Bagian-bagian biola : Kekaguman Terhadap Biola

commit to user pengalaman pribadi tentang biola, dimana ketika masih kecil, penulis ingin dapat menjadi seorang violinist akan tetapi kesepatan untuk dapat memainkan alat musik ini tidak pernah dirasakan, sehingga kekaguman terhadapap alat musik ini memupuk hingga sekarang. Selain dari sisi penglaman pribadi ada beberapa ketertarikan lain yang membuat penulis memilih biola sebagai sumber ide diantaranya, biola memiliki suara yang indah dan menyentuh perasaan yang membuat penulis tertarik dengan alat musik ini. Nada yang dihasilkan lembut, mendayu dan memiliki nada yang tinggi dan panjang sehingga membuat para pendengarnya terhanyut dan ikut terlarut oleh lantunan nada yang dihasilkan. Didukung dengan adanya pengalaman sewaktu kecil tentang biola, serta keindahan biola baik secara visual maupun suara penulis juga memaknai alat musik biola seperti sebuah keluarga, yang tiap elemen-elemen penting yang terdapat pada alat musik tersebut mewakili tiap peran yang ada di dalam sebuah keluarga. Penulis juga mengartikan biola sebagai seorang indiviu atau manusia, dimana pemikiran manusia itu begitu rumit seperti banyaknya senar yang dimiliki sebuah biola, setiap orang tidak dapat membaca pikiran tersebut namun pikiran ini memiliki tujuannya masing-masing. Melalui beberapa alasan tersebut maka terciptalah sebuah konsep tentang biola yang bersumber dari pengalaman masa kecil.

2. PEMBAHASAN A. Biola

Biola merupakan alat musik yang berasal dari Eropa. “Biola dalam bentuk modern bermula dari Italia Utara pada awal abad ke-16. Alat musik gesek konon berasal dari para penunggang kuda yaitu suku bangsa nomaden di kawasan Mongolia dan Turki. Alat musik ini mempunyai dawai yang terbuat dari surai kuda. Pada zaman itu setiap kepala kuda selalu dihiasi ukiran kepala kuda ” Herry, 2013:9. Berawal dari tiga cikal bakal alat musik yaitu : 1 Rebec, yang merupakan perkembangan dari harpa dan rebab. 2 Vielle yaitu biola yang ada pada Abad Renaisans. 3 Lira da braccio yang merupakan hasil perkembangan dari harpa tangan Bizantium.

B. Bagian-bagian biola :

1 Biola Gambar 1. Biola dan Penggesek Biola Sumber: Buku Pengantar Pengetahuan Alat Musik Hal. 148. Pono Bance a. Kepala Biola b. Pemutar dawai c. Ruang putan dawai d. Leher biola e. Bidang pengaturan nada f. Dawai g. Tepi badan h. Bidang depan i. Badan depan j. Badan atas k. Pinggang biolalengkung c l. Badan bawah m. Lubang suaralubang f n. Jembatan o. Penahan dawai p. Sangkutan penahan dawai q. Sisi biola r. Bidang belakang s. Balok tumpuan t. Tongkat penunjang tongkat respnansi commit to user 2 Penggesek Biola Gambar 2. Biola dan Penggesek Biola Sumber: Buku Pengantar Pengetahuan Alat Musik Hal. 148. Pono Bance a. Kepala penggesek biola b. Dawai penggesek biola c. Bagian bawah penggesek bola

C. Kekaguman Terhadap Biola

Banyak kejadian yang dilalui manusia tiap harinya, diantara berbagai kejadian ini mungkin ada beberapa kejadian yang membekas hingga masih diingat ketika dewasa. Pengalaman mengenai biola ini menjadi salah satu pengalaman yang masih sangat diingat oleh penulis. Jika dihubungkan dengan sebuah teori, kenangan yang membekas ini memiliki kesamaan dengan teori yang pernah dipaparkan oleh ahli psikoanalisis Sigmund Freud. Sigmund Freud mengibaratkan bahwa kesadaran manusia itu seperti sebuah gunung es yang terapung dimana bagian yang muncul di permukaan air merupakan alam sadar jauh lebih kecil dibandingkan bagian yang tenggelam alam tak sadar. Kenangan masa kecil tentang biola ini terjadi ketika masih kecil sehingga secara tak sadar terbawa hingga di alam tak sadar penulis yang membuat kenangan tersebut masih membekas hingga sekarang. Menurut teori Sigmund Freud dipaparkan bahwa kepribadian manusia dibagi menjadi tiga tahapan yaitu id, ego dan superego, diawali dengan id yang memiliki arti yaitu bagian pikian yang didiami oleh insting-insting primitif dan impuls-impuls liar. Ia didominasi oleh prnsip kesenangan, “kawah dari napsu yang menggelegak”. Kedua ego yang merupakan sang “Aku” atau bagian pemikiran yang memerintah, bagian pemikiran yang dikembangkan oleh manusia purba dalam proses menjadi beradab. Ego secara terus menerus mengupayakan perdamaian antara keinginan tubuh dan tuntutan dunia luar “Ego melambangkan apa yang kita sebut dengan nalar dan akal, berlawanan dengan id yang berisikan napsu ”. Ketiga adalah superego yaitu bagian yang bertindak sebagai penilai kinerja ego. Bagian dari ego tempat kita menerima aturan-aturan dan otoritas dari dunia luar. Berdasarkan teori tersebut dihubungkan dengan pengalaman tentang biola yaitu pada fase id, penulis merasakan kecintaan terhadap biola, dimana kecintaan ini diawali ketika duduk dibangku Sekolah Dasar. Pertemuan awal dengan biola diawali dengan adanya ekstrakurikuler orchestra dimana tiap tahunnya orchestra ini selalu mengadakan sebuah konser. Keinginan untuk dapat memainkan alat music ini sangat meluap-luap sehingga ketika kelas 1 SD, penulis seringkali meminta kepada orang tua untuk dapat mengikuti les tersebut. Tidak terpenuhinya keiinginan ini dikarenakan faktor biaya membuat penulis mulai menerima situasi yang ada dan pada saat itu penulis memasuki fase ego. Penulis mulai memahami bahwa kesempatan untuk dapat mengikuti ekstrakurikuler biola ini agak sulit, sehingga untuk memuaskan hasrat kekaguman terhadap biola ini diwujudkan dengan cara melihat beberapa konser orchestra di sekolah, selain itu terkadang meminjam biola tersebut kepada teman dan mencoba untuk menggunakannya. Pada fase terakhir penulis memasuki tahap superego yang merupakan bagian penilai dari ego, untuk memenuhi hasrat kekaguman terhadap biola dirasa kurang tersalurkan sehingga dalam penuhan hasrat tersebut penulis ingin menyalurkan kekaguman tersebut ke dalam sebuah karya seni grafis, dimana ini merupakan salah satu cara positif untuk memenuhi kecintaan penulis terhadap biola. Teori Sigmund Freud juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan obsesi. Obsesi adalah ambisi pada ide atau aktivitas tertentu, menunjukkan adanya keinginan terepresi Backer, 2007:178. Represi sendiri adalah ketika keinginan, pemikiran atau perasaan yang menyebabkan konflik diingkari dari kesadaran manusia, sehingga keinginan tersebut tertekan terus dan mendesak pengungkapannya. Keinginan bermain biola menjadikan sebuah obsesi terhadap biola itu commit to user sendiri, sehingga perasaan yang tak dapat tersalurkan ini, ingin penulis salurkan melalui sebuah karya seni rupa yaitu seni grafis, yang awalnya bermula dari obsesi penulis tentang biola itu sendiri.

D. Konsepsi