Pengetahuan Mahasiwa Kepaniteraan Klinik tentang Prosedur Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. The Use of Dental Radiograph. J Am Dent Assoc 2006;137:1304-11.

2. Ernes W. Considerations for the Use of Ionizing Radiation in Dentistry. Practice Enhancemant And Knowledge 2011. Aug/Sept: 1-12.

3. Keselamatan radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-x radiologi diagnostic intervensional. Peraturan kepala badan pengawas tenaga nuklir. Jakarta: 2011: 22-7. 4. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik Radiografi Kedokteran Gigi. Medan :

USU Press. 2009: 13 – 34, 56 -69.

5. White SC. Pharoah MJ.Oral Radiology.China : Elsevier.2009;5:122-65,210-224,265-277.

6. Boel T. Prinsip dan Teknik Radiografi Kedokteran Gigi. Medan: FKG USU. 2008: 1-14.

7. Panoramic and Cephalomatric Extraoral Dental Radiograph Systems. J Am Dent Assoc 2002 Dec;133:1696-8.

8. American Dental Association. The selection of patients for dental radiographic examinations. 2004.

9. Whaites E. Essential of Dental Radiography and Radiology.Cawson R.A,ed.Spain : Elsevier.2007;4:85-123.

10. Whites E. Radiography and Radiology for Dental Care Professionals.Slater M,ed.China : Elsevier.2010;2:61-73.

11. Herbert H, Jeanine J. Radiology for the Dental Professional. 8th. Ed., New York: Mosby. 2005.

12. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir. www.bapeten.go.id (18 April 2013).

13. Pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa. Dikti.2000.1-9. www.dikti.go.id_files_Lemkerma_kepmen232-2000 (17 May 2013).


(2)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif sederhana dengan rancangan Cross Sectional Study dimana pengambilan data hanya dilakukan sekali pada setiap subjek. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi tertentu dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan April - Juli 2013.

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitain

Populasi penelitian adalah mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat.

3.3.2 Sampel Penelitian

Metode pemilihan sampel adalah secara accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang kebetulan ada atau tersedia. Oleh karena itu yang menjadi


(3)

sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kepanitraan pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat.

3.4 Variabel Penilitian dan Definisi Operasional No Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Cara

Pengukuran

Hasil Pengukuran

Skala Ukur 1. Pengetahuan

mahasiswa kepaniteraan klinik

Ilmu pengetahuan radiografi yang berhubungan dengan manfaat, klasifikasi, prosedur pemanfaatan dan dosis radiografi kedokteran gigi.

Kuesioner Baik adalah >75% Cukup adalah 60% - 75% Kurang adalah <60%

Ordinal

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksaan Penelitian

3.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai pengetahuan tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi, manfaat dan jenis-jenis radiografi pada penggunaan radiografi kedokteran gigi.

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian Tahap 1:

a. Pengurusan dari dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara b. Pengurusan izin penelilitian di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera

Barat.

Tahap 2:

a. Pembagian kuisioner kepada mahasiswa kepaniteraan klinik di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat.


(4)

b. Pengumpulan data

c. Pengolahan dan analisis data

3.6 Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Pengolahan Data

1. Pengetahuan

Untuk mengukur pengetahuan mahasiswa mengenai prosedur penggunaan radiografi kedokteran gigi dengan memberikan total skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 12, dimana setiap pertanyaan memiliki 3 pilihan

jawaban yaitu “YA” (bobot 3) ,“TIDAK” (bobot 1) “TIDAK TAHU” (bobot 0).

Pengukuran pengetahuan berdasarkan jawaban responden (mahasiswa kepaniteraan klinik) dari seluruh pertanyaan yang diberikan dengan total skor maksimal adalah 36, maka tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila total skor berada diantara 29 - 36 (>75% dari total skor maksimal)

b. Tingkat pengetahuan cukup, apabila total skor berada diantara 23 - 27 ( 60% - 75% dari skor maksimal)

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila total skor berada diantara <23 (<60% dari skor maksimal)

2. Pengolahan data dilakukan secara manual, melalui proses: a. Editing (penyutikan data)

Dilakukan periksaan kembali apakah data yang terkumpul sudah lengkap, terbaca dengan jelas dan tidak meragukan serta apakah ada kesalahan dan sebagainya.

b. Membuat Lembaran Kode

Membuat kode pada lembaran kuesioner yang tujuannya untuk memberi nomer responden, memberi bobot kepada setiap jawaban yang diberikan responden untuk lebih mudah dalam pengolahan dan penghitungan total skor dari semua pertanyaan. c. Memasukan Data


(5)

Memasukan data ke dalam kolom-kolom yang telah disesuaikan dengan jawaban masing-masing pertanyaan dan bobot dari masing-masing jawaban. d. Tabulasi

Membuat tabel- tabel data sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6.2 Analisis Data

Data diolah secara deskriptif yaitu data univarian dan dihitung dalam bentuk persentase.

3.7 Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik (Health Research Ethical Committee of North Sumatera) dengan nomor surat 308/KOMET/FK

USU/2013 dengan judul pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang prosedur pemanfaatan radiografi pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat. Sebelum penelitian berjalan responden telah diberikan penjelasan mengenai manfaat dan resiko dari penelitian ini.


(6)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Responden Berdasarkan Usia

Dalam penelitian ini sampel yang didapat berjumlah 138 orang. Responden berasal dari mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat.

Tabel 2. Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Rentang Usia Frekuensi Persentasi

20-25 tahun 26-31 tahun

Total

121 17 138

87,7% 12,3% 100%

Pada Tabel 2. dapat disimpulkan bahwa 87,7% umur responden lebih banyak pada rentangan usia 20-25 tahun. Dan juga dapat dilihat bahwa umur responden minimum 20 tahun dan usia maksimum 31 tahun.

4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3. Frekuensi Responden Berdasarkan Jeniskelamin

Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini wanita 68% dan laki-laki 36,2% lebih besar wanita yang menjadi responden dibanding laki-laki.

Jenis kelamin Frekuensi Persentasi Laki-laki

Perempuan Total

50 88 138

36,2% 63,8% 100%


(7)

4.3 Melakukan Radiografi Sebelum Pemeriksaan Klinis

Tabel 4. Frekuensi Mahasiswa Kepanitraan Klinik yang MelakukanRadiografi Sebelum Pemeriksaan Klinis.

Frekuensi Persentase Ya Tidak Tidak tahu Total 11 127 - 138 8% 92% - 100%

Pada Tabel 4. dapat dilihat hasil penelitian yang didapatkan bahwa 8% mahasiswa kepaniteraan klinik melakukan radiografi sebelum pemeriksaan klinis dan 92% tidak melakukan radiografi sebelum pemeriksaan klinis. Penelitian ini menggambarkan bahwa mahasiswa kepaniteraan klinik lebih banyak yang tidak melakukan radiografi sebelum pemeriksaan klinis.

4.4 Pemeriksaan Radiografi Diperlukan dalam Menegakkan Suatu Diagnosis

Tabel 5. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Melakukan Pemeriksaan Radiografi Apabila Pemeriksaan Klinis tidak Mendukung dalam Menegakkan Suatu Diagnosis

Frekuensi Persentase Ya Tidak Tidak tahu Total 106 32 - 138 76,8% 23,2% - 100%

Pada Tabel 5. dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan bahwa 76,8% mahasiswa kepaniteraan klinik pada umumnya menyatakan pemeriksaan radiografi diperlukan apabila pemeriksaan klinis tidak mendukung dalam menegakkan suatu


(8)

diagnosa. Hanya 23,2% yang menyatakan pemeriksaan radiografi tidak diperlukan apabila pemeriksaan klinis tidak mendukung dalam menegakkan suatu diagnosa.

4.5 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Siapa yang Boleh Menandatangani Surat Order Untuk Melakukan Radiografi Tabel 6. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang

Mengetahui Siapa yang Boleh Menandatangani Surat Order untuk Melakukan Radiografi

Pada tabel 6 dapat dilihat hasil penelitian ini menggambaran 64,5% mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui siapa yang boleh menandatangani surat order untuk melakukan radiografi yaitu dokter, dokter gigi, maupun spesialis.

4.6 Melakukan Radiografi tanpa ada Izin Dokter Jaga Radiologi Tabel 7. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang

Melakukan Radiografi tanpa ada Izin Dokter Jaga Frekuensi Persentase Ya Tidak Tidak tahu Total 116 21 1 138 84,1% 15,2% 0,7 100%

Pada Tabel 7. dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan 84,1% mahasiswa kepaniteraan klinik pernah melakukan radiografi tanpa adanya izin dokter jaga dengan alasan karena dokter jaga tidak ada di tempat dan dalam keadaan darurat.

Frekuensi Persentase Ya Tidak Total 89 49 138 64,5% 35,5% 100


(9)

4.7 Pengetahuan Mahasiswa tentang Jenis-Jenis Radigrafi di Kedokteran Gigi

Tabel 8. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Mengetahui Jenis-Jenis Radiografi di Kedokteran Gigi sesuai dengan Kasus yang Ditemukan

Frekuensi Persentase Ya

Tidak Total

113 25 138

81,9% 18,1% 100%

Pada Tabel 8. dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan 81,9% mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui jenis-jenis radiografi dikedokteran gigi yaitu radiografi intra oral dan ekstra oral.

4.8 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Periapikal Tabel 9. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang

Mengetahui Indikasi Radiografi Periapikal Frekuensi Persentase Ya

Tidak Total

115 23 138

83,3% 16,7% 100%

Pada Tabel 9. dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan 83,3% mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui indikasi radiografi periapikal yaitu untuk melihat adanya kelainan periapikal pada 1 atau 2 gigi secara keseluruhan beserta jaringan sekitarnya.


(10)

4.9 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Bitewing Tabel 10. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang

Mengetahui Indikasi Radiografi Bitewing Frekuensi Persentase Ya

Tidak Total

110 28 138

79,7% 20,3% 100%

Pada Tabel 10. dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan 79,7% mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui indikasi radiografi bitewing yaitu untuk melihat kelaianan mahkota gigi maksila dan mandibula.

4.10 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Okusal Tabel 11. Frekuensi Mahasiswa yang Mengetahui Indikasi

Radiografi Okusal

Frekuensi Persentase Ya

Tidak Total

92 46 138

66,7% 33,3% 100%

Pada Tabel 11. dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan 66,7% mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui indikasi radiografi oklusal yaitu untuk melihat kelainan pada anatomi tulang maksila atau mandibula.


(11)

4.11 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Panoramik Tabel 12. Frekuensi Mahasiswa yang Mengetahui Indikasi

Radiografi Panoramik

Frekuensi Persentase Ya

Tidak Total

108 30 138

78,3% 21,7% 100%

Pada Tabel 12. dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan 78,3% mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui indikasi radiografi panoramik yaitu untuk melihat kelainan pada maksila dan mandibula serta sinus maksilari dan melihat kaadaan gigi fase bercampur.

4.12 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Sefalometri Table 13. Frekuensi Mahasiswa yang Mengetahui Indikasi

Radiografi Sefalometri

Frekuensi Persentase Ya

Tidak Total

123 15 138

89,1% 10,9% 100%

Pada Tabel 13. dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan 89,1% mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahui indikasi radiografi sefalometri yaitu untuk melihat hubungan gigi dengan rahang dan profil individu.


(12)

4.13 Melakukan Radiografi Ulang tanpa Persetujuan dari Dokter yang Merujuk

Tabel 14. Frekuensi Mahasiswa yang Melakukan Radiografi Ulang tanpa Adanya Persetujuan dari Dokter yang Merujuk.

Pada Tabel 14. dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan 81,9% mahasiswa kepaniteraan klinik melakukan radiografi ulang tanpa adanya persetujuan dari dokter yang merujuk.

4.14 Mahasiswa yang Berkonsultasi Kembali dengan Dokter Gigi Jaga di Bagian Apabila Perminmtaan Radiografi Pertama tidak Dapat Dilaksanakan pada Pasien

Tabel 15. Frekuensi Mahasiswa yang Berkonsultasi Kembali dengan Dokter Jaga di Bagian Bila Permintaan Radiografi Pertama tidak Dapat Dilaksanakan pada Pasien

Frekuensi Persentase Ya Tidak Tidak tahu Total 69 62 7 138 50% 44,9% 5,1% 100%

Pada Tabel 15. dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan 50% mahasiswa kepaniteraan klinik berkonsultasi kembali dengan dokter jaga di bagian bila permintaan radiografi pertama tidak dapat dilaksanakan pada pasien agar mereka dapat mengetahui apa alternatif yang akan dilakukan.

Frekuensi Persentase Ya Tidak Tidak tahu Total 113 25 0 138 81,9% 18,1% 0 % 100%


(13)

4.15 Tingkat Pengethuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Secara Individu tentang Prosedur Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi Tabel 16. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa

Kepaniteraan Klinik Secara Individu tentang Prosedur Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi Kategori Frekuensi Persentase

Baik Cukup Kurang Total

83 37 18 138

60,1% 26,8% 13,1% 100%

Pada Tabel 16. dapat dilihat hasil penelitian ini menggambarkan 60,1% tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat secara individu tentang prosedur penggunaan radiografi kedokteran gigi termasuk kriteria baik, 26,8% cukup hanya 13,1% yang kurang.


(14)

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 138 orang responden pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat diperoleh hasil 12,3% responden dengan rentang usia 26-31 tahun pada penelitian yang sama sebelumnya Emalia Mestika memperoleh 2,4% mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU pada rentang usia >25 tahun. Terdapatnya responden yang sudah berumur 26-28 tahun dikarenakan oleh faktor keterlambatan dalam penyelesaian pendidikan sarjana dan keterlambatan dalam progresnya suatu kasus yang dilakukan. Sesuai dengan Keputusan Mentri Pendidikan Nomor 232/U/2000, Beban studi Program Sarjana sekurang-kurangnya 144 (seratus empat puluh empat) SKS dan sebanyak-banyaknya 160 (seratus enam puluh) SKS yang dijadwalkan untuk 8 (delapan) semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dan 8 (delapan) semester dan selama-lamanya 14 (empat belas) semester setelah pendidikan menengah.13 Jadi rentang usia yang ideal untuk mahasiswa kepaniteraan klinik adalah 21-25 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin didapat 36,2% frekuensi responden dengan jenis kelamin laki-laki (Tabel 3) dibandingkan dengan hasil penelitian Emalia Mestika 27,5% frekuensi responden berjenis kelamin laki-laki. Dari perbandingan ini dapat kita lihat mahasiswa kepaniteraan klinik lebih kecil persentasenya berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan di mana Fakultas Kedokteran Gigi lebih banyak diminati oleh perempuan.

Frekuensi responden yang melakukan radiografi sebelum pemeriksaan klinis sebesar 8% (Tabel 4) dibandingkan dengan hasil penelitian Mahdila Ayurian memperoleh hasil 11,66 frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik tidak melakukan radiografi berdasarkan hasil pemeriksaan klinis. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak memiliki pengetahuan tentang perlunya pemeriksaan radiografi untuk menunjang hasil pemeriksaan klinis dalam penegakan diagnosis 23,2% (Tabel 5), dibandingkan dengan hasil penelitian Emalia Mestika pengetahuan responden


(15)

mengenai dilakukannya radiografi dental berdasarkan hasil pemeriksaan klinis yang diperlukan untuk menunjang diagnosis didapat 36,3% mengetahuinya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman mahasiswa bahwa tindakan radiografi dalam kedokteran gigi adalah sebagai penunjang dari pemeriksaan klinis untuk menegakkan diagnosis. Radiografi kedokteran gigi biasanya digunakan sebagai penunjang pemeriksaan klinis untuk menegakkan diagnosis, rencana perawatan, perawatan dan evaluasi hasil perawatan.1,2

Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang melakukan radiografi ulang tanpa adanya persetujuan dari dokter yang merujuk 81,9% (Tabel 14), dibandingkan dengan hasil penelitian Mahdila Ayurian 22,09% yang tidak melakukan radiografi yang berulang pada satu pasien. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang berkonsultasi kembali dengan dokter jaga di bagian bila permintaan radiografi pertama tidak dapat dilaksanakan pada pasien sebanyak 50% (Tabel 15), dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Emalia Mestika diperoleh 13,8% melakukan radiografi tanpa ada izin dokter jaga. Frekuensi mahasiswa kepaniteraan klinik yang pernah melakukan radiografi tanpa adanya izin dokter jaga 84,1% (Tabel 7), dibandingkan dengan penelitian Mahdila Ayurian hanya 12,88% yang pernah melakukannya. Tingginya persentasi yang melakukan radiografi ulang tanpa adanya persetujuan dokter yang merujuk dapat disebabkan oleh kurangnya kepedulian mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat tentang pentingnya izin dokter jaga untuk melakukan radiografi kedokteran gigi. Selain itu kondisi fasilitas yang kurang memadai dimana tidak adanya departemen radiografi kedokteran gigi dan kurangnya staf pengajar yang bertanggung jawab terhadap radiografi karena satu staf pengajar bisa menangani dua departemen sekaligus sehingga perhatian terhadap izin melakukan radiografi masih kurang. Penelitian ini menggambarkan bahwa mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat kurang mengerti tentang prosedur pemanfaatan radiografi. Hal ini bisa disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan radiografi dan kebutuhan akan pengulangan radiografi misalnya untuk mengevaluasi hasil perawatan sehingga dilakukan pengulangan. Semua penyinaran harus diusahakan


(16)

serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable - ALARA), setiap penggunaan radiografi harus berlandaskan asas manfaat dan dosis yang diterima tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis.3,8

Pengetahuan responden tentang siapa yang boleh menandatangani surat order (rujukan) 36,5% mahasiswa kepaniteraan klinik tidak mengetahui siapa yang boleh menandatangani surat order untuk melakukan radiografi (Tabel 6), dari hasil penelitian ini dapat kita lihat gambaran pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat tentang siapa yang boleh menandatangani surat order masih kurang, seharusnya mereka mengetahui bahwa surat order (rujukan) hanya boleh ditandatangani oleh dokter, dokter gigi, maupun spesialis. Surat permintaan radiografi di kedokteran gigi hanya dapat dikeluarkan oleh dokter gigi yang disertai dengan jenis radiografi yang akan dilakukan, elemen gigi dan rahang yang akan dilakukan radiografi, dignosis sementara dari dokter gigi dan hasil pemeriksaan klinis.3

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak memiliki pengetahuan tentang jenis-jenis radiografi kedokteran gigi sebanyak 18,1% (tabel 8), di bandingkan dengan hasil penelitian Mahdila Ayurian 0% yang tidak mengetahuinya. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa kepaniteraan klinik masih ada yang kurang serius dalam mempelajari radiografi bidang kedokteran gigi. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang indikasi radiografi periapikal 16,7% mahasiswa kepaniteraan klinik tidak mengetahui indikasi radiografi periapikal (Tabel 9). Radiografi periapikal berguna untuk melihat gigi geligi secara individual mulai dari keseluruhan mahkota, akar gigi dan jaringan pendukungnya.4,5 Indikasi penggunaan radiografi antara lain untuk melihat infeksi pada apikal, status periodontal, lesi-lesi pada periapikal dan lainnya. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang indikasi radiografi bitewing 20,3% mahasiswa kepaniteraan klinik tidak mengetahui indikasi radiografi bitewing (Tabel 10). Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat mahkota gigi di maksila dan mandibula daerah anterior dan posterior dalam dalam satu film khusus


(17)

sehingga dapat digunakan untuk melihat permukaan gigi yang berdekatan dengan puncak alveolar.4,5 Radiografi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui status jaringan periodontal dan efektif untuk melihat kalkulus pada interproksimal.5,6 Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang indikasi radiografi oklusal 33,3% mahasiswa kepaniteraan klinik tidak mengetahui indikasi radiografi oklusal (Tabel 11). Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi tulang maksila maupun mandibula dengan area yang luas dalam satu film. Radiografi oklusal juga dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di langit - langit , sialolith pada ductus stenson dan kelainan yang terjadi pada area luas.5, Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang indikasi radiografi panoramik 21,7% mahasiswa kepaniteraan klinik tidak mengetahui indikasi radiografi panoramik yaitu untuk melihat kelainan pada maksila dan mandibula serta sinus maksilari dan melihat kaadaan gigi fase bercampur (Tabel 12). Radiografi panoramik adalah radiografi yang digunakan utuk melihat adanya fraktur pada rahang, lesi atau tumor, dan melihat keadaan gigi geligi pada masa bercampur untuk rencana perawatan ortodoti.5,6 Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang indikasi radiografi sefalometri 10,9% mahasiswa kepaniteraan klinik tidak mengetahui indikasi radiografi sefalometri (tabel 13). Radiografi sefalometri adalah radiografi yang digunakan untuk melihat hubungan gigi dengan rahang dan profil individu serta keadaan tengkorak wajah akibat trauma dan kelainan pertumbuhan perkembangan.5,6 Dibandingkan dengan hasil penelitian Emalia Mestika yang memperoleh 16,2% mengetahui kegunaan radiografi. Radiografi hanya dilakukan apabila memang terdapat indikasi untuk dilakukan. Maka seluruh mahasiswa dan dokter harus mengetahui indikasi untuk melakukan radiografi agar pasien terhindar dari radiasi yang tidak diperlukan.

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan secara individu tentang prosedur penggunaan radiografi kedokteran gigi klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat 13,1% termasuk kriteria kurang (tabel 16), dibandingkan dengan hasil penelitian Mahdila Ayurian yang memperoleh hasil penelitian 0% mahasiwa kepaniteraan klinik pada salah satu FKG di Malaysia yang tingkat pengetahuan tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi termasuk


(18)

kategori kurang. Hal ini dikarenakan oleh berbedanya tingkat pengetahuan dan kepedulian setiap mahasiswa kepaniteraan klinik tentang pentingnya pengetahuan prosedur pemanfaatan radiografi di Kedokteran Gigi.


(19)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi 60,1% kategori baik, 26,8% cukup dan 13,1% kurang. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan serta kepatuhan mahasiswa terhadap prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi yang menyebabkan tingginya persentase mahasiswa kepaniteraan klinik yang melakukan radiografi tanpa izin dokter jaga dan melakukan radiografi ulang tanpa berkonsultasi kembali pada dokter jaga.

6.2 Saran

Saran untuk Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya melakukan prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi sehingga mahasiswa lebih patuh terhadap prosedur yang harus dilakukan.

2. Tingginya tindakan mahasiswa yang melakukan radiografi tanpa izin dokter jaga dan melakukan radiografi ulang sehingga perlunya dilakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap penerimaan orderan dari mahasiswa kepaniteraan klinik untuk melakukan radiografi kedokteran gigi dengan menggunakan kertas rujukan, adanya izin dokter jaga, karena hal ini dapat meningkatkan kedisiplinan terhadap prosedur penggunaan radiografi dan demi mengurangi efek dikemudian hari terhadap pasien yang terpapar radiasi.

3. Mendirikan departemen radiologi agar dapat memonitor kegiatan radiografi dan dapat mempertanggungjawabkannya, serta meningkatkan jumlah staf pengajar.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Kedokteran Gigi

2.1.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi

Pemeriksaan radiografi memiliki peranan yang sangat penting di kedokteran gigi untuk memperoleh informasi diagnostik yang tidak diperoleh dari pemeriksaan klinis. Radiografi biasanyanya digunakan untuk membantu penegakan diagnosis, rencana perawatan dan prognosis penyakit mulut, seperti karies dan penyakit periodontal.1,2,3

Radiografi ini merupakan langkah awal untuk mendeteksi keparahan suatu penyakit.1,2 Sebelum melakukan tindakan perawatan gigi sangat baik apabila dilakukan radiografi sebagai penunjang dari pemeriksaan klinis sehingga tahapan atau langkah dalam perawatan bisa dilakukan semaksimal mungkin.1,4

Pada saat malakukan radiografi di kedokteran gigi pasien akan terpapar radiasi dari alat radiografi.2,4 Meskipun dosis radiasi pada radiografi kedokteran gigi rendah, paparan radiasi harus diminimalkan. Dokter gigi harus mempertimbangkan manfaat dari radiografi terhadap pasien, meningkatnya konsekuensi paparan radiasi terhadap pasien dan efek yang terakumulasi dari beberapa sumber dari waktu ke waktu.2

2.1.2 Manfaat Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi sangat penting bagi mahasiswa kepaniteraan klinik untuk: 1. Menegakkan diagnosis

Dalam mendiagnosis penyakit atau kelainan pada gigi tidak selalu dapat terlihat langsung melalui pemeriksaan klinis. Penggunaan radiografi kedokteran gigi dapat membantu untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan, besarnya kerusakan atau keparahan, serta hubungannya dengan jaringan di sekitarnya.1,2,3


(21)

2. Rencana perawatan

Setelah diagnosis penyakit ditegakkan, maka dapat segera ditentukan rencana perawatan yang akan dilakukan pada pasien.1,3

3. Evaluasi hasil perawatan

Untuk melihat keberhasilan perawatan yang telah dilakukan, maka dilakukan radiografi kedokteran gigi.1,3 Sebagai contoh: untuk mengetahui apakah apeks gigi telah menutup setelah dilakukan perawatan apeksifikasi atau apakah ada terjadi karies sekunder pada pasien yang telah dilakukan penambalan gigi.

Manfaat radiografi kedokteran gigi dalam berbagai bidang kedokteran gigi: a. Radiografi digunakan untuk mendeteksi kelainan anomali dan keadaan patologis

gigi dan mulut, contohnya: karies, resorbsi internal atau eksternal, bermacam-macam anomali gigi, keadaan patologi sinus maksilaris, anomali pertumbuhan dan perkembangan rahang, dan manifestasi penyakit sistemik pada daerah maksilofasial.

b. Radiografi digunakan untuk keperluan prosedur eksodonsi. Contohnya: melihat hubungan gigi dengan sinus maksilaris atau kanalis mandibularis sebelum dilakukan eksodonsi, melihat lokasi gigi impaksi, Embedded, dan melihat ada atau tidaknya fraktur rahang.

c. Radiografi digunakan untuk melihat keadaan gigi penyangga dan jaringan penyangga untuk pembuatan gigi tiruan. Pada pasien edentulous, foto digunakan untuk melihat keadaan alveolar ridge.

d. Radiografi digunakan untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan erupsi gigi, arah erupsi, ada atau tidaknya kelainan (baik ada atau tidaknya benih gigi, kelainan jumlah, dan kelainan bentuk).

e. Radiografi digunakan untuk mengidentifikasi korban, baik korban kecelakaan maupun pembunuhan. Dokumen foto radiografis tersebut dicocokkan dengan kondisi korban.

f. Radiografi untuk survei kesehatan gigi dan mulut untuk melihat struktur anatomis dan patologis dapat dilengkapi dengan foto radiografi. Contohnya: melalui foto


(22)

periapikal dapat dipelajari keadaan jaringan periodontal dan derajat kerusakan tulang alveolar.

g. Radiografi untuk kegiatan riset kedokteran gigi digunakan untuk mempelajari perubahan tumbuh kembang rahang manusia dari waktu ke waktu.

2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi

Dalam bidang kedokteran gigi teknik radiografi yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu radiografi intra oral dan ekstra oral.4,5,6

2.2.1 Radiografi Intra Oral

Radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitarnya dengan radiografi yang filmnya diletakkan di dalam mulut pasien. Pemeriksaan intra oral merupakan pokok dari radiografi kedokteran gigi.4,5,6

Radiografi intra oral terdiri atas beberapa tipe, yaitu: a. Radiografi periapikal

Radiografi periapikal adalah radiografi yang berguna untuk melihat gigi geligi secara individual mulai dari keseluruhan mahkota, akar gigi dan jaringan pendukungnya.4,5 Indikasi penggunaan radiografi antara lain untuk melihat infeksi pada apikal, status periodontal, lesi-lesi pada periapikal.

Radiografi periapikal dibagi menjadi dua teknik yaitu paralel dan bisektris.4,6 Pada teknik paralel film diletakkan pada film holder (pegangan film) dan diposisikan sejajar dengan sumbu gigi, tubehead di arahkan pada sebelah kanan gigi dan film secara sejajar. Pada teknik bisektris tidak menggunakan film holder tetapi menggunakan jari tangan pasien untuk memposisikan film dalam rongga mulut dan sudut antara sumbu gigi.4,6

Teknik radiografi periapikal paralel dan bisektris memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu teknik bisektris dianggap lebih mudah dan praktis dalam pelaksanaannya dibandingkan dengan teknik paralel (kesejajaran).4 Keuntungan teknik bisektris yaitu teknik ini dapat digunakan tanpa film holder. Kerugian teknik bisektris


(23)

yaitu distorsi mudah terjadi dan masalah angulasi (banyak angulasi yang harus diperhatikan).7,8

Keuntungan teknik paralel yaitu tidak ada distorsi, gambar yang dihasilkan sangat representative dengan gigi sesungguhnya, mudah dipelajari dan digunakan serta mempunyai validitas yang tinggi. Kerugian teknik paralel yaitu pemakaian film holder mengenai jaringan sekitar sehingga mengurangi kenyamanan serta kesulitan meletakkan film holder didalam rongga mulut terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut yang kecil.6

b. Radiografi Bitewing

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permuaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar di maksila dan mandibula daerah anterior maupun posterior dalam satu film khusus.4,5 Radiografi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui status jaringan periodontal dan efektif untuk melihat kalkulus pada interproksimal. Pada teknik radiografi bitewing tidak menggunakan film holder melainkan dengan cara pasien menggigit sayap (wing) film untuk stabilisasi film di dalam rongga mulut.4,6 Pada radiografi bitewing lebih akurat menunjukkan tingkat kerusakan tulang dari pada radiografi periapikal.6

Radiografi bitewing memiliki kelemahan yaitu periapikal dan ujung akar tidak terlihat serta pasien sulit mengoklusikan maksila dan mandibula sehingga mulut tetap terbuka. Selain itu radiografi bitewing juga memiliki kelebihan yaitu dapat mendeteksi karies dini, puncak tulang alveolar terlihat jelas dan memudahkan pasien yang memiliki reflek muntah yang tinggi.5

c. Radiografi Oklusal

Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi tulang maksila maupun mandibula dengan area yang luas dalam satu film.5,6 Radiografi oklusal juga dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di langit - langit, sialolith pada ductus stenson dan kelainan yang terjadi pada area luas. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik yang digunakan untuk pengambilan radiografi yaitu instuksikan pasien untuk mengoklusikan atau menggigit bagian film.6


(24)

2.2.2 Radiografi Ekstra Oral

Radiografi ekstra oral adalah pemeriksaan radiografi yang digunakan untuk melihat area yang luas pada tengkorak kepala dan rahang. Pada radiografi ekstra oral film yang digunakan diletakkan di luar rongga mulut.4,5,6 Radiografi ekstra oral terdiri atas beberapa tipe, yaitu:4,5,6

a. Radiografi Panoramik

Radiografi panoramik adalah radiografi yang digunakan untuk melihat adanya fraktur pada rahang, lesi atau tumor, dan melihat keadaan gigi geligi pada masa campuran untuk rencana perawatan ortodonti. Radiografi panoramik akan memperlihatkan gambaran radiografi keadaan gigi - geligi maksila, mandibula, sinus maksilari, dan sendi temporo mandibularis secara menyeluruh dalam satu buah film.5,6

Kelebihan radiografi panoramik adalah daerah yang dapat dilihat lebih luas, dosis radiografi lebih kecil, waktu pengerjaan cepat, cocok untuk pasien yang sulit membuka mulut dan nyaman untuk pasien.6,7 Kelemahan radiografi panoramik adalah pergerakan pasien saat penyinaran akan menyulitkan pada interpretasi, hasil radiografi pada gigi tidak spesifik.6

b. Radiografi Sefalometri

Radiografi sefalometri adalah radiografi yang digunakan untuk melihat hubungan gigi dengan rahang dan profil individu serta keadaan tengkorak wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan.5,6 Selain itu hasil radiografi ini juga memperlihatkan jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras. Pada umumnya radiografi ini digunakan ortodontist untuk merencanakan perawatan ortodonti agar mendapatkan gigi selaras sesuai dengan ukuran gigi dan rahang.5,6

c. Radiografi Postero-Anterior

Radiografi postero-anterior adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan trauma, kelainan perkembangan yang abnormal dari tulang tengkorak. Selain itu radiografi ini dapat digunakan untuk melihat stuktur wajah antara lain kubah tulang tengkorak, rahang, sinus frontalis dan fossa nasalis.5,6


(25)

d. Radiografi Posteroanterior Of The Jaws

Radiografi posteroanterior adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan trauma, lesi dan abnormalitas mandibula. Selain itu radiografi ini dapat memperlihatkan bagian posterior dari mandibula tetapi tidak baik untuk melihat kerangka wajah.6

e. Radiografi Proyeksi Waters

Radiografi proyeksi waters adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus orbita, sutura zigomatikus frontalis dan rongga nasal.5,6

f. Radiografi Proyeksi Reverse-Towne

Radiografi reverse towne adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan kondilus pada pasien yanga mengalami pergeseran kodilus dan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.5,6

g. Radiografi Submentovertex

Radiografi submentovertex adalah radiografi yang digunakan untuk melihat keadaan dasar tengkorak, posisi mandibula, dinding lateral sinus maksila dan arcus zigomatikus.5,6

h. Radiografi Proyeksi Mandibula Oblique Lateral

Radiografi proyeksi mandibula oblique lateral adalah radiografi yang

digunakan untuk mengevaluasi mandibula. Dalam proyeksi ini dibutuhkan 2 proyeksi oblique lateral yaitu:5,6

1. Mandibula Body Projection

Radiografi ini akan memperlihatkan body mandibula dari regio premolar sampai molar dan inferior dari mandibula.

2. Mandibula Ramus projection

Radiografi ini akan memperlihatkan ramus mandibula dari sudut ke condylus, biasanya digunakan untuk mengevaluasi molar rahang atas dan rahang bawah.


(26)

2.3 Prosedur Pemafaatan Radiografi Kedokteran Gigi

Prosedur yang harus dilakukan sebelum melakukan radiografi kedokteran gigi adalah membuat permintaan tertulis untuk dilakukan radiografi oleh dokter gigi, adanya izin dari dokter gigi dari bagian radiologi kedokteran gigi untuk melakukan radiografi dan proteksi radiasi.

2.3.1 Permintaan Tertulis untuk Melakukan Radiografi

Setiap tindakan radiografi kedokteran gigi terhadap pasien, mahasiswa kepaniteraan klinik harus meminta persetujuan pada dokter gigi untuk mendapat surat order foto radiografi dari dokter gigi.3,5 Surat order foto radiografi di kedokteran gigi hanya dapat dikeluarkan oleh dokter gigi yang disertai dengan jenis radiografi yang akan dilakukan, elemen gigi dan rahang yang akan dilakukan radiografi, diagnosis sementara dari dokter gigi dan hasil pemeriksaan klinis.

2.3.2 Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi adalah suatu usaha untuk melindungi seseorang dari adanya sinar radiasi dari radiografi khususnya radiografi gigi. Proteksi radiasi dimaksudkan agar seseorang menerima atau terkena dosis radiasi sekecil mungkin.4,6,8 Radiasi yang digunakan sebisa mungkin tidak mengenai bagian yang tidak diperlukan dan membahayakan manusia yang terkena radiasi atau meminimalisasi dosis radiasi yang akan diterima.4

Semua praktisi yang berhubungan dengan radiografi memiliki lisensi/izin untuk melindungi pekerja dan pasien. Penggunaan radiasi dalam radiodiagnostik akan memberikan kontribusi radiasi kepada banyak pihak, yaitu operator, pasien, serta lingkungan/ruangan.4 Ada 3 prinsip proteksi radiasi yang telah direkomendasikan oleh International Commission Radiological Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :4

1. Justifikasi: Setiap penggunaan radiasi harus berlandaskan asas manfaat, dimana manfaat yang diterima harus lebih besar dari resiko yang ditimbulkannya.


(27)

2. Limitasi: Dosis yang diterima pekerja radiasi maupun pasien tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah ditetapkan. Batas dosis bagi pekerja radiasi dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek deterministik (non stokastik) dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik.

3. Optimasi: Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (prinsip ALARA - as low as reasonably achieveable), dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan radiasi harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang serta dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya.

Persiapan proteksi radiasi merupakan prosedur penting yang harus dilakukan sebelum melakukan radiografi. Dasar perlindungan radiasi dari prinsip ALARA menyebutkan bahwa tidak peduli sekecil apapun dosis efek merusak tetap ada. Setiap dosis yang dapat dikurangi tanpa kesulitan pengeluaran atau ketidaknyamanan harus dikurangi. Persiapan terhadap proteksi radiografi harus dilakukan terhadap semua yang berhubungan dengan pelaksanaan radiografi antara lain pasien, operator dan lingkungan kerja radiologi.4,9

A.Proteksi Radiasi Pasien:8,9

1. pasien memekai apron ( pakaian pelindung);

2. pada pasien anak dan wanita hamil dianjurkan menggunakan prisai tiroid saat akan dilakukan radiografi;

3. alat yang digunakan harus memenuhi standard operating procedure yaitu: a. pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer;

b. pemakaian voltage yang lebih tinggi sehingga daya tembusnya lebih kuat; c. jarak fokus pasien tidak boleh terlalu pendek;

d. daerah sinar harus seminimal mungkin; e. waktu penyinaran harus sesingkat mungkin. B. Proteksi Radiasi Operator:10,11

1. operator tidak diperbolehkan berdiri didaerah radiasi sinar-x primer;

2. operator harus berada pada tempat yang aman yaitu dibalik dinding pelindung berlapis Pb dan berjarak cukup jauh dari sumber sinar-x selama melakukan radiografi;


(28)

3. operator harus melakukan penerapan program perlindungan radiasi tahunan dan seumur hidup, batas paparan radiasi pengion, memakai dosimeter pribadi dan penggunaan perisai penghalang.

C.Proteksi Radiasi Lingkungan:9,11

1. Pastikan perangkat sinar-x digunakan dengan teknik yang baik dan parameter secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar.

2. Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung harus radiopak.

3. Filtrasi dari berkas sinar-x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter bergantung pada tegangan operasi dari peralatan sinar-x. Tegangan mencapai 70 kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk kekuatan tabung sinar x antara 70-100kVp.

2.4 Dosis Radiasi pada Kedokteran Gigi

Keputusan Kepala Bapeten No. 01/Ka-BAPETEN/V-99, yaitu mengenai ”Penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama jangka waktu 1 tahun, tidak bergantung pada laju dosis tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan penyinaran alam”.12 Nilai batas dosis bukan batas tertinggi yang apabila dilampaui seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun demikian setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan penerimaan dosis harus diusahakan serendah-rendahnya (ALARA).3,8,12

Nilai batas dosis tersebut ditetapkan sebagai berikut :12

1. Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 50 mSv per tahun.

2. Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 5 mSv per tahun. Dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian khusus dari tubuh, dosis rata-rata dalam tiap organ atau jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50 mSv dan seumur hidup maksimum yang diijinkan adalah 10 mSv dikalikan dengan usia seseorang dalam tahun.


(29)

Table 1. Batasan dosis yang berdasarkan ionizing radiations regulation (IRR) 1999 Batas dosis lama Batas dosis baru

(IRR 99)

Kelompok kerja 50 mSv 20 mSv

Bukan pekerja 15 mSv 6 mSv


(30)

2.5 Kerangka Konsep

Radiografi kedokteran gigi

Prosedur pemanfaatan radiografi Manfaat

radiografi

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik

Klasifikasi radiografi

Permintaan tertulis untuk melakukan radiografi

Proteksi radiasi

Dosis radiasi

Intra Oral

Ekstra Oral Menegakkan

Diagnosa Rencana Perawatan

Evaluasi Hasil Perawatan

Pemeriksaan klinis


(31)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Radiografi sangat berperan penting dalam kedokteran gigi sebagai alat penunjang penegakan diagnosis yang sesuai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan saat ini.1,2 Pengetahuan tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi menjadi penunjang yang penting bagi mahasiswa kepaniteraan klinik agar tidak melakukan kesalahan radiografi kedokteran gigi.

Dalam menentukan keputusan perlu atau tidaknya radiografi kedokteran gigi itu dilakukan oleh seorang dokter gigi.3 Setiap tindakan radiografi yang akan dilakukan terhadap pasien, mahasiswa kepaniteraan klinik kedokteran gigi harus dengan adanya persetujuan dokter jaga agar mendapat surat rujukan ke radiografi kedokteran gigi.

Radiografi kedokteran gigi biasanya sering digunakan untuk melihat keadaan rongga mulut dan jaringan sekitarnya yang tidak tampak pada pemeriksaan klinis serta akan menjadi penentu diagnosis dan perencanaan perawatan.1,2 Radiografi sangat membantu dokter gigi maupun mahasiswa kepaniteran klinik dalam mengambil tindakan yang tepat untuk perawatan yang akan dilakukan pada pasien.

Pada kasus tertentu radiografi kedokteran gigi sangat penting untuk dilakukan namun sebelum melakukan radiografi kedokteran gigi mahasiswa kepaniteraan klinik harus mengetahui jenis radiografi yang sesuai untuk dilakukan pada suatu kasus. Apabila mahasiswa kepaniteraan klinik tidak tahu jenis radiografi kedokteran gigi yang sesuai untuk suatu kasus maka pasien akan berulang kali dilakukan pengambilan radiografi dan akan merugikan pasien tersebut karena mendapat paparan radiasi yang tidak diperlukan. Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya (as low as reasonably achieveable - ALARA), setiap penggunaan radiografi harus berlandaskan azas manfaat dan dosis yang diterima tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis.1


(32)

Pada saat ini mahasiswa kepaniteraan klinik sering mengabaikan prosedur untuk melakukan radiografi kedokteran gigi dengan cara merujuk pasien ke radiologi tanpa persetujuan dokter gigi, tidak melakukan proteksi radiasi dan melakukan radiografi secara berulang-ulang tanpa memikirkan dampak yang akan timbul pada pasien di masa mendatang.

Pada hasil penelitian Mahdila Ayurian(2013), pada 163 mahasiswa kepanitraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi Malaysia didapatkan sebesar 85,89% tingkat pengetahuan mahasiswa kepanitraan klinik secara individu di kategorikan baik, kategori sedang 14,11% dan kategori kurang 0%. Penelitian Emalia Mestika (2012), pada mahasiwa kepanitraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sebesar 63,8% mahasiswa kepanitraan klinik melakukan radiografi tanpa melakukan pemeriksaan klinis, 13,3% tidak mengetahui bahaya radiasi, 33,3% tidak merasa perlu izin dari dokter jaga dan 13,8% pernah melakukan radiografi tanpa izin dokter jaga. Penelitian Anne Agustina (2007), pada mahasiswa kepanitraan klinik di Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD didapatkan hasil sebesar 99,0% mengetahui prosedur penggunaan radiografi kedokteran gigi.

Adanya perbedaan di antara beberapa FKG di Indonesia dan Negara lain dalam tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi inilah yang menjadi alasan peneliti tertarik melakukan penelitian menggunakan sampel yang berbeda yaitu mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat.

2. Bagaimana pengetahuan mahasiswa kepanitraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat terhadap jenis - jenis radiografi yang digunakan pada radiografi kedokteran gigi.


(33)

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuaan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi .

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat terhadap jenis - jenis radiografi yang digunakan pada radiografi kedokteran gigi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis: hasil penelitian akan memberikan gambaran pengetahuan tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi dari mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera barat.

Manfaat aplikatif: hasil penelitian di harapkan agar seluruh mahasiswa dan klinisi terutama di Kedokteran Gigi dapat mengikuti prosedur pemanfaatan radiografi yang telah ditetapkan oleh departemen radiologi kedokteran gigi.


(34)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Tahun 2013

Laina Tushiva

Pengetahuan Mahasiwa Kepaniteraan Klinik tentang Prosedur Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat

X+33 halaman

Radiografi sangat berperan penting dalam kedokteran gigi sebagai alat penunjang penegakan diagnosis, rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan. Pada saat ini masih banyak mahasiswa kepaniteraan klinik yang melakukan radiografi kedokteran gigi tanpa adanya pengetahuan akan prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat.

Penelitian yang digunakan adalah diskriptif sederhana dengan cross sectional study di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat dengan jumlah sampel 138 mahasiswa kepaniteraan klinik. Untuk memperoleh data responden dilakukan dengan pengisian kuisioner.

Hasil yang diperoleh 64,5% mengetahui siapa yang boleh menandatangani surat order, 84,1% melakukan radiografi tanpa adanya izin dokter jaga, 50% berkonsultasi dengan dokter jaga bila terjadi kegagalan radiografi, 81,9 melakukan radiografi ulang tanpa adanya persetujuan dari dokter yang merujuk.

Kesimpulan penelitian ini pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi dikategorikan 60,1% baik, 26,8% cukup dan 13,1% kurang. Daftar rujukan:13(2000-2012)


(35)

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK

TENTANG PROSEDUR PEMANFAATAN RADIOGRAFI

KEDOKTERAN GIGI PADA SALAH SATU FAKULTAS

KEDOKTERAN GIGI DI SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : Laina Tushiva NIM : 090600012

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(36)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 Juli 2013

Pembimbing Tanda tangan

1. Dr. Trelia Boel,drg.,M.Kes.,Sp.RKG(K) ………. NIP. 19650214 199203 2 004


(37)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 16 Juli 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Trelia Boel,drg.,M.Kes.,Sp.RKG(K) ……….

ANGGOTA : 1. H. Amrin Thahir, drg ………. 2. Cek Dara Manja, drg.,Sp.RKG ……….


(38)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Tahun 2013

Laina Tushiva

Pengetahuan Mahasiwa Kepaniteraan Klinik tentang Prosedur Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat

X+33 halaman

Radiografi sangat berperan penting dalam kedokteran gigi sebagai alat penunjang penegakan diagnosis, rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan. Pada saat ini masih banyak mahasiswa kepaniteraan klinik yang melakukan radiografi kedokteran gigi tanpa adanya pengetahuan akan prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat.

Penelitian yang digunakan adalah diskriptif sederhana dengan cross sectional study di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat dengan jumlah sampel 138 mahasiswa kepaniteraan klinik. Untuk memperoleh data responden dilakukan dengan pengisian kuisioner.

Hasil yang diperoleh 64,5% mengetahui siapa yang boleh menandatangani surat order, 84,1% melakukan radiografi tanpa adanya izin dokter jaga, 50% berkonsultasi dengan dokter jaga bila terjadi kegagalan radiografi, 81,9 melakukan radiografi ulang tanpa adanya persetujuan dari dokter yang merujuk.

Kesimpulan penelitian ini pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi dikategorikan 60,1% baik, 26,8% cukup dan 13,1% kurang. Daftar rujukan:13(2000-2012)


(39)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih terdalam kepada Ayahanda Drs. Aulia Darma dan Ibunda Mutiara Fauziah yang memberi kasih sayang, didikan, dan dukungan secara moral dan materiil kepada penulis. Kakak tersayang Delia Ulfa, adik M. Aidil H.S dan seluruh keluarga besar tercinta atas doa dan semangat yang diberikan selama ini. Penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing, Dr.Trelia Boel,drg.,M.Kes.,Sp.RKG(K), yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan kesabaran dalam membimbing penulis selama penyelesaian skripsi ini.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Nazaruddin, drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Trelia Boel, drg., M.kes., sp.RKG(K), selaku kepala departemen Radiologi Dental yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis.


(40)

3. Amrin Thahir,drg, Cek Dara Manja,drg.,Sp.RKG, Dewi Kartika,drg dan drg. Maria Novita Helen Sitanggang selaku staf pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi yang telah banyak memberi masukan pada penulis.

4. Nurhayati Harahap,drg.,Sp.Orto(K) selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Kepada seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik, membantu, memberikan ilmu selama perkuliahan penulis. 6. Kepada seluruh staf bagian Radiologi Dental yang selama ini sangat membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada seluruh keluarga besar HmI FKG USU yang telah mengajarkan pengalaman-pengalaman hidup yang sangat berharga dimana penulis tidak dapat memperolehnya selama pendidikan di FKG USU. 8. Kepada sahabat tercinta ade, cinta, indy, mimi, nyna dan sarah yang telah memberikan

perhatian dan semangatnya kepada penulis.

9. Kepada teman-teman stambuk 2009 yang selama ini sama-sama berjuang bersama penulis dalam menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, maka dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak.


(41)

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memberikan dan atas bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan. Hanya doa dan permohonan yang penulis panjatkan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayahnya pada kita semua. Amin ya Robbal ‘alamin.

Medan, 16 Juli 2013 Penulis


(42)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSUTUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi ... 4

2.1.1 Definisi Radiografi ... 4

2.1.2 Defenisi Radiografi Kedokteran Gigi ... 4

2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi... 6

2.2.1 Radiografi Intra Oral ... 6

2.2.2 Radiografi Ekstra Oral ... 8

2.3 Prosedur Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi. ... 10

2.3.1 Permintaan Tertulis untuk Melakukan Radiografi ... 10

2.3.2 Proteksi Radiasi ... 10

2.4 Dosis Radiasi pada Radiografi Kedokteran Gigi ... 12

2.5 Kerangka Konsep ... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 15

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 15


(43)

3.2.2 Waktu Penelitian ... 15

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

3.3.1 Populasi Penelitian ... 15

3.3.2 Sampel Penelitian ... 15

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 16

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian ... 16

3.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian ... 16

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 17

3.6.1 Pengolahan Data ... 17

3.6.2 Analisis Data ... 18

3.7 Etika penelitian ... 18

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Responden Berdasarkan Usia ... 19

4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 19

4.3 Melakukan Radiografi Sebelum Pemeriksaan Klinis... 20

4.4 Pemeriksaan Radiografi Diperlukan dalam Menegakkan suatu Diagnosa ... 20

4.5 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Siapa yang Boleh Menandatangani Surat Order untuk Melakukan Radiografi ... 21

4.6 Melakukan Radiografi tanpa ada Izin Dokter Jaga Radiologi 21

4.7 Pengetahuan Mahasiswa tentang Jenis-Jenis Radigrafi di Kedokteran Gigi ... 22

4.8 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Periapikal... 22

4.9 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Bitewing ... 23

4.10 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Okusal 23

4.11 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Panoramik ... 24

4.12 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Sefalometri ... 24

4.13 Melakukan Radiografi Ulang tanpa Persetujuan dari Dokter yang Merujuk Frekuensi Responden Berdasarkan Usia .... 25

4.14 Mahasiswa yang Berkonsultasi Kembali dengan Dokter Jaga di Bagian apabila Perminmtaan Radiografi Pertama tidak Dapat Dilaksanakan pada Pasien ... 25

4.15 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik secara Individu tentang Prosedur Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi ... 26


(44)

BAB 5 PEMBAHASAN ... 27 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 32 6.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(45)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Batasan dosis yang berdasarkan Ionizing Radiations Regulation (IRR) 1999 ... 13 2. Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 19 3. Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis kelamin ... 19 4. Frekuensi Mahasiswa Kepanitraan Klinik yang Melakukan Radiografi

Sebelum Pemeriksaan Klinis... 20 5. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Melakukan Pemeriksaan

Radiografi apabila Pemeriksaan Klinis Tidak Mendukung dalam Menegakkan Suatu Diagnosa ... 20 6. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Mengrtahui Siapa yang

Boleh Menandatangani Surat Order untuk Melakukan Radiografi... 21 7. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Melakukan Radiografi

tanpa ada Izin Dokter Jaga ... 21 8. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Mengetahui Jenis-Jenis

Radiografi di Kedokteran Gigi sesuai dengan Kasus yang Ditemukan .. 22 9. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Mengetahui Indikasi

Radiografi Periapikal ... 22 10. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik mengetahui Radiografi

Bitewing ... 23 11. Frekuensi Mahasiswa yang Mengetahui Indikasi Radiografi Okusal .... 23 12. Frekuensi Mahasiswa yang Menegetahui Indikasi Radiografi Panoramik 24 13. Frekuensi Mahasiswa yang Mengetahui Indikasi Radiografi Sefalometri 24 14. Frekuensi Mahasiswa yang Melakukan Radiografi Ulang tanpa Adanya

Persetujuan dari Dokter yang Merujuk ... 25 15. Frekuensi Mahasiswa yang Berkonsultasi Kembali dengan Dokter Jaga di

Bagian Bila Perminmtaan Radiografi Pertama tidak Dapat Dilakasanakan pada Pasien ... 25 16. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Secara


(46)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Koesioner

2. Hasil perhitungan 3. Persetujuan komisi etik 4. Jadwal penelitian 5. Rincian biaya penelitian 6. Curriculum vitae


(1)

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memberikan dan atas bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan. Hanya doa dan permohonan yang penulis panjatkan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayahnya pada

kita semua. Amin ya Robbal ‘alamin.

Medan, 16 Juli 2013 Penulis


(2)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSUTUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi ... 4

2.1.1 Definisi Radiografi ... 4

2.1.2 Defenisi Radiografi Kedokteran Gigi ... 4

2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi... 6

2.2.1 Radiografi Intra Oral ... 6

2.2.2 Radiografi Ekstra Oral ... 8

2.3 Prosedur Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi. ... 10

2.3.1 Permintaan Tertulis untuk Melakukan Radiografi ... 10

2.3.2 Proteksi Radiasi ... 10

2.4 Dosis Radiasi pada Radiografi Kedokteran Gigi ... 12

2.5 Kerangka Konsep ... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 15


(3)

3.2.2 Waktu Penelitian ... 15

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 15

3.3.1 Populasi Penelitian ... 15

3.3.2 Sampel Penelitian ... 15

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 16

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian ... 16

3.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian ... 16

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 17

3.6.1 Pengolahan Data ... 17

3.6.2 Analisis Data ... 18

3.7 Etika penelitian ... 18

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Responden Berdasarkan Usia ... 19

4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 19

4.3 Melakukan Radiografi Sebelum Pemeriksaan Klinis... 20

4.4 Pemeriksaan Radiografi Diperlukan dalam Menegakkan suatu Diagnosa ... 20

4.5 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Siapa yang Boleh Menandatangani Surat Order untuk Melakukan Radiografi ... 21

4.6 Melakukan Radiografi tanpa ada Izin Dokter Jaga Radiologi 21

4.7 Pengetahuan Mahasiswa tentang Jenis-Jenis Radigrafi di Kedokteran Gigi ... 22

4.8 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Periapikal... 22

4.9 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Bitewing ... 23

4.10 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Okusal 23

4.11 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Panoramik ... 24

4.12 Pengetahuan Mahasiswa tentang Indikasi Radiografi Sefalometri ... 24

4.13 Melakukan Radiografi Ulang tanpa Persetujuan dari Dokter yang Merujuk Frekuensi Responden Berdasarkan Usia .... 25

4.14 Mahasiswa yang Berkonsultasi Kembali dengan Dokter Jaga di Bagian apabila Perminmtaan Radiografi Pertama tidak Dapat Dilaksanakan pada Pasien ... 25

4.15 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik secara Individu tentang Prosedur Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi ... 26


(4)

BAB 5 PEMBAHASAN ... 27 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 32 6.2 Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Batasan dosis yang berdasarkan Ionizing Radiations Regulation (IRR) 1999 ... 13 2. Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 19 3. Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis kelamin ... 19 4. Frekuensi Mahasiswa Kepanitraan Klinik yang Melakukan Radiografi

Sebelum Pemeriksaan Klinis... 20 5. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Melakukan Pemeriksaan

Radiografi apabila Pemeriksaan Klinis Tidak Mendukung dalam Menegakkan Suatu Diagnosa ... 20 6. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Mengrtahui Siapa yang

Boleh Menandatangani Surat Order untuk Melakukan Radiografi... 21 7. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Melakukan Radiografi

tanpa ada Izin Dokter Jaga ... 21 8. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Mengetahui Jenis-Jenis

Radiografi di Kedokteran Gigi sesuai dengan Kasus yang Ditemukan .. 22 9. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik yang Mengetahui Indikasi

Radiografi Periapikal ... 22 10. Frekuensi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik mengetahui Radiografi

Bitewing ... 23 11. Frekuensi Mahasiswa yang Mengetahui Indikasi Radiografi Okusal .... 23 12. Frekuensi Mahasiswa yang Menegetahui Indikasi Radiografi Panoramik 24 13. Frekuensi Mahasiswa yang Mengetahui Indikasi Radiografi Sefalometri 24 14. Frekuensi Mahasiswa yang Melakukan Radiografi Ulang tanpa Adanya

Persetujuan dari Dokter yang Merujuk ... 25 15. Frekuensi Mahasiswa yang Berkonsultasi Kembali dengan Dokter Jaga di

Bagian Bila Perminmtaan Radiografi Pertama tidak Dapat Dilakasanakan pada Pasien ... 25 16. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Secara


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Koesioner

2. Hasil perhitungan 3. Persetujuan komisi etik 4. Jadwal penelitian 5. Rincian biaya penelitian 6. Curriculum vitae


Dokumen yang terkait

Pengetahuan Mahasiswa Non-Klinik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat Tentang Prosedur Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi

0 63 61

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Malaysia Terhadap Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi

3 25 47

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Malaysia Terhadap Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi

0 0 1

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Malaysia Terhadap Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi

0 0 1

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Malaysia Terhadap Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi

0 1 2

Pengetahuan Mahasiwa Kepaniteraan Klinik tentang Prosedur Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat

0 0 12

Pengetahuan Mahasiwa Kepaniteraan Klinik tentang Prosedur Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat

0 0 1

Pengetahuan Mahasiwa Kepaniteraan Klinik tentang Prosedur Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat

0 0 3

Pengetahuan Mahasiwa Kepaniteraan Klinik tentang Prosedur Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat

0 1 11

Pengetahuan Mahasiwa Kepaniteraan Klinik tentang Prosedur Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat

0 0 1