Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam

terhadap satwa yang dilindungi dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tercantum pada Pasal 21 Ayat 2 yaitu setiap orang dilarang untuk menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup. Dalam Undang- Undang No. 5 Tahun 1990 yang mengatur tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya terdapat suatu pasal yang mengatur masalah pidana terhadap tindak pidana kejahatan satwa yang dilindungi yaitu Pasal 40 Ayat 2, dan Ayat 4 yaitu: “Ayat 2 barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat 1 dan Ayat 2 serta Pasal 33 Ayat 3 dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah. Ayat 4 barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat 1 dan Ayat 2 serta Pasal 33 Ayat 3 dipidana dengan pidana kurungan paling ama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah.” Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP terdapat juga suatu pasal yang mengatur masalah pidana terhadap tindak pidana kejahatan satwa yang dilindungi yaitu Pasal 302 yaitu: 1 “Diancam dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah karena melakukan penganiayaan ringan terhadap hewan 1. barang siapa tanpa tujuan yang patut atau secara melampaui batas, dengan sengaja menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya 2. barang siapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui batas yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, dengan sengaja tidak memberi makanan yang diperlukan untuk hidup kepada hewan, yang seluruhnya atau sebagian menjadi kepunyaannya dan ada di bawah pengawasannya, atau kepada hewan yang wajib dipeliharanya. 2 Jika perbuatan itu mengakibatkan sakit lebih dari seminggu, atau cacat atau menderita luka-luka berat lainnya, atau mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan, atau pidana denda paling banyak tiga ratus rupiah, karena penganiayaan hewan. 3 Jika hewan itu milik yang bersalah, maka hewan itu dapat dirampas. 4 Percobaan melakukan kejahatan tersebut tidak dipidana. ” Tindak pidana terhadap satwa yang dilindungi berdasarkan pasal-pasal tersebut adalah pembunuhan terhadap satwa yang dilindungi adalah kegiatan yang bertujuan mendapatkan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati dan dipergunakan dengan seenaknya dengan cara yang melawan hukum. Jika pembunuhan terhadap satwa yang dilindungi semakin merajalela akan berakibat kerugian negara terhadap lingkungan yaitu hilangnya plasma nutfah. Sehingga negara berkewajiban untuk selalu menindak tegas para pelaku perburuan dan pembunuhan illegal satwa dikawasan hutan seluruh Indonesia.

D. Faktor-Faktor Penghambat Penegakan Hukum Pidana

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan perundang-undangan saja, terdapat faktor yang mempengaruhinya. 21 1. Faktor Perundang-undangan Substansi Hukum Praktek penyelenggaraan penegakan hukum di lapangan, sering kali terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal itu dikarenakan konsepsi keadilan merupakan rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Oleh karena itu suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum merupakan suatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. 21 Soerjono,Seokanto. 1983. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta: Rajawali Pers. hlm.8