Terapi behavior dengan teknik modelling untuk menangani penyalahgunaan narkoba terhadap remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

(1)

TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING UNTUK MENANGANI PENYALAHGUNAAN NARKOBA TERHADAP REMAJA

DI DUSUN WONOSARI DESA JATIREJO KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

SarjanaSosial Islam (S. Sos)

Oleh: Yusuf Cholili NIM. B93213107

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Yusuf Cholili (B93213107), Terapi Behavior Dengan Teknik Modelling Untuk Menangani Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Remaja Di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana penerapan terapi Behavioral dengan teknik

modelling untuk menangani penyalahgunaan Narkoba terhadap remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang ? (2) Bagaimana hasil penerapan terapi Behavioral dengan teknik modelling untuk menangani penyalah gunaan Narkoba terhadap remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang ?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitataif dimana peneliti sebagai instrument kunci dan teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi secara, dan jenis penelitian yaitu studi kasus, suatu model yang menekankan pada eksplorasi pada satu kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam.

Dalam menganalisa proses terapi behavior untuk menangani penyalahgunaan Narkoba terhadap remaja yang digunakan adalah berupa hasil observasi dan wawancara yang disajikan dalam bab penyajian data dan analisis data. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa proses terapi behavior untuk menangani penyalahgunaan Narkoba terhadap remaja dilakukan melalui beberapa tahapan tahapan 1. Memilih dan Menentukan Model. 2. Menyajikan demonstari model tersebut dalam urutan scenario yang memperkecil stress bagi konseli. Konseli bisa terlibat dalam demonstrasi ini. 3. Meminta konseli menyimpulkan apa yang ia lihat setelah mendemonstrasikan tersebut. 4. Konseli diminta untuk meniru atau memperagakan semua yang telah model demonstrasikan.

Dalam penelitian ini, proses terapi menggunakan terapi behavior dengan

teknik modelling dapat menangani remaja yang mengalami penyalahgunaaan

Narkoba. Dan hasil akhir dari proses konseling ini tergolong cukup berhasil dengan presentase 62,5%. Hasil ini dapat dilihat melalui perubahan pada diri konseli kearah yang lebih baik sertakonseli mampu lepas dari jerat obat-obatan terlarang.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAGIAN INTI BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konsep ... 10

F. Metode Penilitian ... 14

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 14

2. Sasaran Dan Lokasi Penelitian ... 15

3. Tahap-tahap Penelitian ... 15

4. Jenis Dan Sumber Data ... 17

5. Teknik Pengumpulan Data ... 17

6. Teknik Analisis Data ... 20

7. Teknik Keabsahan Data ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 24

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 26

1. Terapi Behavior ... 26

a. Pengertian Behavior ... 26

b. Tujuan Terapi Behavior ... 30

2. Teknik Modelling ... 32


(8)

b. Tujuan Teknik Modelling ... 36

c. Unsur Utama dalam Teknik Modelling ... 36

d. Macam-macam Teknik Modelling ... 38

e. Prinsip-prinsip Teknik Modelling ... 39

f. Pengaruh Modelling ... 40

g. Langkah-langkah Modelling ... 41

h. Prosedur aplikasi Teknik Modelling ... 42

3. Pengertian Narkoba dan Penyalahgunaan Narkoba ... 43

a. Pengertian Narkoba ... 43

b. Penyalahgunaan Narkoba ... 44

c. Jenis-jenis Narkoba ... 46

d. Sebab-sebab terjadinya penyalahgunaan Narkoba ... 48

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 51

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum lokasi Penelitian ... 54

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 54

a. Lokasi Penelitian... 54

b. Luas wilayah dan Batas wilayah ... 54

c. Kondisis Kependudukan ... 54

d. Kondisi Ekonomi Masyarakat... 55

e. Pendidikan Masyarakat ... 55

f. Keagamaan Masyarakat ... 56

2. Deskripsi Konselor dan Konseli ... 56

a. Deskripsi Konselor ... 56

b. Riwayat Pendidikan ... 57

c. Pengalaman ... 57

d. Deskripsi Konseli ... 59

a. Kepribadian Konseli ... 60

b. Keadaan Ekonomi Konseli ... 61

c. Lingkungan sekitar Konseli ... 62

d. Latar Belakang Keluarga Konseli ... 62

e. Latar Belakang Keagamaan Konseli ... 63

f. Latar Belakang Sosial Konseli ... 64

3. Deskripsi Masalah ... 65

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Terapi ... 69

a. Identifikasi Masalah ... 74

b. Diagnosis ... 85

c. Prognosis ... 86

d. Terapi(Treatment)... 91


(9)

2. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Terapi ... 105

BAB IV : ANALISIS DATA

A. Analisis Proses Pelaksaan Terapi ... 107 B. Analisis Hasil Pelaksaan Terapi ... 114

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 118 B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 120 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Di era modern seperti sekarang ini tingkat penyimpangan remaja sangatlah tinggi, terkadang tanpa kita sadari kita telah menjadi saksi bahkan merasakan dampak yang di timbulkan oleh penyimpangan para remaja. Secara yuridis formal, perilaku menyimpang adalah semua bentuk tingkah laku yang bertentangan dan menyimpang dari ciri-ciri karakteristik umum, serta bertentangan dengan hukum atau melawan peraturan yang legal.1 Penyimpangan remaja amatlah beraneka ragam diantaranya tawuran, pelecehan seksual dan penyalahgunaan narkoba. Dan salah satunya adalah Permasalahan narkoba merupakan permasalahan yang besar yang dimana telah menjadi musuh utama didunia internasional dan tidak terkeculi negara indonesia yang beberapa tahun terakhir ini gencar memberantas dan memerangi peredaran narkoba baik dikalangan remaja, dewasa dan baik itu di instansi pemerintahan, dilingkungan sekolah hingga dikalangan penegak hukum beserta jajarannya, hal ini di buktikan dengan hukuman yang berat bagi pemilik, pengedar, dan pemakai narkoba, bahkan bagi pengedar narkoba yang terbukti bisa diancam dengan hukuman mati. Hal ini perlu dilakukan mengingat betapa besar dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba itu sendiri mulai dari hilangnya kesadaran bagi sang

1


(11)

2

pemakai, menimbulkan kecemasan, hingga membuat orang bisa melakukan tindak kejahatan. Dalam undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.2

Narkoba pada mulanya ditemukan dan dikembangkan untuk pengobatan dan penelitian. Tujuannya adalah untuk kemaslahatan dan kebaikan manusia itu sendiri, namun dengan berkembangnya jaman dan arus modernisasi membuat berbagai jenis obat-obatan tersebut kemudian juga dipakai bukan untuk tujuan penelitian dan pengobatan, melainkan disalahgunakan untuk mencari kenikmatan sesaat atau sementara atau juga untuk mengatasi dan menghindar dari permasalahan yang sifatnya hanya sementara, pemakain obat tanpa petunjuk medis merupakan penyalahgunaan. Penyalahgunaan Narkoba cenderung mengakibatkan sesesorang bisa mengalami sifat ketergantungan atau dependasi atau kecenderungan. Biasanya penyalahgunaan Narkoba mengakibatkan dampak yang serius dan dalam beberapa kasus berakibat fatal hingga mengakibatkan kematian hal tersebut diakibatkan pemakaian yang melebihi batas ambang maksimum atau yang lebih dikenal dengan istilah overdosis, tidak hanya itu saja

2


(12)

3

dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba diantaranya adalah kerugian di sektor sosial dan ekonomi yang luar biasa.

Tidak sampai disitu saja dampak yang sangat meresahkan akibat dari penyalahgunaan narkoba adalah rusaknya generasi penerus bangsa yang diakibatkan penyalahgunaan narkoba. Remaja yang seyogyanya menjadi penerus bangsa ini hancur begitu saja akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab yang menjadikan remaja menjadi sasaran penyebaran narkoba. Dan tidak hanya itu saja dampak kesehatan bagi para pengguna narkoba sangatlah terancam dikarenakan penggunaan narkoba yang terus menerus dan penggunaannya yang tidak sesuai dosis yang telah di tetapkan oleh para ahli medis bisa mengakibatkan overdosis dan bisa membuat pelaku meninggal dunia. Tidak sedikit pula penyakit yang sering kali nampak dari penyalahgunaan narkoba adalah penyakit HIV AIDS yang disebabkan oleh pemakaian jenis narkoba suntik secara bergantian oleh pengguna.

Zat yang terkandung dalam narkotika sejatinya digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Akan tetapi karena berbagai alasan, mulai dari rasa keingin tahuan atau hanya sekedar mencoba-coba, mengikut trend atau gaya, lambang status sosial, ingin melupakan persoalan, dll. Maka narkotika kemudian


(13)

4

disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan ketergantungan atau depresan atau kecanduan.3

Remaja merupakan golongan yang amat rentan terhadap penyalahgunaan Narkoba karena pada fase remaja, disituulah remaja akan memiliki rasa keingin tahuan yang amat tinggi apalagi dengan hal-hal yang baru bagi mereka, rasa keinginan mencoba juga amat tinggi difase ini. Remaja juga mudah tergoda dan mudah putus asa sehingga mudah jatuh kepada perilaku yang menyimpang, salah satunya adalah penyalahgunaan Narkoba yang menimbulkan ketergantungan yang akan merugikan remaja, keluarga dan masyarakat. Hal ini sering kali dialami oleh para remaja diera modern ini dengan alasan ingin terlihat keren, sangar dan sebagainya mereka rela melakukan apapun agar diri mereka terlihat dan diakui keberadaannya ditempat mereka tinggal, tidak jarang remaja sering kali berbuat melanggar aturan yang berlaku baik itu aturan Negara atapun aturan adat istiadat mereka sendiri, salah satu perbuatan yang melanggar aturan yang berlaku adalah penyalahgunaan Narkoba. Narkoba yang seharusnya digunakan untuk kepentingan penelitian dan pengobatan sering kali disalah gunakan hanya untuk kepentingan pribadi semata, mereka hanya ingin menikmati kenikmatan sesaat atau ingin menghindar dari masalah sesaat mereka tanpa memikirkan efek samping yang akan ditimbulkan dari perbuatan itu sendiri, sehingga seringkali kita temui remaja yang seusianya masih berada di bangku sekolah baik itu di

3


(14)

5

tingkat sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas meraka bertingkah laku aneh dalam kesehariannya, hal ini diakibatkan salah satunya adalah efek dari pemakian Narkoba itu sendiri baik itu Narkotika, Psikotropika ataupun Zat Adiktif lainnya. Bahkan sekarang tidak hanya dibangku SMP atau SMA saja bahkan sekarang siswa SD atau sekolah dasarpun tak luput dari sasaran oknum yang tidak bertanggung jawab, mereka tidak memikirkan masa depan dari korbannya mereka hanya memikirkan dirinya sendiri dan hanya utuk keuntungan pribadi diri mereka sendiri.

Pada tingkat remaja awal penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh remaja hanyalah sebatas mencoba, dan pada akhirnya setelah sering menggunakan narkoba para remaja akan mengalami efek kecanduan atau ketergantungan dengan rasa yang diberikan oleh narkoba tersebut yang jelas-jelas merupakan barang yang dilarang oleh Negara dan agama.

Terkait dengan permasalahan kenakalan remaja, hal ini juga dialami oleh john (bukan nama asli). John adalah anak keempat dalam keluarganya.Dilihat dari kondisi hubungan antara orang tua dan (john), boleh dikatakan john kurang mendapatkan perhatian dan motivasi dari kedua orang tuanya. Hal itu disebabkan karena ayahnya yang telah meninggal dan ibunya yang telah menikah lagi. Sehingga john yang menginjak masa remaja sebenarnya masih membutuhkan perhatian orang tuangnya.


(15)

6

Pada awalnya, kondisi ini belum membawa dampak yang berarti pada diri john dalam kehidupannya sehari-harinya dengan ditandai John masih rajin berjama’ah kemusholah dan juga masih giat untuk belajar, hingga akhirnya john mulai mencoba menggunakan narkoba dikarenakan John penasaran dengan narkoba dan juga didorong dengan persoalan yang menghampiri dirinya sehingga mulai dari situ john minum-minuman keras hingga merembet ke penyalahgunaan narkoba.

Menurut UU no. 2 tahun 1977 pasal 85 tentang Narkotika disebutkan ancaman untuk menyalahgunaan Narkotika yaitu:

a) Menggunakan narkotika Golongan I bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun;

b) Menggunakan narkotika Golongan II bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling sala 2 (dua) tahun;

c) Menggunakan narkotika Golongan III bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.4

Yang dimaksud dengan menggunakan narkotika bagi dirinya sendiri adalah penggunaan narkotika yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui

pengawasan dokter. Dan jika orang yang bersangkutan menderita

ketergantungan, maka dia harus menjalani rehabilitas baik medis maupun sosial,

4

OC Kaligis dan Associates, Narkoba & Peradilannya Di Indonesia:Reformasi Hukum Pidana Melalui Perundangan dan Peradilan(Bandung: P.T. ALUMNI, 2002, hal 10.


(16)

7

dan pengobatan serta rehabilitas bagi yang bersangkutan akan diperhitungkan sebagai masa menjalani pidana.

Tidak cukup hanya dengan ancaman pidana saja namun dalam agama islam juga mengajarkan agar makan dan minum yang telah dihalalkan oleh agama, karena dalam ajaran islam mengharamkan makan atau minuman pasti memiliki makna bagi kesehatan tubuh kita dan Rasulullah mengingatkan bahwa makan atau minum keras sebagai perbuatan yang keji yang bisa menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara sesame manusia dan menghalangi manusia mengingat Allah, sedangkan makan atau minuman yang haram bisa menyebabkan terhalangnya doa seseorang (wasiat Nabi kepada Abu Dzar Al-Ghifari).5

Lingkungan tidak selamanya membawa dampak positif bagi individu yang ada dilingkungan itu tidak terkecuali juga bagi remaja, ada kalanya lingkungan tempat tinggal ataupun pergaulan remaja memberikan dampak yang positif bagi remaja. Namun, tidak jarang pula akam membawa atau memberi dampak negatif bagi pribadi remaja dilingkungan itu sendiri. Hal ini dibuktikan dari studi kasus yang terjadi didusun Wonosari yang lingkungannya terkenal sebagai lingkungan yang agamis dikarenakan masih didalam ruang lingkup pondok pesantren juga tidak luput dari ancaman bahaya penyalahgunaan narkoba.

5

Anwar sutoyo,Bimbingan dan Konseling Islam : teori dan praktik(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2013), hal 176.


(17)

8

Penyalahgunaan narkoba dapat terjadi di berbagai macam lini dan ruang lingkup masyarakat dan tanpa memandang status sosial dan golongan, hal ini dibuktikan dari salah satu kasus yang terjadi penyalahgunaan narkoba di Dusun Wonosari Desa jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten jombang. Dan dalam hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang Terapi Behavioral dengan TeknikModelingUntuk Menangani Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan terapi Behavioral dengan teknik modeling untuk menangani penyalahgunaan Narkoba terhadap remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang ?

2. Bagaimana hasil penerapan terapi Behavioral dengan teknik modelinguntuk menangani penyalah gunaan Narkoba terhadap remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang:

1. Penerapan terapi Behavioral dengan teknik modeling untuk menangani penyalahgunaan Narkoba terhadap remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.


(18)

9

2. Hasil penerapan terapi Behavioral dengan teknikmodelinguntuk menangani penyalahgunaan Narkoba terhadap remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharap mempunyai kegunaan, baik dari sisi teoritis maupun praktis. Manfaat yang dimaksud disajikan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi para pelaku narkoba, baik pemakai ataupun pengedar agar segeraa melepaskan diri dari segala hal yang berkaitan dengan narkoba.

b. Bagi orang tua agar lebih memperhatikan anaknya dan lebih bijak lagi dalam mengawasi anaknya agar tidak terjerat narkoba.

c. Bagi akademisi, sebagai hasil penelitian yang dapat dijadikan penelitian lanjut guna melahirkan dialektika keilmuan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis manfaat penelitian ini dapat digunakan oleh aparat penegak hukum, baik Badan Narkotika Narional, TNI, Polisi untuk menanggulangi penyalahgunaan Narkoba di indonesia, dan khususnya untuk pengguna agar bisa terbebas dari jeratan penyalahgunaan Narkoba.Ini merupakan manfaat utama agar dapat meminimalkan angka penggunaan Narkoba di Indonesia.


(19)

10

E. Dafinisi Konsep

Dalam pembahasan ini perlu kiranya peneliti membatasi sebuah konsep yang diajukan dalam penelitian dengan judul “Terapi Behavioral Untuk Menekan Tingkat Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang” adapun defenisi konsep dari penelitia ini antara lain:

1. Pengertian Terapi Behavior

Behavioral merupakan salah satu pendekatan untuk memahami individu yang dilihat dari sisi fenomena fisik dan cenderung mengabaikan aspek-aspek mental, pendekatan behavioral menekankan pada dimensi kognitif individu dan menawarkan berbagai metode yang berorientasi pada tindakan (action-oriented) untuk membantu mengambil langkah yang jelas dalam mengubah tingkah laku. Obyek psikologi menurut aliran ini adalah tingkah laku, dan bukannya kesadaran.Karena itu Behaviorisme adalah psikologi tingkah laku.6Aliran behaviorisme menyatakan, bahwa semua tingkah laku menusia itu bisa ditelusuri asalnya dari bentuk reflex-refleks.Jadi, reflek merupakan elemen tingkah laku yang kompleks dan lebih tinggi bisa disusun.

6


(20)

11

Terapi tingkah laku merupakan usaha untuk memanfaatkan secara sistematis pengetahuan teoritis atau empiris yang dihasilkan dari pengunaan metode ekspeerimen dalam psikologi, untuk memahami dan menyembuhkan pola tingkah laku abnormal.7

Dari beberapa pengertian diatas dapat dirumuskan tentang terapi behavioral yaitu suatu model terapi yang menitik beratkan pada prinsip belajar pada penyesuaian gangguan tingkah laku (maladjustment).

2. Pengertian teknik percontohan ataumodelling

Dalam terapi tingkah laku atau behavior, terdapat beberapa teknik-teknik yang bisa terapkan pada terapi dan konseling individual maupun kelompok. Salah satu dari tekniknya adalah teknik modeling atau percontohan.

Dalam percontohan, individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah lakusang model. Bandura (1969) menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung bisa pula diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang

7

MD Dahlan, Beberapa Pendekatan Dalam Penyuluhan (Konseling), (Bandung: CV. Diponegoro, 1985), hal 61.


(21)

12

dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukanya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umunya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.8

Dari skripsi ini, penulis menggunakan teknik percontohan (modelling). Dimana konselor melibatkan model orang sesungguhnya sebagai contoh perilaku yang diharapkan.

3. Tujuan Konseling Behavior

Tujuan konseling behavioral adalah mengubah perilaku yang salah dalam penyesuain dengan memperkuat perilaku yang diharapkan,9dengan kata lain konseling behavioral lebih focus pada perilaku yang dikehendaki atau diharapkan.

4. Penyalahgunaan Narkoba

Narkoba dan minuman yang mengandung alkohol mempunyai dampak terhadap sistem saraf manusia yang menimbulkan berbagai perasaan.

8

Gerald Corey,Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi(Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), hal 221.

9


(22)

13

Sebagian dari narkoba itu meninggalkan gairah semangat dan keberanian, sebagian lagi menimbulkan perasaan mengantuk, yang lain bisa menyebabkan rasa tenang dan nikmat sehingga bisa melupakan segala kesulitan. Oleh karena efek-efek itulah beberapa menyalahgunakan narkoba dan alcohol.10

Menyadari akan bahaya penyalahgunaan narkoba ini, hampir semua pemerintah diseluruh dunia mempunyai undang-undang anti narkotika. Diantaranya yaitu:

UU no. 2 tahun 1977 pasal 85 tentang Narkotika disebutkan ancaman untuk menyalahgunaan Narkotika yaitu:

a) Menggunakan narkotika Golongan I bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun;

b) Menggunakan narkotika Golongan II bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling sala 2 (dua) tahun;

c) Menggunakan narkotika Golongan III bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.11

Tidak cukup dengan ancaman penjara saja bagi pelaku

penyalahgunaan narkoba, akan tetapi ancaman lebih berat akan dikenakan

10

Sarlito Wirawan Sarwono,Psikologi Remaja,(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), hal 217.

11

OC Kaligis dan Associates,Narkoba & Peradilannya Di Indonesia: Reformasi Hukum Pidana Melalui Perundangan dan Peradilan(Bandung: P.T. ALUMNI, 2002), hal 10.


(23)

14

oleh seseorang yang terbukti mengedarkan atau memproduksi narkoba dengan ancaman kuungan pidana seumur hidup sampai dihukum mati.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan & Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih untuk mendapatkan data kualitatif yang objektif dan mendalam yang nantinya data hasil penelitian tersebut dapat disajikan secara deskriptif sehingga temuan hasil penelitian tersaji secara urut, detail dan mendalam. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui peran Terapi Behavioral Dengan Teknik Modeling Untuk Menangani Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

Sedangkan jenis penelitiannya, peneliti menggunakan deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan memperoleh informasi-informasi mengenai keadaaan yang ada pada saat ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti.12 maka dalam pelaksanaannya penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus sehingga bisa mengetahui lebih mendalam dan terperinci tentang suatu

12

Mardalis,Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal 26.


(24)

15

permasalahan atau fenomena yang hendak di teliti13, dan menggunakan jenis penelitian kualitatif, sehingga dalam laporan hasil penelitian diungkapkan secara apa adanya dalam bentuk uraian naratif.

Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan secara mendalam hasil data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara.

2. Sasaran dan lokasi penelitian

a. Subyek

Subyek dalam penelitian ini adalah Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

b. Obyek

Obyek dalam penelitian ini adalah seorang Remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang yang bernama john.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian Didusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

3. Tahap-tahap penelitian a. Tahapan pra-lapangan

Pada tahap pra-lapangan ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti kualitatif, kegiatan dan pertimbangan tersebut

13

Tohirin,Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan Konseling


(25)

16

diantaranya yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lokasi penelitian, mengurus perizinan penelitian, menilai lokasi penelitian, memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian,dan etika penelitian.

b. Tahap lapangan

Pada tahap lapangan inipertama, peneliti perlu memahami latar belakang dan persiapan diri.Setalah itu yang kedua, peneliti mulai memasuki lapangan dimana peneliti pada tahapan ini menjalin keakraban hubungan, mempelajari bahasa, dan peranan peneliti. Dan

ketiga,berperan serta sambil mengumpulkan data dimana dalam tahapan ini peneliti menerapkan tekhnik observasi, dan wawancara dengan alat bantu yang digunakan dalam tekhnik ini seperti alat tulis, kamera, dan tape recorder, dan ditahap ini pula peneliti berusaha menerapkan Terapi

Behavior dengan menggunakan teknik modeling untuk menangani

Penyalahgunaan Narkoba. c. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola , kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Pekerjaan dalam analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.


(26)

17

4. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data adalah jenis data yang digunakan oleh peneliti untuk mendukung penelitian ini adalah Data empiris merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli dilapangan yang dilakukan berdasarkan investigasi langsung peneliti kepada informan.

b. Sumber data dalam penelitian kualitatif ada dua yaitu data primer dan data sekunder:

1) Data primer adalah merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber asli (langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut. Data primer ini dapat berupa subyek (orang) secara individu atau kelompok dan obyek (benda) berupa kejadian atau kegiatan. Data primer dalam penelitian ini adalah data inti dari penelitian ini, yaitu proses dalam pemberian teknik modeling untuk menangani pelaku penyalahgunaan narkoba.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang memiliki informasi atau data tersebut atau bisa lewat dokumen. Data sekundernya dalam penelitian ini adalah saudara-saudaranya dan orang tua dari pelaku Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

5. Teknik Pengumpulan Data


(27)

18

a. Observasi

Nasution 1988 menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.14 Observasi yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung. Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipan

yaitu peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati.

b. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide untuk tanya jawab. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur digunakan sebagai tekhnik pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

Tujuan wawancara yang digunakan adalah informational

interview adalah wawancara yang ditujukan untuk mendapatkan informasi.15yang dibutuhkan. Informasi tersebut ialah untuk Mengetahui secara lebih terperinci mengenai Peran Terapi Behavioral Dengan Teknik Modeling Untuk Menangani Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja di Dusun Wonosari Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

14

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2014), hal 226.

15


(28)

19

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi, memerlukan interprestasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.16 Metode ini digunakan untuk memperoleh data gambaran mengenai klien, data lokasi penelitian, serta data lain yang menjadi pendukung dalam lapangan penelitian.

Dalam metode dokumentasi, di bawah ini dapat dijelaskan dalam table metode dokumentasi. Adapun tabelnya sebagai berikut:

No Jenis Data Sumber Data TPD

1

A. Biodata Klien a. Identitas Klien b. Pendidikan Klien c. Usia Klien

d. Problem dan gejala yang dialami klien e. Kondisi lingkungan

klien

f. Gambaran perilaku

klien

Klien + Informan O + W

2 Deskripsi Tentang Konselor Konselor D

3 Proses Konseling Konselor + Klien O + W + D

16

Burhan Bungin,Metode Penelitian Kualitatif(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal 130.


(29)

20

4 Hasil dari Proses Konseling Konselor + Klien

+ Informan

O + W + D

Keterangan:

TPD : Teknik Pengumpulan Data

W : Wawancara

O : Observasi

D : Dokumentasi

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data Reduction, data display,dan

conclusion drawing. Aktivitas tersebut terjadi secara bersamaan, yaitu: a. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data


(30)

21

semakin banyak, kompleks dan rumit.Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data yaitu melalui reduksi data.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitive yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah reduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif juga dapat berupa grafik, matriks.


(31)

22

c. Kesimpulan (Conclution Drawing)

Langkah ketiga dalam penelitian data kualitatif menurut Miles and Huberman17 adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kasual atau interkatif, hipotesis suatu teori.

7. Teknik Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility

(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability

17

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal 252.


(32)

23

(reabilitas), dan confirmability (obyektivitas).Menurut Moleong (2001:173) untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Dalam hal ini digunakan teknik:

a. Keikutsertaan di lapangan dalam rentang waktu yang panjang, dalam penelitian ini untuk menguji kepercayaan terhadap data yang telah dikumpulkan dari informan utama, maka perlu mengadakan keikutsertaan dalam rentang waktu yang panjang. Adapun maksud utama adanya perpanjangan di lapangan ini untuk mengecek kebenaran data yang diberikan baik dari informan utama maupun informan penunjang.

b. Triangulasi, untuk keabsahan data yang telah dikumpulkan agar memperoleh kepercayaan dan kepastian data, maka peneliti melaksanakan pemeriksaan dengan teknik mencari informasi dari sumber lain. Model penelitian triangulasi data yang mengarahkan peneliti dalam mengambil data harus menggunakan beragam sumber data yang berbeda. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih teruji keabsahanya apabila digali dari beberapa sumber yang berbeda.18 Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data informasi hasil observasi dengan informasi dari hasil wawancara kemudian menyimpulkan hasilnya.

2) Membandingkan data hasil dari informan utama (primer) dengan informasi yang diperoleh dari informan lainnya (sekunder).

18

Nusa putra dan Ninin Dwilestari, penelitian Kualitatif, (Jakarta:Rajagrafindo persada,2012), hal 87.


(33)

24

3) Membandingkan hasil wawancara dari informan dengan didukung dokumentasi sewaktu penelitian berlangsung, sehingga informasi yang diberikan oleh informan utama pada penelitian dapat mewakili validitas dan mendapatkan derajat kepercayaan yang tinggi.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan suatu penelitian diperlukan sistematika pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah pembahasan sebagai berikut:

BAB I, yakni pendahuluan. Pada bab ini terdiri dari sepuluh sub-bab antara lain: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian, Sistematika Pembahasan.Jadwal Penelitian dan pedoman wawancara.

BAB II, yakni tinjauan pustaka. Pada bab ini terdiri dari dua sub-bab, yakni Kajian Teoritik (menjelaskan tentang teori yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian), dan Penelitian Terdahulu yang Relevan (menyajikan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang hendak dilakukan).

BAB III, yakni penyajian data. Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Deskripsi umum objek Penelitian, dan Deskripsi hasil Penelitian.

BAB IV, yakni analisis data. Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yakni Temuan Penelitian, bagaimana data yang ada itu digali dan ditemukan beberapa


(34)

25

hal yang mendukung penelitian, dan Konfirmasi Temuan dengan Teori, dimana temuan penelitian tadi dikaji dengan teori yang ada.

BAB V, yakni penutup. Pada bab ini terdiri dari Simpulan dan Rekomendasi, yang menjelaskan hasil simpulan dari data yang dipaparkan dan rekomendasi hasil penelitian itu dapat dipraktikkan terhadap situasi tertentu.


(35)

BAB II

KAJIAN TEORITIK A. Kajian Pustaka

1. Terapi Behavior

a. Pengertian behavior

Behaviorisme merupakan aliran dalam psikologi yang timbul sebagai perkembangan dari psikologi pada umumnya.18 Behaviorisme merupakan teori yang berasal dari salah satu tokoh behavior yaitu skinner.

Terapi behavior adalah sebuah pendekatan yang diarahkan pada tujuan-tujuan untuk memperoleh tingkah laku baru yang lebih baik, menghapus tingkah laku lama yang kurang baik, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan.19

Gerald Corey menjelaskan bahwa terapi behavior adalah

pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berkaitan dengan pengubahan tingkah laku. Pendekatan, teknik dan prosedur yang dilakukan berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi behavior

adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menangani tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar 18

Bimo Walgito,pengantar psikologi umum, (Yogyakarta : Andi Offset. 2002), hlm 53. 19

Gerald Corey,Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,(Bandung: PT. REflika Aditama, 2003), hal 200.


(36)

27

bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menangani situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien.20

Sedangkan Menurut Sofyan Willis, Terapi Behavior berasal dari dua arah konsep yakni Pavlovia dari Ivan Pavlov dan Skinnerian dari B. F. Skinner. Mula-mula terapi ini di kembangkan oleh Wolpe untuk menanggulangi neurosis. Neurosis dapat dijelaskan dengan mempelajari perilaku yang tidak adaptif melalui proses belajar. Dengan perkataan lain yang menyimpang bersumber dari hasil belajar di lingkungan.21

Oleh karena itu dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.22

Konselor dalam terapi behavior memegang peranan aktif dan direktif dalam pelaksanaan proses konseling. Dalam hal ini konselor harus mencari pemecah masalah klien. Fungsi utama konselor adalah bertindak sebagai guru, penerah, penasehat, konsultan, pemberi dukungan, fasilitator,

20

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Refika Aditama, 2013), hal 193.

21

Sofyan S. Willis,Konseling Individual Teori dan Praktek(Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 69.

22


(37)

28

dan mendiagnosis tingkah lakumaladptifklien dan mengubahnya menjadi tingkah laku adaptif.

Fungsi lain konselor adalah sebagai model bagi kliennya, banduran mengatakan bahwa proses fundamental yang paling memungkinkan klien dapat mempelajari tingkah laku baru adalah melalui proses imitasi dan percontohan sosial. Konselor dijadikan model pribadi yang ingin ditiru oleh klien karena klien, cenderung memandang konselor sebagai orang yang patut untuk diteladani. Klien sering kali meniru sikap, nilai, dan tingkah laku konselor.23

Lebih jauh dari itu, Allah SWT memberikan penjelasan bahwa diantara tugas-tugas rasulullah SAW diutus kemuka bumi ini adalah untuk menyampaikan kebenaran dan pengarajan pada manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada surat Yunus ayat 57 yaitu:24

23

Namora Lumongga Lubis,Memahami Dasar-Dasar Konseling: Dalam Teori Dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 170.

24


(38)

29

Artinya:”

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmad bagi orang-orang beriman”.

Pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu klien

yang mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan,

penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual. Para ahli behavioral yang berjasa mengembangkan konseling ini cukup banyak, diantaranya Wolpe, Lazzarus, Bandura, Krumbaottz, dan Thoresen.25

Dari beberapa uraian tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwasanya terapi behavior yaitu salah satu teknik yang digunakan dalam membantu konseli guna membentuk tingkah laku baru yang dikehendaki oleh konseli, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif dan adaptif. TerapiBehaviormenitik beratkan pada polah tingkah laku belajar untuk mendapatkan perilaku baru yang diinginkan dengan terlebih dahulu melepas perilaku yang maladaptive atau menyimpang selanjutnya guna menjadi perilaku yang adaptif, serta mempertahankan dan memperkuat tingkah laku yang sudah ada serta yang diinginkan oleh konseli

25


(39)

30

b. Tujuan terapi Behavior

Dalam setiap terapi yang ada selalu diharapkan hasil akhir yang tampak dari terapi tersebut. Dalam pendekatanya terapi behavior bertujuan untuk menghilangkan tingkah laku yang salah dan membentuk tingkah laku yang baru.26 Dalam terapi behavior yang memfokuskan pada persoalan-persoalan perilaku spesifik atau perilaku menyimpang, bertujuan untuk menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar dengan dasar bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari termasuk tingkah laku yang maladaptif.27

Menurut Corey tujuan dalam pendekatan behavioristik adalah sebagai refleksi masalah konseli, dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling dan sebagai kerangka untuk menilai hasil konseling.28

Sedangkan Latipun dalam bukunya yang berjudul Psikologi Konseling menjelaskan bahwa tujuan Terapi Behavior adalah mencapai kehidupan tanpa mengalami perilaku simptomatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku, yang dapat membuat ketidak puasan dalam jangka panjang, atau mengalami konflik dengan lingkungan sosial.29

26Sigit Sanyata, Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling , Jurnal paradigma, No. 34 Th. VII, Juli 2012. Hal 5.

27

Gerald Corey, Konseling dan Psikoterapi, (Bandung : Refika Aditama, 1997), hal. 202. 28Sigit Sanyata, Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling , Jurnal paradigm, No. 34 Th. VII, Juli 2012, hal. 5.

29


(40)

31

Tujuan behavioristik adalah menciptakan suatu kondisi baru yang lebih baik melalui proses belajar sehingga perilaku yang lama dapat dihilangkan.30

Jika dalam konseling, tujuan konseling behavior adalah untuk membantu klien membuang respon-respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat.31

Konseli disini membentuk dirinya menjadi lebih baik dan baru dari yang sebelumnya sedangkan tujuan umum dari Terapi Behavior adalah membentuk kondisi baru untuk belajar. Karena dengan melalui proses belajar dapat mengatasi masalah yang ada.32 Tujuan konseling behavioral sendiri berorientasi pada pengubahan perilaku konseli, diantaranya :

1) Menciptakan kondisi baru bagi proses belajar

2) Membantu konseli membuang respon yang lama yang merusak dan menggantinya dengan baru

3) Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif

4) Menetapkan tujuan konseli secara bersama sama dengan konselor

5) Konseli belajar perilaku baru dan meninggalkan perilaku yang maladaptif.33

30

Namora lumongga Lubis,memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik,

(Jakarta: Kencana prenada media group,2011),hal.171. 31

Jeanette Murad Lesmana,Dasar-dasar Konseling(Jakarta: UI Press, 2008), hal. 27-28. 32

Sofyan S. Willis,Konseling Individual Teori dan Praktek(Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 71.

33


(41)

32

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari terapi behavior adalah suatu terapi yang difokuskan untuk membentuk polah tingkah laku baru yang dihasilkan dari proses belajar untuk mendapatkan perilaku yang dikehendaki oleh diri konseli guna mendapat perilaku yang lebih baik dan yang diinginkan.

2. TeknikModelling

a. Pengertian TeknikModelling

Teknik Modelling adalah bagian dari terapi behavior, yang mana terapi behavior berfokus pada perilaku yang terlihat dan penyebab luar yang menstimulasinya. Behavior memandang manusia sangat mekanistik, karena menganalogikan manusia seperti mesin, konsep mekanistik menjelaskan mengenai stimulus respons seolah-olah menyatakan bahwa manusia akan bergerak atau melakukan sesuatu apabila ada stimulasi.34

Modelling sendiri adalah teori belajar atau mencontoh (observational learning) yang dikemukakan oleh Banduran. Menurut Banduran perilaku dapat terbentuk melalui observasi model secara langsung yang disebut imitasi dan melalui pengamatan langsung yang disebut dengan vicarious cinditioming. Perilaku manusia dapat terjadi mencontoh perilaku individu-individu yang ada dilingkungannya.35

34

Dede Rahmat Hidayat,Psikologi Kepribadian,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) hal. 127. 35

Faizah Noer Laela,Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press), hal 48.


(42)

33

Dalam buku teori dan teknik konseling karya Gantika Komalasari dijelaskan. Teknikmodellingmerupakan belajar melalui obeservasi dengan

menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati,

menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognisi. Pendapat lain mengatakan Modelling merupakan tingkah laku baru yang dilakukan melalui observasi terhadap model tingkah laku yang diterima secara sosial individu memperoleh perilaku baru.36 Dalam teknik ini klien dapat mengamati seseorang yang dijadikan modelnya untuk berperilaku kemudian diperkuat dengan mencontoh dan meniru tingkah laku pemodel.

Modelling juga dikenal dengan istilah percontohan, yakni individu mengamati seorang model dan kemudian diperkuat untuk mencontoh tingkah laku sang model. Banduran menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui pengalaman langsung bisa pula diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang dilakukanya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai 36


(43)

34

hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umunya dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat di mata mereka sebagai pengamat.37

Umumnya manusia belajar atau mempelajari adat dan

kebiasaannya pada fase awal perkembangan hidupnya dari orang tua dan juga saudara-saudaranya. dalam Al-Qur an metode modelling ini tampak dalam kisah Qabil yang mencoba mencontoh burung gagak dalam memperlakukan mayat saudaranya (Habil) dan juga menguburkannya setelah ia membunuhnya, sebagaimana firmannya dalam surat Al Maidah ayat 31 yang berbunyi:38

Artinya :

Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku

37

Gerald Corey,Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi(Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), hal. 221.

38


(44)

35

dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.“(Qs. Al-Maidah : 31)

Dan salah satu ayat Al-Qur an mengenai modelling seperti salah satu metode nabi Muhammad SAW dalam menebarkan agama islam yang sering kali diajarkan melalui contoh perilaku (uswatun hasanah) seperti surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:39

Artinya: “

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah,”(QS. Al-Ahzab:21).

Dari beberapa uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwasanya Teknik Modelling adalah suatu proses belajar dengan cara mengamati seorang model baik itu secara langsung atau secara tidak langsung guna mencontoh perilaku dari pemodel baik itu keseluruhan atau sebagaian dengan memperkuat perilaku yang sudah ada atau membuang perilaku maladaptif guna mendapat perilaku yang lebih adaptif.

39

Al-qur’an Al Karim dan Terjemahan Bahasa Indonesia(ayat pojok), (Kudus: Menara Kudus), 2006, hal 63.


(45)

36

b. Tujuan TeknikModelling

Perilaku model bertujuan untuk membentuk perilaku baru pada klien dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk, sebagaimana perilaku yang diharapkan. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada konseli tentang perilaku role model, selain itu modeling juga dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau model-model lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh.40

Jadi dapat disimpulkan tujuan teknik modeling adalah sebuah teknik yang dapat merubah tingkah laku konseli dengan mengamati model agar konseli mendapatkan perilaku baru yang diinginkan dan agar konseli memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.

c. Unsur utama dalam Teknikmodelling

Menurut teori belajar sosial, perbuatan dilihat dengan menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara terperinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam empat tahap berikut:

1) Perhatian (attention)

Subyek harus memperhatikan tingkah laku role model untuk

mempelajarinya, subyek memberi perhatian terhadap beberapa asek diantaranya yaitu pada aspek nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki model. Contohnya: seorang pemain music yang tidak percaya 40

Faizah Noer Laela,Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press), hal 57.


(46)

37

diri meniru tingkah laku pemain music terkenal. Akibatnya, ia tidak menunjukkan gayanya sendiri dengan kata lain ia tidak menjadi dirinya sendiri.

2) Mengingat(retention)

Subyek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Dengan cara ini, subyek dapat melakukan peristiwa itu kelak apabila diperlukan atau dinginkan. Kemampuan menyimpan informasi merupakan bagian penting dari proses belajar.

3) Reproduksi gerak(reproduction)

Setelah mengetahui atau mempelajari suatu tingkah laku, subyek juga dapat menunjukkan kemampuanya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi, setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan informasi, saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang dimintanya. Praktik lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan ketrampilan.

4) Motivasi

Motivasi juga perlu dalam pemodelan Albert bandura karena penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu. Subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.41

41

Adang Hambali, ujam jaenudin, Psikologi Kepribadian (lanjutan) studi atas teori dan tokoh psikologi kepribadian (Bandung: Pustaka setia, 2013), hal. 159-160.


(47)

38

d. Macam-macam TeknikModelling

Dalam teknik modeling terdapat tipe model yang dapat digunakan diantaranya :

1) Model hidup (live model)

Model hidup merupakan model yang dapat mengajarkan tingkah laku

yang sesuai dan mengajarkan ketrampilan-ketrampilan sosial.

Contohnya guru, keluarga atau terapis itu sendiri. 2) Model simbolik (symbolic model)

Model simbolik tingkah laku model ini di tunjukan dengan vidio, foto, dan biografi. Model yang memiliki kesamaan dengan klien akan memudahkan klien untuk meniru perilaku yang di inginkan.

3) Penokohan ganda (multiple model)

Terjadi dalam kelompok, seorang anggota mengubah sikap dan mempelajari sikap baru setelah mengamati anggota lain bersikap.42

Teknik modeling ini di kembangkan oleh Albert Bandura yang terkenal dengan teori sosial belajar(social learning theory)43.

Dari beberapa teknik Behavior diatas, semuanya bertujuan merubah perilaku yang salah sesuai dengan proses, perubahan ini selalu melibatkan unsur-unsur kognisi (pemikiran), afeksi (perasaan), konasi

42

Gantina Komalasari,Teori dan teknik konseling,(Jakarta: PT Indeks,2011), hal 179. 43


(48)

39

(kehendak), aksi (tindakan). Hal tersebut kemudian akan mengubah tingkah laku lama yaitu dengan meniru tingkah laku model yang tidak diterima sosial akan memperkuat/memperlemah tingkah laku.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik Modeling dengan tipe model simbolik. Dimana peneliti memperlihatkan biografi seseorang sebagai contoh perilaku yang diharapkan atau yang diinginkan dan yang menjadi pemodel dari penelitian ini adalah biografi Kunting (nama samara).

e. Prinsip-prinsipModelling

Berikut merupakan prinsip-prinsip yang harus terdapat dalam teknik modeling:

1) Belajar bisa melalui pengalaman langsung maupun tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensinya. 2) Kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati den

mencontoh tingkah laku model yang ada.

3) Reaksi- reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan mengamati orang lain yang mendekati obyek atau situasi yang ditakuti

tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang

dilakukannya.

4) Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman.


(49)

40

6) Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontohkan tingkah laku model.

7) Modelling dapat dilakukan dengan model symbol melalui film dan alat visual lainnya.

8) Pada konseling kelompok terjadi model ganda karena peserta bebas meniru perilaku pemimpin kelompok atau peserta lain.

9) Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi perilaku.

Dari prinsip-prinsip diatas bisa disimpulkan modelling adalah suatu teknik dengan melalui belajar dan mengamati model guna membantu konseli membentuk perilaku baru dengan mencontoh pemodel baik itu polah berfikir atau tingkah laku yang telah dicontohkan oleh pemodel tanpa mengurangi kehormatan diri konseli.

f. PengaruhModelling

Dalam sebuah proses konseling atau terapi konselor dan konseli memiliki harapan proses konseling yang dilakukan bisa membawa pengaruh yang baik bagi diri konseli guna menjalani hidup yang lebih baik kedepannya. Adapun pengaruh dari teknik modelling yakni sebagai berikut:

1) Pengambilan respons atau keterampilan baru dan memperlihatkanya dalam perilaku baru.


(50)

41

2) Hilangnya respons takut setelah melihat tokoh melakukan sesuatu yang menimbulkan rasa takut konseli, tidak berakibat buruk bahkan berakibat positif.

3) Melalui pengamatan terhadap tokoh, seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu yang mungkin sudah diketahui atau dipelajari dan tidak ada hamatan.

g. Langkah-langkahModelling

Dalam sebuah teknik haruslah memiliki langkah-langkah yang harus dijalani guna mendapat hasil akhir yang maksimal. Adapun langkah-langkah dari teknik modeling adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan bentuk penokohan (live model, symbolic model, multiple model)

2) Pada live model, pilih model yang bersahabat atau sebaya konseli yang memiliki kesamaan seperti: usia, status ekonomi, dan penampilan fisisk. Hal ini penting terutama bagi anak-anak.

3) Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.

4) Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat prilaku konseli.

5) Kombinasikan modeling dengan aturan, instruksi, behavioral rehearsal, dan penguatan.


(51)

42

7) Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan alamiah. Bila tidak maka buat perencanaan pemberian penguatan untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat.

8) Bila prilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.

9) Skenariomodellingharus dibuat realistik.

10) Melakukan pemodelan di mana tokoh menunjukkan perilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli (dengan sikap manis, perhatian, bahasa yang lembut dan perilaku yang menyenangkan konseli).44

h. Prosedur Aplikasi TeknikModelling

Adapun prosedur dari pengaplikasian teknik modeling adalah sebagai berikut :

1) Meminta konseli untuk memperhatikan apa yang harus ia pelajari sebelum model mendemonstrasikan.

2) Memilih model yang serupa dengan konseli dan memilih siapa yang bisa mendemonstrasikan tingkah laku yang menjadi tujuan dalam bentuk tiruan.

3) Menyajikan demonstari model tersebut dalam urutan scenario yang memperkecil stress bagi konseli. Konseli bisa terlibat dalam demonstrasi ini.

44


(52)

43

4) Meminta konseli menyimpulkan apa yang ia lihat setelah

mendemonstrasikan tersebut.

5) Adegan yang dilakukan bisa jadi lebih dari satu. Sesudah model ditampilkan, konseli dapat diminta untuk meniru memperagakan tingkah laku model itu.

Dalam teknik modeling ini, yang paling baik adalah konselor dapat menekankan bagian-bagian mana dari perbuatan tersebut yang penting, dan kemudian mengulang tingkah laku yang diharapkan untuk dilakukan selanjutnya. Konseli didorong untuk melakukan kembali tingkah laku tersebut. Dalam hal ini konselor memberikan balikan dengan segera dalam bentuk komentar atau saran.

3. Pengertian Nakoba dan penyalahgunaan Narkoba

a. Pengertian Narkoba

Dalam dunia medis narkotika sangat diperlukan karena

keampuhannya menghilangkan rasa nyeri. Di samping itu sudah ratusan tahun orang menggunakannya sebagai obat diare dan obat batuk.45Secara umum Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya (yang dikenal dengan istilah psikotropika). Kata narkoba berasal dari bahasa yunani Naurkon yang berarti membuat lumpuh atau mati rasa. Istilah lain dari narkoba adalah Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat 45

Andi Hamzah,Kejahatan Narkotika Dan Psikotropika,(Jakarta: Sinar Grafika, 1994), hal 5.


(53)

44

adiktif lain), yakni bahan atau zat/ obat yang apabila mesuk kedalam tubuh manusia, akan mempengaruhi tubuh, terutama otak atau susunan syaraf pusat (disebut psikoaktif), dan menyebabkan gangguan kesehatan jasmani, mental emosional dan fungsi sosialnya, karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi), dan ketergantungan (dependensi).

b. Penyalahgunaan Narkoba

Penggunaan obat yang benar, dalam pengawasan dokter, adalah dengan menelannya atau menyuntikannya pada otot (intramuscular). Sedangkan pada penyalahgunaan obat, bahan itu juga dihirup, dirokok, atau untuk mencapai efek yang lebih cepat, disuntikkan dibawah kulit (subcutaneous) atau kedalam uirat nadi (intravenous). Terutama yang menggunakan suntukan inilah yang sering mendapat penyakit infeksi. Orang-orang yang ketagihan itu biasanya tidak memperhatikan kebersihan. Mereka saling meminjam alat suntik tanpa diseterilkan lebih dulu. Sembarang air, yang tidak terjamin kebersihannya bukan halangan untuk digunakan mencairkan obat.46

Disamping itu penggunaan Narkoba mudah ketagihan, karena dalam keadaan kurang menentu dan depresi pengguna ingin mengalami euphoria. Jika hal itu terus-menerus dilakukan tanpa adanya pengawasan dokter dan penggunaannya tanpa aturan dan dosis yang dianjurkan. Maka lama-lama

46

Andi Hamzah,Kejahatan Narkotika Dan Psikotropika, (Jakarta: Sinar Grafika, 1994), hal 6.


(54)

45

akan menjadi toleran bagi tubuh pengguna, yaitu dosis yang sama tidak mendatangkan efek yang pengguna harapkan. Akibatnya pengguna akan terus menaikan dosis obat setiap kali inginkan mencapai pengaruh yang sama, dan suatu saat akan mengalami kelebihan dosis (overdosis) yang bisa mengakibatkan kematian. Itulah dampak atau efek yang sangat buruk dari ketagihan yang disebabkan penyalahgunaan Narkoba.

Menurut UU no. 2 tahun 1977 pasal 85 tentang Narkotika disebutkan ancaman untuk menyalahgunaan Narkotika yaitu:

1) Menggunakan narkotika Golongan I bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun;

2) Menggunakan narkotika Golongan II bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling sala 2 (dua) tahun;

3) Menggunakan narkotika Golongan III bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.47

Yang dimaksud dengan menggunakan narkotika bagi dirinya sendiri adalah penggunaan narkotika yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui pengawasan dokter. Dan jika orang yang bersangkutan menderita ketergantungan, maka dia harus menjalani rehabilitas baik medis maupun sosial, dan pengobatan serta rehabilitas bagi yang bersangkutan akan diperhitungkan sebagai masa menjalani pidana.

47

OC Kaligis dan Associates,Narkoba & Peradilannya Di Indonesia: Reformasi Hukum Pidana Melalui Perundangan dan Peradilan(Bandung: P.T. ALUMNI, 2002), hal 10.


(55)

46

c. Jenis-jenis Narkoba

Sesuai dengan undang-undang Narkoba Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Narkoba dibagi dalam 3 jenis yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya.

1) Narkotika

Menurut soerdjono Dirjosiworo (1986) bahwa pengertian

narkotika adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggukanannya dengan memasukkan kedalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:

a) Narkotika golongan I, adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contohnya : ganja, heroin, kokai, morfin dan opium.

b) Narkotika golongan II, adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin dan betametadol.

c) Narkotika golongan III, adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : kedoin dan turunannya.


(56)

47

2) Psikotropika

Sedangkan pengertian Psikotropika (Soerdjono Dirjosisworo: 1986) adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan prilaku. Psikotropika digolongkan menjadi 4 kelompok adalah :

a) Psikotropika golongan I, adalah dengan daya aktif yang sangat kuat. Contoh : MDMA, LSD, STP dan ekstasi.

b) Psikotropika golongan II, adalah psikotropika dengan daya aktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : amfetamin, metamfetamin dan metakualon.

c) Psikotropika golongan III, adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang sertia berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoih : lumibal, bueprenorsina dan fleenitrazepam.

d) Psikotropika golongan IV, adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : nitrazepam (BK, mogadon, dumolid) dan diazepam.

3) Zat adiktif lainnya

Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan

psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada


(57)

48

a) Rokok

b) Kelompok alcohol dan minum lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

c) Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin, yang bila dihirup akan dapat memabukan ( Alifia, 2008).48

d. Sebab-sebab terjadinya penyalahgunaan Narkoba 1) Faktor keuntungn (Subversi)

Dengan jalan memasyarakatkan narkoba di Negara yang jadi

sasaran, maka praktis penduduknya atau bangsa dinegara yang bersangkutan akan berangsur-angsur untuk melupakan kewajibannya sebagai warga Negara, subversi seperti ini biasanya tidak berdiri sendiri dan biasanya diikuti dengan subversi dalam bidang kebudayaan, norma dan sosial.

Setiap pecandu narkoba akan setiap saat membutuhkan narkotika sebagai bagian dari kebutuhan hidupnya yang cenderung dosisnya akan selalu bertambah, dibandingkan dengan beberapa

barang dangan lainnya, narkotika adalah komoditi yang

menguntungkan meski ancaman dan resikonya cukup berat. 48

Jimmy Simangunsong, Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja, studi kasus pada Badan Narkotika Nasional Kota Tanjungpinang (Jurnal Program Studi Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, 2015).


(58)

49

2) Faktor Lingkungan

Dalam penyalahgunaan Narkoba faktor lingkungan memiliki beberapa macam lingkungan, yakni:

a) Faktor dari lingkungan keluarga

Adanya sindikat narkoba internasional yang berupaya

menembus setiap tembok penghalang di Negara maupun dengan

tujuan untuk mencari keuntungan atau subversi. Dengan

jaringannya yang cukup terorganisir dengan rapi, sindikat-sindikat narkoba berupaya dengan keras untuk menciptakan konsumen-konsumen baru dalam mengembangkan pemasaran narkotik dan obat keras. Terutama dilingkungan keluarga yang kurang baik terjalinnya keharmonisan antar anggotanya hal inilah yang sangat mudah sindikat-sindikat pengedar Narkoba untuk masuk dan menghancurkan anggota keluarganya.

b) Lingkungan Yang Sudan Mulai Tercemar Oleh kebiasaan

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan keras, mudah sekali menyerap korban-korban baru disekitarnya. Lingkungan ini biasanya tercipta oleh upaya pedagang atau pengedar obat keras dan narkotika sebagai agen atau kaki tangan sindikat narkotika. Ada juga yang tercipta karena adanya pendatang baru ke dalam suatu


(59)

50

disebabkan diantara rekannya yang terdorong oleh rasa ingin tahu, ingin mencoba, dan sebagainya.

Dengan kata lain dalam faktor lingkungan ini adalah adanya

usaha dari orang-orang tidak bertanggung jawab untuk

mengedarkan Narkoba atau upaya untuk membuka lahan baru untuk mengedarkan barang tersebut.

c) Lingkuangan LIAR

Lingkungan seperti ini adalah suatu lingkungan yang lepas dari pengawasan dan bimbingan. Lingkungan seperti ini dicita-citakan oleh sekelompok anak-anak muda yang ingin mencari kebebasan tersendiri. Lingkungan seperti ini pada saat sekarang memberikan rangsangan yang sangat keras kepada remaja yang jiwanya di tuntut untuk mendapat kebebasan dan kehebatan-kehebatan. Lingkungan seperti ini pula biasanya menjadi distribusi narkotika dan obat keras lainnya.

d) Faktor dari dalam Lingkungan Keluarga

Masalah ini yang sedang melanda dewasa ini, diawali dengan kesibukan Ayah dalam mengejar karir untuk mencari atau mengejar kekayaan yang berlimpah sehingga kebutuhan keluarga terlupakan.

Istilah uang mengatur segalanya . Mulai popular pada saat

sekarang ini, terutama dikota-kota besar persaingan satu dengan lainnya secara diam-diam berjalan dahsyat. Dalam persaingan yang


(60)

51

tidak resmi inilah orang terpacu untuk mengejar karir atau kekayaan dengan segala cara termasuk menelantarkar keluarga. Di lain pihak ibu yang mulai dekat dengan anak mulai pula kejangkitan wabah arisan, bisnis, show disana-sini, shoping dan seribu dan satu kegiatan yang mulai merenggangkan komunikasi antara orang tua dengan putra-putrinya. Urusan keluarga dan anak biasanya diserahkan kepada tetangga atau pengasuh Inilah titik awal dari terjerumusnya generasi muda ke lembah nerkotika dan obat keras. Rumah yang fungsinya tempat berteduh, tempat melepaskan kerinduan antara vanggota keluarga satu dengan yang lainnya, tempat memadu kasih sayang antara orang tua dan anak, akan sedikit demi sedikit berubah fungsi menjadi tempat persinggahan saja. Keadaan ini yang akan mendorong si anak untuk mencari kesibukan diluar seperti halnya kedua orang tuanya (Ma sum, 200: 28).49

B. Penelitian terdahulu yang relevan

Dari beberapa skripsi yang telah diamati maka penelitian terdahulu yang relevan sebagai berikut:

1. Judul : Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Dalam

Perspektif Al-Qur an 49

Fransiska Novita Eleanor, Bahaya Penyalahgunaa Narkoba Serta Usaha Pencegahan Dan


(61)

52

Nama : Siti Ulfa Dwi Rahmawati

Tahun : 2016

Jurusan : ilmu A Qur an dan Tafsir

Universitas : universitas islam negeri sunan ampel

Persamaan : penelitian ini sama-sama menangani permasalahan

penyalahgunaan narkoba .

Perbedaan : Perbedaan dalam skripsi ini terletak pada terapi yang diberikan. Dalam skripsi ini kasus yang diangkat adalah Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Perspektif

Al-qur an. Sedangkan kasus yang peneliti angkat adalah mengenai penanganan penyalahgunaan narkoba dengan membentuk perilaku baru untuk korban penyalahgunaan narkoba.

2. Judul : Konseling Dalam Proses Rehabilitasi Korban

Penyalahgunaan Napza Di Panti Sosial Pamardi Putra Dinas Sosial Provinsi D.I.Yogyakarta

Nama : Ahmad Huda

Tahun : 2010


(62)

53

Persamaan : Dalam skripsi ini sama-sama menggunakan penelitian

kualitatif, kemudian dianalisa menggunakan analisis deskriptif serta kasus yang dialami adalah korban penyalahgunaan Napza

Perbedaan : Perbedaan dalam skripsi ini terletak pada terapi yang diteliti

yakni dalam skripsi ini terapinya tidak ada karena hanya membahas bagaimana pelaksanaan konseling dalam proses rehabilitasi korban napza di PPSP dinas sosial provinsi D.I.Yogyakarta.

3. Judul : Metode Therapeutic Community Bagi Pecandu

Narkoba Di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta

Nama : Nurul Restiana

Tahun : 2015

Jurusan : Bimbingan Dan Konseling Islam

Persamaan : Dalam skripsi ini sama-sama menggunakan penelitian deskriptif.

Perbedaan : perbedaan dalam skripsi ini adalah pada subyek dan kasus yang diangkat.


(63)

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

1. Deskripsi lokasi penelitian

a. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian berada di RT 002 RW 006 Dusun Wonosari Kelurahan Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang yang terletak di pinggiran kota Jombang.

b. Luas wilayah dan batas wilayah

1) Luas kelurahan Jatirejo sekitar ± 115.550 2) Batas wilayah kelurahan Jatirejo terdiri dari

Desa Jatirejo terbagi menjadi empat wilayah dusun, yaitu: Jatirejo, Wonosari, Paculgowang dan Nanggungan yang terbagi dalam 26 RT dan 9 RW

a) Sebelah utara : Desa Bandung b) Sebelah Timur : Desa Grogol c) Sebelah Selatan : Desa Cukir d) Sebelah Barat : Desa Kwaron c. Kondisi Kependudukan

Secara geografis letak Desa Jatirejo termasuk wilayah yang strategis karena letaknya disebelah selatan kota kabupaten dan mudah dijangkau karena lokasinya yang berada di wilayah jalur transportasi umum. Dengan


(64)

55

jumlah penduduk keseluruhan di kelurahan Jatirejo ada 4,833 jiwa, terdiri dari laki-laki 2,339 jiwa dan wanita 2,494 jiwa, dengan jumlah KK 1.281. desa Jatirejo berada di wilayah kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Jawa Timur.

d. Kondisi ekonomi masyarakat

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari banyak dari masyarakatnya mayoritas pekerjaannya menjadi petani atau buruh tani. Hal ini dipengaruhi letak dari kelurahan Jatirejo yang dikelilingi oleh ladang persawahan yang amat luas. Selain bercocok tanam warga kelurahan Jatirejo juga berdagang, seperti berjualan dipasar, selain itu masyarakat juga membuka usaha di rumahnya seperti, toko kebutuhan sehari-hari, toko laundry, warung makanan karena letak kelurahan Jatirejo berada dilingkungan sekeliling pondok yang memudahkan santri untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain itu masyarakat ada pula yang bekerja sebagai karyawan swasta, pns, dosen, guru dan TNI/POLRI.

e. Pendidikan Masyarakat

Tingkat kemajuan pendidikan yang ada di kelurahan Jatirejo cukup tinggi karena seiring perkembangan waktu bahwa pendidikan sangatlah penting terutama dalam hal mendapat pekerjaan. Banyak kaum muda yang meneruskan pendidikan hingga ke perguruan tinggi baik itu didalam kota maupun diluar kota jombang. Namun, tak sedikit pula yang lebih memilih berwirausaha atau meneruskan usaha orang tua untuk berdagang, selain itu


(65)

56

ada pula yang setelah lulus SMA memilih beradu nasib merantau keluar kota guna mencari pekerjaan yang layak, baik itu bekerja ikut di bidang kontraktor atau memilih bekerja sebagai karyawan swasta.

f. Keagamaan Masyarakat

Di segi keagamaan masyarakatnya, mayoritas keagamaan yang dianut di kelurahan Jatirejo yaitu beragama Islam. Namun ada pula yang beragama Kristen. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak diantara masyarakat masih memegang teguh adat istiadat dari agama islam seperti upacara kehamilan 4 bulanan, upacara kelahiran atau dalam Bahasa Jawa disebut pendak pasar bayi. Selain itu juga ada upacara selapan bayi yang biasanya disertai dengan aqiqoh, upacara kematian yaitu adanya pembacaan tahlil selama 7 hari berdasarkan penghitungan jawa dan upacara pengantin yaitu adanya walimahan setelah ijab qabul. Warganya juga rutin melakukan jami’ah yasinan setiap 2 minggu sekali, baik itu jami’ah laki-laki ataupun jami’ah yasin perempuan. Tidak mau kalah pemuda-pemudinya juga rutin melaksanakan jami’ah diba’ setiap hari kamis malam atau malam jum’at di setiap musholah atau masjid terdekat.

2. Deskripsi Konselor dan Konseli

a. Deskripsi konselor

Konselor adalah orang yang bermakna bagi klien, konselor menerima klien apa adanya dan bersedia dengan sepenuh hati membantu klien untuk mengatasi masalahnya, sehingga konselor disini juga bisa dibilang sebagai


(66)

57

teman, sahabat bagi diri konseli. Konselor dalam hal ini adalah seorang mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam.

Konselor dalam penelitian ini adalah Yusuf Cholili anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan bapak Samidi dan ibu Kasiatun. Konselor dilahirkan di Jombang pada 27 Januari 1995. Konselor merupakan salah satu mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Dakwah, Prodi Bimbingan dan Konseling Islam.

b. Riwayat pendidikan konselor:

TK : RA. Tarbiyyatun nayi’inPacul Gowang Diwek Jombang

SD/MI : MI Tarbiyyatun Nasyi’in

MTS/SMP : SMPIT Misykat Al-Anwar Al-Aqobah MA/SMA : MAN 1 Jombang

Sedangkan saat ini peneliti sedang menempuh pendidikan di UIN Sunan Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi tepatnya di Program Studi Bimbingan Konseling Islam angkatan 2013.

c. Pengalaman Konselor

Konselor melakukan praktik kepada beberapa mahasiswa BKI yang memiki bermacam-macam problem diantaranya adalah memiliki kurang percaya diri dan minder dalam berargumentasi di dalam kelas. Pada waktu mata kuliah keterampilan komunikasi konseling, konselor melakukan


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis proses dan hasil pelaksanaan terapi behavior dengan teknik modeling untuk menangani penyalahgunaan Narkoba terhadap remaja di Dusun Wonosai Desa jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses terapi behavior dengan teknik modeling untuk menangani penyalahgunaan Narkoba dengan menggunakan langka-langkah sebagai berikut, yaitu:

a. Masalah konseli mengenai tanpa disadari sering membicarakan obat-obatan konseli konsumsi didepan teman-temannya. Adapun langkah-langkahnya adalah :

1) Mampu mengontrol diri

2) Mengajak konseli untuk berpikir hal-hal yang lebih baik dan lebih penting dari pada membicarakan obat-obatan yang konseli konsumsi. b. Masalah konseli mengenai merasa cemas jika tidak mengkonsumsi

Narkoba. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Mengajak sholat berjama’ah


(2)

11

c. Mengenai masalah konseli mengenai kurang kepercayaan diri pada diri konseli. Adapun langkah-langkahnya adalah :

1) Mengajak konseli untuk berolahraga

2) Memberikan motivasi dan menyadarkan diri konseli.

2. Hasil dari proses konseling dengan treatment teknik modeling untuk menganangi penyalahgunaan Narkoba terhadap konseli ini dirasa cukup berhasil dengan tingkat presentase keberhasilan mencapai 62% dan membawa perubahan konseli kearah yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil follow up yang dilakukan konselor bersama konseli deserta informan lainnya, yang mana dari beberapa perilaku yang ditunjukkan konseli sebelum menjalani proses konseling dan treatment mengalami perubahan kearah yang lebih baik, seperti : perubahan konseli yang berusaha selalu lebih tenang dalam bersikap dan bertutur kata, rajin berolahraga, meningkatnya etos kerja konseli, serta dalam hal religiusitas konseli juga perlaha-lahan meningkat, dan hubungan dengan keluarga perlahan-lahan juga kembali harmonis.

3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi proses terapi behavior dengan teknik modeling

Pelaksanaan bimbingan dan konseling dengan teknik modeling untuk menangani penyalahgunaan Narkoba terhadap remaja sangat


(3)

120

cocok dan mampu membawa dampak bagi diri konseli atauklien. Namun terlepas dari hal itu semua masihlah memiliki kekurangan yang dirasa oleh diri konslor diantaranya yaitu belom adanya proses pengaplikasian yang paten dan baku yang dapat dijadikan patokan atau pegangan bagi konselor. Sehingga, dirasa kurang maksimalnya proses pelaksanaan terapi itu sendiri.

2. Bagi konselor

Pelaksanaan konseling behavior dengan teknik modeling untuk menangani penyalahgunn narkopa terhadap remaja di Dusun Wonosari Des Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang hendaknya dipertahankan dan alangkah baiknya jika konselor lebih banyak menambah ilmu pengetahuan dengan banyak membaca buku dan mencari lebih banyak lagi pengalaman konseling sehingga dalam melakukan proses konseling mendapatkan hasil yang memuaskan dan guna dapat membantu sesema dengan lebih maksimal dan lebih banyak lagi cakup lingkungan yang dituju.

3. Bagi konseli

Menjadi seseorang yang disayangi oleh keluarga, teman dan masyarakat memanglah tujuan hidup bagi manusia, namun jika tidak didukung dengan perilaku yang baik dan bermasyarakat yang baik hal itu semua mustahil jika ingin dicapai. Oleh karena itu tetap jadilah seseorang yang baik, humble dan petuh kepada kedua orang tuamulah,


(4)

121

karena dengan semua itu niscaya hidupmu akan lebih bermanfaat baik didunia maupun di akhirat nanti jika dibandingkan dirimu yang hanya mengejar duniawimu saja dan jangan mudah terpengaruh oleh teman yang ingin menjerumuskanmu kehal-hal yang kurang baik untuk dirimu. 4. Bagi orang tua

Keluarga merupakan pilar yang sangat menentukan pribadi dan perkembangan anak terutama ayah dan ibu, sesibuk apapun pekerjaan seberapa penting pekerjaan alangkah baiknya jika masih menyempatkan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak agar mereka tidak merasa kurang kasih sayang dn juga perhatian sehingga tidak terjerumus kedalam hal-hal yang kurang baik bagi mereka.

5. Bagi pembaca

Jadikanlah fenomena kenakalan remaja kali ini sebagai proses pembelajaran dalam menambah khasanah keilmuan kalian, selalu bersyukur dan jadilah individu yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarmu meskipun itu dalam hal sederhana.


(5)

✁✂ ✄

Daftar Pustaka

Aisyah Mushaf,Al-Qur’an dan Terjemahan Untuk Wanita,(Bandung: JABAL).

Al Karim Al-qur’andan Terjemahan Bahasa Indonesia(ayat pojok), (Kudus: Menara

Kudus), 2006.

Astutik Sri,Pengatar Bimbingan dan Konseling,(Surabaya: UINSA Press, 2014). Buku Pedoman Kader Anti Narkoba BNNP Jawa Timur.

Bungin Burhan,Metode Penelitian Kualitatif(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006).

Corey Gerald, Konseling dan Psikoterapi, (Bandung : Refika Aditama, 1997). Corey Gerald,Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,(Bandung: PT. Reflika

Aditama, 2003).

Corey Gerald,Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009).

Corey Gerald, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Refika Aditama, 2013).

Dahlan MD, Beberapa Pendekatan Dalam Penyuluhan (Konseling), (Bandung: CV. Diponegoro, 1985).

☎✆✝ ✞✟ ✟✝ ✠ ✡☛☞✞✌✍ ✎✌,✏ ✑✒ ✓ ✔✕✖ ✒ ✗✘ ✙✒✚ ✓✖ ✏✑✛ ✔✜✙ ✚ ✖, (✢✌ ✣✌✍ ✤✌✥✟ ☞✞☞✞✟✦☞✧ ✝✌★✩ ✩✩)✡

✪✌✦✫✌✧ ✝✬✭✌✞✟ ✮☞ ✯✌✦✯✌✰✞☞ ✭✝✞, ✱✎ ✝ ✣✲✧ ✲✟ ✝✳✰ ✴✍✝ ✫✌ ✭✝ ✌✞ (✧ ✌✞ ✯☞ ✤✌✞) ✎ ✤☞ ✭✝✌ ✤✌✎✤✰ ✲✍✝✭✌✞ ✤✲ ✣✲✠✴✎ ✝ ✣✲✧ ✲✟ ✝✣✰ ✴✍ ✝ ✫✌ ✭✝✌✞ (✵✌✞ ✭☞ ✞✟ ✥✱☞✎ ✤✌ ✣✌✎ ✰ ✤✝ ✌, ★✩✶✷)✡

Hamzah Andi,Kejahatan Narkotika Dan Psikotropika,(Jakarta: Sinar Grafika, 1994).

http://jurnal.iaingorontalo.ac.id/index.php/al-jauhari/article/view/290

Kaligis OC dan Associates, Narkoba & Peradilannya Di Indonesia:Reformasi Hukum

Pidana Melalui Perundangan dan Peradilan(Bandung: P.T. ALUMNI,

2002).

Kartono Kartini,Psikologi Umum,(Bandung: Mandar Maju, 1996). Kartono Kartini,patologi sosial(Jakarta: rajawali pres, 2014).

Komalasari Gantina,Teori dan teknik konseling,(Jakarta : PT. Indeks 2011). Latipun, Psikologi Konseling, (Malang : UMM Press, 2001).


(6)

✸✹ ✸

Mardalis,Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995).

Murad Jeanette Lesmana,Dasar-dasar Konseling(Jakarta: UI Press, 2008). Musfir Bin Said Az-Zahrani,Konseling Terapi, (Depok: Bahadur Press, 2005) . Noer Faizah Laela,Bimbingan Konseling Sosial, (Surabaya: UIN Sunan Ampel

Press).

Novita Fransiska Eleanor, Bahaya Penyalahgunaa Narkoba Serta Usaha Pencegahan Dan Penanggulangannya, (Jurnal Hukum, Vol XXV, No. 1, FH Universitas MPU Tantular Jakarta: 2011)

Putra Nusa dan Ninin Dwilestari, penelitian Kualitatif, (Jakarta:Rajagrafindo persada,2012).

Rahmat Dede Hidayat,Psikologi Kepribadian,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011). Salahudin Anas,Bimbingan dan Konseling,(Bandung: PUSTAKA SETIA, 2010). Sanyata Sigit, “Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling”,

Jurnal paradigma, No. 34 Th. VII, Juli 2012.

Simangunsong Jimmy, Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja, studi kasus pada Badan Narkotika Nasional Kota Tanjungpinang (Jurnal Program Studi Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, 2015).

S Sofyan. Willis,Konseling Individual Teori dan Praktek(Bandung: Alfabeta, 2007). Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008). Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta,

2014).

Surya Mohamad,Teori-teori Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2013). Sutoyo Anwar,Bimbingan dan Konseling Islam : teori dan praktik(Yogyakarta:

Pustaka pelajar, 2013).

Tohirin,Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan Konseling (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012).

Wirawan Sarlito Sarwono,Psikologi Remaja,(Jakarta: PT Raja grafindo Persada, 2007).