Dul terlihat panic. Yang kita lihat dari ekspresi wajah dan penggunaan
tanda seru dan tanda tanya ? dimana ia panic terhadap asap yang
mengepul. Kemudian dia lari dan terdapat balon kata dengan gambaran gunung merapi yang meletus. Karakter lain pun ikut panic. Namun betepa
terkejutnya Wak Dul dan rekannya ketika mengetahui asap yang mengepul ternyata berasal dari gerobak penjual sate. Sementara saat itu
Wak Dul dan rekannya sudah mebawa barang harta benda besertanya untuk menyelamatkan diri.
Memang hal ini berbeda dengan kejadian yang terjadi sebenarnya, gunung Sinabung meletus dan mengakibatkan kepanikan dimana-mana.
Edisi kali ini memang banyak dihiasi dengan berita seputar meletusnya gunung Sinabung. Tidak ada yang menduga bahwa gunung yang
sebelumnya dianggap tidak lagi aktif lagi,ternyata masih aktif. Menurut kartunis, sulit untuk menggambarkan kepanikan yang
luar biasa terhadap gunung meletus. Sulit untuk memunculkan ide-ide humor yang berkenaan dengan isu tersebut. Ini dikarenakan masyarakat
akan sangat sensitif terhadap hal-hal seperti ini. Jadi menurut kartunis, ide untuk membuat komik strip ini hanya untuk sekedar menghibur pembaca
SKH Posmetro Medan.
IV.3.2 Pembahasan
Isi media cetak adalah bahasa tertulis baik berbentuk kata, angka, gambar ataupun grafis. Hanya melalui bahasa para pekerja media massa dapat
menghadirkan realitas kepada publik. Dalam penelitian ini, komik strip
99
Universitas Sumatera Utara
merupakan bahasa gambar dalam media cetak yang digunakan media massa untuk menyampaikan opininya. Seperti yang dituturkan Dwi Koendoro dalam
buku Yuk, Bikin Komik 2007 : 25, komik memiliki pesona penggabungan dari gambar- gambar diam dan kata-kata serta suara yang tertulis. Dalam tubuh komik
terdapat karakter, bingkai frame, balon kata, narasi, teks, efek suara, latar belakang ataupun latar depan dan terkadang ditambah dengan sentuhan warna-
warna yang menarik. Elemen-elemen tersebut adalah elemen-elemen yang dianalisis dalam penelitian ini melalui pendekatan semiotika.
Dalam penelitian ini, komik strip Wak Dul dalam konteks sebagai subjek penelitian penuh dengan tanda dan makna. Tanda dan makna yang ada
merupakan bagian dari konstruksi SKH Posmetro Medan untuk menyampaikan pandangannya melalui komik strip.
Media massa dengan teks, gambar, serta berbagai simbol lain kemudian menjadi terror yang menyusup di balik kesadaran manusia. Ia bisa menjadi
sebentuk teror yang baik, mencerahkan serta mencerdaskan. Sebaliknya, media massa juga bisa menjadi mimpi buruk. Menjadi teror kesadaran, lalu menggiring
kesadaran kita pada apa yang dikehendaki media. Seperti halnya yang terjadi dengan video mesum yang mirip Ariel yang diekspos secara vulgar dan
berlebihan mengakibatkan beberapa diantara kalangan masyarakat mencontoh akan hal tersebut, bahkan hingga ke tingkat umur yang masih belia. Hal ini juga
yang coba diangkat oleh kartunis dan SKH Posmetro Medan dalam komik strip Wak Dul.
Hasil yang diperoleh dalam uraian analisis terhadap komik Wak Dul dan wawancara dengan kartunis, Posmetro Medan dalam mengkontruksi ide, tema
100
Universitas Sumatera Utara
dan tanda dalam komik strip berada pada pendekatan organisasi. Pendekatan organisasi melihat pengelola media pihak yang aktif dalam proses pembentukan
dan produksi berita. Dalam pendekatan ini, berita dilihat sebagai hasil dari mekanisme yang ada dalam ruang redaksi. Praktek kerja, profesionalisme, dan
tata aturan yang ada dalam ruang organisasi adalah unsur-unsur dinamik yang mempengaruhi isi media.
Shoemaker dan Reese 1991, Severin, 2005: 277-278, mengusulkan lima kategori utama pengaruh isi media, yaitu, pertama, pengaruh dari pekerja media
secara individu. Kedua, pengaruh – pengaruh rutinitas media, ketiga, pengaruh organisasi terhadap isi. Keempat, pengaruh terhadap isi dari luar organisasi
media. Kelima, pengaruh ideologi. Pendekatan konstruksionis mengenal beberapa variable yang
mempengaruhi isi media massa, yaitu variable ditingkat internal, terdiri dari individu dalam media, rutinitas media dan organisasi media dan pada tingkat
eksternal berupa ekstra media dan ideologi Irena, 2002 : 118. Isi komik strip Wak Dul yang peneliti analisis dipengaruhi oleh individu
pekerja, media kartunis, rutinitas media dan organisasi. Dalam proses pembuatannya, untuk menentukan tema, ide, tanda dan makna yang muncul
dalam bahasa verbal dan nonverbal yang terdapat pada komik strip Wak Dul, terkait dengan pandangan kartunis, rutinitas media dan organisasi media dalam
hal ini bagian redaksi. Menurut kartunis, dalam menentukan ide dan tema, ia tidak tergantung terhadap ide dari redaksi sepanjang ia dapat menemukan ide dan
tema menurut pengamatan dan pengetahuan yang dimilikinya. Seperti yang peneliti temukan pada edisi “puasa”. Disini jelas sedikit banyaknya menoba
101
Universitas Sumatera Utara
untuk mengekspos kegiatan yang dilakukan oleh SKH Posmetro Medan, yaitu kompetisi bedug sahur se-Kota Medan dan sekitarnya.
Pada dasarnya, pemilihan tema, gaya gambar, ide dan balon kata diserahkan sepenuhnya kepada kartunis. Namun, terkadang hasil proyeksi,
evaluasi, permintaan redaktur dan pemimpin redaksi juga turut mempengaruhi ide, tema dan tampilan komik strip. Tentu saja, sebab komik strip ini dianggap
merupakan opini oleh redaksi secara keseluruhan. Rutinitas media juga mempengaruhi ide dan tampilan komik strip yang
diteliti. Rutinitas, terutama deadline cukup berpengaruh terhadap pembuatan komik strip. Berbeda dengan berita yang sudah ada data dan fakta yang tinggal
diolah sesuai kaidah jurnalistik, komik strip hanya mengandalkan ide dan imajinasi dari si pembuat tanda. Ini bisa dilihat dari seringnya unsur-unsur
humor, lelucon, hal-hal yang tak terduga yang sering digambar oleh kartunis. Ide- ide seperti memasukkan gambar penjual sate pada edisi “Gunung Sinabung
Meletus” contohnya, merupakan bentuk imajinasi dari kartunis. Bekerja di bawah tekanan, bagi kartunis yang notabene juga pekerja seni
dapat mengakibatkan hasil komik strip yang tidak maksimal. Dalam hal ini, kartunis mengaku jika ide dan mood sudah mentok hasil kartun pun kurang
maksimal. Selain deadline, keterbatasan ruang space yang disediakan juga mempengaruhi tampilan dan pesan yang ingin disampaikan.
Lazimnya sebuah komik strip membutuhkan empat bingkai untuk merangkum sebuah permasalahan yang akan diangkat. Dalam bingkai petama,
biasanya diisi dengan perkenalan karakter, bingkai kedua diisi dengan pendalaman, berupa gambaran ide atau topik yang diangkat, ketiga diisi dengan
102
Universitas Sumatera Utara
konflik, yaitu pemaparan ide atau masalah yang diangkat, dan terakhir diisi dengan penyelesaian, yaitu tahap finishing permasalahan, jalan keluar. Namun
dalam praktiknya, karena keterbatasan ruang, banyak komik strip di media massa yang hanya menggunakan tiga bingkai, jika dirasa dapat menggabungkan
pendalaman dan konflik. Hanya saja, dalam beberapa komik strip, jika ide yang muncul memerlukan bingkai yang lebih, maka kartunis harus mampu mengolah
space yang disediakan. Sehingga kadang dijumpai komik yang kurang dipahami oleh pembaca.
Namun yang peneliti temukan di dalam komik strip Wak Dul ini, penggunaan bingkai dalam komik strip Wak Dul tidak selalu tiga ataupun empat.
Dalam beberapa edisi, ada yang hanya memiliki dua bingkai saja. Menurut kartunis komik strip Wak Dul, banyaknya bingkai tidak terlalu berpengaruh,
asalkan isi dan pesan yang ingin disampaikan sudah dapat diterima oleh pembacanya.
Sedangkan untuk akhir setiap cerita di setiap komik strip Wak Dul banyak yang berujung kepada penyelesaian cerita yang kadang-kadang bertolak belakang
dengan kejadian sebenarnya. Seperti pada edisi perampokan bank, kejadian sebenarnya tidaklah seperti yang tergambar dalam komik strip Wak Dul yang
peneliti analisa. Bahkan dalam penyelesaian cerita kadang-kadang mengungkapkan sisi jenaka dari kebalikan kejadian sebenarnya. Namun juga hal
ini tidak selalu muncul di setiap edisi komik strip ini. Semiotika menaruh perhatian pada ideologi yang menguasai budaya
sebuah kelompok tanda. Ideologi yang dimaksud dalam hal ini tidaklah selalu ideologi dalam dalam bentuk teori dasar semacam susunan filsafat yang diterima
103
Universitas Sumatera Utara
secara umum, melainkan pula ideologi dalam arti semiotik, yakni titik tolak orang term of referenceuntuk melakukan produksi dan interpretasi pesan Zoest, 1993
dalam Hamad, 2004: 20. Salah satu fungsi dari tanda adalah umtuk mencapai tujuan. Untuk
kepentingan komunikator Berger, 1982 dalam Hamad 2004: 19, tanda berfungsi, pertama, untuk menyadarkan pembaca akan sesuatu dinyatakan untuk
kemudian supaya dipikirkan, kedua, untuk menyatakan perasaan atau sikap dirinya terhadap objek. Ketiga, untuk memberitahu sikap sang pembicara
terhadap khayalak, dan keempat, untuk menunjukkan tujuan atau hasil yang diinginkan oleh komunikator, baik disadari atau tidak disadari. Pesan-pesan sosial
yang ada dalam komik strip Wak Dul
IV.4 Kelemahan Penelitian