Jenis-jenis laporan keuangan LANDASAN TEORI

Kegiatan perusahaan terkait dengan masuk dan keluarnya kas terdiri atas tiga kegiatan, yaitu : Aktivitas operasi Arus kas dari kegiatan operasi antara lain dapat berupa arus kas dari transaksi penjualan, pembayaran ke pemasok, karyawan, bunga beban operasional lainnya dan pajak penghasilan. Aktivitas investasi Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan arus kas masa depan. Aktivitas pendanaan Arus kas aktivitas pendanaan, dapat berupa penerimaan kas dari saham dan obligasi, pembayaran deviden, serta pelunasan pinjaman.

2.4. Sifat Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang dibuat tersebut bersifat histories serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara : 1. Fakta yang telah dicatat Recorder Fact 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi Accounting Convection and Posulate. 3. Pendapat pribadi Personal Judgment. Fakta yang telah dicatat : berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dan catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagang, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi : berarti data yang dicatat berdasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim Accounting Convention Principles. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar lebih memudahkan pencatatan expedisi atau untuk keseragaman. Pendapat pribadi Personal Judgment : bahwa meskipun transaksi telah di atur oleh dalil-dalil dasar yang telah ditetapkan sudah menjadi standar praktek pembukuan. Namun semua itu tergantung pada management perusahaan yang bersangkutan.

2.5 Pengukuran Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perusahaan, karena pengukuran tersebut dapat mempengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bergantung pada sudut pandang yang diambil dan tujuan analisis. Oleh sebab itu, manajemen perusahaan perlu menyesuaikan kondisi perusahaan dengan alat ukur penilaian kinerja serta tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan itu sendiri. Menurut Munawir 2004 tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah: a. Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih. b. Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. c. Mengetahui tingkat profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva atau modal secara produktif. d. Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, hal tersebut diukur dari kemampuan perusahaan membayar pokok hutang dan beban bunga tepat pada waktunya.

2.6 Rasio Profitabilitas

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuannya dalam menggunakan aktiva secara produktif. Sistem Perhitungan Rasio Profitabilitas a. Net Profit Margin Menurut Alexandri 2008 Net Profit Margin NPM adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono 2006 Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan pendapatan operasionalnya. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap pendapatan operasionalnya. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan pendapatan operasional menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Untuk dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak. NPM =