Wewenang Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota dalam Penataan Ruang

7. Dalam hal pemerintah daerah provinsi tidak dapat memenuhi standard pelayanan minimal bidang penataan ruang, Pemerintah mengambil langkah penyelesaian sesuai de dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penjelasan Pasal 10 ayat 4 s.d ayat 7 dijelaskan bahwa Kewenangan pemerintah daerah provinsi dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi mencakup aspek yang terkait dengan nilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis. Pemerintah daerah kabupatenkota tetap memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan aspek yang tidak terkait dengan nilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis. Berkaitan dengan adanya hubungan antara negara hukum, negara Republik Indonesia yang merupakan organisasi tertinggi bagi seluruh rakyat Indonesia dibentuk dengan cita-cita untuk kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal ini dituangkan dalam bentuk pembangunan jangka panjang negara Republik Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil makmur, sejahtera lahir batin, sehat jasmani dan rohani yang berdasarkan Pancasila. 17 Adapun wewenang pemerintah daerah kabupatenkota dalam rangka penataan ruang dalam pasal 11 UUPR ditegaskan sebagai berikut: Pasal 11 1 Wewenang pemerintah daerah kabupatenkota dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi: 17 Muchsin, Koeswahyono Imam, Aspek Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan Tanah dan Penataan Ruang, Sinar Grafika, Jakarta. 2008, hal. 102 a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupatenkota dan kawasan strategis kabupatenkota; b. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupatenkota; c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupatenkota; dan d. kerja sama penataan ruang antarkabupaten kota. 2 Wewenang pemerintah daerah kabupatenkota dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupatenkota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi: a. perencanaan tata ruang wilayah kabupaten kota; b. pemanfaatan ruang wilayah kabupatenkota; dan c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupatenkota. 3 Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupatenkota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c, pemerintah daerah kabupatenkota melaksanakan: a. penetapan kawasan strategis kabupatenkota; b. perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupatenkota; c. pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupatenkota; dan d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupatenkota. 4 Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2, pemerintah daerah kabupatenkota mengacu pada pedoman bidang penataan ruang dan petunjuk pelaksanaannya. 5 Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, pemerintah daerah kabupatenkota: a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupatenkota; dan b. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang. 6 Dalam hal pemerintah daerah kabupatenkota tidak dapat memenuhi standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, pemerintah daerah provinsi dapat mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sehubungan dengan wewenang Pemda KabupatenKota, penjelasan Pasal 11 ayat 5 dan ayat 6 menyatakan sebagai bahwa contoh jenis pelayanan dalam perencanaan tata ruang wilayah kabupatenkota, antara lain, adalah keikutsertaan masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupatenkota; sedangkan mutu pelayanannya dinyatakan dengan frekuensi keikutsertaan masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah kabupatenkota. Pemerintah daerah provinsi mengambil langkah penyelesaian dalam bentuk pemenuhan standard pelayanan minimal apabila setelah melakukan pembinaan, pemerintah daerah kabupatenkota belum juga dapat meningkatkan kinerjanya dalam penyelenggaraan penataan ruang tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang otonomi daerah. Menurut ketentuan Pasal 12 UUPR, pengaturan penataan ruang dilakukan melalui penetapan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang peƱata ruangan termaksuk pedoman bidang penataan ruang. Penjelasan UUPR dikemukakan bahwa pelaksanaan pembangunan, baik tingkat pusat maupun tingkat daerah, harus sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Kondisi wilayah Indonesia yang terdiri dari wilayah nasional, provinsi, kabupaten dankota, yang masing-masing merupakan subsistem ruang menurut batasan administrasi, dan didalam subsistem ruang tersebut terdapat sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan tingkat pemanfaatan ruang yang berbeda-beda. Dalam menyusun suatu rencana tata ruang, masing-masing daerah memiliki karakteristik yag spesifik. Hal ini disebabkan oleh letak dan kondisi masing-masing daerah berbeda. Sering terjadi perencanaan tata ruang suatu daerah tidak sinkron dengan daerah lainnya, terutama perencanaan tata ruang di daerah perbatasan adalah konsekwensi dari dampak reformasi yang mendorong kearah desentralisasi. Berdasarkan ketentuan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 terdapat beberapa bidang pembangunan yang perlu mendapat perhatian untuk dilaksanakan sesuai dengan prioritas kegiatan dan kemampuan pembaiayaan daerah dan hal-hal yang disebutkan di bawah ini adalah yang berhubungan dengan penataan ruang yaitu : 1. Bidang administrasi Umum Pemerintahan Di dalam bidang ini yang berkaitan dengan tata ruang adalah perumusan penyediaan data yang akurat untuk mendukung dan menunjang perencanaan serta terlaksanannya sisitem pengawasan yang efektif dan efisien. Kemudian mewujudkan partisipasi masyarakat dalam proses dan pelaksanaan pembangunan. 2. Bidang lingkungan hidup Lingkungan hidup merupakan faktor penting penataan ruang. Arah kebijakan dibidang ini dalam rangka penataan ruang adalah terpeliharannya lingkungan hidup, terwujudnya pembangunan yang berwawasan lingkungan, dan terwujudnya suatu masyarakat yang sadar tentang pentingnya keseimbangan lingkungan. 3. Bidang Pemukiman Bidang ini merupakan bagian dari tujuan menyejahterakan masyarakat. Arahan kebijakan bidang ini yang merhubungan dengan penataan ruang adalah mengupayakan terbangunnya jalan-jalan lingkungan, tertatanya kawasan pemukiman yang rapi dan serasi, meningkatkan kesadaran warga terhadap lingkungan. 4. Bidang Tata Ruang. Agar bidang ini memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi pembangunan daerah dan kehidupan masyarakat maka arahan kebijakannya adalah agar tersedianya dokumen penataan ruang kabupaten, kecamatan dan kawasan- kawasan tertentu yang dinamika pertumbuhannya cepat, terlaksananya koordinasi perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang, serta melaksanakan sosialisasi Tata Ruang kepada masyarakat dalam upaya pemahaman dan partisipasi dalam pelaksanaannya. BAB III METODE PENELITIAN Metode berasal dari kata dasar dan logi. Metode merupakan cara melakukan sesuatu dengan teratur sistematis, sedangkan logi artinya ilmu yang berdasarkan logika berfikir. Metodelogi artinya ilmu tentang cara melakukan sesuatu dengan teratur sistematis. Metodelogi penelitian artinya ilmu tentang cara melakukan penelitian dengan teratur. Metodelogi penelitian hukum artinya ilmu tentang cara melakukan penelitian hukum dengan teratur sistematis. 1

3.1 Pendekatan Masalah

Proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini maka digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan Yuridis Normatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan dimana pengumpulan dan penyajian data dilakukan dengan mempelajari dan menelaah konsep-konsep dan teori-teori serta peraturan-peraturan secara kepustakaan yang berkaitan dengan pokok bahasan penulisan skripsi ini. Sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan yang ada mengenai penerapan Pengaturan Tata Ruang didalam Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Bandar Lampung. 1 Muhammad,abdulkadir, Metode Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. 2004,

3.2 Sumber dan Jenis data

Sumber dan jenis data dalam penelitian ini hanya menggunakan data Primer dan data sekunder: 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari observasi di lapangan. Dalam rangka penelitian lapangan terutama yang menyangkut pokok bahasan skripsi ini. Dalam hal ini data diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap beberapa responden di Dinas Tata Kota Bandar Lampung. 2. Data Sekunder Data sekunder terdiri dari antara lain: a. Bahan Hukum Primer, antara lain: 1 Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang. 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. 4 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah. 5 PeRaturan Wali Kota Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Tugas dan Fungsi Tata Ruang. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan bahan hukum primer yang terdiri dari Literatur, Kamus, Makalah, surat kabar dan lain-lain.

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan, dengan cara : a. Studi Pustaka Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari undang-undang, peraturan pemerintah dan literatur hukum yang berkaitan dengan kekuatan pembuktian keterangan saksi. Hal ini dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan mengidentifikasi data yang sesuai dengan pokok bahasan dan ruang lingkup penelitian ini. b. Studi lapangan Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan informan yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan mengadakan wawancara langsung kepada pejabat yang berwenang di Dinas Tata Ruang Kota Bandar Lampung.

2. Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan. b. Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif. c. Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.

3.4 Analisis Data

Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan menguraikan dari data yang diperoleh di dalam penelitian dengan bentuk kalimat.