EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUKAN HANDOUT DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP PENGETAHUAN SISWA BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS).

(1)

PROSES SAINS (KPS)

T E S I S

Diajukan Guna Memenuhi Persyarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

HALIMATUS SAKDIAH NIM : 8126175006

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2014


(2)

(3)

(4)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUKAN HANDOUT DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP PENGETAHUAN SISWA

BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) Halimatus Sakdiah1, Sahyar2, Nurdin Bukit2

1) Mahasiswa Pendidikan fisika

2) Jurusan Fisika program Pasca Sarjana,Universitas Negeri Medan

Sakdiah_racana@yahoo.com ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan (1) keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan inquiry training berbantukan media handout dan direct instruction, (2) keterampilan proses sains siswa antara siswa yang memiliki

sikap ilmiah di atas di bawah rata – rata, dan (3) interaksi inquiry training

menggunakan media handout dan direct instruction dengan sikap ilmiah dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian yang dilakukan secara eksperimen ini menggunakan siswa SMA Swasta Prayatna sebagai populasi dan memilih sampel secara cluster random sampling. Instrument yang digunakan adalah tes essay berbasis keterampilan proses sains yang telah valid dan reliabel. Data yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukan: ada perbedaan keterampilan proses sains (1) antara siswa yang diajarkan dengan inquiry training berbantukan media handout dan direct instruction, dimana inquiry training berbantukan handout lebih baik dari pada direct instruction. (2) antara kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas

dan di bawah rata – rata, dimana sikap ilmiah di atas rata – rata lebih baik dari

pada di bawah rata – rata dan (3) Terdapat interaksi antara inquiry training

berbantukan media handout dan direct isntruction dengan sikap ilmiah siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa, dimana interaksi pada kelas direct instructional lebih baik dari pada interaksi pada kelas inquiry training berbantukan media handout.


(5)

ABSTRAC

The purpose of this research has described difference: (1) skill of student science process between inquiry training assist media of handout and direct instruction, (2) skill of student science process between student possess attitude scientific upon and under of mean, and (3) interaction of inquiry training assist media handout and direct instruction with attitude scientific increase skill of student science process. Type of this research is experiment quasi, use student of senior high school Private sector of Prayatna as population and chosen sample by cluster sampling random. The instrument used essay test base on skill of science process which have valid and reliabel. Data be analysed by using ANAVA two way. Result of research show that any difference of skill of student science process (1) between inquiry training assist media of handout and direct instruction, where inquiry training assist media of handout better then direct instruction, (2) between student possess attitude scientific upon and under of mean, where possess attitude scientific upon of mean better then student possess attitude scientific under of mean and (3) any interaction between inquiry training assist media of handout and direct instruction with attitude scientific increase skill of student science process, where interaction in class direct instruction better then inquiry training assist media of handout.

Key words: inquiry training, handout, attitude scientific and skill of science process


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur hanya kepada Allah Yang Maha Kuasa sang pencipta langit, bumi dan alam semesta beserta segala berkat dan kasih sayang-Nya yang selalu menyertai, melindungi, menguatkan dan memampukan penulis dalam menyelesaikan tesis ini dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Tesis berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantukan Handout Dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains (KPS)” disusun untuk memperoleh gelar megister pendidikan fisika, program pasca sarjana, Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis menyampaikan ucapan trima kasih kepada: Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku direktur program pasca sarjana Universitas Negeri Medan. Bapak Prof. Dr.Sahyar, M.S.,M.M dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit. M,Si selaku dosen pembimbing pertama dan dan

pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran – saran

kepada penulis sejak awal penulisan proposal sampai dengan selesainya penelitian dan penulisan tesis ini. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Prof. Motlan, M.Sc, Ph.D., Ibu Dr, Derlina, M.Si., dan Bapak Dr.Ridwan A. Sani, M.Si., selaku dosen penguji dan narasumber yang telah memberikan saran dari perencanaan penelitian ini sampai akhir penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staff pegawai program pasca sarjana Universitas Negeri Medan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Suryati Tanjung, M.Pd., selaku kepala sekolah SMA Swasta Prayatna Medan. Kepada Ibu eva Dongora, S.Pd selaku guru bidang studi Fisika SMA Swasta Prayatna Medan dan juga Bapak dan Ibu guru, Staff pegawai SMA Swasta Prayatna medan yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada ayahanda Drs. Abdul Kholid Lubis dan Ibunda tercinta Yusrifa, S.Pdi yang terus memberikan dorongan, motivasi dan nasihat yang besar dari segi material, spiritual dan


(7)

semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pasca sarjana di Universitas Negeri Medan. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada kakakanda Maryam Jamilah, S.Hut, kakaknda Rabiatul Adaiya, A.Mk dan adinda M. Rasyid Ridho serta sanak keluarga yang senantiasa memberikan motivasi dan doa yang tulus dalam peneyelesaian tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat – sahabat penulis

Tri Astuti Mardiana, Sri Utami Kholilah Mora Siregar dan seluruh rekan seperjuangan kelas regular A yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Ucapan terimakasih terkhusus untuk Zainul Fuad Siregar yang selalu menjadi tempat

berbagi dan penyemangat bagi penulis. Tak lupa pula penulis mengucapkan

terima kasih pada keluarga besar Pramuka UNIMED Gudep 471-472 yang telah memberikan pengalaman berorganisasi, tempat berdiskusi serta member dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan hingga penyelesaian penelitian ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tesis ini, namun penulis menyadari tesis ini jauh dari hasil yang sempurna. Kekurangan baik terdapat dari segi isi, penulisan maupun kualitas, oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan keritik yang bersifat membangun untuk

menyempurnakan tesis ini. Penulis mengharapkan tesis ini memberikan manfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, lebih dan kurang penulis mengucapkan mohon maaf dan terimakasih.

Medan, 16 Juni 2014 Penulis


(8)

Daftar Isi

Abstrak i

Kata Pengantar iii

Daftar isi v

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Identifikasi Masalah 7

1.3.Batasan Masalah 7

1.4.Rumusan Masalah 8

1.5.Tujuan Penelitian 8

1.6.Manfaat Penelitian 9

1.7.Defenisi Oprasional 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1.Kerangka Teoritis 11

2.1.1. Model Pembelajaran 11

2.1.2. Model Pembelajaran Inquiry Training 13

2.1.3. Model Pembelajaran Direct Instruction 23

2.1.4. Handout 27

2.1.5. Sikap Ilmiah 30

2.1.6. Keterampilan Proses Sains 34

2.1.7. Penelitian Yang Relevan 37

2.2. Kerangka Konseptual

2.2.1. Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa

Dengan Model Pembelajaran Inquiry Training

Dan Model Pembelajaran Direct Instruction 39

2.2.2. Perbedaan Keterampilan Proses Sains Siswa Yang

Memiliki Sikap Ilmiah Tinggi Dan Rendah 41

2.2.3. Terjadi Interaksi dengan Sikap Ilmiah Antara

Model Pembelajaran Inquiry Training Dan Direct Instruction Dengan sikap ilmiah

terhadap Keterampilan Proses Sains 42

2.3. Hipotesis 43

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 44


(9)

3.3. Variabel Penelitian 44

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 44

3.5. Instrumen Penelitian 46

3.5.1. Angket Sikap Ilmiah 46

3.5.2. Tes Pengetahuan Siswa Berbasis KPS 47

3.6. Analisis Butir Tes 47

3.6.1. Validasi Isi 47

3.6.2. Validasi Butir Soal 48

3.6.3. Reliabilitas Tes 50

3.6.4. Indeks kesukaran 52

3.7. Prosedur Penelitian 53

3.8 Teknik Analisis Data 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 60

4.1.1. Deskripsi hasil penelitian 60

4.1.2. Analisis Statistika data hasil penelitian pretes 60

4.1.2.1. Deskripsi data pretes 60

4.1.2.2. Uji normalitas 61

4.1.2.3. Uji homogenitas 62

4.1.2.4. uji asumsi (uji T pretes) 62

4.1.3. Analisis statistika data sikap ilmiah siswa 63

4.1.4. Analisis Statistika Data Psikomotorik Berbasis

Keterampilan Proses Sains (KPS) 65

4.1.5. Analisis statistik data hasil penelitian postes 67

4.1.5.1 Deskripsi data postes 67

4.1.5.2. Analisis data pretes dan postes 75

4.1.5.3. Uji Hipotesis 79

4.2. Pembahasan 88

4.2.1. Terdapat perbedaan keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran Inquiry training

berbantukan media Handout dan Direct Instruction 88 4.2.2. Terdapat Perbedaan Kemampuan Siswa

Berbasis KPS Yang Memiliki Sikap Ilmiah Di Atas

Dan Di bawah Rata – Rata 92

4.2.3. Interaksi Antara Model Pembelajaran Inquiry Training Dan Direct Instruction Dengan Sikap ilmiah Siswa Untuk

Meningkatkan Kemampuan Siswa Berbasis KPS 94

BAB V Kesimpulan dan Saran 97

5..1 kesimpulan 98

5.2. Saran


(10)

Daftar Tabel

Tabel 2.1. Fase – fase model pembelajaran inquiry training 18 Tabel 2.2. Fase – fase model pembelajaran direct instruction 26

Tabel 2.3. Pengelompokan sikap ilmiah 32

Tabel 2.4. Indikator dan subindikator sikap ilmiah 33 Tabel 2.5. Indikator dan subindikator keterampilan proses sains siswa 36 Tabel 2.7. Penelitian yang mengangkat model pembelajaran

inquiry training 37

Tabel 3.1. Rancangan Desain Penelitian 45

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA 45

Tabel 3.3. Kisi – Kisi Pengetahuan Siswa Berbasis KPS 47 Tabel 3.4. Pengujian validitas ramalan instrument penelitian 50

Tabel 3.5. Derajat Reliabilitas 51

Tabel 3.6. Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran 52

Tabel 3.7. Analisis varians (ANAVA) dua jalur 58

Tabel 4.2. Deskriptif data ststistik KPS 61

Tabel 4.3. Tes normalitas 61

Tabel 4.4. Tes homogenitas 62

Tabel 4.5. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Pretes Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol 63

Tabel 4.6. Data sikap ilmiah siswa 64

Tabel 4.7. Pengelompokan Siswa Berdasarkan Sikap Ilmiah yang

Dimiliki Siswa 65

Tabel 4.8. Deskripsi statistik data postes 73

Tabel 4.9. Data Postes Kemampuan Siswa Berbasis KPS Pada Sikap Ilmiah Di Atas Dan Di Bawah Rata – Rata pada


(11)

Tabel 4.10. Data Postes Kemampuan Siswa Berbasis KPS Pada Sikap Ilmiah Di Atas Dan Di Bawah Rata – Rata

pada Kelas Eksperimen 74

Tabel 4.11. Data Disain Faktorial Rata-rata Hasil Belajar

Keterampilan Proses Sains Terhadap Sikap ilmiah siswa 79 Table 4.12. Jumlah Siswa Berdasarkan Sikap Ilmiah Pembelajaran

Siswa 79

Tabel 4.13. Deskripsi statistik 80

Tabel 4.14. Uji Homogenitas kemampuan siswa berbasis KPS

Dengan Sikap Ilmiah Di Atas dan Di Bawah Rata – Rata 81 Tabel 4.15. Output perhitungan ANAVA dua Jalur 82 Tabel 4.16. perbedaan hasil belajar antar kelompok 85


(12)

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Dampak Instructional dan pengiring dari Model Direct

Instruction 25

Gambar 4.1. Diagram rata – rata kemampuan psikomotorik

siswa kelas kontrol dan eksperimen 65

Gambar 4.2. Diagram kemampuan psikomotorik pada kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas dan di bawah

rata – rata 66

Gambar 4.3. Diagram Nilai Rata – Rata Jawaban Siswa Tiap Butir Soal Pada Kelas Eksperimen Dan Kontrol

Tiap Butir Soal 68

Gambar 4.4. Diagram Nilai Rata – Rata Jawaban Siswa Tiap Butir Soal Pada Kelompok Siswa Yang Memiliki

Sikap Ilmiah Di Atas Dan Di Bawah Rata – Rata 72 Gambar 4.5. Diagram pretes postes kelas eksperimen dan kontrol 75 Gambar 4.6. Diagram pretes postes kelompok siswa dengan sikap

ilmiah di atas rata – rata dan kelompok siswa dengan

sikap ilmiah di bawah rata – rata 77

Gambar 4.7. Interaksi model inquiry training berbantukan handout dan model direct instruction pada sikap ilmiah di atas


(13)

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Indikator sikap ilmiah 101

Lampiran 2 Rancanga Pelaksanaan Pembelajaran 105

Lampiran 3 Handout 133

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa 160

Lampiran 5 Lembar validasi 173

Lampiran 6 Validitas Ramalan 191

Lampiran 7 Reliabilitas 196

Lampiran 8 Tabel tingkat kesukaran instrument 197

Lampiran 9 Data pretes kelas eksperimen dan kontrol 198 Lampiran 10 data postes kelas eksperimen dan kontrol 199 Lampiran 11 deskripsi data statistika pretes dan postes 200

Lampiran 12 Rubrik penilaian pengamatan KPS 205

Lampiran 13 Nilai pengamatan KPS siswa 208

Lampiran 14 Output uji ANAVA 212

Lampiran 15 Kisi – kisi kemampuan hasil belajar berbasis KPS 217

Lampiran 16 Instrumen penelitian 231

Lampiran 17 dokumentasi penelitian 233


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam pembelajaran fisika, yang sering menjadi permasalahan adalah lemahnya proses pembelajaran di kelas. Dimana dalam pembelajaran siswa lebih

banyak dituntut dalam menghafal rumus – rumus fisika dan menyelesaiakan soal

– soal fisika. Lemahnya proses pembelajaran ini mengakibatkan siswa menjadi

pasif dan mengalami kesulitan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya (Mahardika, 2012).

Lemahnya proses pembelajaran fisika ditandai dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, dimana dari 38 siswa SMA Prayatna Medan yang diobservasi dengan menggunakan instrument angket, penulis menemukan bahwasanya kegiatan belajar mengajar siswa dalam kelas ternyata sebanyak 76,92% siswa sepakat menyatakan pembelajaran berlangsung dengan mencatat

dan mengerjakan soal – soal. 15,38% menyatakan pembelajaran di kelas

berlangsung diskusi dan tanya jawab antara guru dan siswa. sedangkan 5,12% lainnya menyatakan melakukan eksperimen.

Proses pembelajaran yang seperti ini merupakan proses pembelajaran dengan pendekatan Teacher learning center. Yang artinya guru lebih dominan dan aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan siswa hanya mencatat, mendengar dan memperhatikan atau secara sederhananya siswa menjadi pasif dan dibebankan menyelesaikan permasalahan yang merupakan permasalahan perhitungan. Sehingga siswa lebih ditekan dalam penguasaan matematis.


(15)

2

Fisika itu sendiri bukanlah matematika, fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta. Fenomena alam dan mekanisme yang terjadi di dalamnya. Secara sederhananya fisika merupakan ilmu yang dapat digunakan

untuk menjelaskan fenomena – fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari –

hari. Sehingga proses pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan pengumpulan fakta, konsep dan prinsip tapi juga kepada proses dalam menemukan pengetahuannya (Sirait, 2013). Proses pembelajaran fisika hendaknya dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif. Metode yang paling tepat dalam pembelajaran fisika adalah menggunakan metode praktek, eksperimen atau demonstrasi.

Menurut paradigma pendidikan saat ini, proses pembelajaran harus digeser dari teacher learning center menjadi student learning center. Pergeseran paradigma ini dikarenakan pembelajaran bukanlah menuangkan ilmu ke dalam kepala siswa tapi harus dihasilkan dari proses konstruksi pemikiran si siswa sendiri. Proses konstruksi ini hanya dapat dilakukan jika siswa memiliki peran aktif dalam proses pembelajaran. Ketika konstruksi berhasil pada siswa, maka konsep yang akan diajarkan juga akan dikuasai dengan baik oleh siswa. Proses konstruksi ini merupakan proses sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya yang merupakan defenisi dari belajar (Slameto, 2002).

Proses pembelajaran dengan pendekatan Teacher Learning Center seperti inilah yang kemudian menghambat keterampilan proses sains siswa. Karena siswa


(16)

3

tidak difasilitasi dalam mengembangkan keterampilannya dalam proses sains. Padahal tujuan pembelajaran IPA atau Fisika pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) maupun kurikulum 2013 sangat menekankan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains ini diperoleh dengan menerapkan metode ilmiah melalui percobaan maupun eksperimen. Dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis, merancang percobaan pengambilan, pengolahan dan penafsiran data serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan maupun tertulis (Mulyasa, 2007:133).

Rendahnya keterampilan proses sains siswa mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini terlihat masih berdasarkan angket studi pendahuluan, didapatkan 51,28% siswa ternyata memiliki nilai cukup memuaskan (yaitu diantara 50 sampai 70), 33,33% mendapatkan nilai tidak memuaskan (yaitu diantara 0 sampai 40) dan hanya 15,38% yang mendapatkan nilai memuaskan (yaitu diantara 80 sampai 90) dan 0% yang mendapatkan nilai sangat memuaskan (yaitu nilai 100). Jika kita bandingkan data di atas dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di sekolah tersebut yang bernilai 72, maka yang siswa yang dinyatakan lulus dari KKM hanyalah 6 siswa saja atau sebanyak 15,38% saja. Sedangkan sisanya masih berada tepat berada atau di bawah KKM.

Masih berdasarkan studi pendahuluan, ternyata rendahnya hasil belajar siswa disebabkan tidak tertariknya siswa pada pembelajaran siswa. Dimana

56,41% siswa lebih memiliki mata pelajaran lain – lain sebagai mata pelajaran

kegemarannya. Mata pelajaran kegemaran siswa tersebut antara lain Penjas, Kesenian, TIK yang merupakan mata pelajaran praktek langsung. Kemudian mata


(17)

4

pelajaran Bahasa Indonesia 25,64% dan disusul mata pelajaran sejarah 10,25%. Sedangakan mata pelajaran fisika dan matematika siswa cenderung tidak menggemarinya hal ini dilihat dari persentase yang hanya memiliki 5,12% dan

2,56% untuk masing – masing mata pelajaran. Dengan analisis ini kita dapat

menyimpulkan siswa SMA Prayatna lebih menggemari mata pelajaran yang dapat dipraktekan secara langsung.

Ketidaktertarikan siswa ini terlihat dari sikap ilmiah siswa yang rendah. Rendahnya sikap ilmiah siswa ini diindikasi dengan jarangnya siswa mengajukan pertanyaan kepada guru dan seringnya siswa melakukan tindakan kecurangan pada saat ujian. Rendahnya sikap ilmiah ini berakibat sangat besar pada pendidikan kita saat ini. Jika diperhatikan, sering juga kita mendengar kebocoran soal pada saat ujian negara (UN) merupakan dampak terbesar dari rendahnya sikap ilmiah yang dimiliki siswa.

Menurut Slameto (2003), sikap merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Dimana sikap merupakan sesuatu yang juga dipelajari dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap suatu situasi. Sehingga siswa mampu menemukan apa yang dicari dalam kehidupan, dalam hal ini pembelajaran.

Sikap ilmiah diartikan pula sebagai penilaian umum seseorang atas suatu objek yang memiliki tipikal sains atau yang berhubungan dengan sains, disamping itu sikap merupakan fasilitator dan produk dari proses belajar kognitif (Mulyasa, 2007). Sikap ilmiah dalam proses pembelajaran antara lain sikap ingin tahu, respek, berpikir kritis, penemuan dan kreatif, berpikir terbuka, ketekuan dan peka


(18)

5

terhadap lingkungan. Padahal, Sikap ilmiah ini memiliki peran tersendiri dalam memotivasi diri siswa dalam melaksanakan pembelajaran sains. Dengan memiliki sikap ilmiah, siswa akan terdorong untuk menggali lebih jauh untuk menjawab dari rasa ingin tahu yang dimiliki siswa.

Pada dasarnya, siswa pasti memiliki rasa ingin tahu yang artinya siswa telah memiliki sikap ilmiah bawaan, hanya saja belum terarahkan dengan baik (Joyce, 2009). Oleh karena itu dibutuhkan suatu model pembelajaran yang terorganisir dalam melakukan suatu penelitian. Disinilah peran seorang guru sangat penting, yaitu dalam memotivasi dan memfasilitasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang paling tepat. Salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran fisika yaitu model pembelajaran Inqury Training. Model pembelajaran latihan meneliti atau inquiry training memiliki keunggulan karena siswa akan melakukan penelitian secara berulang ulang dan dengan bimbingan yang berkelanjutan.

Pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran pemroses informasi yang melibatkan keakifan siswa, siswa didorong untuk belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri (Uno, 2010). Di dalam pembelajaran inquiry terdapat proses-proses mental, yaitu merumuskan masalah,

membuat hipotesis, mendesain eksperimen, melakukan eksperimen,

mengumpulkan data dan menganalisis data serta menarik kesimpulan. Karena

model inquiry ini memiliki fase – fase yang merupakan metode ilmiah, maka

dalam pembelajaran siswa akan dituntut dan difasilitasi untuk memiliki sikap ilmiah yang tinggi agar siswa tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran yang


(19)

6

diharapkan. Selain itu, sintak model inquiry ini akan mengarahkan siswa untuk meningkatkan ketrampilan proses sains yang dimilikinya.

Ternyata permasalahan yang dihadapi oleh tidak hanya itu saja. Jika dilihat dari hasil angket yang dilakukan siswa, ternyata siswa hanya memiliki satu buku pegangan saja dalam pembelajaran fisika. Buku pegangan ini merupakan buku yang diwajibkan oleh pihak sekolah. Hal ini menunjukan kurangnya sumber bacaan yang dimiliki siswa, sehingga akan mempersulit siswa dalam

mengumpulkan informasi – informasi yang menunjang pembelajaran berlangsung.

Untuk mengatasi kurangnya sumber bacaan siswa ini, maka diperlukan suatu alat perantara dalam penyampaian materi berupa informasi dari guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, alat perantara inilah yang kemudian disebut dengan media. Salah satu media yang dapat diberdayakan adalah media handout. Handout merupakan salah satu media cetak yang berisi informasi dan materi yang relevan dengan standard kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pembelajaran (Arsyad, 2009 : 4). Dimana handout yang digunakan akan dipersentasikan dengan menggunkan powerpoint.

Dari uraian latar belakang diataslah kemudian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai model pembelajaran Inqury Training, dengan judul: “Efek Model Pembelajaran Inqury Training Berbantukan Handout Dan Sikap Ilmiah Terhadap Pengetahuan Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains (KPS)”.


(20)

7 1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas diatas, maka masalah yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:

1. Keterampilan proses sains siswa cukup rendah, hal ini ditandai dari nilai

hasil belajar siswa masih pada tingkatan cukup memuaskan ( yaitu pada nilai antara 50 sampai 70).

2. Pelajaran fisika kurang diminati, siswa lebih berminat kepada

pembelajaran praktek.

3. Siswa tidak memiliki buku panduan fisika selain dari buku paket yang

telah ditetapkan oleh sekolah.

4. Kegiatan belajar mengajar yang menjemukan yang hanya terpaku pada

mencatat dan mengerjakan soal – soal.

5. Sikap ilmiah yang dimiliki oleh siswa masih tergolong rendah.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pembelajaran yang digunakan adalah Model pembelajaran inquiry training

berbantuan media handout dan dipersentasikan dengan menggunakan powerpoint pada kelas eksperimen dan model direct instruction pada kelas kontrol.

2. Yang akan menjadi variabel moderat dalam penelitian ini adalah sikap


(21)

8

3. Hasil yang diamati adalah pengetahuan siswa berbasis KPS sebagai

variabel terikat yang terlihat dari hasil belajar siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan latar belakang diatas, penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan pengetahuan siswa berbasis KPS antara

kelas yang menggunakan model pembelajaran inquiry training berbantukan media handout dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran direct instruction?

2. Apakah ada perbedaan pengetahuan siswa berbasis KPS antara

siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata – rata dengan yang

memiliki sikap ilmiah di bawah rata- rata?

3. Apakah ada interaksi model pembelajaran inquiry training

menggunakan media handout dengan sikap ilmiah dalam meningkatkan pengetahuan siswa berbasis KPS?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan siswa berbasis KPS


(22)

9

training berbantukan media handout dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran direct instruction.

2. Mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan siswa berbasis KPS

antara siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata – rata dengan

yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata- rata.

3. Mengetahui apakah ada interaksi model pembelajaran inquiry

training menggunakan media handout dengan sikap ilmiah dalam meningkatkan pengetahuan siswa berbasis KPS.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Bagi bidang pendidikan bermanfaat untuk memberikan inspirasi dalam mengembangkan model model pembelajaran kreatif dan inovatif untuk meningkatkan pengetahuan siswa berbasis KPS.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk guru, sebagai informasi untuk menerapkan model

pembelajaran inquiri training.

b. Untuk siswa, untuk membantu siswa agar termotivasi siswa untuk

terus meningkatkan pengetahuan siswa berbasis keterampilan proses sains khususnya bagi pelajaran fisika.

c. Untuk sekolah, sebagai informasi untuk menerapkan model

pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. 1.7. Defenisi Oprasional


(23)

10

Agar tidak terjadi kerancuan, berikut adalah defenisi oprasional yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Model Pembelajaran Inquiry Training

Model Pembelajaran inquiry training merupakan model pembelajaran yang melatih siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah dengan mengikuti prosedur ilmiah. Model pembelajaran ini dibantu dengan menggunakan media handout.

b. Handout

Handout merupakan bahan pembelajaran berupa media cetak yang berisi informasi yang merupakan ringkasan materi pembelajaran guna memperlancar proses pembelajaran.

c. Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah merupakan kecenderungan seseorang dalam memandang, menghadapi, berpersepsi dan berpikir mengenai suatu objek, ide, situasi atau nilai

d. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Pada penelitian ini KPS yang diukur dalam bentuk pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik).


(24)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMA Swasta Prayatna dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training berbantukan media handout dengan menggunkan sikap ilmiah dalam mengamati pengetahuan siswa berbasis KPS, diperoleh kesimpulan:

a. Ada perbedaan pengetahuan siswa berbasis KPS antara yang

menggunakan model pembelajaran inquiry training berbantukan media handout dibandingkan dengan model pembelajaran direct instruction, dan pengetahuan siswa berbasis KPS yang menggunakan model pembelajaran inquiry training berbantukan media handout lebih baik.

b. Ada perbedaan pengetahuan siswa berbasis KPS antara kelompok siswa

yang memiliki sikap ilmiah di atas rata – rata dengan kelompok siswa

yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata – rata, dan pengetahuan siswa

berbasis KPS pada siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata – rata

lebih baik.

c. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training

berbantukan media handout dan direct isntruction dengan sikap ilmiah siswa dalam meningkatkan pengetahuan siswa berbasis KPS dan interaksi pada kelas direct instructional lebih baik. Hal ini dikarenakan model inquiry training lebih berperan dari pada sikap ilmiah dalam meningkatkan pengetahuan siswa berbasis KPS.


(25)

5.2 Saran

a. Berdasarkan temuan peneliti, model pembelajaran inquiry training

berbantukan media handout akan semakin meningkat jika siswa dilatih dengan menggunakan perlengkapan laboratorium fisika yang memadahi.

b. Dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan

model pembelajaran inquiry training berbantukan media handout, maka

sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan – percobaan

sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat ketika akan melakukan model pembelajaran inquiry training.

c. Dalam menerapkan model pembelajaran inquiry training , sebaiknya

perhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

d. Untuk peneliti model pembelajaran inquiry training selanjutnya dapat

mencari variabel lain selain sikap ilmiah, karena tahapan inquiry training sudah merupakan tahapan ilmiah sehingga ketika pembelajaran siswa dengan model pembelajaran sudah menerapkan sikap ilmiah.


(26)

Daftar Pustaka

Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu. 2(5): 103-104

Arikunto, S, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta

Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Astuti, R,. Sunarno, W. & Sudarisman, S. 2012. Pembelajaran IPA dengan

Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode

Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi belajar Siswa. Jurnal pasca UNS. 1(1):51-59.

Aulia, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training Untuk Mengembangkan Ketrampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Education Journal.USEJ1(1)(2012). Dahar, R. W., 1989, Teori-Teori Belajar, Jakarta, Erlangga

Haris, P. 2012. Efektifitas Penggunaan Hnadout Alat Ukur Sudut Langsung Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK N 3 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Joyce, B. Weil, Marsha & Calhoun E. 2009. Models Of Teching Model – Model

Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kurniawan, W. Endah, D. H., 2010. Pembelajaran Fisika dengan Metode Inquiry Training untuk Mengembangkan keterampilan Proses Sains. JP2F.1(2): 149-158.

Mahardika, K. I. 2012. Penggunaan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Disertai LKS Kartun Fisika Pada Pembelajaran Fisika di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika, 1(2):231-237

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung


(27)

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Sani, R. A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press Sirait, R. & Sahyar. 2013. Penguasaan Konsep Awal Fisika Dan Hasil Belajar

Fisika Pada Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Training Pada Materi Listrik Dinamis Kelas IX Semester I SMP Swasta PAB 8 T.P 2012/2013. Tesis. Pascasarjana Unimed. Medan. Unimed

Slameto. 2012. Belajar dan Faktor – Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta

Sudjana. 2005, Metode Statistik, Bandung, Tarsito.

Surapranata, S. 2005. Interpretasi hasil tes. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Beroreiontasi Kontruktivistis, Presentasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Uno, Hamza B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Winataputra, U., dan Tita, R., .1996. Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta, Departemen Kementerian dan Kebudayaan.

Yuliani, H., Sunarso, W. & Suparmi.2012. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Keterampilan Proses dengan metode ekssperimen dan Demonstrais Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Kemampuan Analisis. Jurnal Inkuiri. Pasca UNS: 1(3): (207-216)

Yunita, F.,Fakhruddin, Z., & Nor, M. 2013. Hubungan Antara Sikap Ilmiah Siswa Dengan Hasil Belajar Fisika Di Kelas XI IPA MA Negeri Kampar. Jurnal pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan. UNRI. :-:(1-10) Zaelani, A. Cunayah, C. & Irawan, E. I., dkk. 2006. 1700 Bank Soal Fisika.


(1)

9

training berbantukan media handout dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran direct instruction.

2. Mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan siswa berbasis KPS antara siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata – rata dengan yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata- rata.

3. Mengetahui apakah ada interaksi model pembelajaran inquiry training menggunakan media handout dengan sikap ilmiah dalam meningkatkan pengetahuan siswa berbasis KPS.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Bagi bidang pendidikan bermanfaat untuk memberikan inspirasi dalam mengembangkan model model pembelajaran kreatif dan inovatif untuk meningkatkan pengetahuan siswa berbasis KPS. 2. Manfaat Praktis

a. Untuk guru, sebagai informasi untuk menerapkan model pembelajaran inquiri training.

b. Untuk siswa, untuk membantu siswa agar termotivasi siswa untuk terus meningkatkan pengetahuan siswa berbasis keterampilan proses sains khususnya bagi pelajaran fisika.

c. Untuk sekolah, sebagai informasi untuk menerapkan model pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.


(2)

10

Agar tidak terjadi kerancuan, berikut adalah defenisi oprasional yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Model Pembelajaran Inquiry Training

Model Pembelajaran inquiry training merupakan model pembelajaran yang melatih siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah dengan mengikuti prosedur ilmiah. Model pembelajaran ini dibantu dengan menggunakan media handout.

b. Handout

Handout merupakan bahan pembelajaran berupa media cetak yang berisi informasi yang merupakan ringkasan materi pembelajaran guna memperlancar proses pembelajaran.

c. Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah merupakan kecenderungan seseorang dalam memandang, menghadapi, berpersepsi dan berpikir mengenai suatu objek, ide, situasi atau nilai

d. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Pada penelitian ini KPS yang diukur dalam bentuk pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik).


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMA Swasta Prayatna dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training berbantukan media handout dengan menggunkan sikap ilmiah dalam mengamati pengetahuan siswa berbasis KPS, diperoleh kesimpulan:

a. Ada perbedaan pengetahuan siswa berbasis KPS antara yang menggunakan model pembelajaran inquiry training berbantukan media handout dibandingkan dengan model pembelajaran direct instruction, dan pengetahuan siswa berbasis KPS yang menggunakan model pembelajaran inquiry training berbantukan media handout lebih baik.

b. Ada perbedaan pengetahuan siswa berbasis KPS antara kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata – rata dengan kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah di bawah rata – rata, dan pengetahuan siswa berbasis KPS pada siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata – rata lebih baik.

c. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbantukan media handout dan direct isntruction dengan sikap ilmiah siswa dalam meningkatkan pengetahuan siswa berbasis KPS dan interaksi pada kelas direct instructional lebih baik. Hal ini dikarenakan model inquiry training lebih berperan dari pada sikap ilmiah dalam meningkatkan pengetahuan siswa berbasis KPS.


(4)

5.2 Saran

a. Berdasarkan temuan peneliti, model pembelajaran inquiry training berbantukan media handout akan semakin meningkat jika siswa dilatih dengan menggunakan perlengkapan laboratorium fisika yang memadahi. b. Dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan

model pembelajaran inquiry training berbantukan media handout, maka sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan – percobaan sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat ketika akan melakukan model pembelajaran inquiry training.

c. Dalam menerapkan model pembelajaran inquiry training , sebaiknya perhitungkan dengan baik pembagian jumlah kelompok, jangan sampai terlalu banyak dalam satu kelompok, karena akan mengakibatkan siswa dalam kelompok tidak bekerja sepenuhnya.

d. Untuk peneliti model pembelajaran inquiry training selanjutnya dapat mencari variabel lain selain sikap ilmiah, karena tahapan inquiry training sudah merupakan tahapan ilmiah sehingga ketika pembelajaran siswa dengan model pembelajaran sudah menerapkan sikap ilmiah.


(5)

Daftar Pustaka

Anwar, H. 2009. Penilaian Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Jurnal Pelangi Ilmu. 2(5): 103-104

Arikunto, S, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta

Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Astuti, R,. Sunarno, W. & Sudarisman, S. 2012. Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Menggunakan Metode Eksperimen Bebas Termodifikasi dan Eksperimen Terbimbing Ditinjau dari Sikap Ilmiah dan Motivasi belajar Siswa. Jurnal pasca UNS. 1(1):51-59.

Aulia, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training Untuk Mengembangkan Ketrampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Education Journal.USEJ1(1)(2012). Dahar, R. W., 1989, Teori-Teori Belajar, Jakarta, Erlangga

Haris, P. 2012. Efektifitas Penggunaan Hnadout Alat Ukur Sudut Langsung Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK N 3 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

Joyce, B. Weil, Marsha & Calhoun E. 2009. Models Of Teching Model – Model Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kurniawan, W. Endah, D. H., 2010. Pembelajaran Fisika dengan Metode Inquiry Training untuk Mengembangkan keterampilan Proses Sains. JP2F.1(2): 149-158.

Mahardika, K. I. 2012. Penggunaan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Disertai LKS Kartun Fisika Pada Pembelajaran Fisika di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika, 1(2):231-237

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung


(6)

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Sani, R. A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press Sirait, R. & Sahyar. 2013. Penguasaan Konsep Awal Fisika Dan Hasil Belajar

Fisika Pada Pembelajaran Menggunakan Model Inquiry Training Pada Materi Listrik Dinamis Kelas IX Semester I SMP Swasta PAB 8 T.P 2012/2013. Tesis. Pascasarjana Unimed. Medan. Unimed

Slameto. 2012. Belajar dan Faktor – Faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana. 2005, Metode Statistik, Bandung, Tarsito.

Surapranata, S. 2005. Interpretasi hasil tes. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Beroreiontasi Kontruktivistis,

Presentasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Uno, Hamza B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Winataputra, U., dan Tita, R., .1996. Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta, Departemen Kementerian dan Kebudayaan.

Yuliani, H., Sunarso, W. & Suparmi.2012. Pembelajaran Fisika Dengan Pendekatan Keterampilan Proses dengan metode ekssperimen dan Demonstrais Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Kemampuan Analisis. Jurnal Inkuiri. Pasca UNS: 1(3): (207-216)

Yunita, F.,Fakhruddin, Z., & Nor, M. 2013. Hubungan Antara Sikap Ilmiah Siswa Dengan Hasil Belajar Fisika Di Kelas XI IPA MA Negeri Kampar. Jurnal pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan. UNRI. :-:(1-10) Zaelani, A. Cunayah, C. & Irawan, E. I., dkk. 2006. 1700 Bank Soal Fisika.