EFEKTIVITAS BIMBINGAN KONSELING KARIR MELALUI TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY KARIER SISWA KELAS XII SMK DARUL ULUM BAURENO BOJONEGORO.

(1)

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KONSELING KARIR MELALUI TEKNIK

RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY KARIER SISWA KELAS XII SMK DARUL ULUM BAURENO BOJONEGORO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

ABDULLOH FAQIH NIM. B03212001

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Abdulloh Faqih (B03212001), 2016. Efektivitas Bimbingan Konseling Karier Melalui Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Self Efficacy Karier Siswa Kelas XII SMK Darul Ulum Baureno Bojonegoro.

Fokus permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah apakah bimbingan konseling karir melalui teknik restrukturisasi kognitif efektive untuk meningkatkan self-efficacy karir siswa kelas XII SMK Darul Ulum, Baureno, Bojonegoro? Dan Seberapa besar tingkat efektivitasnya?

Maka, untuk menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian Kuantitatif yang berfungsi untuk memeriksa fakta dan data mengenai

self-efficacy karier siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa bimbingan

konseling karier melalui teknik restrukturisasi kognitif. Kemudian data dan fakta tersebut dianalisis untuk diuji keefektifan penangananya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas bimbingan konseling karier melalui teknik restrukturisasi kognitif dalam meningkatkan self

efficacy karier siswa kelas XII SMK Darul Ulum Baureno Bojonegoro. Design

yang digunakan adalah pre test and post test control group design. Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah 10 siswa yang tergolong memiliki

self-efficacy karier rendah, kemudian dijadikan 2 kelompok dengan masing-masing

kelompok berjumlah 5 siswa, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data angka dianalisis menggunakan Uji Paired Samples T-test atau Uji

T-test. Hasil analisis data angka tersebut menunjukkan bahwa nilai Zhitung = -3,565

dan Asymp.Sig.(2-tailed) adalah 0,007 < 0,05, yang artinya Ha diterima dan Ho

ditolak. Analisis data pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan bahwa peningkatan terjadi cukup besar dari yang awalnya skor total angket pre test = 498 menjadi total 976 pada skor post test dengan rata-rata mean (X-) pada kelompok eksperimen 8,00 dan jumlah sum (∑X)= 50,00, sedangkann rata-rata mean (X-) pada kelompok kontrol adalah 3,00 dan jumlah sum (∑X)= 25,00. Dari analisis data diatas menunjukkan bahwa koefisien korelasi adalah 0,880 > 0,000, ini berarti nilai korelasi lebih besar dari nilai Sig. yang menunjukan pengertian bahwa tingkat efektivitasnya adalah tinggi

Saran peneliti adalah sebagai berikut: (1) Bimbingan Konseling Karier melalui Teknik Restrukturisasi Kognitif dapat digunakan untuk meningkatkan

self-efficacy karier siswa; (2) Peneliti selanjutnya perlu menindaklanjuti dengan

menggunakan variasi sesi pertemuan, populasi, dan rancangan penelitian lain.

Kata Kunci: Bimbingan Konseling Karier, Teknik Restrukturisasi Kognitif, Self-Efficacy Karier.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Metode Penelitian ... 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 15

3. Variabel dan Indikator Penelitian ... 19

4. Definisi Operasional ... 21

5. Kerangka Berfikir ... 25

6. Teknik Pengumpulan Data ... 26

7. Teknik Analisis Data ... 28

8. Tahap-Tahap Penelitian ... 30

G. Sistematika Pembahasan ... 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self Efficacy Karier ... 33

1. Definisi Sel Efficacy Karier ... 34

2. Indikator Self Efficacy Karier ... 36

3. Dimensi Self Efficacy Karier ... 37

4. Faktor-Faktor Self Efficacy Karier ... 41


(8)

6. Fungsi Self Efficacy Karier ... 47

7. Konsep Self Efficacy Karier menurut Al-Qur‟an ... 49

B. Bimbingan Konseling Karier dan Teknik Restrukturisasi Kognitif .. 52

1. Pengertian Bimbingan Konseling Karier ... 52

2. Tujuan Bimbingan Konseling Karier ... 53

3. Pengertian Teknik Restrukturisasi Kognitif ... 53

4. Tujuan Teknik Restrukturisasi Kognitif ... 54

5. Manfaat Teknik Restrukturisasi Kognitif ... 55

6. Langkah Teknik Restrukturisasi Kognitif ... 56

C. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 63

D. Hipotesis Penelitian ... 68

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 71

1. Profil Sekolah ... 71

2. Data Guru ... 71

3. Data Sarana Pra Sarana ... 72

4. Visi Misi Sekolah ... 73

5. Visi dan Misi Program Keahlian ... 74

6. Tujuan Program Keahlian ... 75

7. Uraian Tugas Tenaga Pendidik ... 75

8. Struktur Organisasi Sekolah ... 77

B. Deskripsi pelaksanaan Penelitian ... 77

1. Tahap Pra Eksperimen ... 77

2. Tahap Eksperimen Penelitian ... 78

3. Tahap Post Eksperimen ... 81

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 82

1. Penyajian Data ... 82

a. Favorable ... 85

b. Unfavorable... 85

2. Validitas Alat Ukur ... 90

3. Reliabilitas Alat Ukur ... 92

D. Pengujian Hipotesis ... 95

BAB IV ANALISIS DATA A. Uji Normalitas dan Linearitas ... 100

1. Uji Normalitas ... 101

2. Uji Linieritas ... 102

B. Analisis Tingkat Efektivitas ... 103


(9)

2. Paired Samples Correlations ... 104

3. Paired Samples Test ... 104

C. Analisis Proses Teknik Restrukturisasi Kognitif ... 108

1. Tahap Pertama: Pemberian Rasional ... 108

2. Tahap Kedua: Identifikasi Pikiran Konseli ... 110

3. Tahap Ketiga: Pengenalan dan Latihan Coping Thought ... 114

4. Tahap Keempat: Peralihan dari Pikiran Negative ke Coping Thought . 117 5. Tahap Kelima: Latihan Penguatan Positif ... 119

6. Tahap Keenam: Evaluasi Tugas Rumah dan Tindak Lanjut ... 121

D. Analisis Data Angka Dari Hasil Penilaian Ahli ... 123

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 130 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Keterangan Pretest Postest Control Group Design ... 13

Tabel 2.1. Ciri-ciri tinggi rendahnya Self Efficacy Karier ... 37

Tabel 2.2. Kombinasi Efikasi Karier dengan Lingkungan sebagai Prediktor Tingkah laku dalam Berkarier ... 46

Tabel 3.1. Data Guru SMK Darul Ulum Menurut Mata Diklat ... 72

Tabel 3.2. Data Guru SMK Darul Ulum Menurut Ijasah ... 72

Tabel 3.3. Data Sarana Prasarana SMK Darul Ulum ... 73

Tabel 3.4. Uraian Tugas Tenaga Pendidik SMK Darul Ulum Baureno ... 76

Tabel 3.5. Hasil Uji Pre Test Keseluruhan Sampel ... 82

Tabel 3.6. Skor Pre Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 83

Tabel 3.7. Skor Post Test Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 84

Tabel 3.8. Keterangan Skoring Skala Favourable dan Unfavorable ... 86

Tabel 3.9. Kriteria Skor Perilaku Anarkis ... 86

Tabel 3.10. Keterangan Blue Print Skala Self-Efficacy Karier ... 87

Tabel 3.11. Desain Kuesioner Skala Self-Efficacy Karier ... 90

Tabel 3.12. Keterangan Hasil Uji Validitas Skala ... 92

Tabel 3.13. Kriteria Koefisien Reliabilitas Instrument ... 93

Tabel 3.14. Hasil Uji Reliabilitas Skala ... 93

Tabel 3.15. Uji Reliabilitas Tahap Awal ... 94

Tabel 3.16. Uji Reliabilitas Tahap Akhir ... 94

Tabel 3.17. Wilcoxon Sign Rank Test ... 96

Tabel 3.18. Uji Tanda (sign) ... 98

Tabel 4.1. Uji Normalitas Data (Tests Of Normality) ... 101

Tabel 4.2. Ringkasan Hasil Uji Linearitas ... 102

Tabel 4.3. Paired Samples Statistics ... 103

Tabel 4.4. Paired Samples Correlations ... 103

Tabel 4.5. Paired Samples Test ... 104

Tabel 4.6. Nilai Koefisien ... 105

Tabel 4.7. Data Deskriptive Statistics Tenik Restrukturisasi Kognitif ... 106

Tabel 4.8. Kategorisasi Skor Skala Penanganan ... 107

Tabel 4.9. Data Selisih Mean Rank ... 107

Tabel 4.10. Aspek Kesesuaian Indikator/Dimensi Dengan Variabel ... 124

Tabel 4.11. Aspek Kesesuaian Deskriptor Dengan Indikator ... 126

Tabel 4.12. Aspek Ketepatan Modul ... 126


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Desain Pretest dan Posttest Control Group ... 12

Gambar 1.2. Kerangka Berfikir Penelitian ... 26

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Program Keahlian SMK Darul Ulum ... 77

Gambar 3.2. Grafik Skor Pre Test ... 83

Gambar 3.3. Grafik Skor Post Test... 84

Gambar 3.4. Grafik Fluktuasi Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 87


(12)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan transliterasi Arab - Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1987 dan No. 05436/U/1987. Secara garis besar uraiannya sebagai berikut:

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam Transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lain lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus.

Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan Transliterasi dengan huruf Latin.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب b „ B Be

ت t ′ T Te

ث es (dengan titik di atas)

ج jim J Je

ح ḥ „ ḥ ha (dengan titik di bawah)

خ kh ′ Kh ka dan ha

د d l D De

ذ l zet (dengan titik di atas)

ر r „ R Er

ز zai Z Zet

س sin S Es

ش syin Sy es dan ye

ص ṣ d ṣ es (dengan titik di bawah)

ض d d de (dengan titik di bawah)

ط ṭ ṭ te (dengan titik di bawah)

ظ z ′ Z zet (dengan titik di bawah)

ع „ain ….„…. koma terbalik di atas

غ gain G Ge

ف f „ F Ef


(13)

ك k f k Ka

ل l m l El

م mim m Em

ن n n n En

و w wu w We

h ‟ h Ha

ء hamzah …‟… Apostrof

ي y ′ y Ye

2. Vocal

Vocal bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal tunggal atau vocal monoftong dan vocal rangkap atau diftong.

a. Vocal Tunggal

Vocal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat, yang transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Vokal Nama Huruf Latin Nama

Fath h a A

Kasr h i I

ammah u U

b. Vocal Rangkap

Vokal bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan, yaitu:

Tanda dan

Huruf Nama

Gabungan

Huruf Nama

ىﹷ Fatḥah dan ya ai a dan i

وﹷ Fatḥah dan wawu au a dan u

Contoh: ﻒﻛﻴ - kaifa لﻮﻫ– haula;


(14)

3. Maddah

Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harakat danHuruf Nama Huruf danTanda Nama ى _ ا َ_ Fatḥah dan alif

atau ya a dan garis di atas

ى ﹻ Kasrah dan ya i dan garis di atas ى َ_ ammah dan

wawu u dan garis di atas

4. Ta Marbuthah

a. Ta Marbuthah yang hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah dan dammah, dan transliterasinya adalah (t).

b. Ta marbuthah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah (h).

c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbuthah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang “al” serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbuthah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

لﻔﺎﻃﻻاﺔﺿرو Raudah al-atf l ة

ر ﻮﻤا ﺔﻳﺪﻤا Al-Mad nah al-Munawwarah

ﺔﺤ ﻃ Thalhah

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

ر Rabban

لﺰ Nazzala

ا Al-Birr


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini angkatan kerja yang menganggur terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional, lulusan yang memberikan sumbangan tertinggi adalah SMA sebesar 10,66%, sedangkan lulusan SMK sebesar 10,43%.1

Hal ini sangat memprihatinkan, khususnya pada lulusan SMK dimana terlihat bahwa kurang optimalnya perwujudan dari tujuan berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan itu sendiri. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menekan jumlah pengangguran adalah dengan mengoptimalkan self efficacy

karier siswa, sehingga siswa tidak ragu dan menjadi yakin atas kemampuan yang

dimilikinya untuk menghadapi kariernya kedepan.

Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seperti diketahui, di era globalisasi ini pendidikan merupakan salah satu kebutuhan, sehingga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah suatu konsep pendidikan yang mengarahkan output dari sistem pendidikan tersebut untuk bisa bersaing dan mempunyai suatu kompetansi dalam dunia pekerjaan (karier). Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat para ahli tentang pendidikan

1 Suci Wulandari, “Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa Kelas XII Di Smk Negeri 1” (Skripsi, Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya, 2012),hal.1


(16)

2

kejuruan, diantaranya Muchlas Samani, Evans & Edwin mengemukakan bahwa: “pendidikan kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan individu pada suatu pekerjaan atau kelompok pekerjaan”. Sementara Harris dalam Slamet menyatakan: “Pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang disukai individu untuk kebutuhan sosialnya”.2

Menurut House Committee on Education and Labour (HCEL) bahwa: “pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan”.3

Bukan hanya dari beberapa definisi yang diungkapkan para ahli. Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tentang pasal 18 dijelaskan bahwa: “Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja pada bidang tertentu”.4

Dalam hal ini, terdapat tahap-tahap perkembangan yang harus dilalui dalam rentang kehidupan manusia, yang dimulai sejak lahir sampai meninggal. Salah satu tahapan tersebut adalah masa remaja. Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu, fase ini terjadi pada masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada tahapan ini individu banyak mengalami perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional, juga mengalami perkembangan yang cepat, baik perkembangan fisik

2

Onong Uchajana, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1993),hal.3. 3

Malik Oemar, House Committee on Education and Labour. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1990),hal.94

4

Deddy mulyana , dkk, Komunikasi Antar Pribadi (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1990),hal.15


(17)

3

(pertumbuhan fisik) maupun perkembangan psikis. Perubahan-perubahan yang terjadi dengan begitu cepatnya membawa pengaruh yang besar pada situasi kejiwaanya.5

Hal tersebut menunjukan masa remaja merupakan masa yang terpenting dalam perkembangan individu, karena jika tidak dapat mampu melaksanakan tugas perkembangan pada masa remaja, maka masa dewasa pun tidak akan berjalan semestinya. Menurut Hurlock masa remaja merupakan masa yang sangat berhubungan pada penentuan kehidupan di masa depan, karena perilaku dan aktivitas yang dilakukan pada masa remaja menjadi masa awal dalam mengukir kehidupan yang lebih baik dimasa depan mereka.6

Masa yang dilalui oleh remaja ini membuat mereka mulai dihadapkan pada pilihan-pilihan hidup. Hal ini selaras dengan tugas perkembangan remaja menurut Havighurst, bahwa siswa SMK diharapkan dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dalam bidang karir yaitu memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan).7

Tujuannya adalah agar siswa SMK mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan mempersiapkan diri, memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki pekerjaan tersebut. Terlebih siswa harus merasa percaya diri atas kemampuan yang dimiliki, pasalnya kesulitan-kesulitan yang menyangkut kejiwaan pun sering mereka jumpai, misalnya cepat putus asa,

5 Elfi mu’awanah,

Bimbingan Konseling Islam di Sekolah Dasar (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009),hal.25

6

Elisabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi 5 (Jakarta: Erlangga, 2009),hal.207

7

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011),hal.74


(18)

4

meresa kecewa, pesimis dalam kehidupanya, rendah diri, dan sebagainya. Karena mereka pada periode tersebut berada dalam fase adolesence (remaja).8

Ditinjau dari tahap perkembangan karir menurut Super dan Jordaan, bahwa siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) termasuk dalam tahap eksplorasi pada tingkat tentatif dan transisi (usia 15-21 tahun).9

Pada tahap tentatif (15-17 tahun), faktor-faktor yang diperhitungkan dan dipertimbangkan adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai-nilai dan kesempatan. Sedangkan pada tahap transisi dimana individu berusaha untuk memperoleh karir, memutuskan karir dan siap masuk ke dunia kerja. Bila individu telah memiliki kesiapan untuk membuat perencanaan karir, memanfaatkan sumber informasi karir, pencarian informasi karir, dan dapat mengambil keputusan karir maka individu telah mencapai kematangan karir.10 Sehingga terhitung memiliki self-efficacy karier yang tinggi.

Mengacu pada perkembangan karir menurut Super di atas siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada tahap eksplorasi sudah seharusnya siswa mampu merencanakan pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya, dapat menetapkan tujuan dan dapat melakukan pendalaman sesuai dengan bidang yang dipilih. Namun kenyataannya, banyak sekali siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) belum siap melaksanakan bidang karir mereka setelah lulus.11

8 Elfi mu’awanah,

Bimbingan Konseling Islam di Sekolah Dasar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009),hal.24 - 25

9

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011),hal.84

10

Luluk Sersiana, dkk. Jurnal BK UNESA, “Hubungan Antara Self-Efficacy Karir Dan Persepsi Terhadap Masa Depan Karir dengan Kematangan Karir Siswa Smk Pgri Wonoasri Tahun Ajaran 2012/2013”. Vol 03 No 01. Pp 172-180,hal.173

11

Luluk Sersiana, dkk. Jurnal BK UNESA, “Hubungan Antara Self-Efficacy Karir Dan Persepsi Terhadap Masa Depan Karir dengan Kematangan Karir Siswa Smk Pgri Wonoasri Tahun Ajaran 2012/2013”. Vol 03 No 01. Pp 172-180,hal.174


(19)

5

Hal diatas dikarenakan adanya self-efficacy karier yang rendah. Persoalan karir juga terjadi di SMK 1 Purworejo Jawa Tengah, masih banyak siswa SMK Purworejo setelah lulus masih belum memasuki dunia kerja. Sebenarnya animo lulusan SMK dalam merespon job fair sangat tinggi, namun keberanian untuk mencari informasi lebih detail di stan lowongan kerja masih kecil. Mereka tidak berani masuk, masih ragu akan kemampuannya padahal saat itu, ada puluhan perusahaan dengan ratusan informasi lowongan pekerjaan ditawarkan.12

Dalam hal ini, banyak sekali siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Darul Ulum Baureno Bojonegoro, belum siap untuk menjalani karir yang sesuai dengan bidang garapnya. Dikarenakan keyakinan atas kemampuan yang dimilikinya untuk terjun dalam dunia karirnya, purna atas kepercayaan dirinya yang rendah.13 Hal-hal inilah yang menghambat perkembangan self-efficacy karier siswa berjalan normal dan cenderung negative/rendah. Seperti yang pernah terjadi pada tahun 2011-2012 di SMK Darul Ulum Baureno Bojonegoro, banyak diantara siswa yang bekerja diluar bidang kompetensinya saat masuk di kejuruan SMK yang ada, hal ini dikarenakan kebanyakan siswa masih belum yakin untuk masuk ke pekerjaan yang sesuai dengan bidang kejuruanya.14

Seseorang dengan efikasi diri (self-efficacy) rendah dalam ranah karir (pekerjaan), akan menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya, dalam situasi yang seperti ini, ia memiliki

12

http://www.indocrewyk.com/news-131-lulusan-smk-belum-memiliki-keberanian.html (diakses pada 1 Februari 2013).

13

Ahmad Kholil, Kepala Sekolah SMK Darul Ulum Baureno-Bojonegoro, wawancara pribadi, Pasinan,10 maret 2016.

14

Bagian Administrasi, SMK Darul Ulum Baureno-Bojonegoro, (Pasinan: Data Alumni SMK DU, Tahun Ajaran 2011-2012).


(20)

6

self-efficacy karier yang terbilang rendah dan cenderung mudah menyerah. Hal

senada juga di ungkapkan oleh Gist, yang menunjukkan bukti bahwa self-efficacy

karier memainkan satu peran penting dalam mengatasi memotivasi pekerja untuk

menyelesaikan pekerjaan yang menantang dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan tertentu.

Semua perubahan yang terjadi di dalam diri pada masa remaja menuntut individu untuk melakukan penyesuaian diri dalam diri dalam membentuk suatu “sense of self” yang baru tentang siapa dirinya. Karena perubahan-perubahan yang terjadi mempengaruhi remaja pada hampir semua area, konsep diri juga berada dalam keadaan terus berubah pada periode ini. Ketidakpastian masa depan membuat formulasi dari tujuan yang jelas merupakan tugas yang sulit. Namun, dari penyelesaian masalah dan konflik remaja inilah lahir konsep diri remaja.15 Dari situlah, self-efficacy karier akan terbentuk dan relatif tinggi, sehingga siswa akan dengan yakin mampu melakukan dan melaksanakan karirnya nanti dengan baik.

Konsep diri negatif, akan berdampak pada perkembangan kepribadian remaja karena pola kepribadian dibentuk oleh konsep diri yang dimiliki individu. Remaja yang memandang dirinya sebagai individu yang memiliki kemampuan yang dapat dibanggakan dan tidak memiliki penyesalan atas kondisi diri akan percaya diri dan menunjukkan sikap terbuka terhadap orang lain, sehingga dia akan dengan yakin mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan pekerjaan

15

Makalah Matakuliah Seminar BK (PB 318): Upaya bimbingan dan konseling menggunakan teknik restrukturisasi kognitif untuk mereduksi body dysmorphic disorder pada siswa. BAB I (2012),hal.4


(21)

7

atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu.16 Berbeda dengan sebaliknya, siswa yang memandang dirinya bodoh, tidak berpenampilan menarik, merasa memiliki banyak sekali kekurangan dan merasa diri paling tidak beruntung akan menimbulkan penyesalan terhadap diri dan menjadi tidak percaya diri. Pandangan diri yang negatif ini dapat mengakibatkan pribadi individu menjadi tertutup sehingga perkembangan kepribadian menjadi tidak sehat, dan cenderung

self-efficacy karier siswa adalah rendah dan negatif, hal ini tentu berdampak pada

karirnya kedepan.

Dalam hal meningkatkan self-efficacy karier siswa yang cenderung rendah, dapat dilakukan dengan memfokuskan pada kognitif siswa melaui bimbingan konseling karir dengan pendekatan teknik restrukturisasi kognitif. Teknik

restrukturisasi kognitif adalah proses belajar untuk menyangkal distorsi kognitif

atau fundamental "kesalahan berpikir", dengan tujuan menggantikan pikiran seseorang yang tidak rasional, keyakinan kontra-faktual yang akurat dan dominan, menuju ke pola berfikir yang rasional dan positive.

Teknik restrukturisasi kognitif, merupakan salah satu teknik yang ada didalam konseling cognitive behavioral therapy, sebuah pendekatan yang mengkombinasikan konseling kognitif dan konseling behavioral. Pada pelaksanaannya konseling cognitive behavioral therapy merupakan bentuk konseling yang menekankan kepada pentingnya penggunaan pikiran dalam perasaan dan tindakan individu. Sehingga diharapkan siswa mampu merubah pola berfikirnya dari negatif ke positif, untuk meningkatkan self-efficacy kariernya.

16

Posted by sahar pratama at 07:01, Sumber Buku: Ghufron M. Nur & Risnawati Rini S. 2010. Teori-Teori Psikologi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media).


(22)

8

Untuk meningkatkan self-efficacy karier siswa, atas konsep diri negatif menjadi konsep diri positif yang dapat dikembangkan secara optimal salah satunya dengan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif. Karena teknik

restrukturisasi kognitif memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan

mengubah kesalahan kognisi atau persepsi konseli tentang diri dan lingkungannya. Kesalahan kognisi tersebut diekspresikan oleh konseli melalui pernyataan diri yang negatif.17

Hal inilah yang menjadi dasar serta dorongan peneliti untuk menguji

efektivitas dan upaya bimbingan konseling karir melalui teknik restrukturisasi

kognitif dalam meningkatkan self-efficacy karier siswa kelas XII di SMK Darul

Ulum Baureno Bojonegoro. Karena pada dasarnya self-efficacy diri yang baik dan positif akan memunculkan hasil karir yang baik pula. Sehingga nantinya, penelitian ini dapat digunakan rujukan untuk meningkatkan self-efficacy karier siswa yang rendah/negative untuk menuntun mereka menuju gerbang karir dimasa berikutnya, dalam mencetak generasi yang berkualitas yang yakin atas kemampuan dirinya dengan self-efficacy karier tinggi.

B. Fokus Penelitian

Untuk menghindari adanya keluasan serta multi-tafsir dalam pembahasan penelitian nanti, maka Peneliti memberikan fokus penelitian yakni sebagai berikut:

a. Penelitian ini dilakukan dilokasi SMK Darul Ulum, Baureno, Bojonegoro, dengan objek penelitian kelas XII.

17

Makalah matakuliah Seminar BK (PB 318): Upaya bimbingan dan konseling menggunakan teknik restrukturisasi kognitif untuk mereduksi body dysmorphic disorder pada siswa. BAB I,hal.4.


(23)

9

b. Bimbingan konseling yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif dalam teori CBT (cognitif

behaviour theraphy).

c. Meningkatkan self-efficacy karier siswa yang memiliki kecenderungan

self-efficacy karier tingkat rendah.

d. Fokus masalah yang menjadi titik pembahasan dalam penelitian ini adalah indikator dari self-efficacy karier itu sendiri. Self-efficacy karier yang cenderung rendah dan negative untuk kemudian ditingkatkan dan menjadi positif.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian dan fokus penelitian di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah bimbingan konseling karir melalui teknik restrukturisasi kognitif

efektive untuk meningkatkan self-efficacy karier siswa kelas XII SMK Darul

Ulum, Baureno, Bojonegoro?

2. Seberapa besar efektivitas bimbingan konseling karir melalui teknik

restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan self-efficacy karier siswa kelas

XII SMK Darul Ulum, Baureno, Bojonegoro? D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini, adalah:

1. Untuk mengetahui apakah bimbingan konseling karir melalui teknik

restrukturisasi kognitif efektive dalam meningkatkan self-efficacy karier


(24)

10

2. Untuk mengetahui seberapa besar efektivitas bimbingan konseling karir melalui teknik restrukturisasi kognitif dalam meningkatkan self-efficacy

karier siswa kelas XII SMK Darul Ulum, Baureno, Bojonegoro.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah Kejuruan dan khususnya SMK Darul Ulum Baureno Bojonegoro dalam meningkatkan self-efficacy karier siswa yang memiliki self-efficacy karier rendah. Sehingga kedepanya, siswa dapat menghadapi dan melaksanakan karirnya dengan baik, karena memiliki self-efficacy karier tinggi.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris dan diharapkan dapat menjadi masukan informatif bagi sekolah-sekolah, terutama Sekolah Menengah Kejuruan untuk meningkatkan self-efficacy karier siswa, dengan menggunakan bimbingan konseling karir melalui teknik restrukturisasi kognitif.

b. Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi dan acuan teoritik bagi peneliti selanjutnya, khususnya bagi peneliti-peneliti yang mengkaji tentang peningkatan self-efficacy karier siswa, dalam rangka menghadapi dan terjun bekerja.

c. Memberikan kontribusi bagi pengembangan khazanah keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam bagi peneliti, masyarakat luas, dan


(25)

11

khususnya SMK Darul Ulum, Baureno, Bojonegoro dalam meningkatkan

self-efficacy karier siswa.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Motode penelitian merupakan suatu hal yang mutlak dan sangat penting dalam segala penelitian ilmiah, karena berhasil tidaknya suatu penelitian tergantung pada tepat tidaknya metode yang digunakan.

Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Sedangkan peneliti adalah terjemah dari bahasa inggris: research yang berarti usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan motode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya.18

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif eksperimen atau dengan rancangan experimen murni. Peneliti menggunakan penelitian eksperimen karena penelitian eksperimen merupakan design penelitian ilmiah yang paling teliti dan tepat untuk menyelidiki pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Dapat menunjukkan hubungan sebab akibat.19

Design penlitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pretest and

posttest control group design. Menurut Sugiyono, mengemukakan bahwa:

“Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random,

18

Joko Subagyo, Metode Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),hal.2 19

Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Kuantitatif dalam Pendidikan (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996),hal.321


(26)

12

kemudian diberi pre test untuk mengetahui keadaan awal, adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.” Caranya yaitu, kelompok dibagi menjadi 2 yaitu kelompok A dan kelompok B. Masing-asing kelompok memiliki tujuan yang hendak dicapai oleh sang peneliti. Dari kedua kelompok tersebut, maka akan didapatkan sebuah data dan informasi yang akan dijadikan bahan untuk pengambilan kesimpulan.

Kelompok A (eksperimen) dan kelompok B (kontrol). Yang dimaksud kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan perlakuan dari peneliti untuk mengetahui akan pengaruh dari perlakuan tersebut. Sedangkan kelompok kontrol adalah sebuah kelompok yang tidak diberikan perlakuan peneliti.20

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen. Yang bertujuan unutk mengetahui akan pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan

(treatment). Dan untuk treatment yang dimaksud peneliti adalah dengan

menggunakan teknik restrukturisasi kognitif, sehingga nantinya bisa diukur

efektive atau tidak efektive perlakuan tersebut untuk meningkatkan self-efficacy

karier siswa.

Untuk mempermudah proses penelitian, secara garis besar, design

experimen yang digunakan pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Desain Penelitian Pre test dan Post test Control Group Design

20

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: CV. Alfabeta, 2009),hal.74

R1 O1 X O2


(27)

13

Adapun keterangan dari gambar 1.1 diatas, atau disebut juga skema desain penelitian pre test and post test control group design, sebagai berikut:

R1 Penempatan kelompok secara acak (random) pada kelompok eksperimen O1 Pre Test pada kelompok eksperimen

X Intervensi pada kelompok eksperimen berupa Terapi Rasional Emotive O2 Post Test pada kelompok eksperimen

R2 Penempatan kelompok secara acak (random) pada kelompok kontrol O3 Pre Test pada kelompok kontrol

- Tidak ada Intervensi pada kelompok kontrol O4 Post Test pada kelompok kontrol

Tabel 1.1 Keterangan Pre test Post test Control Group Design

Adapun pemberian intervensi sebagaimana yang digambarkan pada (X) diatas, akan peneliti jabarkan agar menjadi kejelasan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Intervensi dilakukan dengan memberikan konseling menggunakan teknik restrukturisasi kognitif pada kelompok eksperimen. b. Setelah pertemuan intervensi dilakukan, selanjutnya diberikan post test

untuk masing-masing kelompok (kelompok experimen dan kelompok kontrol) dengan post test yang sama.

Menurut Latipun, sehubungan dengan hasil suatu experimen, maka validitas penelitian terdapat dua macam, yaitu: validitas yang berhubungan dengan efek yang ditimbulkan atau validitas internal, dan validitas yang berhubungan dengan penerapan hasil experimen atau validitas external.21

21

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: CV. Alfabeta, 2009),hal.74


(28)

14

1) Validitas Internal

Cook dan Campbell mengemukakan sejumlah pengganggu validitas internal yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini, antara lain:

(a) History adalah kejadian-kejadian khusus yang terjadi antara

pengukuran pertama dan kedua yang mempengaruhi penelitian.

(b) Maturity adalah proses yang dialami subjek seiring berjalanya waktu,

seperti: lapar, haus dan sakit. 2) Validitas External

Validitas external merupakan validitas yang berhubungan dengan penerapan hasil eksperimen. Menurut cook dan campbell pengganggu validitas external diantaranya adalah sebagai berikut:

(a) Interaksi seleksi dan perlakuan yang berkaitan dengan populasi yang ditargetkan. Karena itu seleksi sampel dilakukan dari populasi yang jelas.

(b) Interaksi kondisi dan perlakuan yang berkaitan dengan tempat kondisi subyek penelitian.

(c) Histori dan perlakuan. Penelitian eksperimen biasanya dilakukan dalam waktu yang pendek dan pada saat yang khusus sebagaimana yang dipilih oleh peneliti.

Desain eksperimental yang digunakan pada penelitian ini adalah pre test

post test control group design. Rancangan ini lebih memungkinkan adanya


(29)

15

internal yang tinggi.22 Subjek penelitian dalam desain ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu: kelompok satu disebut sebagai kelompok eksperimen. Kelompok dua disebut sebagai kelompok kontrol.23

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi berasal dari bahasa inggris population, yang berarti jumlah penduduk. Dalam metode penelitian kata populasi amat populer, digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan

(universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,

tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.24

a. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.25 Dalam penelitian yang berjudul “efektivitas bimbingan konseling karier melalui teknik restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan self efficacy karier siswa” ini, peneliti memberdayakan keseluruhan siswa SMK Darul Ulum Baureno Kelas XII pada tahun ini (baca: 2016) menjadi populasi dalam

22

Notoatmodjo, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2010),hal.61

23

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: CV. Alfabeta, 2009),hal.74

24

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), hal.109

25

Sugiyono, Motode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&, (Bandung: Cv.Alvabeta, 2011),hal.80


(30)

16

penelitian. Secara keseluruhan total populasi dalam penelitian ini adalah 69 siswa.26

b. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulanya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).27 Semakin besar jumlah sampel akan semakin bagus untuk bisa menggambarkan keseluruhan populasi, jika kedapatan jumlah populasi yang besar. Maka perlulah peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel untuk mempermudah dalam menentukan sampel.

c. Teknik Sampling

Adapun teknik sampling itu dilakukan untuk mengambil bagian terkecil yang bisa menggambarkan keseluruhan populasi tersebut, karena sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.28

26

Bagian Administrasi, SMK Darul Ulum Baureno, Data Peserta Didik Tahun Pelajaran 2015-2016.

27

Sugiyono, Motode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: CV.Alvabeta, 2011),hal.81

28

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D (Bandung: CV. Alvabeta, 2011),hal.118


(31)

17

Dalam peneitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam menetukan dan mengambil sampel. Purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika orang maka berarti orang-orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria) sampel.

Purposive sampling juga disebut judgmental sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan “penilaian” (judgment) peneliti mengenai siapa-siapa saja yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel. Oleh karenanya agar tidak sangat subjektif, peneliti harus punya latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud (tentu juga populasinya) agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan penelitian (memperoleh data yang akurat).29

Ada beberapa hal yang menjadi ciri-ciri, kriteria & karakteristik peneliti dalam menentukan sampel, agar sampel benar-benar sesuai dengan yang diharapkan peniliti dan untuk menghindari subjektifitas penelitian, diantaranya sebagai berikut:

1) Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Darul Ulum Baureno Bojonegoro Kelas XII.

2) Yang akan terjun bekerja (memulai karier), setelah lulus.

29

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D (Bandung: CV. Alvabeta, 2011),hal.118


(32)

18

Alasan peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan sampel, karena tidak semua siswa SMK Darul Ulum Baureno akan terjun bekerja (memulai karier) setelah lulus nanti, sehingga nantinya tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan menggunakan teknik purposive sampling:

Kelebihan pengambilan sampel menggunakan Teknik Purposive

Sampling:

1) Sampel ini dipilih sedemikian rupa, sehingga relevan dengan desain penelitian.

2) Cara ini relatif mudah untuk dilaksanakan.

3) Sampel yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan penelitian menggambarkan variabel dalam penelitian.

Kekurangan pengambilan sampel menggunakan Teknik Purposive

Sampling:

1) Tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa sempel itu representatif seperti halnya dengan sampel acakan atau random.

2) Setiap sampling yang acakan atau random yang tidak memberikan kesempatan yang sama untuk dipilih kepada semua anggota populasi. d. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek yang akan kami teliti adalah siswa kelas XII SMK Darul Ulum, Baureno, Bojonegoro, yang memiliki self-efficacy

karier rendah dari hasil tabulasi skala kecenderungan self-efficacy karier


(33)

19

Dari hasil tabulasi skala kecenderungan self-efficacy karier pada saat

pre test tersebut, akan terkumpul seberapa banyak siswa yang memiliki

self-efficacy karier rendah dan self-efficacy karier tinggi. Sehingga peneliti bisa

mengambil siswa yang memiliki self-efficacy karier rendah dari hasil tabulasi pada saat pre test untuk kemudian dilakukan tahap penelitian selanjutnya.

Adapun total subjek penelitian yang diambil untuk dijadikan sampel adalah 19 siswa SMK Darul Ulum Baureno Bojonegoro.

3. Variabel dan Indikator Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan orang lain atau satu objek dengan objek yang lain. Variabel juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.30

Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (construck) atau sifat yang dipelajari. Dibagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda

(different values).31

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dirumuskan disini bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.

30

Sugiyono, Metode Penelitia Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alvabeta, 2011),hal.38

31


(34)

20

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka variabel dalam penelitian ini yang penulis lakukan adalah:

a. Variabel Independen (Bebas)

Variabel Independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Maka dalam penelitian ini, variabel independen (bebasnya) adalah:

Bimbingan konseling karier melalui teknik restrukturisasi kognitif sebagai

variabel X (Independen). b. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang sering disebut variabel output, kriteria konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya bebas, maka dalam penelitian ini variabelnya adalah: Self-efficacy karier sebagai variabel Y. Setelah didapat variabel dependen, maka adapun aspek/indikator variabel Y yaitu:

1) Self Appraisal (Mampu menilai diri)

2) Occupational Information (Mampu mendapat Informasi karir)

3) Goal Selection (Mampu memilih tujuan)

4) Planning (Mampu merencanaan)

5) Problem Solving (Mampu memecahkan masalah)

6) Magnitude (Mampu menyelesaikan)

7) Generality (Mampu menggeneralisasikan)

8) Strength (Mampu mengatasi kesulitan)32

32

A. Bandura. & A. Locke, E, Negative Self-Efficacy and Goal Effects Revisited. Journal of Applied Psychology. Vol. 88, No.1, 87-99. 2003. [Online]


(35)

21

Dari kedua variabel penelitian diatas akan diuji tingkat efektivitasnya didalam penelitian ini, untuk menemukan hasil penelitian dari 2 variabel diatas, antara Variabel X (Bebas) untuk meningkatkan Variabel Y (Terikat).

4. Definisi Operasional

Deskripsi teori atau disebut juga definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan tentang teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan dalam penelitian termasuk variabel-variabel permasalahan yang akan diteliti. Untuk menghindari kesalahan dalam memahami masalah yang akan diteliti, maka akan dipaparkan definisi operasional, yang ada dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini ditemukan dua variabel, yakni variabel bebas berupa bimbingan konseling karier melalui teknik restrukturisasi kognitif dan variabel terikat yaitu self-sfficacy karier. Berikut masing-masing deskripsi dari tiap-tiap variabel tersebut:

a. Bimbingan Konseling Karier melalui teknik restrukturisasi kognitif yang dimaksudkan disini adalah salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu dalam memecahkan masalah karir (pekerjaan) untuk memperoleh penyesuaian diri yang sebaik-baiknya dengan masa depanya.33 Juga proses membantu seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran tentang dunia kerja diluar dirinya, mempertemukan gambaran tentang diri tersebut dengan dunia kerja itu, untuk pada akhirnya dapat: memilih bidang pekerjaan,

33


(36)

22

menyiapkan diri untuk bidang pekerjaan, memasukinya, dan membina karir dalam bidang tersebut.

Bimbingan konseling karier juga merupakan proses bantuan, layanan, dan pendekatan terhadap individu (siswa), agar individu yang bersangkutan dapat mengenal dirinya, memahami dirinya, dan mengenal dunia kerja, merencanakan masa depanya, dengan bentuk kehidupan yang diharapkanya untuk menentukan pilihanya dan mengambil suatu keputusanya tersebut adalah yang paling tepat, sesuai dengan keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan pekerjaan/karier yang dipilihnya.34

Dalam hal ini, bimbingan konseling karir dilakukan dengan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif, untuk meningkatkan self-efficacy karier siswa yang memiliki self-efficacy karier rendah.

Para ahli mengemukakan beberapa pendapat yang menjelaskan pengertian teknik restrukturisasi kognitif, menurut Ellis, yaitu memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negative dan keyakinan-keyakinan klien yang tidak rasional menjadi pikiran-pikiran yang positif dan rasional.35

Sedangkan menurut Gunarsa teknik restrukturisasi kognitif adalah terapi yang menggunakan pendekatan terstruktur, aktif, direktif dan berjangka waktu singkat untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian. Kemudian Gunarsa lebih memperjelas lagi strategi

34

Ruslan A.Gani. Bimbingan Konseling Karir (Bandung: Angkasa, 1992),hal.11 35

Muhammad Nursalim, dkk. Strategi Konseling (Surabaya: Unesa University Press, 2005),hal.47


(37)

23

restrukturiasasi kognitif sebagai terapi dengan mempergunakan

pendekatan-pendekatan dalam jangka waktu untuk mengatasi masalah/ hambatan dalam kepribadian.36

Proses ini menjelaskan bahwa serangkaian tindakan yang dilakukan individu pada awalnya dikonstruk dalam pikirannya. Pemikiran ini kemudian memberikan arahan bagi tindakan yang dilakukan individu tersebut. Keyakinan seseorang akan self-efficacy mempengaruhi bagaimana seseorang menafsirkan situasi lingkungan, antisipasi yang akan diambil dan perencanaan yang akan dikonstruk. Individu yang menilai bahwa mereka sebagai seorang yang tidak mampu, maka akan menafsirkan situasi tersebut sebagai hal yang penuh resiko dan cendrung gagal dalam membuat perencanaan.

Sedangkan individu yang memiliki self efficacy baik akan memiliki keyakinan bahwa ia dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil positif. Itulah sebabnya, pola berfikir siswa yang memiliki self-efficacy

karier rendah perlu dikonstruk dengan menggunakan teknik restrukturisasi

kognitif, sehingga self-efficacy karier siswa mampu ditingkatkan untuk menjadi positive.

b. Self efficacykarier yang dimaksudkan, mengutip Bandura mendefinisikan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk

36

Muhammad Nursalim, dkk. Strategi Konseling (Surabaya: Unesa University Press, 2005),hal.46


(38)

24

mencapai hasil dan dalam suatu situasi tertentu.37 Myers juga mengatakan bahwa self-efficacy adalah bagaimana seseorang merasa mampu untuk melakukan suatu hal, dalam penelitian ini kaitanya dengan karir siswa kedepan. Dengan demikian definisi dari self-efficacy karier adalah keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuannya untuk mencapai tugas karir yang harus dilalui.38

Self-efficacy karier merupakan elemen penting dalam menunjang

karier siswa kedepan, sehingga ketika siswa mengalami self-efficacy karier rendah/negative, maka akan mempengaruhi kariernya kedepan.39

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Woolfolk bahwa

self-efficacy merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri atau

tingkat keyakinan mengenai seberapa besar kemampuannya dalam mengerjakan suatu pekerjaan tertentu untuk mencapai hasil tertentu. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa self-efficacy karier adalah keyakinan seorang individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan untuk mencapai suatu tujuan dimana individu yakin mampu untuk menghadapi segala tantangan dan mampu memprediksi seberapa besar usaha yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

37

Nur Ani Abidul Umam, “Hubungan antara self efficacy karir dengan kematangan karir siswa kelas XII SMA negeri 1 karanganyar kab.demak” (Skripsi, Jurusan psikologi, fakultas pendidikan, UNNES, 2015),hal. 24

38

Howard S. Friedman, Kepribadian, Teori Klasik dan Modern (Jakarta: Erlangga, 2006),hal.283

39

Howard S. Friedman, Kepribadian, Teori Klasik dan Modern (Jakarta: Erlangga, 2006),hal.284


(39)

25

Self-efficacy atau efikasi diri merupakan keyakinan bahwa seseorang

mampu menghadapi situasi tertentu. Efikasi diri ini mempengaruhi persepsi, motivasi, dan tindakannya dalam berbagai cara menurut Zimbardo & Gerrig. Mereka mengatakan bahwa seberapa banyak usaha yang digunakan dan berapa lama seseorang dapat bertahan dalam mengatasi kehidupan yang sulit. Efikasi diri adalah sebuah konsep yang bermanfaat untuk memahami dan memprediksi tingkah laku.

Menurut Bandura, seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi (positive) akan membangun lebih banyak kemampuan-kemampuan melalui usaha-usaha mereka secara terus menerus, sedangkan efikasi diri yang rendah (negative) akan menghambat dan memperlambat perkembangan dari kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan seseorang. Bandura juga mengatakan bahwa individu dengan efikasi diri yang rendah cenderung percaya bahwa segala sesuatu sangat sulit dibandingkan keadaan yang sesungguhnya sedangkan orang yang memiliki perasaan efikasi diri yang kuat akan mengembangkan perhatian dan usahanya terhadap tuntutan situasi dan dipacu oleh rintangan sehingga seseorang akan berusaha lebih keras.

5. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan suatu bentuk perencaan dalam proses penyelesaian penelitian. Berangkat dari kedua variabel di atas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka berikut ini:


(40)

26

Gambar 1.2 Kerangka Berfikir Penelitian

Kerangka berfikir ini dimaksudkan bahwa bimbingan konseling karier melalui teknik restrukturisasi kognitif akan peneliti gunakan untuk meningkatkan self-efficacy karier siswa. Maka sebelum itu dilakukan, peneliti terlebih dahulu memberikan angket/kuesioner untuk mengelompokkan dan mengetahui siswa yang memiliki self-efficacy karier tingkat; rendah – tinggi.

Dari kerangka berfikir diatas dapat ditarik asumsi penelitian yang dijadikan landasan dasar dalam penelitian ini. Asumsi penelitian ini adalah:

a. Self-efficacy karier siswa (tingkat rendah) terbentuk dari konsep

berfikirnya yang negatif dalam mempersepsikan dirinya sendiri. Untuk itu, jika self-efficacy karier siswa tergolong negative/rendah maka dapat ditangani dengan cara merubah kognitifnya menjadi pola berfikir yang positif. Sehingga self-efficacy karier siswa dapat ditingkatkan menjadi tinggi.

b. Self-efficacy karier siswa dapat diamati dan diukur (yang rendah – tinggi).

c. Self-efficacy karier siswa dapat diukur menggunakan skala kecenderungan

self-efficacy karier.

d. Konseli (siswa) memiliki kekuatan-kekuatan pada dirinya dan dapat mengkonstruk penanganan masalah yang dihadapinya.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Bimbingan konseling karir dengan teknik restrukturisasi kognitif: proses konseling yang memusatkan pada kognitif siswa, dengan

mengkonstruck fikiran siswa dari yang negative ke positif.

Self-efficacy karir (Rendah/Negatif)


(41)

27

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standart data yang ditetapkan.40 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Angket atau Kuesioner

Metode Angket juga disebut dengan metode kuesioner atau dalam Bahasa Inggris disebut Quentionnaire (daftar pertanyaan). Angket atau Kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau anggapan dan informasi yang diperlukan.41

Metode Angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti.42

Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti.43

Cara pemberian nilai dalam penelitian ini menggunakan teknik angket yang hanya memberikan tanda lingkaran, silang, atau checklist pada lembar jawaban yang telah tersedia. Jawaban responden telah disediakan sehingga

40

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D (Bandung: CV. Alvabeta, 2011),hal.224

41

Lexy J Meleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),hal.216-220

42

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2011),hal.25

43

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2011),hal.95


(42)

28

dapat memudahkan peneliti dalam menganalisisnya, karena jawaban seragam.

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan angket langsung tertutup, dimana tiap pertanyaan telah disediakan pilihan jawaban sehingga

responden hanya tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan keadaana

dirinya. Selain itu, dalam penelitian inipun Peneliti menggunakan Skala

Linkert untuk menghitung analisis jawabannya, dengan kriteria penilaian

sebagai berikut:

Pernyataan SS S TS STS

Favorable 4 3 2 1

Unfavorable 1 2 3 4

Adapun maksud penilaian skala linkert diatas, adalah bahwa item pernyataan mulai dari item nomor 1 sampai item nomor 33 penilaian atas jawabanya yaitu sebagai berikut: SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1. Akan tetapi untuk pernyataan item nomor 34 sampai 66 penilaian yang diberikan adalah sebaliknya. Semakin tinggi Skor, maka semakin tinggi pula

self-efficacy karier siswa, begitu sebaliknya.

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian ini, data yang dianalisis adalah data yang terkumpul dari instrumen penelitian berupa angket (kuesioner).

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variable dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variable dari


(43)

29

seluruh responden, menyajikan data tiap variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.44

Analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistic. Ada 2 macam statistic yaitu statistic deskriptif dan statistic inferensial. Statistic inferensial meliputi statistic parametris dan nonparametris.

Teknik Analisis data dimaksudkan untuk mengkaji kaitannya dengan kepentingan pengajuan hipotesis penelitian. Tujuannya adalah untuk mencari kebenaran data tersebut dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Juga untuk membuktikan adanya efektivitas teknik

restrukturisasi kognitif dalam meningkatkan self-efficacy karier siswa kelas

XII SMK Darul Ulum, Baureno, Bojonegoro.

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji Analisis paired sampel T-Test atau Uji T-Test. Analisis paired sampel T-Test merupakan prosedur yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group atau untuk menguji pengaruh variabel satu ke variabel yang lain. Adapun rumus Paired Sampel T-Test adalah sebagai berikut:

Dari rumus analisis paired sampel T-Test diatas, berikut adalah keterangan masing-masing itemnya:

44

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: CV. Alfabeta, 2010),hal.45


(44)

30

Keterangan:

1 : Rata – rata sampel 1 2 : Rata – rata sampel 2

S1 : Simpangan baku sampel 1 S2 : Simpangan baku sampel 2 S : Varian 1

S : Varian 2

r : Korelasi antar dua variabel

Nilai r diatas adalah nilai korelasi antara sampel sebelum diberikan perlakuan/intervensi dengan setelah diberikan perlakuan/intervensi.45 Untuk memudahkan perhitungan, maka seluruh perhitungan dilakukan dengan bantuan computer program IBM Statistical Package for the Social Sciences

(SPSS) versi 20.0 for windows, sehingga tidak diperlukan melakukan

perbandingan antara hasil penelitian dengan tabel statistik karena dari out put komputer dapat diketahui besarnya nilai P diakhiri semua teknik statistik yang diuji.

Teknik analisis data dimaksudkan untuk mengkaji kaitannya dengan kepentingan pengajuan hipotesis penelitian. Tujuannya untuk mencari kebenaran data tersebut dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.

8. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap berikut disusun dan digunakan untuk rancangan penelitian supaya proses penelitian lebih sistematis dan bisa dipertanggung jawabkan validitasnya.

45

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: CV. Alfabeta, 2011),hal.197


(45)

31

Adapun tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai beikut:

a. Tahap pra lapangan

Tahap pra lapangan adalah tahap dimana ditetapkannya apa saja yang harus dilakukan sebelum seorang peneliti masuk ke lapangan obyek studi. Dalam hal ini, terdapat 7 hal yang harus dilakukan dan harus dimiliki oleh seorang peneliti yang akan diuraikan berikut ini:46

1) Menyusun rancangan penelitian 2) Memilih lapangan penelitian

3) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan 4) Memilih dan memanfaatkan informan 5) Menyiapkan perlengkapan penelitian 6) Persoalan etika penelitian

b. Tahap pekerjaan lapangan

Setelah pekerjaan pra lapangan dianggap cukup, maka peneliti bersiap-siap untuk masuk ke lokasi penelitian dengan membawa perbekalan yang disiapkan sebelumnya. Agar bisa masuk ke lokasi penelitian dengan mulus, maka ada beberapa hal yang perlu disiapkan, yakni:47

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri 2) Memasuki lapangan

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data 4) Tahap analisis data

46

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – kuantitatif (Malang: UIN-Maliki Press, 2010),hal.281

47

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif – kuantitatif (Malang: UIN-Maliki Press, 2010),hal.285


(46)

32

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan penelitian ini, maka Peneliti akan menyajikan pembahasan ke dalam beberapa BAB yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi serangkaian pernyataan atau kalimat yang memberikan gambaran mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian, serta penjelasan mengapa permasalahan itu menjadi satu hal menarik untuk dijadikan penelitian. Bagian dalam bab ini meliputi: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka, merupakan salah satu upaya penggalian teori yang dapat digunakan peneliti untuk menjelaskan hakikat dari gejala yang ditelitinya. Unsur yang terkandung dalam bagian ini antara lain: deskripsi teori, penelitian terdahulu yang relevan, dan hipotesis penelitian.

Bab III Penyajian Data, akan berisi penjelasan secara ringkas dan menyeluruh mengenai bagaimana penelitian dilakukan. Dalam hal ini akan dijelaskan deskripsi umum objek penelitian, deskripsi pelaksanaan penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pengujian hipotesis.

Bab IV Analisis Data, merupakan penjabaran dari jawaban-jawaban responden yang telah dianalisis dari metode yang telah digunakan . Dibagian ini berisikan uji normalitas dan linearitas juga analisis tingkat efektivitas teknik.

Bab V Penutup, penutup merupakan bagian terakhir. Di mana pada bagian ini akan membahas tentang kesimpulan dan saran.


(47)

33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Self Efficacy Karier

Self-efficacy merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self

knowwledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari. Hal

ini disebabkan self-efficacy yang dimiliki ikut memengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi. Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura pada tahun 1991. Self-efficacy mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.

Dalam penelitian ini self-efficacy karier diproyeksikan kepada tugas-tugas perkembangan karier menurut Jordaan.1 Siswa yang mempunyai self-efficacy

karier yang kuat diamsusikan: (1) mempunyai pandangan optimis terhadap

pendidikan maupun pekerjaan; (2) mengetahui minat terhadap pendidikan maupun pekerjaan; (3) membuat perencanaa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karier baik dalam pendidikan maupun pekerjaan; (4) merasa yakin dapat melakukan atau menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karier; (5) mempertinggi usaha dalam menghadapi kegagalan; (6) menganggap kegagalan

1

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset, 2005),hal.84


(48)

34

sebagai akibat dari usaha yang kurang atau rendahnya pengetahuan dan keterampilan yang diyakini dapat dipelajarinya.

1. Definisi Self-Efficacy Karier

Beberapa ahli memberikan definisi self-efficacy karier secara berbeda-beda. Bandura menyatakan bahwa self-efficacy karier adalah keyakinan individu terhadap kemampuan mereka akan mempengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap situasi dan kondisi tertentu.2 Self-efficacy karier ini mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk mengorganisasi dan mengimplementasikan tindakan untuk menampilkan tindakan tertentu.3

Lent dan Hackett mendefinisikan self-efficacy karier sebagai kepercayaan dan penghargaan individu dalam melakukan tindakan yang berhubungan dengan pemilihan dan penyesuaian kepada suatu pilihan.

Brown mendefinisikan self-efficacy karier sebagai suatu kepercayaan (anggapan) dalam suatu kemampuan untuk mencapai pengalaman karier yang sukses, seperti memilih suatu karier, tampil baik dalam satu pekerjaan dan tetap bertahan dalam kariernya.

Menurut Schultz, self-efficacy adalah perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita dalam mengatasi kehidupan.4 Kemudian Baron & Byrne berpendapat bahwa self-efficacy merupakan penilaian individu

2

Albert Bandura, Self-Efficacy: The Exercise Of Control (New York: W.H. Freeman and Company, 1997),hal.245

3

Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001),hal.156

4 Schultz, D., & Schultz, S.E.

Theories of Personality 5th Edition (California: Brooks/Cole, 1994),hal.235


(49)

35

terhadap kemampuan dan kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan dan menghasilkan sesuatu.

Selanjutnya Lahey mendefinisikan self-efficacy karier adalah persepsi bahwa seseorang mampu melakukan sesuatu yang penting untuk mencapai tujuannya. Hal ini mencakup perasaan mengetahui apa yang dilakukan dan juga secara emosional mampu untuk melakukannya.5

Hakim secara sederhana mengatakan bahwa self-efficacy karier merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Seperti yang dikatakan Santrock, bahwa self-efficacy adalah keyakinan bahwa saya bisa, dan bantuan merupakan keyakinan bahwa saya tidak bisa.6

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

self-efficacy karier adalah perasaan, keyakinan, persepsi, kepercayaan terhadap

kemampuan dan kompetensi diri yang nantinya akan berpengaruh pada cara individu tersebut dalam bertindak/mengatasi suatu situasi tertentu untuk dapat mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya, dalam hal ini karirnnya.

Self-efficacy karier merupakan elemen penting dalam menunjang karier

siswa kedepan, sehingga ketika siswa mengalami self-efficacy karier rendah/negative, maka akan mempengaruhi kariernya kedepan.7

5

Lahey. Theories of Personality 5th Edition. (California: Brooks atau Coles, 2008),hal.366 6

Santrock, John W. Psikologi Pendidikan (Dallas: Kencana, 2000),hal.426 7

Howard S. Friedman, Kepribadian, Teori Klasik dan Modern (Jakarta: Erlangga, 2006),hal.284.


(50)

36

2. Indikator Self-Efficacy Karier

Individu yang memiliki self-efficacy karier tinggi menganggap kegagalan sebagai akibat dari kurangnya usaha keras, pengetahuan, dan ketrampilan. Individu yang ragu akan kemampuan mereka (self-efficacy karier rendah) akan cenderung cepat putus asa, dan menganggap dirinya tidak mampu melaksanakan pekerjaan karir yang dihadapinya, individu seperti ini memiliki aspirasi yang rendah serta komitmen yang rendah dalam mencapai tujuan yang mereka pilih atau mereka tetapkan dalam dunia karirnya.

Ketika menghadapi masalah yang sulit, mereka sibuk memikirkan kekurangan diri mereka, gangguan-gangguan yang mereka hadapi, dan semua hasil yang dapat merugikan mereka.

Individu yang memiliki self-efficacy karier rendah tidak berpikir tentang bagaimana cara yang baik dalam menghadapi tantangan pekerjaan yang sulit. Saat menghadapi pekerjaan dalam karirnya yang sulit, mereka mengurangi usaha-usaha mereka dengan cepat menyerah. Mereka juga lamban dalam membenahi ataupun mendapatkan kembali keyakinan kemampuan mereka ketika menghadapi kegagalan.8

Dari hal di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang memiliki

self-efficacy karier tinggi atau rendah memiliki ciri-ciri (indikasi) sebagai

berikut:

8

Albert Bandura, Self-Efficacy: The Exercise Of Control, (New York: W.H. Freeman and Company, 1997),hal.166


(51)

37

Tabel 2.1. Ciri-ciri (indikasi) Individu Berdasarkan Tinggi Rendahnya Self Efficacy Karier

Self Efficacy Karier Tinggi Self Efficacy Karier Rendah a. Dapat menangani secara

efective situasi yang sedang mereka hadapi dalam karirnya.

a. Lamban dalam membenahi atau mendapatkan kembali self efficacy ketika menghadapi kegagalan dalam karirnya.

b. Yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan dalam karirnya.

b. Tidak yakin menghadapi rintangan didalam karirnya.

c. Ancaman dianggap sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari dalam karirnya.

c. Ancaman dipandang sebagai sesuatu yang harus dihindari dalam karirnya.

d. Gigih berusaha dalam mengerjakan karirnya.

d. Mengurangi usaha dan cenderung cepat menyerah.

e. Percaya akan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi karirnya.

e. Ragu pada kemampuan diri yang dimiliki dalam menghadapi karirnya.

f. Hanya sedikit menampakkan keragu - raguan didalam mengahadapi karirnya.

f. Aspirasi dan komitmen pada karir lemah/sangat rendah.

g. Suka mencari situasi baru dalam karirnya.

g. Tidak suka mencari situasi baru dalam karirnya.

Sumber: Anwar (2009)9

3. Dimensi Self-Efficacy Karier

Bandura menyebutkan bahwa ada tiga dimensi self-efficacy karier, yaitu

magnitude, generality, dan strength. Berikut ini dijelaskan masing-masiing

aspeknya secara terperinci.10

9

Astrid Indi Dwisty Anwar, Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum (Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009),hal.59


(52)

38

a. Dimensi Magnitude (level)

Dimensi ini mengacu pada derajat kesulitan tugas pekerjaan (karir) yang dihadapi individu, yang mana individu merasa mampu untuk melakukannya. Penilaian kemampuan pada setiap individu akan berbeda-beda, baik pada saat menghadapi tugas pekerjaan yang mudah atau yang sulit. Ada individu yang memiliki self-efficacy karier hanya pada tugas pekerjaan yang bersifat mudah dan sederhana, namun adapula yang memiliki self-efficacy karier tinggi pada tugas pekerjaan yang bersifat sulit dan rumit. Individu dapat merasa mampu melakukan suatu tugas mulai dari tugas yang sederhana, agak sulit, dan teramat sulit. Hal ini akan disesuaiakan dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan bagi masing - masing tingkat atau tingkat tuntutan tugas pekerjaan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepandaian/kecerdikan, usaha, ketepatan, produktifitas, dan pengaturan diri

(self regulation).

Individu akan melakukan tindakan yang dirasakan mampu untuk dilaksanakannya dan yakin dapat melakukan pekerjaan yang diperkirakan di luar batas kemampuan yang dimilikinya.

b. Dimensi Generality

Dimensi generality ini berhubungan dengan penguasaan individu terhadap bidang atau tugas pekerjaan yang dikerjakan. Individu dapat menyatakan dirinya memiliki self-efficacy karier tinggi pada aktivitas yang

10

Astrid Indi Dwisty Anwar, Hubungan antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum (Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009) (dalam Mustaqim 2008),hal.37


(1)

129

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis statistik yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis dengan Uji T-Test adalah Zhitung

sebesar -3,565 dan Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,007 < 0,05. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan dalam penelitian ini yaitu Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya bimbingan konseling karier melalui teknik restrukturisasi kognitif

efektife dalam meningkatkan self-efficacy karier siswa kelas XII SMK Darul

Ulum Baureno Bojonegoro.

Dan dengan melihat hasil Uji Paired Samples T-Test atau Uji-T menunjukkan bahwa koefisien korelasi pada korelasi product moment adalah 0,880 > 0,000, ini berarti nilai korelasi lebih besar dari nilai Sig. yang menunjukan pengertian bahwa tingkat efektivitas peningkatan self-efficacy karier siswa kelas XII SMK Darul Ulum Baureno Bojonegoro akibat pemberian perlakuan berupa bimbingan konseling karier melalui teknik restrukturisasi kognitif adalah tinggi dengan hasil interpretasi 88.0% .

Teknik restrukturisasi kognitif dalam penelitian ini memiliki kategorisasi tingkat penanganan yang tinggi dengan rata-rata mean (X-) pada kelompok eksperimen 8,00 dengan jumlah sum (∑X)= 50,00, dan rata-rata mean (X-) pada kelompok kontrol adalah 3,00 dengan jumlah sum (∑X)= 25,00 dari analisis


(2)

130

Wilcoxon Signed Rank Test. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat rata-rata

peningkatan self-efficacy karier siswa lebih banyak pada kelompok eksperimen.

A. Saran

Syukur Alhamdulillah kepada-Nya, upaya dalam menyelesaikan penelitian telah selesai. Dalam segala proses untuk terwujudnya hasil penelitian ini penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis berharap kepada peneliti selanjutnya untuk lebih menyempurnakan hasil dari apa yang telah diteliti ini dengan rujukan penelitian yang relevan, agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik dan sempurna.

Untuk kebaikan dalam penyempurnaan penelitian, penulis berharap agar penelitian yang akan dilakukan oleh para calon-calon peneliti bisa lebih sempurna.

Kemudian, untuk menunjang penelitian ini agar bisa lebih sempurna dan merekomendasikan hasil daripada penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Bimbingan Konseling Karier melalui Teknik Restrukturisasi Kognitif dapat digunakan untuk meningkatkan self-efficacy karier siswa

2. Bagi peneliti lain diharapkan bisa memberikan sumbangsih penelitian yang lebih baik daripada sekedar penelitian ini, sehingga bisa menghasilkan suatu penelitian yang lebih sempurna, dengan menggunakan variasi sesi pertemuan, populasi, dan rancangan penelitian lain.

3. Penelitian ini juga diharapkan sebagai bahan informasi dan acuan teoritik bagi peneliti selanjutnya, khususnya bagi peneliti-peneliti yang mengkaji


(3)

131

tentang peningkatan self-efficacy karir (rendah) siswa, dalam rangka menghadapi karier atau terjun bekerja.

4. Bagi para Guru, khususnya Guru SMK, diharapkan penelitian ini dijadikan sebagai acuan atau bahan informasi untuk memberikan penanganan dalam meningkatkan self-efficacy karier siswa yang tergolong memiliki

self-efficacy karier rendah dalam menghadapi kariernya kedepan.

5. Penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan khazanah keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam bagi pembaca dalam meningkatkan self-efficacy karir siswa SMK kelas XII.


(4)

132

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2004, Psikologi Kepribadian, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Agustin, Risa. 2011. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Surabaya: CV. Serbajaya. Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

A.Gani, Ruslan. 1992. Bimbingan Karir. Bandung: Angkasa.

Bandura, Albert. Negative Self-Efficacy and Goal Effects Revisited. Journal of

Applied Psychology. 2003. Vol. 88, No.1, 87-99. [Online].

---, 1986. Sosial Foundation of Though and Actin: Asocial Cognitive

Theory, Englewood Cliffs: Prentice-Hall.

---, 1997. Self-Efficacy: The Exercise Of Control, New York: W.H. Freeman and Company.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press.

---, 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

---, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Prenada Media Group.

Corey, Gerald, 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama.

Eko Hari Febriantomo, dkk, (2015) “Training Effect of Self Efficacy of Career Decision Making Self Efficacy (CDMSE) and Student SMAN 01 Pasuruan East Java” Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 4, No. 01. Hadi, Sutrisno, 1986. Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Gajah Mada Hadjar, Ibnu, 1996. Dasar-Dasar Metodologi Kuantitatif dalam Pendidikan,

Jakarta: PT.Grafindo Persada.


(5)

133

Hurlock, Elisabeth, 2009. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi 5). Jakarta: Erlangga.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif

dan Kuantitatif Edisi Kedua, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Indi Dwisty Anwar, Astrid. 2009. Hubungan antara Self-Efficacy dengan

Kecemasan Berbicara di Depan Umum, Medan: Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara.

J. Meleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya

Jurnal BK UNESA, 2012. “Hubungan Antara Self-Efficacy Karir Dan Persepsi

Terhadap Masa Depan Karir dengan Kematangan Karir Siswa Smk Pgri Wonoasri Tahun Ajaran 2012/2013”. Vol 03 No 01.

Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif – kuantitatif, Malang: UIN Maliki Press

Mappiare AT, Andi. 2011. Pengantar Konseling Psikoterapi. Jakarta: Rajawali Pers

Mardalis, 1999. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara

McLeod, John. 2006. Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus Edisi Ketiga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mu’awanah, Elfi. 2009. Bimbingan Konseling Islami di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Mulyana, Deddy. 1990. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Nursalim, Muhammad. 2005. Strategi Konseling. Surabaya: Unesa University Press

Oemar, Malik. House Committee on Education and Labour, 1990.Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Prasetyo, Bambang. 2012. Lina Miftahul Janah, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Rajawali Pers.


(6)

134

Rosjidan. 1998. Pengantar Teori-teori Konseling. Jakarta: Depdikbud Dirjen PT Proyek P2LPTK.

S. Friedman, Howard. 2006. Kepribadian, teori klasik dan riset modern. Surabaya: PT Gelora Aksara Pratama

Kementerian Agama Republik Indonesia, 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 2. Jakarta: Widya Cahaya

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana

Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan

Perbaningan Perhitungan Manual & SPSS, Jakarta : Kencana

Prenada Media Group

Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Surahman, Winarno. 2010. Metode Penelitian Ilmiah, Bandung: Transito

Winkel, W.S, 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi pendidikan, Jakarta: PT. Grasindo.

Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset.

Ellis Ormrod, Jeanne. 2008. Educational Psychology Developing Learners, Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama