42
Waidangong, di samping dapat menyembuhkan penyakit dan menjaga kebugaran tubuh, dapat juga digunakan sebagai bela diri.
Di Indonesia sebenarnya Wushu sudah lama dikenal dengan istilah Gongfu, akan tetapi barulah pada tanggal 10 November 1992 KONI pusat
meresmikan berdirinya Pengurus Besar Wushu Indonesia PBWI yang merupakan wadah bagi seluruh Perguruan Gongfu di Indonesia. Olahraga Wushu
masuk ke Indonesia tahun 1980-an. Namun, organisasi Wushu Indonesia baru dibentuk IGK Manila tahun 1992 menjelang SEA Games Singapura. Semula
PBWI hanya mengembangkan Wushu yang berasal dari China, seperti Chang Quan, Taiji quan, dan Daoshu.
5.2 Perkembangan Seni Beladiri Wushu di Kota Medan
Perkembangan seni beladiri Wushu di kota Medan berkaitan dengan semakin banyaknya kebudayaan Tionghoa yang masuk ke Indonesia.
Perkembangan ini didorong oleh banyaknya etnis Tionghoa yang ada di Medan dan membawa serta berbagai macam kebudayaan Tionghoa yang terkenal dengan
kekayaan budaya. Tidak terhitung lagi kebudayaan Tionghoa yang masuk ke Indonesia dan bahkan ke Medan serta berkembang dan diikuti oleh etnis pribumi.
Sejak tahun 2000, Wushu hampir tidak pernah di liput media massa, sehingga banyak elemen masyarakat yang bahkan tidak tahu apa itu Wushu.
Semakin banyaknya pengda yang tidak aktif dan bubarnya klub-klub Wushu mungkin diakibatkan jadwal pertandingan yang tidak jelas dan konsep
Universitas Sumatera Utara
43
pengembangan yang tidak terarah dengan baik. Bubarnya klub membuat mereka yang berminat mempelajari Wushu menjadi kehilangan wadah berlatih,sehingga
sebagian berhenti,dan sebagian mengikuti les atau privat Wushu. Les ini sepintas merupakan ide menarik,tetapi merupakan bom waktu bagi perkembangan Wushu
di Kota Medan. Lingkungan les privat Wushu menghilangkan suasana kompetisi yang sportif, sementara di dalam sebuah klub seorang peserta dapat
mengembangkan dan saling mengukur kemampuan dengan rekan latihannya. Selain itu, kedisiplinan dalam les privat Wushu sangat mudah turun, karena
pelatih seringkali berubah menjadi pengasuh pribadi. Saat ini, seni beladiri wushu ini tidak hanya dipelajari oleh masyarakat dari
etnis Tionghoa saja, melainkan sudah berbaur dan mulai dipelajari oleh etnis lainnya di Medan. Wushu yang terkenal sebagai beladiri yang sederhana ini
membuat banyak masyarakat yang tertarik untuk mempelajarinya, baik itu pria, wanita,dan anak-anak dan tidak mengenal usia semua diterima untuk mempelajari
seni beladiri Wushu. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam mempelajarinya, yang paling penting adalah semangat dan kemauan untuk
mempelajarinya. Sebagai contoh Wushu di Medan khususnya di Yayasan Kusuma Wushu Indonesia peminat Wushu semakin hari semakin bertambah, yang dulu
peminatnya adalah kebanyakan dari keturunan orang Tionghoa sekarang sudah menyebar ke seluruh etnis-etnis, bahkan sekarang yang menyenangi Wushu
kebanyakan dari orang-orang pribumi. Wushu itu digunakan untuk membeladiri, sekarang sudah beralih fungsi yaitu Wushu sekarang lebih kepada kesehatan dari
pada membela diri. Selain untuk kesehatan Wushu juga sebagai olahraga yang
Universitas Sumatera Utara
44
diperlombakan pada acara-acara tertentu. Wushu sekarang ini merupakan cabang olahraga kebanggan Sumut.Kontibusi Wushu untuk mengangkat harkat dan
martabat olahraga Sumut juga tidak kecil. Wushu selalu menjadi andalan Sumut baik di kegiatan PON maupun SEA Games.
Adapun data hasil wawancara dengan ketua dan pelatih Wushu mengenai perkembangan Wushu dari tahun 2001-2013 di kota Medan adalah sebagai
berikut :
Tabel 5.1. Perkembangan Murid di Yayasan Kusuma Wushu Indonesia di kota Medan,
2001-2013
Tahun Jumlah Murid
Etnis Tionghoa Etnis Pribumi
2001 30 Murid
28 2
2002 34 Murid
30 4
2003 40 Murid
35 5
2004 56 Murid
50 6
2005 80 Murid
72 8
2006 126 Murid
120 6
2007 139 Murid
135 4
Universitas Sumatera Utara
45
2008 160 Murid
150 10
2009 188 Murid
182 6
2010 210 Murid
198 3
2011 250 Murid
239 11
2012 380 Murid
372 8
2013 400 Murid
385 15
Sumber : Hasil Penelitian di Yayasan Kusuma Wushu Indonesia di Medan Dari data tabel 5.1 diatas dapat dilihat secara umum bahwa perkembangan
jumlah murid Wushu dari tahun memang mengalami peningkatan dan perkembangan dalam segi kuantitasnya. Pada awal berdirinya Yayasan Kusuma
Wushu Indonesia pada tahun 2001 khususnya di Kota Medan tidaklah langsung mengalami peningkatan yang melonjak dengan jumlah siswa 30 yaitu 28 siswa
merupakan etnis Tionghoa dan 2 siswa merupakan etnis pribumi Pada tahun 2001-2003 peningkatan murid di Yayasan Kusuma Wushu
Indonesia Medan sangatlah kecil yaitu dalam jangka 3 tahun muridnya hanya bertambah 4 sampai 6 orang siswa orang dari awal dibukanya tahun 2001. Pada
tahun 2001-2003 perkembangan Wushu hanya mengalami peningkatan yang kecil, karena Wushu lebih banyak dipelajari oleh etnis-etnis Tionghoa saja dan
hanya beberapa saja dari etnis pribumi. Popularitas Wushu pada tahun 2001-2003 bisa dikatakan rendah karena banyaknya masyarakat belum mengetahui apa itu
seni beladiri Wushu dan apa manfaat mempelajari Seni Beladiri Wushu.
Universitas Sumatera Utara
46
Pada tahun 2006 jumlah siswa mengalami peningkatan yang cukup besar dan sangat signifikan yaitu peningkatan sebanyak 46 siswa dari tahun 2005.
Peningkatan jumlah yang sangat besar juga dapat dilihat pada tahun 2012 dengan jumlah siswa sebesar 380 dengan peningkatan sebanyak 130 siswa dari 250 siswa
pada tahun 2011. Pada tahun 2012 ini jumlah siswa mengalami peningkatan yang cukup besar dan signifikan dalam hal jumlah atau kuantitasnya. Peningkatan seni
beladiri Wushu bisa dikatan konsisten karena ada peningkatan dari tahun ke tahun. Walaupun jumlah peningkatan siswanya dari tahun ke tahun tidak begitu
besar. Berdasarkan hasil wawancara dari informan yang merupakan Pelatih di Yayasan Kusuma Seni Beladiri Wushu bahwa yayasan seni beladiri tersebut
membatasi jumlah murid atau siswa yang ada adalah sebanyak 500 orang, mereka tidak akan menambah siswa jika sudah melampaui batas 500 orang. Beliau
mengatakan hal ini dilakukan supaya kualitas dari para atlet – atlet seni beladiri yang dilatih di Yayasan Kusuma ini lebih terlatih dan mempunyai kualitas yang
lebih bagus. Dari tabel diatas juga dapat terlihat bahwa minat masyarakat pribumi
terhadap seni beladiri Wushu belum begitu besar. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah siswa dari tahun ke tahun khususnya bagi masyarakat pribumi
tidak begitu besar. Sampai pada tahun 2013 jumlah siswa yang merupakan masyarakat pribumi hanya berjumlah 88 orang. Jumlah tersebut sangat kecil
dibandingkan dengan jumlah siswa yang merupakan etnis Tionghoa dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Universitas Sumatera Utara
47
5.3 Jenis-Jenis Wushu di Yayasan Kusuma Wushu Indonesia