jasa timbal balik.

2.1.1.2 Subjek dan Objek Pajak

1. Subjek Pajak

Subjek pajak dapat diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-undang

untuk dikenakan pajak. Subjek pajak menurut

Waluyo (2005:57)

Sebagai

berikut:

1. Orang Pribadi

2. Warisan

3. Badan

4. Bentuk Usaha Tetap

Uraian dari Subjek Pajak diatas adalah sebagai berikut:

1. Orang pribadi, sebagai objek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di

Indonesia atau pun di luar Indonesia.


(17)

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak. Warisan belum terbagi dimaksud merupakan subjek warisan

pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris.

3. Badan, Sekumpulan orang atau badan yang merupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi PT, CV,

BUMN atau Daerah dan bentuk usaha lainya, yang menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan.

4. Bentuk Usaha Tetap, adalah bentuk usaha yang dipergunakan orang

pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih baik dari 183 hari

dalam jangka 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan

tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjadikan usaha atau

melakukan kegiatan di Indonesia.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa subjek pajak dapat

dikenakan kepada orang atau badan yang dituju oleh undang-undang untuk

dikenakan pajak.

2. Objek Pajak

Objek pajak dapat di artikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar untuk

menghitung pajak terutang. Objek pajak menurut Waluyo (2005:66)

“yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau di peroleh Wajib Pajak, baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai

untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”.


(18)

Dari pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa objek pajak merupakan

sasaran dalam pengenaan pajak dan dasar untuk menghitung pajak terutang, yang

berupa penghasilan Wajib Pajak itu sendiri.

2.1.1.3 Asas Pemungutan Pajak

Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas

pemungutan dalam memilih alternative pemungutannya sehingga terdapat keserasian

pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu

pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana

dikemukakan oleh

Waluyo (2007:16)

mengatakan bahwa pemungutan pajak

hendaknya didasarkan pada :

1. Equality

2. Certainly

3. Convenience

4. Economy

Uraian dari ke empat asas-asas pemungutan pajak diatas adalah sebagai

berikut :

1.

Equality,

pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak

dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan

membayar pajak atu ability to pay

dan sesuai dengan manfaat yang diterima.

Adil maksudnya disini bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang

untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat

yang diminta.


(19)

2.

Certainly,

penerapan pajak itu tidak di tentukan sewenang-wenang. Oleh

karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya

pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

3.

Convenience,

kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai

dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak sebagi contoh pada saat

Wajib Pajak memperoleh Penghasilan. Sistem Pemungutan ini disebut Pay as

You Earn.

4.

Economy, secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan

kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian

pula beban yang di pikul Wajib Pajak.

2.1.1.4 Cara Pemungutan Pajak

Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang oleh sebab itu hukum pajak juga

mengatur tentang tata cara pemungutan dalam hal ini stelsel pajak, cara pemungutan

pajak, dan atas asas-asas pemungutan pajak, hal ini disampaikan oleh

Mardiasmo

(2004:6) yang menyatakan bahwa hukum pajak dikenal 3 asas pemungutan pajak atas

asas suatu penghasilan atau kekayaan, yaitu :

1. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)

2. Sistem Nyata (Riel Stelsel)

3. Sistem Campuran


(20)

a. Stelsel Anggapan (Ficteive Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada anggapan bahwa penghasilan suatu tahun

dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak

dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan, kelemahannya

pajak yang dibayar tidak berdasarkan penghasilan rill.

b. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)

Pengenaan

Pajak

didasarkan

pada

penghasilan

nyata,

sehingga

pemungutannya dilakukan pada akhir tahun pajak. Kelebihannya pajak yang

yang dikenakan lebih nyata, kelemahannya pajak baru dapat dikenakan pada

akhir tahun (setelah Perhitungan Pendapatan rill).

c. Stelsel Campuran

Kombinasi antara rill stelsel dan fiktif stelsel prosedurnya yaitu pada awal

tahun pajak dihitung berdasarkan penghasilan rill, maka pada akhir tahun akan

terjadi lebih / kurang bayar. Lebih bayar jika anggapan lebih besar dari rill,

dan sebaliknya.

2.1.1.5 Jenis-jenis Pajak

Berbagai macam jenis pungutan yang ada di Indonesia baik pajak maupun

pingutan lain, hal ini dijelaskan oleh

Siti Resmi (2003:6)

menyatakan bahwa

pembagian pajak dapat dilakukan berdsarkan :

1. Berdasarkan Sifat

2. Berdasarkan golongan


(21)

Uraian ketiga jenis-jenis pajak tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan Sifat

a. Pajak subjektif, yaitu pajak erat hubungannya dengan subjek pajak yang

dikenakan pajak, dan besarnya sangat dipengaruhi keadaan subjek pajak.

Memberi perhatian pada keadaan pribadi Wajib Pajak. Untuk menetapkan

pajaknya maka diberi alasan objektif yang berhubungan erat dengan

keadaan materiilnya. Contohnya: Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan kepada

objek baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang

mengakibatkan

timbulnya

kewajiban

membayar

pajak

tanpa

memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak maupun tempat tinggal,

contohnya: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Berdasarkan Golongan

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul atau di tanggung sendiri

oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain atau

pihak lain. Pajak harus menjadi beban sendiri oleh Wajib Pajak yang

bersangkutan, contohnya: Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat di bebankan

atau dilimpahkan pada orang lain atau pihak ketiga, pajak tidak langsung

terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang

menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang dan

jasa. Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai.


(22)

3. Berdasarkan wewenang pemungutan

a. Pajak Negara (pusat), adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya,

contohnya: Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai.

b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik

daerah Tingkat I maupun daerah Tingkat II dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contohnya: Pajak

Restoran.

2.1.1.6 Sistem Pemungutan Pajak

Dalam sistem perpajakan dikenal dengan tiga macam sistem,

self assessment

system,

official assessment system

dan

with holding system.

Berikut penjelasan dari

ketiga sistem tersebut yang akan dijelaskan menurut

Valentina Sri dan Aji Suryo

(2006:26)

mempunyai beberapa sistem pemungutan pajak yang pernah dilaksanakan

yaitu :

1. Official assessment system

2. Self assessment system

3. With holding system

Uraian dari ketiga macam sistem di atas adalah sebagai berikut :

1.

Official assessment system, adalah sistem pemungutan pajak yang berwenang

atas penentuan besarnya pajak yang di pungut dari Wajib Pajak adalah


(23)

pemerintah, sehingga yang menghitung dan menagih besarnya pajak yang

harus dibayar oleh Wajib Pajak adalah Pemerintah (Fiskus)

2.

Self assessment system, wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk

menghitung, melaporkan ke kantor pelayanan pajak dan menyetorkan

pajaknya sendiri ke kas negara.

3.

With holding system, adalah sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ke tiga untuk memotong dan memungut besarnya

pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2.1.1.7 Pengertian Pemungutan

Menurut Djamu Kertabudi (2007:11) pemungutan adalah:

“Suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan

subjek pajak/retribusi, serta pengawasan penyetorannya”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemungutan adalah kegiatan

yang dimulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak/retribusi, serta

pengawasan penyetorannya.

2.1.2

Pajak Daerah

Beberapa pengertian pajak daerah sebagai berikut :

2.1.2.1 Pengertian Pajak Daerah

Menurut

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009

Tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Mendefinisikan bahwa Pajak Daerah

adalah:


(24)

“Kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Dari definisi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa pajak daerah itu

wajib bersifat memaksa yang berdasarkan Undang-Undang dengan tujuan untuk

memakmurkan rakyat demi keperluan daerah dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung.

Sedangkan Pengertian pajak daerah

Menurut P. Siahaan (2005:10),

menyatakan bahwa :

“Pajak Daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah

daerah dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang pemungutannya

dilaksanakan oleh pemerintah Daerah dan hasilnya digunakan untuk

membiayai

pengeluaran

pemerintah

daerah

dalam

melaksanakan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah.”

Dari definisi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa pajak daerah adalah

pajak yang yang telah ditetapkan oleh pemerintah di gunakan sebagai pembiayaan

penyelenggaraan dan pembangunan di daerah yang berhak di pungut oleh pemerintah.

2.1.2.2 Jenis-jenis Pajak Daerah

Menurut Nurlan Darise dalam pengelolaan pemungutan pajak daerah

berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Menurut Undang-undang No. 34

Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, menyebutkan

jenis-jenis pajak daerah terdiri dari:

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan


(25)

d. Pajak Reklame

e. Pajak penerangan jalan

f.

Pajak pengambilan bahan Galian Golongan C

g. Pajak Parkir

Adapun maksud pengertian dari masing-masing pajak tersebut menurut

penjelasan Undang-undang No. 34 Tahun 2000 adalah sebagai berikut:

a. Pajak Hotel

Adalah pajak atas pelayanan Hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus

disediakan bagi orang-orang untuk dapat menginap atau istirahat,

memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lain dengan dipungut termasuk

bangunan lainya yang menyatu, dikelola dan dimiliki pihak yang sama,

kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

b. Pajak Restoran

Adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap

makanan dan atau minimal yang disediakan dengan dipungut bayaran,

tidak termasuk jasa boga atau catering.

c. Pajak Hiburan

Adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis

pertunjukan, permainan, ketangkasan, dan atau keramaian dengan nama

dan bentuk apapun yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan

dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga.


(26)

d. Pajak Reklame

Adalah pajak atas penyenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat

perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk

tujuan komersial, dipergunaan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau

memuji suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk mencari perhatian

umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat

dilihat, dibaca dan atau didengarkan dari suatu tempat umum kecuali yang

perlukan oleh pemerintah.

e. Pajak penerangan jalan

Adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa

diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya

dibayar oleh pemerintah daerah.

f. Pajak Pengambilan dan pengolahan bahan galian Golongan C

Adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian C sesuai dengan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Bahan galian golongan C

terdiri dari asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung,

batu permata, bentonit, dolomite dan sebagainya.

g. Pajak Parkir

Tempat parkir adalah tempat parkir diluar badan jalan yang disediakan oleh

orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok

usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan


(27)

tempat penitipan kendaran bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang

memungut bayaran.

2.1.2.3 Fungsi Pajak Daerah

Menurut

Meutia Fatchanie (2007:28)

Pajak Daerah merupakan salah satu

faktor dalam pendapatan daerah, berikut fungsi dari pajak daerah antara lain :

“a. Sebagai tiang utama pelestarian otonomi terhadap penyelenggaraan

Pemerintah Daerah.

b. Sebagai sumber dana yang sangat berarti dalam rangka pembiayaan

pembangunan daerah.”

Dari fungsi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah tiang utama

pelestarian ootonomi dalam pentelenggaraan pemerintah daerah dan sumber dana

yang sangat berarti dalam rangka pembiayaan pembangunan daerah.

2.1.3

Pengertian Pajak Restoran

Sebelum mengetahui pengertian pajak restoran terlebih dulu harus diketahui

pengertian restoran itu sendiri. Menurut

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung

Nomor 15 Tahun 2002 tentang Pajak Restoran

yang dimaksud restoran adalah:

"Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/ atau minuman yang

disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau

catering".

Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa restoran adalah tempat menyantap

makan dan/ atau minum yang disediakan dengan dipungut bayaran.

Menurut

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 15 Tahun 2002

tentang Pajak Restoran

adalah


(28)

“Pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan dengan restoran

termasuk rumah makan, café, bar, dan sejenisnya, tidak termasuk usaha jasa

boga dan katering.”

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak restoran adalah pajak

yang hanya dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh restoran, tidak termasuk

usaha jasa boga dan catering.

2.1.3.1 Subjek dan Objek Pajak Restoran

Pengertian subjek dan objek pajak restoran menurut

Peraturan Daerah

Kabupaten Bandung Nomor 15 Tahun 2002

Subjek Pajak dan Objek Pajak

Restoran adalah

“Orang pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada

Restoran termasuk Rumah makan, café, bar, dan sejenisnya.”

Disimpulkan bahwa orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran

kepada restoran, dan yang menjadi wajib pajak restoran adalah pengusaha restoran.

Sedangkan objek pajak Restoran menurut

Peraturan Daerah Kabupaten

Bandung Nomor 15 Tahun 2002

adalah

“Pelayanan yang disediakan Restoran termasuk Rumah makan, café, bar

dan sejenisnya, dengan pembayaran. Objek pajak sebagaimana yang disebutkan

meliputi penjualan makanan dan atau minuman yang diantar atau dibawa

pulang.”

Tidak termasuk objek pajak sebagaimana yang disebutkan diatas adalah:

a. Pelayanan untuk jasa boga dan catering.


(29)

b. Pelayanan yang disediakan oleh Restoran atau Rumah Makan, café, bar, dan

sejenisnya yang peredarannya dibawah Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) per

bulan.

2.1.3.2 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak

Dasar pengenaan Pajak Restoran Menurut

Perda Kabupaten Bandung

Nomor 15 Tahun 2002

adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar

yang dilakukan kepada restoran termasuk rumah makan, café, bar, dan sejenisnya.

Tarif pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

2.1.4

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2.1.4.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Sebelum meninjau lebih jauh tentang pajak yang menjadi sumber pendapatan

asli daerah (PAD), pada sub bab ini penulis akan menjelaskan terlebih dahulu

mengenai pendapatan asli daerah (PAD). Pengertian tersebut telah diatur dalam UU

No 25 tahun 1999 tentang perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang dikutip

oleh Abdul Hakim (2004:64), yaitu :

“Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua

penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber ekonomi daerah.”

Dari definisi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa pendapatan asli

daerah adalah penerimaan yang berasal dari sumber-sumber ekonomi daerah.

Sedangkan pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut

Djamu

Kertabudi (2007:2), menyatakan bahwa :


(30)

“Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang diperoleh

daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut

berdasarkan Undang-undang.”

Dari definisi diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa pendapatan asli

daerah adalah penerimaan yang dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang diperoleh daerah dari

wilayahnya sendiri.

2.1.4.2 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Menurut

Nurlan Darise (2009:67) berdasarkan UU No 25 tahun 1999 diatas

sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) baik itu Kabupaten/Kota terdiri dari :

1. Hasil Pajak Daerah

a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f.

Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C

g. Pajak Parkir

2. Hasil Retribusi Daerah

a. Retribusi Jasa Umum

b. Retribusi Jasa Usaha


(31)

c. Retribusi Perijinan Tertentu

3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya

yang dipisahkan antara lain :

a. Bagian laba

b. Deviden

c. Penjualan saham milik daerah

4.

Pendapatan Asli Daerah lainnya yang sah, seperti penjualan asset tetap daerah

dan jasa giro.

Berdasarkan pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten

Bandung terdapat jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terdiri dari:

a. Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan secara tunai atau angsuran

b. Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak

dipisahkan

c. Jasa giro

d. Pendapatan bunga

e. Penerimaan atas tuntutan ganti rugi

f.

Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/ataua pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah

g. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang

asing

h. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

i.

Pendapatan denda pajak dan retribusi


(32)

2.2

Kerangka Pemikiran

Di dalam suatu negara terdapat sebuah penerimaan yang salah satu sumber

pemasukan nya dari pajak. Penting nya pajak di dalam suatu perusahaan atau instansi,

karena pajak merupakan suatu sumber penerimaan bagi negara. Dari pencapaian

pajak bagi instansi pemerintahan dalam bidang perpajakan dapat optimal sesuai

dengan yang telah di tetapkan, karena pajak itu sangat berpengaruh bagi

pembangunan nasional yang di lakukan tahap demi tahap yang bertujuan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat baik spiritual maupun material sesuai dengan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh sebab itu, tanpa adanya biaya yang

memadai untuk melaksanakan pembangunan, dimana pembiayaan pembangunan di

negara kita sebagian besar berasal dari penerimaan pajak, maka baik pemerintah dan

masyarakat harus bersama-sama menegakkan kesadaran bahwa pentingnya

membayar pajak.

Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor

pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,

berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang

langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugas untuk

menjalankan pemerintahan.

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh

Siti Kurnia

Rahayu dan Ely Suhayati (2010:1)

menyatakan bahwa :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari

sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan Undang-undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang


(33)

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

umum.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa iuran pajak adalah peralihan

kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah yang berdasarkan

undang-undang untuk dibayarkan ke kas negara tanpa adanay timbale balik secara langsung

yang digunakan untuk membiayai pegeluaran umum.

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu bentuk peran serta

masyarakat dalam menyelenggarakan Otonomi Daerah, serta merupakan Sumber

Pendapatan Daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan

dan pembangunan Daerah. Suatu hal yang mendasar bahwa Pajak Daerah tidaklah

terlepas dari suatu rangkaian sistem perpajakan nasional tidak berbenturan dengan

Pajak Pusat maupun dengan Pajak Derah lainnya. Sesuai dengan sistem Pemerintahan

yang berlaku di negara kita, bahwa pajak dikelola oleh Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Dearah. Pajak daerah adalah satu dari berbagai sumber penerimaan

daerah yang termasuk dalam Pendapatan Asli Daerah juga termasuk dalam golongan

pajak menurut lembaga yang memungutnya. Dalam buku

Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang pajak daerah dan retribusi

daerah (2009:4). Mendefinisikan bahwa pajak daerah adalah:

“Kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”


(34)

Dari definisi di atas dijelaskan bahwa wajib pajak, berdsarkan undang-undang

wajib melakukan kontribusinya kepada daerah untuk keperluan daerah dan

kemakmuran rakyat dengan tidak mendapat imbalan secara langsung.

Secara umum sistem pemungutan pajak daerah yang berlaku menurut Djamu

kertabudi (2007:11)

adalah:

1)

Official Assesment

2)

Self Assesment

Didalam

system Official Assesment, wewenang pemungutan pajak ada pada

aparat pajak (Fiscus), yaitu fiscus berhak menentukan besarnya utang pajak dengan

mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah. Jadi dalam sistem ini para Wajib Pajak

bersifat pasif dan menunggu ketetapan fiscus mengenai utang pajaknya. Didalam

system Self Assesment, Wajib Pajak harus aktif menghitung dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang harus disetorkan. Sistem ini diberlakukan untuk memberikan

kepercayaan bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta

masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Konsekuensi dari sistem ini adalah bahwa

masyarakat/Wajib Pajak harus benar-benar mengetahui tata cara perhitungan pajak

dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelunasan pajaknya, seperti kapan

harus membayar pajak, bagaimana menghitung besar pajak, perhitungan, atau sanksi

apa yang akan diterima bila melanggar ketetapan pajak.

Merupakan hal yang mendasar, dalam pemungutan pajak harus didasarkan

pada peraturan perundang-undangan. Pada hakekatnya yang memikul beban pajak

adalah rakyat. Namun pajak juga dapat dipaksakan karena jika tidak dipenuhinya


(35)

perpajakan maka Wajib Pajak dapat dikenakan tindakan hukum oleh pemerintah

berdasarkan undang-undang. Undang-undang perpajakan yang telah disahkan oleh

perwakilan rakyat secara pasti memberikan wewenag kepada fiskus untuk memaksa

Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan kewajiban pajaknya. Fiskus selaku

pemungut pajak dapat memaksakan Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan

kewajiban perpajaknnya.

Pengertian Pajak Restoran menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bandung

Nomor 15 tahun 2002

tentang Pajak Restoran adalah

“Pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan Restoran

termasuk Rumah makan, café, bar dan sejenisnya, tidak termasuk usaha jasa

boga dan katering.”

Dari pengertian di atas pajak Restoran hanya dikenakan atas pelayanan yang

dilakukan penyedia Restoran termasuk Rumah makan, café, bar dan sejenisnya tidak

termasuk usaha jasa boga dan katering.

Pemungutan pajak yang dilakukan oleh Pemerintah daerah yang terjadi di

dalam lapangan sebenarnya masih kurang efektif, karena kesadaran wajib pajak yang

masih rendah untuk membayar pajak nya. Petugas Pemerintah yang belum

memahami bagaimana prosedur pemungutan yang baik dan benar sesuai dengan

undang-undang. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan

melakukan penutupan restoran karena tidak membayar pajak sebagaiman mestinya.


(36)

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

PAJAK

Pajak Pusat

Pajak Daerah

Kabupaten / Kota a. Pajak Hotel b.Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d.Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian gol C g.Pajak Parkir

Pajak Restoran

1) Peraturan Pemerintah Daerah no.15/2002

2) Subjek dan Objek Pajak Restoran 3) Dasar pengenaan pajak restoran 4) Tarif pajak restoran

Pemungutan Pajak Restoran dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Sistem Pemungutan Self Assesment Sytem Wajib pajak harus aktif menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan.


(37)

35 3.1 Objek Penelitian

Objek dari peneltian ini adalah pemungutan pajak restoran Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung, dipilihnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan keuangan Daerah ini didasarkan pada pertimbangan bahwa DPPK memiliki data yang diperlukan untuk penyusunan tugas akhir ini.

Menurut Sugiyono (2006:13) pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian adalah sarana ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliabletentang suatu hal.”

Menurut penulis pendapat di atas bahwa objek penelitian adalah suatu hal secara ilmiah untuk mendapatkan suatu objektif yang valid dan reliable. Berdasarkan uraian di atas objek penelitian ini adalah pajak restoran.

3.2 Metode Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, metode penelitian yang akan di gunakan penelitin adalah metode deskriptif dengan menggunakan metode analisis kualitatif.


(38)

Menurut Sugiyono (2007:4) mendefinisikan Metode Penelitian sebagai berikut :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.”

Menurut penulis cara ilmiah disini berarti kegiatan penelitian ini di dasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematik. Rasional berarti kegiatan penelitian penelitian dilakukan dengan cara-cara masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah yang bersifat logis.

Metode penelitian yang di gunakan penulis dalam dalam penyusunan penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang mengungkapkan gambaran masalah yang terjadi saat penelitian ini berlangsung.

Sedangkan menurut Moh. Nazir (2003:4) menyatakan bahwa :

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”

Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian yang digunakan untuk dapat menggambarkan serta menganalisis hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Metode penelitian digunakan peneliti untuk


(39)

dapat menggambarkan pemungutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah.

Metode ini juga dapat dikatakan sebagai suatu penulisan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian berlangsung.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar penelitian yang di lakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif.

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:10), menyatakan bahwa:

“Desain Penelitian adalah prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data secara keseluruhan.”

Dari pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dengan cara memilih, mengumpulkan dan menganalisis data yang diteliti pada waktu tertentu.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomoadalah sebagai berikut :

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan tahap awal dalam penelitian ini, di mana dalam tahap ini peneliti mencari referensi untuk menetapkan judul penelitian yaitu, Tinjauan Atas Pemungutan Pajak Restoran Dalam Meningkatkan Pendapatan


(40)

Asli Daerah dengan membaca berbagai teori yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas, juga membandingkannya dengan penelitian yang telah ada. 2. Perumusan Masalah dan Penentuan Tujuan Penelitian

Perumusan masalah merupakan upaya yang dilakukan untuk merumuskan keadaan yang ada secara sistematis berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran dalam meningkatkan pendapatan asli daerah

2) Kontribusi pajak restoran dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Seperti yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pemungutan pajak restoran dalam

meningkatkan pendapatan asli daerah.

2) Untuk mengatahui Kontribusi pajak restoran dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

3. Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi ke perusahaan dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan masalah pemungutan pajak restoran. Data yang dipakai adalah data yang bersifat kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka. Menurut waktu pengumpulannya data bersifat time series data atau data deret waktu yang merupakan hasil pengamatan suatu periode tertentu (bulanan, triwulan, atau tahunan).


(41)

4. Pengolahan Data

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul, terutama data mengenai pajak restoran, data tersebut kemudian diolah untuk merumuskan dan menghitung persentase dari realisasi pajak restoran dan pendapatan asli daerah. Data yang diperoleh akan diolah lebih lanjut.

5. Kesimpulan dan Saran

Tahap akhir dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan yang diambil dari uraian-uraian yang ada pada bab pembahasan. Selanjutnya juga akan disampaikan saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi Instansi yang diteliti.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian. Sesuai dengan judul penelitian yang diambil yaitu “Tinjauan Atas Pemungutan Pajak Restoran dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung”, ada 1 variabel yaitu Variabel Independen (Variabel X).

Variable Independent atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya atau penyebab perubahan pada variabel dependen atau variabel tak bebas (terikat).

Pengertian variabel menurut Sugiyono (2009:39) menyatakan bahwa : “Variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen (terikat).”


(42)

Berdasarkan pengertian di atas bahwa variable bebas adalah variable yang dapat mempengaruhi timbulnya perubahan variable dependen (terikat).

Variabel, indikator, skala pengukuran yang digunakan baik untuk variabel X dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Pemungutan pajak restoran dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (X)

Pajak Restoran adalah pajak yang dikenakan atas pelayanan yang disediakan Restoran termasuk Rumah makan, café, bar sejenisnya.

(Perda no.15/2002)

Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Undang-undang.

(Djamu Kertabudi 2007:2)

Sistem dan Prosedur

Administrasi pajak daerah dan

Perkembangan target dan realisasi pendapatan daerah kabupaten bandung (DPPK 2010) Rasio

3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber dan teknik pengumpulan data yang penulis ambil dalah sebagai berikut:


(43)

3.2.3.1 Sumber data

Data sekunder yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram serta segala informasi yang berasal dari literature yang ada hubungannya dengan teori-teori mengenai topik penelitian.

MenurutNur Indriantorodan Bambang Supomo (2002:147) menyatakan bahwa:

“Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.”

Berdasarkan penjelasan di atas, maka sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di mana data yang diperoleh penulis merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data primer yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh pihak lain.

3.2.3.2 Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan, terdapat beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data. Metode yang digunakan dibawah ini dimaksudkan agar mempermudah dalam penelitian lebih dekatnya pada pengumpulan data diantaranya :


(44)

1. Studi Lapangan (field research)

Studi lapangan adalah melakukan peninjauan secara langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan daalm penyusunan tugas akhir. Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi :

a. Metode Observasi (pengamatan)

Tinjauan atas pemungutan pajak restoran dalam meningkatkan pendapatan asli daerah pada Dinas Pendapatan Daerah yang telah ada dari segi observasi yaitu pengamatan secara langsung dengan melihat beberapa kegiatan yang dilakukan pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan khususnya di Bagian Pendapatan .

b. Metode Interview

Interview dilakukan dengan pegawai/staff bagian pendapatan yang berwenang di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan judul Penelitian yang sedang disusun penulis.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data tentang prosedur pemungutan pajak serta realisasi penerimaan pajak yang diperoleh dari bagian pendapatan di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah.


(45)

2. Studi Kepustakaan (library research)

Penelitian pustaka adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mempelajari serta mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan materi pembahasan yaitu Metodologi Penelitian, Perpajakan, Peraturan Undang-undang Pemerintah Daerah, dan Akuntansi Sektor Publik guna dijadikan dasar dalam melakukan penilaian dan perbandingan dari penelitian yang telah dilakukan pada instansi yang bersangkutan. Dengan metode ini akan diperoleh gambaran mengenai Pemungutan Pajak Restoran dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.


(46)

100

5.1

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan keuangan Kabupaten Bandung tentang Pemungutan Pajak Restoran

Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, serta berdasarkan pembahasan yang

penulis lakukan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Prosedur pelaksanaan pemungutan pajak telah berjalan baik dan mudah untuk

di pahami serta bukti potong pembayaran dapat diberikan kepada wajib pajak.

Tetapi setiap terjadi perubahan peraturan, petugas pemungut pajak dalam hal ini

pemerintah daerah terlambat dalam mensosialisaikannya kepada wajib pajak.

Sehingga masih ada wajib pajak belum membayarkan pajaknya.

2. Kontribusi pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah dapat dikatakan

sudah cukup baik karena pada tahun 2005 dan 2009 mengalami kenaikan.

meskipun pada tahun 2006, 2007, dan 2008 mengalami penurunan yang tidak

terlalu signifikan. Walaupun demikian secara keseluruhan sudah mencapai

target yang sudah ditetapkan.


(47)

5.2

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Pendapatan dan

Pengelolaan Keuangan Kabupaten Daerah serta memperhatikan kesimpulan yang

diperoleh, maka penulis meyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam rangka terwujudnya sistem administrasi dan prosedur pemungutan yang

baik pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan maka di utamakan

melakukan pelayanan yang baik lagi dari pemerintah daerah kepada masyarakat

terutama kepada Wajib Pajak dalam mensosialisasikan perubahan peraturan

yang dapat mudah untuk di akses dengan modern koputerisasi agar wajib pajak

dapat memenuhi kewajibannya dengan mudah, dimanapun dan kapanpun serta

memperbaiki seluruh proses pengawasan terkait proses pemungutan. Dan Agar

tidak dilakukan penutupan restoran sebaiknya pemerintah daerah memberikan

surat teguran atau sanksi tegas kepada wajib pajak untuk segera membayar

kewajiban perpajaknnya tepat waktu.

2. Untuk lebih mengoptimalkan penerimaan pajak restoran pada pencapaian target,

di upayakan melaksanakan pengawasan untuk meningkatkan lagi kinerja

petugas sehingga pencapaian kontribusinya semakin meningkat, mengingat

banyaknya perkembangan bisnis restoran di daerah Soreang yang dapat

meningkatkan pendapatan asli daerah.


(48)

44

Setelah menjabarkan hal-hal yang melatar belakangi penelitian, teori-teori yang telah mengukuhkan penelitian, maupun metode penelitian yang digunakan, maka bab ini akan dipaparkan mengenai hasil dari penelitian. Hasil penelitian tersebut berupa data-data yang ada kaitannya dengan pajak restoran dan pendapatan asli daerah (PAD) yang didapat dari bagian pendapatan. Data-data tersebut akan digunakan penulis untuk menjawab masalah yang terdapat dalam penelitian sehingga tujuan penelitian ini tercapai.

4.1.1 Gambaran Umum Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung

Dalam gambaran umum Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung ini dijabarkan sejarah singkat dan struktur organisasi yang menguraikan tugas dan fungsi bagian-bagian yang ada didalamnya, sehingga akan memberikan gambaran yang menyuluruh tentang kegiatan yang sedang diteliti.

4.1.2 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung lahir berdasarkan piagam Sultan Agung Mataram, yaitu pada Ping Songo tahun alif bulan Muharam, atau pada hari sabtu, tanggal 20

April tahun 1641M dan sebagai Bupati pertama adalah Tumenggung Wiraangun-angun (1641-1681).


(49)

Cikal bakal Kabupaten Bandung semula berada didaerah Karapiak atau Bojongasih di sungai Cikapundung dekat muara, nama Karapiak kemudian menjadi Citeureup, sebagai ibu kota Kabupaten Bandung yang berpenduduk 200 jiwa. Sultan Agung Mataram, kemudian meminta agar Timbangaten salah satu Kabupaten di Priangan di bawah pemerintah Bupati R. Ardi Kusuma mengirimkan 800 penduduknya untuk mengisi Kabupaten Bandung sebagai Kabupaten baru.

Ditambah 200 penduduk lama Karapiak, maka didirikanlah bakal ibukota Kabupaten Bandung di tepi muara sungai Cikapundung yang kemudian diberi nama Citeureup. Hari jadi Kabupaten Bandung adalah pada tanggal 20 April 1641.

Tahun ketahun terpilih beberapa orang untuk menjadi Bupati Bandung kemudian terpilih Kolonel R.H Lily Sumantri atau Bupati Bandung ke-20. Ia menjabat selama dua periode (1969-1980). Pada waktu ia menjabat Bupati, sempat mencatat peristiwa penting, yaitu rencana pemindahan ibukota Kabupaten Bandung yang semula berlokasi di kodya Bandung ke wilayah hukum Kabupaten Bandung, di daerah Baleendah.

Dalam perkembangannya, di lahan peruntukan Ibukota Kabupaten Bandung itu, sempat di bangun berbagai fasilitas antara lain perkantoran untuk beberapa instansi. Rencana kepindahan ke Ibukota Kabupaten Bandung tersebut, berlanjut hingga jabatan Bupati Bandung di pegang Kol. R. Sani Lupias Abdurakhman (1980-1985), ia merupakan Bupati ke-21.


(50)

Akan tetapi atas beberapa pertimbangan, fisik geografis daerah Baleendah tidak memungkinkan untuk Ibukota Kabupaten. Maka pada masa jabatan Bupati Bandung di jabat oleh Kol.H.D. Cherman Effendi (1985-1990), Ibukota Kabupaten di boyong ke lokasi baru yakni Kecamatan Soreang. Bupati ke-22 itu membangun Ibukota Kabupaten Bandung tepatnya di desa Pemekaran pinggir Jalan Raya Soreang-Bandung.

Di lahan seluas 24 hektar kini berdiri megah kompleks perkantoran Kabupaten Bandung dengan menampilkan gaya arsitektur tradisional priangan, hingga kompleks perkantoran ini disebut-sebut sebagai kompleks perkantoran Kabupaten termegah di Jawa Barat. Pembangunan kompleks tersebut dilanjutkan oleh penggantinya Bupati Bandung ke23 yakni Kol. H.U. Hatta Djatipermana (1990-2000) yang kemudian digantikan oleh H. Obar Sobarna,S.Ip (2001-sekarang).

Dengan terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung Badan Administrasi Keuangan Daerah Bergabung Dengan Dinas Pendapatan daerah dengan nama yang baru yaitu Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPK) sebagai Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) atau dengan nama lainnya SKPKD sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) atau Bendahara Umum Daerah (BUD).

A. Visi

Terwujudnya peningkatan kinerja Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai andalan penerimaan pendapatan daerah.


(51)

B. Misi

1. Mengembangkan system informasi pendapatan daerah.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan profesionalisme aparatur pengelola pendapatan daerah.

3. Merumuskan dan menyusun aspek egalitas mengenai pendapatan daerah dan penerapannya.

4. Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah.

4.1.3 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung

Struktur organisasi adalah suatu gambaran yang memperlihatkan aspek-aspek yang penting dari organisasi. Struktur orgsnisasi dibentuk dengan tujuan untuk menciptakan koordinasi dan komunikasi dalam kerja sama yang baik antara para karyawan dalam suatu perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan dari perusahaan.

Kegiatan suatu organisasi/perusahaan akan tercermin dalam struktur organisasinya. Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang berbeda dengan perusahaan yang lainnya, karena struktur organisasi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tersebut.

Struktur organisasi formal disusun untuk membantu pencapaian organisasi dengan lebih efektif. Tujuan organisasi ini akan menentukan struktur organisasi, yaitu menentukan pekerjaan, hubungan antar tugas, batas wewenang dan tanggung jawab untuk menjalankan masing-masing tugas tersebut.


(52)

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dalam rangka melaksanakan kegiatan perusahaan mempunyai struktur organisasi yang menggambarkan fungsi serta kedudukan masing-masing seksi dan sub bagian. Adapun struktur organisasi pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan adalah sebagai berikut :

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, membawahi langsung : 1. Sub Bagian Penyusunan Program 2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian 3. Sub Bagian Keuangan

c. Bidang Perencanaan Pengendalian Operasional, membawahi langsung : 1. Seksi Perencanaan Pendapatan

2. Seksi Pemantauan dan Pengendalian 3. Seksi Analisa, Evaluasi dan Pelaporan d. Bidang Pendapatan, membawahi langsung :

1. Seksi Pendapatan Asli Daerah 2. Seksi Dana Perimbangan

3. Seksi Lain-lain Pendapatan yang Sah e. Bidang Anggaran, membawahi langsung :

1. Seksi Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Pembiayaan 2. Seksi Penyusunan Anggaran Belanja Langsung

3. Seksi Penyusunan Anggaran Belanja Tidak Langsung f. Bidang Perbendaharaan, membawahi langsung :


(53)

2. Seksi Penelitian dan Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) 3. Seksi Kas Daerah

g. Bidang Akuntansi, membawahi langsung : 1. Seksi Pendapatan dan Pembiayaan 2. Seksi Belanja Langsung

3. Seksi Belanja Tidak Langsung

h. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), yang terdiri dari :

1. UPTD Pajak Daerah, yang membawahkan Sub Bagian Tata Usaha

2. UPTD Pajak Bumi dan Bangunan, yang membawahkan Sub Bagian Tata Usaha

3. UPTD Belanja Tidak Langsung, yang membawahkan Sub Bagian Tata Usaha

i. Jabatan Fungsional

4.1.4 Uraian Jabatan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung

Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kuangan mempunyai uraian tugas masing-masing tugas pegawai sesuai dengan jabatan. Adapun penjelasan uraian tugas/fungsi dari masing-masing bagian yang terdapat pada struktur organisasi Dinas Pendapatan dan pengelolaan Keuangan, adalah sebagai berikut :

1. Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan

a. Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis


(54)

pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sebagian bidang otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Sekretariat

a. Sekretaris mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan yang meliputi pengkoordinasian penyusunan program, pengelolaan umum dan kepegawaian serta pengelolaan keuangan.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, sekretaris mempunyai fungsi : 1. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan

pelayanan kesekretariatan.

2. Penetapan rumusan kebijakan koordinasi penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-tugas Bidang secara terpadu.


(55)

3. Sub Bagian Penyusunan Program

a. Kepala sub bagian penyusunan program mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengkoordinasian penyusunan rencana dan program Dinas.

b. Untuk melaksanakan tugas pokonya, sub bagian penyusunan program mempunyai fungsi :

1. Penyuysunan rencana dan program kerja operasional kegiatan pelayanan dan pengkoordinasian penyusunan rencana dan program kerja dinas.

2. Penyusunan rencana operasional dan koordinasi kegiatan dan program kerja dinas.

3. Pelaksanaan penyusunan rencana strategis dinas. 4. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

a. Kepala sub bagian umum dan kepegawaian mempunyai tugas pokok merencanakan, mengevaluasi, dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan administrasi umum dan kerumahtanggaan serta administrasi kepegawaian.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, sub bagian umum dan kepegawaian mempunyai fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program kerja operasional kegiatan pelayanan administrasi umum dan kerumahtanggaan serta administrasi kepegawaian.


(56)

2. Pelaksanaan penerimaan, pendistribusian dan pengiriman surat-surat, naskah dinas dan pengelolaan dokumentasi dan kearsipan.

3. Pelaksanaan pembuatan dan pengadaan naskah dinas. 5. Sub Bagian Keuangan

a. Kepala sub bagian keuangan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan administrasi dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Dinas.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, sub bagian keuangan mempunyai fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program kerja operasional kegiatan pengelolaan administrasi dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Dinas.

2. Pelaksanaan pengumpulan bahan anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan Dinas.

3. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan anggaran pendapatan dan belanja.

6. Bidang Perencanaan Pengendalian Operasional

a. Kepala bidang perencanaan pengendalian operasional mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan perencanaan pengendalian operasional pendapatan yang meliputi perencanaan pendapatan, pemantauan dan pengendalian serta analisa, evaluasi dan pelaporan.


(57)

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, kepala bidang perencanaan pengendalian operasional mempunyai fungsi :

1. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan perencanaan pengendalian operasional pendapatan.

2. Penetapan panataan organisasi, kelembagaan dan peningkatan kapasitas sumber daya aparatur pengelola pendapatan daerah.

3. Penetapan fasilitas perencanaan dan penganggaran pemerintahan desa. 7. Seksi perencanaan pendapatan

a. Kepala seksi perencanaan pendapatan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan perencanaan pendapatan daerah.

b. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, kepala seksi perencanaan pendapatan mempunyai fungsi :

1. Penyusunan rencana dan program kerja operasional kegiatan perencanaan pendapatan daerah.

2. Pelaksanaan koordinasi perencanaan pendapatan daerah, yang meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain pendapatan.

3. Pelaksanaan rumusan kebijakan rencana dan program pengelolaan pendapatan daerah, yang meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah lain-lain pendapatan.


(1)

Tabel 4.9

Perkembangan Pajak Restoran Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2005 sampai dengan 2009 Tahun Anggaran Realisasi (Rp) Perkembangan %

2005 2.380.511.700,80

-2006 2.935.352.381,30 23.30

2007 2.807.585.410,90 (4.35)

2008 2.022.405.964,86 (27.96)

2009 2.486.992.882,00 22.97

Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK), 2010 Tabel 4.10

Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2005 sampai dengan 2009

Tahun Anggaran Realisasi Pendapatan Asli Daerah Perkembangan (%)

2005 108.322.354.701,61

-2006 137.532.499.196,23 26,97

2007 147.630.987.490,05 7,34

2008 144.660.409.277,08 (2,01)

2009 152.549.655.824,00 5,45

Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK), 2010 Tabel 4.11

Kontribusi Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten BandungTahun Anggaran 2005 sampai dengan 2009 Tahun

Anggaran

Penerimaan Pajak Restoran (Rp)

Penerimaan PAD (Rp)

Kontribusi (%) 2005 2.285.000.000,00 108.322.354.701,61 2.10 2006 2.812.005.000,00 137.532.499.196,63 2.04 2007 3.100.000.000,00 147.630.987.490,05 2.09


(2)

2009 3.500.000.000,00 152.549.655.824,00 2.29 Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK), 2010

Gambar 4.3

Grafik Perkembangan Pajak Restoran

Gambar 4.4

Grafik Perkembangan Pendapatan Asli Daerah

Gambar Grafik 4.5

Kontribusi Pajak Restoran terhadap PAD

-40

-30 -20 -10 0 10 20 30

2005 2006 2007 2008 2009

Perkembangan Penerimaan Pajak Restoran

Kontribusi %

0 50 100 150

2005 2006 2007 2008 2009

Perkembangan Pendapatan Asli Daerah

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

0 1 2 3

2005 2006 2007 2008 2009

Kontribusi Pajak restoran terhadap

PAD


(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Isda Jauhariyyah

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 20 Januari 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Nama Ayah : H. Mochammad Dzaeni Al-Madin

Nama Ibu : Atikah

Alamat Rumah : Jalan Cibaduyut Raya No.59 Blok Pesantren RT/RW 03/01

Telepon : 085720057503

E-mail : [email protected] Data Pendidikan

Pendidikan Formal

Tahun Nama Sekolah Keterangan

1995-2001 SDN Cibaduyut V Berijasah

2001-2004 Mts Negeri 1 Bandung Berijasah

2004-2007 SMA Negeri 6 Bandung Berijasah

2007-2010 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Berijasah

Pendidikan Nonformal

Tahun Kegiatan Keterangan

2010 Brevet Pajak ( A & B Terpadu) UNIKOM

Bersertifikat

Data Lain-Lain

Tahun Keterangan

2009 Sebagai Peserta Seminar Umum Akuntansi “FRAUD : Can Be Prevent or Not”

2010 Sebagai Peserta Seminar Umum Akuntansi ”Pentingnya Sertifikasi Staff Accounting”


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

………..(2009), Uraian Jabatan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung. ………..(2009), Struktur Organisasi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan

Keuangan, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung.

Brotodihardjo R. Santoso, 2005, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Universitas Indonesia : Salemba Empat.

Fatchanie, Meutia. 2007. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Hasil Pemungutan Pajak Daerah di Kabupaten Sleman. Yogyakarta : UII

Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA

Kertabudi, Djamu. 2007. Selayang Pandang Dinas Pendapatan Daerah. Soreang Kab. Bandung.

Mardiasmo. 2004. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : Andi. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Pajak Restoran

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. 2010. Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Resmi , Siti, 2003, Perpajakan Teori dan Kasus. Buku I Edisi Ketiga. Jakarta : Salemba Empat.

Siahaan P. Marihot, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta : Divisi Buku Perguruan Tinggi PT. Raja Grafindo Persada

Soemitro. Rochmat, 2007, Dasar-Dasar Hukum Pajak Pendapatan, Jakarta : Salemba Empat

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabetis.


(6)

Waluyo. 2003. Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba Empat Waluyo, 2007. Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba Empat.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Pendapatan Daerah.