pH Derajat Keasaman pada Media Tanaman Air

secara aerob dan anaerob selama limbah cair melewati rizosfer dari tanaman. Materi organik akan terdekomposisi akibat aktivitas mikroba, nitrogen akan terdenitrifikasi jika tersedia materi organik yang cukup, dan phospat akan teradsorpsi oleh media dan tanaman.

IV.3 pH Derajat Keasaman pada Media Tanaman Air

Proses penguraian oleh tanaman yang dibantu mikroorganisme pada daerah akar juga berpengaruh pada tingkat keasaman atau kebasaan pada proses pengolahan air limbah domestik menggunakan media tanaman air. Untuk menghindari peningkatan derajat keasaman pada proses pengolahan, maka selain melakukan pengamatan pada efisiensi penyisihan bahan organik pada air limbah, juga dilakukan pengontrolan pada proses pengolahan ini. Media tanaman air yang digunakan adalah teratai, kayu apu, dan gabungan dari kedua tanaman air tersebut. Pada tanaman teratai, didapatkan hasil pengukuran pH yang ditabelkan sebagai berikut : Tabel 4.8 Pengaruh Waktu Tinggal dan pH awal terhadap Responsi pH Waktu Tinggal hari awal 2 4 6 8 10 Kontrol 7,1 7,2 7,2 7,2 7,2 7,0 7,4 7,8 7,8 8,3 8,3 6,8 7,4 7,6 7,8 8,1 8,3 6,5 7,3 7,4 7,9 8,2 8,3 6,3 7,2 7,5 7,4 8,4 8,6 5,9 6,6 6,8 7,4 7,5 7,9 Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan data pengaruh waktu tinggal terhadap perubahan pH pada media tanaman air teratai, ditunjukkan pada Gambar 4.7. Dapat dijelaskan bahwa pH bergerak naik dalam pengolahan air limbah rumah tangga dengan menggunakan tanaman teratai. pH Limbah Awal 5 6 7 8 9 2 4 6 8 10 Waktu Tinggal hari p H Kontrol pH 7 20 pH 6,8 40 pH 6,5 60 pH 6,3 80 pH 5,9 100 Gambar 4.7 Hubungan antara Waktu Tinggal dengan Responsi pada berbagai pH Limbah Awal Pada proses pengolahan menggunakan tanaman kayu apu, pH juga mengalami peningkatan. Data yang didapat, sebagai berikut: Tabel 4.9 Pengaruh Waktu Tinggal dan pH awal terhadap Responsi pH Waktu Tinggal hari awal 2 4 6 8 10 Kontrol 7,1 7,2 7,2 7,2 7,2 7,0 7,4 7,8 7,9 8,3 8,4 6,8 7,4 7,5 7,8 8,1 8,3 6,5 7,5 7,6 7,9 8,3 8,3 6,3 7,3 7,4 7,5 7,6 7,7 5,9 6,4 6,9 7,5 7,7 7,9 Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan data perubahan pengaruh waktu tinggal terhadap perubahan pH pada media tanaman air kayu apu, ditunjukkan pada Gambar 4.8. Perubahan pH pada media tanaman kayu apu tidak berbeda dengan menggunakan media tanaman teratai. Sedangakan pada reaktor dengan menggunakan media tanamana kayu apu dan teratai, dapat dilihat pada Tabel 4.10. pH Limbah Awal 5 6 7 8 9 2 4 6 8 10 Waktu Tinggal hari p H Kontrol pH 7 20 pH 6,8 40 pH 6,5 60 pH 6,3 80 pH 5,9 100 Gambar 4.8 Hubungan antara Waktu Tinggal dengan Responsi pada berbagai pH Limbah Awal Berdasarkan Tabel 4.10 didapatkan data perubahan pengaruh waktu tinggal terhadap perubahan pH pada media tanaman kayu apu dan teratai dengan variasi waktu tinggal, dapat dilihat pada Gambar 4.9. Tabel 4.10 Pengaruh Waktu Tinggal dan pH awal terhadap Responsi pH Waktu Tinggal hari awal 2 4 6 8 10 Kontrol 7,1 7,2 7,2 7,2 7,2 7,0 7,3 7,5 7,6 8,1 8,2 6,8 7,5 7,5 7,7 7,9 8,1 6,5 7,5 7,6 7,8 7,8 8,3 6,3 7,2 7,3 7,4 7,5 7,6 5,9 6,4 6,7 7,2 7,4 7,6 Pada Gambar 4.9 perubahan pH pada gabungan kedua tanaman air juga tidak jauh berbeda dengan media tanaman kayu apu dan media tanaman teratai bahwa pH bergerak naik. M.O pH Limbah Awal 5 6 7 8 2 4 6 8 10 Waktu Tinggal hari p H Kontrol pH 7 20 pH 6,8 40 pH 6,5 60 pH 6,3 80 pH 5,9 100 Gambar 4.9 Hubungan antara Waktu Tinggal dengan Responsi pada berbagai pH Limbah Awal Nilai pH yang terus meningkat setiap kali dilakukan pengukuran pada media tanam diakibatkan adanya proses penguraian senyawa organik, antara lain: Bahan organik + O 2 Asam-asam organik + NH 3 + CO 2 + H 2 NH O 3 + H 2 O NH 4 NH OH 4 OH NH 4 + + OH NH - 4 + + H 2 O NO 2 - + H 2 O + 4H + 2 NO + energi 2 + O 2 NO 3 - Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Yusuf 2008, dengan mengunakan media tanaman air dalam pengolahan air limbah domestik didapatkan pH tertinggi adalah 7,2 dari pH awal 6,7 dengan pengenceran 50 air limbah dan tanaman yang digunakan adalah mendong, teratai, kiambang, dan hidrilla dengan waktu tinggal selama 2 hari . Sedangkan pada penelitian kali ini dengan menggunakan 2 jenis tanaman yaitu kayu apu dan teratai mampu + energi M.O menaikkan pH dari 6,5 menjadi 7,5 pada hari ke 2 dengan pengenceran air limbah 60. Peningkatan pH yang terjadi pada percobaan ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan percobaan yang dilakukan sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan kemampuan tanaman dalam menyerap zat organik yang ada pada air limbah. Sebagaimana diketahui bahwa pada pH 6 – 9, kehidupan biota dalam suatu perairan dapat berlangsung secara normal, baik kehidupan hewan maupun tumbuhan air, karena kondisi tersebut proses-proses kimia dan mikrobiologis yang menghasilkan senyawa yang berbahaya bagi kehidupan biota serta kelestarian lingkungan tidak terjadi. Dengan demikian, maka pH air limbah domestik yang telah memenuhi syarat dilepas ke lingkungan. 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN