13
individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan perilakunya, untuk mencapai kesehatan secara optimal. Adapun hasil dari
pendidikan kesehatan tersebut, yaitu dalam bentuk perilaku yang menguntungkan kesehatan. Baik dalam bentuk pengetahuan dan pemahaman
tentang kesehatan, yang diikuti dengan adanyakesadaran yaitu sikap yang positif terhadap kesehatan yang akhirnya diterapkan dalam tindakan-
tindakan yang menguntungkan kesehatan.
II.7.3 Lingkungan
Hidup sehat memerlukan situasi, kondisi dan lingkungan yang sehat. Oleh karena itu kondisi lingkungan perlu benar-benar diperhatikan dan dijaga agar kualitas
kesehatan manusia menjadi lebih baik. Kegiatan positif dilingkungan tempat tinggal juga turut membantu dalam memelihara kesehatan anak-anak contohnya
pengajian dan bimbingan belajar. Itulah mengapa lingkungan yang sehat sangat mempengaruhi status kesehatan pada manusia.
II.8 Opini Masyarakat Tentang Kebersihan Kuku II.8.1 Analisis Deskriptif
Uraian data – data yang diperoleh dari lapangan dengan metode penelitian melalui
wawancara, observasi dan kuisioner. Wawancara dilakukan dengan narasumber yang paham dibidangnya agar data yang didapat akurat. Responden untuk
kuisioner dilakukan secara acak di lingkungan sekolah dasar yang berasal dari kota Bandung. Data yang dihasilkan dari wawancara kemudian dianalisis secara
deskriptif, analisis data secara deskriptif bertujuan untuk menggambarkan mengenai objek yang diteliti.
II.8.2 Data Responden
Responden yang dipilih menjadi sumber untuk wawancara mengenai ada tidaknya program menjaga kesehatan kuku ialah salah satu perwakilan dari Dinas
Kesehatan Kota Bandung. Responden yang dijadikan sampel untuk mengisi kuisioner adalah anak-anak tingkat sekolah dasar, hal ini dikarenakan untuk
melihat sudut pandang anak-anak tingkat sekolah dasar mengenai kesehatan kuku dan upaya pencegahannya.
14
Tabel II.1 Data responden No
Jenis kelamin Jumlah
Presentase 1
Laki – laki
30 60
2 Perempuan
20 40
Data diatas menggambarkan hasil kuisioner yang jumlah responden keseluruhan 50 orang. Berasal dari responden anak laki
– laki sebanyak 30 orang dan anak perempuan sebanyak 20 orang. Responden merupakan anak-anak tingkat sekolah
dasar. Jumlah responden laki – laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
responden perempuan, hal ini dikarenakan jumlah anak laki-laki di sekolah dasar yang bersangkutan lebih banyak dan lebih mudah untuk berpartisipasi
dibandingkan jumlah anak perempuan.
II.8.3 Wawancara dengan Perwakilan Dinas Kesehatan Kota Bandung
Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 kepada Edi Sutardi selaku perwakilan dari Dinas Kesehatan Kota Bandung. Wawancara dilakukan secara
langsung. Pertanyaan yang diberikan mengenai kesehatan kuku secara rinci, kondisi, data objektif dan ada tidaknya program pemerintah dalam rangka
menjaga kesehatan kuku manusia khususnya di Kota Bandung. Serta upaya pencegahan apa saja yang sudah di lakukan Dinkes untuk anak sekolah dasar
terhadap dampak kesehatan kuku pada anak. Seperti yang di utarakan dalam wawancara oleh Edi Sutardi bahwa kesehatan kuku membutuhkan pola hidup
masyarakat yang aktif memperhatikan tangan dari berbagai kotoran yang nantinya akan bersarang pada kuku. Memastikan perkembangan dan kebersihan kuku
setiap saat dan menurunkan kebiasaan baik kepada sekitar dari orang tua kepada anaknya. Pola menjaga kesehatan kuku yang paling mudah adalah memotong
kuku dengan rapi dan rutin. Karena akibat atau dampak dari kuku yang panjang adalah dapat menyebabkan berbagai penyakit lain dan cacingan. Saat ini
pemerintah belum melakukan tindakan yang berkaitan tentang kesehatan kuku anak sekolah dasar khususnya di Kota Bandung, karena Cuci Tangan Pakai Sabun
CTPS dianggap sudah cukup.
15
II.8.4 Daftar Pertanyaan Angket dan Hasilnya.