PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR PERUSAHAAN TERHADAP PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA REJOSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR PERUSAHAAN

TERHADAP PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PTPN VII UNIT USAHA REJOSARI

KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh

Tati Musoleha

Penelitian ini ditujukan untuk meneliti (1) PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari, (2) persepsi masyarakat dan manajemen perusahaan terhadap PKBL, (3) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap PKBL. Penelitian dilakukan di Desa Rejosari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan metode survey dan dilakukan pada Bulan April sampai dengan Mei 2014. Responden adalah 84 kepala keluarga yang dipilih secara acak. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan (1) PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari diterapkan pada dua bidang yaitu ekonomi dan lingkungan yang diberikan langsung kepada sasaran program dengan penyebaran informasi melalui aparat desa dan karyawan; (2) persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari adalah cukup baik karena program yang diberikan dalam berbagai bentuk bantuan dinilai cukup bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Persepsi manajemen perusahaan terhadap PKBL adalah baik karena program yang diberikan dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan lingkungan; (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari adalah usia responden, tingkat pendidikan responden, dan tingkat pengetahuan responden. Faktor yang paling mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap PKBL adalah usia responden.


(2)

ABSTRACT

COMMUNITY’S PERCEPTION ON

PARTNERSHIP PROGRAM AND COMMUNITY DEVELOPMENT (PKBL) OFPTPN VII REJOSARI’S BUSINESS UNIT

AT NATAR SUBDISTRICT SOUTH LAMPUNG REGENCY

By

Tati Musoleha

This research is aimed at investigating: (1) PKBL of PTPN VII Rejosari’s

Business Unit, (2) community’s and company’s management perception to PKBL,

(3) the factors influencing community’s perception to PKBL. This research was conducted in Rejosari Village, Natar Subdistrict, South Lampung Regency. This research used survey method and it was conducted from April to May 2014. Respondents were 84 households chosen randomly. Data were analyzed by descriptive and path analysis. The results showed that (1) PKBL by PTPN VII Rejosari’s Business Unit applied to two sectors; economic and environmental. PKBL granted directly to the recipient and the dissemination of information

through the village officials and employees; (2) community’s perception of PKBL

by PTPN VII Rejosari’s Business Unit was good enough because the program

given in various forms of assistance that useful to community and the environment. Perception of the company's management on PKBL was good for helping and providing great benefits to community and the environment; (3) The

factors influencing community’s perception on PKBL by PTPN VII Rejosari’s

Business Unit were personal age, personal educational level, and personal knowledge level. The most influence factor of community’s perception on PKBL was personal age.


(3)

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR PERUSAHAAN

TERHADAP PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA REJOSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

TATI MUSOLEHA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memcapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

i RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Natar pada tanggal 22 April 1993 dari pasangan Bapak Fuadi dan Ibu Kanah. Penulis adalah putri kelima dari tujuh bersaudara. Penulis

menyelesaikan pendidikan di SDN 2 Rejosari tahun 2004, SMPN 1 Natar tahun 2007, SMAN 1 Natar tahun 2010. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PTPN VII Unit Usaha Rejosari pada tahun 2013. Penulis melakukan kegiatan KKN pada periode Januari-Februari 2013 di di Desa Tanjung Inten, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur. Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada beberapa mata kuliah, yaitu Sosiologi Pertanian, Teknologi Informasi dan Multimedia, Aplikasi Komputer, Komunikasi Bisnis, dan Pengantar Ilmu Ekonomi. Penulis pernah menjadi surveyor bidang Survei Pemantauan Harga (SPH) di Bank Indonesia Provinsi Lampung periode Desember 2013-Maret 2014. Penulis juga pernah berpartisipasi sebagai peserta pada kegiatan “Kunjungan Lapang ke PT. Sinar Kencana Inti Perkasa-Sinar Mas pada 3-6 September 2013” yang mengantarkan penulis menjadi anggota Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI).


(7)

i SANWACANA

Bismillaahirrohmaanirrohim.

Alhamdulillaahirobbill’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap

kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Sekitar Perusahaan Terhadap Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PTPN VII Unit Usaha

Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan” telah diselesaikan

dengan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan sumbangsih, nasehat, saran dan kritik yang membangun. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Tubagus Hasanuddin, M.S., selaku pembimbing pertama, atas bimbingan, masukan, arahan dan nasehat selama penulisan skripsi. 2. Indah Listiana, S.P., M.Si., selaku pembimbing kedua, yang senantiasa

memberikan bimbingan dan motivasi selama penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Sumaryo Gs., M.Si., selaku pembahas, yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi.


(8)

ii dalam penyelesaian skripsi.

5. Ir. Eka Kasymir, M.S., selaku Pembimbing Akademik (PA) atas bimbingan, saran dan arahannya selama menjadi mahasiswa Universitas Lampung. 6. Keluargaku tercinta, Ayahanda Fuadi, Ibunda Kanah, dan saudara-saudaraku

tersayang, yang telah memberikan kasih sayang, doa, nasehat dan dukungan dalam setiap keputusan.

7. Saudara dan saudari seperjuangan di kampus, Yuni, Teri, Susi, Meitri, Ita, Ayi, Devi, Rani, Ellis, Ike, Fitria, Nisya, Madu, Silvia, Andini, Annisa, Lina, Raisa, Ayu, David, Kholis, Maryadi, Hasan, Pram, Bara, Hendra, Altri, Cherry, Rija, Andika, Doni, Sinta, Vanessa, Wida, Jenny, Hani, Dwi, Nita, Huda, Septa, Ervina, Vega, Adel, Fitri, Ova, Asih, Tri Yunita, Rizky, Yoan, Debi, Ludi, Zale, Rizki dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Sahabat-sahabat penulis Trishara Anggrandani S.E., Fenda Amd. Kep., Vina Olivia Indraswati, dan M. Ridho Magribi S.Kom., yang selalu memberikan doa dan motivasi untuk penulis.

9. Sahabat seperjuangan selama praktik umum dan turun lapang Erisa Widyanti, yang telah memberikan bantuan materi, tenaga, motivasi dan waktu luang.

10. Kakak-kakak senior Mba Dedeh, Mba Yesika, Kak Rendy, Kak Edi, Kak Uja, dan Kak Rinal yang memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi.


(9)

iii 12. Keluarga kecil KKN penulis di Desa Tanjung Inten, Kecamatan Purbolinggo,

Kabupaten Lampung Timur.

13. Seluruh Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, atas semua ilmu yang telah diberikan selama Penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung. 14. Karyawan-karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Mba Iin, Mba

Ayi, Mas Bukhari, Mas Sukardi, dan Mas Boim, atas semua bantuan yang telah diberikan.

15. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi penulis berharap semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis


(10)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 11

C. Manfaat Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjuan Pustaka ... 13

1. Pemberdayaan Masyarakat ... 13

2. Persepsi ... 16

3. CSR ... 23

4. PKBL ... 27

5. Kajian Penelitian Terdahulu ... 30

B. Kerangka Pemikiran ... 33

C. Hipotesis ... 36

III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional ... 37

B. Metode Penelitian ... 39

C. Lokasi, Waktu, dan Sampel Penelitian ... 40

D. Metode Pengumpulan Data . ... 42

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 43

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 49

1. Variabel Pengetahuan ... 51


(11)

ii

1. Sejarah Desa Rejosari ... 56

2. Batas Wilayah ... 56

3. Keadaan Penduduk ... 57

B. Gambaran Umum PTPN VII Unit Usaha Rejosari ... 60

1. Sejarah Perusahaan ... 60

2. Letak Geografis ... 61

3. Kinerja Pengolahan dan Produktifitas Perusahaan ... 62

4. Komposisi Sumberdaya Manusia ... 63

5. Struktur Organisasi ... 64

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penerapan PKBL ... 66

1. PKBL Bidang Ekonomi ... 67

2. PKBL Bidang Sosial ... 69

3. PKBL Bidang Lingkungan ... 70

B. Deskripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat terhadap PKBL ... 72

1. Usia Responden ... 72

2. Tingkat Pendidikan Responden ... 73

3. Tingkat Pendapatan Responden ... 74

4. Jumlah Anggota Keluarga Responden ... 75

5. Tingkat Pengetahuan Responden ... 76

C. Deskripsi Persepsi Masyarakat dan Manajemen Perusahaan terhadap PKBL ... 77

1. Persepsi terhadap PKBL Bidang Ekonomi ... 79

2. Persepsi terhadap PKBL Bidang Sosial ... 80

3. Persepsi terhadap PKBL Bidang Lingkungan ... 82

D. Pengujian Hipotesis ... 83

E. Analisis Hubungan Antar Variabel Bebas ... 95

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107


(12)

i DAFTAR TABEL

Tabel ... Halaman 1. Jumlah usaha pertanian di Provinsi Lampung berdasarkan hasil

sensus pertanian 2013 ... 6

2. Jumlah KK di Desa Rejosari ... 42

3. Sampel Penelitian ... 44

4. Hasil uji validitas variabel pengetahuan ... 54

5. Hasil uji validitas variabel persepsi terhadap PKBL bidang sosial ... 55

6. Hasil uji validitas variabel persepsi terhadap PKBL bidang ekonomi ... 56

7. Hasil uji validitas variabel persepsi terhadap PKBL bidang lingkungan fisik ... 57

8. Keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Rejosari tahun 2013 ... 57

9. Keadaan sarana pendidikan di Desa Rejosari tahun 2013 ... 58

10. Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Rejosari tahun 2013 ... 59

11. Keadaan penduduk berdasarkan kepercayaan di Desa Rejosari tahun 2013 ... 60

12. Kinerja pengolahan kelapa sawit ... 62

13. Produksi TBS dan produktivitas (Kg/Ha) ... 62

14. Komposisi karyawan berdasarkan bidang kerja ... 63


(13)

ii

Rejosari ... 69

18. PKBL bidang lingkungan yang telah dilaksanakan PTPN Unit Usaha Rejosari ... 71

19. Sebaran responden berdasarkan usia ... 72

20. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal ... 73

21. Sebaran jumlah responden berdasarkan tingkat pendapatan per bulan ... 74

22. Sebaran jumlah responden berdasarkan jumlah anggota keluarga responden ... 75

23. Sebaran jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan responden ... 76

24. Persepsi terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari ... 78

25. Persepsi terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari bidang ekonomi ... 79

26. Persepsi terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari Bidang sosial ... 80

27. Tingkat Persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari bidang lingkungan ... 82

28. Hasil uji secara individual terhadap variabel pengetahuan (X5) ... 84

29. Hasil uji secara individual terhadap variabel persepsi (Y) ... 87

30. Hasil analisis Pearson Corelation mengguakan SPSS 16 ... 96

31. Kontribusi langsung dan tidak langsung variabel bebas terhadap variabel terikat ... 103

32. Rekapitulasi Data Responden ... 110

33. Rekapitulasi Data Tabulasi MSI Variabel X ... 113

34. Rekapitulasi Data Tabulasi MSI Persepsi Masyarakat terhadap PKBL (Variabel Y) ... 117


(14)

iii terhadap PKBL ... 121 37. Regression SPSS Version 16 Sub Struktur 1 ... 122 38. Regression SPSS Version 16 Sub Struktur 2 ... 123


(15)

i DAFTAR GAMBAR

Gambar ... halaman

1. Proses terjadinya persepsi ... 20

2. Kerangka Pemikiran Persepsi Masyarakat Terhadap Program CSR PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari ... 35

3. Diagram Analisis Jalur ... 46

4. Struktur Organisasi Unit Usaha Rejosari ... 65

5. Hasil regresi sub struktur 1 ... 93

6. Hasil regresi sub struktur 2 ... 95

7. Pengaruh variabel terikat dengan variabel bebas secara langsung dan tidak langsung ... 101


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tetentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan atau laba. Perusahaan juga memiliki tanggungjawab terhadap aspek sosial dan lingkungan sekitarnya dalam proses mendapatkan keuntungan.

Perusahaan berorientasi pada usaha memaksimalkan keuntungan ekonomis dituntut memiliki komitmen moral untuk mendistribusikan keuntungannya membangun masyarakat sekitar. Masyarakat tak sekedar menuntut

perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa, melainkan juga menuntut perusahaan untuk bertanggungjawab secara sosial terhadap masyarakat sekitar dan tanggungjawab terhadap lingkungan alam. Tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sangat diperlukan agar kelangsungan dan keberlanjutan perusahaan dapat terjamin (Hendrastuti, 2010).


(17)

Tanggungjawab perusahaan untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup wajib dilaksanakan atas dasar Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Pasal 22 Ayat (1) yang menetapkan bahwa “setiap usaha dan/atau kegiatan pembangunan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup)”. AMDAL merupakan kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan, yang menunjukkan bahwa kegiatan usaha tersebut sudah melakukan kajian yang mendalam sesuai dengan ketentuan yang berlaku, agar dikemudian hari kerusakan lingkungan dapat diprediksi dan diantisipasi lebih lanjut.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan memunculkan berbagai dampak negatif, disamping memberikan manfaat bagi stakeholder, seperti: membuka lapangan kerja, membayar pajak, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, dan sejenisnya. Dampak negatif (negative externalities) perusahaan memunculkan degradasi lingkungan (pencemaran, polusi udara, radisi, peningkatan penyebaran virus, dan lain-lain), yang berakhir pada munculnya masalah sosial (Norhadi, 2011). Perusahaan perlu mengingat dan


(18)

memperhatikan berbagai aspek sosial dan lingkungan. Salah satunya adalah dengan membina hubungan baik dengan berbagai tingkatan elemen

masyarakat. Hubungan baik ini dapat dibentuk dari adanya interaksi antar stakeholder dalam kaitannya dengan penyelenggaraan program CSR (Corporate Social Responsibility).

World Business Council on Sustainable Development (dalam Marnelly, 2012) mendefinisikan CSR adalah komitmen dari perusahaan untuk berperilaku dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, serta meningkatkan kualitas hidup karyawan, komunitas lokal dan masyarakat luas. Wacana tanggunjawab sosial perusahaan atau CSR yang telah menjadi isu sentral dan semakin populer bahkan ditempatkan pada posisi yang penting, sehingga menarik perhatian kalangan dunia usaha dan pihak-pihak terkait. Wacana tersebut juga mendapat respon dari berbagai perusahaan, tidak

sekedar mengikuti tren tanpa memahami esensi dan manfaat dari program CSR.

Rachman (2011) menyatakan bahwa dimensi CSR adalah triple bottom line (profit, people, dan planet). Paradigma sebelumnya bahwa aktivitas

perusahaan hanya dijalankan dalam dimensi tunggal yakni dimensi profit, dalam lingkungan bisnis yang makin berubah tidak lagi cukup untuk pengembangan perusahaan secara berkelanjutan. Perusahaan juga dituntut untuk peduli terhadap lingkungan sosial dan hayati. Program CSR yang sudah berjalan biasanya berupa pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, penghijauan hidup lingkungan hidup dan sebagainya.


(19)

Penerapan CSR di Indonesia merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Program CSR sudah mulai bermunculan di Indonesia setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Isi dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, Pasal 74 ayat (1) menyatakan

“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Pasal tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengatur kewajiban pelaksanaan CSR oleh perusahaan di Indonesia.

Upaya perusahaan menerapkan CSR memerlukan sinergi dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sebagai regulator diharapkan mampu berperan menumbuhkembangkan penerpan CSR, tanpa membebani perusahaan secara berlebihan. Pelaksanaan CSR disesuaikan dengan kemampuan masing-masing perusahaan dan kebutuhan masyarakat lokal. Peran masyarakat juga diperlukan dalam upaya perusahaan memperoleh rasa aman dan kelancaran dalam berusaha (Haliwela, 2011).

Tanggungjawab perusahaan terhadap kepentingan publik dapat diwujudkan melalui pelaksanaan program-program CSR yang berkelanjutan dan langsung menyentuh aspek kehidupan masyarakat. Realisasi program-program CSR merupakan sumbangan perusahaan secara tidak langsung terhadap penguatan modal sosial. Pengeluaran biaya untuk program-program CSR merupakan investasi perusahaan untuk memupuk modal sosial dalam rangka mendukung keunggulan perusahaan di mata stakeholder (Asyari, 2009).


(20)

Program CSR merupakan investasi jangka panjang bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan perusahaan, bukan lagi dilihat sebagai biaya melainkan sebagai sarana memperoleh keuntungan (Norhadi, 2011). CSR memiliki peran strategis bagi perusahaan yaitu sebagai bagian dari manajemen resiko khususnya dalam membentuk pengaman sosial. Program CSR

perusahaan juga dapat digunakan untuk membangun reputasinya, seperti meningkatkan citra perusahaan maupun para pemegang sahamnya, dan posisi merek perusahaan (Muhadjir dan Gita, 2011).

Ada empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan mengimplementasikan CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas. Kedua, perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap modal (capital). Ketiga, perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas. Keempat, perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan manajemen risiko (risk management)

(Hendrastuti, 2010).

Berdasarkan penelitian tahun 2013 oleh Bappeda banyak perusahaan di Provinsi Lampung telah menerapkan program CSR. Hasil penelitian menunjukkan 94,12% perusahaan yang beroperasi di Lampung telah menerapkan program CSR dan 100% responden perusahaan menyatakan setuju bahwa aktivitas CSR merupakan tanggungjawab sosial dan kepedulian terhadap lingkungan sosial selain memperoleh laba pada jangka panjang.


(21)

Perusahaan pertanian di Provinsi Lampung terbilang cukup banyak jumlahnya, mulai dari usaha pertanian rumah tangga hingga perusahaan berbadan hukum. Usaha pertanian rumah tangga adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, termasuk jasa pertanian. Perusahaan pertanian berbadan hukum adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan (Badan Pusat Statistik, 2013). Jumlah perusahaan pertanian yang berlokasi di Provinsi Lampung disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah usaha pertanian di Provinsi Lampung berdasarkan hasil sensus pertanian 2013

No. Kabupaten Rumah Tangga Perusahaan Lainnya

1 Lampung Barat 93.039 1 21

2 Tanggamus 102.566 10 1

3 Lampung Selatan 134.061 26 4

4 Lampung Timur 192.256 10 26

5 Lampung Tengah 232.933 21 12

6 Lampung Utara 95.263 13 20

7 Way Kanan 85.270 15 8

8 Tulang Bawang 63.309 7 -

9 Pesawaran 67.075 17 9

10 Pringsewu 54.677 2 2

11 Mesuji 38.469 6 -

12 Tulang Bawang Barat 48.975 1 8

13 Bandar Lampung 8.486 19 6

14 Metro 9.203 3 2

Jumlah 1.225.744 151 119


(22)

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah usaha pertanian di Provinsi Lampung sebanyak 1.225.744 dikelola oleh rumah tangga, sebanyak 151 dikelola oleh perusahaan pertanian berbadan hukum dan sebanyak 119 dikelola oleh selain rumah tangga dan perusahaan berbadan hukum. Jumlah usaha pertanian skala rumah tangga terbanyak di Kabupaten Lampung Tengah yaitu sebanyak 232.933 unit usaha. Jumlah usaha pertanian selain perusahaan dan rumah tangga terbanyak di Lampung Timur yaitu sebanyak 26 unit usaha. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum terbanyak berlokasi di

Kabupaten Lampung Selatan yaitu 26 perusahaan yang menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian.

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari adalah salah satu perusahaan di Kabupaten Lampung Selatan yang telah melaksanakan program CSR yang belokasi di Desa Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang agribisnis perkebunan kelapa sawit. Produk yang dihasilkan adalah Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit, serta hasil sampingan berupa serabut (sebagai bahan bakar boiler), tandan kosong, arang abu boiler, dan solid.

PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari telah menerapkan program CSR sebagai bentuk tanggungjawabnya terhadap

masyarakat dan lingkungan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). PKBL berbeda dengan CSR, dasar pelaksanaan PKBL adalah


(23)

Keputusan Menteri BUMN Nomor 236/MBU/2003 yang menyatakan bahwa setiap perusahaan memiliki kewajiban untuk memberdayakan dan

mengembangkan kondisi ekonomi, sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Program Kemitraan (PK) yaitu program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri, sedangkan Bina Lingkungan (BL) yaitu program untuk membentuk calon mitra binaan baru dan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat. Ruang lingkup Program Bina Lingkungan meliputi bantuan korban bencana alam, bantuan pendidikan dan/atau pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan sarana dan/atau prasarana, bantuan sarana ibadah, bantuan pelestarian alam.

PKBL merupakan bagian kecil dari implementasi CSR. Sebagian besar PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari yang dianggap sebagai program CSR-nya hanya memberikan bantuan material atau bantuan langsung tunai kepada masyarakat tanpa dibarengi proses bimbingan atau pelatihan yang dapat mengubah perilaku masyarakat sehingga nantinya mereka dapat mandiri dan tidak bergantung pada pihak lain. Bantuan yang diberikan hanya untuk memenuhi kebutuhan sesaat dan pelaksanaan bantuan langsung masih

bercirikan sumbangan, seperti program bantuan untuk anak yatim, janda, dan sebagainya. Program CSR seharusnya tidak hanya bersifat sumbangan seperti pada PKBL yang berpengaruh untuk jangka pendek saja, melainkan harus diikuti strategi pemberdayaan dengan harapan masyarakat menjadi mandiri.


(24)

Program-program PKBL sebaiknya dapat memberikan manfaat berkelanjutan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan dan demi kelangsungan hidup perusahaan. Manfaat program PKBL yang telah dilaksanakan dapat diketahui melalui proses evaluasi. Proses evaluasi ditujukan untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan program PKBL dan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan di masa yang akan datang. Proses evaluasi terhadap program PKBL perusahaan perlu melibatkan masyarakat yang menerima program. Salah satu keterlibatan masyarakat dalam proses evaluasi adalah dengan memberikan tanggapan dalam bentuk penilaian terhadap program PKBL yang telah dilaksanakan perusahaan.

Setiap orang akan memberikan penilaian terhadap hal-hal di sekitarnya setelah melalui sebuah proses yang disebut persepsi. Persepsi adalah proses

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Hal-hal telah dipelajari sebelumnya atau pengalaman-pengalaman masa lalunya bersama dengan hal-hal dari luar individu yang baru saja dipelajari, ditambah dengan hal-hal lain akan mempengaruhi persepsinya terhadap suatu obyek. Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Walgito, 2002).


(25)

Persepsi dapat digunakan untuk menyadari dan mengerti tentang keadaan lingkungan disekitarnya dan tentang keadaan diri individu yang bersangkutan. Persepsi individu memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Penilaian program PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari dalam penelitian ini akan dilihat dari persepsi masyarakat yang menerima program PKBL dan manajemen perusahaan yang terlibat dalam pelaksanaan program PKBL.

Persepsi masyarakat dan manajemen perusahaan terhadap program PKBL dalam proses evaluasi dapat memberikan penilaian yang bersifat positif atau negatif. Persepsi yang positif dari masyarakat memberikan gambaran bahwa program PKBL yang diberikan telah sesuai dengan kebutuhan. Persepsi yang negatif menggambarkan bahwa program PKBL yang dilaksanakan kurang sesuai dengan kebutuhan, seperti pada penelitian Kusnani (2013) mengenai persepsi masyarakat terhadap program CSR PT. PLN Sektor Pembangkitan Tarahan yang menunjukkan persepsi kurang baik terhadap program CSR karena program yang diberikan kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

PTPN VII Unit Usaha Rejosari perlu melakukan evaluasi kesesuaian program PKBL yang diberikan dengan kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk evaluasi untuk mengetahui kesesuaian program PKBL adalah dengan mengetahui persepsi masyarakat dan manajemen perusahaan terhadap program PKBL yang telah dilaksanakan. Hasil dari persepsi masyarakat dan manajemen perusahaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk perbaikan program PKBL perusahaan.


(26)

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka sangat menarik untuk meneliti tentang “Persepsi Masyarakat Sekitar Perusahaan Terhadap Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari” dengan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana penerapan program PKBL PT. Perkebunan Nusantara VII

(Persero) Unit Usaha Rejosari?

2. Bagaimana persepsi masyarakat dan manajemen perusahaan terhadap program PKBL PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari?

3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap program PKBL PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari?

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan mendeskripsikan program PKBL PT. Perkebunan

Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari di Desa Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

2. Mengetahui persepsi masyarakat dan manajemen perusahaan terhadap program PKBL PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat sekitar perusahaan terhadap program PKBL PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari.


(27)

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Perusahaan khususnya PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit

Usaha Rejosari dan perusahaan lainnya sebagai masukan dan informasi dalam pengembangan dan implementasi PKBL dan CSR dimasa yang akan datang.

2. Masyarakat sekitar perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari sebagai sarana untuk menambah wawasan mengenai program PKBL dan CSR.

3. Peneliti selanjutnya sebagai bahan pembanding atau pustaka untuk

penelitian sejenis dan memberikan informasi yang bermanfaat bagi semua elemen yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan masyarakat melalui program PKBL dan CSR.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pemberdayaan Masyarakat

Kata pemberdayaan dalam bahasa Indonesia diadaptasi dari bahasa Inggris yaitu empowerment. Empowerment dalam bahasa Inggris berasal dari kata

power” yang berarti daya atau kekuatan. Kartasasmita dalam Ramdhan

(2013) menjelaskan power dapat diartikan sebagai kekuasaan (seperti dalam executive power), atau kekuatan (seperti pushing power), atau daya (seperti horse power). “Power” dalam kata empowerment diartikan sebagai daya maka empowerment dapat diartikan sebagai pemberdayaan.

Definisi pemberdayaan yang dikemukakan para ahli sangat beragam disebutkan dalam Hadi (2013), yaitu:

a. Parsons, et al.

Pemberdayaan adalah suatu proses dimana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan


(29)

b. Ife

Pemberdayaan merupakan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.

c. Swift dan Levin

Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.

d. Rappaport

Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya.

Menurut Ramdhan (2013), konsep tentang pemberdayaan mengarah pada satu tujuan utama yaitu keberpihakan dan kepedulian dalam memerangi pengangguran, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan masyarakat, dengan cara membuat mereka untuk berdaya, punya semangat bekerja untuk membangun diri mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat meningkatkan potensi masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang mengarahkan masyarakat untuk mendapatkan daya dan kemampuan. Upaya pemberdayaan harus terarah dan ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalah dan sesuai kebutuhan.

Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan kegiatan terencana dan kolektif dalam memperbaiki kehidupan masyarakat yang dilakukan


(30)

melalui program peningkatan kapasitas orang, terutama kelompok lemah atau kurang beruntung (disadvantages groups) agar mereka memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya mengemukakan gagasan, melakukan pilihan-pilihan hidup, melaksanakan kegiatan

ekonomi, menjangkau dan memobilisasi sumber, serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial (Hendrastuti, 2010). Program-program pelatihan,

pemberian modal usaha, perluasan akses terhadap pelayanan sosial, dan peningkatan kemandirian dalam proses pemberdayaan diarahkan agar kelompok lemah tersebut memiliki kemampuan atau keberdayaan.

Tanggung jawab pemberdayaan masyarakat tidak hanya di pundak pemerintah saja tapi masyarakat sendiri dengan segala kekuatan dan potensi yang ada harus dikerahkan untuk menuju pemberdayaan. Upaya pemberdayaan masyarakat diberbagai bidang kegiatan seperti

pemberdayaan ekonomi rakyat dalam pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan pendidikan dilakukan terutama perusahaan-perusahaan besar. Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh

perusahaan merupakan program pengembangan aspek sosial ekonomi dan pengentasan kemiskinan, salah satu wujud kepedulian perusahaan dalam bersinergi dengan pemerintah dalam rangka memberdayakan masyarakat dikenal dengan Corporate Social Responsibilty (Su’adah, 2010).

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan masyarakat dijelaskan oleh Kartasasmita dalam Ramdhan (2013), yaitu:


(31)

a. Upaya pemberdayaan harus terarah (targetted), ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalah dan sesuai kebutuhan.

b. Program harus langsung mengikutsertakan dan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Hal ini bertujuan agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan mereka.

c. Menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dan juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara individu.

2. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga

merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Walgito, 2002). Persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi, sehingga seluruh aspek pribadi yang ada dalam diri individu ikut berperan aktif dalam persepsi itu. Persepsi dapat digunakan untuk menyadari dan mengerti tentang keadaan lingkungan disekitarnya dan tentang keadaan diri individu yang bersangkutan.


(32)

Pandangan yang bervariasi mengenai pengertian persepsi dikemukakan oleh para ahli seperti halnya dalam Mulyana (2005), yaitu:

1) Brian Fellows:

Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi.

2) Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken:

Persepsi adalah sarana yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling dan lingkungan kita.

3) Philip Goodarce dan Jennifer Follers:

Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan.

4) Rudolph F. Verderber:

Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi. 5) Joseph A. De Vito:

Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita.

Persepsi manusia terbagi menjadi dua yaitu, pesepsi terhadap objek (lingkungan Fisik) dan persepsi terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia atau sering juga disebut persepsi sosial lebih sulit dan lebih kompleks, karena manusia bersifat dinamis, sehingga persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu. Persepsi terhadap objek menanggapi sifat luar, sedangkan persepsi sosial menanggapi sifat-sifat luar dan dalam seperti perasaan, motif, harapan, dan sebagainya (Mulyana, 2005).


(33)

Persepsi terhadap objek bila dibandingkan dengan persepsi sosial, terdapat segi-segi persamaan disamping segi-segi perbedaan (Walgito, 2002). Adanya persamaan bila dilihat bahwa manusia atau orang itu dipandang sebagai benda fisik seperti benda-benda fisik lainnya yang terikat pada waktu dan tempat. Manusia itu semata-mata bukan hanya benda fisik, tetapi mempunyai kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki oleh benda fisik lainnya, maka hal ini akan membawa perbedaan antara mempersepsi benda-benda dengan mempersepsi manusia.

Persepsi yang dilakukan pada dirinya sendiri sebagai objek persepsi, disebut persepsi diri atau self perception (Walgito, 2002). Aktivitas dalam persepsi terdapat integrasi, sehingga segala sesuatu yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir, dan aspek lainnya akan ikut berperan dalam persepsi tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman dan kemampuan berfikir yang tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu yang satu dengan individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu bersifat individual.

b. Proses Persepsi

Kehidupan individu tidak dapat terlepas dari lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sejak individu dilahirkan, individu tersebut langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Sejak


(34)

itu pula individu menerima langsung stimulus atau rangsangan dari luar. Mengenali stimulus adalah persoalan yang berkaitan dengan persepsi. Stimulus yang mengenai individu sangatlah beragam, namun tidak semuanya dapat dipersepsikan. Individu secara umum hanya dapat memperhatikan suatu stimulus secara penuh. Peningkatan perhatian pada stimulus yang satu akan mengurangi perhatian pada stimulus lainnya (Mulyana, 2005).

Proses persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses pengalaman, cakrawala dan pengetahuan. Menurut Walgito (2002), proses persepsi diawali dengan proses penginderaan.

Penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Alat indra meliputi indra peraba, indra penglihat, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinya. Alat indra merupakan alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya.

Persepsi individu atau seseorang dapat terjadi apabila terdapat objek, situasi atau lingkungan, dan personal (Julijanti, 2008).

1) Obyek yaitu adanya stimuli atau peristiwa yang diamati atau yang dialami.

2) Situasi atau lingkungan yang mendukung.


(35)

Proses tersebut tidak berhenti disitu saja, stimulus yang mengenai individu kemudian diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf. Stimulus yang sampai di otak selanjutnya diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya. Proses selanjutnya merupakan proses persepsi sehingga sesuatu yang diindranya tersebut menjadi sesuatu yang berarti (Walgito, 2002).

Proses yang dilewati dalam persepsi yaitu proses fisik, proses fisiologi, dan proses psikologi (Sunaryo, 2002).

1) Proses fisik yaitu terdapat suatu objek yang menjadi stimulus kemudian diterima oleh reseptor atau alat indra;

2) Proses fisiologis meliputi stimulus yang diterima akan diteruskan ke saraf sensoris dan diterima oleh otak; dan

3) Proses psikologis yaitu proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima.

Proses persepsi oleh Sunaryo (2002) diilustrasikan seperti pada Gambar 1.


(36)

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor yang mempengaruhi individu mengadakan persepsi adalah faktor yang ada dalam individu itu sendiri, ini merupakan faktor internal. Faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam proses persepsi yaitu faktor stimulus dan faktor lingkungan dimana pesepsi itu

berlangsung, dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi (Walgito, 2002).

Persepsi sangat bersifat pribadi dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor personal. Seseorang sering kali melihat segala sesuatu atau suatu kejadian dengan cara yang berbeda walaupun dalam obyek yang sama. Persepsi yang muncul tergantung pada personalnya dan

lingkungan dimana orang tersebut berada (Julijanti, 2008).

Stimulus harus cukup kuat agar dapat dipersepsi, yaitu melampaui ambang stimulus (kekuatan stimulus yang minimal tetapi dapat

menimbulkan kesadaran dan dapat dipersepsi individu). Stimulus yang kurang jelas akan mengurangi ketepatan suatu persepsi. Keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang dari dua sumber yaitu yang berhubungan dengan segi jasmani dan psikologi. Pikiran, perasaan, kerangka acuan, pengalaman-pengalaman atau dengan kata lain keadaan pribadi orang akan berpengaruh pada proses persepsi (Walgito, 2002).


(37)

Tiga hal yang mempengaruhi persepsi dijelaskan oleh Rahmat dalam Julijanti (2008), yaitu:

1) Faktor Perhatian

Perhatian dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi perhatian adalah gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan. Faktor internal yang mempengaruhi perhatian diantaranya faktor biologis, faktor sosiopsikologis (kemampuan seseorang menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak), dan faktor sosiogenis (sikap, kebiasaan dan kemauan).

2) Faktor fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal. Persepsi tidak ditentukan dari jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang memberikan respon pada suatu stimuli.

3) Faktor Struktural

Faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek syaraf individu. Persepsi terhadap suatu objek dilakukan secara keseluruhan, sehingga untuk memahami suatu objek yang dipersepsi kita perlu melihat dalam berbagai aspek fisik maupun lingkungan yang melekat pada objek.


(38)

3. CSR

a. Pengertian CSR

World Business Council on Sustainable Development (WBCSD) lembaga internasional yang berdiri tahun 1955 dan beranggotakan 120 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara, memberikan pengertian CSR sebagai komitmen dari perusahaan untuk berperilaku dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, serta meningkatkan kualitas hidup karyawan, komunitas lokal dan masyarakat luas (Marnelly, 2012).

Muhadjir dan Gita (2011) mendefinisikan CSR sebagai komitmen dunia usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan

berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, peningkatan kualitas hidup dari karyawan serta peningkatan kualitas komunitas lokal dan

masyarakat secara lebih luas. Dedi (2012) menambahkan pengertian CSR sebagai suatu konsep bahwa organisasi khususnya perusahaan memiliki tanggungjawab terhadap saham, karyawan, konsumen, masyarakat, dan lingkungan yang berkaitan dengan operasional perusahaan.

CSR juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau konsep yang dilakukan perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap sosial dan lingkungan sekitar

perusahaan (Rachman, 2011). Contoh dari bentuk tanggungjawab yang dimaksud bermacam-macam, mulai dari melaksanakan kegiatan


(39)

peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemberian beasiswa,

pemeliharaan fasilitas umum, serta sumbangan untuk masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak.

CSR berkisar pada tiga hal pokok yaitu sukarela (voluntary), kedermawanan (filantropi), dan kewajiban (obligation) (Marnelly, 2012). Pertama, suatu peran yang sifatnya sukarela (voluntary) dimana suatu perusahaan membantu mengatasi masalah sosial dan lingkungan, dalam hal ini perusahaan bebas untuk melakukan atau tidak melakukan peran ini. Kedua, disamping sebagai institusi profit, perusahaan

menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kedermawanan (filantropi) yang tujuannya untuk memberdayakan sosial dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan eksploitasi. Ketiga, CSR sebagai bentuk kewajiban (obligation) perusahaan untuk peduli dalam mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan yang terus meningkat.

Sulistyaningtyas (2006) menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penyebab CSR menjadi begitu penting dalam lingkup organisasi, diantaranya adalah:

1) Adanya arus globalisasi yang memberikan gambaran tentang hilangnya garis pembatas diantara berbagai wilayah di dunia sehingga menghadirkan universalitas.


(40)

2) Konsumen dan investor sebagai public primer organisasi profit membutuhkan gambaran mengenai tanggung jawab organisasi terhadap isu sosial dan lingkungannya.

3) Sebagai bagian dalam etika berorganisasi, maka dibutuhkan

tanggung jawab organisasi untuk dapat mengelola organisasi dengan baik (good corporate governance).

4) Masyarakat pada beberapa negara menganggap bahwa organisasi sudah memenuhi standard etika berorganisasi, ketika organisasi tersebut peduli pada lingkungan dan masalah sosial.

5) Tanggung jawab sosial setidaknya dapat mereduksi krisis yang berpotensi terjadi pada organisasi.

6) Tanggung jawab sosial dianggap dapat meningkatkan reputasi organisasi.

b. Konsep CSR

Konsep CSR yang menjadi terobosan besar dalam perkembangannya adalah konsep “The Triple Botton Line” yang dikemukakan oleh John Elkington (1997) dalam Norhadi (2011). Konsep tersebut mengakui bahwa perusahaan perlu memperhatikan 3 P (profit, people, planet) agar kelangsungan dan keberlanjutan perusahaan dapat terjamin. Perusahaan bukan hanya mengejar keuntungan (profit), namun juga harus memberikan kontribusi kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian alam (planet). Konsep tersebut merupakan kelanjutan dari konsep pembangunan berkelanjutan yang telah


(41)

mengaitkan antara dimensi tujuan dan tanggungjawab, baik kepada shareholder maupun stakeholder.

Program CSR membutuhkan pemantauan dan evaluasi dalam rangka perbaikan di masa depan, dan sekaligus menentukan tingkat capaian kinerja aktivitas sosial yang telah dilakukan. Evaluasi pemantauan juga ditujukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan program serta apakah terdapat penyimpangan yang membutuhkan tindakan koreksi. Tujuan yang ingin dicapai dalam evaluasi pelaksanaan program CSR menurut Norhadi (2011), adalah:

1. Mengetahui masukan untuk perencanaan program atau kegiatan yang dilaksanakan.

2. Memperoleh berbagai bahan pertimbangan dalam rangka

pengambilan keputusan, layak atau tidak layak program CSR untuk dilanjutkan.

3. Memperoleh temuan untuk masukan dalam perbaikan program atau kegiatan yang sedang dilaksanakan.

4. Mengetahui hambatan dalam program yang sedang dilakukan. 5. Memperoleh rekomendasi dan pelaporan terhadap penyandang dana.

Efektivitas perencanaan dan evaluasi suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh adanya data-data program CSR dan nonprogram CSR yang

memungkinkan manjemen memperoleh informasi. Data yang diperoleh digunakan sebagai bahan analisis guna pengambilan keputusan


(42)

perusahaan. Semakin tinggi tingkat laba bersih sebuah perusahaan maka semakin tinggi pula dana yang dikeluarkan perusahaan untuk suatu program CSR dan semakin banyak pula program-program yang dibuat untuk kegiatan CSR. Efektifitas program CSR dipengaruhi oleh faktor penerima bantuan, faktor organisasi, dan faktor prioritas

kebutuhan (Irwanto, 2009).

4. PKBL

Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP.04/MBU/2007 menjelaskan kewajiban BUMN untuk melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan adalah program untuk

meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program Bina

Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN di wilayah usaha BUMN tersebut melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Program Kemitraan diberikan kepada usaha kecil yaitu kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan yang telah ditentukan. Usaha kecil yang mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan disebut dengan mitra binaan. Usaha kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.


(43)

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000. c. Milik Warga Negara Indonesia;

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar; e. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. f. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun serta

mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan.

Mitra Binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut:

a. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui oleh BUMN Pembina;

b. Menyelenggarakan pencatatan/pembukuan dengan tertib; c. Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati;

d. Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada BUMN Pembina

Dana Program Kemitraan bersumber dari:

a. Penyisihan laba setelah pajak sebesar 1 % (satu persen) sampai dengan 3 % (tiga persen);

b. Hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional;


(44)

Dana Program BL bersumber dari:

a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 1 % (satu persen); b. Hasil bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program BL.

Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk:

a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan;

b. Pinjaman khusus:

1) Untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan;

2) Perjanjian pinjaman dilaksanakan antara 3 (tiga) pihak yaitu BUMN Pembina, Mitra Binaan dan rekanan usaha Mitra Binaan dengan kondisi yang ditetapkan oleh BUMN Pembina.

c. Hibah (hanya diberikan kepada mitra binaan):

1) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan

produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian; 2) Besarnya dana hibah ditetapkan maksimal 20 % (duapuluh persen)

dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.

Dana Program BL digunakan untuk tujuan yang memberikan manfaat kepada masyarakat di wilayah usaha BUMN dalam bentuk bantuan korban bencana alam, pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan prasarana dan sarana umum serta sarana ibadah.


(45)

5. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Haliwela (2011) mengkaji tentang tinjauan hukum

tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR). Hasil penelitian menunjukkan praktik CSR di Indonesia belum menjadi perilaku yang umum, namun dalam abad informasi dan teknologi serta adanya desakan globalisasi, maka tuntutan terhadap perusahaan untuk menjalankan CSR akan semakin besar. Pelaksanaan CSR seharusnya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing perusahaan dan

kebutuhan masyarakat lokal. Program CSR idealnya dirumuskan bersama antara tiga pihak yang berkepentingan terlebih dahulu yakni pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat setempat, selanjutnya dilaksanakan sendiri oleh masing-masing perusahaan, karena masing-masing perusahaan memiliki karakteristik lingkungan dan masyarakat yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Muhadjir dan Gita Fitri (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan CSR terhadap persepsi nasabah bank dan dampaknya terhadap corporate image. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CSR memiliki hubungan yang sangat kuat, searah dan signifikan dengan persepsi nasabah bank. CSR memiliki hubungan yang kuat, searah, dan signifikan dengan Corporate Image bank. Persepsi nasabah memiliki hubungan yang kuat, searah dan signifikan dengan Corporate Image bank. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara CSR terhadap persepsi nasabah bank dan dampaknya pada Corporate Image. Pengaruh ini kuat jika melalui persepsi nasabah jika dibandingkan dengan pengaruh CSR terhadap


(46)

Corporate Image saja. Perusahaan diharapkan untuk terus

mempertahankan konsep program CSR mereka dan meningkatkan

komunikasi publiknya, sehingga upaya penyampaian program CSR untuk mengubah persepsi nasabah menjadi positif berhasil.

Kusnani (2013) melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap program CSR PT PLN Sektor Pembangkitan Tarahan Provinsi Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan program CSR oleh PT PLN hanya melibatkan sebagian masyarakat saja dan tidak seluruh masyarakat dapat menikmati hasil program serta program yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Persepsi masyarakat sekitar perusahaan terhadap penerapan program CSR PT PLN termasuk dalam klasifikasi kurang baik karena program yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan persepsi masyarakat sekitar perusahaan terhadap program CSR PT PLN yaitu umur, tingkat

pendidikan, tingkat emosi responden, jumlah anggota keluarga dan tingkat manfaat CSR. Jalur yang memberikan pengaruh terbesar dalam

pembetukan persepsi masyarakat terhadap program CSR yaitu jalur umur responden yang melalui tingkat emosi program CSR. Terjadi hubungan korelasi antara umur, tingkat pendidikan dan tingkat emosi dengan manfaat CSR serta hubungan korelasi antara umur dan jenis kelamin dengan tingkat emosi responden (Kusnani, 2013).


(47)

Fenny Hendrastuti (2010) mengkaji persepsi masyarakat terhadap program CSR PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. Tingkat persepsi penerima program terhadap program CSR PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk adalah filantropi dimana perusahaan hanya memberikan sumbangan yang

ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau kegiatan yang diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat. Masyarakat telah mengetahui tujuan, sosialisasi, pelaksanaan, manfaat dan dampak dari program CSR PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. Terdapat hubungan yang signifikan yaitu korelasi negatif antara usia dan tingkat pendidikan dengan persepsi penerima program terhadap program CSR PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. Terdapat hubungan yang signifikan yaitu korelasi positif antara jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan status sosial dengan persepsi penerima program terhadap program CSR PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk.

Oktaviana (2013) melakukan studi pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Pupuk Kalimantan Timur dalam usaha menciptakan kemandirian masyarakat. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa Program Kemitraan yang dilaksanakan PT. Pupuk Kalimantan Timur melalui program pinjaman modal usaha membuat masyarakat menjadi tergantung dengan bantuan tersebut. Ketergantungan tersebut muncul karena ada perubahan kondisi usaha ke arah yang lebih baik, mudahnya prosedur pengajuan pinjaman, rendahnya bunga pinjaman yang ditetapkan, jumlah pinjaman yang tergolong besar, dan lain-lain

menjadikan program pinjaman modal usaha dari PKBL sebagai tempat bertumpu dalam hal mendapatkan pinjaman modal usaha.


(48)

B. Kerangka Pemikiran

Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP.04/MBU/2007 mewajibkan BUMN untuk melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari merupakan salah satu BUMN yang telah melaksanakan PKBL. Bentuk Program Kemitraan dilakukan dalam bentuk (a) Pemberian pinjaman untuk modal kerja dan/atau pembelian Aktiva Tetap Produktif; (b) Pinjaman khusus bagi UMK yang telah menjadi binaan yang bersifat pinjaman tambahan dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha UMK Binaan; dan (c) Program pendampingan dalam rangka peningkatan kapasitas (capacity), sementara Bina Lingkungan (BL) sepenuhnya berupa bantuan langsung bidang sosial dan lingkungan.

Setiap orang akan memberikan penilaian terhadap hal-hal di sekitarnya setelah melalui sebuah proses yang disebut persepsi. Persepsi adalah suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Pikiran, perasaan, kerangka acuan, pengalaman-pengalaman, atau dengan kata lain pengetahuan orang yang mempersepsi akan berpengaruh pada persepsinya terhadap suatu objek (Walgito, 2002).

Hasil penelitian Hendrastuti (2010) menyatakan bahwa usia, tingkat pendidikan, dan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap persepsi individu. Kusnani (2013) menambahkan bahwa jumlah anggota keluarga, tingkat emosi, dan tingkat manfaat juga berpengaruh signifikan terhadap


(49)

persepsi. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi persepsi masyarakat (Y) dalam penelitian ini adalah usia (X1), tingkat pendidikan (X2), tingkat

pendapatan (X3), jumlah anggota keluarga (X4), dan pengetahuan (X5).

PKBL yang dilaksanakan oleh PTPN VII Unit Usaha Rejosari merupakan stimulus yang akan dipersepsikan oleh masyarakat sekitar dan manajemen perusahaan. Persepsi masyarakat akan digunakan untuk menilai PKBL dari sisi penerima program, sedangkan persepsi manajemen perusahaan digunakan untuk menilai PKBL dari sisi pelaksana program.

Program yang dilaksanakan dengan baik dan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat akan menimbulkan persepsi yang positif terhadap program tersebut. Program yang kurang memberikan manfaat akan menimbulkan persepsi yang kurang baik atau negatif terhadap program tersebut. Persepsi yang negatif terhadap PKBL perusahaan akan berpengaruh pada persepsi terhadap citra perusahaan dan mengancam eksistensi perusahaan dimasa yang akan datang.

Persepsi yang positif dari masyarakat maupun manajemen perusahaan diikuti dengan tingginya partisipasi masyarakat diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap keberhasilan PKBL. Tujuan akhir dari pelaksanaan PKBL adalah untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan sekitarnya sehingga tercipta kesejahteraan masyarakat. Kerangka pemikiran penelitian disajikan seperti pada Gambar 2.


(50)

Keterangan:

: Tidak diteliti

: Diuji dengan analisis jalur : Diuji dengan analisis deskriptif

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Persepsi Masyarakat Terhadap PKBL PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari.

Persepsi Terhadap Program PKBL (Y) a. Bentuk kegiatan PKBL b. Frekuensi pelaksanaan

PKBL

c. Sasaran PKBL d. Manfaat PKBL e. Fasilitas pendukung

PKBL

Manajemen Perusahaan

a. Jabatan/posisi di perusahaan b. Lama bekerja di perusahaan c. Jarak tempat tinggal dengan

perusahaan

Masyarakat Sekitar Perusahaan

a. Usia (X1)

b. Tingkat pendidikan (X2) c. Pendapatan (X3)

d. Jumlah anggota keluarga (X4) e. Tingkat pengetahuan terhadap

program CSR (X5)

Program PKBL PTPN VII (Persero) Unit Usaha Rejosari Partisipasi Masyarakat Keberhasilan Program PKBL Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Perusahaan Program Kemitraan Ekonomi:

a. Pinjaman modal usaha b. Pinjaman Khusus c. Hibah

Lingkungan:

a. Penghijauan

b. Pemeliharaan sarana umum Sosial: a. Sosial b. Kesehatan c. Pendidikan d. Keagamaan Bina Lingkungan


(51)

C. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah:

1. Terdapat pengaruh yang nyata baik secara langsung maupun tidak langsung antara usia dengan persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari.

2. Terdapat pengaruh yang nyata baik secara langsung maupun tidak langsung antara tingkat pendidikan dengan persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari.

3. Terdapat pengaruh yang nyata baik secara langsung maupun tidak

langsung antara tingkat pendapatan dengan persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari.

4. Terdapat pengaruh yang nyata baik secara langsung maupun tidak langsung antara jumlah anggota keluarga dengan persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari.

5. Terdapat pengaruh yang nyata baik secara langsung maupun tidak

langsung antara pengetahuan dengan persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari.


(52)

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

1. Variabel bebas yang diteliti meliputi:

a. Usia (X1), adalah usia responden dari awal kelahiran sampai pada saat penelitian dilakukan dan diukur dalam satuan tahun.

b. Tingkat pendidikan (X2), adalah pendidikan formal yang diselesaikan responden dan diukur dalam satuan tahun.

c. Pendapatan (X3), adalah jumlah penerimaan total rumah tangga responden yang diperoleh selama satu bulan dan diukur dengan satuan rupiah (Rp).

d. Jumlah anggota keluarga (X4), adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga responden yang masih hidup saat dilakukan penelitian.

e. Tingkat pengetahuan (X5), yaitu tingkat pengetahuan responden tentang PKBL yang telah dilaksanakan perusahaan, terdiri dari

pengetahuan terhadap jumlah program, bentuk bantuan yang diberikan, frekuensi pelaksanaan, waktu dan sasaran PKBL. Tingkat

pengetahuan diukur dengan menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban yang disesuaikan dengan pertanyaan dan diberi skor 1-4, selanjutnya dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah.


(53)

2. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat sekitar terhadap PKBL PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari. Persepsi diukur dengan mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai penilaian subjektif tentang bentuk, frekuensi, sasaran, manfaat, dan fasilitas pendukung pada pelaksanaan PKBL bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan.

a. Program Kemitraan (bidang ekonomi) merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Indikator yang digunakan adalah penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan program di bidang permodalan usaha.

b. Program Bina Lingkungan (bidang sosial) merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, tingkat pendidikan dan keagamaan masyarakat. Indikator yang digunakan adalah penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan program di bidang kesehatan, pendidikan dan keagamaan.

c. Program Bina Lingkungan (bidang lingkungan) adalah program yang bertujuan untuk melestarikan lingkungan dan sarana umum. Indikator yang digunakan adalah penilaian masyarakat terhadap pelaksanaan program di bidang penghijauan dan pemeliharaan sarana umum.

Pengukuran persepsi menggunakan skala likert, sehingga diperoleh data berskala ordinal pada kisaran 1-4 dengan alternatif jawaban sebagai berikut: 4 = Sangat Baik

3 = Baik

2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik


(54)

Penggolongan kategori dilakukan berdasarkan total skor yang diperoleh responden untuk setiap aspek yang diajukan pada kuesioner. Skor dari setiap aspek dikategorikan berdasarkan rumus:

Lebar Interval = Skor tertinggi − Skor terendah Kelas

Persepsi masyarakat terhadap PKBL diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu baik, cukup baik, dan kurang baik. Penentuan klasifikasi kelas menggunakan rata-rata. Rata-rata digunakan untuk melihat suatu data berada di sekitar mana diantara nila-nilai dalam suatu distribusi memusat.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Suyanto dan Sutinah (2005) menjelaskan metode penelitian survei adalah suatu metode penelitian dimana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel, melalui pertanyaan-pertanyaan, tertulis maupun lisan. Penelitian ini memberikan ciri khas yang ditunjukkan dari jumlah sampel (sasaran pengamatan) cukup besar, dan cara pengumpulan datanya yang dilakukan dengan menggunakan

perangkat kuesioner. Penelitian survei memiliki keuntungan, antara lain memberikan kemungkinan untuk pembuatan generalisasi dari populasi

penelitian yang relatif besar, sehingga metode survei adalah metode yang tepat untuk melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat.


(55)

C. Lokasi, Waktu, dan Sampel Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan satu-satunya desa yang berbatasan langsung dengan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari dan merasakan langsung pelaksanaan PKBL. Daerah sampel pada penelitian ini adalah Dusun Titirante Utara, Titirante Selatan, dan Banjar Utara Desa Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penentuan daerah sampel ini juga dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa ketiga dusun tersebut merupakan dusun yang paling dekat dan berbatasan langsung dengan perusahaan. Waktu pengambilan data primer dilaksanakan pada April-Mei 2014.

Tabel 2. Jumlah KK di Desa Rejosari

No. Nama Dusun Jumlah KK

1. Telogorejo Utara 95

2. Telogorejo Selatan 105

3. Titirante Selatan 172

4. Titirante Utara 223

5. Banjar Selatan 121

6 Banjar Utara 142

7. Implasment 151

8. Kertosari 142

Total 1.151

Sumber: Data Profil Desa Rejosari, 2013.

Jumlah sampel penelitian ditentukan berdasarkan rumus Yamane dalam Kuncoro (2008), yaitu:


(56)

= �

� 2+ 1

Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

Jumlah KK pada ketiga dusun (Dusun Titirante Utara, Titirante Selatan, dan Banjar Utara) adalah 537. Maka total sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut.

= 537 537(0,1)2+ 1

n = 84,30 ≈ 84 KK.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode proportional random sampling yaitu pengambilan sampel dengan menetapkan jumlah tergantung besar kecilnya sub populasi atau kelompok yang akan diwakilinya (Mardikanto, 2006 dalam Hendrastuti, 2010).

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode proporsional random sampling dengan rumus sebagai berikut.

�� =�

� × dimana :

Ni : Jumlah sampel pada masing-masing dusun Nk : Jumlah populasi dari masing-masing dusun n : Jumlah responden yang diambil (84) N : Jumlah populasi


(57)

Tabel 3. Sampel Penelitian.

No. Nama Dusun Jumlah KK Jumlah Sampel (KK)

1. Titirante Utara 223 35

2. Titirante Selatan 172 27

3. Banjar Utara 142 22

Total 537 84

Sumber: Analisis Data Primer, 2013.

Penentuan sampel untuk persepsi manajemen perusahaan dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu karyawan PTPN VII Unit Usaha Rejosari yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL. Berdasarkan kegiatan pra survey yang telah dilakukan maka diketahui terdapat enam karyawan yang terlibat

langsung dalam PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari, yang terdiri dari Sinka Kemitraan, Kepala Krani dan Krani Bagian Umum, Sinder QC, Sinder

Tanaman, dan Mandor besar.

D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dengan cara wawancara terstruktur menggunakan kuesioner sebagai alatnya, meliputi identitas responden, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah anggota keluarga, pengetahuan responden terkait CSR dan PKBL, serta persepsinya terhadap PKBL PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari sumber kedua, yaitu dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini, dengan cara mencatat langsung data yang bersumber dari dokumentasi yang ada.


(58)

Teknik pengumpulan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1. Wawancara tatap muka.

Teknik ini digunakan untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang sudah disiapkan untuk mengumpulkan data primer maupun data sekunder yang diperoleh dari responden maupun pihak yang berkepentingan.

2. Pencatatan

Teknik ini dilakukan melalui pencatatan data yang diperlukan baik dari responden maupun dari instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitiatif (tabulasi) digunakan untuk menganalisis tingkat

penerapan PKBL perusahaan dan tingkat persepsi masyarakat dan manajemen perusahaan terhadap PKBL perusahaan. Tahap tabulasi merupakan tahap kegiatan yang bertujuan menyusun data-data yang diperoleh dari lapangan ke dalam tabel yang telah ditentukan dari beberapa klasifikasi. Pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur (Path Analysis), yaitu pengujian pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2008).

Path Analysis (analisis jalur) didasari atas ketidakjelasan hubungan antar variable yang diteliti, sehingga teknik analisis jalur ini digunakan untuk menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien


(59)

jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antara variabel eksogen terhadap variabel antara dan dampaknya kepada variabel endogen. Salah satu syarat penggunaan analisis jalur (Path Analysis) adalah jenis data yang akan di analisis minimal skala interval. Teknik transformasi data ordinal menjadi data interval yang paling sederhana adalah dengan menggunakan MSI (Method of Successive Interval). Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval dijelaskan oleh Kuncoro (2008) sebagai berikut:

1. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan.

2. Menentukan frekuensi skor.

3. Membagi setiap frekuensi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.

4. Menentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor.

5. Menggunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

6. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan Tabel Tinggi Densitas).

7. Menentukan nilai skala dengan menggunakan rumus: NS = � � � � �� � − (� � � � �� � )

� � �� � − � � �� �

8. Menentukan nilai transformasi dengan rumus: Y = NS + [ 1 + | NSmin |]

Pengujian hipotesis dengan analisis jalur (Path Analysis) menggunakan program SPSS versi 16. Data yang diperoleh, dianalisis sehingga didapat


(60)

koefisien regresi untuk memprediksi seberapa besar pengaruh masing-masing variabel. Pada diagram jalur digunakan pengaruh langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung berarti bahwa variabel bebas mempengaruhi secara

langsung variabel terikat, sedangkan pengaruh tidak langsung berarti bahwa variabel bebas mempengaruhi variabel terikat melalui variabel bebas lainnya. Variabel-variabel dalam penelitian adalah:

Y : Persepsi masyarakat terhadap PKBL X1 : Usia responden

X2 : Tingkat pendidikan responden X3 : Pendapatan responden

X4 : Jumlah anggota keluarga responden X5 : Tingkat pengetahuan responden

Langkah-langkah dalam menguji path analysis, menurut Kuncoro (2008), adalah sebagai berikut.

1. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural.

Hipotesis dan persamaan struktural dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan pengetahuan tentang pelaksanaan PKBL mempengaruhi persepsi

masyarakat terhadap PKBL PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari baik secara langsung maupun tidak langsung. Persamaan struktural dalam penelitian ini dapat dirumuskan:


(61)

Keterangan:

pyx1 X1 : koefisien jalur X1 (usia)

pyx2 X2 : koefisien jalur X2 (tingkat pendidikan) pyx3 X3 : koefisien jalur X3 (pendapatan)

pyx4 X4 : koefisien jalur X4 (jumlah anggota keluarga) pyx5 X5 : koefisien jalur X5 (pengetahuan)

py e : nilai residu

2. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi. Koefisien jalur diperoleh dari hasil regresi SPSS versi 16 dan hubungan jalur dibuat berdasarkan hipotesis yang ada. Koefisien path ditunjukkan oleh output coefficient yang dinyatakan sebagai nilai beta. Hubungan struktural variabel X dan variabel Y dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Analisis Jalur

Gambar 3 menunjukkan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung antara variabel bebas dengan variabel terikat. Secara rinci

Pyx1

Pyx5

Pyx4

Pyx3

py

Usia (X1)

Tingkat Pendidikan (X2)

Pendapatan (X3)

Jumlah Anggota Keluarga (X4)

Pengetahuan (X5)

Persepsi (Y) e

Pyx2 R23 R15 R45 R25 R43 R13


(62)

gambar tesebut juga menunjukkan dugaan terjadinya korelasi antar variabel bebas. Korelasi yang mungkin terjadi yaitu:

a) Korelasi antara variabel usia dengan tingkat pendapatan (R13), dengan

asumsi bahwa seseorang yang masih berusia produktif (muda) akan memperoleh pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang berusia lanjut (tua).

b) Korelasi antara variabel usia dengan pengetahuan tentang PKBL (R15), dengan asumsi bahwa usia responden akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang tentang pelaksanaan PKBL. Seseorang yang berumur muda akan lebih aktif dalam mencari informasi dibandingkan seseorang berumur tua.

c) Korelasi antara variabel tingkat pendidikan dengan pendapatan (R23), dengan asumsi bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi karena memiliki keahlian yang lebih baik dalam bekerja sehingga dapat memperoleh pendapatan lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang pendidikannya lebih rendah.

d) Korelasi antara variabel tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang PKBL (R25), dengan asumsi bahwa seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan memiliki pengetahuan tentang PKBL yang lebih sedikit dibandingkan dengan seseorang pendidikan tinggi. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi lebih aktif dan kritis dalam mencari informasi tentang pelaksanaan PKBL sehingga


(63)

memiliki pengetahuan yang luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah.

e) Korelasi antara variabel jumlah anggota keluarga dengan pendapatan (R43), dengan asumsi bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin besar pendapatan yang diperoleh karena tenaga kerja dalam keluarga akan semakin banyak.

f) Korelasi antara variabel jumlah anggota keluarga dengan pengetahuan tentang PKBL (R45), dengan asumsi bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka semakin banyak pula sumber informasi mengenai pelaksanaan PKBL dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga yang lebih sedikit.

3. Pengujian secara simultan (keseluruhan).

Uji secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut. Ho : pyx1 = pyx2= ….. = pyxk ≠ 0

Ha : pyx1 = pyx2= ….. = pyxk = 0

Hipotesis dalam bentuk kalimat:

Ho : Variabel bebas berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap variabel terikat.

Ha : Variabel bebas tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap variabel terikat.

Pengujian kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur secara simultan (keseluruhan) menggunakan uji F. Signifikansi dan hasilnya diinterpretasikan sesuai dengan hasil komputasi analisis SPSS versi 16.


(64)

4. Pengujian secara parsial (tunggal).

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik berikut.

Ho : pyxk > 0 Ha : pyxk = 0

Hipotesis dalam bentuk kalimat:

Ho : variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat. Ha : variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

Untuk menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur secara parsial (tunggal) digunakan uji t. Signifikansi dan hasilnya

diinterpretasikan sesuai dengan hasil komputasi analisis SPSS versi 16.

Pengujian signifikansi menggunakan program SPSS versi 16, dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau (sig<0,05), maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya signifikan. b. Jika nilai signifikansi lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas

0,05 atau (sig ≥ 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya tidak signifikan.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan guna mengetahui apakah pernyataan yang diajukan pada kuesioner sah atau tidak. Uji validitas dilakukan terkait keakuratan instrumen penelitian. Pengujian dilakukan melalui pengukuran korelasi


(65)

antara item pernyataan dengan skor total variabel. Banyaknya responden untuk uji coba instrumen disarankan 20-30 orang responden. Validitas ditentukan berdasarkan formula tertentu, diantaranya koefisien korelasi Product Moment dari Karl Pearson, yaitu (Abdurrahman, 2007):

ℎ� �= ( � �)−( �) ( �)

{ . 2−( )2} { . 2−( )2}

Keterangan:

r hitung : koefisien korelasi � : jumlah skor item

� : jumlah skor item n : jumlah responden

Reliabilitas merupakan pengujian alat pengumpul data yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hail suatu pengukuran dapat dipercaya. Perlu diperhatikan bahwa suatu pengukuran mungkin reliabel tapi tidak valid, tetapi suatu pengukuran tidak bisa dikatakan valid bila tidak reliabel. Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah Koefisien Alfa Cronbach, yaitu (Abdurrahman, 2007):

11 = −

1 1− ��2

�2 Rumus varians = �2 =

2( )2 �

� Keterangan:

r11 : reliabilitas instrument atau koefisien alfa k : banyaknya bulir soal


(1)

65 Manajer

Sinder Quality Control Sinder Afdeling I Sinder Teknik

Sinka TUK

(Tata Usaha dan Keuangan) Sinka Kemitraan

Sinka TP

(Teknik dan Pengolahan) Sinka Tanaman

Sinder Afdeling I

Sinder Afdeling I

Sinder Afdeling I

Sinder Afdeling I

Sinder Pengolahan II Sinder Pengolahan I

Sinder Kemitraan

Mandor Kemitraan

Krani Kemitraan Krani Kemitraan

Krani Kemitraan

Sinder TUK

Sinder SDM dan Umum


(2)

104

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Program PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari diantaranya adalah

a. Di bidang ekonomi terdapat Program Kemitraan yang bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi rakyat dengan memperluas kesempatan berusaha di usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan memberikan pinjaman modal (uang).

b. Di bidang sosial diantaranya program pendidikan (beasiswa), kesehatan (sunatan masal, KB gratis, dan PMTAS), dan keagamaan (bantuan pembangunan masjid).

c. Di bidang lingkungan fisik yaitu pemeliharaan sarana umum

(pengerasan jalan) dan pelestarian lingkungan (pembagian bibit pohon gratis).

2. Persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari termasuk dalam klasifikasi cukup baik karena program yang diberikan dalam berbagai bentuk bantuan dinilai cukup bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar, namun belum merata. Persepsi manajemen perusahaan terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari termasuk


(3)

3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari adalah usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pengetahuan. Jalur yang memberikan pengaruh terbesar dalam pembentukan persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari yaitu jalur usia yang melalui tingkat pengetahuan tentang PKBL dengan nilai jalur sebesar 0,437 (43,7%).

B. Saran

Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah: 1. Perusahaan sebaiknya membentuk divisi khusus yang menangani PKBL

dan melakukan analisis kebutuhan terlebih dahulu kepada daerah sasaran agar program yang dilaksanakan bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga memunculkan persepsi yang baik dari masyarakat. Perusahaan juga perlu memperhatikan faktor usia dalam pelaksanaan PKBL dan melibatkan masyarakat pada proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi program agar terciptanya masyarakat yang partisipatif untuk mendukung keberhasilan PKBL dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

2. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pelaksanaan PKBL dapat ditingkatkan melalui sosialisasi dari karyawan dan aparat desa yang menjadi perantara pelaksanaan PKBL. Masyarakat juga diharapkan lebih aktif berpartisipasi dari proses perencanaan hingga evaluasi PKBL.


(4)

106

3. Sebesar 32% persepsi masyarakat terhadap PKBL PTPN VII Unit Usaha Rejosari dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Saran yang diajukan adalah perlu dilakukan penelitian sejenis dengan melibatkan variabel-variabel lain selain variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini seperti tingkat interaksi masyarakat dengan karyawan dan interaksi masyarakat dengan aparat desa sebagai sumber informasi mengenai PKBL perusahaan.


(5)

Abdurrahman, Maman dan Sambas Ali M. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Pustaka Setia. Bandung.

Asyari, Hasan. 2009. Implementasi Corporate Social Reponsibility (CSR) sebagai modal sosial pada PT Newmont. Tesis Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro. Semarang.

Badan Pusat Statistik. 2013. Sensus Pertanian 2013. www.bps.go.id. Diakses 7 Desember 2013 Pukul 21.00 WIB.

Bappeda Provinsi Lampung. 2013. Corporate Social Responsibility (CSR) di Provinsi Lampung. www.bappeda.lampungprov.go.id.

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Departemen RI. Jakarta.

Hadi, Agus P. 2013. Konsep Pemberdayaan partisipasi dan Kelembagaan dalam Pembangunan. Jurnal Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA). Haliwela, Nancy S. 2011. Tinjauan Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

(Corporate Social Responsibility/CSR). Jurnal Sasi Vol. 17 No. 4. Hendrastuti, Fenny. 2010. Persepsi Penerimaan Program Terhadap Program

Corporate Social Responsibility (CSR) PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Hendrianto, 2013. Cegah Konflik Perusahaan Diminta Peduli Warga Kuansing. http://www.riauterkini.com. Diakses 7 Desember 2013 Pukul 20.00 WIB. Irwanto, A. Kohar dan Angga Prabowo. 2009. Kajian Efektivitas Program

Corporate Social Responsibility (CSR) Yayasan Unilever Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Halaman 99-110.

Julijanti, Nany. 2008. Persepsi Masyarakat Terhadap Program-Program Corporate Social Responsibility PT. Aqua Golden Mississippi. Tesis Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(6)

108

Kuncoro, Engkos Achmad dan Riduwan. 2008. Cara Menggunakan dan memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Alfabeta. Bandung.

Kusnani, D. Kurniasih. 2013. Persepsi Masyarakat Terhadap Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT PLN Sektor Pembangkitan Tarahan Provinsi Lampung. JIIA, Vol. 1 No. 2, 140-148.

Marnelly, T. Romi. 2012. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teori dan Praktek di Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis, Vol. 2 No. 2, 49-59. Muhadjir dan Gita F.Q. 2011. Pengaruh Penerapan Corporate Social

Responsibility Terhadap Persepsi Nasabah Bank dan Dampaknya Terhadap Corporate Image. Journal The Winners, Vol 12 No. 2, 180-195.

Mulyadi D., Hersona S., dan Devis L. 2012. Analisis Pelaksanaan Corporate Social Responsibility/CSR Pada PT Pertamina Gas Area JBB Distrik Cilamaya Bagi Masyarakat. Jurnal Manajemen Vol. 09 No. 4.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Norhadi. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu. Yogyakarta. Oktaviana, H. 2013. PKBL PT. Pupuk Kalimantan Timur. Jurnal Departemen

Sosiologi, Universitas Airlangga.

Rachman, Nurdizal M., Asep Efendi., dan Emir Wicaksana. 2011. Panduan Lengkap Perencanaan CSR. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ramdhan, R. 2013. Analisis Aktivitas Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Minat Baca Pada Komunitas Insan Baca. Jurnal.

Su’adah. 2010. Pemberdayaan Masyarakat Lokal Melalui Program Corporate

Social Reponsibility. Jurnal FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, Vol. 13 No. 2.

Sulistyaningtyas, I. D. 2006. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Program Kampanye Sosial. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 3 No. 1, 63-76.

Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk Keperawatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Suyanto, B. dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial (Berbagai Alternatif

Pendekatan). Prenada Media. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Analisis Sistem Pemberian Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Di Medan Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (pkbl) PT. Perkebunan Nusantara III (persero)

0 40 89

Pengaruh Piutang Program Kemitraan &amp; Bina Lingkungan (PKBL) terhadap Biaya Operasional PTPN II (PERSERO) Medan

9 102 96

Evaluasi Kinerja Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

5 119 112

ANALISA PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PTPN VII PERSERO) DALAM PERSFEKTIF ETIKA BISNIS PERUSAHAAN

0 9 19

POLA KEMITRAAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG DENGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) (Studi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PengrajinKeripik di Sentra Industri Keripik Jalan Pagar Alam Bandar Lampung)

4 59 154

Analisis Nilai Tambah dan Kapasitas Produksi Agroindustri Pengolahan Kelapa Sawit (CPO) pada PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

17 51 72

KEBUTUHAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PTPN VII UNIT USAHA REJOSARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

2 21 95

STRATEGI PROGRAM KEMITRAAN PTPN VII UNIT USAHA KEDATON DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UKM MASYARAKAT DI DESA REJOSARI NATAR LAMPUNG SELATAN

0 3 111

Peranan Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus:PT. Perkebunan Nusantara IV, Unit Usaha Gunung Bayu)

0 1 9

Analisis Sistem Pemberian Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Di Medan Pada Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (pkbl) PT. Perkebunan Nusantara III (persero)

0 0 10