PENGEMBANGAN MODEL KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA SMK DI KABUPATEN KUDUS (STUDI PENGEMBANGAN DI SMK ASSA’IDIYYAH KUDUS)

(1)

PENGEMBANGAN MODEL KONSELING KELOMPOK

DENGAN TEKNIK SELF-INSTRUCTION

UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY SISWA

SMK DI KABUPATEN KUDUS

(

STUDI PENGEMBANGAN DI SMK ASSA’IDIYYAH

KUDUS)

TESIS

diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan

Oleh

ANIS NURIL LAILI SULISTYOWATI

0105513040

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii

PENGESAHAN UJIAN TESIS

Tesis dengan judul “Pengembangan Model Konseling Kelompok dengan

Teknik Self-Instruction untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa SMK di

Kabupaten Kudus (Studi Pengembangan di SMK Assa’idiyyah Kudus)” karya,

Nama : Anis Nuril Laili Sulistyowati

NIM. : 0105513040

Program Studi : Bimbingan dan Konseling

telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang pada hari Rabu, tanggal 30 Desember 2015.

Semarang, 30 Desember 2015

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd. Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd.

NIP. 195903011985111001 NIP. 195811031986011001

Penguji I Penguji II

Dr. Edy Purwanto, M.Si Dr. Ali Murtadho, M.Pd.

NIP. 196301211987031001 NIP. 196908181995031001

Penguji III,

Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons. NIP. 195211201977031002


(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar-benar karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, 30 Desember 2015 Yang membuat pernyataan,

Anis Nuril Laili Sulistyowati NIM. 0105513040


(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Berani mengarahkan diri demi kesuksesan sejati.

PERSEMBAHAN

Teruntuk:

 Suami dan anak tercinta  Bapak dan Ibu serta keluarga  SMA Negeri 1 Kudus


(5)

v

ABSTRAK

Sulistyowati, Anis Nuril Laili. 2015. “Pengembangan Model Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Instruction untuk Meningkatkan

Self-Efficacy Siswa SMK di Kabupaten Kudus (Studi

Pengembangan di SMK Assa’idiyyah Kudus)”. Tesis. Program Studi Bimbingan dan Konseling, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Pembimbing: I. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., II. Dr. Ali Murtadho, M.Pd.

Kata Kunci: Konseling Kelompok, Self-Instruction, Self-Efficacy.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui pelaksanaan konseling kelompok di SMK Kabupaten Kudus, (2) mengetahui tingkat self-efficacy siswa, (3) menghasilkan model layanan konseling kelompok dengan teknik self instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa, (4) mengetahui tingkat keefektifan model pengembangan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa.

Penelitian ini adalah penelitian reseach and development (R&D) dengan langkah-langkah: (1) persiapan pengembangan model, (2) merumuskan model hipotetik, (3) uji kelayakan model hipotetik, (4) perbaikan model hipotetik, (5) uji lapangan, (6) hasil akhir produk. Menghasilkan model konseling kelompok dengan teknik self instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa.

Penelitian ini melibatkan 8 siswa sebagai sampel. Penelitian ini menghasilkan sebuah model konseling kelompok dengan teknik self instruction

untuk meningkatkan self-efficacy siswa. Berdasarkan hasil uji lapangan, tingkat

self-efficacy siswa mengalami peningkatan setelah mengikuti kegiatan konseling kelompok dengan teknik self instruction. Ditunjukkan dengan perubahan tingkat

self-efficacy siswa sebelum diberikan perlakuan (evaluasi awal) dan sesudah (evaluasi akhir) sebesar 219 poin atau sekitar 18,1%. Hasil uji statistik perhitungan uji beda t test juga menunjukkan 11,313>1,895 sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok dengan teknik self instruction

efektif untuk meningkatkan self-efficacy siswa.

Saran bagi guru bimbingan dan konseling hendaknya dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat berkoordinansi dengan personil sekolah dan diharapkan menenuhi kompetensi yang dipersyaratkan. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan, dan atau fasilitas dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok. Bagi siswa diharapkan meningkatkan hubungan baik dengan guru bimbingan dan konseling. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu menjalin kerjasama dengan stake holder, dan dapat mengembangkan model konseling kelompok dengan teknik self instruction sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa.


(6)

vi

ABSTRACT

Sulistyowati, Anis Nuril Laili. 2015. Model Development of Group Counseling by Self Instruction Techniques for Increasing Self-Efficacy of SMK students in Kudus District (Development Study in SMK

Assa’idiyyah Kudus). Thesis, Guidance and Counseling Program, Postgraduate Program, State University of Semarang, Advisor: I. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., II. Dr. Ali Murtadho, M.Pd

Keywords: Group Counseling, Self-Instruction, Self-Efficacy.

The purposes of this research are: (1) examining the implementation of group counseling of SMK students in Kudus District, (2) examining of self-efficacy level, (3) generating group counseling service model by self instruction technique to increase students’ self-efficacy, (4) determining effectiveness level of model development of group counseling by self-instruction techniques to improve students’ self-efficacy.

The research is a research and development (R & D) with the following steps: (1) preparation of model development, (2) formulating hypothetical model, (3) feasibility test of hypothetical model, (4) improvement of hypothetical model, (5) field test, (6) the end result of the product. Generating a model of group counseling by self-instruction techniques to improve students’ self-efficacy.

The study included 8 students as a sample. This research resulted in a model of group counseling by self-instruction techniques to improve students’ self-efficacy. Based on the field test results, levels of students’ self-efficacy has increased after participating in group counseling activities by self-instruction techniques. Indicated by changes in level of students’ self-efficacy before being given treatment (initial evaluation) and after (final evaluation) by 219 points, or about 18.1%. Statistical test results of different test calculation t test also showed 11.313 > 1.895 so it can be concluded that group counseling services by self-instruction techniques effectively improves student’ self-efficacy.

Suggestions for the teachers of guidance and counseling that they should be able to coordinate with school personnel and expected to meet competencies required in the implementation of group counseling services. Schools are expected to provide support and services or facilities in the implementation of group counseling. Students are expected to be active and opened and able to improve relationships with teacher of guidance and counseling. Researchers are further expected to cooperate with stakeholders, and able to develop a model of group counseling by self-instruction techniques in accordance with the students’ conditions and needs.


(7)

vii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmatnya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Pengembangan Model Konseling Kelompok dengan Teknik Self Instruction

untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa SMK di Kabupaten Kudus”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing: Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd. Kons. (Pembimbing I) dan Dr. Ali Murtadho, M.Pd. (Pembimbing II) yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dari awal hingga akhir.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyelesaian studi, di antaranya:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. yang telah memberikan kesempatan penulis menyelesaikan pendidikan di UNNES.

2. Direktur Program Pascasarjana Unnes Prof. Dr. Achmad Slamet, M.Si., yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian dan penulisan tesis ini.


(8)

viii

3. Koordinator dan Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling S2,S3 Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M. Pd., Kons. dan Dr. Awalya, M. Pd.,Kons. yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini. 4. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana Unnes, yang telah banyak

memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan dan seluruh staf karyawan yang memberikan kelancaran administrasi sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

5. Kepala SMK Negeri 2 Kudus, Kepala SMK PGRI 1 Mejobo, dan Kepala

SMK Assa’idiyyah Kudus serta para guru Bimbingan dan Konseling yang

telah membantu kelancaran penulis dalam pengumpulan data untuk penyelesaian tesis.

6. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang angkatan 2013, terima kasih atas dukungan dan masukannya dalam membantu penulis menyelesaikan tesis ini.

Peneliti menyadari dalam penyusunan tesis ini masih terdapat kekurangan, baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan bimbingan konseling di masa depan.

Semarang, 30 Desember 2015


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PENILAI DRAF TESIS ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 13

1.3 Cakupan Masalah ... 13

1.4 Rumusan Masalah ... 13

1.5 Tujuan Penelitian ... 14

1.6 Manfaat Penelitian ... 14

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 14

1.6.2 Manfaat Praktis ... 15

1.7Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 16 Halaman


(10)

x

1.8Asumsi dan Keterbatasan Penelitian ... 17

1.8.1 Asumsi Pengembangan ... 17

1.8.2 Keterbatasan Penelitian ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA BERPIKIR 2.1. Kajian Pustaka ... 20

2.2. Kerangka Teoretis ... 24

2.2.1 Konseling Kelompok ... 24

2.2.1.1 Hakekat Konseling Kelompok ... 24

2.2.1.2 Tujuan Konseling Kelompok ... 28

2.2.1.3 Proses Konseling Kelompok ... 30

2.2.1.4 Kekuatan dan Keterbatasan Konseling Kelompok ... 34

2.2.1.5 Materi Layanan Konseling Kelompok ... 36

2.2.1.6 Dinamika Kelompok dalam Konseling Kelompok ... 37

2.2.1.7 Kepemimpinan dalam Kelompok ... 39

2.2.2 Self Instruction ... 41

2.2.2.1 Pendekatan Konseling yang Digunakan ... 41

2.2.2.2 Konsep Dasar Self-Instruction ... 44

2.2.2.3 Kegunaan Self-Instruction ... 46

2.2.2.4 Langkah-langkah Penerapan Teknik Self-Instruction ... 47

2.2.3 Self-Efficacy ... 51

2.2.3.1 Hakekat Self-Efficacy ... 51

2.2.3.2 Sumber-sumber yang Membentuk Self-Efficacy ... 52


(11)

xi

2.2.3.4 Proses-proses yang Mempengaruhi Self-Efficacy ... 58

2.2.3.5 Karakteristik Individu yang Memiliki Self-Efficacy Tinggi dan .... Self-Efficacy Rendah ... 61

2.2.4 Konseling Kelompok dengan Teknik Self Instruction untuk Meningkatkan Self-Efficacy ... 62

2.3. Kerangka Berpikir ... 65

2.4. Hipotesis Penelitian ... 66

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 68

3.2. Prosedur Penelitian ... 69

3.2.1 Tahap I: Studi Pendahuluan ... 70

3.2.2 Tahap II: Merancang Model Hipotetik ... 71

3.2.3 Tahap III: Uji Kelayakan Model Hipotetik ... 71

3.2.4 Tahap IV: Perbaikan Model Hipotetik ... 72

3.2.5 Tahap V: Uji Lapangan Model Hipotetik ... 73

3.2.6 Tahap VI: Hasil Akhir Produk ... 73

3.3. Sumber Data dan Subjek Penelitian ... 75

3.4. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 77

3.5. Uji Keabsahan Data, Uji Validitas dan Reliabilitas ... 81

3.5.1 Desain Uji Coba ... 82

3.5.2 Uji Ahli ... 82

3.5.3 Uji Praktisi ... 82

3.5.4 Uji Efektivitas ... 83


(12)

xii

3.6.1 Data Kualitatif ... 84

3.6.2 Data Kuantitatif ... 85

3.6.3 Validitas dan Reliabilitas ... 85

3.6.3.1 Uji Validitas... 86

3.6.3.2 Uji Reliabilitas ... 88

3.7. Teknik Analisis Data... 88

3.7.1 Analisis Data Kuantitatif ... 88

3.7.2 Analisis Data Kualitatif ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 93

4.2 Pembahasan... 189

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 201

5.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 202

5.3 Saran ... 203

DAFTAR PUSTAKA ... … ... 206 LAMPIRAN


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

3.1Kriteria Skor Skala Self-Efficacy ... 80

3.2Kisi-kisi Instrumen Skala Self-Efficacy ... 80

3.3Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ... 81

3.4Desain Pre-Experimental ... 83

4.1 Tingkat Self-Efficacy Siswa SMK Assa’idiyyah Kudus per Indikator ... 112

4.2 Resume Hasil Uji Validasi Praktisi Model Pengembangan ... 139

4.3 Perbedaan Layanan Konseling Kelompok di SMK Kabupaten Kudus dengan Model Layanan Konseling Kelompok yang Dikembangkan ... 161

4.4 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Malas Belajar ... 167

4.5 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Mencontek ... 168

4.6 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Konsentrasi Belajar 170 4.7 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Malas Mencatat ... 171

4.8 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Takut Bertanya kepada Guru ... 173

4.9 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Malas di Kelas ... 175

4.10Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Sulit Memahami Pelajaran ... 176

4.11 Progress pada Pelaksanaan Konseling Kelompok Materi Motivasi belajar .... 178

4.12 Hasil Uji Beda t test ... 181

4.13 Perbandingan skor Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir ... 181

4.14 Perbandingan Skor Evaluasi Awal dan Akhir Siswa pada Indikator Berwawasan Optimis ... 182


(14)

xiv

4.15 Perbandingan Skor Evaluasi Awal dan Akhir Siswa pada Indikator Merasa Yakin dapat Menyelesaikan Tugas ... 184 4.16 Perbandingan Skor Evaluasi Awal dan Akhir Siswa pada Indikator

Menyikapi situasi dan Kondisi yang Beragam dengan Cara yang Baik dan Positif ... 185 4.17 Perbandingan Skor Evaluasi Awal dan Akhir Siswa pada Indikator

Berpedoman pada Pengalaman Hidup Sebelumnya sebagai suatu Langkah untuk Keberhasilan ... 186 4.18 Perbandingan Skor Evaluasi Awal dan Akhir Siswa pada Indikator

Meningkatkan Upaya sebaik-baiknya ... 187 4.19 Perbandingan Skor Awal dan Akhir Siswa pada Indikator Berkomitmen


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

2.1Kerangka Berpikir ... 66 3.1Alur/Tahapan Penelitian Pengembangan ... 74 4.1 Bentuk diagram batang pada hasil perbandingan skor evaluasi awal dan

evaluasi akhir ... 182 4.2 Indikator Berwawasan Optimis... 184 4.3 Indikator Merasa Yakin dapat Menyelesaikan Tugas ... 185 4.4 Indikator Menyikapi Situasi dan Kondisi yang Beragam dengan Cara yang

Baik dan Positif ... 186 4.5 Indikator Berpedoman pada Pengalaman Hidup Sebelumnya sebagai Suatu

Langkah untuk Keberhasilan ... 187 4.6 Indikator Meningkatkan Upaya Sebaik-baiknya ... 188 4.7 Indikator Berkomitmen untuk Melaksanakan Tugas sebagai Siswa ... 189


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian ... 210

2. Surat Keterangan ... 211

3. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ... 214

4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok .... 215

5. Pedoman Wawancara Layanan Konseling Kelompok ... 217

6. Validasi Pedoman Wawancara ... 223

7. Kisi-kisi Pedoman Observasi Pelaksanaan Konseling Kelompok ... 224

8. Panduan Observasi Pelaksanaan Konseling Kelompok ... 225

9. Validasi Pedoman Observasi ... 226

10. Kisi-kisi Instrumen Skala Self-Efficacy sebelum Uji Coba ... 227

11. Skala Self-Efficacy sebelum Uji Coba ... 228

12. Kisi-kisi Instrumen Skala Self-Efficacy setelah Uji Coba ... 231

13. Skala Self-Efficacy setelah Uji Coba... 232

14. Validasi Skala Self-Efficacy ... 235

15. Data Uji Validitas ... 236

16. Data Uji Reliabilitas ... 238

17. Hasil Uji Normalitas ... 240

18. Rancangan Model Hipotetik ... 241

19. Lembar Penilaian Validator Ahli/ Pakar ... 272

20. Lembar Penilaian Praktisi ... 281


(17)

xvii

21. Model Akhir Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Instruction untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa ... 311 22. Panduan Pelaksanaan Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Instruction

untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa ... 332 23. Prosedur Pelaksanaan Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Instruction

untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa ... 337 24. Panduan Permainan/Selingan ... 347 25. Rencana Pelaksanaan Layanan dan Laporan Pelaksanaan serta Evaluasi

Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Instruction untuk Meningkatkan

Self-Efficacy Siswa... 352 26. Daftar Hadir Konseling Kelompok ... 400 27. Penilaian Hasil ... 408


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Usaha untuk meningkatkan pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan perlu mendapat perhatian khusus. Undang-undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berfungsi meningkatkan kemampuan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk meningkatkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan peka terhadap tantangan zaman. Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003. Salah satu sikap dan kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang siswa adalah self-efficacy yang tinggi untuk menghasilkan prestasi belajar yang optimal.

Bandura (dalam Feist & Feist, 2008: 415) mendefinisikan self-efficacy

sebagai keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di


(19)

2

lingkungannya, dan dia juga yakin kalau self-efficacy adalah fondasi keagenan manusia. Manusia yang percaya dapat melakukan sesuatu, memiliki potensi untuk mengubah kejadian-kejadian di lingkungannya, lebih suka bertindak, dan lebih dekat pada kesuksesan daripada yang rendah self-efficacynya. Bandura pun menegaskan bahwa efikasi diri berperan penting terhadap motivasi akademik yang menunjang keberhasilan siswa dalam belajar untuk mencapai prestasi. Tanpa adanya efikasi diri yang baik, minat siswa dalam belajarpun akan rendah. Hal tersebut dikarenakan sebuah keyakinan yang lemah pada diri siswa untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Zimmerman, Bandura, dan Martinez-Pons (Schulze & Schulze, 2007:87) menggunakan analisis jalur untuk menunjukkan bahwa self-efficacy meningkatkan kinerja siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Siswa yang memiliki

self-efficacy yang tinggi tidak hanya menunjukkan keberhasilan yang lebih baik secara akademik akan tetapi mereka juga menetapkan tujuan akademik yang lebih tinggi untuk diri mereka sendiri.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan dan harapan mengenai kemampuan individu untuk menghadapi tugasnya. Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah merasa tidak memiliki keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Rendahnya self-efficacy siswa yang ditandai adanya motivasi belajar kurang, menunda tugas, menghindari beban belajar, mudah menyerah dan tidak mau berkompetisi, sehingga prestasi belajarnya rendah.


(20)

3

Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi ia pantang menyerah dan merasa mampu menangani peristiwa dan situasi yang dihadapi, ia selalu bangkit dari kegagalan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dari Bandura (1997: 211) tentang karakteristik individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi adalah ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru, menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang kuat dalam apa yang dilakukanya dan mengembangkan usaha saat menghadapi kegagalan, berfokus pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan, cepat memulihkan rasa mampu setelah mengalami kegagalan, dan menghadapi stressor atau ancaman dengan keyakinan bahwa mereka mampu mengontrolnya.

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tergolong sebagai remaja. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak ke masa dewasa yang diikuti oleh perubahan fisik maupun psikis, sehingga proses belajar di masa inipun cenderung diwarnai dengan frustasi, penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian. Menjadi masalah jika hal tersebut tidak dibantu melalui layanan yang memadai untuk membantu siswa memiliki self-efficacy yang baik sehingga memperoleh prestasi yang optimal.

Park dan Kim (2006: 276) menyatakan bahwa efikasi diri sangat penting bagi pelajar untuk mengontrol motivasi dalam mencapai harapan akademik.


(21)

4

Academic self-efficacy jika disertai tujuan yang spesifik dan pemahaman mengenai prestasi akademik, maka akan menjadi penentu suksesnya perilaku akademik di masa depan. Penelitian Mecintire dan Levine (Spector, 1996 dalam Wirawan, dkk. 2014) membuktikan bahwa siswa dengan keyakinan tinggi akan melakukan dengan baik setiap aktivitas di sekolah, sebenarnya dilakukan dengan lebih baik di luar dugaan mereka, dan dievaluasi oleh mereka secara positif. Ini membuktikan bahwa siswa dengan keyakinan diri yang tinggi dapat berprestasi dengan baik. Penelitian Stajkovic dan Luthans (Wirawan, dkk. 2014) menunjukkan bahwa orang yang memiliki efikasi diri yang tinggi mampu meraih cita-cita, bekerja lebih maksimal dibandingkan dengan orang yang rendah efikasi dirinya.

Hasil studi yang dilakukan oleh Sadewi (2012) di SMP Negeri 1 Lasem menunjukkan adanya siswa kelas VIII yang memiliki prestasi belajar yang rendah terutama pada mata pelajaran Matematika dibandingkan dengan mata pelajaran lain, sebanyak 32 % dari 221 siswa memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 8,00 dan 28 % siswa mencapai standart ketuntasan minimal setelah menempuh remidi. Rini (2013) menemukan bahwa dari sampel penelitian sebanyak 70 siswa SMK kelas 3 terdapat 29 siswa atau 41,4 % memiliki self-efficacy tinggi dan 41 siswa atau 58,6 % yang mempunyai self-efficacy rendah.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Humeira (2014) menyatakan bahwa lemahnya self-efficacy akan membuat siswa enggan melakukan kewajiban-kewajibannya, yakni belajar dengan baik. Hal ini dapat pula memicu keengganan


(22)

5

siswa dalam bersaing mengejar prestasi. Sedangkan untuk mencapai masa depan dikelilingi oleh persaingan, dan membutuhkan generasi-generasi yang unggul. Keunggulan tersebut hanya dapat diperoleh melalui proses belajar yang optimal. Proses belajar yang optimal dapat diraih apabila self-efficacy diri yang dimiliki oleh para siswa tersebut cukup kuat.

Fenomena yang terjadi di lapangan bahwa sebanyak 672 siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) negeri dan swasta, serta MTs di Kabupaten Grobogan dinyatakan tidak lulus Ujian Akhir Nasional (UAN) tahun pelajaran 2002-2003. Sebab nilai ujian mereka rata-rata di bawah standar minimal. Hal ini menambah kecemasan bagi siswa yang mengikuti ujian ulang, karena kesempatan mendaftar dan diterima di SMA negeri kemungkinannya kecil. Hal ini membuat cemas siswa terutama kelas 3, mereka mengalami masalah motivasi belajar dan sedikit cemas dengan adanya kegagalan dari kakak kelas mereka terdahulu. Mereka cemas dan takut kalau hal tersebut terjadi pada diri mereka. (www.suaramerdeka.com)

Dari fenomena di atas yang membuat siswa mengalami kecemasan akan kegagalan belajar adalah remaja dibebani oleh pikiran dan bayangan kemungkinan bila remaja tersebut gagal di tengah jalan dan mengalami peristiwa tersebut. Fakta dari hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami kegagalan akademik dengan akibat dikeluarkan dari sekolah lebih dari 20%

merasa cemas, hanya 6% siswa yang tidak cemas.


(23)

6

Fenomena lain yang terjadi mengenai self-efficacy siswa diantaranya yaitu kasus menyontek di Indonesia yang diteliti oleh Alma (dalam Kushartanti, 2009) yang mengungkapkan bahwa 100% siswa pernah menyontek dalam ujian. Lebih separuh diantaranya sering dan seringkali menyontek. Penelitian lain yang dilakukan oleh Khotimah (2009) pada siswa SMA di Surabaya menyebutkan bahwa 80% siswa pernah menyontek, 52% sering dan 28% jarang. Media yang paling banyak digunakan sebagai sarana menyontek adalah teman 38% dan meja tulis 26%. (www.detik.com)

Kasus yang terjadi di SMK Pangudi Luhur Muntilan yaitu adanya dugaan bocornya soal PPKn ujian akhir nasional (UAN) dari laporan lisan pihak SMK Pangudi Luhur bahwa ada kebocoran soal beserta jawaban PPKn yang dimiliki oleh beberapa siswa. Terungkapnya masalah ini berawal dari kecurigaan pengawas ujian yang mendapati ada seorang siswa yang sedang mencontek saat berlangsung UAN mata pelajaran PPKn. Lembaran contekan yang dibawa siswa berupa kunci jawaban soal pilihan ganda yang berjumlah 45 soal. Setelah diteliti, jawaban soal tersebut ternyata sama dengan kunci jawaban soal pilihan ganda mata ujian PPKn yang sedang dikerjakan. (www.suaramerdeka.com)

Hasil studi awal dengan menggunakan skala psikologis di tiga SMK di Kabupaten Kudus yaitu SMK 2 Kudus, SMK PGRI 1 Mejobo, dan SMK

Assa’idiyyah Kudus diperoleh data siswa kelas XI program keahlian TKJ tentang

self-efficacy siswa. Di SMK 2 Kudus diketahui bahwa dari 36 siswa terdapat 6 siswa atau 16.7% yang memiliki self-efficacy tinggi, 29 siswa atau 80,6% memiliki self-efficacy sedang, 1 siswa atau 2,8% yang memiliki self-efficacy


(24)

7

rendah. SMK PGRI 1 Mejobo diketahui dari 33 siswa terdapat 2 siswa atau 6,06 % yang memiliki self-efficacy tinggi, 27 siswa tau 81,82% yang memiliki self-efficacy sedang, dan 4 siswa atau 12,12 % siswa yang memiliki self-efficacy

rendah.

Diketahui dari 59 siswa SMK Assa’idiyyah Kudus tidak terdapat siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, 51 siswa atau 86,4% yang memiliki self-efficacy sedang, dan 8 siswa atau 13,6% siswa yang memiliki self-efficacy rendah. Dari hasil skala psikologis menunjukkan bahwa self-efficacy siswa SMK di Kabupaten Kudus perlu ditingkatkan.

Hal tersebut diperkuat dengan gejala yang nampak pada siswa yang memiliki self-efficacy kurang baik seperti menghindari tugas-tugas sekolah, suka mencontek, mudah menyerah, ragu-ragu ketika menjawab soal, merasa tidak yakin dengan kemampuannya, dan merasa sulit mempelajari mata pelajaran tertentu. Siswa yang demikian itu dapat dikatakan memiliki self-efficacy yang rendah. Agar siswa SMK di Kabupaten Kudus memiliki self-efficacy yang tinggi maka perlu adanya bimbingan dan konseling di SMK tersebut (hasil wawancara dengan beberapa guru pembimbing SMK di Kabupaten Kudus).

Permasalahan yang dialami para siswa di SMK sering sekali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Disinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling yang luas, bimbingan konseling di SMK adalah pelayanan untuk semua siswa yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka. Untuk mencapai pendidikan yang baik tidak terlepas dari


(25)

8

bimbingan dan konseling yang dimana berfungsi untuk menghasilkan individu yang pintar dan terampil di dalam proses akademik yang baik pula.

Prayitno dan Amti (2004: 99), bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Menurut Prayitno dan Amti (2004:105) definisi konseling sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Gibson & Mitchell (2011: 52) menyatakan bahwa konseling kelompok adalah pengalaman-pengalaman perkembangan dan penyesuaian rutin yang disediakan dalam lingkup kelompok. Konseling kelompok terfokus untuk membantu konseli mengatasi penyesuaian diri sehari-hari mereka, dan menjaga perkembangan dan pertumbuhan pribadi tetap di koridor yang benar dan sehat.

Berdasarkan hasil uraian di atas, dapat dikatakan bahwa self-efficacy yang

tinggi merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan bantuan yang diberikan kepada siswa khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas diri dan meningkatkan sikap yang positif kepada siswa. Layanan konseling kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat


(26)

9

untuk memberikan kontribusi pada siswa untuk meningkatkan self-efficacy. Dalam konseling kelompok ini lah siswa dapat menceritakan secara jelas masalah yang menghambat self -efficacy dalam belajar, agar mampu menghadapi tuntutan tugas-tugas belajar, maka dengan ini dapat diselesaikan dengan menggunakan layanan konseling kelompok.

Pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMK Kabupaten Kudus sudah menggunakan tahapan yang baku (tahap pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran) akan tetapi kegiatan yang dilakukan pada setiap tahapannya belum sesuai dengan konsep yang ideal dan teknik yang digunakan dalam layanan konseling kelompok tersebut belum sesuai dengan informasi serta bantuan yang dibutuhkan siswa, khususnya dalam meningkatkan self-efficacy sehingga layanan konseling kelompok tersebut terkesan tidak hidup dan monoton karena selalu menggunakan teknik diskusi dalam memecahkan masalah (Wawancara dengan beberapa guru pembimbing SMK di Kabupaten Kudus).

Dalam layanan konseling kelompok ini akan digunakan pendekatan

Cognitive Behavior Therapy. Menurut Muqodas (Rusmana, 2009: 81) mengungkapkan cognitive behavior therapy merupakan pendekatan terapi yang menitikberatkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupun psikis.

Cognitive Behavior Therapy merupakan terapi yang dilakukan untuk meningkatkan dan merawat kesehatan mental. Terapi ini akan diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan otak sebagai penganalisa, pengambil keputusan, bertanya, bertindak, dan memutuskan


(27)

10

kembali. Lain halnya dengan pendekatan pada aspek behavior diarahkan untuk membangun hubungan yang baik antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan. Tujuan dari Cognitive Behavior Therapy yaitu mengajak individu untuk belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat. Hingga pada akhirnya dengan Cognitive Behavior Therapy

diharapkan dapat membantu siswa dalam menyelaraskan berpikir, merasa dan bertindak. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah teknik self-instruction.

Self-instruction memberikan keterampilan bantu diri agar siswa dapat mengatasi situasi sulit yang mengganggu keyakinannya dalam belajar dengan cara mengubah pikiran atau keyakinan irasional menjadi pikiran positif untuk selanjutnya diucapkan pada diri sendiri dengan suara lantang, samar, dan dalam hati untuk memperbaiki perilaku. Ada 7 (tujuh) langkah self-instruction untuk meningkatkan siswa yaitu (1) pemberian rasional; (2) pemodelan penugasan secara kognitif dan self-verbalization (bisik diri), yaitu dengan melatihkan pada konseli; (3) bimbingan secara terbuka dengan konselor; (4) bimbingan secara terbuka dari konseli sendiri; (5) bimbingan pada diri sendiri secara terbuka; (6) bimbingan pada diri sendiri secara tertutup; dan (7) pekerjaan rumah dan tindak lanjut.

Diharapkan konseling kelompok menjadikan wahana pemahaman nilai-nilai positif bagi siswa, khususnya self-efficacy dibentuk yang tidak hanya dengan pendekatan personal namun dengan pendekatan kelompok seperti konseling kelompok yang akan lebih optimal karena para siswa tidak akan merasa terhakimi


(28)

11

oleh keadaan sendiri, mereka juga akan merasa mendapat pembinaan dan informasi yang positif untuk pengembangan self-efficacy, apalagi masalah self-efficacy merupakan masalah yang banyak dialami oleh remaja.

Self-instruction (SI) merupakan salah satu metode dari pendekatan

cognitive behavior, yang melibatkan identifikasi keyakinan-keyakinan disfungsional yang dimiliki seseorang dan mengubahnya menjadi lebih realistis, serta melibatkan teknik-teknik modifikasi perilaku (Bos dkk, 2006). Pada metode

self-instruction ini, terdapat strategi-strategi kognitif yang bisa digunakan, seperti

self verbalization atau self talk yang bertujuan untuk menuntun seseorang mengatasi masalah yang dihadapinya (Escamillia, 2000). Sementara itu, teknik

self-instruction sendiri merupakan suatu teknik modifikasi perilaku yang memiliki dua kegunaan, yaitu untuk mengganti pemikiran negatif terhadap diri sendiri menjadi pemikiran yang positif serta dapat digunakan untuk mengarahkan perilaku (Meichenbaum dalam Martin & Pear, 2003).

Hal ini juga diperkuat oleh beberapa penelitian diantaranya menyatakan bahwa self-instruction training telah terbukti efektif dalam meningkatkan performa anak-anak dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah (Douglas, Parry, Marton, & Garson, 1976; Kendall & Finch, 1978; Meichenbaum & Goodman, 1971; Palkes, Stewart, & Freedman, 1972; Palkes, Stewart, & Kahana, 1968; Robin, Armel, & O'Leary, 1975 dalam Bryant & Budd, 1982: 260).

Menurut Mischel (Safaria, 2004:75) mengemukakan hasil studinya bahwa anak dapat menunda keinginannya dan mengatasi godaan melalui penggunaan strategi coping verbal seperti self-talk, self-instruction, self-sugestion.


(29)

12

Permatasari (2010) menyatakan bahwa pendekatan Cognitive Behavior Therapy (CBT) dengan salah satu tekniknya adalah self-instruction telah terbukti pada berbagai macam populasi dapat meningkatkan self-efficacy. Melalui teknik konseling ini konselor dapat membantu konseli mengubah distorsi-distorsi kognitifnya dengan menguji ulang keyakinan siswa dengan teknik persuasi verbal dan aktivitas yang diberikan secara berulang-ulang sampai siswa mampu melakukannya untuk diri mereka sendiri.

Penelitian Ilkhchi, S.V., Poursharifi. H, Alilo. M.M (2011) menyatakan dengan subjek 45 siswa perempuan SMA di Tabriz. Hasil penelitian menyarankan bahwa konseling kelompok kognitif behavior untuk meningkatkan self-efficacy

dan ketegasan. Penelitian yang dilakukan oleh Gordin, dkk (2012) mengenai peran CR-SE dalam mediasi efektif dapat meningkatkan self-efficacy siswa tentang strategi regulasi emosi lainnya (misalnya, penekanan ekspresif, penyebaran perhatian). Penelitian lain yang dilakukan oleh Wirawan, dkk. (2014) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan academic self-efficacy siswa setelah diberikan konseling rasional emotif behavioral dengan teknik self-instruction training.

Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu di atas maka peneliti menyusun rencana penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan judul penelitian tesis: “Pengembangan Model Konseling Kelompok

dengan Teknik Self-Instruction untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa

SMK di Kabupaten Kudus (Studi Pengembangan di SMK Assa’idiyyah


(30)

13

1.2Identifikasi Masalah

Mencermati latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1.2.1 Pelaksanaan layanan konseling kelompok yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling belum efektif sehingga pelaksanaan kurang optimal. Pelaksanaan layanan konseling kelompok masih menggunakan metode ceramah dan diskusi sehingga proses pemberian layanan menjadi kurang menarik bagi siswa.

1.2.2 Masih adanya siswa yang memiliki self-efficacy rendah.

1.2.3 Belum adanya pengembangan model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK di Kabupaten Kudus.

1.3Cakupan Masalah

Cakupan masalah dalam penelitian ini pada pengembangan model konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK di Kabupaten Kudus.

1.4Rumusan Masalah

Mengacu pada identifikasi dan cakupan masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah yang akan diteliti, antara lain :

1.4.1 Bagaimana pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMK Kabupaten Kudus?


(31)

14

1.4.3 Bagaimana model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah Kudus?

1.4.4 Bagaimana keefektifan model konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah Kudus?

1.5Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :

1.5.1 Mengetahui pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMK Kabupaten Kudus.

1.5.2 Mengetahui tingkat self-efficacysiswa SMK Assa’idiyyah Kudus.

1.5.3 Menghasilkan model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah Kudus.

1.5.4 Mengetahui tingkat keefektifan model konseling kelompok dengan teknik

self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah Kudus.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang akan dicapai, adalah sebagai berikut: 1.6.1 Manfaat Teoritis

1.6.1.1Memberikan bukti empirik tentang keefektifan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa


(32)

15

1.6.1.2Memperkaya model bimbingan dan konseling melalui pengembangan model konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa

1.6.1.3Menjadi landasan bagi penyelenggaraan penelitian selanjutnya untuk mengembangkan model konseling kelompok dengan teknik self-instruction sebagai salah satu model layanan bimbingan dan konseling yang efektif untuk meningkatkan self-efficacy siswa

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.6.2.1Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Diharapkan dapat memberikan suatu produk yang bermanfaat dalam rangka meningkatkan self-efficcay siswa melalui layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction. Semoga produk ini dapat diaplikasikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah.

1.6.2.2Bagi Sekolah

Diharapkan pihak sekolah memberikan dukungan dengan memberikan fasilitas yang mendukung pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa. 1.6.2.3Bagi Siswa

Siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah dapat meningkatkan self-efficacynya baik di sekolah maupun di luar sekolah.


(33)

16

1.6.2.4Peneliti Selanjutnya

Peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang penelitian, lebih memahami penerapan teori konseling kelompok dengan teknik self-instruction, serta mampu menerapkan konseling kelompok dengan teknik self instruction pada penelitian lainnya.

1.7Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan model konseling kelompok dengan teknik self-instruction. Peneliti ingin membuat model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk mengganti pemikiran negatif menjadi positif, didasari oleh pemikiran bahwa pandangan seseorang mengenai dirinya dapat diarahkan. Teknik self-instruction dengan memberikan instruksi kepada siswa untuk menirukan setelah siswa mampu maka siswa disuruh untuk mengerjakannya sendiri. Langkah-langkah konseling kelompok yang digunakan untuk mengembangkan model ini tetap menggunakan empat tahapan konseling kelompok, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran. Untuk membedakan layanan konseling kelompok yang dikembangkan dengan layanan konseling kelompok pada umumnya maka perlu ada spesifikasi tersendiri. Spesifikasi dari model ini terletak pada proses layanan konseling kelompok, pada tahap ketiga, yaitu tahap kegiatan pelaksanaaan layanan konseling kelompok diterapkan teknik self-instruction. Model konseling kelompok dengan teknik self instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa meliputi: (1) Rasional, (2) Visi dan Misi, (3) Tujuan, (4) Isi Konseling Kelompok,


(34)

17

(5) Dukungan Sistem, (6) Prosedur Konseling Kelompok, (7) Evaluasi dan Tindak Lanjut.

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1.8.1 Asumsi Pengembangan

Asumsi yang dijadikan dasar pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.8.1. Melalui konseling kelompok dapat digunakan sebagai proses pembelajaran dalam bentuk pengubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku termasuk dalam hal pemecahan masalah dapat terjadi melalui proses kelompok. Dengan konseling kelompok diharapkan siswa dapat saling bertukar pikiran dan mengemukakan pendapat yang dimilikinya, sehingga self-efficacy siswa dapat ditingkatkan dan siswa dapat menjadi lebih yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya.

1.8.1.2 Kecenderungan siswa memiliki karakteristik mudah terpengaruh teman, mudah menyerah dan kurang yakin pada kemampuan yang dimilkinya Oleh karena itu, untuk meningkatkan keyakinan terhadap kemampuan diri siswa digunakan teknik Self-Instruction. Self-Instruction ini juga dapat memotivasi diri siswa melalui konseling kelompok yang dapat diaplikasikan pada kehidupannya sehari-hari sehingga siswa menjadi yakin akan kemampuannya.

1.8.1.3 Self-efficacy sebagai keyakinan manusia pada kemampuan diri untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya, dan dia juga yakin kalau self-efficacy


(35)

18

adalah fondasi keagenan manusia. Siswa yang memiliki self-efficacy yang baik ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru, sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy yang kurang baik, siswa merasa tidak berdaya, cepat sedih, apatis, cemas, menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan, aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin dicapai, dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari kegagalannya, serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan. Apabila self-efficacy rendahnya tidak segera ditingkatkan dengan layanan yang tepat dan efektif, maka akan banyak siswa yang prestasinya menurun.

1.8.2 Keterbatasan Pengembangan

Pengembangan model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy ini, masih memiliki banyak keterbatasan, karena pengembangan ini masih bersifat sederhana terlihat dari: 1.8.2.1Model yang dikembangkan ini hanya terbatas pada peningkatan

self-efficacy siswa dengan menggunakan teknik self-instruction.

1.8.2.2Model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa ini hanya terbatas bagi guru bimbingan


(36)

19

dan konseling dalam memberikan layanan konseling kelompok kepada siswa SMK di kabupaten Kudus. Namun tidak menutup kemungkinan dapat digunakan di sekolah lain apabila membutuhkan, tetapi harus dilakukan penelitian awal terlebih dahulu dan uji coba lebih lanjut agar ada kesesuaian antara keadaan dengan kebutuhan di sekolah tersebut. 1.8.2.3Model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk

meningkatkan self-efficacy siswa, dikembangkan hanya sampai tahap uji kelompok terbatas dan belum ditindaklanjuti sampai pada tahap desiminasi.


(1)

1.4.3 Bagaimana model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah Kudus?

1.4.4 Bagaimana keefektifan model konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah Kudus?

1.5Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah :

1.5.1 Mengetahui pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMK Kabupaten Kudus.

1.5.2 Mengetahui tingkat self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah Kudus.

1.5.3 Menghasilkan model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah Kudus.

1.5.4 Mengetahui tingkat keefektifan model konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa SMK Assa’idiyyah Kudus.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang akan dicapai, adalah sebagai berikut: 1.6.1 Manfaat Teoritis

1.6.1.1Memberikan bukti empirik tentang keefektifan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa


(2)

1.6.1.2Memperkaya model bimbingan dan konseling melalui pengembangan model konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa

1.6.1.3Menjadi landasan bagi penyelenggaraan penelitian selanjutnya untuk mengembangkan model konseling kelompok dengan teknik self-instruction sebagai salah satu model layanan bimbingan dan konseling yang efektif untuk meningkatkan self-efficacy siswa

1.6.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.6.2.1Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Diharapkan dapat memberikan suatu produk yang bermanfaat dalam rangka meningkatkan self-efficcay siswa melalui layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction. Semoga produk ini dapat diaplikasikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah.

1.6.2.2Bagi Sekolah

Diharapkan pihak sekolah memberikan dukungan dengan memberikan fasilitas yang mendukung pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa. 1.6.2.3Bagi Siswa

Siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah dapat meningkatkan self-efficacynya baik di sekolah maupun di luar sekolah.


(3)

1.6.2.4Peneliti Selanjutnya

Peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang penelitian, lebih memahami penerapan teori konseling kelompok dengan teknik self-instruction, serta mampu menerapkan konseling kelompok dengan teknik self instruction pada penelitian lainnya.

1.7Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengembangkan model konseling kelompok dengan teknik self-instruction. Peneliti ingin membuat model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk mengganti pemikiran negatif menjadi positif, didasari oleh pemikiran bahwa pandangan seseorang mengenai dirinya dapat diarahkan. Teknik self-instruction dengan memberikan instruksi kepada siswa untuk menirukan setelah siswa mampu maka siswa disuruh untuk mengerjakannya sendiri. Langkah-langkah konseling kelompok yang digunakan untuk mengembangkan model ini tetap menggunakan empat tahapan konseling kelompok, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran. Untuk membedakan layanan konseling kelompok yang dikembangkan dengan layanan konseling kelompok pada umumnya maka perlu ada spesifikasi tersendiri. Spesifikasi dari model ini terletak pada proses layanan konseling kelompok, pada tahap ketiga, yaitu tahap kegiatan pelaksanaaan layanan konseling kelompok diterapkan teknik self-instruction. Model konseling kelompok dengan teknik self instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa meliputi: (1) Rasional, (2) Visi dan Misi, (3) Tujuan, (4) Isi Konseling Kelompok,


(4)

(5) Dukungan Sistem, (6) Prosedur Konseling Kelompok, (7) Evaluasi dan Tindak Lanjut.

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1.8.1 Asumsi Pengembangan

Asumsi yang dijadikan dasar pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.8.1. Melalui konseling kelompok dapat digunakan sebagai proses pembelajaran dalam bentuk pengubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku termasuk dalam hal pemecahan masalah dapat terjadi melalui proses kelompok. Dengan konseling kelompok diharapkan siswa dapat saling bertukar pikiran dan mengemukakan pendapat yang dimilikinya, sehingga self-efficacy siswa dapat ditingkatkan dan siswa dapat menjadi lebih yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya.

1.8.1.2 Kecenderungan siswa memiliki karakteristik mudah terpengaruh teman, mudah menyerah dan kurang yakin pada kemampuan yang dimilkinya Oleh karena itu, untuk meningkatkan keyakinan terhadap kemampuan diri siswa digunakan teknik Self-Instruction. Self-Instruction ini juga dapat memotivasi diri siswa melalui konseling kelompok yang dapat diaplikasikan pada kehidupannya sehari-hari sehingga siswa menjadi yakin akan kemampuannya.

1.8.1.3 Self-efficacy sebagai keyakinan manusia pada kemampuan diri untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya, dan dia juga yakin kalau self-efficacy


(5)

adalah fondasi keagenan manusia. Siswa yang memiliki self-efficacy yang baik ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru, sedangkan siswa yang memiliki self-efficacy yang kurang baik, siswa merasa tidak berdaya, cepat sedih, apatis, cemas, menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan, aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin dicapai, dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari kegagalannya, serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan. Apabila self-efficacy rendahnya tidak segera ditingkatkan dengan layanan yang tepat dan efektif, maka akan banyak siswa yang prestasinya menurun.

1.8.2 Keterbatasan Pengembangan

Pengembangan model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy ini, masih memiliki banyak keterbatasan, karena pengembangan ini masih bersifat sederhana terlihat dari: 1.8.2.1Model yang dikembangkan ini hanya terbatas pada peningkatan

self-efficacy siswa dengan menggunakan teknik self-instruction.

1.8.2.2Model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk meningkatkan self-efficacy siswa ini hanya terbatas bagi guru bimbingan


(6)

dan konseling dalam memberikan layanan konseling kelompok kepada siswa SMK di kabupaten Kudus. Namun tidak menutup kemungkinan dapat digunakan di sekolah lain apabila membutuhkan, tetapi harus dilakukan penelitian awal terlebih dahulu dan uji coba lebih lanjut agar ada kesesuaian antara keadaan dengan kebutuhan di sekolah tersebut. 1.8.2.3Model layanan konseling kelompok dengan teknik self-instruction untuk

meningkatkan self-efficacy siswa, dikembangkan hanya sampai tahap uji kelompok terbatas dan belum ditindaklanjuti sampai pada tahap desiminasi.


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN SELF ESTEEM SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA

0 29 28

PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR SISWA SMP EMPU TANTULAR SEMARANG

0 6 27

EFEKTIVITAS TEKNIK KONSELING COGNITIVE BEHAVIORAL UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA.

0 3 34

EFEKTIVITAS TEKNIK MODELING UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY KARIR SISWA.

10 50 59

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA.

0 2 40

Penerapan Konseling Kelompok Dengan Cognitive Behavior Modification Untuk Mengubah Negatif Automatic Thoughts Mengenai Sumber-sumber Pembentuk Self-Efficacy (Uji Coba Konseling Kelompok Dalam Meningkatkan Self-Efficacy Pada Mahasiswa TEknik Industri Yang

0 0 33

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KONSELING KARIR MELALUI TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY KARIER SISWA KELAS XII SMK DARUL ULUM BAURENO BOJONEGORO.

0 1 148

KEEFEKTIFAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK COGNITIVE RESTRUCTURING UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY DAN SELF ESTEEM SISWA KELAS X IPA DI SMAN 1 DARUSHOLAH BANYUWANGI -

0 7 32

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY DAN ASPIRASI KARIR SISWA SMA NEGERI 7 PEKANBARU -

2 5 30

PENERAPAN TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MENGATASI RENDAHNYA DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS XI MM SMK TAMANSISWA KUDUS

0 0 22