PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD

NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh:

NURUL HIDAYAH

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui model kooperatif tipe STAD siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Kabupaten Lampung Timur.

Metode Penelitian dilakukan dalam penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi data dianalisis dengan deskriptif kuantitatif.

Kesimpulan penelitian aktivitas siswa pada siklus 1 52,83% pada siklus II mengalami peningkatan 9,27%. Hasil belajar siswa pada siklus I belum tuntas Pada siklus II siswa tuntas sebesar 78,26% dan yang tidak tuntas sebesar 21,73%. peningkatan sebesar 21,74%.


(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD

NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

NURUL HIDAYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus Kegiatan PTK ... 29 2. Hasil Belajar Siklus I. ... 50 3 Hasil Belajar Siklus II. ... 60 5. Diagram Kenaikan Rata-rata Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Model

Kooperatif Tipe STAD. ... 72 6. Diagram Kenaikan Rata-rata Kinerja Guru dalam Pembelajaran Model

Kooperatif Tipe STAD. ... 74


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah. ... 4

C. Rumuasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian. ... 5

E. Manfaat Penelitian. ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif ... 7

B. Model Pembelajaran Kooperatif STAD. ... 9

C. Pengertian Belajar. ... 16

D. Aktivitas Belajar. ... 18

E. Pengertian IPS. ... 20

F. Tujuan IPS. ... 22

G. Implementasi Model Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur. ... 23

H. Hipotesis Tindakan. ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian. ... 28

B. Prosedur Penelitian ... 28

C. Setting Penelitian. ... 31

D. Data dan Sumber Data. ... 31

E. Instrumen Penelitian. ... 32

F. Teknik Analisa Data. ... 33


(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil SD Negeri 1 Gunung Mas. ... 35

B. Prosedur penelitian ... 35

C. Hasil Penelitian. ... 38

1. Siklus I... 39

2. Siklus II. ... 53

D. Pembahasan . ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 77

2. Surat keterangan. ... 78

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 79

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 92

5. Lembar Observasi. ... 132

6. Hasil Belajar Siswa . ... 142


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai Tes Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Kelas V SD

Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2013/2014... 2

4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Tiap Siklus… 38 4.2 Aktivitas Siswa Siklus I... 48

4.3 Kinerja Guru Siklus I……….. 50

4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I... 51

4.5 Aktivitas Siswa Siklus II………. 61

4.6 Kinerja Guru Siklus II………. 63

4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus II………... 64

4.8 Rekapitulasi Aktivitas Siswa………... 66

4.9 Rekapitulasi Data Kinerja Guru………... 68


(8)

(9)

(10)

(11)

MOTO

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik di hari tua.”

“Manusia yang paling pandai adalah manusia yang bisa menguasai

dirinya sendiri.”


(12)

PERSEMBAHAN

Seiring dengan sujud syukur pada-Nya karya sederhana ini penulis persembahkan kepada

1. Kedua orang tuaku Bapak Mursali dan Ibu Ngasiatun terima kasih atas doa dan restumu,

2. Suamiku yang tercinta dan tersayang yang selalu memberi motivasi agar dapat menyelesaikan skripsi ini,

3. Anak-anakku yang kusayangi yang selalu semangat agar dapat menyelesaikan skripsi ini

4. Kepala sekolah dan rekan-rekan guru yang selalu mendukung keberhasilanku, dan


(13)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Bumi Jawa pada tanggal 15 Juni 1983. Anak ke-2 dari 2 bersaudara pasangan dari Bapak Mursali dan Ibu Ngasiatun. Peneliti pertama kali mengenal pendidikan di SD Negeri Batu Badak lulus tahun 1995. Kemudian melanjutkan pendidikan di MTs Penawaja Pugung Raharjo lulus tahun 1998. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di MA Negeri 1 Metro lulus tahun 2001. Peneliti diterima sebagai mahasiswa Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung tahun 2010.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya. Menurut Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Perolehan hasil belajar IPS SD Negeri 1 Gunung Mas di Kelas V masih jauh dari hasil belajar yang diharapkan. Dari hasil pengamatan langsung yang dilakukan terhadap perilaku siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas, masih terlihat siswa yang tidak memperlihatkan penjelasan guru, malas-malasan dalam kegiatan belajar, kurangnya respon siswa terhadap pertanyaan yang diberikan olah guru. Hal ini disebabkan karena siswa merasakan kegiatan pembelajaran yang kurang menarik karena kelas masih didominasi oleh guru sehingga siswa menjadi pasif. Dengan demikian, penulis mencoba melakukan penelitian terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas.

Kurangnya aktivitas belajar IPS siswa dalam proses belajar mengajar telah lama menjadi bahan pikiran setiap guru kelas sekolah dasar, hal ini


(15)

2

terlihat bahwa pada umumnya siswa menampakkan sikap yang kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam menerima pelajaran. Kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran tersebut akan berpengaruh dalam proses pembelajaran, karena akan mengakibatkan suasana kelas kurang aktif dan interaksi timbal balik antara guru dan siswa kurang, serta antara siswa dengan siswa tidak terjadi, sehingga siswa cenderung bersikap pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru dan pada akhirnya hasil belajar mereka rendah dan tidak memenuhi standar KKM yang telah ditetapkan.

Dilihat dari data prasurvei, yang dilakukan pada ulangan tengah semester ganjil 2012 diketahui bahwa nilai hasil belajar IPS siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas masih rendah. Diperoleh data bahwa dalam pembelajaran IPS masih banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh Kelompok Kerja Guru Kecamatan Marga Sekampung, yaitu 60.

Tabel 1.1 Nilai Tes Semester Ganjil Mata Pelajaran IPS Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2013/2014

No Nilai Kriteria Jumlah siswa %

1 2 ≥ 60 < 60 Tuntas Tidak tuntas 6 10 37,5% 62,5 %

Jumlah 16 100

Sumber: Buku Daftar Nilai Ulangan Semester Ganjil Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2013/2014 (berdasarkan KKM)

Berdasarkan tabel di atas nampak bahwa jumlah siswa yang tuntas mencapai 6 siswa (37,5%) dan yang belum tuntas atau belum mencapai KKM sebanyak 10 siswa (62,5%). Aktivitas belajar siswa juga masih rendah terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak menyimak


(16)

3

materi yang disampaikan oleh guru, serta proses interaksi antara guru dan siswa kurang terlihat.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, disebabkan karena belum optimal model pembelajaran oleh guru. Karena selama ini pada umumnya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah sehingga mata pelajaran IPS menjadi tidak menarik. Belum digunakan model kerja kelompok. Pembelajaran IPS lebih terfokus pada guru, sedangkan siswa hanya menerima penjelasan dari guru adanya. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mencoba dan menemukan sendiri konsep secara langsung. Oleh karena itu guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajaran dengan baik sehingga menyebabkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa di Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Kecamatan Marga Sekampung Lampung Timur pada pelajaran IPS.

Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas siswa yang meningkat, sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai.

Memahami berbagai masalah yang muncul di atas, maka peneliti menerapkan solusi pembelajaran yang mana diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran IPS ini yaitu model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Dengan model pembelajaran STAD ini akan lebih mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah IPS serta mendorong siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa


(17)

4

akan lebih mudah memahami materi pelajaran IPS. Selanjutnya siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mampu memahami dan dapat saling bekerja sama dengan kelompoknya sehingga ilmu yang didapat lebih banyak dari hasil bertukar pikiran tersebut.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu:

1. Rendahnya aktivitas belajar IPS siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.

2. Rendahnya hasil belajar IPS siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.

3. Kurangnya minat belajar IPS siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.

4. Guru belum menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:


(18)

5

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa melalui model kooperatif tipe STAD siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe STAD siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2013/2014?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. Peningkatan aktivitas belajar IPS melalui Model Kooperatif Tipe STAD siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.

2. Peningkatan hasil belajar IPS melalui Model Kooperatif Tipe STAD siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian tindakan kelas melalui model Kooperatif Tipe STAD dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur, sebagai berikut:

1. Bagi siswa yaitu :

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.

2. Bagi Guru yaitu :

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru bahwa model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga


(19)

6

dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran IPS.

3. Bagi Sekolah yaitu :

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu proses, dan hasil belajar siswa, dan sebagai pencapaian Visi Sekolah.

4. Bagi Peneliti

menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan model-model pembelajaran khususnya model-model Kooperatif Tipe STAD pada mata pelajaran IPS.


(20)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Davidson dan Warsham (dalam Isjoni, 2011: 28), “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”.

Slavin (dalam Isjoni, 2011: 15) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.

1. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Widyantini (2006: 4) adalah “hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai


(21)

8

keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan sosial”. Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010: 57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Louisell dan Descamps (dalam Trianto, 2010: 57) juga menambahkan, karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan pemecahan masalah. Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.

2. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya dan berpikir bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.

b) Dalam kelompok terdapat pembagian tugas secara merata dan dilakukan evaluasi setelahnya.

c) Saling membagi kepemimpinan antar anggota kelompok untuk belajar bersama selama pembelajaran.

d) Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas semua pekerjaan kelompok


(22)

9

3. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif

Menurut Nur (dalam Widyantini, 2006: 4) sebagai berikut:

a) Siswa dalam kelompok bekerja sama menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b) Kelompok dibentuk secara heterogen.

c) Penghargaan lebih diberikan kepada kelompok, bukan kepada individu

Pada model pembelajaran kooperatif memang ditonjolkan pada diskusi dan kerjasama dalam kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen sehingga siswa dapat berkomunikasi, saling berbagi ilmu, saling menyampaikan pendapat, dan saling menghargai pendapat teman sekelompoknya.

B. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student teams achievement divisions). Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Salvin dan teman- temannya di Universitas John Hopkin. STAD merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dalam pelaksanaannya siswa dikelompokkan ke dalam 4- 5 orang tiap kelompoknya. Setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki- laki dan perempuan, berasal dari berbagai, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis.Hasil kuis diberi skor dan dibandingkan dengan skor dasar untuk menentukan skor peningkatan individu dan skor kelompok. Ada lima komponen utama dalam dalam pembelajaran kooperatif


(23)

10

tipe STAD (Student teams achievement divisions) yaitu presentasi kelas, kerja kelompok, kuis, peningkatan nilai individu dan penghargaan kelompok. Dalam laporan ini penulis mengambil salah satu dari kelima tipe tersebut yaitu kerja kelompok.

Teknik mengajar Student Teams Achievement Divisions (STAD) dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai model Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends 1997 : 111).

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Student Teams Achievement Divisions (STAD) didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan


(24)

11

juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A. 1994 : 27).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD), terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Menurut Arends (1997: 115-117) lima komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: 1) penyajian kelas, 2) belajar kelompok, 3) kuis, 4) skor perkembangan, 5) penghargaan kelompok.

Berikut ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe StudentTeams Achievement Division (STAD).


(25)

12

1. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.

a) Pembukaan

1) Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.

2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.

3) Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

b) Pengembangan

1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.

2) Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.


(26)

13

3) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.

4) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.

5) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

c) Latihan Terbimbing

1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.

2) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.

3) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

2. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.


(27)

14

Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan.

Selanjutnya menurut Arends (1997: 118) langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut:

1) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.

2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok. 3) Bagikan lembar kegiatan siswa.

4) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.

5) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa


(28)

15

mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.

6) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

3. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

4. Penghargaan Kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.

C. Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Menurut


(29)

16

Suryabrata, (2000: 252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Belajar (2002: 12) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Djamarah (2000: 21) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Menurut Djamarah (2000: 22) belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:


(30)

17

1. Adanya dorongan rasa ingin tahu.

2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya

3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.

4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya. 5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. 6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri. 7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

8. Untuk mengisi waktu luang.

Menurut analisis penulis, Belajar merupakan proses yang aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan kata lain, ada tahap evaluasi terhadap informasi yang didapat, apakah pengetahuan yang kita miliki masih relevan atau kita harus memperbarui pengetahuan kita sesuai dengan perkembangan zaman.


(31)

18

D. Aktivitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan / keaktifan”. Poewadarminto menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. S. Nasution menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan. belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 7) merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Selanjutnya Sardiman (1994: 24) menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Sardiman (1994: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang digolongkan ke dalam 8 kelompok.

1. Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

2. Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

3. Listening Activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.

4. Writting Activities, seperti : menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5. Drawing Activities, seperti ; menggambar, membuat grafik, peta, diagram.


(32)

19

6. Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain dan berternak.

7. Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup

Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri – ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.

Indikator aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah 1) mengajukan pertanyaan, merespon aktif pertanyaan lisan dari guru, 2) melaksanakan instruksi/perintah, 3) menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar, 4) antusias/semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, 5) Memotivasi untuk dapat mengerjakan dengan cara sendiri, 6) Siswa berdiskusi dengan teman lainnya dalam mengonstruksikan bahan, 7) Belajar berdasarkan fasilitas yang disediakan oleh guru, 8) siswa merekonstruksikan. Kunandar (2010 : 296).

Menurut Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Sedangkan, Sardiman (1994: 22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi


(33)

20

antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Natawijaya dalam Depdiknas (2006 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”

E. Pengertian IPS

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berkenaan dengan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, memanfaatkan sumber daya alam di permukaan bumi, dan mengatur kesejahteraan dalam rangka menjalankan kehidupan bermasyarakat. Menurut Fajrina (2011), mengemukakan hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial adalah tela'ah tentang manusia dan dunianya. Misalnya manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup bersama orang lain dengan saling berkomunikasi sebagai suatu interaksi sosial


(34)

21

Pendidikan IPS yang dikembangkan pada tingkat persekolahan berbeda dengan pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat perguruan tinggi. Pendidikan IPS yang dikembangkan di tingkat persekolahan memiliki tujuan untuk membina peserta didik menjadi warga negara yang baik.

Permendiknas No.22 tahun 2006 tantang standar isi mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik disiapkan dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.

Sejalan dengan itu, hakekat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar merupakan suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu IPS dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk merealisasikan tujuan pendidikan di tingkat persekolahan.

King (dalam http://techonlyl3's.wordpress.com, 2kl, diakses tanggal 26 Januari 2013 pukul 16.30 WIB) mengemukakan bahwa pengorganisasian pengajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) sumbernya dari berbagai ilmu sosial yang diitegrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran. Dengan demikian pengajaran IPS di Sekolah Dasar merupakan bagian integrasi dari bidang studi. Winataputra, dkk. (2008: 1.51) tentang kurikulum 1975 menampilkan empat profil yang diantaranya adalah Pendidikan IPS terpadu untuk Sekolah Dasar (SD).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS SD adalah suatu mata pelajaran yang diajarkan secara terintegrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu IPS


(35)

22

dan ilmu-ilmu lain yang bertujuan membentuk peserta didik menjadi warga masyarakat yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan

F. Tujuan Belajar IPS

Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa Ilmu Pendidikan Sosial merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu, pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial harus mengacu pada tujuan pendidikan nasional.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:

1) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis , rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal nasional dari global

Herms (dalam Winatraputra, dkk. 2008: 8.9) menyatakan bahwa tujuan pengembangan IPS di persekolahan adalah sebagai berikut : 1) IPS untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu, 2) IPS untuk memecahkan berbagai persoalan-persoalan kemasyarakatan masa kini, 3) IPS membantu dalam memilih karir, 4) IPS mempersiapkan studi lanjutan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial yang


(36)

23

nantinya akan bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan individu, masyarakat, dan dunia kerja.

G. Implementasi Model Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.

Model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin, dan merupakan tipe pembelajaran Cooperative Learning yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok siswa yang menyajikan informasi akademik kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks. Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang yang bersifat heterogen. Komponen utama tipe STAD adalah presentasi kelas, kegiatan kelompok, kuis/test, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok (Asma, 2006: 51).

Berdasarkan keterangan di atas bahwasannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebab dalam proses pembelajarannya STAD menekankan keterlibatan siswa secara aktif, sehingga mendorong siswa untuk mencari dan menemukan jawaban berdasarkan pengalaman yang dialaminya selama proses pembelajaran. Hal inilah yang mendorong munculnya aktivitas belajar yang mandiri serta meningkatkan hasil belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan dan menjadi tujuan dapat dilihat sebagai berikut:


(37)

24

1. Kegiatan Awal

a. Guru mengucapkan salam kepada siswa dan siswa menjawab salam guru b. Guru membimbing siswa untuk berdo’a bersama sebelum sebelum proses

pembelajaran dimulai c. Apersepsi

d. Guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar dan mengecek kehadiran siswa.

e. Guru mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara lebih bermakna.

2. Kegiatan Inti

a. Siswa memeperhatikan penjelasan guru tentang menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mem-pertahankan Kemerdekaan Indonesia yang dijadikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD oleh guru.

b. Siswa diberikan pertanyaan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

c. Siswa bertanya tentang materi yang belum dipahaminya d. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil

e. Siswa melakukan diskusi kelompok tentang bentuk pecahan dan nilai pecahan dengan cara mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan baru yang dimilikinya.


(38)

25

f. Siswa mengamati serta menyelidiki masalah yang diberikan guru sehingga siswa menemukan jawabannya secara berkelompok

g. Siswa mencatat hasil diskusi serta melaporkannya kepada guru.

h. Siswa berbagi pengalaman kepada siswa lainnya, atau kelompok lainnya. 3. Kegiatan akhir

a. Guru bersama-sama siswa melakukan refleksi tentang kegiatan-kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

b. Guru melakukan penilaian secara objektif kepada masing-masing kelompok yang telah melakukan diskusi

c. Guru bertanya tentang kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran IPS menggunakan model Kooperatif Tipe STAD dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan hasil belajar IPS siswa Kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas Lampung Timur.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut Suharsimi (2006: 58) yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

B. Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi (2006: 3) mengemukakan “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Jadi PTK bisa dikatakan suatu tindakan yang disengaja untuk mendapatkan kegiatan belajar mengajar dengan hasil yang maksimal yang berfokus pada kegiatan pembelajaran.


(40)

27

Penelitian tindakan kelas juga harus adanya hubungan atau kerjasama antara peneliti dengan guru baik dalam pembelajaran maupun dalam menghadapi permasalahan yang nyata di kelas. Dalam hal ini Suharsimi (2006:63) mengemukakan “Kerjasama (kolaborasi) antar guru dengan peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama, mereka secara bersama menggali dan mengkaji permasalahan yang dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah.

Prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pada tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah: 1) Penetapan fokus permasalahan, 2) Perencanaan tindakan, 3) Pelaksanaan tindakan, 4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi), 5) Refleksi (analisis, dan interpretasi), dan 6) Perencanaan tindak lanjut.

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut:


(41)

28

Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Aidin, 2011: 19)

Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua, dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai

Permasalahan Perencanaan

Tindakan - I

Pelaksanaan Tindakan - I

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - I SIKLUS - I

Permasalahan baru, hasil

Refleksi

Refleksi - I

Perencanaan Tindakan - II

Pelaksanaan Tindakan - II

Pengamatan/ Pengumpulan

Data - II SIKLUS - II

Refleksi - I Permasalahan

baru, hasil Refleksi

SIKLUS - II

Bila Permasalahan Belum Terselesaikan

Refleksi - II

Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya


(42)

29

berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari 4 tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan perbaikan rencana dalam setiap siklus.

a. Tahap Perencanaan

1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.

3) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai

5) Menentukan skenario pembelajaran dengan metode pemberian tugas. 6) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan. 7) Menyusun lembar kerja siswa

8) Mengembangkan format evaluasi

9) Mengembangkan format observasi pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

a) Sebelum materi diberikan, guru menginformasikan materi yang akan dipelajari. Untuk memotivasi siswa dalam menerima pembelajaran yang baru.


(43)

30

c) Bagian topik permasalahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian topik yang kedua demikian seterusnya dengan berupa soal latihan.

d) Siswa membaca dan mengerjakan bagian mereka masing-masing. Siswa saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

e) Setelah selesai, siswa kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing untuk menjelaskan hasil kelompoknya mendiskusikannya sekelas f) Guru memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang telah

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.

c. Tahap Observasi

1) Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan pengamatan terhadap penelitian tindakan kelas ketika pembelajaran berlangsung.

2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah disediakan.

d. Tahap Refleksi

Pada kegiatan ini peneliti menentukan, mengidentifikasikan permasalahan yang ditemukan. Dari hasil refleksi guru merencanakan siklus selanjutnya untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran siklus sebelumnya.


(44)

31

C. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran 2013/2014 dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2014. 2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Gunung Mas Jalan Desa Gunung Mas Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur.

3. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2013/2014, V Semester genap, dengan jumlah siswa 16 orang, yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.

D. Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang berbentuk skor (angka), yang terurai sebagai berikut:

1. Dokumen catatan lapangan

Adalah dokumen catatan tentang kejadian-kejadian pada saat penelitian tindakan kelas berlangsung.

2. Aktivitas belajar siswa.

Sumber data aktivitas belajar siswa adalah untuk menilai keaktipan siswa dalam proses belajar, yang meliputi:


(45)

32

a. Kemampuan menyelesaikan tugas b. Kemampuan bertanya kepada guru c. Keaktipan menyelesaikan tugas d. Bekerjasama dengan teman e. memperhatikan petunjuk guru

f. Kemampuan memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis

3. Hasil belajar siswa, sesuai dengan materi yang dibahas setiap siklus.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi, perangkat tes, dan catatan lapangan.

1. Lembar observasi dibuat oleh guru yang digunakan untuk menilai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, lembar observasi aktivitas yang mencakup:

a. Memperhatikan penjelasan guru

b. Bertanya atau menjawab pertanyaan guru

c. Berdiskusi antara siswa dengan siswa dalam kelompok d. Mengerjakan LKS

e. Menanggapi hasil presentasi kelompok lain.

2. Perangkat tes dilakukan dengan cara tertulis yang berbentuk uraian sesuai dengan kisi-kisi soal yang diberikan setiap akhir siklus.

3. Catatan lapangan berupa lembar pengayaan yang dibuat oleh guru dengan mengumpulkan seluruh data berdasarkan observasi dan tes untuk


(46)

33

mengetahui setiap tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran

F. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis hasil akhir dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas : data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan pendapat siswa mengenai penerapan model STAD dengan menggunakan lembar observasi. Data tersebut diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran (Modifikasi dari Kunandar 2010 : 296).

Dengan rumus data kualitatif :

PA = 100% N

AS

x

Ket :

PA : Persentase siswa yang aktif ∑AS : Jumlah siswa yang aktif N : Banyaknya siswa yang hadir

2. Analisis untuk data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kualitas hasil belajar. Penelit menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh niali rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus :


(47)

34

Keterangan :

x = nilai rata-rata

∑x = jumlah semua nilai hasil ∑N = jumlah siswa

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

P = x100%

siswa banyaknya belajar tuntas yang siswa banyaknya

G. Indikator Keberhasilan

Penerapan model Kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran ini dikatakan berhasil apabila:

1. Persentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya, dan mencapai ≥ 75% yang aktif.

2. Adanya peningkatan rata-rata kinerja guru nilai setiap siklusnya.

3. Tingkat keberhasilan belajar siswa secara klasikal telah memahami tentang materi tentang Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia mencapai ≥75%, dengan kriteria ketuntasan minimum yang telah ditentukan sekolah yaitu KKM ≥ 60. melalui model Kooperatif Tipe STAD, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.

N x x

 


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas V semester genap SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V semester genap SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2013/2014. Siklus I hasil belajar siswa yang tuntas dan mencapai KKM adalah sebesar 56,25%%. Siklus II sebesar 87,5%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Agar hasil belajar IPS untuk pokok bahasan menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia lebih meningkat maka disarankan bagi guru untuk


(49)

menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan mengoptimalkan aktivitas siswa.

2. Bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas kiranya dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran karena dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran akan membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diberikan guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Aidin Adlan 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita Kurnia

Arend, Ricard 1997. Learning To Teach. Dalam Trianto. Model Pembelajaran Inovatif yang Berorientasi Kosntruktivistik.Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher

A.M Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada : Jakarta

Diknas. 2006.Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Jakarta. Diknas. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

King (dalam http://techonlyl3's.wordpress.com, 2kl, diakses tanggal 16 Januari 2014 pukul 16.30 WIB)

Lie, Anita. 1994. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia

Nasution S. 2006. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta. PT. Bumi Aksara Purwanto, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang standar isi. Jakarta.Balitbang

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algensido Offset

Suharsimi Arikunto, Suharjono Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.

Suryabrata Sumardi. 2000. Metodologi penelitian, Jakarta. PT. Raja Grafindo Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta. PT. Prestasi Pustaka Wardani, I. G. A. K dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas


(51)

2

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Cooperative Learning. Yogyakarta: PPPG Dirjen PMPTK Depdiknas.

W.J.S Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka


(1)

mengetahui setiap tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran

F. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis hasil akhir dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang terdiri atas : data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan pendapat siswa mengenai penerapan model STAD dengan menggunakan lembar observasi. Data tersebut diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan relevan dengan kegiatan pembelajaran (Modifikasi dari Kunandar 2010 : 296).

Dengan rumus data kualitatif :

PA = 100%

N AS

x

Ket :

PA : Persentase siswa yang aktif

∑AS : Jumlah siswa yang aktif N : Banyaknya siswa yang hadir

2. Analisis untuk data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kualitas hasil belajar. Penelit menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh niali rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus :


(2)

34

Keterangan :

x = nilai rata-rata

∑x = jumlah semua nilai hasil

∑N = jumlah siswa

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

P = x100%

siswa banyaknya belajar tuntas yang siswa banyaknya

G. Indikator Keberhasilan

Penerapan model Kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran ini dikatakan berhasil apabila:

1. Persentase aktivitas siswa meningkat setiap siklusnya, dan mencapai ≥ 75% yang aktif.

2. Adanya peningkatan rata-rata kinerja guru nilai setiap siklusnya.

3. Tingkat keberhasilan belajar siswa secara klasikal telah memahami tentang materi tentang Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

mencapai ≥75%, dengan kriteria ketuntasan minimum yang telah ditentukan sekolah yaitu KKM ≥ 60. melalui model Kooperatif Tipe

STAD, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil. N

x x

 


(3)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas V semester genap SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V semester genap SD Negeri 1 Gunung Mas Tahun Pelajaran 2013/2014. Siklus I hasil belajar siswa yang tuntas dan mencapai KKM adalah sebesar 56,25%%. Siklus II sebesar 87,5%. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Agar hasil belajar IPS untuk pokok bahasan menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia lebih meningkat maka disarankan bagi guru untuk


(4)

menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan mengoptimalkan aktivitas siswa.

2. Bagi siswa kelas V SD Negeri 1 Gunung Mas kiranya dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran karena dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran akan membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diberikan guru sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aidin Adlan 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus. Dita Kurnia

Arend, Ricard 1997. Learning To Teach. Dalam Trianto. Model Pembelajaran Inovatif yang Berorientasi Kosntruktivistik.Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher

A.M Sardiman. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada : Jakarta

Diknas. 2006.Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan SD/MI. Jakarta. Diknas. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Hamalik Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara

Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta

King (dalam http://techonlyl3's.wordpress.com, 2kl, diakses tanggal 16 Januari 2014 pukul 16.30 WIB)

Lie, Anita. 1994. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia

Nasution S. 2006. Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta. PT. Bumi Aksara Purwanto, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang standar isi. Jakarta.Balitbang

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algensido Offset

Suharsimi Arikunto, Suharjono Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara.

Suryabrata Sumardi. 2000. Metodologi penelitian, Jakarta. PT. Raja Grafindo Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta. PT. Prestasi Pustaka Wardani, I. G. A. K dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas


(6)

2

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Cooperative Learning. Yogyakarta: PPPG Dirjen PMPTK Depdiknas.

W.J.S Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG SULAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS V B SDN 1 SURABAYA KECAMATAN KEDATON KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 54

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION SISWA KELAS V SDN 1 SUMBERAGUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 58

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG RAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 76

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 1 PRINGSEWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 27 82

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 66

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 51

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI BATU BADAK TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 53