Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Landasan Teori

Herbisida metil metsulfuron merupakan herbisida selektif untuk mengendalikan gulma daun lebar, bersifat sistemik, diaplikasikan pratumbuh maupun purnatumbuh. Ageratum conyzoides, Borreria latifolia, Paspalum conjugatum, dan Synedrella nodiflora merupakan beberapa contoh gulma yang dapat dikendalikan dengan menggunakan herbisida berbahan aktif metil metsulfuron. Herbisida ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pra tumbuh ataupun pasca tumbuh awal Wardjito, 2009. Dibandingkan dengan ametrin, diuron, dan 2,4-D, metil metsulfuron merupakan herbisida yang belum pernah digunakan pada perkebunan tebu. Ametrin dan diuron merupakan golongan herbisida yang mematikan gulma dengan cara menghambat fotosintesis. 2,4-D mematikan gulma dengan mempengaruhi keseimbangan hormon di dalam tumbuhan. Sedangkan metil metsulfuron bekerja dengan menghambat sisntesis lipid Sriyani, 2011. Dengan mekanisme kerja yang berbeda metil metsulfuron dapat dijadikan pilihan untuk merotasi penggunaan herbisida pada pertanaman tebu. Oleh karena itu perlu diketahui efikasi metil metsulfuron terhadap gulma pada pertanaman tebu lahan kering.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka diperlukan penelitian untuk menjawab permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah daya kendali herbisida metil metsulfuron dan campurannya dengan 2,4-D, ametrin, dan diuron terhadap gulma pada pertanaman tebu? 2. Apakah herbisida metil metsulfuron dan kombinasinya dengan 2,4-D, ametrin, atau diuron mempengaruhi pertumbuhan tanaman tebu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, penelitin ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui efikasi herbisida metil metsulfuron tunggal dan kombinasinya dengan 2,4-D , ametrin, dan diuron terhadap gulma pertanaman tebu. 2. Mengetahui pengaruh metil metsulfuron tunggal dan campurannya dengan 2,4-D , ametrin, atau diuron terhadap pertumbuhan tebu.

1.4 Landasan Teori

Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan kepentingan manusia. Kehilangan akhir yang diderita akibat berinteraksi dengan gulma merupakan refleksi akhir dari proses kompetisi yang terjadi sepanjang persaingan itu terjadi. Apabila kerugian akibat gulma diukur dengan penurunan jumlah atau mutu hasil, serta tambahan biaya, maka konsekuensi ekonomis kehilangan akan sangat besar Sembodo, 2010. Menurut Tjitrosoedirdjo,dalam Indarto dan Sembodo 2002 penurunan hasil karena gulma pada pertanaman tebu dapat mencapai 53,7. Pengendalian gulma secara kimiawi dengan menggunakan herbisida merupakan salah satu upaya untuk meniadakan atau mengurangi populasi gulma tanpa mengganggu tanaman. Pengendalian gulma merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman dan melemahkan daya saing gulma Sukman dan Yakup, 1995. Secara umum sifat herbisida yang mematikan gulma adalah gabungan dari sifat toksisitas dan presistensi herbisida Gressel and Segel,1992. Pencampuran dua jenis herbisida akan mengakibatkan terjadinya interaksi. Interaksi tersebut dapat bersifat sinergis, aditif, atau antagonis. a sinergis apabila aksi gabungan dari dua komponen dalam satu campuranlebih besar dari jumlah efek masing-masing apabila dipakai secara sendiri-sendiri, b aditif, apabila aksi gabungan itu sama dengan jumlah efek masing-masing komponen apabila dipakai sendiri-sendiri, dan c antagonis, apabila aksi gabungan itu lebih kecil dari jumlah masing- masing efek apabila dipakai sendiri-sendiri Alif, 1997. Metil metsulfuron dapat meracuni tumbuhan dengan cara menghambat kinerja enzim ALS acetolactate synthase yang mensintesis asam amino leusin, isoleusin, dan valin. Ametrin dan diuron memilki mekanisme kerja menghambat fotosistem II untuk mematikan gulma. Sedangkan 2,4-D merupakan herbisida dari golongan fenoksi yang bekerja dengan menggangu keseimbangan hormon di dalam tumbuhan Senseman, 2007. Metil metsulfuron telah digunakan di Indonesia sejak awal tahun 1990an. Herbisida metil metsulfuron digunakan sebagai herbisida pratumbuh pada pertanaman padi karna bersifat selektif untuk gulma daun lebar sehingga tidak meracuni tanaman padi Rahayu, 1992. Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja pengendalian gulma secara kimiawi adalah dengan mengkombinasikan herbisida. Kombinasi herbisida diharapkan mampu menghasilkan sifat yang sinergis sehingga dapat lebih menguntungkan baik dari sisi ekonomi maupun ekologis. Kombinasi herbisida diharapkan mampu meningkatkan spektrum pengendalian gulma dan juga menggunakan dosis yang lebih rendah dibandingkan dengan aplikasi tunggalnya sehingga lebih menguntungkan secara ekonomis. Kombinasi herbisida juga dapat memperlambat timbulnya gulma yang resisten terhadap suatu herbisida Gressel and Segel, 1982.

1.5 Kerangka Pemikiran