Pengaruh Inejeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pematangan Pada Rubber Smoke Sheet Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dolok Merawan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bhatnagar,M.S. 2004. A Text Book Of Polymers. New Delhi. S . Chand & Company LTD.

Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Bandung : Penerbit ITB. Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga .

Kjallstrand, J. Goran P. 2001. Phenolic Antioxidants In Wood Smoke. J. The Science Of The Total Environment.

Meronda, G. Rahma. 2008. Bahan Tambahan Makanan Antioksidan Dan Sekuesteran Makasar : Universitas Hasanudin.

Montizaan, K.G. 1994. Phenol. Environmental Health Criteria 161. Bilthoven. Netherland : National Institute Of Public Health and Environmental Hygiene. Setiawan, D.H. dan Andoko, 2008. Budidaya Karet. Cetakan Pertama Revisi. Solo : PT. Agro Media Pustaka.

Spillane, J.J. 1989. Komoditi Karet. Cetakan 1. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Stevens, M.P. 2001. Kimia Polimer. Jakarta : Penerbit PT. Pradaya Paramita. Cetakan Pertama.

Tim Penulis, PS. 1992. Karet Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran. Jakarta : Penebar Swadaya

Tim Penulis, PS. 1999. Karet : Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan Pengolahan. Jakarta : Penerbit Swadaya. Cetakan VI.

Tim Penulis, PS. 2011. Panduan Lengkap Karet. Jakarta : Penebar Swadaya. Yayasan Karet. 1983. Penentuan Praktis Untuk Pembuatan Barang – Barang dari


(2)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Alat

- Erlenmeyer 250 ml Pyrex - Thermometer 1000C Pyrex

- Timbangan Analitik Mettler Toledo

- Oven Memert

- Gelas Ukur 500ml Pyrex - Beaker Glass 250 ml Pyrex - Spatula

- Bak koagulan skala laboratorium - Penggiling skala laboratorium

3.1.2 Bahan-Bahan

- Lateks 1000 ml

- Asam semut/ asam formit - Asam amoniak

- H2SO4 0,1 N


(3)

3.2 Prosedur Penelitian

- Penerimaan lateks dari pohon karet yang baru disadap disaring untuk memisahkan kotoran kemudian dialirkan ke bak pengenceran.

- kemudian pengenceran dengan air hingga kadar karet kering (KKK) 13%-15%.

- Tahap selanjutnya dialirkan ke bak koagulan untuk dilakukan pembekuan dengan penambahan zat koagulum yang bersifat asam. Kemudian injeksi senyawa Fenol dengan 3cc per bak koagulan.diaduk hingga 8 s/d 10 kali.

- Dibentuk dengan platskoten selama 2 jam.

- Dialirkan sheet ke penggilingan hingga 6 kali penggilingan.

- Kemudian dilakukan pengeringan dengan variabel suhu 45-500C, 50-550C , 55 -600C,60-650C dan 65-700C per 12 jam di oven.


(4)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil percobaan yang dikumpulkan adalah data percobaan yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan dengan satu sampel dan dengan variasi suhu, waktu yang berbeda dan injeksi fenol.

4.1.1. Data Penelitian

Hari Senyawa Fenol Suhu (0C) Waktu Pemanasan

pengamatan Warna Suhu

akhir(oC) 1 3cc 45 – 50

50 – 55

12 jam Kuning 50 56 2

3

3cc 3cc

55 – 60 60 – 65 65 - 70

12 jam 12 jam

Kuning 60 65 Kuning 70 kecoklatan

4.2. Pembahasan

Injeksi senyawa fenol berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen maupun ozon yang terdapat di udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan terhadap pengaruh ion – ion tembaga. Selain itu, juga


(5)

mampu melindungi dari suhu tinggi dan menghasilkan warna kuning kecoklatan pada rubber smoked sheet. Injeksi fenol yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan sebagai pengganti kayu bakar untuk pengasapan pada proses pematangan karet. Injeksi fenol tidak baik jika terlalu banyak di injeksikan karena akan membuat warna sheet kehitaman. Pengasapan biasanya berlangsung selama 4 hari lebih hingga selesai dengan suhu optimum 600C. Pada penelitian ini pengasapan diganti dengan injeksi senyawa fenol dan menggunakan oven sebagai pemanasnya, dimana proses pematangan dapat dilakukan hanya 3 hari dengan suhu optimum 700C dan volume fenol sebanyak 3 cc. Hasil penelitian ini menghasilkan rubber smoked sheet sesuai yang diinginkan pasar berwarna kuning kecoklatan.

Dari data analisa dapat disimpulkan injeksi fenol bisa diterapkan dan dengan waktu pemanasan lebih singkat tapi suhu optimum dinaikkan untuk meneyesuaikan kondisi operasi.


(6)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitiaan yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan volume optimum fenol sebagai pengganti kayu bakar dalam skala laboratorium sebanyak 3cc untuk sampel 1 liter lateks dan dengan suhu optimum 700C. Dengan pemanfaatan senyawa fenol dalam proses pematangan karet, proses pematangan menjadi lebih cepat yaitu selama 3 hari dibandingkan dengan penggunaan kayu bakar sebagai asap dengan lama waktu 5 hari. Produk karet yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu pasar yaitu dengan warna kuning kecoklatan

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian terhadap pengaruh-pengaruh yang lain, misalnya analisa kotoran, analisa faktor pengenceran, dan analisa pengganti asam semut/ asam formic. Agar diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas dari suatu produk..


(7)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Sejarah Perkembangan Karet

Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon-pohon itu hidup secara liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika Asli mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang didapat kemudian dijadikan bola yang dipantul-pantulkan. Bola ini disukai penduduk asli sebagai alat permainan. Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut.

Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebgai tanaman Hevea. Hasil laporan Ekspedisi Peru ditulis dalam buku oleh Freshneau tahun 1749 dengan menyebut nama tersebut, Freshneau juga menyertakan gambar dari tanaman tersebut. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1751, De La Condomine membuat usulan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman Havea ini.


(8)

Gambar 2.1 Karet Alam

Pengenalan pohon Hevea membuka langkah awal yang sangat pesat kearah zaman penggunaan karet untuk berbagai keperluan. Cara pelukaan untuk memperoleh getah karet memang jauh lebih efisien dari pada cara tebang langsung. Lagipula dengan cara ini tanaman karet bisa diambil getahnya berkali-kali.

Pengetahuan di bidang botani tanaman karet juga berkembang. Pada tahun 1825 diterbitkan sebuah buku mengenai botani tanaman karet atau Hevea Brasiliensis

Muell Erg. Nama ini diperkenakan karena tanaman Hevea yang didapat berasal dari

Brazil, tepatnya di daerah Amazon.

Setelah tahun 1839 dicapailah babak baru yang membuat karet sempat menjadi primadona daerah-daerah perkebunan di beberapa Negara tropis. Pada tahun itu Charles Goodyear menemukan cara vulkanisir karet. Goodyear mencampur karet dengan belerang dan kemudian dipanaskan pada suhu 120o-130oC. Dengan cara vulkanisir ini semakin banyak sifat karet yang dapt diketahui dapat dimanfaatkan.


(9)

Berawal dari penemuan Charles Goodyear, karet mulai banyak dicari orang untuk dibuat aneka barang keperluan. Cara vulkanisasi memungkinkan orang untuk mengolah karet menjadi ban. Menurut beberapa literature, Alexander Parkes ikut pula mengembangkan cara vulkanisasi. Sedangkan yang memiliki ide atau pencetus gagasan dibuatnya ban adalah Dunlop pada tahun 1888 dan kemudian dikembangkan oleh Goldrich. (Tim Penulis PS, 1992).

2.2Perkembangan Industri Karet

Indonesia yang sejak sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1965 merupakan negara penghasil karet alam terbesar, pernah menganggap bahwa : “Rubber is de kruk waarop wij drijven” (karet adalah gabus dimana kita berapung). Walaupun sejak tahun 1957 kedudukan kita sebagai produsen nomor wahid direbut oleh Malaysia hingga sekarang, predikat pentingnya karet bagi perekonomian Indonesia masih tetap menonjol setelah komoditi migas dan kayu.

Sebagai tanaman yang banyak dibutuhkan untuk bahan industri, karet banyak diusahakan mulai dari luasan kecil yang hanya beberapa puluh atau ratusan meter persegi hingga mencapai luasan ribuan kilometer persegi.

Secara umum pengusahaan perkebunan karet di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa kelompok seperti dibawah ini :

1. Perkebunan besar negara atau yang diusahakan oleh pihak pemerintah, biasanya oleh PTP (Perseroan Terbatas Perkebunan).


(10)

2. Perkebunan besar yang diusahakan oleh swasta. 3. Perkebunan yang diusahakan oleh rakyat.

Kendatipun demikian, karet yang mampu menghidupi hampir 1,5 juta penduduk ini boleh dikatakan sebagai tanaman rakyat karena lebih dari 80% areal penanaman karet diusahakan oleh rakyat.

Selain industri karet alam, belakangan ini karet Indonesia mulai mengacu pada karet sintetis. Meskipun sebenarnya Indonesia bukan negara penghasil minyak bumi terpaksa mencoba mengembangkan produk karet sintetis, terutama untuk jenis

Syrene Butadien Rubber (SBR). Jenis ini dikembangkan untuk mengimbangi

peningkatan impor. SBR digunakan untuk industri ban, terutama untuk lapisan luarnya. Produksi karet sintetis Indonesia masih berskala kecil. Walaupun masih berskala kecil, tetapi industri perkaretan Indonesia saat ini sudah semakin maju dan diproduksinya dua jenis karet yang laris di pasaran. (Spillane J.J., 1989).

2.3Lateks

Lateks yang berasal dari pohon hevea brasiliensis terdiri dari suspensi koloidal dari air dan bahan – bahan kimia yang terkandung didalamnya. Bagian – bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna melainkan terpencar homogen atau merata didalam air. Partikel – partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halus sehingga dapat menembus saringan.

Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan – bahan yang


(11)

terkandung secara merata yang disebut dengan serum yang mengandung bagian – bagian bukan karet yang melarut dalam air seperti protein, garam – garam mineral, enzim – enzim. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipancarkan yang terdiri dari butir – butir yang dikelilingi lapisan tipis protein.

Lateks yang berasal dari pohon havea brasiliens terdiri dari 2 bahan utama yaitu partikel – partikel karet (rubber particle) dan bahan bukan karet (non rubber). Sebelum tercampur atau terkontaminasi dengan bahan – bahan lain lateks itu mempunyai pH normal yaitu ± pH : 6,9 – 7,0 cair dan bersifat koloid dan stabil.

Kestabilan koloid lateks tersebut akan dapat terganggu oleh berbagai faktor segera setelah lateks keluar dari pohon (setelah disadap) misalnya terganggu oleh bakteri atau enzim yang berasal dari udara luar atau dari peralatan pekerja, akibat perubahan suhu dan lain sebagainya. Pengaruh faktor luar itu dapat mengakibatkan menurunnya mutu lateks yang akan diolah menjadi berbagai jenis produksi.

Berdasarkan alasan seperti diuraikan diatas maka diperlukan beberapa perlakuan agar mutu lateks akan diolah tetap terjamin. Tindakan yang perlu dilakukan antara lain : menambahkan bahan pengawet dan menjaga kebersihan peralatan penderes. Jadi untuk menghasilkan karet bermutu baik, pengawasan yang cermat perlu dilakukan mulai dari penderesan sampai dengan proses akhir dipabrik bahkan sampai dengan tranksaksi pengapalannya.

Oleh karena itu sifat – sifat lateks perlu mendapat perhatian agar dapat memproduksi karet bermutu ekspor.

Komposisi lateks : 1. Susunan Kimia


(12)

Pada uraian diatas telah disebutkan bahwa lateks havea brasiliensis terdiri dari dua bahan pokok yaitu partikel – partikel hidrokarbon (karet) dan bahan bukan karet. Bahan bukan karet dalam latek terdiri dari : air, protein , lipida, inositol dan quebrachital (karbohidrat) dan beberapa logam.

Menurut berbagai peneliti, bahwa bagian – bagian bukan karet terutama protein lipid dan karbohidrat sangat berperan terhadap kestabilan koloid lateks. Hal ini berati bahwa bukan karet sangat berpengaruh terhadap mutu produksi akhir seperti :sheet, crumb rubber dan lateks pusingan.

2. Susunan Fraksi Latek

Apabila latek segar dipusing dengan suatu alat pemusing berkecepatan tinggi (18000 – 20000 rpm ), maka latek tersebut akan terpisah menjadi 4 fraksi yaitu : partikel karet, frey wisling, serum jernih, dan fraksi bawah terutama lutoid.

Karet alam mengandung seratus persen cuis-1,4 poliisoprena, yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang.

H3C H H3C CH2 n

C=C C=C

H2C CH2 n H2C H

Cis – 1,4 Poliisopren (Karet Alam) Trans – 1,4 Poliisopren (Gutta Perca) Berat molekul karet alam rata-rata 10.000 – 40.000. Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C-C di dalam rantai


(13)

berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur. Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis.

Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh berbagai mikroorganisme sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain yang berasal dari udara, peralatan, air hujan dan lain-lain. Mikroba akan menguraikan kandungan protein dan karbohidrat lateks akan menjadi asam-asam yang berantai molekul pendek sehingga dapat terjadi penurunan pH. Bila penurunan pH mencapai 4,5 – 5,5 maka akan terjadi proses koagulasi.

Sifat-sifat mekanisme karet alam yang baik dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum, seperti sol sepatu atau bahan kendaraan. Ciri khusus yang membedakan karet alam dengan karet benda lain adalah kelembutan, fleksibel dan elastisitas. Komposisi lateks dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun. (M.A.Cowd.,1991).

2.4Jenis Karet Dan Manfaatnya

A.Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintesis

Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintesis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet belum dapat digantikan oleh karet sintesis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam


(14)

sulit ditandingi oleh karet sintesis. Adapun kelebihan – kelebihan yang dimiliki karet alam disbanding karet sintesis adalah:

- Memiliki daya elastisitas atau daya lenting yang sempurna - Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah - Mempunyai daya arus yang tinggi

- Tidak mudah panas ( low heat build up ), dan

- Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap kerekatan.

Walaupun demikian, karet sintesis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bias dipertahankan supaya tetap stabil. Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnisnya, akan tetapi menurut beberapa ahli, karet alam tetap mempunyai pangsapasar yang baik. Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam.

Beberapa jenis ban seperti ban radial walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet sintesis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan tetap besar, yaitu dua kali lipat komponen karet alam untuk pembuatan ban non-radial. Jenis – jenis ban yang besar kurang baik bila dibuat dari bahan karet sintesis yang lebih banyak. Porsi karet alam yang dibutuhkan untuk ban berukuran besar adalah jauh lebih besar. Ban pesawat terbang bahkan dibuat hamper semuanya dari bahan karet alam. (Didit Heru Setiawan dan Agus Andoko,2008).


(15)

2.5 Kegunaan Tanaman Karet

Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang keperluan manusia, sebanarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun sekadar sampingan, tetapi member keuntungan yang tidak sedikit bagi para pemilik perkebunan karet.

Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu atau bahan barang pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tak perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman mudah yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih produktif. Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya.

Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan protein biji karet terhitung tinggi. Dari hasil analisa diketahui kadar protein sebesar 27%, lemak 32,3%,air 3,6%, abu 2,4%, thiamin 450µg, asa nikonit 2,5µ g, karoten dan tokoferol 250µg, dan sianida sebanyak 330 mg dari setiap 1000g bahan. Selain kandungan proteinnya cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung didalamnya. Agar biji karet dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat.

Konsentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar sebenarnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Dalam proses pembuatannya, fraksi protein dibuat lebih tinggi


(16)

Kadarnya dengan mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen – komponen nonprotein lain yang larut.

Adanya kandungan sianida membuat biji karet berbahaya bila dikonsumsi mentah, tanpa diolah terlebih dahulu. Melalui proses perendaman selama 24 jam dengan air yang sering diganti dan perebusan terbuka, maka sianida dapat dihilangkan, menguap.

2.6 Sifat Karet

1. Pengaruh Komponen Bukan Karet (non-rubber)

Kandungan bukan karet lateks yang terdiri dari air dan senyawa – senyawa protein, lipida, karbohidrat serta ion – ion anorganik mempengaruhi sifat karet. Sifat fisika dari karet alam dapat dilihat dari tabel 2.1

Tabel 2.1 Sifat fisika dari karet alam

Sifat Fisika Ukuran

Densitas pada 200C 0,906-0,916 g/cm3 Nilai pembiasan 1,591

Pembakaran panas 45,2 KJ/kg

Konduktifitas listrik 2 x 10-15 – 1 x10 -13 Sumber : Bhatnagar, 2004


(17)

Komponen senyawa – senyawa protein dan lipida selain berguna menyelubungi partikel karet ( memantapkan lateks ), juga berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan bahan pencepat (accelerator) dalam proses pembuatan barang jadi karet. Oleh karena itu dalam penanganan bahan olah (lateks kebun atau koagulum) dan pengolahan karet ekspor (lateks pekat,RSS atau SIR ) komponen non karet protein dan lipid harus dijaga sebaik mungkin. Hilangnya protein dan lipid dapat terjadi akibat pencucian yang terlalu berat atau akibat terjadinya pembusukan yang terlalu lama, sehingga habis dimakan mikroba. Menjaga kandungan protein dan lipida dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan peralatan dan pengawetan serta mencegah terjadinya proses pencucian yang terlalu berat sewaktu pengolahan. Karet yang telah habis kandungan protein dan lipidanya akan mudah dioksidasi oleh udara mengakibatkan sifat elastisitas dan PRI nya menjadi rendah.

Kandungan ion – ion anorganik ( Ca,Mg,Fe,Mn,Cu,dll ) berkorelasi dengan kadar abu di dalam analisa karet. Semakin tinggi konsentrasi ion logam semakin tinggi kadar abu. Kadar abu karet diharapkan rendah, karena umumnya sifat logam dapat mempercepat terjadinya proses oksidasi karet. Dalam penanganan bahan olah karet kotoran dari luar seperti pasir, tanah, dan lai- lain harus dihindarkan.

1. Pengaruh Struktur Kimia Karet

Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis 1,4 poliisopren. Rumus umum monomer karet alam adalah (C5H8) n. n adalah derajat polimerasasi

yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer didalam rantai polimer. Nilai n dalam karet alam antara 3000 -15.000. (Spillane J.J.,1989).


(18)

2.7Pengolahan Karet Alam

Pengolahan karet memiliki posisi yang cukup penting dalam rangkaian agribisnis karet. Pengolahan karet menentukan nilai tambah yang akan diperoleh. Hasil sadapan yang baik, apabila tidak diolah dengan optimal akan mendapatkan harga yang rendah. Oleh karena itu pengolahan karet harus diperhatikan dengan baik, sehingga diperoleh hasil olahan karet yang bermutu dan berharga jual tinggi.

2.7.1 Alat Dan Bahan

Ada beberapa jenis alat yang digunakan dalam pengolahan karet alam. Alat – alat ini tidak semuanya digunakan dalam pengolahan setiap jenis karet. Ada alat yang hanya digunakan untuk pembuatan jenis karet tertentu saja. Selain alat, juga banyak digunakan bahan dalam pengolahan karet alam. Berikut ini adalah alat dan bahan yang banyak ditemui dalam pengolahan karet.

2.7.1.1Mesin Penggiling

Dalam pengolahan karet jenis sheet dan crepe biasanya digunakan mesin penggilingan. Dikalangan pengolahan lateks sheet, mesin ini sering disebut baterai sheet. Baterai sheet ada yang terdiri dari 4,5, atau 6 gilingan beroda dua. Baterai sheet yang memiliki 4 gilingan beroda dua contohnya adalah merek cadet. Sedangkan yang memiliki 5 dan 6 gilingan beroda dua masing – masing contohnya adalah merek Aristo dan Six in One. Kapasitas setiap jenis baterai sheet berbeda dan tergantung pada ketebalan sheet yang akan dibuat.


(19)

Ada mesin yang semi otomatis dan ada juga yang seluruhnya otomatis. Mesin otomatis lebih melancarkan pekerjaan penggilingan, tetapi harganya sangat mahal.perkebunan – perkebunan kecil serta petani karet yang mengerjakan sendiri pengolahan lateksnya menggunakan mesin yang digerakkan oleh tangan.

Sewaktu penggilingan, mesin – mesin berjalan terus menerus. Pada gilingan terakhir selalu terdapat patron yang disebut printer. Bentuk patron adalah spiral. Diantara jurusan spiral dan sumbu terdapat sudut kira-kira 650.patronlah yang memperbesar permukaan sheet serta bias mempercepat jalannya pengeringan. Lebar dan dalam alur – alur patron menentukan besarnya ukuran patron. Hal ini harus disesuaikan dengan ketebalan sheet yang dihasilkan. Kebalikannya bila ukuran patron telah ditentukan maka ketebalan sheet yang telah ditentukan maka ketebalan sheet yang dibuat harus disesuaikan dengan patronnya.

2.7.1.2Bejana Koagulasi

Tangki yang banyak dipakai pada era sebelum Perang Dunia II terbuat dari arnit atau ebonite, sesudahnya digunakan bejana yang terbuat dari aluminium. Ukuran tangki yang digunakan biasanya (10 x 3 x 16) kaki. Tangki yang berukuran besar ini disekat lagi menjadi 76 atau 91 ruang yang lebih kecil. Untuk menyekat digunakan pelat – pelat aluminium.

Ada juga yang menggunakan bejana dengan ukuran ( 300 x 70 x 40 ) cm. tangki ini disekat lagi menjadi ruang – ruang kecil sejumlah 75 – 90 dengan pelat – pelat aluminium.


(20)

Pada tempat pengolahan karet yang hanya sedikit kapasitas produksinya, fungsi bejana digantikan oleh Loyang – Loyang yang mempunyai kapasitas olah antar 10 – 15 liter.

2.7.1.3Rumah Pengeringan

Pada pembuatan karet crepe, rumah pengeringan mutlak diperlukan. Tinggi ruangan biasanya dibuat tidak lebih dari 6m. untuk rumah pengeringan bertingkat tingginya hanya antara 3 – 4 m. Di dalam rumah pengeringan terdapat gantar – gantar dari kayu jati dengan tebal 4 – 5 cm untuk menggantungkan karet crepe yang akan dikeringkan. Gantar dari bamboo kurang baik kareta licin.

Rata – rata jumlah pengeringan menggunakan alat pemanas untuk mempercepat pengeringan. Cara pemanasan yang paling banyak dipakai adalah thermosifon atau pemanasan dengan air panas serta menggunakan uap air bertekana rendah. Bila tanpa pemanas, waktu yang diperlukan untuk mengeringkan crepe antara 2 – 4 minggu. Sedangkan dengan pemanas waktunya bias dipersingkat menjadi 5 – 7 hari. Dinding rumah pengeringan sebaiknya dibuat dari batu atau kayu. Bahan seng kurang baik digunakan. Atap dan dinding harus rapat agar tidak ada udara dari luar yang merembes masuk.

2.7.1.4Rumah Pengasapan

Rumah pengasapan digunakan dalam pembuatan karet sheet. Syarat rumah asap yang baik, suhu dalam harus dapat dipertahankan sehingga praktis tidak berubah, ventilasi


(21)

dari ruang – ruangnya dapat diatur sesuai kebutuhan, serta penambahan asap dan pemanasan dapat terjamin.

Suhu dan ventilasi di dalam ruang pengasapan dan pengeringan harus dijaga agar sesuai dengan kebutuhan, oleh karena itu, di dalam ruangan perlu dipasang temograf, bias juga digunakan thermometer maksimum minimum. Jumlah ruang pengasapan dan pengeringan yang diperlukan berhubungan dengan waktu pengeringan. Hal ini berkaitan dengan ketebalan sheet yang akan dibuat.misalnya waktu pengeringan 5 – 5,5 hari maka ruang yang dibutuhkan adalah 6 buah. Namun, bila produksi harian tinggi dan setiap hari membutuhkan lebih dari satu ruangan maka jumlah ruangan yang diperlukan dikalikan jumlah ruangan yang dipakai per hari. Karet tidak boleh dicampur aduk dalam satu ruangan karena hasil karet dari hari yang tidak sama tidak boleh digabungkan.

Selain alat – alat yang telah disebutkan di atas, sebenarnya masih ada beberapa alat yang banyak digunakan dalam pengolahan karet, seperti alat penyaring, gunting/pemotong, meja sortasi, pengepres, pengepak dan lain – lain.

2.7.1.5Kayu Bakar Untuk Rumah Pengasapan

Ada beberapa macam pohon yang kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar ruang pengasapan. Pohon tersebut antara lain pohon karet, akasia, lomtorogung, dan glirisidia. Kayu yang panjang biasanya dibelah dan dipotong hingga rata – rata mempunyai ukuran panjang sekitar 30 cm dengan garis tengah 10 cm.


(22)

2.7.1.6Air

Dalam pengolahan karet diperlukan air, dalam jumlah yang banyak. Karena itu, air meupakan bahan yang vital. Semakin tinggi kapasitas oleh suatu pabrik, semakin besar jumlah air yang diperlukan. Air biasanya digunakan untuk keperluan pengenceran lateks, pembuatan larutan kimia, pencucian hasil, pencucian alat, dan untuk mendinginkan mesin.

2.7.2 Bahan – Bahan Kimia

Dalam pengolahan karet alam banyak sekali digunakan bahan – bahan kimia. Sesuai dengan proses yang dibantunya bahan itu yang berfungsi sebagai bahan pokok, yaitu sebagai bahan pembeku, pengelantang, vulkanisasi, pemercepat reaksi, penggiat, antioksidan dan antiozonan, pengisi, pelunak, pewarna, peniup, pencegah pravulkanisasi, dan bahan pewangi.

2.7.2.1Bahan Pembeku

Untuk proses pembekuan lateks ada beberapa macam bahan kimia yang bias digunakan. Biasanya adalah jenis – jenis asam, seperti asam format atau asam semut dan asam asetat atau asam cuka.

2.7.2.2Bahan Peegelantang

Bahan ini digunakan untuk mendapatkan warna yang diinginkan dari karet. Biasanya warna lateks agak kekuningan sampai kuning. Bahkan, beberapa klon karet tertentu


(23)

seperti ciranji 1 lateksnya berwarna terlalu kuning. Bahan pengelentang seperti RPA-3 dapat menguranginya hingga sesuai dengan yang diinginkan pasar.

2.7.2.3Bahan Vulkanisasi

Bahan kimia ini diperlukan dalam proses vulkanisasi agar kompon karet cepat matang. Yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah belerang. Selain untuk vulkanisasi karet alam, belerang juga digunakan untuk vulkanisasi karet sintesis. Selain belerang bahan – bahan seperti dammar fenolik, peroksida organik, radiasi sinar gamma, serta uretan, juga dapat digunakan.

2.7.2.4Bahan Pencepat Reaksi

Reaksi vulkanisasi biasanya berlangsung sangat lambat. Dalam dunia industri hal ini kurang efisien karena menambah lama waktu produksi yang secara tidak langsung juga menambah biaya. Bahan pencepat reaksi digunakan untuk mengatasi kelambatan ini. Berdasarkan jenisnya ada beberapa macam bahan pencepat reaksi. Dari golongan thiazol contohnya MBT dan MBTS. Dari golongan guanidin contohnya DPG dan DOTG. Satu atau beberapa kombinasi bahan pencepat tersebut bias dipilih untuk digunakan.

2.7.2.5Bahan Penggiat

Fungsi bahan penggiat adalah menambah cepat kerjabahan pencepat reaksi. Jadi, meskipun bahan ini tidak termasuk vital, tetapi cukup menentukan dalam proses


(24)

pengolahan karet. Seng oksida dan asam stearat adalah contoh bahan penggiat yang paling banyak dipakai.

2.7.2.6Bahan Antioksidan Dan Antiozonan

Fungsi bahan ini untuk melindungi karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen maupun ozon yang terdapat di udara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan terhadap pengaruh ion – ion tembaga, mangan, dan besi. Selain itu, juga mampu melindungi terhadap suhu tinggi, retak – retak, dan lentur. Golongan antioksidan turunan difenil amina contohnya nonox OD. Dari golongan fenil neftilamin contohnya PAN dan PBN. Golongan kondensat keton amina contohnya flectol H. golongan kondensat aldehid amina contohnya agerite resin. Dari golongan fenil sulfida contohnya santowhite crystals. Dari turunan fenol contohnya montaclere dan lonol. Adapun antiozonan yang paling banyak digunakan adalah turunan parafenilendiamina seperti santoflex 13, nonox DPPD, dan UOP 88. Jenis wax atau lilin bisa juga membantu melindungi karet dalam kondisi statis terhadap ozon.

2.7.2.7Bahan Pelunak

Bahan pelunak berfungsi memudahkan pembuatan karet dan pemberian bentuk. Karet yang diberi bahan pelunak bisa menjadi empuk. Penambahan bahan pengisi yang cukup banyak perlu diimbangi dengan penambahan bahan ini. Bahan pelunak yang banyak digunakan antara lain minyak naftenik, minyak nabati, minyak aromatik, ter pinus, lilin paraffin, faktis, dammar, dan bitumen.


(25)

2.7.2.8Bahan Pengisi

Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet. Pertama, bahan pengisi yang tidak aktif. Kedua, bahan pengisi yang aktif atau bahan pengisi yang menguatkan. Yang pertama hanya menambah kekerasan dan kekakuan pada karet yang dihasilkan, tetapi kekuatan dan sifat lainnya menurun. Biasanya bahan pengisi tidak aktif lebih banyak digunakan untuk menekan harga karet yang dibuat karena bahan ini berharga murah, contohnya kaolin, tanah liat, kalsium karbonat, magnesium karbonat, barium sulfat, dan barit. Bahan pengisi atau penguat contohnya karbon hitam, silicaaluminium silikat, dan magnesium silikat. Bahan ini mampu menambah kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus yang tinggi pada karet yang dihasilkan. Kadang – kadang bahan pengisi aktif dan tidak aktif diberikan dalam campuran sebagai alternatif penghematan biaya.

2.7.2.9Bahan Pencegah Pravulkanisasi

Fungsi bahan ini mencegah terjadinya pravulkanisasi yang tidak diinginkan pada bagian ekstruder mesin acuan injeksi. Biasanya bahan ini ditambahkan pada kompon karet tertentu, misalnya kompon karet untuk acuan injeksi. Contohnya adalah santogard PVI dan Vulcalent A.

2.7.2.10 Bahan Pewangi

Bau karet yang khas serta bau bahan kimia yang tidak enak dapat dihilangkan dengan menambahakan bahan pewangi. Walaupun tidak semua jenis karet menggunakan


(26)

bahan pewangi, tetapi ada beberapa jenis yang menggunakannya. Contohnya bahan pewangi antara lain Rodo 10.(Tim Penulis PS,2011)

2.8Antioksidan

Antioksidan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah oksidasi (mencegah reaksi dengan oksigen) pada produk karet. Zat – zat tersebut mempunyai tujuan untuk mencegah barang – barang karet menjadi usang atau dengan perkataan lain untuk memperpanjang daya tahan dari barang – barang tersebut. Keusangan barang – barang karet dapat dilihat pada robekan – robekannya dan retakan – retakannya yang kecil benar ke berbagai jurusan, satu peristiwa yang berhubungan dengan oksidasi dari karet (Yayasan Karet. 1983.).

Untuk melindungi barang dari karet terhadap oksidasi, maka hampir selalu ditambahkan

antioksidan – antioksidan. Antiooksidan dibagi menjadi dua golongan :

a. Yang menyebabkan perubahan warna dari barang karet. Ini hanya dapat dipakai dalam campuran – campuran yang berwarna tua atau hitam.

b. Yang tidak menyebabkan perubahan warna dan dapat dipakai untuk barang – barang yang berwarna muda atau putih.

Faktor-faktor lingkungan seperti panas, sinar ultra violet, ozon, kelembaban udara dan bahan-bahan kimia berdampak pada awet tidaknya lateks karet alami dapat digunakan serta lamanya dapat disimpan. Antioksidan membantu stabilitas sarung tangan selama dalam penyimpanan.


(27)

Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif (Yayasan Karet. 1983.).

Komposisi antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alam dan antioksidan sintetik, yang termasuk antioksidan alam antara lain turunan fenol, koumarin, hidroksi sinamat, tokoferol, difenol, nonfenol, kathekin, dan asam askorbat. Antioksidan sintetik antara lain butyl hidroksianisol, butyl hidroksitoluen, propil gallat dan etoksiquin. ( Goran P. Kjallstrand. J. 2001)

2.9Fenol

Fenol (C6H5OH merupakan padatan kristal yang tidak berwarna, memiliki berat jenis 1,07, titik lebur 42,5 – 43oC, titik didih 182 oC, titik nyala 774 oC. Fenol dapat larut dalam alkohol, air, eter, kloroform dan alkali. Jika dalam keadaan tidak murni fenol akan berubah menjadi pink atau merah dan akan mencair jika terkena sinar matahari atau menyerap air dari udara. Pada konsentrasi yang tinggi fenol jika terkena kulit menyebabkan kulit akan terbakar dan sangat beracun. Asap kayu bakar yang digunakan mengandung zat fenol. Zat inilah yang dapat mencegah timbulnya jamur pada lembaran sheet.(Montizaan, K.G. 1994).

Fenol merupakan asam yang jauh lebih kuat daripada alkohol karena anion yang dihasilkan distabilkan oleh resonansi, dengan muatan negatifnya disebar oleh cincin aromatik. pKa fenol adalah 10. Karena keasamannya, aslinya fenol disebut asam karbolat. Pada tahun 1800-an Joseph Lister, ahli bedah Inggris, mengusulkan agar


(28)

fenol digunakan sebagai bahan antiseptik rumahsakit. Sebelum itu tidak digunakan antiseptik karena orang mengira bahwa bau – baulah, dan bukan mikroorganisme yang menyebabkan infeksi (Fessenden. 1982).


(29)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pabrik pengolahan karet sheet Gunung Para merupakan salah satu pabrik yang ada di PT. Perkebunan Nusantara III. Pabrik pengolahan sheet Gunung Para disarankan oleh pihak perusahaan untuk meningkatkan mutu produk yang dihasilkan agar sesuai dengan keinginan konsumen. Untuk mewujudkan hal itu pihak manajemen pabrik telah merencanakan beberapa cara salah satunya pada proses pengasapan. Pengasapan merupakan metode pematangan karet yang bertujuan sebagai pengawet dan mencegah karet dari proses oksidasi. Proses pengasapan memerlukan penanganan yang serius dalam hal penggunaan temperatur dan lamanya waktu pengasapan yang tepat. Mutu hasil proses pengolahan sheet pabrik karet milik PT. Perkebunan Nusantara III ini juga dipengaruhi efisiensi dan efektifitas dari proses pengasapan tersebut.

Karet merupakan polimer yang mempunyai sifat elastis, sehingga dinamakan pula sebagai elastomer. Pada saat ini karet digolongkan atas dua bagian yaitu, karet sintetik dan karet alam. Karet sintetik dibuat secara polimerisasi fraksi-fraksi minyak bumi. Contohnya SBR (Strirene Butadiene Rubber). Sedangkan Karet alam diperoleh dengan cara penyadapan pohon Hevea Braziliensis. Karet alam


(30)

memiliki berbagai keunggulan dibanding karet sintetik, terutama dalam hal elastisitas, daya redam getaran.

Bentuk utama karet alam, terdiri dari 97 % cis – 1,4 – poliisoprena, dikenal sebagai Havea Rubber. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks. Lateks biasanya dikonversikan ke karet busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh Vulkanisasi (Steven, MP.2001.).

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan khususnya bagi Indonesia. Perkembangan karet dan industri karet dewasa ini sangat pesat. Negara Indonesia termasuk produsen karet alam kedua setelah Malaysia, akan tetapi usaha perkaretan di Indonesia masih tergolong kurang maju, bila dibandingkan dengan perkembangan produksi dan kemajuan teknologi di Negara lain (Tim Penulis, PS.1999.).

Fenol adalah senyawa yang mempunyai gugus hidroksil yang terikat pada sebuah cincin benzen. Pada konsentrasi yang tinggi fenol jika terkena kulit menyebabkan kulit akan terbakar dan sangat beracun .

Jiri Tochacek menggunakan senyawa fenol sebagai antioksidan didalam polipropilen dan mempelajari sifat fisik dan tingkah laku yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh stabilitas polipropilen yang telah menggunakan fenol. Pengaruh ini sangat signifikan yang ditunjukkan dalam peningkatan sifat – sifat mekanik.

Antioksidan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah oksidasi (mencegah reaksi dengan oksigen) pada produk karet. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas,


(31)

dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan stres oksidatif (Yayasan Karet.1983.).

Komposisi antioksidan terdiri dari dua, yaitu antioksidan alam dan antioksidan sintetik. Yang termasuk antioksidan alam antara lain turunan fenol, kumarin, hidroksi sinamat, tokoferol, difenol, nonfenol dan asam askorbat. Antioksidan sintetik antara lain Butyl Hidroksi Anisol (BHA), Butyl Hidroksi Toluen (BHT). Sifat-sifat kimia pada antioksidan antara lain sinergisme, dapat diartikan sebagai gejala bahwa efek dua komponen aktif dalam campuran lebih dari jumlah efek masing – masing jika terpisah. Mekanisme kerja antioksidan dalam mencegah ketengikan bahan di antaranya secara inhibitor dan pemecah peroksida (Meronda, G. Rahma. 2008.).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin menganalisa “ Pengaruh Injeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pematangan Pada Rubber Smoke Sheet Di PT.Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dolok Merawan “.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam pembahasan ini adalah :

1. Apakah injeksi fenol mempunyai pengaruh terhadap muru Rubber Smoke Sheet.

2. Apakah injeksi fenol dapat menggantikan proses pengasapan pada Rubber Smoke Sheet sebagai antioksidant dan anti mikroba.


(32)

3. Apakah Rubber Smoke Sheet yang dihasilkan memenuhi standart mutu nasional

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh senyawa fenol terhadap karet.

2. Untuk mengetahui lama waktu pemanasan Rubber Smoke Sheet dengan injeksi fenol.

1.4 Manfaat Penelitian

1.Sebagai pedoman bagi pimpinan produksi untuk mengendalikan proses seefektif mungkin, serta pengontrolan terhadap mutu yang diinginkan. 2.Memberikan alternatif penggantian kayu karet dalam proses pengasapan

RSS yang diakibatkan karena keterbatasan kayu asap.

3.Sebagai referensi untuk pihak terkait dalam penggunaan senyawa Fenol untuk mengganti penggunaan kayu karet sebagai kayu asap.


(33)

iv

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA

WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian Injeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pematangan Pada Mutu Rubber Smoke Sheet, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengurangi pemakaian kayu karet, ketersediaan bahan bakar tetap terpenuhi,mengurangi limbah padat dan mempercepat waktu pematangan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pemakaian bahan bakar kayu dapat berkurang dan pematangan karet hanya membutuhkan waktu 3 hari dengan volume fenol yaitu 3 cc dan suhu operasi 70 0C. Produk yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu pasar yaitu kuning kecoklatan.


(34)

v

EFFECT OF PHENOL INJECTION AND DURATION

OF MATURATION ON RUBBER SMOKE SHEET

IN PT.RUBBER INDUSTRY NUSANTARA III

GUNUNG PARA DOLOK MERAWAN

ABSTRACT

Has done research phenol injection and duration of maturation in quality rubber smoke sheet, which this study aim to reduce the use of rubber wood, fuel availability remains unmet, reducing solid waste and accelerate the ripening time. From the results of research conducted to see the wood fuel use can be reduced and the maturation of rubber only takes 3 days with the phenol 3cc volume and operating temperature 700C. the resulting product meets the quality standarts the market is golden brown.


(35)

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA

WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

TUGAS AKHIR

AYU SAKINAH

102401015

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(36)

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA

WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

AYU SAKINAH NIM : 102401015

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(37)

i

Judul : Pengaruh Inejeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pematangan Pada Rubber Smoke Sheet Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dolok Merawan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Ayu Sakinah

Nomor Induk Mahasiswa : 102401015

Program Studi : Diploma 3 Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, 4 Juni 2013 Program Studi D3 Kimia

Ketua, Pembimbing,

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si Dr. Rumondang Bulan, MS

NIP.195512181987012001 NIP.195408301985032001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS


(38)

ii

PERNYATAAN

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA

WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 4 Juni 2013

AYU SAKINAH 102401015


(39)

iii

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmad serta hidayah dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Pengaruh Injeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pengasapan Yang Dibutuhkan Terhadap Mutu Rubber Smoke Sheet Di PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para Dolok merawan.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Rumondang Bulan, MS sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan tugas akhir ini. Terimakasih kepada Dr. Rumondang Bulan, MS dan Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen dan Sekertaris Departemen Kimia FMIPA-USU Medan, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh staff dan Dosen Kimia FMIPA USU, pegawai FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Bapak, Ibu, keluarga dan orang-orang terdekat yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.


(40)

iv

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA

WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian Injeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pematangan Pada Mutu Rubber Smoke Sheet, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengurangi pemakaian kayu karet, ketersediaan bahan bakar tetap terpenuhi,mengurangi limbah padat dan mempercepat waktu pematangan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pemakaian bahan bakar kayu dapat berkurang dan pematangan karet hanya membutuhkan waktu 3 hari dengan volume fenol yaitu 3 cc dan suhu operasi 70 0C. Produk yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu pasar yaitu kuning kecoklatan.


(41)

v

EFFECT OF PHENOL INJECTION AND DURATION

OF MATURATION ON RUBBER SMOKE SHEET

IN PT.RUBBER INDUSTRY NUSANTARA III

GUNUNG PARA DOLOK MERAWAN

ABSTRACT

Has done research phenol injection and duration of maturation in quality rubber smoke sheet, which this study aim to reduce the use of rubber wood, fuel availability remains unmet, reducing solid waste and accelerate the ripening time. From the results of research conducted to see the wood fuel use can be reduced and the maturation of rubber only takes 3 days with the phenol 3cc volume and operating temperature 700C. the resulting product meets the quality standarts the market is golden brown.


(42)

vi DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

BAB 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian 4

BAB 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Sejarah Perkembangan Karet 5 2.2 Perkembangan Industri Karet 7

2.3 Lateks 8

2.4 Jenis Karet Dan Manfaatnya 11 2.5 Kegunaan Tanaman Karet 13

2.6 Sifat Karet 14


(43)

vii

2.7.1 Alat dan Bahan 16

2.7.1.1 Mesin Penggiling 16

2.7.1.2 Bejana Koagulasi 17

2.7.1.3 Rumah Pengeringan 18

2.7.1.4 Rumah Pengasapan 18

2.7.1.5 Kayu Bakar Untuk Rumah Pengasapan 19

2.7.1.6 Air 20

2.7.2 Bahan – Bahan Kimia 20

2.7.2.1 Bahan Pembeku 20

2.7.2.2 Bahan Pengelentang 20

2.7.2.3 Bahan Vulkanisasi 21

2.7.2.4 Bahan Pencepat Reaksi 21

2.7.2.5 Bahan Penggiat 21

2.7.2.6 Bahan Antioksidan dan Antoozonan 22

2.7.2.7 Bahan Pelunak 22

2.7.2.8 Bahan Pengisi 23

2.7.2.9 Bahan Pencegah Pravulkanisasi 23

2.7.2.10 Bahan Pewangi 23

2.8 Antioksidan 24

2.9 Fenol 25 BAB 3. Metodologi Analisa

3.1 Alat Dan Bahan 27

3.1.1 Alat 27

3.1.2 Bahan 27


(44)

viii

BAB 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Penelitian 29

4.1.1 Data Penelitian 29

4.2 Pembahasan 29

BAB 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 31

5.2 Saran 31

Daftar Pustaka 32


(45)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1 Sifat Fisika Dari Karet Alam 24


(1)

iv

PENGARUH INJEKSI SENYAWA FENOL DAN LAMANYA

WAKTU PEMATANGAN PADA RUBBER SMOKE SHEET

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian Injeksi Senyawa Fenol Dan Lamanya Waktu Pematangan Pada Mutu Rubber Smoke Sheet, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengurangi pemakaian kayu karet, ketersediaan bahan bakar tetap terpenuhi,mengurangi limbah padat dan mempercepat waktu pematangan. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pemakaian bahan bakar kayu dapat berkurang dan pematangan karet hanya membutuhkan waktu 3 hari dengan volume fenol yaitu 3 cc dan suhu operasi 70 0C. Produk yang dihasilkan telah memenuhi standar mutu pasar yaitu kuning kecoklatan.


(2)

v

EFFECT OF PHENOL INJECTION AND DURATION

OF MATURATION ON RUBBER SMOKE SHEET

IN PT.RUBBER INDUSTRY NUSANTARA III

GUNUNG PARA

DOLOK MERAWAN

ABSTRACT

Has done research phenol injection and duration of maturation in quality rubber smoke sheet, which this study aim to reduce the use of rubber wood, fuel availability remains unmet, reducing solid waste and accelerate the ripening time. From the results of research conducted to see the wood fuel use can be reduced and the maturation of rubber only takes 3 days with the phenol 3cc volume and operating temperature 700C. the resulting product meets the quality standarts the market is golden brown.


(3)

vi DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

BAB 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian 4

BAB 2. Tinjauan Pustaka

2.1 Sejarah Perkembangan Karet 5

2.2 Perkembangan Industri Karet 7

2.3 Lateks 8

2.4 Jenis Karet Dan Manfaatnya 11

2.5 Kegunaan Tanaman Karet 13

2.6 Sifat Karet 14


(4)

vii

2.7.1 Alat dan Bahan 16

2.7.1.1 Mesin Penggiling 16

2.7.1.2 Bejana Koagulasi 17

2.7.1.3 Rumah Pengeringan 18

2.7.1.4 Rumah Pengasapan 18

2.7.1.5 Kayu Bakar Untuk Rumah Pengasapan 19

2.7.1.6 Air 20

2.7.2 Bahan – Bahan Kimia 20

2.7.2.1 Bahan Pembeku 20

2.7.2.2 Bahan Pengelentang 20

2.7.2.3 Bahan Vulkanisasi 21

2.7.2.4 Bahan Pencepat Reaksi 21

2.7.2.5 Bahan Penggiat 21

2.7.2.6 Bahan Antioksidan dan Antoozonan 22

2.7.2.7 Bahan Pelunak 22

2.7.2.8 Bahan Pengisi 23

2.7.2.9 Bahan Pencegah Pravulkanisasi 23

2.7.2.10 Bahan Pewangi 23

2.8 Antioksidan 24

2.9 Fenol 25 BAB 3. Metodologi Analisa

3.1 Alat Dan Bahan 27

3.1.1 Alat 27

3.1.2 Bahan 27


(5)

viii BAB 4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Penelitian 29

4.1.1 Data Penelitian 29

4.2 Pembahasan 29

BAB 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 31

5.2 Saran 31

Daftar Pustaka 32


(6)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1 Sifat Fisika Dari Karet Alam 24