Teori Belajar dan Aplikasinya Dalam Olahraga Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani

12

2.3. Teori Belajar dan Aplikasinya Dalam Olahraga

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat pengalaman. Tingkah laku bisa berarti sesuatu yang tampak seperti berjalan, berlari, berenang, melakukan shoting, pun juga bisa berarti sesuatu yang tidak tampak seperti berpikir, bersikap, dan berperasaan. Adapun pengalaman bisa berbentuk membaca, mendengarkan, melihat, melakukan baik secara mandiri maupun bersama orang lain Ali Maksum, 2008:11. Pembelajaran pada dasarnya adalah upaya memperkembangkan potensi yang dimiliki anak menjadi sesuatu yang aktual. Proses belajar dapat berlangsung secara pasif maupun aktif. Belajar pasif terjadi apabila individu sekadar bereaksi terhadap stimulus yang diberikan. Sementara belajar aktif terjadi apabila individu tidak hanya bereaksi ketika ada stimulus, tetapi juga proaktif melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Sesuatu yang diperoleh dari proses belajar bersifat relatif menetap. Artinya, sesuatu tersebut bertahan dalam jangka waktu yang lama. Meskipun demikian tidak berarti tidak bisa berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Belajar akan lebih efektif apabila terjadi ketika fungsi-fungsi psikis dan fisiologis masih optimal. Artinya, faktor usia ikut mempengaruhi bagaimana seseorang dapat belajar dengan baik. Semakin tua usia seseorang, semakin sulit untuk melakukan proses belajar. Ini mengingat, semakin bertambahnya usia, fungsi- fungsi tubuh semakin menurun.

2.4. Hakikat Bermain

13 Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara bebas dan sukarela, kegiatannya dibatasi oleh waktu dan tempat, menggunakan peraturan yang bebas dan tidak mengikat, memiliki tujuan tersendiri dan mengandung unsur ketegangan, kesenangan, serta kesadaran yang berbeda dari kehidupan biasa Huizinga dalam Agus Mahendra 2008:1.3.

2.4.1. Kriteria Bermain

Neuman dalam Agus Mahendra 2008:1.4 mengartikan bermain sebagai semua perilaku yang melibatkan kriteria tentang pengambilan keputusan, kenyataan internal, dan motivasi intristik dari orang yang melakukannya. Setiap kriteria di atas dapat diilustrasikan dengan menunjuk pada permainan.

2.4.2. Pentingnya Bermain

Rusli dalam Agus Mahendra 2008:1.6 menyatakan bahwa manusia cenderung menjadikan bermain sebagai satu kebutuhan dasar hakiki. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk bermain homoludens. Bermain dapat menimbulkan keriangan, kelincahan, relaksasi, dan harmonisasi sehingga seseorang cenderung bergairah. Melalui bermain, anak-anak mudah mengikuti irama gerak sesuai dengan pola gerakan yang diharapkan.

2.5. Motivasi Dalam Olahraga

Secara sederhana, motivasi dapat didefinisikan sebagai penggerak atau pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi memiliki arah dan intensitas. Arah merujuk pada apakah seseorang mencari, mendekati, atau tertarik pada situasi tertentu Ali Maksum, 2008:50. 14 Ada beberapa penulis seperti Bakker, Whiting dan Brug dalam Ali Maksum, 2008:50 yang membedakan pengertian motif dan motivasi. Motif adalah sumber penggerak tingkah laku, dan dianggap sebagai disposisi yang relatif stabil. Karena itu motif lebih dipengaruhi oleh faktor pribadi. Sementara itu motivasi adalah aktualisasi dari sumber penggerak tersebut. Perwujudannya merupakan kombinasi antara faktor pribadi dan lingkungan.

2.5.1. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

Dilihat dari sumbernya, ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi entrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik akan relatif tetap melakukan tindakannya karena ia menikmati tingkahlakunya. Sekalipun tidak ada dorongan atau hadiah dari luar. Individu yang memiliki motivasi intrinsik biasanya ulet dalam melaksanakan tugas. Sebaliknya motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu. Tindakan yang dilakukan cenderung didasari oleh keinginan untuk memperoleh hadiah dari lingkungan seperti uang, piala, atau penghargaan lain.

2.5.2. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah dorongan seseorang untuk meraih kesuksesan Ali Maksum, 2008:55. Kesuksesan bukanlah sesuatu yang instan, tetapi melalui proses yang panjang. Dalam proses tersebut sangat boleh jadi banyak tantangan, ketidaknyamanan, dan bahkan kegagalan. Motivasi berprestasi erat kaitannya dengan sifat dan situasi kompetitif. Mnurut Martens dalam Ali Maksum, 15 2008:56, sifat kompetitif merupakan kecenderungan untuk merasa puas apabila dapat bersaing dalam standar keunggulan dengan yang lain.

2.6. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani

Strategi belajar mengajar merupakan suatu prosedur memilih, menetapkan dan memadukan kegiatan-kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan suatu strategi merupakan kegiatan awal dari seluruh proses belajar mengajar. Strategi mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan, bahkan sangat menentukan. Oleh sebab itu seorang guru jika ingin tercapai tujuan pembelajarannya, maka dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun strategi belajar mengajar Toto Subroto, 2008:5.19. Mengajarkan sejumlah kegiatan belajar merupakan upaya pokok dalam mewujudkan pendidikan jasmani untuk mencapai tujuannya. Bagaimana memilih dan menetapkan berbagai kegiatan mengajar dan kegiatan belajar merupakan bidang garapan dari strategi belajar mengajar. Strategi belajar mengajar akan menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih menekankan pada perubahan- perubahan. Pada dasarnya, perubahan-perubahan tersebut menuju kepada peningkatan kemampuan dan kondisi fisik, perkembangan mental dan sosial anak didik melalui kegiatan anak seutuhnya. 16 Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani, yang penting adalah memaksimalkan partisipasi dari semua siswa. Partisipasi siswa dapat terjadi bila atmosfer belajar menggairahkan dan keadaan lingkungan belajar mendukung, maksudnya siswa merasa aman, merasa diakui dan berharga dikelasnya. Semua kemampuan siswa diakui oleh gurunya, penampilan guru sangat hangat dan bersahabat, tidak menimbulkan rasa takut, tegang atau resah. Untuk mencapai suasana tersebut, guru pendidikan jasmani harus memahami tugasnya dan menguasai keterampilan dalam menerapkan strategi belajar mengajar yang tepat.

2.7. Modifikasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Dokumen yang terkait

MODEL PEMBELAJARAN GERAK DASAR LONCAT MELALUI PERMAINAN LONCAT KATAK BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KADENGAN 02 KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA TAHUN 2013

14 300 151

PEMBELAJARAN DRIBBLE DAN PASSING DALAM BOLA BASKET MELALUI MEDIA BERMAIN BOLA PANTUL GAWANG MINI BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PENGARASAN 02 KECAMATAN DUKUHTURI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

0 9 139

PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH MELALUI MEDIA BERMAIN SIRKUIT BAGI SISWA KELAS V SDN SENGON 05 KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES TAHUN 2013

1 9 123

PENGAKEAGA Pengaruh Keteladanan Orangtua Terhadap Perilaku Keagamaan Anak Pada Siswa Kelas V Sdn Paketiban 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal 2016.

0 4 16

PENGARKEAGAM Pengaruh Keteladanan Orangtua Terhadap Perilaku Keagamaan Anak Pada Siswa Kelas V Sdn Paketiban 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal 2016.

0 5 16

PENDAHULUAN Pengaruh Keteladanan Orangtua Terhadap Perilaku Keagamaan Anak Pada Siswa Kelas V Sdn Paketiban 02 Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal 2016.

0 3 5

PEMBELAJARAN PASSING BAWAH PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V SDN 2 PAGUNDAN KECAMATAN LEBAKWANGI KABUPATEN KUNINGAN.

0 1 47

MENINGKATKAN KELINCAHAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL KUCING-KUCINGAN PADA SISWA KELAS IV SDN CIKARAMAS I KECAMATAN TANJUNGMEDAR KABUPATEN SUMEDANG.

1 5 40

PENINGKATAN PEMBELAJARAN PASSING ATAS MELALUI PERMAINAN LEPAS PADA SISWA KELAS V SDN TINJUMOYO KECAMATAN WINDUSARI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 -

0 0 33

PENINGKATAN PASSING SEPAK BOLA MELALUI PENERAPAN BERMAIN KUCING-KUCINGAN DI SDN 07 NANGA MONGKO

0 0 10