PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DAN STAD DI SMP NEGERI 1 BINJAI TAHUN AJARAN 2016/2017.

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA
YANG BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS
DAN STAD DI SMP NEGERI 1 BINJAI
TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh:
M. Rahmatsyah Putra
NIM. 4123111043
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016

i


ii

RIWAYAT HIDUP

M. Rahmatsyah Putra lahir di Medan, pada tanggal 5 Maret 1994. Ayah
bernama Suherman, Ibu bernama Juliar dan merupakan anak semata wayang atau
anak tunggal. Pada tahun 2000 penulis masuk SD Negeri 064988 Medan dan lulus
pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di SMP Negeri 28 Medan dan
lulus pada tahun 2009. Selanjutnya penulis bersekolah di SMA Negeri 13 Medan dan
selesai pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.

iii

Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Belajar dengan
Menggunakan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dan
STAD di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017
M. Rahmatsyah Putra (4123111043)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi
matematis siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran
2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh siswa SMP N 1
Binjai Kelas VIII sebanyak 10 kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII yang bersifat homogen yaitu siswa kelas VIII-8 sebagai
kelas eksperimen I (belajar dengan model STAD) sebanyak 35 siswa dan siswa
kelas VIII-7 sebagai kelas eksperimen II (belajar dengan model TSTS) sebanyak
36 siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes
kemampuan komunikasi matematis, yang terdiri dari 4 butir soal uraian. Tes
diberikan sebanyak 2 kali yaitu pretest sebelum diberikan pembelajaran dan
posttest diberikan setelah pembelajaran di kedua kelas berakhir.
Dari hasil pengolahan data diperoleh rata-rata kemampuan komunikasi
matematis siswa pada hasil pretest diperoleh 58,5714 untuk kelas eksperimen I
dan 55,9028 untuk kelas eksperimen II. Sedangkan pada posttest rata-rata
kemampuan komunikasi matematis siswa sebesar 73,9286 untuk kelas eksperimen

I dan 64,2361 untuk kelas eksperimen II.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan yaitu dengan
mengggunakan uji t dengan  0,05 diperoleh thitung(2,1615) > ttabel(1,6685). Hal

thitung berada di luar penerimaan H0 maka berdasarkan
pengujian tersebut diperoleh bahwa H0 ditolak berarti Ha diterima sehingga dapat

ini menunjukkan bahwa

dinyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari
kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran
2016/2017.
Kata kunci: Komunikasi Matematis, TSTS, STAD

iv

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada
penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktu

yang

direncanakan.

Skripsi

berjudul

“Perbedaan

Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa yang Belajar dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dan STAD di SMP Negeri 1 Binjai
Tahun Ajaran 2016/2017”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.
Izwita Dewi, M.Pd., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal rencana
penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Syafari, M.Pd, Bapak Dr. Togi, M.Pd.,
Ibu Prihatin Ningsih Sagala, S.Pd., M.Si., selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga
kepada Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D., selaku dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran dalam perkuliahan. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd
selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd., selaku Dekan FMIPA
UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si., selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak
Drs. Yasifati Hia, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Matematika FMIPA UNIMED,
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika, dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan
Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis dan memberikan
kelancaran selama penyusunan skripsi ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah
SMP Negeri 1 Binjai dan seluruh Bapak/ Ibu guru beserta Staf Pegawai SMP

Negeri 1 Binjai yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

v

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda yang
tersayang Suherman, Ibunda tercinta Juliar. yang selalu memberikan limpahan
kasih sayang, doa, dorongan, semangat, dan pengorbanan yang tak ternilai
harganya yang begitu banyak memberikan do’a dan motivasi, semangat serta
dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed serta
seluruh keluarga yang tak hentinya memberikan doa, dukungan, semangat dan
kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi.
Terima kasih juga buat sahabat penulis yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan semangat dan dukungan yaitu
Rizki Ramadhana, Rizky Ikhwan Permana, Khairul Sipahutar, Iswa Okataya,
Kanura, Ihsan Irfandi Pakpahan, Fadhlan Almurtadho, Prasetio, Mimi Silvianti
dan semua teman-teman sekelas Matematika Reguler Dik B’12 yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa mendukung dan menemani penulis
dalam suka maupun duka, dalam tangis maupun tawa. Terima kasih juga kepada
teman-teman PPLT Unimed 2015 di SMP Swasta Karya Bakti Selesai yang selalu
memberi dukungan dan berbagi pengalaman bersama penulis.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan baik dari
segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis
berharap isi skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.

Medan,
Penulis

Agustus 2016

M. Rahmatsyah Putra
NIM. 4123111043

vi

DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup

Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran

i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah

1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Definisi Operasional

1
7
8
8
8
8
9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Komunikasi Matematis
2.1.1.1. Pengertian Komunikasi
2.1.1.2. Pengertian Komunikasi Matematis
2.1.1.3. Kemampuan Komunikasi Matematis
2.1.2. Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
2.1.4. Model Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD)
2.1.5. Materi Fungsi
2.2. Penelitian Relevan
2.3. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1. Lokasi Penelitian
3.1.2. Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi Penelitian
3.2.2. Sampel Penelitian
3.3. Variabel Penelitian
3.4. Jenis dan Desain Penelitian
3.5. Prosedur Penelitian
3.6. Instrumen Penilaian

10

10
10
12
15
21
28
32
38
42
43
45

46
46
46
46
46
46
47
47
49
52

vii

3.6.1. Pretest dan Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
3.7. Teknik Analisis Data
3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif
3.7.2. Analisis Statistika Inferensial
3.7.2.1. Menghitung Rata-Rata Skor
3.7.2.2. Menghitung Standard Deviasi
3.7.3. Uji Normalitas
3.7.4. Uji Homogenitas
3.7.5. Pengujian Hipotesis

52
56
56
57
57
57
57
58
59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1. Data Pretest Kemampuan Komunikasi Matematis
4.1.2. Data Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis
4.2. Hasil Data Penelitian
4.2.1. Uji Normalitas
4.2.2. Uji Homogenitas
4.2.3. Uji Hipotesis
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian

62
62
65
68
68
69
70
71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

75
75

Daftar Pustaka

76

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Diskusi Model Dua Tinggal Dua Tamu

31

Gambar 2.2. Fungsi yang Menyatakan Himpunan A ke Himpunan B

38

Gambar 2.3. Penyajian Fungsi dengan Diagram Panah

39

Gambar 2.4. Penyajian Fungsi dalam Tabel Nilai Fungsi

40

Gambar 2.5. Penyajian Fungsi dalam Bentuk Grafik

40

Gambar 2.6. Fungsi yang Menyatakan
Anggota Himpunan B

x Anggota Himpunan A ke y

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian

40
51

Gambar 4.1. Nilai Rata-Rata Komunikasi Matematis Tiap Skor Data Pretest
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
64
Gambar 4.2. Nilai Rata-Rata Pretest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II 64
Gambar 4.3. Nilai Rata-Rata Komunikasi Matematis Tiap Skor Data Posttest
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
66
Gambar 4.4. Nilai Rata-Rata Posttest Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II 67
Gambar 4.5. Selisih Komunikasi Matematis Tiap Skor Data Pretest-Posttest
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
67

ix

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

17

Tabel 2.2. Kriteria Pemberian Skor Komunikasi Matematis

20

Tabel 2.3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

27

Tabel 2.4. Perhitungan Skor Perkembangan Individu

35

Tabel 2.5. Kriteria Pemberian Penghargaan Kelompok

35

Tabel 2.6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

36

Tabel 3.1. Desain Penelitian two group pretest and posttest design

48

Tabel 3.2. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

53

Tabel 3.3. Pedoman Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis

53

Tabel 3.4. Hasil Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

56

Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Pretest Kelas Eksperimen I

63

Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Pretest Kelas Eksperimen II

63

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Posttest Kelas Eksperimen I

65

Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Posttest Kelas Eksperimen II

65

Tabel 4.5. Hasil Analisis Normalitas Pretest

69

Tabel 4.6. Hasil Analisis Normalitas Posttest

69

Tabel 4.7. Hasil Analisis Homogenitas Data Penelitian

70

Tabel 4.8. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis

71

x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RPP I (Eksperimen 1 STAD)

79

Lampiran 2. RPP II (Eksperimen 1 STAD)

93

Lampiran 3. RPP I (Eksperimen 2 TSTS)

110

Lampiran 4. RPP II (Eksperimen 2 TSTS)

122

Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I

137

Lampiran 6. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa I

140

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa II

142

Lampiran 8. Alternatif Penyelesaian Lembar Aktivitas Siswa II

150

Lampiran 9. Kisi-Kisi Pre-Test

157

Lampiran 10. Kisi-Kisi Post-Test

158

Lampiran 11. Lembar Validasi Soal Pre-Test

159

Lampiran 12. Lembar Validasi Soal Pots-Test

162

Lampiran 13. Pre-Test

165

Lampiran 14. Alternatif Penyelesaian Pre-Test

166

Lampiran 15. Pedoman Penskoran Pre-Test

169

Lampiran 16. Post-Test

171

Lampiran 17. Alternatif Penyelesaian Post-Test

173

Lampiran 18. Pedoman Penskoran Post-Test

177

Lampiran 19. Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen I

179

Lampiran 20. Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen II

181

Lampiran 21. Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen I

183

Lampiran 22. Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen II

185

xi

Lampiran 23. Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standar Deviasi Pretest

187

Lampiran 24. Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Standar Deviasi Posttest

194

Lampiran 25. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen I

201

Lampiran 26. Perhitungan Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen II

205

Lampiran 27. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen I

208

Lampiran 28. Perhitungan Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen II

212

Lampiran 29. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest

216

Lampiran 30. Perhitungan Uji Homogenitas Posttest

217

Lampiran 31. Perhitungan Uji Hipotesis Pretest

218

Lampiran 32. Perhitungan Uji Hipotesis Posttest

220

Lampiran 33. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors

223

Lampiran 34. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z

224

Lampiran 35. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t

225

Lampiran 36. Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F

226

Lampiran 37. Lembar Observasi Proses Pembelajaran

228

Lampiran 38. Jadwal Kegiatan Penelitian

236

Lampiran 39. Dokumentasi Penelitian

237

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pelajaran matematika mempunyai peranan yang sangat penting di dalam
pendidikan. Berbagai aplikasi matematika dapat digunakan untuk memecahkan
masalah

kehidupan

sehari-hari.

Seperti

diungkapkan

Cornelius

(dalam

Abdurrahman, 2012:204) bahwa :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas. Dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Matematika sebagai ilmu yang sangat penting harusnya menjadi
pelajaran yang disenangi oleh siswa yang sedang mempelajarinya. Namun, pada
kenyataannya matematika termasuk pelajaran yang tidak disukai banyak siswa.
Ketakutan-ketakutan dari siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri,
melainkan kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan situasi yang dapat
membawa siswa tertarik pada matematika.
Matematika tidak hanya sebagai ilmu, tetapi juga sebagai dasar logika
penalaran dan penyelesaian kuantitatif yang dipergunakan dalam ilmu lain. Ini
berarti matematika memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga penguasaan matematika sejak dini diperlukan
siswa untuk menguasai dan menciptakan teknologi masa depan. Oleh karena itu,
mata pelajaran matematika perlu diberikan untuk membekali siswa agar dapat
mengembangkan

kemampuan

menggunakan

bahasa

matematika

dalam

mengkomunikasikan ide atau gagasan (Muzayyanah, 2009).
Komunikasi suatu aktivitas yang tidak mungkin lepas dari kehidupan
manusia. Dengan komunikasi seseorang dapat mengekspresikan ide dan
pemikirannya, saling bersosialisasi, serta menerima dan melakukan pembelajaran,
dan masih banyak lagi aktivitas yang dapat dilakukan melalui komunikasi.
1

2

Sebaliknya banyak juga masalah yang dapat ditimbulkan karena kesalahan
komunikasi. Seringkali seseorang tidak menyadari pentingnya bahasa sampai
pada saat dia menemui jalan buntu ketika berkomunikasi dengan orang lain yang
tidak memahami bahasa yang digunakannya, sehingga membuatnya menjadi
frustasi (Dewi, 2014).
Menurut Toliver (dalam Dewi, 2014) menyatakan bahwa “kelas
matematika tidak hanya dapat saya gunakan untuk membangun kemampuan siswa
membaca, menulis, dan mendengar, tetapi dengan menekankan pada aktivitasaktivitas komunikasi tersebut saya dapat menjadi guru matematika yang lebih
baik.” Pernyataan tersebut secara implisit mengatakan bahwa dengan menekankan
aktivitas komunikasi dalam kelas matematika dapat membangun kemampuan
siswa membaca, menulis dan mendengar dan juga dapat menjadikan seorang guru
merasa menjadi seorang guru yang baik (Dewi, 2014).
Melalui aktivitas komunikasi juga, ide-ide menjadi objek komunikasi
untuk selanjutnya dilakukan diskusi, refleksi, dan perbaikan pemahaman. Ketika
siswa ditantang untuk berfikir dan beralasan tentang ide matematis dan kemudian
mengkomunikasikan hasil pemikirannya kepada siswa lain, baik secara lisan
maupun tulisan maka ide itu semakin jelas dan mantap bagi diri siswa tersebut.
Selain itu bagi siswa lain yang mendengarkannya akan berkesempatan untuk
membangun pengetahuan dari hasil menyimak penjelasan tersebut (Suhaedi,
2012).
Menurut Guerreiro (dalam Izzati dan Suryadi, 2010), komunikasi
matematis merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau
sebagai fondasi dalam membangun pengetahuan matematika. Menurut MES
(dalam Izzati dan Suryadi, 2010), komunikasi matematis merupakan salah satu
komponen proses pemecahan masalah matematis. Komunikasi merupakan
kemampuan untuk menggunakan bahasa matematis untuk mengekspresikan
gagasan matematis dan argumen dengan tepat, singkat dan logis. Komunikasi
membantu siswa mengembangkan pemahaman mereka terhadap matematika dan
mempertajam berfikir matematis mereka.

3

Mengembangkan kemampuan komunikasi matematis sejalan dengan
paradigma baru pembelajaran matematika. Pada paradigma lama, guru lebih
dominan dan hanya bersifat mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa.
Sedangkan para siswa dengan diam dan pasif menerima transfer pengetahuan dari
guru tersebut. Namun pada paradigma baru pembelajaran matematika, guru
merupakan manajer belajar dari masyarakat belajar didalam kelas, guru
mengkondisikan agar siswa aktif komunikasi dalam belajarnya. Guru membantu
siswa untuk memahami ide-ide matematis secara benar serta meluruskan
pemahaman siswa yang kurang tepat (Qohar, 2009).
Menurut Hatano dan Ingaki (dalam Suhaedi, 2009) menyatakan bahwa :
Siswa yang mendapatkan kesempatan, semangat dan dorongan untuk bicara,
menulis, dan mengajar matematika, akan memiliki dua keuntungan yaitu mereka
berkomunikasi untuk belajar matematika dan mereka belajar untuk berkomunikasi
matematis.
Kemampuan

komunikasi

matematis

siswa

sangat

perlu

untuk

dikembangkan, karena melalui komunikasi matematis siswa dapat melakukan
organisasi berpikir matematisnya baik secara tulisan, siswa bisa memberi respon
dengan tepat, baik di antara siswa itu sendiri maupun antara siswa dengan guru
selama proses pembelajaran berlangsung. Komunikasi matematis berperan untuk
memahami ide-ide matematis secara benar. Siswa yang memiliki kemampuan
komunikasi matematis yang baik, cenderung dapat membuat berbagai representasi
yang beragam, sehingga lebih memudahkan siswa dalam mendapatkan alternatifalternatif penyelesaian berbagai permasalahan matematis (Suhaedi, 2012).
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran
matematika di Indonesia dalam aspek komunikasi matematis masih rendah.
.Sebagaimana yang terdapat dalam http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf :
“Rendahnya kemampuan komunikasi matematis ditunjukkan dalam studi
Rohaeti (2003) bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa
berada dalam kualifikasi kurang. Demikian juga Purniati (2003)
menyebutkan bahwa respons siswa terhadap soal-soal komunikasi
matematis umumnya kurang. Hal ini dikarenakan soal-soal pemecahan
masalah dan komunikasi matematis masih merupakan hal-hal yang baru,
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan.”

4

Izzati (dalam Prayitno, 2013) mengungkapkan bahwa gambaran
lemahnya kemampuan komunikasi siswa dikarenakan pembelajaran matematika
selama ini masih kurang memberi perhatian terhadap pengembangan kemampuan
ini. Hal yang sama juga ditemukan oleh Kadir (dalam Prayitno, 2013), bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa SMP di pesisir masih rendah, baik
ditinjau dari peringkat sekolah, maupun model pembelajaran. Begitu juga dengan
yang diungkapkan Qohar (dalam Prayitno, 2013), bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa SMP (terutama di daerah bukan perkotaan) masih kurang, baik
lisan maupun tertulis. Turmudi (2009:7) mengungkapkan bahwa “Siswa tidak
diberi kesempatan untuk mengemukakan idenya menyampaikan gagasannya,
bahkan mengomentari kesalahan penyajian sekalipun.”
Berbagai

perlakuan

dilakukan

untuk

meningkatkan

kemampuan

komunikasi matematis tetapi tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang signifikan. Dengan kata lain, pengaruh
perlakuan yang diberikan tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Dalam kegiatan diskusi
ada beberapa siswa yang kesulitan dalam menyampaikan hasil pemikirannya,
siswa kurang memahami apa yang disampaikan siswa lain, siswa hanya mampu
menyelesaikan soal sejenis dengan soal yang sudah diselesaikan oleh guru. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis beberapa siswa masih
kurang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (dalam Izzati,
2010) menunjukkan bahwa :
Kemampuan berkomunikasi secara matematis masih menjadi titik lemah
siswa dalam pembelajaran matematika. Jika kepada siswa diajukan suatu
pertanyaan, pada umumnya reaksi mereka adalah menunduk, atau
melihat kepada teman yang duduk di sebelahnya. Mereka kurang
memiliki kepercayaan diri untuk mengkomunikasikan ide yang dimiliki
karena takut salah dan ditertawakan teman.
Dari beberapa hal di atas, menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa masih rendah khususnya komunikasi matematis tulis.
Komunikasi matematis tulis yang terlihat dari kemampuan siswa dalam

5

menggunakan kosa kata-nya, notasi, dan struktur matematis baik dalam bentuk
penalaran, koneksi, maupun dalam problem solving. Oleh karena itu, sangat
penting arti dan peranan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa.
Peningkatan kemampuan komunikasi siswa dapat dilakukan dengan
mengadakan perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, perlu
dirancang suatu pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya, sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan
serta mampu mengkomunikasikan pemikirannya baik dengan guru, teman
maupun terhadap materi matematika itu sendiri. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi
matematis siswa adalah dengan melaksanakan model pembelajaran yang relevan
untuk diterapkan oleh guru.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu guru bidang
studi matematika di SMP Negeri 1 Binjai menyatakan bahwa:
“Metode pembelajaran yang sering saya terapkan adalah metode
pembelajaran langsung, saya langsung menyampaikan materi dan siswa
memperhatikan. Hanya sekali-sekali menggunakan metode diskusi,
kelompok”.
Dalam pembelajaran, guru hendaknya memilih alternatif model
pembelajaran secara tepat, mampu mengembangkan dan menerapkan dalam
proses pembelajaran serta harus memperhatikan faktor siswa sebagai subyek
belajar. Hari Suderadjat (dalam Muzayyanah, 2009) mengemukakan bahwa semua
kegiatan pembelajaran dalam bentuk eksplorasi, menjelaskan, menyelidiki,
menguraikan dan menetapkan suatu putusan, dapat mendorong siswa dalam
pengembangan berkomunikasi. Berkaitan dengan masalah di atas maka
komunikasi matematis siswa diartikan sebagai kesanggupan siswa dalam
menafsirkan dan menyatakan gagasan atau ide-ide matematika secara tertulis
melalui tiga aspek yakni: (1) menjelaskan matematika, (2) menggambar
matematika, (3) ekspresi matematika.
Berkaitan dengan uraian tersebut maka perlu dipikirkan cara dan strategi
untuk mengatasi permasalahan di atas. Salah satu model pembelajaran yang dapat

6

dijadikan alternatif adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif memiliki beberapa tipe dan dalam hal ini penulis tertarik meneliti
kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD). Pada model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
(TSTS), siswa belajar bersama kelompok kecil yang heterogen sehingga
menghindari rasa bosan yang disebabkan pembentukan kelompok yang permanen
dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan kelompok lain.
Selain itu adanya interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide
baru dan memperkaya intelektual siswa (Lie, A, 2008).
Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) mudah dipecah
menjadi berpasangan, lebih banyak tugas yang biasa dilakukan, guru mudah
memonitor, dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, kecenderungan belajar
siswa menjadi lebih bermakna, lebih berorientasi pada keaktifan, diharapkan
siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya, menambah kekompakan dan
rasa percaya diri siswa, dan membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil yang
terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok secara heterogen, baik jenis kelamin, ras,
etnik, maupun kemampuan dalam satu kelompok, siswa menggunakan lembar
kerja akademik, kemudian siswa saling membantu untuk menguasai pelajaran
melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Dalam
kelompok-kelompok kecil siswa dapat menjalin kerjasama yang baik dengan
anggota kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions
(STAD) memberikan arah pelajaran akan lebih jelas karena pada tahap awal guru
terlebih dahulu menjelaskan uraian materi yang dipelajari, membuat suasana
belajar lebih menyenangkan karena siswa dikelompokkan dalam kelompok yang
heterogen, pembelajaran lebih terarah sebab guru terlebih dahulu menyajikan
materi sebelum tugas kelompok dimulai, meningkatkan kerjasama diantara siswa
sebab dalam pembelajaran siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam
satu kelompok, dengan adanya pertanyaan model kuis akan dapat meningkatkan

7

semangat anak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, mengetahui
kemampuan siswa dalam menyerap materi ajar sebab guru memberikan
pertanyaan kepada seluruh siswa, dan sebelum kesimpulan diambil guru terlebih
dahulu melakukan evaluasi pembelajaran.
Berdasarkan hal di atas, perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terletak pada pembagian
kelompok dan proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS
dibagi menjadi 4 kelompok, sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat dibagi menjadi 4-5 kelompok. Proses pembelajaran pada model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS guru hanya memberikan konsep umum pada
materi fungsi, sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guru
menjelaskan materi fungsi terlebih dahulu. Oleh sebab itu, dari kedua model
pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan STAD diharapkan dapat memperbaiki
kemampuan komunikasi matematis siswa yang rendah khususnya pada materi
fungsi. Mempelajari fungsi bukan hanya kemampuan menemukan kebenaran
jawaban akhir dan mutlak tetapi juga untuk memperoleh ketangkasan dan
keterampilan komunikasi.
Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan diatas peneliti merasa tertarik
untuk

mengadakan

penelitian

dengan

judul

“Perbedaan

Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Yang Belajar Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dan STAD di SMP Negeri 1 Binjai
Tahun Ajaran 2016/2017”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang disusun penulis, masalah yang
akan diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1.

Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.

2.

Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

3.

Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

4.

Model pembelajaran masih bersifat konvensional.

8

1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan terarah, maka
penelitian ini dibatasi pada:
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
2. Model pembelajaran masih bersifat konvensional.

1.4 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari
kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan mengguanakan
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran
2016/2017?

1.5 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dibuat maka tujuan penelitian ini
adalah: Untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang
belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih
baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di SMP Negeri 1 Binjai
Tahun Ajaran 2016/2017.

1.6 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1.

Bagi guru, sebagai bahan masukan kepada guru matematika tentang
perbedaan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan model
pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD).

2.

Bagi

siswa,

sebagai

pengalaman

belajar

dan

memberikan

variasi

pembelajaran guna meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa
dalam memahami dan menguasai konsep demi mencapai prestasi yang lebih
baik.

9

3.

Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
peningkatan kualitas pengajaran serta menjadi bahan pertimbangan untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

4.

Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dan bekal ilmu pengetahuan untuk
peneliti yang nantinya akan menjadi guru, serta sebagai bahan pertimbangan
peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian di kemudian hari.

1.7 Definisi Operasional
Penelitian ini berjudul perbedaan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan tipe
STAD di SMP Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017.
Untuk menghindari kesalahpahaman penelitian ini memberi batasan
definisi operasional sebagai berikut:
1

Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan model
pembelajaran kooperatif dengan struktur dua tinggal dua tamu yang
dilaksanakan melalui tahap persiapan, penyajian kelas, kegiatan kelompok,
tes, dna penghargaan kelompok.

2

Model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah
model pembelajaran dimana tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru
menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

3

Komunikasi matematis adalah proses menafsirkan dan menyatakan gagasan
atau ide-ide matematika melalui aspek menjelaskan, menggambar dan
ekspresi matematika dalam bentuk tulisan.

4

Kemampuan komunikasi matematis diartikan sebagai kesanggupan siswa
dalam menafsirkan dan menyatakan gagasan atau ide-ide matematika secara
tertulis melalui tiga aspek yakni: (1) menjelaskan matematika, (2)
menggambar matematika, (3) ekspresi matematika

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang
belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS di SMP
Negeri 1 Binjai Tahun Ajaran 2016/2017. Aspek kemampuan komunikasi matematis
siswa yang mempunyai selisih paling tinggi pada pembelajaran dengan model
kooperatif tipe STAD adalah aspek kemampauan membaca gambar, sedangkan aspek
kemampuan komunikasi matematis siswa yang mempunyai selisih paling tinggi pada
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TSTS adalah aspek
kemampuan membaca gambar dan ekspresi matematika.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka disampaikan beberapa
saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil
penelitian ini.
1. Bagi guru khususnya guru matematika agar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan selalu melibatkan siswa dalam proses belajar
mengajar yang bertujuan untuk memotivasi siswa dan melatih siswa untuk
belajar aktif.
2. Pada pembelajaran, guru hendaknya lebih banyak melatih siswa untuk
membuat gambar dan ekspresi matematika.
3. Bagi pihak terkait lainnya seperti pihak sekolah diharapkan untuk lebih
memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana dalam melancarkan proses
pembelajaran.
4. Bagi peneliti lanjutan, hendaknya penelitian dapat dilengkapi dengan meneliti
aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau dalam penelitian ini.

75

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono., (2012), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Rieka Cipta Jakarta.
Ansari, Bansu I., (2009), Komunikasi Matematika (Konsep dan Aplikasi), Penerbit
Pena, Banda Aceh.
Ambarjaya, Beni.s., (2012), Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori dan
Praktik, CAPS, Jakarta.
Dewi, Izwita, (2014), Profil Keakuratan Matematis Mahasiswa Calon Guru
Ditinjau dari Perbedaan Jeender, Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 1,
No.2, September 2014, ISSN : 2355-4185
Fachrurazi, (2011), Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis
Siswa Sekolah Dasar. http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf, [diakses 6
Januari 2016].
Februeny, Tri, (2014), Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray
(TSTS) dan Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division
(STAD) dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berbasis Kontekstual
Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Colomadu Tahun Ajaran 2013/2014,
Skripsi, FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fitriani, dan Lina, (2013), Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dan Two Stay Two Stray (TSTS)
terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII
SMP N 2 Depok Tahun Ajaran 2012/2013, Dalam Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains UNY.
Isjoni, H., (2009), Pembelajaran Kooperatif : Meningkatkan Kecerdasan
Komunikasi Antar Peserta Didik, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
, (2011), Cooperatif Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar
Berkelompok, Alfabeta, Bandung.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan
Izzati, Nur, dan Suryadi, Didi, (2010), Komunikasi Matematik Dan Pendidikan
Matematika Realistik, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, Yogyakarta, UNY, 27 November 2010, ISBN: 978979-16353-5-6.
76

77

Jufri, Wahab, (2013), Belajar dan Pembelajaran Sains, Pustaka Reka Cipta,
Bandung.
Lie, A., (2008), Cooperative Learning, Penerbit Grasindo, Jakarta.
, (2010), Cooperative Learning (Mempraktekkan Cooperatif Learning di
Ruang Kelas), PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia, Jakarta.
Mahmudi, Ali, (2009), Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal
MIPA UNHALU Vol 8 No.1, ISSN 1412-2318.
Mayasari, Dian, (2013), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay
Two Stray untuk Meningkatkan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa Kelas
XI IPA 5 SMAN 1 Purwosari Pasuruan, Jurnal , Jurusan Matematika
Universitas Negeri Malang.
Muzayyanah, Arifah, (2009), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) di SMA Negeri 1 Godean,
Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah,
Yogyakarta, FMIPA UNY, 6 Desember 2009, ISBN: 978-979-16353-4-9.
Nida, J, (2011), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievment Divisions) dalam Meningkatkan Pemahaman dan Komunikasi
Matematis Siswa pada Pokok Bahasan Bangun Ruang, http://aresearch.upi.edu/tesisview.php?no_tesis=568, [diakses 29 Agustus 2016].
Prayitno, S.,Suwarsono, St., Siswono, T.Y.E., (2013) Komunikasi Matematis
Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berjenjang Ditinjau
Dari Perbedaan Gender, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, FMIPA UNY, 9 November 2013, ISBN: 978-97916353-9-4.
Qohar, Abd., (2009), Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Pertama Pada Pembelajaran Dengan Model Reciprocal Teaching,
Prosiding Seminar Nasional Pembelajaran Matematika Sekolah,
Yogyakarta, FMIPA UNY, 6 Desember 2009, ISBN: 978-979-16353-4-9.
Rachmayani, Dwi, (2014), Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian
Belajar Matematika Siswa, Jurnal Pendidikan UNSIKA Vol 2 No. 1, ISSN:
2338-2996.
Rusman, (2010), Model-model Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta.

78

Saputra, H., (2013), Jurnal Sain Riset, Peningkatan Kemampuan Komunikasi
Matematik Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-TalkWrite,
Volume
3

No.
1:
1-5
(ejournal.unigha.ac.id/data/journal%20%20SAINS%20Riset%20vol%203%
20no%2094.pdf diakses 16 Januari 2016)
Shafridla, (2012), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Dan Disposisi
Matematis Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik, Tesis, FMIPA
UNIMED.
Siregar, E., Nara, H., (2010), Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia,
Bogor.
Slavin, R., (2005), Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, Nusa Media,
Bandung.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito
Suhaedi, Didi, (2012), Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Makalah
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika, Yogyakarta, FMIPA UNY, 10 Desember 2012, ISBN: 978-97916353-8-7.
Suprijono, Agus, (2010), Cooperatif Learning – Teori & Aplikasi PAIKEM,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Turmudi, (2009), Taktik Dan Strategi Pembelajaran Matematika (Referensi
Untuk Guru SMA/Ma, Mahasiswa, dan Umum Cetakan I), Leuser Cita
Pustaka, Jakarta.
, (2009), Taktik Dan Strategi Pembelajaran Matematika seri 4 (Referensi
Untuk Guru Matematika, Cet II), Leuser Cita Pustaka, Jakarta.