Usulan Perbaikan Mutu Produk Rubber Smoke Sheet (RSS) Berdasarkan Metode Kaizen Di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para

(1)

USULAN PERBAIKAN MUTU PRODUK RUBBER SMOKE

SHEET (RSS) BERDASARKAN METODE KAIZEN

DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

KEBUN GUNUNG PARA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

AHMAD FAKHRY LUBIS 080423059

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

USULAN PERBAIKAN MUTU PRODUK RUBBER SMOKE

SHEET (RSS) BERDASARKAN METODE KAIZEN

DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

KEBUN GUNUNG PARA

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

AHMAD FAKHRY LUBIS 080423059

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Mangara M. Tambunan, MSc) (Ir. Khawarita Siregar, MT)

P R O G R A M P E N D I D I K A N S A R J A N A E K S T E N S I

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat dan karunia-Nya yang telah menyertai penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana ini merupakan syarat dalam pelaksanan Tugas Sarjana yang harus dilaksanakan untuk memenuhi kurikulum pada Program Pendidikan Sarjana Ekstensi, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis akan sangat berterimakasih kepada pembaca yang telah memberikan saran-saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini. Dan semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis.

Universitas Sumatera Utara Medan, Mei 2010


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para.

Dalam penyusunan Tugas Sarjana ini, penulis telah mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan spiritual dan material. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Aulia Ishak, ST., MT., selaku Kordinator Tugas Sarjana atas waktu dan kesediaanya menuntun dan mengarahkan saya dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini

3. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, MSc., selaku Dosen Pembimbing I atas waktu dan kesediaannya menuntun dan mengarahkan saya dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT., selaku Dosen Pembimbing II atas waktu dan kesediaannya menuntun dan mengarahkan saya dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Pimpinan Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di perusahaan.


(6)

7. Seluruh staf dan karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para yang telah membimbing dan memberikan arahan serta masukan selama proses pelaksanaan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para

8. Seluruh keluarga besarku H. Irfan A.R. Lubis, Hj. Nazli Hasibuan, Siti, Aulia yang sangat kucintai yang senantiasa memberikan dukungan baik berupa doa & materi serta dukungan semangat yang sangat berarti sekali bagi terselesaikannya penulisan laporan ini.

9. Disty dan keluarga yang sangat kusayangi yang selalu senantiasa memberikan dukungan baik berupa doa dan materi serta dukungan semangat yang sangat berarti sekali bagi terselesaikannya penulisan laporan ini.

10. Seluruh sahabat-sahabat di Ekstensi Teknik Industri, Mocxy Baseball &

Softball Club, dan Rimbawan Field yang telah banyak memberikan

dukunganyang sangat berarti sekali dalam menyelesaikan laporan ini

Penulis berupaya menyempurnakan Tugas Sarjana ini, namun penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna, mungkin terdapat kekurangan-kekurangan akibat kesalahan penulis, untuk itulah penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi kita semua.

Universitas Sumatera Utara Medan, Mei 2010


(7)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan ... I-2 1.3. Tujuan Penelitian ... I-2 1.4. Manfaat Penelitian... I-2 1.5. Batasan Masalah ... I-3 1.6. Asumsi-asumsi yang Digunakan ... I-3 1.7. Sitematika Penulisan Tugas Sarjana ... I-4 II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan... II-3


(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 2.4. Daerah Pemasaran ... II-3 2.4.1. Segmentasi Pasar ... II-4 2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan ... II-7 2.6. Organisasi dan Manajemen ... II-8 2.6.1. Sturktur Organisasi Perusahaan ... II-8 2.6.2. Pembagian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... II-12 2.6.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-18 2.6.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya ... II-20 2.7. Proses Produksi ... II-22

2.7.1. Standar Mutu Produksi ... II-22 2.7.2. Bahan yang Digunakan ... II-24 2.7.3. Uraian Proses Produksi ... II-26 2.7.4. Mesin dan Peralatan ... II-32 III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Sejarah Kaizen ... III-1 3.2. Konsep Kaizen ... III-2

3.3. Lima Langkah Pemeliharaan Tempat... III-3 3.4. Strategi Kaizen ... III-6 3.5. Gemba Kaizen ... III-8 3.6. Alat Pemecah Masalah Kaizen ... III-10


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.8. Kaizen dan Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) ... III-29 3.10. Perencanaan Perbaikan Mutu ... III-30 IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Rancangan Penelitian... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Instrument Penelitian ... IV-2 4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-2 4.7. Pengolahan Data ... IV-4 4.8. Analisis dan Evaluasi ... IV-5 4.9. Kesimpulan dan Saran ... IV-5 V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data... V-1 5.2. Pengolahan Data ... V-4 VI ANALISIS DAN EVALUASI ... VI-1 6.1. Analisis ... VI-1 6.1.1. Analisis Histogram ... VI-1 6.1.2. Analisis Pareto Diagram ... VI-2


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.1.3. Analisis Scatter Diagram ... VI-3 6.1.4. Analisis Cause Effect Diagram ... VI-4 6.2. Evaluasi ... VI-8 6.2.1. Evaluasi Histogram ... VI-8 6.2.2. Evaluasi Pareto Diagram ... VI-8 6.2.3 Evaluasi Scatter Diagram ... VI-8 6.2.3. Evaluasi Cause Effect Diagram ... VI-9 6.3. Usulan Perencanaan Perbaikan ... VI-10 6.4. Siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) ... VI-11 6.4.1. Penerapan Delapan Langkah Pemecahan Masalah ... VI-13 6.5. Penerapan 5 S ... VI-17 6.6. Penghapusan (Muda) ... VI-19 6.7. Standarisasi ... VI-20 VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-5

DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Alokasi Tenaga Kerja di PTPN III Kebun Gunung Para ... II-18 3.1. Contoh Check Sheet... III-12 3.2. Batas 3 Sigma Pada Peta Kendali Shewart ... III-22 5.1. Jumlah Kerusakan Lembaran Sheet ... V-2 5.2. Jumlah Kerusakan Untuk Produk RSS 1 ... V-3 5.3. Check Sheet Kerusakan RSS 1 ... V-4 5.4. Pengurutan Jumlah Kerusakan RSS 1 ... V-6 5.5. Jumlah Kerusakan X 1 dan X 2 Lembaran Sheet ... V-8 5.6. Data Perhitungan Koefisien Korelasi Antara Kerusakan

X 1 dan X 2 Lembaran Sheet ... V-9 6.1. Pengurutan Jumlah Kerusakan RSS 1 ... VI-2 6.2. Rencana Penanggulangan Jenis Kerusakan RSS 1 ... VI-14 6.3. Pelaksanaan Penanggulangan Jenis Kerusakan RSS 1 ... VI-15


(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Sturktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun

Gunung Para... II-10 2.2. Block Diagram Pembuatan RSS 1 Pabrik Gunung Para .... II-26 3.1. Contoh Histogram ... III-13 3.2. Diagram Pareto ... III-14 3.3. Diagram Sebab Akibat ... III-15 3.4. Diagram Pencar (Scatter Diagram)... III-17 3.5. Peta Kendali X ... III-19 3.6. Peta Kendali R ... III-20 3.7. Peta Kendali S ... III-22 3.8. Roda Deming ... III-27 4.1. Block Diagram Pengolahan Data ... IV-5 4.2. Diagram Analisis Pemecahan Masalah ... IV-6 5.1. Histogram Kerusakan RSS 1 ... V-6 5.2. Diagram Pareto Kerusakan RSS 1 ... V-7 5.3. Scatter Diagram Kerusakan Adanya Gelembung Udara

dan Warna Yang Tidak Seragam ... V-11 5.4. Cause Effect Diagram Kerusakan RSS 1 ... V-12 5.5. Peta Kontrol Adanya Gelembung Udara ... V-14 5.6. Peta Kontrol Warna Yang Tidak Seragam ... V-15


(13)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.7. Peta Kontrol Adanya Kotoran ... V-17 6.1. Histogram Kerusakan RSS 1 ... VI-1 6.2. Pareto Digram ... VI-3 6.3. Siklus PDCA ... VI-11


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Daftar Mesin dan Peralatan ... L-1 2. Tugas dan Tangung Jawab setiap Jabatan

di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para... L-2 3. Gambar Produk Rubber Smoke Sheet (RSS) ... L-3 4. Surat Permohonan Tugas Sarjna ... L-3 5. Surat Keputusan ... L-4 6. Berita Acara Laporan Tugas Sarjana ... L-5


(15)

ABSTRAK

Industri manufaktur merupakan sistem yang disusun dan didukung oleh setiap subsistemnya. Salalah satunya adalah kualitas produk yang sangat mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan industri.

PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para adalah perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur yang memproduksi Rubber Smoke Sheet (RSS). Permasalahan yang sering timbul di lantai produksi, terutama di bagian pengepakan yaitu, tingginya frekuensi pengembalian produk jadi ke bak penampungan kembali karena produk tidak memenuhi standar (rusak). Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengurangi kerusakan produk di proses-proses pengolahan produksi selanjutnya, memberikan usulan, dan rencana perbaikan mutu produk jadi.

Untuk mendukung pemecahan masalah ini, peneliti menggunakan metode

kaizen. Kaizen merupakan konsep Jepang yang berarti perbaikan proses secara

terus menerus untuk selalu meningkatkan mutu dan produktivitas output. Penelitian ini dilakukan terbatas pada studi penerapan kaizen menggunakan seven

tools pada bagian proses produksi dan analisis penerapan 5S, pemborosan (Muda),

serta standarisasi yang dapat diterapkan perusahaan di lantai pabrik. Pada

histogram yang diperoleh dari check sheet, pareto diagram terlihat kerusakan

yang terjadi dibagian pengepakan kerusakan terbesar adalah adanya gelembung udara (49,02%), dan diikuti dengan warna yang tidak seragam (29,23%) dan adanya kotoran (21,74%).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapati kerusakan yang paling besar adalah adanya gelembung udara. Faktor penyebab terjadinya kerusakan RSS 1 ini adalah faktor lingkungan, manusia, metode kerja, peralatan, dan bahan baku. Hasil analisis penerapan 5S di lingkungan lantai produksi menunjukkan bahwa perusahaan sudah hampir menerapkan keseluruhan walaupun masih ada beberapa ketidak disiplinan timbul di lantai produksi, pemborosan yang terjadi dalam proses produksi adalah pengulangan pengolahan produk yang cacat, tidak mengikuti jadwal induk produksi serta pembelian persediaan bahan baku yang berlebihan hal ini hanya akan membuat perusahaan mengalami kerugian besar jika frekuensinya tidak segera dikurangi atau dihapuskan. Dengan adanya standarisasi di lantai produksi perusahaan dapat mengeliminasi pemborosan pada semua departemen pengolahan produk.


(16)

ABSTRAK

Industri manufaktur merupakan sistem yang disusun dan didukung oleh setiap subsistemnya. Salalah satunya adalah kualitas produk yang sangat mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan industri.

PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para adalah perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur yang memproduksi Rubber Smoke Sheet (RSS). Permasalahan yang sering timbul di lantai produksi, terutama di bagian pengepakan yaitu, tingginya frekuensi pengembalian produk jadi ke bak penampungan kembali karena produk tidak memenuhi standar (rusak). Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengurangi kerusakan produk di proses-proses pengolahan produksi selanjutnya, memberikan usulan, dan rencana perbaikan mutu produk jadi.

Untuk mendukung pemecahan masalah ini, peneliti menggunakan metode

kaizen. Kaizen merupakan konsep Jepang yang berarti perbaikan proses secara

terus menerus untuk selalu meningkatkan mutu dan produktivitas output. Penelitian ini dilakukan terbatas pada studi penerapan kaizen menggunakan seven

tools pada bagian proses produksi dan analisis penerapan 5S, pemborosan (Muda),

serta standarisasi yang dapat diterapkan perusahaan di lantai pabrik. Pada

histogram yang diperoleh dari check sheet, pareto diagram terlihat kerusakan

yang terjadi dibagian pengepakan kerusakan terbesar adalah adanya gelembung udara (49,02%), dan diikuti dengan warna yang tidak seragam (29,23%) dan adanya kotoran (21,74%).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapati kerusakan yang paling besar adalah adanya gelembung udara. Faktor penyebab terjadinya kerusakan RSS 1 ini adalah faktor lingkungan, manusia, metode kerja, peralatan, dan bahan baku. Hasil analisis penerapan 5S di lingkungan lantai produksi menunjukkan bahwa perusahaan sudah hampir menerapkan keseluruhan walaupun masih ada beberapa ketidak disiplinan timbul di lantai produksi, pemborosan yang terjadi dalam proses produksi adalah pengulangan pengolahan produk yang cacat, tidak mengikuti jadwal induk produksi serta pembelian persediaan bahan baku yang berlebihan hal ini hanya akan membuat perusahaan mengalami kerugian besar jika frekuensinya tidak segera dikurangi atau dihapuskan. Dengan adanya standarisasi di lantai produksi perusahaan dapat mengeliminasi pemborosan pada semua departemen pengolahan produk.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Semakin ketatnya persaingan perusahaan dalam upaya mempertahankan dan menjaga kestabilan bisnisnya, maka perusahaan tersebut membutuhkan strategi dan taktik bisnis yang baik. Persaingan muncul di setiap bidang industri baik itu industri jasa maupun manufaktur. Salah satu penerapan strategi dan taktik bisnis yang baik adalah dengan memperhatikan keefektifan menggunakan kualitas untuk mendapatkan keuntungan bagi perusahaan.

PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para sebagai perusahaan yang bergerak dibidang industri pengolahan sheet, dalam upaya memenuhi permintaan terhadap konsumennya, perusahaan berupaya agar selalu menerapkan bahwa kualitas adalah faktor dasar keputusan konsumen untuk memilih menggunakan suatu produk manufaktur ataupun jasa. Hal ini dikarenakan kualitas memberikan kontribusi nilai kepada konsumen dan mempengaruhi pilihan konsumen.

Keadaan pelanggan yang semakin kritis dalam hal kualitas, mendongkrak perusahaan untuk lebih kerja keras dalam memperhatikan, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya sehingga diperlukan peran pengendali produknya.


(18)

1.2. Rumusan Permasalahan

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan Tugas Sarjana ini adalah adanya produk yang tidak memenuhi standar, artinya apabila di dalam lembaran sheet terdapat gelembung udara, ketidakseragaman warna dan kotoran pada sheet tersebut pada saat keluar dari kamar pengasapan. Diharapkan dengan metode kaizen ini perbaikan mutu produk jadi dapat terealisasi.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : a. Tujuan Umum :

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas Rubber Smoke Sheet (RSS) sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan

b. Tujuan Khusus :

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah memperbaiki mutu produk

Rubber Smoke Sheet (RSS) dengan menggunakan metode Kaizen dan

memberikan usulan perbaikan pada perusahaan dalam peningkatan mutu produk melalui usulan perbaikan proses produksi dengan konsep kaizen.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk :

1. Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam hal menemukan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan saat proses yang


(19)

disebabkan oleh beberapa faktor sehingga mengganggu kualitas produk dengan menggunakan metode Kaizen, sehingga dapat menghambat laju permintaan konsumen.

2. Bagi penulis, sebagai sarana penerapan lmu pengetahuan yang dipeoleh selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

1.5. Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Perbaikan proses pada pengolahan sheet dengan menggunakan metode Kaizen dan untuk pengujian standar kualitas hanya untuk karakteristik kualitas yang berlaku di perusahaan

2. Alat pengendali kualitas yang digunakan adalah seven tools.

1.6. Asumsi yang Digunakan

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Bahan baku sheet yang tersedia sudah memenuhi persyaratan sehinga tidak mengganggu kualitas hasil proses produksi.

2. Mesin-mesin yang digunakan diproses pengolahan sheet ini berfungsi dengan baik.


(20)

1.7. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penulisan tugas sarjana ini terdiri dari beberapa bab yang berisi uraian sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan yang diteliti, perumusan pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian yang mungkin diperoleh dari hasil pemecahan masalah yang dilakukan, ruang linkup, asumsi-asumsi serta sistematika penulisan karya akhir.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi tentang sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi, manajemen perusahaan dan uraian proses produksi. BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan teori-teori yang menunjang, penyelesaian masalah yaitu studi kepustakaan yang berkaitan dengan teori-teori pengukuran kerja.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang langkah-langkah atau tahap-tahap yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam melakukan penelitian sesuai dengan teori-teori yang digunakan dalam landasan teori.


(21)

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisikan peosedur pengumpulan data yang dibutuhkan dan cara pengolahan data yang diperoleh sesuai dengan model yang telah ditetapkan dan langkah-langkah yang digunakan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan yang dilakukan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi pihak perusahaan guna persiapan untuk usaha perbaikan pengukuran kerja yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Perusahaan ini berasal dari milik perusahaan Belanda CMO (Cultur Misde

Oeoskut) yang diambil alih oleh negara pada tanggal 10 Desember 1957

(Nasionalisme) dalam perjalanan ini telah beberapa kali berganti namanya. Berikut adalah pergantian nama-nama PT. Perkebunan Nusantara III :

1. Kebun Gunung Para dahulu bernama CMO (Cultur Misde Oeskust) milik Belanda.

2. Pada tanggal 10 Desember 1957 dinasionalisasi

3. Tahun 1957 - 1960 bernama Perkebunan Negara Baru (PPN Baru) 4. Tahun 1961 - 1962 bernama PPN Kesatuan Sumut VII

5. Tahun 1963 - 1968 bernama PPN Karet IV

6. Tahun 1976 - 1994 bernama PT.Perkebunan IV (Persero) 7. Tahun 1994 - 1996 bernama PTP, III, IV, V

8. Sejak 14 Februari 1996 sampai sekarang bernama PT Perkebunan Nusantara III (Persero), disingkat PTPN III, berdasarkan PP No. 8. Tahun 1996 yaitu penggabungan PTP III, PTP IV dan PTP V ( Akte No.36 Tanggal 11 Maret 1996 dari Notaris Harun Kamil SH).


(23)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Perkebunan Nusantara III kebun Gunung Para memiliki dua jenis pengolahan yaitu pabrik yang menghasilkan sheet dan pabrik yang menghasilkan

crumb rubber. Pabrik getah latex menjadi Sheet atau RSS (Rubber Smoke Sheet)

mulai beroperasi pada tahun 1960 dengan hasil produksi: 1. RSS-I

2. RSS- II 3. RSS- III 4. Cutting

Kapasitas Olah Pabrik = 16.800 kg kadar kotor sheet/ hari Kebutuhan Air = 20 – 25 m³/ ton Kadar kotor sheet

Kebutuhan kayu asap = 3.5 m³/ ton Kadar kotor sheet

Kebutuhan Formic Acid = 7.5 – 9.00 kg / ton Kadar kotor sheet Bahan baku latex berasal dari kebun sendiri (kebun milik perusahaan). Hasil olahan sebagian besar diekspor dan selebihnya dipasarkan di dalam negeri (lokal).

Pengolahan kompo (bahan baku untuk membuat crumb rubber) menjadi Crumb Rubber atau Standard Internasional Rubber mulai beroperasi mulai beroperasi pada tahun 1960 dengan hasil produksi:

1. SIR 10 2. SIR 20

Kapasitas Olah Pabrik = 24 ton SIR Kadar Kotor / hari Kebutuhan Air = 3000 liter / jam


(24)

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III terletak di kecamatan Dolok Merawan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Dimana jarak perusahaan ini ± 112 km dari Medan dengan ketinggian 96-114 meter di atas permukaan laut dan letak topografinya berbukit dan bergelombang, dan dengan jenis podsolik kuning.

2.4. Daerah Pemasaran

Aspek pasar merupakan salah satu dari beberapa aspek yang penting (aspek teknis, ekonomis, manajemen dan organisasi, aspek sosial, dan lingkungan) dalam menjalankan dan mempertahankan kelangsungan tujuan usaha perusahaan. Pasar merupakan tempat dimana produsen dan konsumen melangsungkan transaksi.

Pemasaran adalah suatu aktivitas atau usaha yang digunakan untuk menyediakan atau memindahkan produk atau jasa dari produsen ke konsumen. Sementara manajemen pemasaran melakukan analisis, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap program–program yang telah dirancang oleh perusahaan untuk menangani penjualan produk jadi ke konsumen semaksimal mungkin sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Perusahaan yang lebih memperhatikan kepentingan dan kebutuhan konsumen, dalam jangka panjang lebih berhasil dan akan tetap eksis dibandingkan dengan perusahan yang mengabaikannya. Perusahaan yang menggunakan pola pikir demikian akan selalu menempatkan konsumen dan kebutuhannya sebagai


(25)

titik pusat bidang usahanya, sehingga produk yang dihasilkan juga lebih bermutu dimata konsumen.

Menurut kebijaksanaan bagian produksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Gunung Para dipasarkan melalui pelabuhan Belawan yang akan diekspor keluar negeri seperti ke Jepang, Amerika Serikat, Australia, Jerman, Korea Selatan, Italia, sebagian produk dipasarkan di dalam negeri.

Perusahaan memilih pasar di luar negeri karena pasar luar negeri lebih luas dan terbuka lebar. Kebutuhan luar negeri terhadap sheet cukup besar dibandingkan dengan kebutuhan dalam negeri. Sheet dapat diolah menjadi produk yang mempunyai nilai tambah (value added) seperti ban, alat-alat rumah tangga, alat pertanian dan lain-lain.

2.4.1. Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar adalah kegiatan pengelompokan pasar yang heterogen menjadi kelompok – kelompok konsumen yang homogen dimana salah satu atau lebih dari kelompok tersebut dijadikan menjadi pasar yang akan menjadi sasaran.

Segmentasi pasar berguna bagi perusahaan agar dapat dengan mudah mempelajari kebutuhan dari segmentnya, dapat dengan baik mengalokasikan dananya, dan perusahaan dapat dengan mudah merencanakan produknya sesuai dengan keinginan konsumen.

Segmentasi pasar saat ini lebih difokuskan kepada penjualan ekspor yaitu meliputi :


(26)

Mengingat negara yang akan menerima produk PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Gunung Para adalah negara-negara yang sadar mutu, maka penjagaan mutu pada tingkat-tingkat yang dapat diterima oleh pasar harus menjadi perhatian utama.

Hal ini telah diterapkan perusahaan pada hasil produksinya yang sekarang yaitu dengan adanya standar ukuran dari masing-masing produk. Produk yang dihasilkan saat ini telah memenuhi mutu sesuai dengan standar Industri indonesia. Menghasilkan produk yang memiliki mutu sesuai dengan standar yang diinginkan pasar merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi perusahaan agar dapat bersaing di pasaran internasional.

Diharapkan kedatangan dari pihak pembeli tersebut akan mampu memberikan saran-saran di dalam penyesuaian kualitas produk dan mengikuti perubahan selera konsumen di negara pembeli yang juga harus mendapat perhatian dari manajemen perusahaan untuk mempertahankan mutu produk di pasar luar negeri.

Selain itu perusahaan juga mengirimkan staf-staf ahlinya ke daerah pemasaran untuk memantau keinginan konsumen dari masing-masing negara tujuan ekspor. Hal ini dilakukan perusahaan agar bisa mengikuti trend permintaan pasar dan dilakukan perusahaan minimal 4 (empat) kali kunjungan dalam setahunnya.


(27)

2. Harga

Harga yang ditetapkan oleh perusahaan adalah harga khusus untuk agen-agen pemasarannya di luar negeri. Besar harga jual ke konsumen juga ditetapkan oleh perusahaan.

Dengan adanya standar mutu terhadap produk dan kapasitas produksi yang besar (mass production), perusahaan dapat menekan harga jualnya di negara tujuan. Hal ini jelas akan semakin meningkatnya daya saing perusahaan dari segi harga jual.

3. Promosi

Langkah-langkah promosi yang telah dilakukan perusahaan antara lain dengan mengikuti pameran produk ekspor daerah Sumatera Utara, yang dilaksanakan oleh instansi terkait maupun badan yang secara khusus menangani masalah promosi komoditi ekspor Indonesia. Hal ini sangat tepat karena pameran-pameran sedemikian akan dapat menarik masyarakat bisnis luar negeri untuk mengunjunginya.

Adapun konsumen PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Gunung Para diantaranya adalah :

1. Goodyear

2. Hankook 3. Bridgestone 4. Kumho 5. Pirelli 6. Dunlop


(28)

Jenis-jenis distribusi yang digunakan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Gunung Para adalah :

a. Distribusi langsung

Pada distribusi ini pendistribusian produk dilakukan langsung oleh perusahaan ke konsumen.

b. Distribusi agen

Pada jenis distribusi ini pendistribusian produk dilakukan karena adanya pesanan dari konsumen, dan mereka menyediakan mobil yang akan mengangkut produk tersebut.

2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan

Setiap perusahaan yang beroperasi di suatu daerah harus dapat memberi nilai tambah kepada lingkungan setempat. Dengan adanya PT. Perkebunan Nusantara III kebun gunung para maka masyarakat yang ada didekat perusahaan, sosial ekonomi akan meningkat dimana mereka dapat bekerja dengan gaji yang telah ditetapkan pemerintah yaitu: upah minimum pekerja. Dengan adanya pekerjaan yang menetap maka sosial ekonomi masyarakat yang ada di dekat lingkungan dapat terjamin.

Sama halnya dengan PT. Perkebunan Nusantara III, dalam Beroperasi memberikan dampak sosial yang positif, seperti :

1. Tersedianya lapangan Pekerjaan.

2. Membangun pengembangan pendidikan.


(29)

pelajar dan mahasiswa untuk mengadakan riset maupun praktek kerja lapangan.

b. Perusahaan memberikan program beasiswa pada waktu-waktu tertentu, yang diberikan kepada siswa maupun mahasiswa berprestasi namun tidak mampu dalam hal ekonomi.

3. Mendukung kegiatan olah raga, kegiatan remaja maupun kegiatan sosial Lainnya dengan menyediakan hadiah tropi.

Adapun fasilitas-fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan / karyawati-nya adalah:

1. Penerangan 2. Perumahan

3. Jaminan kesehatan

4. Pembayaran SPP (sekolah anak)

2.6. Organisasi Dan Manajemen 2.6.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi karena adanya hubungan secara keseluruhan. Dipandang dari fungsinya, organisasi adalah pengelompokan dan pengurutan dari berbagai aktifitas, penunjukan orang-orang untuk mengerjakan aktifitas tersebut. Penyediaan lingkungan kerja dan fasilitas yang sesuai dengan penempatan kepada masing-masing orang yang ditugaskan. Organisasi juga dapat diartikan sebagai kelompok orang yang bertanggung jawab bersama-sama mengadakan kerja sama


(30)

untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dasar organisasi adalah adanya dua orang atau lebih, adanya maksud kerja sama, adanya pengaturan hubungan dan adanya tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian organisasi bukan hanya sekedar kerangka pembagian tugas melainkan seluruh perangkat beserta fungsi-fungsinya yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Sedangkan manajemen adalah suatu proses yang melibatkan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dari sumber daya yang ada untuk mendapatkan suatu tujuan yang diinginkan. Sumber daya haruslah dapat dikelola dengan baik dalam sistem organisasi yang tepat agar tercipta kerjasama yang baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bentuk bagan organisasi (organization chart) yang memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-departemen dalam organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan kerja baik secara horizontal maupun vertikal.

Organisasi perusahaan telah disusun sedemikian rupa dan mempunyai struktur organisasi dalam bentuk organisasi garis atau lini, fungsional dan staf. Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada gambar 5.1. dibawah ini.

Adapun struktur organisasi yang digunakan pada Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para adalah struktur organisasi fungsional dan lini yaitu sebagai berikut :


(31)

Asisten Teknik Asisten Laboratorium Asisten Pengolahan Asisten Tata Usaha Asisten Sipil/Traksi dan Alat Berat Asisten Personalia Kebun Masinis Kepala Manajer Fungsional Lini Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Karyawan Pelaksana Keterangan Garis Asisten Kepala

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para

Sumber : PTP Nusantara III kebun Gunung Para

Berdasarkan Gambar 2.1. diatas maka dapat dikatakan bahwa bentuk struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para adalah berbentuk campuran fungsional dan lini. Dikatakan berbentuk fungsional karena terdapat pembagian bidang-bidang seperti bagian keuangan, bagian produksi dan bagian yang lainnya. Organisasi dikatakan berbentuk lini, karena pada struktur organisasi dapat dilihat ada perintah langsung dari masing-masing bagian seperti bagian keuangan dengan administrasi keuangan dan bagian personalia dengan administrasi personalia dan seterusnya.

Struktur organisasi yang dipakai pada PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung para adalah bentuk fungsional dan lini karena :

1. Pembidangan tugas yang sesuai dengan lingkungan yang stabil dan mempertinggi efisiensi kerja.

2. Menunjang pengembangan keahlian.

3. Memberi kesempatan bagi karyawan spesialisasi yang dapat memperingan tugas karena hanya bertugas sesuian dengan keahliannya.


(32)

Hanya memerlukan koordinasi minimal karena masing-masing sudah mempunyai pengertian yang mendalam mengenai bidangnya.

Macam-macam struktur organisasi adalah sebagai berikut : 1. Fungsional

Organisasi berbentuk fungsional adalah organisasi yang disusun berdasarkan sifat dan macam fungsi yana harus dilaksanakan. Struktur organisasi fungsional sesuai untuk suatu organisasi yang mempunyai masalah utama menuntut adanya keahlian fungsional, efisiensi dan mutu pekerjaan yang baik. Pada umunya digunakan dalam perusahaan-perusahaan dimana pembidangan tugas secara tegas dapat digariskan.

2. Lurus

Organisasi berbentuk lurus adalah membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang secara langsung dan penuh, wewenang dan tanggung jawab dilakukan langsung oleh pemimpin. Bentuk lurus adalah tipe organisasi yang paling banyak dipakai, terutama pada perusahaan yang relatif kecil.

3. Staf dan Lini

Organisasi staf dan lini adalah suatu sistem yang dapat mengatasi keburukan-keburukan sistem garis maupun fungsional dengan dibentuk staf yang terdiri dari tenaga ahli dan masih mempertahankan kebaikan kesatuan pemimpin dari pada sistem garis. Struktur organiasasi lini mempunyai keahlian yang berbeda-beda dan tidak saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian yang lain.


(33)

2.6.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Adapun tugas dan tanggung jawab karyawan PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para adalah sebagai berikut :

1. Manager

a. Memimpin rapat manajemen dan rapat tenaga kerja. b. Meninjau kontrak dari pelanggan

c. Menilai dan mengevaluasi laporan kerja produksi, administrasi, teknik dan personalia.

d. Menandatangani seluruh surat-surat keluar.

e. Memberi disposisi untuk seluruh surat masuk, baik internal maupun eksternal.

f. Membuka dan menutup pelaksanaan pelatihan.

g. Melaporkan kinerja sistem manajemen lingkungan direksi h. Merancang struktur organisasi sistem.

2. Masinis Kepala

a. Mengevaluasi, meninjau laporan kebutuhan bahan teknik dan produksi b. Memimpin rapat kerja bulanan.

c. Ikut serta meninjau kontrak dari pelanggan.

d. Memantau kegiatan produksi dan perawatan mesin-mesin dan peralatan produksi.

e. Memberikan pelatihan manajemen, mutu, produksi dan teknik kepada kepala staf baru.


(34)

g. Menggantikan manajer bila berhalangan. 3. Asisten Kepala

a. Membantu membuat rancangan rencana jangka pendek dan jangka panjang (kebutuhan belanja bahan) produksi.

b. Membuat rancangan proses pengolahan sesuai dengan order yang telah diterima sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan manajer.

c. Menyelenggarakan administrasi laporan kerja dan harga pokok pabrik. d. Mengendalikan seluruh aktivitas termasuk penggunaan bahan-bahan

processing.

e. Mengevaluasi aspek penting lingkungan proses produksi

f. Menjamin pelaksanaan komunikasi prosedur dan istruksi kerja sampai kepada bawahannya.

4. Asisten Pengolahan

a. Membuat rencana produksi mingguan di coumpound dan extruction

section sesuai dengan planning yang diterima dari kepala pabrik.

b. Mempersiapkan mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi. c. Mempertanggung jawabkan laporan produksi harian, umum,

minggua n, bulanan dengan dibantu oleh supervisor.

d. Menandatangani check sheet dan form-form sesuai yang diisyaratkan dalam prosedur.


(35)

5. Asisten Tata Usaha

a. Memeriksa dan mengevaluasi masing-masing barang yang dibutuhkan dalam bon permintaan barang dengan pertimbangan anggaran.

b. Memeriksa dan menandatangani memo permintaan, order pembelian lokal dan kebutuhan penawaran barang.

c. Mengidentifikasi kebutuhan training untuk semua personalia.

d. Melakukan tindakan koreksi atas ketidaksesuaian dan temuan audit mutu internal.

e. Memelihara semua dokumen yang ada di bagian pembagian seperti prosedur, instruksi kerja, dokumen pendukung dan sasaran mutu. f. Menginformasikan bahan lateks yang di tolak kepada para supplier. g. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan manajer.

h. Mengkomunikasikan prosedur dan instruksi kepada bawahannya serta mengkoordinir penerapan di lapangan.

6. Asisten Laboratorium

a. Menjalankan tugas yang direncanakan oleh kepala pabrik.

b. Mempersiapkan formulasi compound dan pengembangan produk baru. c. Mengevaluasi, pengendalian dan mengawasi bahan kimia lateks dan

bahan pembantu.

d. Mempersiapkan permintaan kebutuhan di chemical laboratory and

efflvent treatment termasuk kebutuhan bahan-bahanpembantu setiap


(36)

e. Mengendalikan/mengawasi perlengkapan dan keamanankerja serta mengevaluasi kebersihan di chemical laboratory.

7. Asisten Teknik

a. Bertugas melakukan kegiatan perbengkelan untuk kelancaran proses pengolahan.

b. Membuat laporan perawatan mesin-mesin dan peralatan kegiatan produksi.

8. Asisten Personalia Kebun

a. Mengawasi pelaksanaan penanaman dan perawatan kebun perusahaan. b. Mengatur Sistem kerja penanaman dan pengambilan hasil kebun. c. Membuat anggaran kebutuhan pembibitan dan penanaman karet. d. Membuat laporan kegiatan di areal lahan karet.

9. Asisten Tanaman

a. Mengawasi kualitas tanaman karet di lahan karet milik perusahaan. b. Menjalankan proses pembibitan karet.

c. Mengatasi permasalahan yang timbul di kebun, misalnya adanya hama yang mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet.

10. Asisten Sipil/Traksi dan Alat Berat

a. Mendatangkan alat-alat berat untuk mengangkut hasil Kebun.

b. Mengatur kedatangan alat-alat berat untuk mengangkut produk yang akan di jual.


(37)

11. Pegawai Tata Usaha

a. Membuat bon permintaan barang dengan pertimbangan anggaran. b. Membuat memo permintaan, order pembelian lokal dan kebutuhan

penawaran barang.

c. Membuat laporan kebutuhan training untuk semua personalia.

d. Membuat laporan tindakan koreksi atas ketidaksesuaian dan temuan audit mutu internal.

e. Memelihara semua dokumen yang ada di bagian pembagian seperti prosedur, instruksi kerja, dokumen pendukung dan sasaran mutu. f. Menginformasikan bahan lateks yang di tolak kepada para supplier. g. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan manajer.

h. Mengkomunikasikan prosedur dan instruksi kepada bawahannya serta mengkoordinir penerapan di lapangan.

12. Pegawai Laboratorium

a. Menjalankan tugas yang direncanakan oleh kepala pabrik. b. Membuat formulasi compound dan pengembangan produk baru.

c. Membuat laporan hasil evaluasi, pengendalian dan bahan kimia lateks dan bahan pembantu.

d. Membuat laporan permintaan kebutuhan di chemical laboratory and

efflvent treatment termasuk kebutuhan bahan-bahan pembantu setiap

bulannya.

e. Mengawasi perlengkapan dan keamanan kerja serta mengevaluasi kebersihan di chemical laboratory.


(38)

13. Pegawai Teknik

a. Melakukan kegiatan perbengkelan untuk kelancaran proses pengolahan.

b. Membuat laporan perawatan mesin-mesin dan peralatan kegiatan produksi.

14. Pegawai Kebun

a. Membuat pelaksanaan penanaman dan perawatan kebun perusahaan. b. Membuat sistem kerja penanaman dan pengambilan hasil kebun. c. Membuat anggaran kebutuhan pembibitan dan penanaman karet. d. Membuat laporan kegiatan di areal lahan karet.

15. Pegawai Tanaman

a. Menbuat laporan kualitas tanaman karet di lahan karet milik perusahaan.

b. Menjalankan proses pembibitan karet.

c. Mengatasi permasalahan yang timbul di kebun, misalnya adanya hama yang mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet.

16. Pegawai Sipil

a. Membuat laporan keperluan alat-alat berat untuk mengangkut hasil Kebun.

b. Mengatur kedatangan alat-alat berat untuk mengangkut produk yang akan di jual.


(39)

17. Keamanan / Satpam

a. Menjaga keamanan pabrik dan kebun b. Mengawasi areal pabrik dan kebun

c. Membuat laporan keamana pabrik dan kebun 18. Buruh Pabrik

a. Melaksanakan semua Standart Operation Procedure (SOP) yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

2.6.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam kerja a. Jumlah Tenaga Kerja

Dalam menjalankan tugasnya, PT. Perkebunan Nusantara III mempekerjakan tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang bekrja di lantai produksi. Tenaga kerja tidak langsung adalah pekerja yang bekerja di luar pabrik. Jumlah tenaga kerja pada PT. Perkebunan Nusantara III adalah 216 orang. Alokasi tenaga kerja di PT. Perkebunan Nusantara III ditunjukkan pada Tabel 2.1 :

Tabel 2.1. Alokasi Tenaga Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III

No Jabatan Jumlah(Orang)

1 Manajer 1

2 Asisten Kepala 1

3 Masinis Kepala 1

4 Asisten Pengolahan 1


(40)

Tabel 2.1. Alokasi Tenaga Kerja di PT. Perkebunan Nusantara III (Lanjutan)

No Jabatan Jumlah(Orang)

6 Pegawai Tata Usaha 4

7 Asisten Laboratorium 1

8 Pegawai Laboratorium 4

9 Asisten Teknik 1

10 Pegawai Teknik 4

11 Asisten Personalia Kebun 1

12 Pegawai Kebun 2

13 Asisten Tanaman 1

14 Pegawai Tanaman 2

15 Asisten Sipil / Traksi dan Alat Berat 1

16 Pegawai Sipil 2

17 Keamanan / Satpam 5

18 Buruh Pabrik 182

TOTAL 216

Sumber : PTP Nusantara III kebun Gunung Para

b. Jam Kerja

Waktu kerja di PT. Nusantara III Gunung Para terdiri dari dua bagian yaitu waktu kerja karyawan kantor dan waktu kerja karyawan produksi. Adapun pembagian waktu kerja tersebut adalah sebagai berikut:


(41)

a. Waktu kerja karyawan kantor Senin-Jumat 08.00-16.00 Sabtu 08.00-12.00 b. Waktu kerja karyawan produksi

Untuk karyawan produksi terbagi atas 3 shift (Senin-Minggu), yaitu:

Shift I : 07.30 – 15.00 WIB

Shift II : 15.00 – 22.00 WIB

Shift III : 22.00 – 07.30 WIB

2.6.4. Sistem Pengupahan Dan Fasilitas Lainnya

Sistem Pengupahan karyawan diberikan gaji pokok menurut golongan sesuai dengan skala gaji sebagaimana tercantum dalam lampiran II PKB ini. Bagi karyawan dengan golongan terendah mengacu kepada sekurang – kurangnya 75 % dari upah minimum. Disamping gaji pokok kepada karyawan karyawan diberikan tunjangan tetap sebesar 25 % dari gaji. Besarnya gaji untuk golongan terendah akan disesuaikan sejalan dengan penetapan upah minimum yang berlaku. Apabila perusahaan tidak mampu untuk melaksanakan penyesuaian upah minimum.

Kompensasi atas hasil kerja karyawan diwujudkan dalam bentuk upah dan fasilitas-fasilitas yang menunjang kesejahteraan karyawan. Sistem pengupahan yang berlaku pada perusahaan adalah sebagai berikut :

1 Karyawan musiman dibayar setiap akhir minggu. Besar upah yang diterima adalah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional).


(42)

2 Untuk karyawan tetap ada dua sistem penggajian yaitu :

a. Karyawan tetap harian, gaji dibayarkan sebesar 30 hari kerja dipotong hari kerja yang absen.

b. Karyawan tetap bulanan, gaji dibayarkan setiap bulan pada tanpa potongan hari kerja absen.

Untuk pelayanan kesehatan perusahaan memiliki unit P3K. Apabila penyakit yang diderita tidak dapat ditanggulangi oleh P3K maka karyawan dapat berobat ke rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan.

Fasilitas-fasilitas karyawan yang ada dalam PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para adalah sebagai berikut :

1. Tempat tinggal (sewa rumah)

Kepada karyawan yang tidak mendapat fasilitas perumahan dari perusahaan diberikan bantuan sewa rumah yang besarnya :

a. 1. 50 % dari Gaji pokok (untuk karyawan Kandir, GPIHK dan PRTRA)

b. 2. 35 % dari gaji pokok (untuk karyawan kebun / unit) c. Air = 15 % dari sewa rumah (untuk semua karyawan) d. Transport = 30 % dari gaji pokok ( khusus karyawan kandir) e. Listrik = 25 % dari sewa rumah (untuk semua karyawan) 2. Jamsostek.


(43)

Selain upah yang diberikan perusahaan juga memperhatikan keselamatan karyawan dalam bentuk jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek). Seluruh pekerja memperoleh jaminan atas keselamatannya selama melaksanakan pekerjaan.

2.7. Proses Produksi

2.7.1. Standard Mutu Produksi

Adapun spesifikasi teknis karet alam PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para adalah sebagai berikut :

1. Dirt Content (Kadar kotoran)

Adanya kadar kotoran yang tidak larut dalam karet bila berlebihan menyebabkan penurunan kualitas dari barang jadi yang terbuat dari karet mengenai ketahanan lenturnya.

2. Ash Content (Kadar Abu)

Penentuan kadar abu dimaksud untuk menjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu banyak mengandung abu dari karet alam yang berisi bermacam macam magnesium, kalsium, natrium,atau bahan-bahan lain yang bukan berasal dari karet alam yang merugikan sifat karet dan menurunkan sifat.

3. Volatile Matter (Kadar Zat Menguap)

Kadar zat menguap adalah kadar air yang terdapat dari karet untuk memastikan bahwa karet tersebut benar-benar sudah kering dan bila karet mentah sudah kering sedikit kemungkinan timbulnya jamur.


(44)

4. Nitrogen karet

Nitrogen yang berada dalam karet adalah sebagai protein, yang dapat menunjukan jumlah kadar protein karet.

a. Spesifikasi Produk Jadi

Adapun spesifikasi produk jadi PT. Nusantara III Gunung Para adalah sebagai berikut :

1. RSS- I

Tiap sheet harus dibungkus supaya bebas dari jamur. Sheet yang berbintik atau bergaris – garis karena oksidasi, lembek karena mengalami pemanasan tinggi, kurang matang, terlampau lama di asap, buram dan hangus tidak diperkenankan. Karet harus kering, bersih, tidak mengandung cacat, bebas dari bahan – bahan yang berkarat kecuali gelembung udara sebesar kepala jarum dapat diterima.

2. RSS- II

Bila terdapat sedikit bahan – bahan yang bersifat seperti karat dan sedikit jamur pada pembalut akan ditolak. Karet harus kering, bersih, tidak mengandung cacat, bebas dari bahan – bahan yang berkarat kecuali ada gelembung – gelembung udara kecil dan noda – noda kecil berasal dari kulit kayu.

3. RSS- III

Bila pada waktu penyerahan terdapat sedikit bahan – bahan yang bersifat sepeti karat dan sedikit jamur pada pembalut di permukaan sheet tidak ditolak. Adanya sedikit cacat warna, gelembung – gelembung udara kecil


(45)

berasal dari kulit kayu dalam jumlah masih sedikit juga diperkenankan. Karet harus kering, kuat dan tidak mengandung cacat lepuh.

4. Cutting

Cutting adalah Cutting adalah bekas-bekas potongan kecil dari lembaran

sheet sewaktu pensortiran, ukuran cutting maksimal 15 cm persegi. Bila ditemukan sedikit bahan seperti karat dan jamur pada pembalutan permukaan sheet penyerahan tidak ditolak. Sheet yang mengandung gelembung – gelembung udara dan karet yang lembek mengalami pemanasan tinggi serta cacat warna sheet karena terlalu lama diasap, sheet yang sedikit lengket serta sedikit kurang matang diperkenankan.

Kapasitas Olah Pabrik = 16.800 kg kering/hari

Kebutuhan Air = 20-25 m³/ton Kadar Kotor sheet Kebutuhan kayu asap = 3.5 m³/ton Kadar Kotor sheet

2.7.2. Bahan Yang Digunakan a. Bahan baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk dan memiliki persentase yang relatif besar dalam produk dibandingkan dengan bahan-bahan lain. Bahan baku pada produk sheet yang digunakan adalah latex murni. Sedangkan bahan baku Crumb Rubber adalah : kompo (karet yang sudah berbentuk gumpalan batok kelapa).


(46)

b. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah suatu bahan pelengkap yang ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk untuk meningkatkan citra atau mutu produk yang dihasilkan dan merupakan bagian dari produk akhir. Bahan tambahan yang digunakan adalah asam formit/semut dengan konsentrasi 3%-5%, cuka 7.5 kg/ton, amoniak 6.5 kg/ton. Sedangkan untuk menghasilkan Crumb Rubber tidak ada bahan yang di tambahkan.

c. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk menambah mutu produk. Bahan penolong yang dipakai adalah plastik, dan kardus.


(47)

2.7.3. Uraian Proses

a. Proses menghasilkan Sheet

Block Diagram pabrik Rubber Smoked Sheet Gunung Para kapasitas

16.800 Kg kering per hari dapat dilihat pada gambar 2.2. berikut :

Gambar 2.2. Block Diagram Pembuatan Rubber Smoked Sheet Pabrik Gunung Para

PENERIMAAN LATEX

BAK PENERIMAAN

BAK KOAGULASI

PENGGILINGAN SHEET

PENIRISAN DI LORI

KAMAR ASAP

SORTASI

PACKING

GUDANG PENYIMPANAN


(48)

1. Bak Penerimaan

Lateks yang datang dari kebun sebelum dimasukkan dalam main bak terlebih dahulu dilakukan pengukuran volume lateks dalam tangki dengan memakai talang ukuran tangki dan kemudian penuangan lateks ke main bak harus disaring dan ditampung dalam main bak penampungan yang juga berfungsi untuk tempat pengenceran lateks. Penerimaan lateks di pabrik harus ditentukan kadar karet keringnya Dry Rubber Counteen (Drc) dengan menggunakan alat metrolac. 1. Cara menentukan Drc dengan metrolac

Setiap tangki lateks diambil contoh lateks sebanyak 500 cc, kemudian ditambahkan air sebanyak 1000 cc (perbandingan 1 : 2), aduk perlahan-lahan sampai campuran lateks dengan air merata, lalu dimasukkan kedalam tabung. Busa lateks yang ada di atas permukaan dihilangkan untuk menghindarkan kesalahan baca pada skala metrolac. Kemudian masukkan metrolac ke dalam tabung yang berisi contoh lateks, penunjukan skala metrolac pada batas permukaan contoh lateks tersebut, maka itulah kadar karet keringnya (Drc).

2. Cara lain untuk menentukan Drc (Dry Rubber Counteen)

Untuk mengetahui kadar karet kering selain menggunakan metrolac dapat juga ditentukan dengan cara mencari faktor pengeringannya sebagai berikut :

a. Ambil contoh lateks yang datang ke pabrik sebanyak 200 cc b. Tambahkan asam semut ± 2 cc

c. Diaduk sampai menggumpal ± 1 jam

d. Digiling dengan jumlah penggilingan 8 kali dengan tebal lembaran kira-kira 2.5 mm


(49)

e. Setelah digiling dikibaskan sampai air tuntas.

f. Kemudian lembaran karet basah ditimbang dan dicatat berat basahnya lalu dikeringkan di kamar asap, setelah kering ditimbang lagi dan dicatat keringnya.

3. Pengenceran Lateks

Pengenceran lateks bertujuan sebagai berikut :

a. Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga giling tidak terlalu besar. b. Untuk memudahkan penghilangan gelembung udara.

c. Untuk memudahkan pencampuran asam semut.

Selama pengenceran lateks di main bak harus dilakukan pengadukan dengan suatu alat yang dinamakan agitator agar pencampuran lateks dengan air merata atau homogen.

2. Pembekuan/Koagulasi

Setelah lateks diencerkan sampai 15 % kemudian dialirkan melalui

gutther (talang) dan dimasukkan kedalam bak pembekuan setelah terlebih

dahulu melewati saringan. Setelah permukaan lateks mencapai ketinggian tertentu, aliran lateks dihentikan dan pindah ke bak berikutnya. Busa yang terbentuk pada permukaan lateks harus diambil dengan alat serok.

Tambahan asam formit/semut 500 cc-600 cc dengan konsentrasi 3 %-5 % bak pembekuan, waktu pembekuan 6-8 jam. Selama penuangan asam semut harus diikuti dengan pengadukan dari belakang sebanyak 14-16 kali. Sebelum dituangkan asam semut tersebut harus diencerkan terlebih dahulu menjadi


(50)

konsentrasi 3 %-5 % dengan cara menambahkan air 9 liter. Busa yang terbentuk setelah pengadukan diambil lagi dengan serok busa dari alumunium.

Pemasangan sekat (sisir) di mulai dari tengah kemudian kedua bagian yang terbentuk dibagi dua lagi dan seterusnya, untuk mengurangi gelembung- gelembung yang melekat pada sekat-sekat maka sekat ini harus dibasahi terlebih dahulu dengan air.

3. Penggilingan

Penggilingan dilakukan dengan gilingan sheet yang konstruksinya terdiri dari 6 buah rol yang disebut “six in one” gilingan rol 1 sampai dengan 5 rolnya licin (tidak berbunga) sedangkan gilingan rolnya terakhir atau finisher rolnya diberi berbunga (grooving). Tujuan diberi bunga adalah agar lebih mudah dalam pengeringan dan tidak lengket bila ditumpuk, masing-masing rol gilingan dilengkapi dengan saluran air, di depan gilingan terakhir dibuat bak air empat persegi, untuk pencucian terakhir lembaran sheet.

Adapun tujuan penggilingan yaitu :

1. Mengeluarkan kandungan air dari lembaran sheet

2. Menghilangkan/membuang lendir yang terdapat di permukaan lembaran 3. Menipiskan lembaran sheet setebal 2-4 mm.


(51)

4. Penirisan di Lori

Sebelum dimasukan ke dalam kamar pengasapan terlebih dahulu lembaran sheet dikeringkan diudara bebas selama 2 jam dengan tujuan mengurangi kadar air sehingga memepercepat proses pengeringan didalam kamar asam.

5. Pengeringan dan Pengasapan (kamar Asap)

Tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air sehingga didapat

sheet yang kering, agar kondisi mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan

dan pengangkutan. Sedangkan fungsi asap adalah untuk memberikan warna coklat terang pada sheet dan untuk mencegah pertumbuhan spora/jamur.

Cara pengeringan dan pengasapan dilakukan dengan menggantungkan

sheet di atas gantar-gantar bambu/kayu, lori dengan kapasitas lebih kurang 504

lembar/lori. Sebelum lori-lori yang berisi sheet dimasukkan ke kamar pengeringan terlebih dahulu dibiarkan atau ditiriskan di luar selama 2 jam atau lebih supaya air yang terdapat di permukaan lembaran sheet jatuh untuk menghindarkan kelembaban yang tinggi di dalam kamar pengeringan, setelah pengasapan selama satu malam lori-lori tersebut dikeluarkan dan dilakukan penyambretan, selama pengeringan 4-5 hari.

a. Pengaturan suhu di dalam kamar asap

a. Hari I suhu 40-450 Ventilasi terbuka penuh b. Hari II suhu 40-550 Ventilasi setengah terbuka c. Hari III suhu 55-600 Ventilasi seperempat terbuka d. Hari IV suhu 60-650 Ventilasi tertutup


(52)

e. Hari V suhu 650 Ventilasi tertutup b. Spesifikasi kamar asap

a. Type : subur kamar Jumlah kamar : 8 kamar Kapasitas kamar : 6 lori/kamar b. Type : malaka Jumlah kamar : 6 kamar Kapasitas kamar : 12 lori/kamar

6. Sortasi

Tujuan dilakukannya sortasi adalah untuk memisahkan antara RSS I, RSS II, RSS III dan Cutting. Setelah proses pemisahan maka Sheet selanjutnya dipress dengan menggunakan mesin press hidrolik.

1. Panjang : 55 cm – 57 cm 2. Lebar : 50 cm –56 cm 3. Tinggi : 40 cm - 47 cm

Setelah pengepresan cantelan (gelangan) besi jangan dibuka, biarkan sheet berada dalam peti press selama satu malam, keesokan harinya baru dibuka cantelan (gelangan) besinya.


(53)

7. Pengepakan (Packing)

Pembungkusan dilakukan dengan menusuk-nusuk lembaran pembungkus dengan alat tusuk dari baja yang runcing, sehingga pembungkusan benar-benar melekat. Setelah selesai pembungkusan, ball tersebut di kapur.

8. Gudang Produksi

Setelah proses pembungkusan, sheet disimpan di gudang produksi sebelum dipasarkan.

2.7.4. Mesin dan Peralatan a. Mesin Produksi

Pada PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para mesin-mesin yang digunakan untuk proses pembuatan sheet adalah sebagai berikut:

1. Mesin Sheeter

Kapasitas : 500 Kg/Jam, Power : 75 Hp,Tegangan : 220/380V, 3 fasa, Frekwensi : 50 hz, Putaran : 1415 Rpm.

Jumlah : 5 buah.

Fungsi : mengiling koagulum dari bak koagulasi menjadi lembaran Sheet dengan tebal 3 mm.

2. Balling Press

Kapasitas: 1000 Kg/Jam, power : 75 Hp, Tegangan : 220/380V, 3 fasa, Frekwensi : 50 Hz, Putaran : 1450 Rpm


(54)

Fungsi : untuk memadatkan lembaran sheet menjadi bentuk bandela seberat 331/3 Kg dan ball 113 Kg (lose ball).

3. Mesin Agigator

Power : Power : 30 Hp, Tegangan : 220/380 V, 3 fasa, Frekwensi : 50 hz, Putaran : 930 Rpm

Fungsi : untuk menghomogenkan air dengan lateks murni (karet alam). Agar proses produksi tidak terganggu, maka perawatan mesin harus dilakukan secara rutin yang ditanggungjawabi oleh Kepala Dinas Teknik. Di Kebun PTP. Nusantara III Kebun Gunung Para perawatan mesin ini terdiri dari perawatan terencana dan perawatan tidak terencana.

1. Perawatan Terencana

Perawatan terencana dilakukan setiap hari dengan mengecek mesin-mesin. Selain itu setelah satu minggu digunakan, pada hari Minggu juga dilakukan perawatan dengan memberi minyak dan mengganti bagian-bagian mesin yang telah aus. Perawatan mesin seperti ini biasa pula disebut sebagai pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya gangguan proses produksi.

2. Perawatan Tidak Terencana

Perawatan tidak terencana dilakukan jika terjadi gangguan mesin produksi pada saat mesin sedang berproduksi. Hal seperti ini sangat dihindari karena dapat mengganggu jalannya produksi.


(55)

b. Peralatan Untuk Pengolahan Sheet

Pada PT. Nusantara III Gunung Para peralatan yang digunakan untuk proses pengolahan sheet adalah sebagai berikut :

1. Bak Penerimaan

Bak penerimaan berfungsi tempat penerimaan latex dari lapangan sekaligus proses pengenceran latex menjadi DRC 13-15 %.

2. Bak Koagulasi

Bak koagulasi berfungsi sebagai tempat latex yang telah diencerkan untuk pembekuan dengan Formic acid 7.5-9.00 kg/ton kering dengan kapasitas bak 650 liter/bak.

Panjang : 3 meter Lebar : 0.72 meter Tinggi : 0.39 meter Isi : 650 liter Penyekat : 74 buah Banyak lembaran : 75 lembar Jumlah bak : 80 buah Jarak antara sekat : 10 cm 3. Lori sheet

Lori sheet adalah sebagai alat mengangkut lembaran karet yang akan dimasukkan ke kamar asap. Pemeliharaannya tetap dilakukan secara intensif diantaranya rail dan roda – roda lori tetap berfungsi baik dan berikan minyak pelumas secukupnya. Lori sheet berfungsi tempat


(56)

penjemuran sheet, pengeringan sheet sebelum masuk kamar Asap kapasitas Lori sheet = 456 lembar.

a. Tempat kayu kilas terbuat dari kayu Satu baris terbuat dari : 42 batang Satu batang terdiri dari : 3 lembar Banyaknya tingkatannya ada: 4 tingkatan Satu lembar beratnya ada : 4 tingkat Satu lembar beratnya :1,2 kg

Berat sheet 1 lori 42 x 3 x 4 x 1.2 = 662.4 kg Banyaknya lembaran sheet 42 x 3 x 4 = 504 lembar b. Tempat kayu kilas terbuat dari besi

Satu baris terbuat dari : 46 batang Satu batang terdiri dari : 3 lembar Banyaknya tingkatannya ada: 4 tingkatan Satu lembar beratnya ada : 4 tingkat Satu lembar beratnya :1,2 kg

Berat sheet 1 lori 46 x 3 x 4 x 1.2 = 662.4 kg Banyaknya lembaran sheet 46 x 3 x 4 = 552 lembar 4. Kamar Asap

Kamar asap berfungsi untuk mengeringkan sekaligus membentuk warna

sheet selama 5 hari temperatur 45-65 ºC, kapasitas kamar asap = 3000

kg/kamar, dengan tahapan temperatur : Hari Pertama : 40-45 ºC


(57)

Hari kedua : 45-50 ºC Hari Ketiga : 50-55 ºC Hari Keempat : 55-60 ºC Hari Kelima : 60-65 ºC Kamar asap subur

Jumlah kamar : 8 kamar Kapasitas kamar : 6 lori/kamar

Kamar asap air wood

Jumlah kamar : 6 kamar Kapasitas kamar : 12 lori/kamar 5. Ruangan Sortasi

Ruangan sortasi berfungsi menyortir lembaran sheet untuk memperoleh mutu RSS-I, RSS-II, RSS-III, dan cutting. Dimana RSS-I adalah harus bebas dari segala kotoran dan gelembung-gelembung, karet cukup kering, bebas jamur, dan elastisitas cukup baik tidak melekat. RSS-II adalah harus bebas dari segala kotoran, gelembung-gelembung yang sangat halus serta terpencar-pencar masih dibenarkan, sedangkan syarat lain sama dengan mutu RSS-I. RSS-III adalah dibenarkan sedikit kotoran serta gelembung-gelembung yaitu gelembung-gelembung-gelembung-gelembung halus merata dan gelembung-gelembung besar yang menumpuk terpencar-pencar, bekas-bekas jamur yang telah dibersihkan, serta lembaran yang koyak dapat dibenarkan. Sedangkan

cutting adalah bekas-bekas potongan kecil dari lembaran sheet sewaktu


(58)

6. Packing

Packing lose ball berat 113 kg/ball dan untuk bentuk pallet 1200 kg/ pallet.

7. Gudang Produksi

Untuk menyimpan produksi siap ekspor.

Sarana pendukung pada Kebun PT. Nusantara III Kebun Gunung Para antara lain :

d. Listrik

Energi listrik diperoleh dari PLN dan jika listrik padam digunakan genset untuk menggerakkan mesin-mesin.

e. Air

Air yang digunakan oleh Kebun PTP. Nusantara III Kebun Gunung Para berasal dari sumur bor.

c. Utilitas

Utilitas yang dipakai pada PTP- NusantaraIII Kebun Gunung Para adalah : 1. Mesin Genset

Mesin Genset berfungsi sebagi alat pembangkit listrik apabila terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Mesin genset yang dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III kebun Gunung Para 2 unit

Spesifikasi mesin Genset


(59)

2. Tangki Air

Tangki Air berfungsi menampung air hujan

Tinggi : 12 m, Kapasitas 6000 liter, Diameter 8 m.

d. Program Safety and and Fire Protection

Bila terjadi kebakaran atau bencana alam petugas kamar mesin dan petugas keamanan atau hansip segera membuyikan lonceng sesegera mungkin.

1. Tanda Bahaya

a. pemukulan lonceng dipukul satu – satu kali dengan nada cepat minimum 2 menit.

b. Sirine; dibunyikan dengan nada bergelombang selam diperlukan minimum 1 menit.;

2.Tanda berkumpul

a. Pemukulan lonceng ; dipukul dua – dua kali dengan nada biasa minimum 2 menit.

b. Dibunyikan dengan nada terputus selama diperlukan minimum 1 menit 3. Tanda aman

a. Pemukulan lonceng; dipukul tiga - tiga kali dengan nada biasa minimum 2 menit.

b. Dibunyikan dengan nada panjang selama 3 kali.

Tujuan dari mengenal semua tanda yang telah ditentukan bertujuan untuk menjamin pengamanan atau penanggulan keadaan darurat dengan lancar,


(60)

terkoordinir dan terlaksana dengan baik dan setiap regu tanggap darurat mengetahui tugas dan tanggung jawabnya.

Ruang lingkup

Prosedur ini menjelaskan tentang penanganan/penanggulangan yang terjadi di afdeling I – IV kebun gunung para.

Keadaan darurat adalah :

1. Kebakaran atau peledakan 2. Bencana alam

3. Kerusuhan massal. Bahan – bahan yang berbahaya: 1. Sulfur Acid (H2SO4)

Bahaya ledakan timbul akibat kelebihan pengeluaran gas hidrogen pada tanki yang mengandung H2SO4 pada saat pengelasan.

2. Terpentin

Bahaya kebakaran timbul akibat tumpahan yang terjadi saat pelarutan / pemanasan infra merah.

3. Sodium Hydroksida Natrium Hydroksida

Bahaya ledakan timbul akibat adanya gas hidrogen yang dihasilkan dari reaksi soda dengan logam – logam magnesium, aluminium, dan krom.


(61)

e. Waste Treatment

Bentuk-bentuk limbah terdiri dari: 1. Limbah padat

2. Limbah cair

Limbah padat berupa : sisa-sisa proses dari pengolahan sheet berupa lateks yang menggumpal pada rubber trap (perangkap getah khusus untuk sheet) yang terdiri dari 6 bak dan 12 bak khusus untuk crumb rubber.

Seluruh aliran keluar dari rubber trap dialirkan menjadi 1 aliran yang diteruskan menuju kolam-kolam pengolahan limbah, di dalam saluran yang berbentuk parit, parit tersebut di beri saringan untuk menangkap potongan kecil dari pengolahan karet. Selanjutnya dapat di proses untuk pabrik yang lain dengan standar mutu di bawah pabrik karet PTPN 3 Gunung Para.

Kolam limbah terdiri dari 3 kolam dengan 3 tahap penetralan yaitu: 1. Kolam Innet

Kolam ini berukuran 100 x 30 x 5 m, berfungsi sebagai pengolahan limbah tahap awal dengan penggunaan tanaman seperti enceng gondok untuk mengendalikan kadar. Pada saluran dipasang pipa dengan diameter 30 Cm.

2. Kolam Aerobic

Kolam ini berukuran 60 x 35 x 5 m, berfungsi sebagai pengolahan limbah tahap selanjutnya dengan penggunaan air rotor terdiri dari 2 unit dengan


(62)

prinsip kerja penggunaan baling-baling untuk menghasilkan gelembung udara yang sangat dibutuhkan mikroorganisme bakteri berkembang dan bakteri.

3. Kolam Outlet

Kolam ini berukuran 100 x 30 x 5 m, berfungsi sebagai pengolahan limbah tahap akhir dengan penggunaan tanaman seperti enceng gondok untuk menngendalikan kadar. Pada saluran dipasang pipa dengan diameter 30 Cm.

Setelah melalui 3 kolam, limbah yang telah dinetralkan dan telah memenuhi syarat dari KEP MENLH 5/X/1995 dapat dibuang ke lingkungan masyarakat dalam hal ini digunakan sungai sebagai pembuangan akhir.


(63)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Sejarah Kaizen

Meskipun istilah “Kaizen” untuk pertama kalinya menjadi nyata di Barat pada pertengahan 1990-an, akarnya mulai tumbuh sesudah Perang Dunia II. Setelah kekalahan Jepang, bangsa Amerika bekerja keras mendorong agar bangsa Jepang membangun kembali. Mulai tahun 1970-an, banyak organisasi Jepang telah menerapkan 14 butir kunci Dr. Deming (seorang ahli statistika di Amerika) tentang manajemen. Semua butir kunci ini memiliki pelajaran yang berharga untuk saat ini, tetapi yang akan dipaparkan hanya 8 butir seperti sebagai berikut : 1. Mengejar tujuan secara konstan dengan mengadakan peningkatan produk dan

pelayanan secara terus-menerus.

2. Filsafat baru untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan dan menghadapi perubahan.

3. Meningkatkan setiap proses dalam perencanaan, produksi, dan pelayanan. 4. Melembagakan latihan yang berkelanjutan di tempat kerja bagi semua staff

dengan menggunakan beraneka ragam metodologi.

5. Melembagakan kepemimpinan yang bertujuan membantu orang-orang menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik.

6. Menghilangkan hambatan yang ada di dalam departemen dan orang-orangnya. 7. Mendorong diadakannya pendidikan guna peningkatan pribadi bagi setiap


(64)

8. Manajemen puncak yang memiliki komitmen untuk meningkatkan semua butir ini khususnya dalam hal kualitas dan kepemimpinan.

Jadi dasar pemikiran yang telah digunakan di sekolah manajemen Jepang serta membuat iri seluruh dunia, dan khususnya dianggap seni dari Timur. Sesungguhnya justru berasal dari Amerika Serikat memperlihatkan sedikit ketertarikan pada karya Dr. Deming disaat antara perang dan tahun 1970-an ketika ekspor jepang mulai menggariskan pengaruhnya.

3.2. Konsep Kaizen

Kaizen merupakan konsep Jepang yang berarti perbaikan proses secara

terus menerus untuk selalu meningkat mutu dan produktivitas output. Pendekatan ini mhanya dapat berhasil dengan baik apabila disertai dengan sumber daya manusia yang tepat. Faktor manusia merupakan dimensi yang terpenting dalam perbaikan kualitas dan produktivitas. Hal ini berarti bahwa dalam kaizen itu diupayakan menuju tujnuan yang telah digariskan secara lambat laun, tetapi secara konsisten, sehingga sesudah kurun waktu tertentu dicapai efek total yang bear dalam hal proses dan hasil karya personil. Salah satu fakta yang paling penting dan Kontroversial adalah bahwa proses perbaikan tersebut diusahakan agar tidak membawa konsekuensi biaya, tetapi justru menghasilkan penghematan.

Tiga aturan dasar dalam penerapan kaizen adalah sebagai berikut: 1. Penataan atau 5S

Penataan atau 5S merupakan unsure yang esebsial bagi manajemen yang baik. Melalui 5S, karyawan mempelajari dan mempraktekkan disiplin pribadi.


(65)

Karyawan tanpa disiplin pribadi tak mungkin menghasilkan produk atu jasa layanan yang berkualitas bagi konsumen.

1. Penghapusan Pemborosan (muda)

Pemborosan (muda) merupakan segala macam kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah. Penghapusan pemborosan dapat menjadi cara yang paling baik, hemat dan efektifdalam meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya operasi. Kaizen lebih menekankan penghapusan pemborosan daripada menambah investasi yang diharapkan akan memberikan nilai tambah.

2. Standarisasi

Standar adalah cara terbaik dalm melaksanakan suatu tugas. Oleh karena itu jasa atau layanan tercipta sebagai hasil darti serangkaian proses, maka standar tentu harus diterapkan dan dipatuhi pada setiap proses yang terlibat guna menjamin kualitas pada setiap proses dan mencegah trjadinya kesalahan yang terulang. Standar belum muncul bila 5S dan penghapusan pemborosan belum dilaksanakan, jadi kegiatan 5S dan penghapusan pemborosan ini sebaiknya mendahului penulisan standar1.

3.3. Lima Langkah Pemeliharaan Tempat (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke)

Lima langkah pemeliharaan tempat kerja atau gerakan 5 S adalah salah satu dari tiga pilar utama (standarisasi dan penghapusan muda) Kaizen dalam perbaikan dan penyempurnaan tempat kerja dengan pendekatan akal sehat dan berbiaya rendah.


(66)

Lima langkah dalam pemeliharaan tempat kerja dalam bahasa Jepang disebut sebagai 5 S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke), dalam bahasa Indonesia disebut 5 R (Ringkas, Rapi, resik, Rawat, dan Rajin). 5 R merupakan 5 langkah penataan dan pemeliharaan tanpa kerja dikembangkan melalui intensif dalam bidang manufaktur.

1. Ringkas (Seiri)

Ringkas mempunyai pengertian membedakan antara yang diperlukan dan tidak diperlukan di tempat kerja dan menyingkirkan yang tidak diperlukan. Membuat tempat ringkas, yang hanya menampung barang-barang yang diperlukan saja. Pada ringkas (Seiri) yang diutamakan adalah manajemen statifikasi dan mencari penyebab-penyebab untuk menghilangkan yang tidak diperlukan serta menghilangkan penyebab itu sebelum menimbulkan masalah.

2. Rapi (Seiton)

Rapi merupakan menyimpan barang ditempat yang tepat sehingga mudah dan cepat ditemukan dan dipakai, serta mudah untuk menyimpannya kembali di tempat semula. Hal yang diutamakan adalah manajemen fungsional dan penghapusan proses pencarian. Jika segala sesuatu disimpan ditempatnya demi mutu dan keamanan, berarti perusahaan memiliki tempat yang rapi.

3. Resik (Seiso)

Resik berarti membersihkan lingkungan kerja, termasuk di dalamnya mesin dan alat kerja, lantai tempat kerja, dan berbagai daerah di dalam tempat kerja. Ada sebuah aksioma yang patut dianut yaitu “membersihkan berarti memeriksa”. Operator yang membersihkan mesin dapat menemukan berbagai


(67)

fungsi yang gagal. Bila mesin dilingkupi oleh minyak, debu, dan daki tebal sulit sekali menemukan masalah yang mungkin akan mendadak menimbulkan gangguan. Saat membersihkan mesin, sesorang dengan mudah menemukan kejadian oli bocor atau baut dan mur kendur. Bila keadaan ini ditemukan secara dini, maka dengan mudah dapat diperbaiki.

4. Rawat (Seiketsu)

Rawat dalam bahasa Jepang adalah seiketsu yang berarti tertib pribadi, seperti mengenakan pakaian yang pantas dan bersih, kaca mata pengaman, sarung tangan, sepatu dan selalu menjaga keadaan lingkungan kerja yang bersih dan sehat. Pengertian lain dari Rawat adalah mempertahankan keadaan yang sudah Ringkas, Rapi, dan Resik setiap hari secara terus-menerus. Misalnya, mudah sekali menerapkan Ringkas satu kali pada suatu saat dan perbaikan terjadi, namun tanpa adanya upaya untuk menlanjutkan kegiatan tersebut, tempat kerja akan kembali ke keadaan semulademikian, pemantapan mencakup kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan.

5. Rajin (Shitsuke)

Rajin berarti disiplin diri pribadi. Orang yang mempratekkan Ringkas, Rapi, Resik, dan Rawat secara terus menerus dan menjadikan kegiatan ini sebagai kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya dapat menyebut dirinya memiliki disiplin pribadi. 5R dapat disebut sebagai filsafah jalan kehidupan dalam kerja kita. Intisari dari 5R adalah mematuhi dari apa yang telah disepakati bersama. Dimulai dengan menyingkirkan apa yang tidak dibutuhkan dari gemba (ringkas) dan menata kembali semua barang yang dibutuhkan di gemba dengan tertib


(68)

(rapi). Kemudian, lingkungan yang bersih diciptakan (resik) dan dipelihara sehingga ketidakwajaran dapat mudah ditemukenali. Tiga langkah tersebut harus dijaga agar berlangsung setiap saat (rawat). Pekerja harus mengikuti aturan yang disepakati dan ditetapkan pada tiap langkah tersebut dan pada saat mereka mencapai langkah rajin, mereka telah cukup terbekali dengan disiplin pribadi untuk mengikuti dan mematuhi berbagai aturan lain dalam pekerjaan meraka. Itulah sebabnya kita menyebut langkah terakhir dari 5R sebagai disiplin diri pribadi.

3.4. Strategi Kaizen

Manajemen harus belajar untuk menerapkan konsep dan sistem yang mendasarkan tertentu dalam rangka mewujudkan strategi kaizen adalah sebagai berikut:

1. Kaizen dan Manajemen

Dalam konteks kaizen, manajemen memiliki dua fungsi utama yaitu pemeliharaan dan perbaikan. Perbaikan berkaitan dengan kegiatan untuk memilihara teknologi., system manajerial, standar operasional yang ada, dan menjaga standar tersebut melalui pelatihan serta disiplin.

2. Proses versus hasil

Kaizen menekankan pola pikir beorientasi proses, karena proses harus disempurnakan agar hasil dapat meningkat. Kegagalan mencapai yang direncanakan merupakan cermin dari kegagalan proses. Manajemen harus menemukan dan memperbaiki kesalahan pada proses tersebut. Kaizen berfokus


(69)

pada usaha manusia, yakni suatu orientasi yang sangat berbeda dengan orientasi hasil hasil yang diterapkan di barat. Strategi kaizen gagal diterapkan dibanyak perusahaan justru karena mereka mengabaikan proses. Elemen paling penting dalam menerapkan kaizen adalah komitmen dan keterlibatan penuh dari manajemen puncak. Strategi kaizen harus didemonstrasikan secara terbuka, konsisten dan langsung guna menjamin keberhasilan proses kaizen.

3. Siklus PDCA dan SDCA

Langkah pertama dari kaizen adalah menerapkan PDCA (plan-do-check-action) sebagai sarana yang menjamin terlaksananya kesinambungan dari kaizen guna mewujudkan kebijakan untuk memelihara dan memperbaiki/meningkatkan standar. Proses ini merupakan konsep yang terpenting dari proses kaizen. SDCA (standardize-do-check-action) menerapkan standarisasi guna mencapai kestabilan proses, sedangkan PDCA menerapkan perubahan guna meningkatkan SDCA berkaitan dengan fungsi pemeliharaan, sedangkan PDCA merujuk pada fungsi perbaikan, kedua hal inilah yang menjadi tanggung jawab manajemen.

4. Mengutamakan mutu

Tujuan utama dari mutu, biaya dan penyerahan (QCD) adalah menempatkan mutu pada prioritas tertinggi. Tidak jadi soal bagaimana menariknya harga dan penyerahan yang ditawarkan pada konsumen, perusahaan tidak akan mampu bersaing jika mutu produk dan pelayanan tidak memadai.


(70)

5. Berbicara dengan data

Kaizen adalah proses pemecahan masalah, agar suatu masalah dapat dipahami secara benar dan dipecahkan. Masalah harus dapat ditemukan agar kemudian data data yang relevan dikuimpulkan ditelaah. Mengumpulkan data tentang keadaan saat ini sangat membantu untuk memahami kearah mana focus harus diarahkan yang meupakan langkah awal dalam upaya perbaikan.

6. Konsumen

Semua pekerjaan pada dasarnya terselenggara melalui serangkaian proses, dan masing-masing proses memiliki pemasok maupun konsumen, merujuk pada dua macam konsumen yaitu konsumen internal (proses yang ada diperusahaan) dan konsumen eksternal (konsumen yang ada dipasar).

3.5. Gemba Kaizen

Gemba dalam bahasa Jepang berarti tempat yang sebenarnya atau tempat

dimana kejadian terjadi. Di kalangan industri Jepang, istilah gemba sama populernya seperti istilah Kaizen. Semua bisnis mempunyai tiga kegiatan menghasilkan keuntungan dalam mengembangkan, memproduksi, dan menjual. Tanpa kegiatan ini, perusahaan tidak akan ada. Oleh karena itu, dalam pengertian umum, gemba berarti tempat dilaksanakannya tiga kegiatan utama.

Menurut sejarah, staf memainkan peranan penting dalam hal gemba. Staf bertanggung jawab atas efisiensi yang makin tinggi dengan menyediakan bimbingan bagi orang-orang di gemba untuk diikuti. Kekurangan dari sistem ini adalah pemisahan yang tegasnya antara mereka yang memberi arah dan mereka


(71)

yang melaksanakannya. Pendekatan baru yang kita sebut saja sebagai pendekatan berpusat gemba, dimana gemba bertanggung jawab tidak hanya terhadap produksi namun juga kualitas dan biaya, sedangkan staf membantu mereka dari pinggir.

Kondisi yang dibutuhkan untuk tercapainya penerapan pendekatan terpusat gemba ada tiga, yaitu :

1. Manajemen gemba harus menerima tanggung jawab dalam mencapai kualitas, biaya, dan penyerahan (quality, cost, delivery/QDC).

2. Gemba harus diberi ruang gerak yang cukup untuk melakukan Kaizen.

3. Manajemen hendaknya menerapkan target untuk gemba, namun dia juga harus mempertanggung jawabkan hasilnya.

Pendekatan terpusat gemba sangatlah banyak manfaatnya bagi perusahaan. Beberapa manfaatnya adalah :

- Kebutuhan di gemba lebih mudah diidentifikasi oleh mereka yang bekerja di sana.

- Beberapa orang di gemba selalu memikirkan segala macam masalah dan pemecahannya.

- Penolakan terhadap perubahan dapat dikurangi. - Penyesuaian secara terus-menerus dapat diterapkan.

- Pemecahan berdasarkan keadaan sebenarnya dapat diperoleh.

- Pemecahan masalah menekankan pendekatan akal sehat, berbiaya rendah daripada berorientasi dan mahal.

- Orang-orang mulai menikmati Kaizen dan mendapatkan banyak inspirasi. - Pekerja dapat berpikir tentang Kaizen sambil bekerja.


(1)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Para yang membahas perencanaan perbaikan mutu produk jadi berdasarkan metode kaizen adalah sebagai berikut: 1. Ada tiga jenis kerusakan yang terjadi pada produk RSS 1 di PT. Perkebunan

Nusantara III Kebun Gunung Para yaitu: a. Adanya gelembung udara

b. Warna yang tidak seragam c. Adanya kotoran

2. Terlihat pada histogram yang diperoleh dari check sheet, dari tiga kerusakan yang terjadi di bagian pengepakan lantai produksi dengan jumlah kerusakan RSS 1 terbesar yakni: adanya gelembung udara sebanyak 1558 lembar yaitu sebesar 49,02 % dari 13.236 lembar RSS 1 yang dihasilkan bulan Desember 2009 dan dikuti dengan warna yang tidak seragam sebanyak 929 lembar (29,23 %), dan kerusakan terkecil sebanyak 691 lembar (21,74 %) yaitu adanya kotoran. Pada scatter diagram terlihat korelasi antara kedua kerusakan terbesar memiliki korelasi yang kecil, ini menunjukkan bahwa kerusakan karena adanya gelembung udara tidak begitu berpengaruh terhadap kerusakan


(2)

warna yang tidak seragam. Pada Control Chart tidak terdapat data yang out of control sehingga tidak perlu dilakukan revisi.

3. Setelah dilakukan analisa dan evaluasi diperoleh penyebab-penyebab kerusakan RSS 1 yang selama ini terjadi, yaitu:

a. Lingkungan kerja yang panas, bising, dan bau.

Hal ini menyebabkan konsentrasi operator berkurang dan mereka menjadi lebih cepat merasa lelah dan jenuh.

b. Metode kerja yang kurang baik

Dengan lingkungan panas dan bising di lantai produksi menyebabkan operator tidak lagi memperhatikan dengan seksama metode kerja yang ia lakukan, sehingga hasil kerjanya kurang baik

c.Operator kurang terampil dan terlatih

Kurangnya pelatihan dan pemahaman para operator mengenai apa yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga tidak ada rasa perduli yang besar terhadap hasil proses produksi.

d. Mesin dan peralatan kurang lengkap

Mesin dan peralatan banyak yang sudah rusak dan kurang lengkap tidak akan menunjang kegiatan proses pengolahan produk menjadi lebih baik. e. Bahan baku

Bahan baku yang diperoleh dari lokal maupun impor terkadang kualitasnya tidak selalu baik sehingga mempengaruhi kualitas produk jadi


(3)

4. Perencanaan perbaikan mutu produk jadi RSS 1 yang diusulkan untuk mengurangi kerusakan RSS 1 adalah menggunakan siklus PDCA yang memecahkan masalah dengan menentukan prioritas masalah berdasarkan diagram sebab akibat (Cause And Effect Diagram) yaitu pada perbaikan di lantai produksi. Perencanaan perbaikan mutu tersebut adalah:

a. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih dengan melengkapi ruangan filter atau exhaust fan untuk kebersihan udara di lingkungan kerja, mengatur sirkulasi udara dalam ruangan, mengurangi agar tidak terlalu banyak memberikan polusi suara, membersihkan ruangan kerja dari kursi-kursi supaya operator lebih leluasa bekerja.

b. Dilakukan pelatihan untuk operator untuk meningkatkan kemampuannya, lakukan pengawasan selama proses pengolahan, agar para operator lebih serius bekerja. Dianjurkan operator agar makan secukupnya agar berenergi dalam bekerja, juga untuk operator dianjurkan agar betul-betul memanfaatkan waktu istirahat.

c. Metode kerja yang dibuat harus betul-betul dipahami oleh operator, metode kerja direncanakan lebih dulu dan lebih sistematis

d. Peralatan dilengkapi, jumlah peralatan harus sesuai dengan kebutuhan peralatan harus selalu dicek dan diservis (dirawat) secara berkala.

e. Setiap penerimaan bahan baku dilakukan pemeriksaan. Untuk memastikan kualitas bahan yang telah dipesan.


(4)

5. Dari hasil analisis yang dilakukan di lantai pabrik penerapan 5 S sudah termasuk kategori cukup, walaupun masih ada sedikit ketidak teraturan posisi alat proses produksi dan kebersihan tangga ke lantai dua, untuk itu perlu dilakukan pembersihan pada tangga untuk naik ke lantai dua dan pendisiplin pekerja dalam meletakkan sekat-sekat seng di bak koagulum. Pemborosan yang terjadi dalam proses produksi adalah pengulangan pengolahan produk yang cacat, tidak mengikuti jadwal induk produksi serta persediaan bahan baku yang berlebihan hal ini hanya akan membuat perusahaan mengalami kerugian besar jika frekuensinya tidak segera dikurangi atau dihapuskan. Dengan adanya standarisasi di lantai produksi perusahaan dapat mengeliminasi pemborosan pada semua departemen pengolahan produk.

6. Standarisasi yang dapat diterapkan adalah penerimaan bahan baku sebelumnya harus dilakukan pemeriksaan dan pemilihan bahan baku yang berkualitas baik, perawatan mesin dilakukan secara berkala (bersifat prefentive) untuk mencegah adanya gangguan mesin ketika proses produksi berlangsung, operator diwajibkan mengikuti prosedur pengolahan RSS 1 di setiap departemen di lantai pabrik, operator memiliki kemampuan dan kesiapan diri sebelum melaksanakan kegiatan produksi di lantai pabrik, dan disiplin waktu kerja harus tetap dilaksanakan sesuai jadwal kerja yang telah dibuat oleh pihak manajemen perusahaan.


(5)

7.2. Saran

Dari pelaksanaan penelitian yang telah saya lakukan, saran yang dapat saya

berikan untuk perusahaan adalah:

1. Sebaiknya dilakukan pelatihan terhadap operator lantai produksi, sehingga kualitas dapat terus ditingkatkan yang juga akan meningkatknan produktivitas dari para operator.

2. Diharapkan agar penerapan kaizen dan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Action) tetap dilaksanakan, agar kualitas produk tetap terjamin dan terus meningkat. 3. Pihak perusahaan hendaknya memperhatikan kebisingan yang disebabkan oleh

mesin-mesin dan material handling di lantai produksi yang mempengaruhi kesehatan para operator, dan juga akan mempengaruhi hasil produksi.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Dorothea Wahyu Ariani., Pengendalian Kualitas Statistik, Yogyakarta: Andi 2003 Imai, Masaaki., Kaizen, LPPM, Jakarta, 1994.

Imai Masaaki., Gemba Kaizen, LPPM, Jakarta, 1997.

Makridakis Spyros, Forcasting : Methods and Aplication, 2nd Edition, Jhon Wiley & Sons, Inc., New York : 1983.

Montgomery, C Douglas, Pengendalian Kualitas Statistik,Yogyakarta: Gajah Mada Univercity Press, 1990.

Nasution, M. Nur., Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001. Purnomo Hari, Pengantar Teknik Industri, Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu,

2003.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Penerbit Alfabeta, 1999.

Sumanth, David J., Ph.D., Productivity Engineering and Management, McGraw Hill, Inc1984.

Supranto, J., MA., Metode Kuantitatif untuk Perencanaan Fkonomi dan Bisnis, PT. Rineka Cipta, Jakarta : 1993.