Tujuan Pembelajaran berbasis Penemuan Sintaks Pembelajaran Berbasis Penemuan

31 Modul Pelatihan 2.1c Fase ke-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok- kelompok belajar • Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 5 orang. • Semua siswa membaca teks berjudul Pawai Budaya. • Siswa dalam kelompok dibagi tugas untuk mencermati paragraf, misalnya siswa A mencermati teks paragraph 1, siswa B mencermati paragraph 2, dan seterusnya. Fase ke-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar • Siswa membuat peta konsep berdasarkan teks yang dibacanya. • Peta konsep dibuat secara berkelompok, setiap siswa berkontribusi sesuai dengan bahan yang dibacanya. • Siswa bertanya kepada guru apabila ada proses kerja yang belum dipahami. Guru menjawab dan memberi bimbingan sesuai kebutuhan. Fase ke-5 Evaluasi • Guru memberikan umpan balik pada hasil kerja kelompok. Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan guru ketika peta konsep yang dibuat oleh kelompok masih perlu diperbaiki. • Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok yang lain menanggapi Fase ke-6 Memberikan penghargaan • Hasil kerja kelompok diberi skor oleh guru. • Kelompok mendapat predikat berdasarkan skor yang diperoleh. • Kelompok mendapatkan penghargaan dari guru. B. Model Pembelajaran Berbasis Penemuan Discovery Learning Model Discovery Learning mengacu kepada teori belajar yang dideinisikan sebagai proses pembelajaran yang diharapkan siswa mengorganisasi dan membangun konsep berdasar penemuannya sendiri. Dalam menerapkan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented berpusat pada guru menjadi student oriented berpusat pada siswa.

1. Tujuan Pembelajaran berbasis Penemuan

• Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan- keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. • Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. • Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. • Model pembelajaran ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. • Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. • Model pembelajaran discovery learning ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 32 Modul Pelatihan 2.1c • Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. • Membantu siswa menghilangkan skeptisme keragu-raguan karena mengarah pada kebenaran yang inal dan tertentu atau pasti. • Siswa a kan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; • Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; • Mendorong siswa berikir dan bekerja atas inisiatif sendiri; • Mendorong siswa berikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri; • Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik; Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; • Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya; • Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; • Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; • Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

2. Sintaks Pembelajaran Berbasis Penemuan

Tahapan Kegiatan Kegiatan Pembelajaran Fase ke-1 pemberian rangsangan menyediakan fakta awal untuk diamati peserta didik Guru menyajikan beberapa contoh dan bukan contoh dari suatu konsep sehingga peserta didik merasa tertarik untuk bertanya lebih jauh. Fase ke-2 identiikasi masalah mengklasiikasikan fakta yang diusulkan peserta didik Guru mendorong anak untuk menanyakan fakta tambahan dan guru meresponnya dengan mengatakan “contoh” atau “bukan contoh” sehingga peserta didik memperoleh lebih banyak contoh dan bukan contoh Fase ke-3 menghasilkan dugaan tentang maksud dari fakta yang diberikan Guru mengajak peserta didik untuk merumuskan dugaan mereka tentang konsep yang disiswai dari contoh- contohnya tersebut Fase ke-4 Pengumpulan data Guru membimbing peserta didik dalam mengumpulkan informasi terhadap masalah yang disiswai melalui berbagai cara: membaca sumber, diskusi, dan sebagainya. Fase ke-5 Pembuktian menganalisis fakta dengan mencari polanya Guru menata contoh-contohnya saja, dan mengajak peserta didik untuk menemukan kesamaan dari contoh contoh tersebut Fase ke-6 memfasilitasi peserta didik untuk berbagi hasil penalaran dugaannya Guru mengajak kelompok-kelompok untuk berbagi dugaannya dan mendiskusikan sehingga diperoleh dugaan bersama Fase ke-7 Tahap 6 Mendorong peserta didik untuk menyimpulkan Guru memberikan penegasan tentang maksud dari konsep itu 33 Modul Pelatihan 2.1c Fase ke-8 Membantu peserta didik lebih mantap memahami konsepnya Guru memberikan latihan-latihan untuk memantapkan pemahaman peserta didik Contoh: • Kelas : I • TemaSubtemaPembelajaran : DirikuAku Istimewa1 Fase ke-1 • Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4-5 orang • Siswa diminta untuk mengamati gambar yang terdapat pada buku teks yang menggambarkan perbedaan diantara Udin dan teman-temanya atau dapat juga dengan mengamati teman sekelasnya • Siswa diminta untuk menyebutkan contoh perbedaan yang tampak, misalnya perbedaan dalam hal isik kurusgemuk, sifat riang, dan budayanya bahasa, seni, pakaian adat, dll Fase ke-2 • Guru meminta siswa untuk menyebutkan perbedaan lainnya, misalnya agama, suku, dll Fase ke-3 • Siswa membuat dugaan jawaban atas pertanyaannya tersebut sehingga siswa mendapat pemahaman tentang konsep perbedaan Fase ke-4 • Siswa dengan dibimbing guru, mencari informasi dari berbagai sumber untuk menyakinkan dugaannya. Guru dapat memancing siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya dapat mengantarkan siswa untuk meyakinkan jawabannya. • Siswa mencatat informasi yang diperolehnya Fase ke-5 • Siswa dapat mengolah informasi yang diperolehnya sehingga siswa paham akan persamaan dan perbedaan pada setiap orang, walau mereka berbeda tetapi mereka berteman karena setiap orang istimewa. Setiap orang memiliki perbedaan, tetapi perbedaan itu adalah rahmat Tuhan yang harus disyukuri Fase ke-6 • Siswa mendiskusikan hasil temuannya dalam kelompok dengan kelompok lain. • Siswa menyimpulkan dugaannya berdasarkan data yang diperoleh 34 Modul Pelatihan 2.1c Fase ke-7 • Guru memberikan penegasan tentang maksud dari konsep perbedaan Fase ke-8 • Pada akhir proses pembelajaran, siswa dan guru memberikan contoh- contoh lainnya tentang perbedaan untuk memantapkan konsep mengenai perbedaan yang diperolehnya. Perbedaan yang ada akan saling menguatkan dan melengkapi sehingga pertemanan dapat terjalin dengan erat Contoh: • Kelas : IV • TemaSubtemaPembelajaran : Indahnya KebersamaanKeberagaman Budaya Bangsaku1 Target yang akan ditemukan adalah proses terjadinya bunyi Fase ke-1 • Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas 4-5 orang. • Siswa secara berkelompok mengamati berbagai alat musik tradisiona yang dibawa oleh guru. • Siswa mencoba memainkan alat musik tradisional tersebut di depan kelas. • Siswa menjelaskan cara memainkan alat musik tradisional tersebut dipukul, dipetik, digoyangkan, ditiup, digesek, dan lain-lain. Fase ke-2 • Siswa mengamati gambar dan membaca teks tentang berbagai alat musik tradisional. • Setelah membaca teks, siswa mengisi tabel yang terdapat dalam buku siswa, seperti di bawah ini: No Nama Alat Musik Cara Memainkan 1 Anglung Digoyangkan digerakkan 2 Saluang Ditiup 3 Talempong Dipukul • Siswa melakukan eksplorasi menggunakan benda-benda yang terdapat di sekitar kelas. • Setiap siswa diminta mengambil 5 benda yang ada di sekitar kelas, yang menghasilkan bunyi yang berbeda. 35 Modul Pelatihan 2.1c Guru dapat menyiapkan beragam benda yang menghasilkan bunyi dengan cara berbeda, seperti peluit ditiup , dua tutup panci dipukul, sendok dan botol kaca dipukul, kantong plastik diremas, botol plastik diisi benda-benda kecil digoyangkan, dsb. Jika jumlah benda terbatas, setiap siswa dapat mengambil dua benda, yang kemudian akan digunakan secara bergantian. • Siswa diminta membunyikan benda-benda tersebut. • Siswa diminta menuliskan hasil temuan mereka pada tabel. No Benda Cara membunyikan 1 2 3 4 5 • Siswa dibimbing guru untuk menemukan permasalahan. • Permasalahan dirumuskan dalam pertanyaan, misalnya 1 mengapa alat musik tradisiona berbunyi ketika dimainkan, 2 mengapa peralatan seperti panci, piring, peluit, dan sendok dapat dibunyikan dengan perlakuan tertentu? Fase ke-3 • Siswa membuat dugaan jawaban atas pertanyaannya tersebut berdasarkan percobaannya. Fase ke-4 • Siswa dengan dibimbing guru, mencari informasi untuk menyakinkan dugaannya. Guru dapat memancing siswa dengan pertanyaan- pertanyaan yang jawabannya dapat mengantarkan siswa untuk meyakinkan jawabannya. • Siswa dapat juga mencari informasi dengan cara membaca berbagai buku sumber. • Siswa mencatat informasi yang diperolehnya. Fase ke-5 • Siswa mencocokkan informasi yang diperoleh dengan percobaan yang dilakukannya. Misalnya, bunyi terjadi karena ada sesuatu yang digetarkan pada benda tersebut. Fase ke-6 • Siswa mendiskusikan hasil temuannya dalam kelompok dengan kelompok lain. • Siswa menyimpulkan dugaannya berdasarkan percobaan yang dilakukan. 36 Modul Pelatihan 2.1c Fase ke-7 • Guru menegaskan hasil temuan siswa mengenai proses terjadinya bunyi, misalnya dengan cara membuat kesimpulan bersama yang dituliskan di papan tulis. Fase ke-8 • Siswa mengerjakan soal latihan dari guru untuk memantapkan pemahaman hasil temuannya. C. Model Pembelajaran Berbasis Masalah problem-based learningPBL Konsep pembelajaran PBL yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan bersangkut-paut bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik nyata Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator guru.

1. Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah