Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan

(1)

UNIVERITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN

Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan

UKM Mitra Binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan

OLEH

Khairul Auliya

090523024

PROGRAM STUDI PEMBAGUANAN

DEPARTEMEN PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRACT

This Skripsi entitle the “ Analysis of Execution of Partner Program to Growth of UKM of Partner Binaan PTPN III Medan”. Intention of this research is to : (a) analyse of Execution of Partner Program to earnings of UKM of partner of binaan PTPN III Medan, (b) know how execution of Partner Program by PTPN III Medan in its Credit channeling for the UKM, (c) Analyse the influence of execution of Patner of binaan PTPN III Medan.

This research use the data sekunder coming from PTPN III Medan also use the Population and sampel coming from UKM of Partner of binaan PTPN III Medan that is Counted 22 sampel. To see how The Execution of Partnership for growth and development of small and middle business the research use variable Y as growth of income and middle business partnership PTPN III Medan, variable X1 as supply of kredit, and variable X2 as workers. The research use time series data 2002 until 2011 (10 years).

The result show that variable X1 (supply of kredit) not give significant Execution for variable Y, temporary variable X2 (wokers) give a significant influence. This is mean this program success to decrease unemployment. If PTPN III Medan can give large amount of credit for small and middle bussines, so that in the future they can grow better than before.


(3)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PTPN III Medan”. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk : (a) menganalisa pelaksanaan program kemitraan terhadap pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan, (b) mengetahui bagaimana pelaksanaan program kemitraan oleh PTPN III didalam penyaluran kreditnya untuk UKM, (c) menganalisa pengaruh pelaksanaan program kemitraan terhadap penyerapan tenaga kerja oleh UKM mitra binaan PTPN III Medan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari PTPN III Medan juga menggunakan populasi dan sampel yang berasal dari UKM mitra binaan PTPN III Medan yaitu sebanyak 22 sampel. Dilihat dari bagaimana perkembangan program mitra binaan dapat menumbuhkan dan mengembangkan pengusaha kecil dan menengah. Penelitian ini menggunakan variable Y sebagai perkembangan jumlah pendapatan dari pengusaha kecil menengah mitra binaan PTPN III Medan, variable X1 sebagai penyaluran Kredit, dan X2 sebagai jumlah tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data tahun 2002 sampai 2011.

Menunjukan bahwa variable X1 (Penyaluran Kredit) tidak signifikan untuk

Variabel Y, sementra Variable X2 (tenaga kerja) memberikan pengaruh yang sigifikan. Itu artinya program tersebut berhasil untuk mengurangin pengangguran. Jika PTPN III Medan dapat memberikan kredit yang lebih besar lagi untuk pengusaha kecil dan menengah, maka kedapannya mereka akan tumbuh lebih baik dari sebelumnya.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena hanya berkat ridho dan petunjuk-Nya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun skripsi ini berjudul “ Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan

Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan’’ adalah guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam rangka menyelesaikan skrpsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, nasehat, saran dan motivasi secara langsung maupun tidak langsung hingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai Ketua Departemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi


(5)

6. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifudin, SE.M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberi bimbingan dan masukan dari awal pengerjaan sampai dengan selesainya skripsi ini.

7. Bapak Kasyful Mahalli,SE,MSI selaku Pembaca yang telah meluangkan

waktu dan perhatiannya dalam penulisan skripsi ini

8. Seluruh Staf pengajar Fakultas Ekonomi USU yang telah membimbing dan

member petunuk selama penulis dalam masa perkulihan.

9. Seluruh Pegawai Fakultas Ekonomi USU yang telah memberikan bantuan dan

berbagai kmudahan dalam administrasi perkulihan selam penulis dalam perkulihan.

10.Pimpinan dan Staf pada PT Perkebunan Nusantara III Medan yang telah

memberikan bantuan dalam penyusunan Skripsi ini.

11. Keluarga tercinta, bapak Saring, ibunda Nuriani serta adikku Rifki Habibi,

Fadli Kadafi dan Rina Agustina.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaiakan dan bantuan yang diberikan dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap dengan selesainya skripsi ini merupakan langkah awal untuk mecapai masa depan yang lebih baik lagi.

Medan, Agustus 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGNTAR……..……….………..….i

DAFTAR ISI………...……….……….….…….………..……iii

DAFTAR TABEL……….……….……….…..…v

DAFTAR GAMBAR……… ……….………....………...vi

BAB I :PENDAHULUAN…………..………...………...……..1

1.1.Latar Belakang…………..………...………..1

1.2.Perumusan Masalah………..………10

1.3.Tujuan Penelitian………..………10

1.4.Hipotesis…...…..………..10

1.5.Manfaat Penelitian…………..………..11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA……….………..………12

2.1. Program Kemitraan………..…………..12

2.1.1. Pengertian BUMN Programa Kemitraan Usaha Kecil dan Menegah, Unit Program Kemitraan, Mitra Binaan BUMN Pembia………12

2.1.2. Pelakasanaan Program Kemitraan Berdasarkan Kepmen BUMN No. Kep. 236/MBU/2003 dan SE Kementrian BUMN No 433/MBU/2003……….……….15

2.2. Posisi UKM………...……….…………20

2.3. Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Tantangan Pengembangan serta Permasalahan yang dihadapi UKM Industri dan Perdagangan.21 2.4. Kontribusi UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja….…….26 2.5. Program Kemitraan Sebagai Wadah Pengembangan UKM….32


(7)

BAB III : METODE PENELITIAN………..…….…..35

3.1 Lokasi Penelitian……….…….……...35

3.2. Jenis dan Sumber Data……….………..35

3.3. Metode Pengumpulan Data………....……36

3.4 Pengolahan Data……….36

3.5. Teknik Analisis…….………..36

3.6. Analisis Data……..……….………...37

3.7. Test Of Godness Of Fit (Uji Kesesuaian)…..………38

3.7.1 Uji t-Statistik……….38

3.7.2 Uji F-Statistik………39

3.7.3 Koefisien Determinan (R2)………..………..40

3.8. Defenisi Operasional……….………..40

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN………..41

4.1. PT. Perkebunaan Nusantara III Medan (Persero)…..………..41

4.2. Pelakasanan Program Kemitraan Oleh PT Perkebunaan Nusantara III Medan (Persero)……….45

4.3. Analisa dan Evaluasi………..………62

4.3.1. Uji t-Statistik………..…...……….65

4.3.2. Uji F-Statistik………..……….…….68

4.3.3. Interpretasi Hasil Model Regresi……….……….69

4.3.4. Koefisien Determinasi R2……….……...…….70

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN………...72

5.1. Kesimpulan……….……….72

5.2. Saran………...……….………73

DAFTAR PUSTAKA……….74


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah Pekerja……13

Tabel 2.2 Batasan Pengertian Usaha Kecil Menurut Beberapa Intansi……….14

Tabel 2.3 Jumlah Pinjaman dan Tingkat Bunganya………..19

Tabel 4.1 Jumlah Penyaluran Kredit, Perkembangan Mitra Binaan, Serta

Tenaga Kerja Terserap (Tahun 2002-2011)……….60

Tabel 4.2 Data Mitra Binaan PT Perkebunaan Nusantara III Medan Berserta

Jenis Usahanya (Tahun 2011)……….………….…….61

Tabel 4.3 Hasil Regresi Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap

Perkembangan UKM Mitra Binaan PT Perkebunaan Nusantara III Medan………...61


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peningkatan Produktivitas Pekerja di Perusahaan………….30

Gambar 4.1 Diagram Alir Program Kemitraan………..57

Gambar 4.2 Hasil Uji t Statistik Untuk X1……….66

Gambar 4.3 Hasil Uji t Statistik Untuk X2……….67


(10)

ABSTRACT

This Skripsi entitle the “ Analysis of Execution of Partner Program to Growth of UKM of Partner Binaan PTPN III Medan”. Intention of this research is to : (a) analyse of Execution of Partner Program to earnings of UKM of partner of binaan PTPN III Medan, (b) know how execution of Partner Program by PTPN III Medan in its Credit channeling for the UKM, (c) Analyse the influence of execution of Patner of binaan PTPN III Medan.

This research use the data sekunder coming from PTPN III Medan also use the Population and sampel coming from UKM of Partner of binaan PTPN III Medan that is Counted 22 sampel. To see how The Execution of Partnership for growth and development of small and middle business the research use variable Y as growth of income and middle business partnership PTPN III Medan, variable X1 as supply of kredit, and variable X2 as workers. The research use time series data 2002 until 2011 (10 years).

The result show that variable X1 (supply of kredit) not give significant Execution for variable Y, temporary variable X2 (wokers) give a significant influence. This is mean this program success to decrease unemployment. If PTPN III Medan can give large amount of credit for small and middle bussines, so that in the future they can grow better than before.


(11)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap Perkembangan UKM Mitra Binaan PTPN III Medan”. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk : (a) menganalisa pelaksanaan program kemitraan terhadap pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan, (b) mengetahui bagaimana pelaksanaan program kemitraan oleh PTPN III didalam penyaluran kreditnya untuk UKM, (c) menganalisa pengaruh pelaksanaan program kemitraan terhadap penyerapan tenaga kerja oleh UKM mitra binaan PTPN III Medan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari PTPN III Medan juga menggunakan populasi dan sampel yang berasal dari UKM mitra binaan PTPN III Medan yaitu sebanyak 22 sampel. Dilihat dari bagaimana perkembangan program mitra binaan dapat menumbuhkan dan mengembangkan pengusaha kecil dan menengah. Penelitian ini menggunakan variable Y sebagai perkembangan jumlah pendapatan dari pengusaha kecil menengah mitra binaan PTPN III Medan, variable X1 sebagai penyaluran Kredit, dan X2 sebagai jumlah tenaga kerja. Penelitian ini menggunakan data tahun 2002 sampai 2011.

Menunjukan bahwa variable X1 (Penyaluran Kredit) tidak signifikan untuk

Variabel Y, sementra Variable X2 (tenaga kerja) memberikan pengaruh yang sigifikan. Itu artinya program tersebut berhasil untuk mengurangin pengangguran. Jika PTPN III Medan dapat memberikan kredit yang lebih besar lagi untuk pengusaha kecil dan menengah, maka kedapannya mereka akan tumbuh lebih baik dari sebelumnya.


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan tahun 1997, perhatian kepada kelompok usaha kecil dan menengah meningkat karena berbagai studi tentang dampak krisis terhadap usaha kecil membuktikan bahwa sector ini mampu bertahan. Sejumlah sector juga mengalami peningkatan produktivitas yang antara lain disebabkan oleh naiknya permintaan. Kekuatan dan kinerja usaha kecil inilah yang tampaknya membuat banyak pihak, termasuk pemerintah, kemudian berharap banyak pada kelompok usaha kecil untuk dapat menjadi salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia. Krisis ekonomi dipandang telah menunjukan kekuatan dan potensi sesungguhnya dari kelompok usaha kecil dalam hal daya tahan menghadapi guncangan maupun dalam hal perananya sebagai salah satu motor penggerak ekonomi yang penting.

Usaha kecil dan menengah mempunyai peranan yang sangat penting dalam ekonomi Indonesia karena menyediakan berjuta lapangan pekerjaan dan menjadi tulang punggung industri pengolahan. Memberi kemudahan kepada UKM dalam menjalankan usaha akan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia, menciptakan lapangan pekerjaan dan menyumbang pada upaya menanggulangi kemiskinan. Begitu potensialnya industri kecil dan menengah dalam menyelamatkan


(13)

perekonomian nasional sehingga pemerintah telah memberikan perhatian besar bagi pengembangannya.

Pilihan untuk mengandalkan usaha kecil dalam upaya pemulihan ekonomi di Indonesia dengan sendirinya berimplikasi pada kebutuhan untuk membangun strategi dan penguatan usaha kecil yang komprehensif. Didalam beberapa dokumen tentang rencana dan arahan pembangunan Indonesia sebenarnya telah tercantum secara eksplisit upaya-upaya penguatan usaha kecil.

Secara spesifik, upaya pengembangan usaha kecil yang tercantum dalam dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut:

1. GBHN menyebutkan tiga aspek penting bagi pengembangan usaha kecil.

Pertama, pengembangan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasaryang adil, persaingan yang sehat dan berkelanjutan, dan mencegah distorsi pasar. Kedua, mengembangkan perekonomian yang berorientasi global dengan membangun ke unggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komporatif yang dimiliki Indonesia. Ketiga, memberdayakan usaha kecil menengah (UKM) agar lebih efisien, produktif, dan berdaya saing tinggi.

2. Propenas menyebutkan dua aspek yang penting bagi perkembangan UKM

di sector industri dan perdagangan. Pertama, mengembangkan usaha kecil mikro,kecil,menengah, dan koperasi melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif, peningkatan akses kepada sumber daya produktif, pengembangan kewirausahaan dan pengusaha kecil pengusaha kecil menengah, koperasi berkeunggulan kompetitif. Kedua, memacu


(14)

peningktan daya saing melalui pengembangan ekspor, pengembangan industry kompetitif, penguatan institusi pasar, dan peningkatan kemampuan ilu pengetahuaan dan teknologi.

3. Pengembangan Industri Perdagangan yang bertujuan untuk

menggerakkan sector rill dalam periode jangka pendek yang berfokus pada lima aspek. Pertama, reitalisasi industri pada cabang-cabang industry tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronika, alas kaki, pengolahan kayu, pulp, dan kertas. Kedua, pengembangan industry pada cabang-cabang industri kulit dan produk kulit, pengolahan ikan, pengolahan CPO, pupuk, alat pertanian, makanan, software, perhiasan, dan kerajinan. Ketiga, penataan struktur industry yang berorientasi pasar global dengan prioritas pada industry-industri yang memiliki keunggulan kompoatif dan kompetitif. Keempat, peningkatan teknologi industry. Kelima, pengembangan dengan focus pada UKM.

Sesuai defenisi pembangunan oleh Michel P. Todaro bahwa Pembangunan dapat juga dapat diartikan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur social, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan serta pengentasan kemiskinan (Todaro : 2004 : 90), maka usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan solusi yang terbaik dikarenakan dapat menciptakan kesempatan kerja yang pada akhirnya dapat mengatasi masalah pengangguran.


(15)

Selain itu, sektor usaha ini mempunyai peluang pasar yang besar apalagi disaat kritis, dikarenakan selalu ada pasar bagi produksi barang dan jasa mereka mengingat sektor usaha kecil menengah dan koperasi ini merupakan penghasilan barang dan jasa khususnya bagi masyarakat golongan menengah kebawah dengan daya beli yang rendah.

Kelebihan yang lain adalah, sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) mampu bertahan disaat krisis disebabkan modal usahany adalah dari modal sendiri bukan pinjaman, akan tetapi kelebihan tersebut jugalah yang merupakan kelemahan dari sektor usaha ini untuk berkembang dikarenakan modal sendiri yang umunya terbatas bahkan berkurang sehungga sektor ini selalu terjebak dalam lingkaran setan dan sulit untuk berkembang. Belum lagi masalah manjemen dan pendidikan, lemahnya pemanfaatan informasi dan teknologi, kurang mampu dalam pembentukan organisasi, dan lemah dalam pembentukan jaringan usaha, serta akses pasar yang minim merupakan factor-faktor penghambat dalam keberhasilan usaha kecil menengah ini.

Selain itu masalah sosial dan cultural juga menghambat pengembangan UKM. Hambatan cultural adalah budaya dan etos kerja yang rendah sementara ketidakberpihakan dan perlakuan yang tidak sepenuh hati dari pemerintah merupakan salah satu hambatan structural dalam akselerasi implementasi ekonomi kerakyatan. (Nofiandri: 2002: 77).

Meskipun UKM dapat bertahan disaat krisis bukan bersifat krisis tersebut tidak berdampak pada UKM. Menurut Prawirokusumo dampak krisis ekonomi terhadap Usaha Kecil dan Menengah antara lain adalah:


(16)

a. Tingginya bunga kredit sehingga supply kredit berkurang yang berakibat pada kurang terbukanya sektor produksi.

b. Tingginya biaya impor bahan baku dan suku cadang yang mengakibatkan

meningkatnya biaya produksi sehingga keperluan modal kerja makin meningkat.

c. Tingginya biaya permesinan, peralatan, dan suku cadangan.

d. Turunya penjualan produk karena turunnya daya beli masyarakat.

e. Cash flow terganggu karena lambatnya pembayaran utang.

f. Nilai tukar mata uang asing yang masih volatile meningkatkan resiko

transaksi antarnegara.

Menyadari peranan UKM terhadap perekonomian Indonesia serta permasalahan yang dihadapinya maka pemerintah memberikan perhatian pada sektor ini, diantaranya dengan keluarnya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 316/KMK.016/1994 Tentang Pedoman Pembianaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dari bagian Laba Badan Usaha Mili Negara (BUMN), dimana tujuan peraturan ini adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui peluasan lapangn kerja dan kesempatan kerja serta kesempatan berusaha, maka perlu dikembangkan potensi usaha kecil dan koperasi sehingga menjadi tangguh dan mandiri sehingga dapat meningkatan taraf hidup masyarakat serta mendorong tumbuhnya kemitraaan antara BUMN dengan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi.


(17)

Kemudian pemerintah melakukan perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Tahun 1994 pasal 3 dimana perlu penyesuaian terhadap besarnya bagian pemerintah atas laba BUMN untuk pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi, sehingga keluar keputusan Menteri Kuangan Republik Indonesia No.60/KMK.016/1996 Tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dan dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara.

Dilanjutkan lagi pada tahun 1997 dilakukan penyesuaian untuk pasal 1 Keputusan Menteri Keuangan No. 266/KMK.016/1994 Tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara, dimana didalam pasal ini perlu ditetapkan criteria dari usaha kecil agar tidak timbul persepsi yang berbeda-beda.

Selanjutnya dalam UU No. 25 tahun 2000 sendiri mengenai Program Pembangunan Nasional (Propenas) sektor usaha kecil dan menengah, usaha mikro dn koperasi menjadi prioritas pembangunan yang diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian.

Meskipun pemerintah telah menunjukkan itikad baiknya dengan mengeluarkan sejumlah keputusan maupun peraturan dan undang-undang, akan tetapi hal ini dirasakan belum memenuhi harapan pengusaha kecil dan koperasi dimana masih dijumpai keterbatasan akses usaha kecil menegah dan koperasi terhadap sumber modal untuk mengembangkan usahnya.

Penyebab utamanya adalah terbatasnya collateral atau jaminan debitur untuk dapat meminjam dari lembaga keuangan atau lembaga pembiayaan,


(18)

disamping kurangnya informasi dan komunikasi antara UKM, Koperasi dengan Bank/Lembaga keuangan, serta tidak ada daya saing.

Bank Pembangunan Asia (ADB) menayatakan bahwa ada empat factor yang mempengarhui keputusan penyaluran kredit bank antara lain:

1. Biaya dana bank

2. Biaya transaksi kredit

3. Penghasilan bunga dan pendapatan admnistrasi

4. Antisipasi resiko kredit

Menyadari hal diatas maka pada tanggal 17 Juni 2003 pemerintah melalui Kementerian BUMN menerbitkan Keputusan Menteri BUMN No. Kep-236/MBU/2003/tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan (PKBL) yang mengatur kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan pelaksanaan bina lingkungan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan perkembangan ekonomi dan kondisi lingkungan sosial masyarakat sekitar BUMN.

Terbitnya Keputusan Menteri BUMN ini menggambarkan perubahan kebijakan pemerintah dimana sebelum krisis kebijakan pemerintah dimana sebelum krisis kebijakan pemerintah berpihak pada konglomerat sehingga terbentuk Sistem Ekonomi Konglomerasi (SEK) kemudian pasca krisis menjadi sistem ekonomi kerakyatan yang lebih mengutamakan tindakan partisipasi dari masyarakat selaku pelaku dalam kegiatan ekonomi (konsep pembagunan partisipatif). Sehingga intinya adalah mendudukkan masyarakat (society) tidak


(19)

hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek dari pembagunan.(Syarif Hidayat & Darwin Syamsul Bahri :2001).

Keputusan menteri BUMN No. Kep-236/MBU/2003/tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil Merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1983 yang mengamanatkan BUMN untuk turut serta membangun pengembangan usaha kecil, kemudian keputusan-keputusan menteri tentang pedoman pelaksanaan pembinaan usaha kecil oleh BUMN, yaitu Keputusan Menteri Keuangan No.1232/KMK.013/1989,No.316/KMK.016/1994 Junto No.60/KMK.016/19 dan No. 266/KMK.016/19, Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pengelola BUMN No. Kep-197/MPBUMN/1997 dan No. Kep-216/M-PBUMN/1997.

Dalam hal ini BUMN ditunjuk sebagai pelaksana program kemitraan dikarenakan seluruh atau sebagaian besar modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan, dan merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam system perekonomian nasional disamping koperasi dan usaha swasta. Disamping itu juga BUMN merupakan penghasil barang dan atau jasa untuk kemakmuran masyarakat dan memiliki peran yang strategis dalam membantu pembinaan dan pengembangan usaha swasta dan koperasi yang bersekala kecil.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana pelaksanaan program kemitraan oleh salah satu BUMN dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara III Medan (Persero) serta bagaimana pelaksanaan program tersebut terhadap perkembang Usaha Kecil dan Menengah khususnya


(20)

unit usaha yang merupakan mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III, sehingga

penulis mengangkat judul “ANALISIS PROGRAM KEMITRAAN

TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH MITRA BINAAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA III MEDAN (PERSERO)”.


(21)

1.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada pendahuluan maka penelitian mengungkapkan beberapa permasalahan yang diangkat antara lain:

1. Apakah pelaksanaan penyaluran kredit berpengaruh terhadap

perkembangan jumlah pendapatan UKM Mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan.

2. Apakah jumlah tenaga kerja yang terserap berpengaruh terhadap

perkembangan jumlah pendapatan UKM Mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan.

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan sementara mengenai suatu permasalahan dimana kebenarannya masih harus dibuktikan lebih lanjut (Teguh, 1999). Berdasarkan permasalahan maka dapat ditetapkan beberapa hipotesa antara lain:

1. Jumlah kredit usaha kecil menengah yang disalurkan mempunyai

pengaruh yang nyata terhadap perkembangan jumlah pendapatan mitra binaaan PTPN III Medan.

2. Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh UKM mempunyai pengaruh

yang nyata terhadap perkembangan jumlah pendapatan mitra binaan PTPN III Medan.


(22)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Menganalisis pengaruh jumlah kredit terhadap perkembangan jumlah pendapatan mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan

2. Menganalisis pengaruh jumlah tenaga kerja yang terserap terhadap perkembangan jumlah pendapatan mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan

3 Memperoleh gambaran mengenai data Mitra Binaan PT Perkebunan

Nusantara III Medan beserta jenis Usahanya.

1.4 Manfaat Penelitian.

Manfaat penelitian ini antara lain adalah:

1 Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai program

kemitraan binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang akan melakukan ataupun


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Kemitraan

2.1.1 Pengertian BUMN, Program Kemitraan, Usaha Kecil dan Menengah, Unit

Program Kemitraan, Mitra Binaan, BUMN Pembina.

a. Badan Usaha Milik Negara adalah Perusahaan Perseroan (PERSERO)

yang segala kegitannya bertujuan untuk memperoleh laba yang maksimum.

b. Program Kemitraan adalah Program untuk meningkatkan kemampuan

usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dan dari bagian laba BUMN. (Pasal 1 KEPMEN BUMN No: KEP/MBU/2003).

c. Usaha Kecil Menengah.

Ada dua konsep yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan fungsi UKM yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari segi kekayaan perusahaan.

Defenisi UKM dari segi kekayaan perusahaan adalah:

• Menurut UU No. 10 tahun 1999 yang dimaksud dengan usaha

kecil dan menegah adalah usaha yang mempunyai kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200 juta sampai dengan maksimum Rp 10 miliyar.


(24)

• Berdasarkan SK Menteri Deperindag No. 589 tahun 1999 usaha kecil menegah adalah usaha yang mempunyai nilai investasi seluruhnya sampai dengan Rp 1 milyar tidak termasuk tanah dan bangunan.

• Bank Indonesia menetukan batas tertinggi dari investasi, diluar

tanah dan bangunan sebesar Rp 600 juta bagi pengertian industry kecil.

Sedangkan defenisi UKM dari segi tenaga kerja adalah:

• Menurut BPS Indonesia criteria usaha kecil adalah jika

karyawannya 5-19 orang jika kurang dari 5 karyawan digolongkan dalam usaha rumah tangga, dan usaha menegah terdiri atas 20-29 karyawan.

• Anderson (1987) mengemukakan defenisi pengelompokan

kegiatan usaha ditinjau dari jumlah pekerjaan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau dari Jumlah Pekerja

Usaha - Kecil I – Kecil II

- Kecil II – Kecil III

1 – 9 Pekerja

10 – 19 Pekerja

Usaha menengah Besar – kecil

Kecil – menengah Menengah - menengah

Besar – menengah

100 – 199 Pekerja 201 – 499 Pekerja 500 – 999 Pekerja 1000 – 1999 Pekerja

Usaha besar ………  2000 Pekerja

Sumber : Anderson, Tommy D (1987), profit in small firms, scholl of seconomics University of gotthenberg, Sweden.


(25)

Harmen Nst, Baren Ratur Sembiring, Bahri Sayono, Suadi, Rini, Pengembangan Kewiraushaan, 1997, mengungkapkan bahwa batasan perusahaan kecil menurut beberapa instansi antara lain:

Table 2.2

Batasan Pengertian Usaha Kecil Menurut Beberapa Intansi

Instansi Batasan Pengusaha Kecil Keterangan

Dep. Perindustrian Asset Rp 600 juta Diluar tanah dan bangunan

Dep. Keuangan Asset Rp 300 juta

Dep. Perdagangan Asset Rp 600 juta

BPS Pengusaha Informal

Pengusaha Kecil

TK 1 s/d 4 orang TK 5 s/d 9 orang

UU R.I No. 9 Th. 1995 Depkop & PPK

Asset ≤ Rp 200 juta Diluar tanah dan bangunan

Sumber : Harmein Nst, Baren Ratur Sembiring, Bahri Sayono, Suadi, Rini, pengembangan Kewirausahaan, 1997.

d. Unit Program Kemitraan

Berdasarkan pasal 1 KEP-236/MBU/2003 poin 6 yang dimaksud dengan unit program kemitraan adalah unit organsasi khusus yang mengelola program kemitraan yang merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina serta tanggung jawab langsung kepada Direksi BUMN Pembina.

e. Mitra Binaan

Defenisi mitra binaan berdasarkan Kepmen No. Kep-236/MBU/2003 pasal 1 yaitu usaha kecil yang mendapatkan pinjaman dari program kemitraan.


(26)

f. BUMN

BUMN Pembina adalah BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan.

2.1.2 Pelaksanaan Program Kemitraan Berdasarkan Kepmen BUMN No.

Kep.236/MBU/2003 dan SE Kementrian BUMN No. SE-433/MBU/2003.

Agar tujuan pelaksanaan program kemitraan dapat tercapai maka unit program kemitraan sekurang-kurangnya melakukan fungsi pembinaan, evaluasi, penyaluran, penagihan, pelatihan, monitoring, promosi, fungsi dan keuangan.

Unit kemitraan dikantor pusat dibentuk dengan memperhatikan jumlah dana yang dikelola, luas wilayah bianaan dan jumlah mitra binaan serta mempertimbangkan kondisi perusahaan sedangkan bentuk pelaksanaan dikantor cabang atau perwakilan disesuaikan dengan kebutuhan. Unit kemitraan atau PUKK bertanggung jawab lgsung kepada salah satu anggota direksi yang ditetapkan dalam rapat direksi. Karyawan yang ditunjuk untuk menangani unit program kemitraan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan karyawan lain BUMN Pembina yang bersangkutan.

Bentuk program kemitraan:

a. Pemberian pinjaman dalam bentuk:

• Pinjaman untuk modal kerja dan atau untuk pembelian barang – barang

modal (aktiva tetap produktif) seperti mesin dan alat produksi, alat bantu produksi, dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan produk mitra binaan.


(27)

• Pinjaman khusus yaitu pemberian pinjaman yang dapat diberikan oleh BUMN Pembina yang bersifat jangka pendek dengan waktu maksimum satu tahun serta dengan nilai pinjaman yang cukup material bagi mitra bianaan.

• Hibah dalam bentuk:

 Meningkatkan keterampilan manajerial dan teknik produksi atau

pengolahan,

 Meningkatkan pengendalian mutu produksi

 Meningkatkan pemenuhan standarisasi teknologi.

 Meningkat rancangan bangun dan perekayasaan

 Bantuan pemasaran produk mitra binaan, dalam bentuk bantuan

penjualan produk mitra binaan melalui kegiatan pameran maupun penyediaan ruang pamer (showroom), pendidikan, pelatihan dan pemagangan untuk mitra binaan dapat dilakukan sendiri oleh BUMN Pembina atau menyediakan tenaga penyuluh yang berasal dari lembaga pendidikan atau pelatihan swasta professional maupun perguruan tinggi.

Jangka waktu atau masa pembinaan untuk mitra binaan dapat dilakukan terus menerus sampai mitra binaan tersebut menjadi tangguh, mandiri, dan bankable(dapat diberi pijaman).

b. Beban Operasional

Untuk mendukung pelaksanaan program kemitraan, disediakan dana operasional yang bersumber dari hasil penyumbangan dana kemitraan (bukan


(28)

dari pokok dan penyisihan laba BUMN). Dana operasional tersebut dapat digunakan untuk operasional yang meliputi, antara lain:

• Kegiatan Pembinaan:

 Beban perjalanan dinas petugas atau pengelola dalam rangka survey

lokasi usaha mitra binaan, monitoring atau evaluasi perkembangan usaha mitra binaan, dan kegiatan penagihan pinjaman.

 Beban upah tenaga harian atau honorer yang membantu pelaksanaan

program kemitraan.

 Beban kegiatan karyawan unit Program Kemitraan yaitu beban yang

berkaitan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan karyawan dalam melaksanakan fungsi Pembina, fungsi administrasi, dan keuangan.

 Badan administrasi meliputi beban administrasi bank, beban surat

menyurat, dan sejenisnya.

 Pengadaan inventaris, yaitu pembelaian perangkat computer berserta

program aplikasinya dan investaris kantor lainnya.

 Pengadaan kenderaan bermotor untuk menunjang kegiatan operasional,

yang pengadaannya disesuaikan dengan kondisi dan operasional yang tersedia.

Realisasi pengadaan inventaris dan kenderaan bermotor dicatat dan dibukukan sebagai aktiva tetap dalam Negara Program Kemitraan. Sedangkan rencana penggunaan dan operasional dijabarkan secara


(29)

terperinci dalam RKA Program Kemitraan. Usulan penghapusan pembukuan aktiva tetap di usulkan dalam RKA Program Kemitraan.

c. Penanganan Pinjaman Bermasalah

Pelaksanaan pemindahaan pencatatan pinjaman macet yang telah melalui proses pemulihan kedalam pos pinjaman bermasalah dilakukan dalam satu tahun setelah pinjaman dikategorikan macet.

Pinjaman bermasalah yang akan dihapuskan terlebih dahulu di usulkan kepada menteri/RUPS melalui mekanisme Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Program Kemitraan.

d. Prioritas program kemitraan

• Program kemitraan ditunjukan terutama bagi usaha kecil yang belum

memiliki kemampuan akses perbankan.

• Program kemitraan dapat dilakukan kepada usaha kecil yang tidak

memiliki kaitan usaha maupun yang memiliki kaitan usaha BUMN Pembina, namun diupayakan kearah terwujudnya keterkaitan usaha.

e. Tingkat bunga pinjaman

Tingkat bunga yang dikenakan kepada mitra binaan bersifat regresif proporsional, yaitu semakin besar jumlah pinjaman semakin besar pula tingkat bunga yang dikenakan dengan batasan sebagai berikut


(30)

Table 2.3

Jumlah Pinjaman dan Tingkat Bunganya

No Jumlah pinjaman yang diberikan Tingkat

bunga

A s/d Rp 10.000.000 6%

B >Rp 10.000.000 s/d Rp 30.000.000 8%

C >Rp 30.000.000 s/d Rp 50.000.000 10%

D Diatas Rp 50.000.000 12%

Sumber: Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-433/MBU/2003

Penetapan bunga pinjaman dihitung dengan system bunga efektif atau dapat juga dihitung dengan system flat atau system bagi hasil sepanjang nilainya setara dengan bunga efektif.

Tingkat bunga yang diperhitungkan sebelum ketetapan (keputusan) ini tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa pinjaman. Apabila masa pinjaman telah berhakir namun mitra binaan belum melunasi pinjamannya, maka tingkat bunga atas sisa pinjaman tersebut disesuaikan dengan ketetapan ini.

f. Pelaksanaan program kemitraan oleh BUMN Pembina

Pembinaan dan pengembangan usaha kecil merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, oleh karena itu bagi BUMN Pembina dianjurkan melaksanakan program kemitraan.

Pelaksanaan program kemitraan bagi BUMN berpedoman pada RKA program kemitraan yang telah disetujui oleh Komisaris sedangkan sumber pendanaannya berasal dari laba bersih setelah pajak yang besarnya ditetapkan RUPS. BUMN Pembina mempunyai beberapa kewajiban sebagai berikut:


(31)

• Membentuk unit program kemitraan

• Menyusun Standar Opening Prosedur (SOP) untuk pelaksanaan program

kemitraan yang dituangkan dalam suarat keputusan direksi.

• Menyusun rencana kerja dan anggaran program kemitraan.

• Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan

calon mitra binaan secar langsung.

• Menyiapakan dan meyalurakan dana program kemitraan kepada mitra

binaan masyarakat.

• Melakukan pemantauan dan pembianaan terhadap mitra binaan.

• Mengadministrasikan kegiatan pembinaan.

• Melakukan pembukuan atas program kemitraan.

• Menyamakan laporan pelaksanaan program kemitraan yang meliputi

laporan berkala baik triwulan maupun tahunan kepeda mentri.

• Menyampaikan laporan berkala baik teriwulan maupun tahunan kepada

coordinator BUMN Pembina diwilayah masing-masing.

2.2 Posisi UKM.

UKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang melibatkan masyarakat secara langsung didalam perekonomian. Sumbangan UKM terhada perekonomian berupa penyerapan tenaga kerja, disamping itu mereka juga memberikan kontribusi dalam penciptaan nilai tambah dan devisa ekspor non migas meskipun nilainya relatif kecil. Sehingga kegiatan ini merupakan


(32)

motor penggerak ekonomi kerakyatan yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan ekonomi nasional.

Beberapa bentuk kegiatan UKM ini terdiri dari berbagai sektor mulai dari produksi dan perdagangan komoditi seperti makanan, pakaian, keperluan, rumah tangga, keperluan dapur, cenderamata sampai pada mesin- mesin peralatan produksi skala kecil. Beberapa industri kecil yang termasuk UKM memasarkan produknya tidak hanya didalam negeri saja tetapi sampai keluar negeri, bahkan ada yang melakukan kontrak dengan usaha besar. Teknologi yang digunakan adalah teknologi sederhana sampai madya, penerapan manajemen sederhana, sebagian belum berbadan hokum serta memiliki keterbatasan modal, kemampuan dan keterampilan, wawasan bisnis dan kewirausahaan.

Kondisi usaha kecil menegahyang ada di Indonesia saat ini terdapat sebanyak 42 juta usaha mikro dan kecil 80% diantaranya bergerak dibidang pertanian. Sementara sektor menengah berjumlah 60 ribu usaha, dan sektor besar hanya berjumlah sekitar 2,518 unit usaha.

2.3 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Tantangan Pengembangan, serta Permasalahan yang Dihadapi UKM Industri dan Perdagangan.

Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dalam jangka panjang untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan


(33)

ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembagunan melalui perluasn lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.

Sasaran dan pembinaan usah kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat perperan dalam perekonomian nasional, meningkatkan daya saing pengusaha nasional di pasar dunia, serta seimbangnnya persebaran investasi antar sektor dan antar golongan.

Untuk mewujudkan hal tersebut maka harus diketahui kekuatan, kelemahan, peluang serta tantangan pengembangan UKM. Secara garis besar berbagai kekuatan, kelemahan, peluang, serta tantangan yang dihadapi oleh UKM pada masa-masa mendatang antara lain adalah:

a. Kekuatan UKM

UKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang merupakan andalan yang menjadi basis pengembangan pada masa datang adalah:

• Penyediaan lapangan kerja. Peran UKM dalam penyerapan tenga kerja

patut diperhitungkan, diperkirakan mampu menyerap sampai dengan 50% tenaga kerja yang tersedia.

• Sumber wirausaha baru, Keberadaan UKM selam ini terbukti dapat

mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru.

• Memiliki segmen pasar yang unik

• Melaksankan manjemen sederhana dan fleksibel terhadap perubahan


(34)

• Memanfaatkan sumber daya alam sekitar. UKM sebagaian besar memanfaatkan sumber daya alam yang merupakan unggulan wilayah. Selain memanfaatkan limbah atau hasil samping dari industry besar atau industry lainnya.

• Memiliki potensi untuk berkembang. Berbagai upaya pembinaan yang

dilaksankan menunjukan hasil yang menggambarkan bahwa UKM mampu untuk dikembangkan lebih jauh dan mampu untuk mengembangkan sektor-sektor lain yang terkait.

b. Kelemahan UKM.

Beberapa kelemahan UKM

• Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia

• Kendala pemasaran produk sebagaian besar pengusaha UKM lebih

memprioritaskan pada aspek produksi sedangkan fungsi-fungsi pemasaran kurang mampu dalam mengaksesnya, khususnya dalam informasi pasar dan jaringan pasar, sehingga sebagian besar hanya berfungsi sebagai tukang saja.

• Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk

UKM.

• Sangat terbatasnya institusi pemasaran bersama. Sebagaimana

diketahui bahwa UKM kurang dapat memproduksi dalam jumlah yang besar sehingga hal ini harus ada suatu insitusi untuk menyatukan, mengumpulkannnya sehingga menjadi besar.


(35)

• Kendala permodalan usaha. Sebagian besar UKM memanfatkan modal sendiri dalam jumlah yang relative kecil. Disamping itu mereka menjual produknya secara pesanan dan banyak terjadi penundaan pembayaran.

c. Tantangan UKM

• Iklim usaha yang tidak kondusif. Iklim usaha yang tidak kondusif

diwujudkan dalam adanya monopoli dalam bidang usaha tertentu, penguasaan industry dari hulu ke hilir oleh industry besar berbagi peraturan yang tidak mendukung (retribusi, perizinan, dan lain-lain).

• Pemberlakuan berbagai standar nasional mauoun internasional.

Perubahan tatahan ekonomi dunia cenderung menyebabkan pasar bersifat resistensi dan proteksi antara lain dengan diberlakukannya berbagai standar antara lain ISO 9000,ISO 14000, Hak atas kekayaan inteletual, dan lain-lain.

d. Peluang UKM

Disamping berbagai tantangan tersebut, terbuka peluang yang cukup besar untuk mendorong dan mempercepat pengembangan industry termasuk usaha kecil dan menengah seperti:

• Indonesia merupakan pasar yang besar. Indonesia sebagai Negara

kepuluan dan memiliki jumlah penduduk yang besar merupakan peluang pasar yang dimanfaatkan sebagai lahan usaha.

• Melimpahnya sumber daya alam. Potensi dalam negeri berupa sumber


(36)

dimiliki serta dengan keterampilan sumber daya manusia yang ada merupakan peluang yang harus disiasati untuk menjadi keunggulan kompetitif.

e. Masalah yang dihadapi oleh UKM.

Upaya-upaya pengembangan UKM terkait dengan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh UKM antara lain:

• Perizinan

Produser perizinan di berbagai instansi masih belum transparan, birokratif dan berbagai jenis pungutan yang berakibat biaya produksi menjadi tinggi.

• Permodalan

Skim khusus untuk permodalan UKM masih harus diperjelas, terutama dengan tidak adanya kredit program. Dana di masyarakat berupa dan bergulir terbatas dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan, dan pengelolahan sering mejadi masalah. Dalam pengembangan wirausaha baru tidak ada skim khusus untuk usaha baru untuk UKM. Demikian pula kenyataa dilapangan menunjukkan bahwa peraturan kredit perbankan cenderung sulit dijangkau oleh UKM.

• Peraturan

Peraturan-peraturan yang terkait dengan pengembangan bisnis, walaupun bukan secara khusus untuk UKM, secara umum kenyataannya membawa dampak pada pengembangan UKM.


(37)

Dalam pengembangan UKM dicirikan dengan lemahnya kondisi intern UKM itu sendiri antara lain, lemahnya penguasaan teknologi, manajemen yang sederhana, lemahnya orientasi pasar, kemampuan SDM yang terbatas, lemahnya jaringan distribusi pemasaran serta sifat ketergantungan yang kuat.

• Pemasaran

Hanya sebagaian kecil saja produk UKM yang mampu menembus pasar ekspor. Keterbatasan wawasan bisnis, kurang pengetahuan, prosedur perdagangan, kurangnya sarana dan prasarana, kurang mapu memiliki lokasi pemasaran yang potensial karena sudah dikuasai oleh pemodal yang kuat, mutu produk yang belum stabil dan lain-lain.

• Masalah disain.

Salah satu kekuatan produk UKM adalah memiliki desain khas, kelenturan perubahan desain yang tinggi, masalah yang dihadapi pada umunya adalah bahwa akses kedesain yang terkesan masih lemah, peniruan desain dan kurang mampu menguasai teknologi desain.

2.4 Kontribusi UKM Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Payaman J. Simanjuntak Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai dua pengertian yaitu pertama, Sumber Daya Manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi, sedangkan pengertian yang kedua adalah menyangkut


(38)

manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.

Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah kelompok penduduk dalam usia kerja. Di Indonesia pengertian tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga, sehingga disimpulkan bahwa tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja, dan golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan yang menerima pendapatan.

Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja

Yang dimaksud dengan Pasar Kerja adalah proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyedian dan permintaan tenaga kerja.

Penyediaan TK = Angkatan Kerja = Supply TK

Penyediaan atau supply tenaga kerja adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara mereka sebagian sudah aktif kegiatannya yang menghasilkan barang dan jasa. Mereka


(39)

tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka dinamakan pencari kerja atau penganggur. Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja.

Angkatan Kerja = Yang Berkerja + Penganggur

Produktivitas tenaga kerja mempengaruhi penyediaan tenaga kerja. Produktivitas mengandung pengertian filosofis-kuantitatif dan kuantitatif-teknis operasional. Secara filsofis-kualitatif, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan.

Pandangan hidup demikian mendorong manusia untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja. Sedangkan definisi kuantitatif, produktivitas merupakan pembandingan antara hasil yang dicapai dengan (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan persatuan waktu.

Peningkatan produktivitas dapat terwujud dalam empat bentuk yaitu:

• Jumlah produksi yang sama diperoleh dengan menggunakan

sumberdaya yang lebih sedikit.

• Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan

sumber daya yang kurang.

• Jumlah produksi yang lebih besar dicapai dengan menggunakan


(40)

• Jumlah produksi yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber yang relative lebih kecil.

Sumber daya masukan dapat terdiri dari beberapa factor produksi seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, bahan mentah, dan sumber daya manusia itu sendiri. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas manusia merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas factor-faktor lain sangat tergantung pada kemampuan manusia untuk memanfaatkannya. Beberapa factor yang mempengaruhi produktivitas karyawan dapat digolongkan dalam tiga kelompok yaitu:

• Yang menyangkut kualitas dan kemampuan fisik pekerja

• Sarana pendukung

• Suprasarana

Kualitas dan kemampuan karyawan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, motivasi kerja, etos kerja, mental dan kemampuan fisik pekerja yang bersangkutan. Sarana Pendukung untuk peningkatan produktivitas kerja karyawan perusahaan dikelompokkan pada dua golongan, yaitu:

• Menyangkut lingkungan kerja, termasuk teknologi dan cara produksi,

sarana dan peralatan produksi yang dipergunakan, tingkat keselamatan dan kesehatan kerja serta suasana dalam lingkungan kerja itu sendiri.

• Menyangkut kesejahteraan pekerja yang tercermin dalam system

pengupahan jaminan social, serta jaminan kelangsungan kerja.

Sedangkan yang termasuk suprasarana adalah kibijakan pemerintah, hubungan industrial serta kemampuan manajemen menggunakan


(41)

sumber-sumber secara maksimal menciptakan system kerja yang optimal, akan menentukan tinggi rendahnya produktivitas karyawan. Sehingga factor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas pekerja perusahaan dapat di gambarkan sebagai berikut:

Peningkatan Produktivitas Pekerja di Perusahaan Supra Sarana

• Kebijakan Pemerintah

• Hubungan Industrial

• Manajemen

• Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

• Sarana Produksi

• Teknologi

Lingkungan Kerja

• Upah

• Jamsos

• Security

Kesejahteraan

Sarana Pendukung Gambar 2.1

Sumber: Payaman Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya

Manusia, 1998.

• Pendidikan

• Latihan

• Etos Kerja

• Motivasi Kerja

• Sikap Mental

• Fisik

Peningkatan Produktivitas Pekerja di


(42)

Jumlah orang yang bekerja tergantung dari besarnya permintaan dalam masyarakat. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah.

Penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan. Tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja, dinyatakan dalam persen.

Penyerapan tenaga kerja berarti jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh tiap sector. Penduduk yang bekerja terserap di berbagai sector. Sector yang memperkerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relative besar. Untuk wilayah Sumut berdasarkan data BPS tahun 2011 lapangan pekerjaan utama masih didominasi oleh sector pertanian yang mencapai 56,03%, diusul sector perdagangan 16,69% sektro jasa 10,24%, dan sector industry hanya sekitar 6%.

Data Bank Indonesia menyebutkan bahwa kotribusi UKM terhadap PDB (tanpa migas) sekitar 41,25% dari PDB (migas). Dari total pertumbuhan PDB tahun 2011 sebesar 4,1%, 2,4% diantaranya merupakan kontribusi UKM dan Pada 2011 UKM mampu menyerap tenaga kerja 68,28 juta tenaga kerja atau sekitar 88,7% dari seluruh tenaga kerja yang ada.

Tingkat Pengangguran = Jumlah Pengangguran X 100% Jumlah Angkatan Kerja


(43)

2.5 Program Kemitraan Sebagai Wadah Pengembangan UKM

Kemitraan merupakan hubungan kerjasama usaha diberbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan saling menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan UKM oleh usaha besar. Salah satu bentuk kemitraaan usaha yang melibatkan UKM dengan usaha besar adalah

production linkage. Dimana disini UKM sebagai pemasok bahan baku dan

penolong dalam rangka mengurangi ketergantungan impor.

The Kian Wie (1992) menyatakan bahwa ada 10 bentuk keterkaitan langsung pemasok (UKM) dan perusahaan besar yaitu mulai produksi, lokasi yang berdekatan, informasi cirri dan mutu komponen, bantuan hibah keuangan atau pinjaman lunak, pembelian bahan baku, manajerial, penetapan harga, bantuan distribusi dan diversifikasi dalam rangka memperkuat keuangan. Akantetapi, keterkaitan tersebut harus bersifat mendidik untuk bisa mandiri sehingga UKM dapat meningkatkan daya saingnya.

Didalam dunia bisnis berkembang beberapa pola kemitraan usaha

antara lain: pertama, Inti-Plasma. Inti berfungsi melakukan pembinaan,

penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran, sedangkan plasma melakukan fungsi produksi.

Kedua, sub-kontrak. Pola ini merujuk pada usaha kecil memproduksi

komponen yang di perlukan oleh usaha menengah dan besar sebagai bagian dari produksinya. Sedangkan usaha menengah dan besar berfungsi melakukan pembelian komponen dari usaha kecil untuk keperluan


(44)

produksinya. Pola ini didorong oleh ketentuan dan peraturan yang ditetapkan untuk menyelamatkan usaha kecil sebagai bagian yang tidak terpisahkan, pola ini lebih sederhana dan mudah diterapkan bila didukung oleh suatu aturan yang jelas dari pemerintah.

Ketiga, dagang umum. Pada pola ini usaha menengah dan besar

memasarkan hasil produksi usaha atau usaha kecil sebagai pemasok kebutuhan usaha menengah dan besar. Pola ini dilakukan dalam dunia bisnis atas dasar saling menguntungkan.

Keempat, waralaba pemberian waralaba memberikan hak penguasaan

lisensi merek dagang dan saluran distribusi perusahaanya kepada penerima waralaba dengan bantuan bimbingan manajemen. Pada prinsipnya pola ini banyak digunakan dalam dunia bisnis terutama bagi merek-merek terkenal dan dikonsumsi banyak orang. Hampir setiap celah bisnis dapat

menggunakan pola ini seperti fast food, industry kimia, obat-obatan dan

industry jasa lainnya.

Pola ini secara bisnis lebih menjamin keberhasilan, namun dalam jangka panjang pola ini dapat menguras devisa Negara sangatlah besar karena royaliti yang dibayar secara totslitas sangatlah besar.

Kelima keagenan, pada pola ini usaha kecil diberikan hak khusus

untuk memasarkan jasa usaha menengah dan besar. Kelima pola tersebut didasarkan pada peraturan pemerintah Nomor 44 tahun 1997 tentang kemitraan dan surat Keputusan Bersama nomor 22/SKB 1998 dan Nomor 07/SKB/VII 1998.


(45)

Pemerintah menawarkan konsep Bussines Development Service (BDS) yang mengikutsertakan peran serta masyarakat baik asosiasi, himpunan, perguruan tinggi, yayasan dalam perusahaan maupun lembaga swadaya masyarakat dan lembaga non pemerintah.

Lembaga BDS memberikan jasa layanan non keuangan, bersifat dinamis, dan ruang lingkup kerja yang luas sesuai dengan kebutuhan untuk menjalankan bisnis. Layanan yang diberikan dapat berupa konsultasi, pelatihan bimbingan dan pendampingan, penyusunan proposal, kontak bisnis, dan berbagai fasilitasi terhadap akses pasar, permodalan informasi, pengembangan manajemen dan teknologi.

Program kemitraan merupakan wadah untuk pengembangan UKM dikarenakan program ini dapat menjawab dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang selama ini dialami oleh UKM di Indonesia mengigat mekanisme dan struktur kelembagaan kemitraan diatur berdasarkan KEP-236/MBU/200 yang merupakan peraturan yang keluar dikarenakan peraturan sebelumnya belum dapat memenuhi harapan pelaku UKM.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitihan merupakan langkah penting di dalam suatu penulisan skripsi dimana dengan adanya konsep penelitian yang sistematis dan baku maka akan mengarahkan penelitian ke tujuan yang ingin dicapai. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dimana PTPN III Medan adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang usaha perkebunan dan usaha pabrik pengolahan. PT Perkebunan Nusantara III Medan merupakan salah satu BUMN yang ditunjuk untuk melaksankan program kemitraan oleh Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

2.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer dan Sekunder.

• Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui

wawancara dengan menggunakan daftar pertayaan atau mengisi kuisioner yang telah dipersiapkan.


(47)

• Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara III Medan (Persero), Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara serta Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

2.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Observasi, yaitu dengan pengamatan langsung terhadap objek yang

akan diteliti. Dalam hal ini adalah mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan.

2. Wawancara, yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi

dengan cara menanyakan masalah yang ingin diteliti kepada mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan

3. Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dan informasi

dengan cara menyebarkan angket (daftar pertayaan) kepada responden yang dijadikan sampel penelitian.

3.4 Pengolahan Data

Peneliti menggunakan program SPSS 16.0 untuk mengolah data dalam skripsi ini.

3.5 Teknik Analisis

Data yang diperoleh dianalisis dengan mempergunakan analisa regresi linear berganda dimana diproses dengan computer melalui aplikasi SPSS 16.0, analisis data dilakukan dengan:

• Analisa Statistik Deskriptif dengan kegiatan pengumpulan data, menyusun


(48)

• Analisa Statistik Induktis. Analisa ini digunakan untuk pengujian hipotesis dengan taraf tertentu yaitu analisa regresi yang dipakai untuk mengukur kekuatan dan hubungan antara variable.

3.6 Analisis Data.

Permasalahan yang akan dibahas adalah sampai sejauh mana

pengaruh jumlah kredit (X1), tenaga kerja (X2) terhadap besarnya

pendapatan UKM mitra binaan PTPN III dengan menggunakan analisis regresi berganda karena variabel dependen dipengaruhi 2 variabel independen.

Y= α +

β 1

X

1

+

β

2

X

2

Keterangan:

Y = Perkembangan jumlah Pendapatan UKM mitra binaan PTPN III

Medan dari tahun 2002 s.d 2011 (unit usaha)

X1 = Jumlah kredit yang disalurkan oleh PTPN III Medan (Persero)

untuk UKM yang menjadi mitra binaan mulai tahun 2002 – 2011 (Rp)

X2 = Jumlah tenaga kerja yang terserap oleh UKM Mitra binaan PTPN

III Medan (Persero) mulai tahun 2002 – 2011

β1 β 2 = Koefisien regresi

α = Konstanta


(49)

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:

Artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (jumlah kredit), maka Y

(pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan) mengalami

kenaikan, ceteris paribus.

Artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (jumlah tenaga kerja), maka

Y (pendapatan UKM mitra binaan PTPN III Medan) mengalami

kenaikan, ceteris paribus.

3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

Untuk menganalisa model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut: 3.7.1 Uji t Statistik (Partial Test)

Uji t Statistik merupakan alat pengujian hipotesis variable X1 dan X2

Secara parsial yang menunjukkan signifikansi pengaruh variable independen secara parsial terhadap variable dependen.

Rumus yang dipergunakan untuk mencari t hitung (t*) adalah:

t-hitung =

(

)

Sbi b bi

Dimana :

bi = Koefisien variabel independen ke-i

b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i ∂Y

∂X1 > 0

∂Y ∂X2 > 0


(50)

Hipotesa yang dipergunakan adalah :

Ho : b1 = 0 artinya variable independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variable dependen. Hipotesa ini diterima jika t* < t.tabel (α).

Ha : b1 ≠ 0 artinya variable independen secara parsial berpengaruh

nyata terhadap variabel dependen. Hipotesa ini diterima jika t*>t.tabel (α)

3.7.2 Uji F Statistic

Uji F Statistic dialakukan untuk melihat pengaruh variable independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variable dependen. Rumus yang dipergunakan untuk menghitung (F*) adalah :

F* = R2 / K -1 (1-R2)/(n-k) Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel independen ditambah intercept

n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel independen

Hipotesis yang dipergunakan:

Ho : b1 = b2 = 0 artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.


(51)

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0 artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Hipotesis ini diterima jika F*>F. table (α).

3.7.3 Koefisien Determinan (R2).

Untuk mengukur besarnya sumbangan variabel X1 dan X2 terhadap

variasi naik atau turunya Y digunakan koefisien determinan. Nilai R2 digunakan

antara 0 sampai 1 (0<R2<1), semakin mendekati 1 berarti semakin tepat garis

regresi untuk meramalkan nilai variabel terikat Y.

3.8 Definisi Operasional.

1. Pendapatan UKM (Y) merupakan hasil pendapatan bersih dari mitra

binaan PTPN III Medan selama sepuluh tahun dinyatakan dalam satuan rupiah

2. Penyaluaran kredit (X1) adalah pinjaman dalam bentuk kredit UKM

yang diberikan kepada mitra binaan PTPN III Medan dan dilunasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam satuan rupiah.

3. Tenaga kerja (X2) adalah jumlah tenaga kerja yang terserap UKM

mitra binaan PTPN III Medan dalam satuan orang.


(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PT Perkebunan Nusantara III Medan (Persero).

1. Sejarah Singkat Berdirinya PT Perkebunan Nusantara III Medan (Persero).

Pada awalnya PTPN III Medan adalah perusahaan pelabuhan milik swasta Belanda dengan nama NV RCMA (Rubber Culture Matschaapij Amsterdam). Pada tahun 1958 perusahaan dinsionalisasikan dan berubah menjadi PPN baru cabang Sumatera Utara.

Nasionalisasi menjadi PPN Baru Cabang Sumatera Utara berdasarkan PP No.24/1958 ji, keputusan Menteri Pertamina No. 229/UM/1957 Jo. Keputusan Menteri Pertanian No. 49/1958 Jo. UU No. 86/1958. Perusahaan ini beroperasi selama tiga tahun. Akibat terjadinya pergolakan politik, diperlukan reorganisasi dalam perusahaan. Dengan PP No. 164/1961 tertanggal 26 Agustus 1961, PPN baru cabang Sumatera Utara dirubah namanya menjadi PPN Sumatera Utara V.

PPN Sumatera Utara IV menjalankan usahanya selama dua tahun, pada tanggal 20 Mei 1963, diadakan reorganisasi pada perusahaan. Reorganisasi ini menghasilkan perubahan nama perusahaan menjadi PPN Karet V, sesuai dengan PP No. 125/1963/PPN Karet V yang beroperasi selama 5 tahun yaitu dari tahun 1963 sampai dengan 13 Maret 1968.

Pada tanggal 19 April 1968, dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 55/KPT/OP/1968 PPN Kaaret V dirubah namanya menjadi PNP


(53)

V, PNP V kembali berubah namanya menjadi PTP V dengan keluarnya PP No. 17/1971, tanggal 29 mei 1971 dan SK Menteri Keuangan No. 258/SK/IV/3/1976, pada tanggal 19 Maret 1976.

Pada tahun 1992 PTP V mengadakan konsolidasi bersama PTP sekitarnya. Konsolidasi ini menghasilkan penggabungan perusahaan. Penggabungan iini menggabungkan PTP III, PTP IV, dan PTP V dengan seorang kuasa direksi yang berkedudukan di ex PTP masing-masing. Berdasarkan PP No. 8 Tahun 1996, maka pada tanggal 14 Febuari 1996 gabungan PTP III, IV dan V berubah menjadi PTP Nusantara III (Persero) berstatus BUMN yang berkedudukan di Sei Kambing.

2. Struktur Organisasi.

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah badan tertinggi dalam oraganisasi perusahaan. Dewan Komisaris (Demkom) berfungsi sebagi badan pengawas yang bertugas untuk kepentingan para pemegang saham. Pengelolaan sepenuhnya dikendalikan oleh direksi.

Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Negara Republik Indonesia No. KEP-183/MBU/2008 tentang pemberhentian dan pengangkatan Aggota-anggota Dewan Komisaris Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan Nusantara III tanggal 24 September 2008, susunan anggota komisaris perseroan adalah sebagai berikut


(54)

STRUKTUR ORGANISASI PTPN III MEDAN

Jabatan Dewan Komisaris PT. Perkebunan Nusantara III Medan Periode Tanggal 24 September 2008 – 2013.

Komisaris Utama : Achmad Mangga Barani

Komisaris : Deddy Suardy

S. Marbun S. Heryy Sucipto Herman Hidayat Heri Sebayang

Jabatan Direktrur PT Perkebunan Nusantara III Medan Periode Tanggal 1 Maret 2012 - 2017

Direktur Utama : Megananda Daryono

Wakil Direktur : Kusumandaru Ns

Direktur Produksi : Balaman Tarigan

Direktur Keuangan : Erwan Pelawi

Direktur Perencanaan : Nurhidayat

Direktur SDM & UM : Rachmat Prawirakesumah

Sumber : PT Perkbunan Nusantara III Medan.

3. Operasional Perusahaan.

PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) Medan merupakan perusahaan

agroindustri yang berbasis pada sector perkebunan dimana komoditi usahanya antara lain adalah kelapa sawit, karet, kakao dengan areal seluas 166.909,94 hektar. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal seluas 88.287 ha, karet 45.327 ha dan kakao seluas 8.761 ha.


(55)

Selain penanaman komoditi pada areal sendiri ditambah inti, PTPN III juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 19.553,94 ha untuk tanaman kelapa sawit seluas 10.403,14 ha dan tanaman karet 9.150,80 ha. PTPN III memiliki 32 unit usaha kebun, sebagai berikut:

Sungai Putih Sei Mangkei Merbau Selatan

Tanah Raja Sungai Silau Aek Nabara Utara

Sarang Ginting Huta Padang Aek Nabara Selatan

Silau Dunia Sei Dadap/Hessa Sisumut

Rambutan/Sei bamban Pulau Mandi Batang Toru

Gunung Pamela Ambalutu Hapesong

Gunung Monako Bandar Selamat Aek Torop

Gunung Para Membang Muda Torgamba

Bangun Labuhan Haji Sei Daun

Bandar Betsy Rantau Prapat Sei Baruhur

Sei Moranti Bukti Tujuh

Selain Unit Usaha Kebun PTPN III juga memiliki sejumlah 26 unit pabrik pengolahan:

1. Pabrik CPO 10 Unit

2. Pabrik RSS 3Unit

3. Pabrik Crumb Rubber 4 Unit

4. Pabrik Centrifuge Lateks 3 Unit

5. Pabrik Kakao 5 Unit


(56)

4.2 Pelaksanaan Program Kemitraan Oleh PT Perkebunan Nusantara III Medan (Persero).

PT Perkebunan Nusantara III Medan adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan oleh pemerintah untuk turut aktif dalam mendorong kegiatan prtumbuhan ekonomi, terciptanya pemerataan pembangunan dan turut serta dalam melaksanakan kepedulian lingkungan.

Upaya tersebut telah dilakukan pihak PT Perkebunan Nusantara III semenjak Tahun 1995 berdasrkan Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia No: 316/KMK.016/1994 tentang pedoman pembinaan usaha kecil dan koperasi melalui pemanfaatan laba Usaha Milik Negara. Alas an PT Perkebunan Nusantara baru melaksanakan program tersebut pada tahun 1995 karean pada tahun 1994 diadakan penggabungan manajemen PT Perkebunan III, IV, dan V (Persero) sehinggaprogram tersebut belum bias dilaksankan. Upaya tersebut bersifat pembinaan yang dilakukan melalui program kemitraan.

Dasar hhukum pelaksanaan program kemitraan ini adalah:

• Surat Keputusan mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor:

Kep100/MBU/2002/tanggal 4 Juni 2002.

• Surat Keputusan mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor:

Kep236/MBU/2003 tanggal 17 Juni 2003

• Surat Edaran Menteri BUMN Nomor: SE.433/MBU/2003 tanggal 16


(57)

Agar pelaksanaan program tersebut berjalan sesuai yang direncanakan serta terkordinir, maka pihak Direksi PT Perkebunan Nusantara III Medan membuat suatu kebijakan Direksi sebagai berikut:

a. Organisasi. Guna efektifitas pengelolaan program dimaksud, Direksi PTP

Nusantara III melalui Surat Keputusan Nomor :III.BD/KPT/R.76/2003 tanggal 01 Desember 2003 PT Perkebunan Nusantara III telah membentuk suatu bagian yang khusus mengelola kegiatan pembinaan tersebut yaitu Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan.

b. Mekanisme dan prosedu penyaluran dana PUKK tertuang dalam surat edaran

Nomor : III.12/SE/01/2003 tanggal 31 Maret dan Surat Edaran Mentri BUMN Nomor : SE-244/MBU/2003 tanggal 16 September 2003.

c. Sistem Pelaksanaan

• Operasional pelaksanaan tugas pada bagian ini dipimpin oleh seorang

kepala bagian dan dibantu oleh dua urusan yaitu : urusan analisa dan pembinaan, urusan administrasi keuangan dan umum.

• Penghimpunan dana dan pengeluaran dana dicatat serta dibukukan

berdasarkan cash basis.

• Sistem pembukuan dilaksankan berdasarkan prinsip akuntansi yang

lazim dan diberlakukan secara khusus berdasarkan pedoman-pedoman yang ditetapkan oleh Departemen Keuangan RI dan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.

• Alokasi dana PUKK ditetapkan sebagai berikut:


(58)

 Bantuan hibah maksimal 20% dari dana program kemitraan yanga dislaurkan pada tahun berjalan.

 Biaya operasional maksimal 70% dari pendapatan bunga pinjaman,

bunga deposito dan atau jasa giro dana program kemitraan tahun berjalan.

 Dana pembinan UKK dan Kemitraan ditetapkan berdasarkan sisa

dana tahun sebelumnya, peneriman atas pengembalian pinjaman dan alokasi bagian lab PTPN III pada tahun buku.

d. Berahkirnya masa pembinaan.

Jangka waktu pembinaan setiap mitra binaan ditetapkan sesuai dengan kesepakatan yang telah diterbitkan kepada masing-masing usaha yaitu 48 bulan dan 36 bulan sejak masa tenggang waktu angsuran 3 bulan, kecuali yang direscheduling dan program-program khusus seperti pembinaan terhadap koperasi pondok pesantren.

Dalam hal ini waktu terhadap berakhirnya masa pembinaan, pada umunya menyimpang dari jadwal yang disepakati, terutama disebabkan dari tunggakan para mitra binaan.


(59)

PT Perkebunan Nusantara III Medan menetapkan besarnya dana untuk program kemitraan sebesar 1% tiap tahunnya berdasarkan KEP BUMN No: KEP-236/MBU/2003 pasal 8 yang isinya adalah sebagai berikut:

(1) Dana Program Kemitraan Bersumber dari:

a. Penyisihan laba setelah pajak sebesar 1% (satu persen) sampai dengan

3% (tiga persen).

b. Hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana

program kemitraan setelah dikurangi beban operasional.

c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada

(2) Dana Program Bina Lingkungan Bersumber dari:

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 1% (satu persen)

b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program Bina

Lingkungan.

(3) Besarnya dana Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang

berasal dari penyisihan laba setelah pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh:

a. RUPS untuk PERSERO

b. Menteri untuk PERUM

(4) Dalam kondisi tertentu besarnya dana Program Bina Lingkungan yang

berasal dari penyisihan laba setelah pajak dapat ditetapkan lain dengan persetujuan Menteri / RUPS

(5) Dana Program Kemitraan dan Program Bina lingkungan yang berasal dari


(60)

(2), setorkan kepada unti program kemitraan dan Program Bina Lingkungan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(6) Pembukuan dana Program Kemitraan dan Program bina Lingkungan

dilaksanakan secara terpisah dari pembukuan BUMN Pembina.

Dana program kemitraan tersebut akan disalurkan dalam bentuk pinjaman modal kerja, pinjaman khusus, dan hibah. Tingkat bunga pinjaman dikarenakan kepada mitra binaan bersifat regresif proporsional yaitu semakin besar jumlah pinjaman semakin besar pula tingkat bunga yang dikenakan (mengacu pada SE Menteri BUMN No. SE-433/MBU/2003).

Pelaksanaan program kemitraan oleh PT Perkebunan Nusantara III dimaksudkan untuk mewujudkan hubungan yang harmonis dengan masyarakat disekitar wilayah usaha PT Perkebunan Nusantra III sehingga tercapai zero loss dan zero conflict serta untuk menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi kerakyatan sehingga tercapai pemerataan pembangunan. Masyarakat yang dimaksud disini adalah masyarakat dan lingkungan disekitar wilayah kerja PT Perkebunanan Nusantara III.

Bentuk badan usaha mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III antara lain adalah perorangan, Perusahaan Komanditer (CV) dan Koperasi. Ketentuan Usaha Kecil yang dapat dijadikan mitra binaan PTPN III Medan mengacu pada Kepmen No. Kep-236/MBU/2003 pasal 3 yaitu:

• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta


(61)

• Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000, - (satu milyar rupiah),

• Milik Warga Negara Indonesia

• Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang miliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah ataupun usaha besar

• Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,

atau badan usaha yang berbadan hokum, termasuk koperasi.

• Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun serta mempunyai

potensi dan prospek usaha untuk dikmbangkan.

Sedangkan bentuk modal kerja kemitraan adalah:

• Pinjaman adalah dana yang diberikan untuk meningkatkan usaha dengan

system pengembalian pokok bunga.

• Pinjaman khusus adalah bersifat jangka pendek maksimum 1 tahun, dimana

nilai pinjaman cukup material dalam rangka memenuhi pesanan rekanan usaha mitra binaan. Pinjaman dilakukan oleh tiga pihak yaitu antara mitra binaan, rekanan dan PT. Perkebunan Nusantara III.

• Hibah adalah dan yang digunakan untuk pembinaan mitra binaan dalam

rangka meningkatkan usahanya, terutama di bidang proses produksi, pemasaran, keuangan dan pengeolahan usahanya.

Beberapa acuan dan refrensi yang digunakan antara lain adalah :


(62)

 Struktur, sasaran, tugas dan proses bisnis.

 Kepmen BUMN No. Kep.236/MBU/2003.

 SE Kementrian BUMN No. SE-433/MBU/2003

 ISO 9000,ISO 14000 dan SMK 3

1. Mekanisme dan Prosedur Penyaluran

Mekanisme dan prosedur penyaluran pinjaman adalah sebagai berikut:

• Calon mitra binaan mengajukan proposal Permohonan Pinjaman Kredit

Lunak (PPKL) dengan dokumen/data kepada Kebun/unit sesuai dengan wilayahnya masing-masing. Data yang dimaksud antara lain:

 Penjelasan singkat tentang latar belakang kegiatan usaha yang

bersangkutan.

 Penjelasan singkat data keuangan usaha calon mitra binaan (Neraca

Rugi Laba).

 Penyerapan atau jumlah tenaga kerja

 Jumlah anggota dan penyerapan tenaga kerja khusus koperasi.

 Penggunaan dan besarnya pinjaman yang diajukan

Disamping itu proposal harus dilengkapi dengan persyaratan administrasi sebagai berikut:

 Nama dan alamat unit usaha calon mitra binaan

 Nama dan alamat pemilik atau pengurus unit usaha.

 Surat keterangan Kepala Des tentang keberadaan dan domisili usaha

atau koperasi dan KUD yang bersangkutan.


(63)

 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), jika ada

 Tanda Daftar Industri jika ada

 Akta pendirian usaha jika ada.

 Surat keterangan dari Kantor Dinas Kesehatan setempat (jika usaha

calon mitra binaan berbentuk produk makanan).

 Fotokopi rekening atau tabungan.

 Susunan pengurus khusus koperasi

 Bidang usaha.

 Foto lokasi usaha. Pas foto ukuran 4x6 (suami istri untuk perorangan

untuk perorangan dan ketua sekretaris dan bendahara untuk koperasi).

 Fotokopi kartu keluarga untuk perorangan.

 Fotokopi jaminan yang akan diagunan.

• Kebun/unit penerima proposal melakukan penelitian/survey kebenaran

data-data/dokumen dalam proposal, kemudian menyampaikan kepada distrik untuk dianalisa kelayakannya.

• Distrik menyampaikan hasil analisanya kebagian Kemitraan selanjutnya

dievaluasi dan diusulkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan. Proses penerimaan proposal,sampai penyaluaran pijaman dilaksanakan maksimal 3 bulan.

• Bagian keitraan menyiapkan kotrak penyaluran dana bantuan program

kemitraan yang ditandatangani oleh Direktur Keuangan sebagai pihak Mitra Binaan sebagai Pihak II (masing-masing memakai materai secukupnya) dan disertai dokumeen/data-data sebagai berikut:


(64)

 Surat pengakuan hutang dan jaminan oleh pihak II

 Jadwal angsuran pinjaman.

• Pendatanganan surat perjanjian/kotrak disahkan oleh Notaris dan

penyerahan jaminan oleh calon mitra binaan, yang selanjutnya diserahkan kepada bagian kemitraan dan distrik kemudian di distribusikan kepada kebun/unti.

• Penyerahan pinjaman dilakukan oleh Distrik Manajer (DM) setempat

disaksikan oleh Bagian Kemitraan dan Manajer Kebun/Unit yang didukung oleh beria acara penyerhan.

• Penyerahaan dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk Bilyet

Giro yang ditransfer ke rekening Tabungan calon mitra binaan masing-masing.

• Pembayaran cicilan pinjaman pokok dan bunga harus tepat waktu dari

tanggal 1 sampai dengan 10 tiap bulanya, langsung ke rekening PTP Nusantara III Bagian Kemitraan atau Kebun/unit sesuai wilayah kerja masing-masing.

• Hibah kepada mitra binaan dapat diberikan dalam bentuk:

 Bantuan pendidikan, pelatihan dan pemagangan.

 Bantuan pemasaran produk mitra binaan.

2. Analisa/evaluasi Calon Mitra Binaan.

Dalam rangka mengefektifkan penyaluran dana program kemitraan dibentuk tim analisa/evaluasi sendiri dari bagian Kemitraan dan distrik Manajer dengan komposisi sebagai berikut:


(65)

1. Penaggung jawab : Sumber Daya Manusia

2. Pengawas : Kepala Bagian KBL(3.10)

3. Ketua : 1. Distrik Manajer (DM)

: 2. Kaur. Analisa dan Pembinaan Bagian KBL.

4. Sekretaris : 1. Ka. Bidang Personalia dan umum DM

3 Asst. Analisa dan Asst. Pembinaan

Bagian KBL.

5. Anggota : 1. Staf bidang personalia/umum DM

2. 2 (dua) orang Karyawan Pelaksana DM

3. 2 (dua) orang karyawan pelaksana KBL.

3. Pembinaan dan Monitoring.

Pelaksanaan pembinaan dan monitoring dilakukan oleh Bagian Kemitraan, Distrik dan Kebun/Unit setempat yang meliputi:

• Pengembangan usaha (pendidikan, pelatihan, pemagangan, produksi,

promosi dan pemasaran).

• Administrasi keuangan

• Kelancaran pembayaran cicilan

Apabila terjadi permasalahan dalam pengembalian pinjaman oleh mitra binaan maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:


(66)

• Kurang Lancar

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga telah 1 (satu) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran anggsuran diberikan surat teguran pertama oleh Manajer Kebun/Unit yang ditandatagani oleh Distrik Manajer setempat.

• Ragu – ragu

Apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dan belum melampaui 360 (tiga ratus enam puluh) hari tanggal jatuh tempo pembayaran anggsuran diberikan surat teguran kedua oleh Manajer Kebun/Unit yang ditandatagani oleh Distrik Manajer setempat.

• Macet

Apabila terjadu keterlambatan pembyaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 (tiga ratus enam puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran diberikan surat peringatan I, II, III oleh Bagian Kemitraan yang ditanda tangani oleh Direktur Keuangan.

• Eksekusi Jaminan

Mengeksekusi jaminan mitra binaan dapat dilaksanakan setelah diadakan rapat tim DM/Kebun/Unit dan Bagian Kemitraan, kemudian memberitahukan secara tertulis kepada Direktur Keuangan untuk mendapat persetujuan dan selanjutnya membuat surat pemberitahuan tertulis kepada Pengadilan Negeri setempat. Terhadap kualitas pinjaman


(67)

kurang lancer, ragu-ragu dan macet dapat dilakukan usaha-usaha pemulihan sebagaimana diatur dalam Kepmen No. KEP-236/MBU/2003. Secara ringkas diagram alir program kemitraan dapat digambarkan sebaagai berikut:


(68)

Diagram Alir Program Kemitraan

1.

2.

Tidak layak Survey Layak Survey

3.

Tidak Layak Bina Layak Bina Sebagai Mitra Binaan

4.

5.

Sumber: Laporan Program Kemitraan Tahun 2011 Gambar 4.1

Permohonan & Proposal

Unit Program Kemitraan

Seleksi Adm. Registrasi & Analisa Proposal

Surat

Survey Analisa Hasil Survey Kelayakan

Pelaksanaan Kemitraan

Pemberian Pinjaman/Proses Penyaluran Kredit dan Pembinaan

Monitoring dan Evaluasi Peningkatan Pembinaan

Mitra Binaan Yang Mandiri Surat


(69)

4 Pelaporan

Bagian Kemitraan harus membuat laporan pelaksaan program kemitraan yang selanjutnya disampaikan kepada Mentri BUMN, Kordinator BUMN Pembina dan Direksi PT Perkebunan Nusantara III Medan.

Laporan yang dimaksud meliputi:

 Laporan Triwulan

 Laporan Semester

 Laporan Tahunan

5 Bagian Wilayah Kerja Kemitraan.

Pembagian Wilayah Kerja Distrik Manajer/General Manajer pelaksana Program Kemitraan secara umum meliputi wilayah Medan, Deli Serdang, Tebing Tinggi, Simalugun, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Karo, Asahan, Dairi, Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Madina, Tapanuli Tengah.

Sampai dengan Tahun 2011 PTPN III Medan telah melakukan pembinaan terhadap mitra binaannya, pembinaan tersebut antara lain meliputi:

• Pembinaan tanaman Kelapa Sawit Koperasi Pesantren;

 Darul Muhsinin-Labuhan Batu

 Roudatul Islamiyah-Labuhan Batu

 Darul Falah-Labuhan Batu

 Subulus Salam-Labuhan Batu


(70)

 Islamiyah, Tapsel

 Hubbul Waton-Tapsel

• Pembinaan teknis terhadap petani:

 Peternak bebek dan lebah

 Ternak sapi

 Ternak domba

• Pembinaan lain-lain.

 Pemagangan industry kecil

 Pelatihan manajemen usaha.

 Pelatihan teknis pengecoran logam

 Pameran, promosi.

 Studi kelayakan pengentasan kemiskinan desa pantai.

Berikut ini data jumlah penyaluran kredit, perkembangan mitra binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan, serta teaga kerja yang terserap oleh UKM Mitra Binaan mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2011


(1)

(2)

Lampiran

Regression Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Terhadap

Perkembangan UKM Mitra Binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Perkembangan Jumlah

Pendapatan 2.95E8 2.078E8 10

Jumlah Kredit 3.24E9 4.176E9 10

Tenga Kerja Yang terserap 643.90 222.737 10

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Tenga Kerja

Yang terserap, Jumlah Kredita

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Perkembangan Jumlah Pendapatan

Model Summaryb

Mode

l R

R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .917a .841 .795 9.407E7 .841 21.157 2 7 .000 1.513 a. Predictors: (Constant), Tenga Kerja Yang terserap, Jumlah

Kredit


(3)

Pendapatan Model

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig. 1 Regression 3.266E17 2 1.633E17 21.157 .000a

Residual 6.194E16 7 8.849E15

Total 3.885E17 9

a. Predictors: (Constant), Tenga Kerja Yang terserap, Jumlah Kredit b. Dependent Variable: Perkembangan Jumlah

Pendapatan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.602E8 1.253E8 -1.278 .242

Jumlah Kredit .013 .013 .270 1.067 .321

Tenga Kerja Yang

terserap 639761.787 236059.821 .686 2.710 .030 a. Dependent Variable: Perkembangan Jumlah Pendapatan

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 37747028.00 6.01E8 2.95E8 1.905E8 10

Residual -1.197E8 1.891E8 .000 8.296E7 10

Std. Predicted Value -1.352 1.604 .000 1.000 10

Std. Residual -1.272 2.010 .000 .882 10


(4)

Lampiran Kuisioner Skripsi

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN TERHADAP

PERKEMBANGAN UKM MITRA BINAAN PT PERKEBUNAAN

NUSANTARA III MEDAN

KUISIONER SKRIPSI

UKM Mitra Binaan PT Perkebunan Nusantara III Medan

Nama Pengusaha :

Nama Usaha :

Jenis Usaha :

Alamat :

A.

Pertayaan yang diberikan:

1.

Berapa Lama UKM ini telah berdiri

a.

≥ 10 tahun

b.

9 – 5 tahun

c.

≤ 4 tahun

2.

Kenapa UKM ini didirikan

a.

Sebagai mata pencaharian utama

b.

Sebagai mata pencaharian tambahan

c.

Lain-lain

3.

Berapa Jumlah Tenaga Kerja yang Terserap selama setahun

Tahun

Jawaban (Beri Tanda √)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Jumlah


(5)

4.

Berapa Jumlah Pendapatan Bersih UKM tiap tahun

Tahun

Jumlah Pendapatan Bersih

UKM Tiap Tahun

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Jumlah

5.

Berapa Banyak Alat Penunjang UKM

a.

≥ 10 buah

b.

9 – 5 buah

c.

≤ 4 buah

6.

Apakah ada kemajuan saat ini

a.

Ada

b.

Tidak

c.

Tetap

7.

Selain untuk usaha, untuk apa uang kredit tersebut digunakan

a.

Untuk kebutuhan rumah tangga

b.

Bayar uang sekolah anak

c.

Lain – lain


(6)

8.

Apakah pinjaman yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan

a.

Ya

b.

Tidak

9.

Keadan hasil Produksi UKM

Tahun

Keadaan Hasil Produksi UKM

Jawaban (Beri Tanda √)

Meningkat

Berkurang

Tetap

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Jumlah

10.

Bagaimana Pemanfaatan Pinjaman

a.

100% untuk pengembangan Usaha

b.

80% - 90% untuk pengembangan Usaha

c.

60% - 79% untuk pengembangan Usaha

d.

40% - 59% untuk pengembangan Usaha

e.

<

40%