PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG HAK ULAYAT ( STUDI KASUS DI DESA SILALAHI III KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI).

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG HAK ULAYAT

( STUDI KASUS DI DESA SILALAHI III

KECAMATAN SILAHISABUNGAN

KABUPATEN DAIRI)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Ujian Mempertahankan Skripsi

Oleh :

Eki Marlina Purba

NIM. 3123 111 016

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Eki Marlina Purba, NIM :3123111016, Persepsi Masyarakat Tentang Hak Ulayat (Study Kasus Desa Silalahi III Kabupaten Dairi). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.Fakultas Ilmu Sosial.Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi Masyarakat Tentang Hak Ulayat Di Desa Silalahi III Kabupaten Dairi.Populasi dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi yang terdiri dari 5 desa yang berjumlah 251 KK. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Sampling (Area Sampling), maka ditetapkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah penduduk di Desa Silalahi III sebanyak 83 KK. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data primer dan sekunder, yaitu observasi, angket dan wawancara.Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi masyarakat tentang hak ulayat di Desa Silalahi III Kabupaten Dairi masih kurang baikdimana diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan di desa Silalahi III tersebut menunjukkan bahwa 59,92% yang dapat dilihat bahwa persepi masyarakat masih rendah terhadap hak ulayat. Dilihat dari pemahaman masyarakat akan pentingnya batas hak ulayat dan batas tanah ulayatnya, bukti kepemilikan tanah, keberadaan hukum adat, dan pola pikir masyarakat masih minim. Peraturan hukum adat belum maksimal dilaksanakan, sehingga sering bertolak belakang dengan peraturan yang ditetapkan. Dan pelayanan kepala adat dan kepala desa belum maksimal sesuai dengan wewenangnya masing-masing. Sehingga masih banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi terutama sengketa tanah ulayat di desa Silalahi III sampai saat ini terselesaikan.


(5)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Judul skripsi ini adalah Persepsi Masyarakat Tentang Hak Ulayat (Studi Kasus Desa Silalahi III Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi).

Pada kesempatan ini peneliti menyadari betapa besar bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga dapat membantu penulis dalam menghadapi masalah yang timbul sejak awal sampai dapat teratasi dengan baik.

Berkat bantuan dan motivasi semua pihak dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menghantarkan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu,M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial. 3. Ibu Dr. Reh Bungana P.A, SH, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Arief Wahyudi, SH selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan.

5. Ibu Hodriani, S.Sos, M.AP, M.Pd selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan motivasi dan bimbingan kepada saya selama penyelesaian skripsi ini.


(6)

6. Bapak Drs. Halking ,M.Si selaku dosen pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama perkuliahan.

7. Bapak Drs. Liber Siagian, M.si selaku dosen yang selalu membantu dan memberikan motivasi kepada penulis selama perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membantu dalam setiap Perkuliahan.

9. Bapak Jhon sebagai TU di jurusan Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Terima kasih kepada Bapak Rincon Situngkir selaku Kepala Desa Silalahi III Kecamatan Silahisabungan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian didesa tersebut.

11. Terkhusus kepada orangtuaku Ayahanda H. Purba dan Ibundaku N. Br Siregar yang tidak pernah lelah membantu dan memberikan dukungan serta semangat dan doa baik moril maupun materil kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

12. Kakak tersayang, Loryta R Purba yang selalu setia dan baik hati membantu doa dan biaya perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini berserta adik-adik tercinta Widya Finarsi Purba, Pirton Ferdico Gonjales Purba, Mawel Yosefin Purba , Michael Trison Purba serta seluruh keluarga besar Purba dan keluarga besar Siregar yang telah banyak membantu selama kuliah.

13. Kepada sahabat terbaikku Riny Asima Tamba, yang selalu ada baik suka maupun duka. Yang tidak pernah lelah untuk menegor dan menasehati


(7)

iv

saya selama tiga tahun lebih, dan yang selalu berusaha untuk membuat saya tertawa dan bahagia. Terimakasih untuk kasih sayang, doa, dan motivasinya.

14. Kepada Dian Alexius Sinaga, terimakasih buat kasih sayang dan kehadirannya dalam hidup saya. Yang selalu setia bersama saya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Yang memotivasi saya untuk hidup lebih baik dan berfikir dewasa. Dan menguatkan saya dalam segala suka duka hidup saya.

15. Kepada seluruh rekan PPKN regular A 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

16. Kepada keluarga besar PPLT 2015 SMP N1 Kotarih (Dian, Desi, Devi Ariska, Rika, Riri, Renova, Lukas, Richard, Sarwendi, dll ) terima kasih buat motivasi dan semangatnya selama penyusunan skripsi ini.

17. Kepada teman-teman terbaik Grace Simbolon,Eva Napitupulu, Selviaris Siringo-ringo, Maria Purba, Sades Sitorus, Rahel Nainggolan, dan Oksari Sihaloho. Terima kasih karena selalu menemani dan memotivasi, selama perkuliahan.

18. Kepada teman satu Pembimbing Penyusunan Skripsi (Desi Purwasi, Masna Simanjuntak, Laurentus, Adelina, Nova). Terima kasih buat kerja sama serta dukungan selama penyusunan skripsi.

Diatas semuanya penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang sungguh luar biasa menyertai penulis dari awal hingga akhir


(8)

skripsi ini. Selanjutnya tulisan ini dipersembahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan prestasi pada khususnya.

Hormat Saya,

Eki Marlina Purba NIM.3123111016


(9)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...9

A. Kerangka Teoritis ... 9

1. Persepsi Masyarakat ... 9

2. Masyarakat dan Hukum Adat di Indonesia ... 13

3. Hak Ulayat Dalam Hukum Pertanahan Indonesia ... 19

B. Kerangka Berfikir... 31

BAB III METODE PENELITIAN ...32


(10)

B Populasi dan Sampel ... 32

C Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ... 34

1. Variabel Penelitian ... 34

2. Defenisi Operasional ... 34

D Teknik Pengumpulan Data ... 35

E Kisi-kisi Penelitian ... 36

F Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...40

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 40

1. Kondisi Fisik Wilayah ... 40

2.Kondisi Non Fisik Wilayah ... 41

B. Hasil Penelitian ... 42

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ...66 Lampiran Angket ...


(11)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Penduduk Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi ... 33 Tabel 2. Kisi-kisi Penelitian ... 36 Tabel 3. Pentingnya peraturan mengenai hak atas tanah ... 41 Tabel 4. Hak Ulayat adalah hak yang dimiliki oleh suatu masyarakat adat dalam satuan hukum adat ... 42 Tabel 5. Pengaturan hak ulayat harus sesuai dengan hukum adat yang berlaku... 43 Tabel 6. Masyarakat yang memiliki tanah ulayat ... 44 Tabel 7. Kesesuaian tanah ulayat dengan hukum adat dan tanah ulayat sudah diketahui kepala adat (N=58) ... 45 Tabel 8. Perlunya batas-batas tanah ulayat di desa Silalahi ... 47 Tabel 9. Dalam hak ulayat kepala adat memiliki peranan penting dalam

kepemilikan tanah masyarakat. ... 48 Tabel 10. Kepala adat bertindak cepat dalam menangani sengketa tanah di desa Silalahi ... 49 Tabel 11. Masyarakat desa Silalahi mengalami kesulitan dalam membuat surat batas-batas tanah ... 51 Tabel 12. Selain Kepala Adat, Kepala Desa juga berperan dalam penyelesaian sengketa tanah ulayat ... 52 Tabel 13. Tabulasi Jawaban Responden Secara Keseluruhan ... 53


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan. Manusia diciptakan dari tanah, hidup di atas tanah dan memperoleh bahan makanan dengan cara mendayagunakan sumberdaya tanah. Bisa dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan tanah. Demikian juga bagi masyarakat hukum adat yang keberadaannya tidak bisa dipisahkan dengan tanah. Hubungan ini melahirkan suatu hak untuk menggunakan, menguasai, memelihara sekaligus mempertahankannya.

Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) yang berlaku di Indonesiabersifatdualistissebagai akibat dari Pemerintahan Hindia Belanda. Akibatdari hukum yang bersifat dualistis tersebut timbul berbagai kelembagaan hakatas tanah yang bersumber pada hukum barat dan hukum Adat.Pada masaPemerintahan Hindia Belanda hak ulayat tidak diakui secara resmi dalamundang-undang bahkan seringkali hak ulayat diabaikan padahal dalamkenyataanya hak ulayat ada dan berlaku dalam masyarakat hukum adat.

Dengan dikeluarkannya UUPA yang dimuat dalam Lembaran Negara RI nomor 104 tahun 1960, pengaturan hak ulayat dan hak yang serupa dengan itu


(13)

2

dari masyarakat hukum adat telah menemui titik terang di dalam UUPA yang menentukan bahwa:

Dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataan masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.

Berdasarkan Pasal 3 di atas pengakuan hak ulayat dibatasi pada dua hal yaitu berkenaan dengan eksistensi dan pelaksanaannya. Hak ulayat diakui eksistensinya sepanjang menurut kenyataannya masih ada, apabila masih ada pelaksanaan hak ulayat harus dilaksanakan sesuai dengan kepentingan nasional dan negara. Pelaksanaan hak ulayat yang menghambat dan menghalangi kepentingan nasional serta negara maka kepentingan nasional dan negara akan lebih diutamakan daripada kepentingan masyarakat hukum adat yang bersangkutan.

Jauh sebelum terbentuknya UUPA masyarakat hukum masyarakat telah mengenal hak ulayat. Hak ulayat sebagai hubungan hukum yang konkret, pada asal mulanya diciptakan oleh nenek moyang atau kekuatan gaib, pada waktu meninggalkan atau menganugerahkan tanah yang bersangkutan kepada orang-orang yang merupakan kelompok tertentu.

Bagi masyarakat Batak,tanah merupakan lambang kekayaan serta kerajaan dan dianggap sebagai wujud dari tubuh nenek moyang mereka yang senantiasa harus dijaga dan dipertahankan.Para orang tua selalu berusaha menekankan kepada anak-anaknya agar satu di antara mereka ada yang kembali ke tanah kelahirannya (Bona Pasogit). Banyak orangtua berpesan


(14)

3

kepada anak-anaknya jika nantinya mereka meninggal dunia maka jenazahnya harus dikuburkan di tanah asalnya (tanah kelahirannya). Jika tidak memungkinkan untuk berbuat demikian paling tidak tulang-belulang (Holi-holi) harus di bawa ke tanah kelahirannya.

Keinginan untuk memiliki tanah yang luas membuat individu-individu dalam masyarakat Batak melakukan berbagai cara agar mereka memiliki tanah yang luas. Peraturan-peraturan dan norma-norma serta adat istiadat yang mengatur tentang tanah sering diabaikan asalkan keinginan mereka untuk memiliki tanah yang luas dapat tercapai. Pengabaian terhadap peraturan-peraturan, norma-norma serta adat istiadat menyebabkan terjadinya konflik tanah pada masyarakat Batak Toba. Begitu juga dengan tanah, tanah itu sah menjadi miliknya jika alat buktinya juga sah dan dapat diterima oleh hukum yang berlaku di daerah itu sendiri. Adanya penghargaan terhadap nilai tanah membuat individu-invidu dalam masyarakat Batak Toba berlomba untuk memiliki tanah, tujuannya adalah untuk menunjukan kekuasaan dan kehormatan (hasangapon) serta menunjukan kekayaan (hamoraon) yang secara langsung akan ikut menunjukan status si individu pemilik tanah tersebut.

Setiap marga mempunyai tanah (daerah) masing-masing sesuai dengan marga yang melekat pada diri mereka. Dengan demikian, maka setiap marga mempunyai tanah yang menjadi simbol dari marga yang melekat pada dirinya. Tanah dalam konteks ini menunjukan kawasan suatu marga yang secara politik merupakan basis dari kelompoknya yang memungkinkan marga


(15)

4

tersebut memiliki relasi-relasi dan melakukan kontak sosial dengan kerabat-kerabatnya.

Sebagai masyarakat yang hidupnya masih berhubungan dengan adat (Simanjuntak, 2009: 10), masyarakat senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan norma-norma adat yang berlaku dalam setiap kehidupannya. Orang yang tidak mengindahkan dan mengabaikan adat akan mendapat sanksi adat. Begitu juga kaitannya dengan Tanah, masyarakat selalu memaknai arti dan fungsi tanah sesuai dengan adat dan istiadat mereka tetapi kadang tidak menyadari bahwa tanah itu memiliki aturan yang harus diperhatikan terutama tanah warisan. Kepemilikan hak atas tanah termasuk didalamnya tanah warisan harus disesuaikan dengan konsep dan aturan adat. Jika tidak, maka akan dapat menimbulkan konflik.

Dalam buku Maria Sumardjono (2005: 15), menyatakan bahwa pada kenyataannya dalam masyarakat hukum adat sering terjadi sengketa mengenai tanah-tanah adat termasuk tanah ulayat, adapun penyebab timbulnya sengketa tanah ulayat antara lain :

a) Kurang jelas batas tanah ulayat

b) Kurang kesadaran masyarakat Hukum Adat

c) Tidak berperannya Kepala Adat dalam Masyarakat Hukum Adat.

Sengketa tanah ulayat terjadi juga di Desa Silalahi. Desa Silalahi terdapat di Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Penduduk disekitar desa Silalahi berdomisilikan keturunan Batak Toba, Pakpak dairi, Simalungun, dan Karo wilayah desa Silalahi ini terdapat di pinggiran perairan Danau Toba, keturunan


(16)

5

masyarakat desa Silalahi berasal dari Ompu Raja Silahisabungan yang dulu bertempat tinggal di Balige dan pergi membuka perkampungan arah Dairi. Masyarakat di desa Silalahi sangat menjaga dan melestarikan warisan leluhurnya, terutama tanah adat yang menjadi harta paling berharga bagi masyarakat tersebut.

Kurangnya kesadaran dan perbedaan pandangan masyarakat khususnya masyarakat di desa Silalahi tentang bagaimana aturan kepemilikan tanah warisan/hak ulayat itu, ditambah lagi dengan perbedaan konsepsi adat-istiadat tentang tanah akan menimbulkan berbagai pertentangan dan pada akhirnya akan menimbulkan konflik dikalangan masyarakat. Kasus-kasus yang menyangkut sengketa di bidang pertanahan dapat dikatakan tidak pernah surut, bahkan mempunyai kecenderungan untuk terus meningkat didalam kompleksitasnya maupun kuantitasnya seiring dinamika dibidang ekonomi, sosial, dan politik.

Tanah di Desa Silalahi sebahagian besar merupakan tanah yang dimiliki turunan marga secara turun-temurun, batas tanah pusaka yang dimiliki oleh marga Silalahi (dari rumpun marga Silahisabungan). Kepemilikan tanah dan pengelolahan tanah wasiat tersebut disesuaikan dengan hukum adat istiadat yang berlaku didaerah itu dan tentunya dilakukan oleh marga pemilik tanah warisan yakni marga Situngkir.

Adanya pengakuan hak atas tanah warisan oleh marga Situngkir asing terhadap tanah marga Situngkir yang merupakan pemilik tanah di Desa Silalahi tersebut. Sebagai bagian dari masyarakat Batak yang menjunjung tinggi prinsip hasangapon (kehormatan), pengakuan tersebut dianggap sebagai bentuk tindakan yang tidak menghormati keberadaan marga Situngkir di Desa tersebut.


(17)

6

Oleh karena itu, konflik terjadi sebagai bentuk perlawanan atas sikap marga Situngkir yang melakukan pengklaiman atas hak tanah ulayat di desa Silalahi. Sehingga membentuk 2 (dua) kelompok masyarakat atas nama Forum dan Yayasan. Masyarakat yang memihak ke Forum, yaitu masyarakat yang tidak setuju terhadap tindakan marga Situngkir yang berusaha untuk menguasai tanah tersebut dan memihak kepada marga Situngkir yang disebut sebagai penggugat. Sedangkan masyarakat yang memihak ke kelompok Yayasan adalah masyarakat yang setuju/pro terhadap marga Situngkir yang dianggap sebagai tergugat.

Berdasarkan penelitian tersebut di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang:Persepsi Masyarakat Tentang Hak Ulayat ( Study Kasus Di Desa Silalahi III Kecamatan Silahisabungan

Kabupaten Dairi).

B. Identifikasi Masalah

Menurut Poerwadarminta (2009:294) mengatkan bahwa: ”Identifikasi adalah menentukan atau menetapkan identitas, masalah adalah sesuatu yang harus dipecahkan”. Jadi identifikasi masalah adalah menentukan suatu menetapkan sesuatu yang harus dipecahkan mengingat dalam suatu penelitian banyak dijumpai permasalahan maka harus diberi penyelesaian.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat identifikasi masalah. Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini yakni :

1. Tanah ulayat di desa Silalahi kurang jelas batasnya


(18)

7

3. Kesadaran masyarakat hukum adat bahwa setiap tanah yang dimiliki harus disesuaikan dengan konsep dan aturan adat masih kurang. 4. Kepala adat di lingkungan masyarakat Hukum Adat masih

kurangberperandalammenjelaskanbatas-batastanah.

5. Persepsi masyarakat terhadap hak ulayat masihbelum sesuai terhadap hukum adatnya.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan hasil yang mengambang, maka yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat terhadap hak ulayat dalam masyarakat hukum adat. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatas masalah diatas maka peneliti merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap hak ulayat di desa Silalahi Kabupaten Dairi ?

E. Tujuan Penelitian

Tiap penelitian harus mempunyai tujuan-tujuan yang harus dicapai. Tujuan bertalian erat dengan masalahyang dipilih serta analisis masalah itu. Tidak ada ketentuan berapa banyak tujuan harus dicapai dalam suatu skripsi. Banyak tujuan dapat mengakibatkan banyaknya waktu, tenaga, dan biaya yang harus dikeluarkan.Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu : Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap hak ulayat di Desa Silalahi III Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.


(19)

8

F. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian dalam pembuatan proposal ini adalah sebagai berikut:

1. Mampu memberikan masukan bagi masyarakat untuk lebih menghargai keberadaan hukum adat.

2. Bagi mahasiswa, untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman mengenai bidang kajian masyarakat sosial.

3. Dapat membuka mata masyarakat khususnya dalam mempertahankan hak tanah yang dimilikinya.

4. Dapat di pergunakan untuk bahan perpustakaan di sekolah maupundi Universitas Negeri Medan.


(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat tentang hak ulayat di Desa Silalahi III, dapat disimpulkan bahwasanya keberadaan Hak ulayat di Desa Silalahi masih ada, hal ini ditandai dengan adanya objek hak ulayat itu sendiri seperti: juma/sawah, tanah ruma tanggal.Bahkan dapat dinyatakan bahwa tanah di Desa Silalahi masih dominan tanah ulayat. Adapun batas-batas tanah ulayat desa Silalahi: Batasan dengan tanah Karo – Kampung Kodon-kodon, Batasan dengan Samosir – Sitio-tio, Batasan dengan Tanjung Beringin- Dolong Tolong. Batas-batas hak ulayat dapat berupa batu, bukit, kayu, tempat mandi, dan danau. Sehingga masyarakat dapat mengetahuinya dengan jelas perbatasan tanah ulayat terhadap daerah luar. Di Desa Silalahi, masyarakat Hukum Adat Silalahi masih ada dan masih mengakui adanya objek hak ulayat tersebut, mengakui adanya pemimpin adat yang kelihatan dalam acara-acara pembuatan patokan/tanda-tanda batas tanah tetapi dalam perannya, masyarakat mengakui bahwa kepala adat kurang berperan dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Adanya Hukum adat dan masih diakui di Desa Silalahi sangat baik untuk memicu keamanan dan ketentraman bagi kaum masyarakat, namun kenyataannya banyak terjadi pelanggaran akibat perbedaan persepsi masyarakat terhadap hukum adat yang diberlakukan di Desa Silalahi.


(21)

63

Dalam pengaturan tanah ulayat, wewenang mengatur peruntukan dan penggunaan hak ulayat ada ditangan warga yang dalam pelaksanaannya diwakili Kepala Adat. Namun kenyataannya Kepala Adat sering tidak hadir untuk mendampingi masyarakat dalam mengatur penggunaan hak ulayat tersebut.Peralihan hak ulayat yang bermaksud untuk melepaskan hak milik kepada pihak luar harus sesuai dengan hukum adat dan diketahui oleh masyarakat lainnya beserta Kepala Adat setempat. Namun realita yang terjadi saat ini masyarakat tidak memberitahukan kepada Kepala Adat bahwa hak ulayat tersebut dialihkan kepada pihak luar.

Dalam prakteknya, masyarakat Desa Silalahi masih kurang menerima adanya hukum adat yang mengatur bahwa tanah yang ingin dialihkan tidak diizinkan untuk mengaihkan atau menjual secara keseluruhan tetapi harus jual gantung. Dan belum ada yang melaksanakan pendaftaran tanah (di luar hukum adat) karena dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan pendidikan yang masih minim.

Di Desa Silalahi terdapat banyak sengketa tanah ulayat, salah satunya

sengketa tanah “ruma tanggal” yang diperebutkan oleh marga situngkir

dengan saudara nya marga si tungkir. Akibat sengketa tersebut di desa Silalahi terdapat 2 blok, yaitu kelompok forum dan yayasan. Kelompok yayasan menganggap tanah tersebut bukanlah tanah ulayat sehingga mereka bebas untuk mendirikan yayasan perseorangan. Namun hal tersebut ditantang oleh pihak forum dari marga situngkir yang menyatakan bahwa tanah tersebut tidak pernah dialihkan kepemilikannya secara musyawarah atau mufakat kepada


(22)

64

perseorangan atau swasta. Sengketa tersebut sudah diselesaikan menurut hukum adat, namum belum selesai menurut Hukum nasional atau Pengadilan.Penyelesaian sengketa hak ulayat menurut Hukum Adat dilakukan dengan secara kekeluargaan dengan mengutamakan perdamaian.Dalam praktek masyarakat di Desa Silalahi masih kurang menerima dan melaksanakan keputusan itu sehingga sampai saat ini kasus sengketa tanah di Desa Silalahi belum selesai.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat tentang hak ulayat di Desa Silalahi III masih dikategorikan rendah. Meskipun pada kenyataannya masih kurang akan menjadi sebuah bukti bahwa ada usaha masyarakat yang selalu menjaga hak ulayat tersebut.Hal ini dapat dibuktikan hasil keseluruhan dari data tabel diatas sebanyak 59,92% yang disimpulkan bahwa pemahaman masyarakat masih rendah terhadap hak ulayat di Desa Silalahi III Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

B. Saran

Adapun dari hasil pengamatan dan temuan dilapangan, terdapat beberapa saran guna untuk mengevaluasi persepsi masyarakat terhadap hak ulayat di Desa Silalahi. Adapun saran-saran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengenai hak ulayat; objeknya masih ada, ketentuan masih berlaku tetapi masalah subjeknya perlu diadakan modifikasi baik terhadap pengertian maupun kriteria yang harus dipenuhi.

2. Tentang pengaturan, penggunaan, peralihan hak ulayat hendaklah tidak bertentangan dengan ketentuan Hukum Adat yang berlaku.


(23)

65

3. Untuk mencegah atau menyelesaikan kasus hak ulayat perlu realisasi dari perangkat pengatur yang sudah ada. Dan kepala adat harus berperan aktif untuk memperhatikan masyarakat yang masih mengolah tanah ulayat.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

---. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarata : PT. Gramedia Pustaka Utama

Hastuti, Hesti. 2001. Penelitian Hukum Aspek Hukum Penyelesaian Masalah

Hak Ulayat Dalam Otonomi Daerah. Jakarta: BPHN

Harsono, Boedi. 2008. Hukum Agraria Indonesia : Himpunan

Peraturan-Peraturan Hukum Tanah. Jakarta: Djambatan

Hilman, Hadikusumo.2000. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Edisi Revisi. Bandar Lampung: Mandar bayu

Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara

Panuh, Helmy. 2012. Peranan Kerapatan Adat Nagari Dalam Proses

Pendaftaran Tanah Adat Di Sumatera Barat. Jakarta: Rajawali Pers

Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka

Prof. Boedi Harsono. 2003. Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional. Jakarta: Universitas Trisakti

Rahmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya Sarwono, S. W. 2010. Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Sembiring, Rosnidar. 2008. Eksitensi Hak Ulayat Atas Tanah Dalam

Masyarakat Adat Simalungun. Medan: Pustaka Bangsa Press

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sumardjono, Maria S.W. 2005. Kebijakan Tanah : Antara Regulasi dan

Implementasi, edisi revisi. Jakarta: Kompas


(25)

67

Syarbini, Syahrial dkk. 2011. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Bogor : Ghalia Indonesia

Sumber Jurnal :

Achmad, Sodiki. “Politik Hukum Agraria, Univikasi ataukah Pruralisme Hukum”,

Jurnal Arena Hukum, Fakultas Hukum Universitas Airlangga Vol 8 No.3 Maret 2000.

Anggoro, Tedddy. “Kajian Hukum Masyarakat Hukum Adat dan HAM dalam

Lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia”, Jurnal Hukum dan

Pembangunan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Vol 36 No.4 Oktober-Desember 2006.

Asyhari, Masyhud. “Pemberdayaan Hak-Hak Rakyat atas Tanah”, Jurnal Hukum

Ius Quia Iustum, Vol 13 No.7 April 2000

Hendriatiningsih, dkk. “Masyarakat dan Tanah Adat di Bali”, Jurnal

Sosioteknologi, Vol 15 No.7 Desember 2008

Mualimin, dkk. “Pengakuan Hukum Terhadap Hak Ulayat Masyarakat Hukum

Adat dan Hambatan Implementasinya”, Jurnal HAM Vol 4 No.2 Desember

2003.

Rosalina. “Eksistensi Hak Ulayat”, Jurnal Sasi Vol.16. No.3 Bulan Juli - September 2010

Undang-Undang:

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999, tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.

UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria) UUD 1945.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penulisan skripsi ini yaitu untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat tentang hak ulayat di Desa Silalahi III, dapat disimpulkan bahwasanya keberadaan Hak ulayat di Desa Silalahi masih ada, hal ini ditandai dengan adanya objek hak ulayat itu sendiri seperti: juma/sawah, tanah ruma tanggal.Bahkan dapat dinyatakan bahwa tanah di Desa Silalahi masih dominan tanah ulayat. Adapun batas-batas tanah ulayat desa Silalahi: Batasan dengan tanah Karo – Kampung Kodon-kodon, Batasan dengan Samosir – Sitio-tio, Batasan dengan Tanjung Beringin- Dolong Tolong. Batas-batas hak ulayat dapat berupa batu, bukit, kayu, tempat mandi, dan danau. Sehingga masyarakat dapat mengetahuinya dengan jelas perbatasan tanah ulayat terhadap daerah luar. Di Desa Silalahi, masyarakat Hukum Adat Silalahi masih ada dan masih mengakui adanya objek hak ulayat tersebut, mengakui adanya pemimpin adat yang kelihatan dalam acara-acara pembuatan patokan/tanda-tanda batas tanah tetapi dalam perannya, masyarakat mengakui bahwa kepala adat kurang berperan dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Adanya Hukum adat dan masih diakui di Desa Silalahi sangat baik untuk memicu keamanan dan ketentraman bagi kaum masyarakat, namun kenyataannya banyak terjadi pelanggaran akibat perbedaan persepsi masyarakat terhadap hukum adat yang diberlakukan di Desa Silalahi.


(2)

Dalam pengaturan tanah ulayat, wewenang mengatur peruntukan dan penggunaan hak ulayat ada ditangan warga yang dalam pelaksanaannya diwakili Kepala Adat. Namun kenyataannya Kepala Adat sering tidak hadir untuk mendampingi masyarakat dalam mengatur penggunaan hak ulayat tersebut.Peralihan hak ulayat yang bermaksud untuk melepaskan hak milik kepada pihak luar harus sesuai dengan hukum adat dan diketahui oleh masyarakat lainnya beserta Kepala Adat setempat. Namun realita yang terjadi saat ini masyarakat tidak memberitahukan kepada Kepala Adat bahwa hak ulayat tersebut dialihkan kepada pihak luar.

Dalam prakteknya, masyarakat Desa Silalahi masih kurang menerima adanya hukum adat yang mengatur bahwa tanah yang ingin dialihkan tidak diizinkan untuk mengaihkan atau menjual secara keseluruhan tetapi harus jual gantung. Dan belum ada yang melaksanakan pendaftaran tanah (di luar hukum adat) karena dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan pendidikan yang masih minim.

Di Desa Silalahi terdapat banyak sengketa tanah ulayat, salah satunya sengketa tanah “ruma tanggal” yang diperebutkan oleh marga situngkir dengan saudara nya marga si tungkir. Akibat sengketa tersebut di desa Silalahi terdapat 2 blok, yaitu kelompok forum dan yayasan. Kelompok yayasan menganggap tanah tersebut bukanlah tanah ulayat sehingga mereka bebas untuk mendirikan yayasan perseorangan. Namun hal tersebut ditantang oleh pihak forum dari marga situngkir yang menyatakan bahwa tanah tersebut tidak pernah dialihkan kepemilikannya secara musyawarah atau mufakat kepada


(3)

perseorangan atau swasta. Sengketa tersebut sudah diselesaikan menurut hukum adat, namum belum selesai menurut Hukum nasional atau Pengadilan.Penyelesaian sengketa hak ulayat menurut Hukum Adat dilakukan dengan secara kekeluargaan dengan mengutamakan perdamaian.Dalam praktek masyarakat di Desa Silalahi masih kurang menerima dan melaksanakan keputusan itu sehingga sampai saat ini kasus sengketa tanah di Desa Silalahi belum selesai.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat tentang hak ulayat di Desa Silalahi III masih dikategorikan rendah. Meskipun pada kenyataannya masih kurang akan menjadi sebuah bukti bahwa ada usaha masyarakat yang selalu menjaga hak ulayat tersebut.Hal ini dapat dibuktikan hasil keseluruhan dari data tabel diatas sebanyak 59,92% yang disimpulkan bahwa pemahaman masyarakat masih rendah terhadap hak ulayat di Desa Silalahi III Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

B. Saran

Adapun dari hasil pengamatan dan temuan dilapangan, terdapat beberapa saran guna untuk mengevaluasi persepsi masyarakat terhadap hak ulayat di Desa Silalahi. Adapun saran-saran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengenai hak ulayat; objeknya masih ada, ketentuan masih berlaku tetapi masalah subjeknya perlu diadakan modifikasi baik terhadap pengertian maupun kriteria yang harus dipenuhi.

2. Tentang pengaturan, penggunaan, peralihan hak ulayat hendaklah tidak bertentangan dengan ketentuan Hukum Adat yang berlaku.


(4)

3. Untuk mencegah atau menyelesaikan kasus hak ulayat perlu realisasi dari perangkat pengatur yang sudah ada. Dan kepala adat harus berperan aktif untuk memperhatikan masyarakat yang masih mengolah tanah ulayat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

---. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarata : PT. Gramedia Pustaka Utama

Hastuti, Hesti. 2001. Penelitian Hukum Aspek Hukum Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Dalam Otonomi Daerah. Jakarta: BPHN

Harsono, Boedi. 2008. Hukum Agraria Indonesia : Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah. Jakarta: Djambatan

Hilman, Hadikusumo.2000. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Edisi Revisi. Bandar Lampung: Mandar bayu

Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara

Panuh, Helmy. 2012. Peranan Kerapatan Adat Nagari Dalam Proses Pendaftaran Tanah Adat Di Sumatera Barat. Jakarta: Rajawali Pers

Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka

Prof. Boedi Harsono. 2003. Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional. Jakarta: Universitas Trisakti

Rahmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya Sarwono, S. W. 2010. Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Sembiring, Rosnidar. 2008. Eksitensi Hak Ulayat Atas Tanah Dalam

Masyarakat Adat Simalungun. Medan: Pustaka Bangsa Press

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sumardjono, Maria S.W. 2005. Kebijakan Tanah : Antara Regulasi dan Implementasi, edisi revisi. Jakarta: Kompas


(6)

Syarbini, Syahrial dkk. 2011. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Bogor : Ghalia Indonesia

Sumber Jurnal :

Achmad, Sodiki. “Politik Hukum Agraria, Univikasi ataukah Pruralisme Hukum”, Jurnal Arena Hukum, Fakultas Hukum Universitas Airlangga Vol 8 No.3 Maret 2000.

Anggoro, Tedddy. “Kajian Hukum Masyarakat Hukum Adat dan HAM dalam

Lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia”, Jurnal Hukum dan

Pembangunan Fakultas Hukum Universitas Indonesia Vol 36 No.4 Oktober-Desember 2006.

Asyhari, Masyhud. “Pemberdayaan Hak-Hak Rakyat atas Tanah”, Jurnal Hukum

Ius Quia Iustum, Vol 13 No.7 April 2000

Hendriatiningsih, dkk. “Masyarakat dan Tanah Adat di Bali”, Jurnal

Sosioteknologi, Vol 15 No.7 Desember 2008

Mualimin, dkk. “Pengakuan Hukum Terhadap Hak Ulayat Masyarakat Hukum

Adat dan Hambatan Implementasinya”, Jurnal HAM Vol 4 No.2 Desember

2003.

Rosalina. “Eksistensi Hak Ulayat”, Jurnal Sasi Vol.16. No.3 Bulan Juli - September 2010

Undang-Undang:

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999, tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.

UU No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria) UUD 1945.


Dokumen yang terkait

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

1 80 155

Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

6 104 155

KEPERCAYAAN KETURUNAN RAJA SILAHISABUNGAN TERHADAP BATU SIGADAP DI DESA SILALAHI NABOLAK KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI.

1 8 21

STUDI TENTANG AKTIVITAS BUDIDAYA IKAN KERAMBA DI DESA SILALAHI KECAMATAN SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI.

0 2 21

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah (Studi Kasus: Desa Silalahi III, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah (Studi Kasus: Desa Silalahi III, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

1 1 3

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah (Studi Kasus: Desa Silalahi III, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah (Studi Kasus: Desa Silalahi III, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 5

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah (Studi Kasus: Desa Silalahi III, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah (Studi Kasus: Desa Silalahi III, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 14