Teknik Modelling Kajian Pustaka 1. Terapi Behavior

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id b. Tujuan Teknik Modelling Perilaku model bertujuan untuk membentuk perilaku baru pada klien dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk, sebagaimana perilaku yang diharapkan. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada konseli tentang perilaku role model, selain itu modeling juga dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau model-model lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. 40 Jadi dapat disimpulkan tujuan teknik modeling adalah sebuah teknik yang dapat merubah tingkah laku konseli dengan mengamati model agar konseli mendapatkan perilaku baru yang diinginkan dan agar konseli memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. c. Unsur utama dalam Teknik modelling Menurut teori belajar sosial, perbuatan dilihat dengan menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara terperinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam empat tahap berikut: 1 Perhatian attention Subyek harus memperhatikan tingkah laku role model untuk mempelajarinya, subyek memberi perhatian terhadap beberapa asek diantaranya yaitu pada aspek nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki model. Contohnya: seorang pemain music yang tidak percaya 40 Faizah Noer Laela, Bimbingan Konseling Sosial, Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, hal 57. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id diri meniru tingkah laku pemain music terkenal. Akibatnya, ia tidak menunjukkan gayanya sendiri dengan kata lain ia tidak menjadi dirinya sendiri. 2 Mengingat retention Subyek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Dengan cara ini, subyek dapat melakukan peristiwa itu kelak apabila diperlukan atau dinginkan. Kemampuan menyimpan informasi merupakan bagian penting dari proses belajar. 3 Reproduksi gerak reproduction Setelah mengetahui atau mempelajari suatu tingkah laku, subyek juga dapat menunjukkan kemampuanya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi, setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang dimintanya. Praktik lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan ketrampilan. 4 Motivasi Motivasi juga perlu dalam pemodelan Albert bandura karena penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan. 41 41 Adang Hambali, ujam jaenudin, Psikologi Kepribadian lanjutan studi atas teori dan tokoh psikologi kepribadian Bandung: Pustaka setia, 2013, hal. 159-160. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id d. Macam-macam Teknik Modelling Dalam teknik modeling terdapat tipe model yang dapat digunakan diantaranya : 1 Model hidup live model Model hidup merupakan model yang dapat mengajarkan tingkah laku yang sesuai dan mengajarkan ketrampilan-ketrampilan sosial. Contohnya guru, keluarga atau terapis itu sendiri. 2 Model simbolik symbolic model Model simbolik tingkah laku model ini di tunjukan dengan vidio, foto, dan biografi. Model yang memiliki kesamaan dengan klien akan memudahkan klien untuk meniru perilaku yang di inginkan. 3 Penokohan ganda multiple model Terjadi dalam kelompok, seorang anggota mengubah sikap dan mempelajari sikap baru setelah mengamati anggota lain bersikap. 42 Teknik modeling ini di kembangkan oleh Albert Bandura yang terkenal dengan teori sosial belajar social learning theory 43 . Dari beberapa teknik Behavior diatas, semuanya bertujuan merubah perilaku yang salah sesuai dengan proses, perubahan ini selalu melibatkan unsur-unsur kognisi pemikiran, afeksi perasaan, konasi 42 Gantina Komalasari, Teori dan teknik konseling,Jakarta: PT Indeks,2011, hal 179. 43 Singgih D. Gunarsa, konseling dan psikoterapi, Jakarta: gunung mulia 2000. Hal 222. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kehendak, aksi tindakan. Hal tersebut kemudian akan mengubah tingkah laku lama yaitu dengan meniru tingkah laku model yang tidak diterima sosial akan memperkuatmemperlemah tingkah laku. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Modeling dengan tipe model simbolik. Dimana peneliti memperlihatkan biografi seseorang sebagai contoh perilaku yang diharapkan atau yang diinginkan dan yang menjadi pemodel dari penelitian ini adalah biografi Kunting nama samara. e. Prinsip-prinsip Modelling Berikut merupakan prinsip-prinsip yang harus terdapat dalam teknik modeling: 1 Belajar bisa melalui pengalaman langsung maupun tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensinya. 2 Kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati den mencontoh tingkah laku model yang ada. 3 Reaksi- reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan mengamati orang lain yang mendekati obyek atau situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang dilakukannya. 4 Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. 5 Status kehormatan sangat berarti. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 6 Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontohkan tingkah laku model. 7 Modelling dapat dilakukan dengan model symbol melalui film dan alat visual lainnya. 8 Pada konseling kelompok terjadi model ganda karena peserta bebas meniru perilaku pemimpin kelompok atau peserta lain. 9 Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi perilaku. Dari prinsip-prinsip diatas bisa disimpulkan modelling adalah suatu teknik dengan melalui belajar dan mengamati model guna membantu konseli membentuk perilaku baru dengan mencontoh pemodel baik itu polah berfikir atau tingkah laku yang telah dicontohkan oleh pemodel tanpa mengurangi kehormatan diri konseli. f. Pengaruh Modelling Dalam sebuah proses konseling atau terapi konselor dan konseli memiliki harapan proses konseling yang dilakukan bisa membawa pengaruh yang baik bagi diri konseli guna menjalani hidup yang lebih baik kedepannya. Adapun pengaruh dari teknik modelling yakni sebagai berikut: 1 Pengambilan respons atau keterampilan baru dan memperlihatkanya dalam perilaku baru. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2 Hilangnya respons takut setelah melihat tokoh melakukan sesuatu yang menimbulkan rasa takut konseli, tidak berakibat buruk bahkan berakibat positif. 3 Melalui pengamatan terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan tidak ada hamatan. g. Langkah-langkah Modelling Dalam sebuah teknik haruslah memiliki langkah-langkah yang harus dijalani guna mendapat hasil akhir yang maksimal. Adapun langkah- langkah dari teknik modeling adalah sebagai berikut: 1 Menetapkan bentuk penokohan live model, symbolic model, multiple model 2 Pada live model, pilih model yang bersahabat atau sebaya konseli yang memiliki kesamaan seperti: usia, status ekonomi, dan penampilan fisisk. Hal ini penting terutama bagi anak-anak. 3 Bila mungkin gunakan lebih dari satu model. 4 Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat prilaku konseli. 5 Kombinasikan modeling dengan aturan, instruksi, behavioral rehearsal, dan penguatan. 6 Pada saat konseli memperhatikan model berikan penguatan alamiah. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 7 Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan alamiah. Bila tidak maka buat perencanaan pemberian penguatan untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat. 8 Bila prilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar. 9 Skenario modelling harus dibuat realistik. 10 Melakukan pemodelan di mana tokoh menunjukkan perilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli dengan sikap manis, perhatian, bahasa yang lembut dan perilaku yang menyenangkan konseli. 44 h. Prosedur Aplikasi Teknik Modelling Adapun prosedur dari pengaplikasian teknik modeling adalah sebagai berikut : 1 Meminta konseli untuk memperhatikan apa yang harus ia pelajari sebelum model mendemonstrasikan. 2 Memilih model yang serupa dengan konseli dan memilih siapa yang bisa mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi tujuan dalam bentuk tiruan. 3 Menyajikan demonstari model tersebut dalam urutan scenario yang memperkecil stress bagi konseli. Konseli bisa terlibat dalam demonstrasi ini. 44 Gantina Komalasari, Teori dan teknik konseling,Jakarta: PT Indeks,2011, hal 179-180. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 4 Meminta konseli menyimpulkan apa yang ia lihat setelah mendemonstrasikan tersebut. 5 Adegan yang dilakukan bisa jadi lebih dari satu. Sesudah model ditampilkan, konseli dapat diminta untuk meniru memperagakan tingkah laku model itu. Dalam teknik modeling ini, yang paling baik adalah konselor dapat menekankan bagian-bagian mana dari perbuatan tersebut yang penting, dan kemudian mengulang tingkah laku yang diharapkan untuk dilakukan selanjutnya. Konseli didorong untuk melakukan kembali tingkah laku tersebut. Dalam hal ini konselor memberikan balikan dengan segera dalam bentuk komentar atau saran.

3. Pengertian Nakoba dan penyalahgunaan Narkoba

a. Pengertian Narkoba Dalam dunia medis narkotika sangat diperlukan karena keampuhannya menghilangkan rasa nyeri. Di samping itu sudah ratusan tahun orang menggunakannya sebagai obat diare dan obat batuk. 45 Secara umum Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya yang dikenal dengan istilah psikotropika. Kata narkoba berasal dari bahasa yunani Naurkon yang berarti membuat lumpuh atau mati rasa. Istilah lain dari narkoba adalah Napza Narkotika, Psikotropika, dan Zat 45 Andi Hamzah, Kejahatan Narkotika Dan Psikotropika, Jakarta: Sinar Grafika, 1994, hal 5. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id adiktif lain, yakni bahan atau zat obat yang apabila mesuk kedalam tubuh manusia, akan mempengaruhi tubuh, terutama otak atau susunan syaraf pusat disebut psikoaktif, dan menyebabkan gangguan kesehatan jasmani, mental emosional dan fungsi sosialnya, karena terjadi kebiasaan, ketagihan adiksi, dan ketergantungan dependensi. b. Penyalahgunaan Narkoba Penggunaan obat yang benar, dalam pengawasan dokter, adalah dengan menelannya atau menyuntikannya pada otot intramuscular. Sedangkan pada penyalahgunaan obat, bahan itu juga dihirup, dirokok, atau untuk mencapai efek yang lebih cepat, disuntikkan dibawah kulit subcutaneous atau kedalam uirat nadi intravenous. Terutama yang menggunakan suntukan inilah yang sering mendapat penyakit infeksi. Orang-orang yang ketagihan itu biasanya tidak memperhatikan kebersihan. Mereka saling meminjam alat suntik tanpa diseterilkan lebih dulu. Sembarang air, yang tidak terjamin kebersihannya bukan halangan untuk digunakan mencairkan obat. 46 Disamping itu penggunaan Narkoba mudah ketagihan, karena dalam keadaan kurang menentu dan depresi pengguna ingin mengalami euphoria. Jika hal itu terus-menerus dilakukan tanpa adanya pengawasan dokter dan penggunaannya tanpa aturan dan dosis yang dianjurkan. Maka lama-lama 46 Andi Hamzah, Kejahatan Narkotika Dan Psikotropika, Jakarta: Sinar Grafika, 1994, hal 6. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id akan menjadi toleran bagi tubuh pengguna, yaitu dosis yang sama tidak mendatangkan efek yang pengguna harapkan. Akibatnya pengguna akan terus menaikan dosis obat setiap kali inginkan mencapai pengaruh yang sama, dan suatu saat akan mengalami kelebihan dosis overdosis yang bisa mengakibatkan kematian. Itulah dampak atau efek yang sangat buruk dari ketagihan yang disebabkan penyalahgunaan Narkoba. Menurut UU no. 2 tahun 1977 pasal 85 tentang Narkotika disebutkan ancaman untuk menyalahgunaan Narkotika yaitu: 1 Menggunakan narkotika Golongan I bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun; 2 Menggunakan narkotika Golongan II bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling sala 2 dua tahun; 3 Menggunakan narkotika Golongan III bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun. 47 Yang dimaksud dengan menggunakan narkotika bagi dirinya sendiri adalah penggunaan narkotika yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui pengawasan dokter. Dan jika orang yang bersangkutan menderita ketergantungan, maka dia harus menjalani rehabilitas baik medis maupun sosial, dan pengobatan serta rehabilitas bagi yang bersangkutan akan diperhitungkan sebagai masa menjalani pidana. 47 OC Kaligis dan Associates, Narkoba Peradilannya Di Indonesia: Reformasi Hukum Pidana Melalui Perundangan dan Peradilan Bandung: P.T. ALUMNI, 2002, hal 10. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id c. Jenis-jenis Narkoba Sesuai dengan undang-undang Narkoba Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Narkoba dibagi dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya. 1 Narkotika Menurut soerdjono Dirjosiworo 1986 bahwa pengertian narkotika adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggukanannya dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu: a Narkotika golongan I, adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contohnya : ganja, heroin, kokai, morfin dan opium. b Narkotika golongan II, adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin dan betametadol. c Narkotika golongan III, adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kedoin dan turunannya. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 2 Psikotropika Sedangkan pengertian Psikotropika Soerdjono Dirjosisworo: 1986 adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan prilaku. Psikotropika digolongkan menjadi 4 kelompok adalah : a Psikotropika golongan I, adalah dengan daya aktif yang sangat kuat. Contoh : MDMA, LSD, STP dan ekstasi. b Psikotropika golongan II, adalah psikotropika dengan daya aktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin, metamfetamin dan metakualon. c Psikotropika golongan III, adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang sertia berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoih : lumibal, bueprenorsina dan fleenitrazepam. d Psikotropika golongan IV, adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : nitrazepam BK, mogadon, dumolid dan diazepam. 3 Zat adiktif lainnya Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakaiannya, diantaranya adalah :