PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN

GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

Oleh

INEZ SARASWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Jurusan Pendidikan Dokter Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRACT

INFLUENCE OF GIVING ETHANOL EXTRACT OF MANGOSTEEN RIND (Garcinia mangostana Linn.) TO ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) ENZYME

ACTIVITY IN WHITE MALE RAT (Rattus novergicus) STRAIN SPRAGUE DAWLEY INDUCED RIFAMPICIN

By Inez Saraswati

Tuberculosis (TB) is an important issue for the health and Indonesia was ranked 4th in the world. According to the WHO Global TB Report 2012, recorded some 294 732 cases of TB have been found and treated (preliminary data in May 2010). Rifampicin is one of the drugs used in tuberculosis treatment. However, the side effects of this drug is hepatotoxicity. Mangosteen rind contains a fairly high antioxidant compounds such as xanthones and anthocyanins. To prove this, it will be conducted to influence of giving ethanol extract of mangosteen rind to ALT enzyme activity on white male rats strain Sprague Dawley induced rifampicin.

This research is an experimental by post only control group design with sample of 25 male rats (Rattus norvegicus) strain Sprague Dawley aged 10-16 weeks for 14 days.

The result obtained that activity of ALT enzym on normal control group was average 27,60 U/L, while in the group given rifampicin that ALT enzyme activity is increase to 102,80 U/L. The average of ALT enzyme activity on others group which given ethanol extract of mangosteen rind with dose 20 mg/100gBB, 40 mg/100gBB and 80 mg/100gBB are 80,40 U/L, 64,20 U/L and 31,00 U/L. The results showed significant yield differences (p <0.05), this suggests that the ethanol extract of mangosteen rind has benefits in preventing an increase in ALT enzyme activity of white rats Sprague Dawley strain.


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia

mangostana Linn.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN

AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

Oleh

INEZ SARASWATI

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah penting bagi kesehatan dan Indonesia menduduki peringkat ke-4 di dunia. Menurut WHO dalam Global TB Report 2012, tercatat sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010). Rifampisin adalah salah satu obat yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis. Namun, efek samping yang ditimbulkan diantaranya hepatotoksisitas. Kulit manggis mengandung senyawa antioksidan yang cukup tinggi seperti xanthone dan antosianin. Untuk membuktikan hal ini, maka akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis terhadap aktivitas enzim ALT pada tikus putih yang diinduksi rifampisin.

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan post only control group design dengan sampel 25 tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley berumur 10-16 minggu selama 14 hari.

Hasil penelitian didapatkan aktivitas enzim ALT pada kelompok kontrol normal rerata sebesar 27,60 U/L, sedangkan pada kelompok yang diberikan rifampisin, aktivitas enzim ALT mengalami kenaikan menjadi sebesar 102,80 U/L. Kelompok tiga, empat dan lima yang diberi ekstrak etanol kulit manggis dosis 20 mg/100gBB, 40 mg/100gBB dan 80 mg/100gBB rata-rata aktivitas enzim ALT sebesar 80,40 U/L, 64,20 U/L dan 31,00 U/L. Hasil penelitian menunjukkan hasil perbedaan bermakna (p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol kulit manggis memiliki manfaat dalam mencegah peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih galur Sprague Dawley.


(4)

(5)

(6)

Halaman Daftar ISI ...

Daftar TABEL ... Daftar GAMBAR ... Daftar LAMPIRAN ... I. PENDAHULUAN ... A.Latar Belakang ... B.Perumusan Masalah ... C.Tujuan Penelitian ... D.Manfaat Penelitian ... E. Kerangka Penelitian ... 1. Kerangka Teori ... 2. Kerangka Konsep ... 3. Hipotesa ... II. TINJAUAN PUSTAKA ... A.Manggis ...

1. Deskripsi Tanaman Manggis ... 2. Taksonomi ... 3. Morfologi Tanaman Manggis ... 4. Kandungan Kimia ... 5. Aktivitas Antioksidan ... B.Hati ... C.Rifampisin ... 1. Farmakodinamik ... 2. Farmakokinetik ...

i iv v vi 1 1 4 4 5 7 7 10 10 11 11 11 12 13 14 16 18 23 23 24


(7)

6. Peringatan Penggunaan Rifampisin ... D.Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley ...

1. Klasifikasi Tikus Putih ... 2. Jenis Tikus Putih ... 3. Biologi Tikus Putih ... III. METODE PENELITIAN ...

A.Desain Penelitian ... B.Tempat dan Waktu ... C.Populasi dan Sampel ... D.Bahan dan Alat Penelitian ... E. Prosedur Penelitian ... F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... G.Analisis Data ... H.Etika Penelitian ... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

A.Hasil Penelitian ... B.Pembahasan ... V. KESIMPULAN DAN SARAN ... A.Kesimpulan ... B.Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... 26 27 27 27 28 30 30 30 31 32 34 41 42 42 45 45 48 53 53 53 55 59


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengaruh xanthone dan antosianin terhadap radikal bebas akibat rifampisin ... 2. Kerangka konsep ... 3. Garcinia mangostana Linn ... 4. Diagram alur penelitian ... 5. Grafik aktivitas enzim ALT tiap kelompok ...

9 10 12 40 46


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan nutrisi kulit buah manggis per 100 gr ... 2. Data biologis tikus putih (Rattus norvegicus) ... 3. Definisi operasional variabel ... 4. Hasil pengukuran aktivitas enzim ALT ... 5. Hasil uji One Way ANOVA ... 6. Hasil uji Post Hoc LSD ...

11 25 41 45 47 47


(10)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : : : : : : : : :

Berat Badan Tikus Percobaan

Uji Normalitas Distribusi Data Shapiro-Wilk Pada Kelompok Percobaan dengan Ekstrak Kulit Manggis

Uji One Way ANOVA untuk Mengetahui Ada atau Tidak Ada Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Manggis Terhadap Aktivitas Enzim ALT Tikus Putih

Pemeriksaan ALT dengan Spektrofotometrik Dokumentasi Penelitian

Jurnal Skripsi

Surat Keterangan Penyerahan Jurnal Surat ethical clearance

Surat Keterangan Pemeriksaan ALT dari Lab. Kimia Klinik RSUD Abdul Moeloek


(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk terapi anti tuberkulosis (TB), tetapi hepatotoksisitas yang dihasilkan dari penggunaan obat ini tetap menjadi masalah yang signifikan untuk pengobatan klinis. Rifampisin adalah makrosiklik antibiotik kompleks yang menghambat sintesis asam ribonukleat dalam berbagai mikroba patogen. Rifampisin memiliki efek bakterisida dan efek sterilisasi efektif melawan basil

Mycobacterium tuberculosis baik intraseluler dan ekstraseluler (Zhao, 2013). Indonesia merupakan negara pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian yang mampu mencapai target global TB untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213 kasus diantaranya terdeteksi BTA+. Dengan demikian, Case Notification Rate untuk TB BTA+ adalah 73 per 100.000 kasus (Case Detection Rate 73%). Rerata pencapaian angka keberhasilan pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada studi kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut


(12)

merupakan tonggak pencapaian program pengendalian TB Nasional yang utama (Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, 2011).

Seiring dengan angka keberhasilan dari pengobatan TB, salah satu efek samping penggunaan rifampisin adalah hepatotoksisitas. Efek hepatotoksik dipengaruhi oleh dosis yang digunakan dan proses metabolisme obat. Penanda dini dari hepatotoksik adalah peningkatan enzim-enzim transaminase dalam serum yang terdiri dari aspartate amino transferase/serum glutamate oxaloacetate transaminase (AST/SGOT) yang disekresikan secara paralel dengan alanine amino transferase/serum glutamate pyruvate transaminase

(ALT/SGPT) yang merupakan penanda yang lebih spesifik untuk mendeteksi adanya kerusakan hepar (Prihatni et al., 2005). World Health Organization

tahun 2012 mengklasifikasikan hepatotoksik menjadi 4 gradasi. Grade I ditandai dengan peningkatan ALT 1,25-2,5× normal, grade II ALT meningkat 2,6-5× normal, grade III ALT meningkat 5,1-10× normal dan grade IV bila ALT meningkat >10× normal. Selain disebabkan drug induced hepatitis (DIH) akibat obat anti tuberkulosis (OAT), gangguan hepar pada penderita TB ditandai oleh kadar ALT dan AST yang meningkat.

Penulis tertarik untuk meneliti Garcinia mangostana Linn yang merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Manggis mengandung senyawa antioksidan yang cukup tinggi. Berbeda dengan buah-buahan lainnya, keunggulan buah manggis terletak pada kulit buahnya (Hasyim & Iswari, 2008). Namun sebagian besar orang menganggap bahwa kulit dari buah manggis hanya sebagai limbah dan tidak mengetahui khasiat


(13)

dari kulit manggis yang mengandung antioksidan yang cukup tinggi seperti xanthone dan antosianin (Hartanto, 2011). Kemampuan antioksidan xanthone bahkan melebihi vitamin A, C dan E yang selama ini dikenal sebagai antioksidan paling efektif dalam melawan radikal bebas yang ada dalam tubuh. Berbagai penelitian menunjukkan, senyawa xanthone yang terdapat didalam kulit buah manggis memiliki sifat sebagai antidiabetes, antikanker, antiperadangan, antioksidan, meningkatkan kekebalan tubuh, antibakteri, antifungi serta pewarna alami telah dibuktikan oleh seorang peneliti di Jepang. Xanthone dapat menetralkan radikal bebas dan mencegah kerusakan sel β pankreas akibat radikal bebas (Jung et al., 2006).

Penelitian juga telah dilakukan oleh Nakatani et al. pada tahun 2004 terhadap mekanisme ekstrak kulit buah manggis dengan etanol 100%, 70% dan 40% diuji terhadap sintesa prostaglandin , pelepasan histamin serta peroksidase lipid. Ekstrak etanol 40% menunjukkan efek paling poten dalam menghambat peroksidase lipid, pelepasan histamin dan sintesa PG -siklooksigenase (COX).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terdapat pengaruh terhadap aktivitas enzim alanin aminotransferase (ALT) tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.


(14)

B. Perumusan Masalah

Masih tingginya efek hepatotoksisitas akibat penggunaan obat antituberkulosis serta ekstrak kulit buah manggis yang terbukti memiliki antioksidan dan antiinflamasi menarik perhatian peneliti untuk meneliti,

1. Apakah ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) memiliki manfaat dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin?

2. Apakah peningkatan dosis ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) memiliki manfaat dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.


(15)

Tujuan khusus

1. Mengetahui manfaat ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana

Linn.) dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.

2. Mengetahui manfaat peningkatan dosis ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah 1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap kerusakan hepar.

2. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tentang manfaat kulit buah manggis untuk mencegah kerusakan pada hepar yang diakibatkan obat rifampisin.


(16)

3. Bagi Masyarakat

Dapat menguatkan fakta bahwa kulit buah manggis berkhasiat sebagai antioksidan yang dapat mengatasi dampak pada hepar akibat penggunaan rifampisin sebagai pengobatan antituberkulosis, sehingga dapat menambahkan pengetahuan masyarakat. Penelitian ini juga dapat mendukung upaya pemerintah dalam hal pengembangan dan pemeliharaan tanaman berkhasiat obat.

4. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan bahan acuan untuk dilakukannya penelitian serupa yang berkaitan dengan efek kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) dan mencari khasiat senyawa lainnya yang terdapat dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn.) sehingga dapat dipakai untuk penelitian selanjutnya.


(17)

E. Kerangka Penelitian

1. Kerangka Teori

Rifampisin 85-90% dimetabolisme di hati dan metabolit aktifnya disekresikan melalui urin dan saluran cerna, bekerja secara sinergis dengan INH. Pada penderita dengan kelainan hepar akan ditemukan kadar serum hati yang lebih tinggi. Rifampisin akan menginduksi sistem enzim sitokrom P-450 yang akan terus berlangsung hingga 7-14 hari setelah obat dihentikan. Efek hepatotoksik dipengaruhi oleh dosis yang digunakan, dan proses metabolisme obat dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, lingkungan dalam lambung dan penyakit hati (Prihatni et al., 2005).

Langkah awal dalam mendeteksi kerusakan hati adalah suatu tes darah yang sederhana untuk menentukan keberadaan tertentu enzim hati dalam darah. Enzim-enzim tersebut normalnya terkandung dalam sel hati. Jika terjadi kerusakan hati, enzim-enzim ini masuk ke dalam aliran darah, meningkatkan kadar enzim dalam darah dan menandakan kerusakan hati (Akbar, 2007).

Kerusakan sel hati bervariasi dari yang ringan asimptomatik sampai menimbulkan gejala serius akibat nekrosis sel hati. Peninggian ALT dan AST merupakan gejala dini dari kelainan hati. Penanda dini dari hepatotoksik adalah peningkatan enzim-enzim transaminase dalam serum yang terdiri dari ALT yang disekresikan secara paralel dengan AST tetapi hanya ALT yang merupakan penanda lebih spesifik untuk mendeteksi


(18)

adanya kerusakan hepar, karena AST terdapat di miokardium, otot rangka, otak, dan ginjal (Prihatni et al., 2005).

Manggis mengandung senyawa antioksidan yang cukup tinggi. Berbeda dengan buah-buahan lainnya, keunggulan buah manggis terletak pada kulit buahnya (Hasyim & Iswari, 2008). Berbagai penelitian menunjukkan, senyawa xanthone dapat menetralkan radikal bebas dan mencegah kerusakan sel β pankreas akibat radikal bebas (Jung et al., 2006).


(19)

Keterangan :

Gambar 1. Pengaruh xanthone dan antosianin terhadap radikal bebas akibat rifampisin (Nugroho, 2009; Jung et al., 2006; Weecharangsan et al., 2006;

Prabowo, 2012).

: Menghambat : Mengakibatkan : Meningkatkan Bioaktivitas obat

oleh Sitokrom P-450

Imbalance oksidan-antioksidan

Oksigen radikal

Anti-oksidan alami penangkap radikal bebas dengan

menyumbangkan gugus OH¯

Xanthone dan Antosianin Ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.)

Stress oksidatif

Perubahan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein di hati

degenerasi hepatosit

Gangguan hepatoseluler dan kegagalan fungsi hati

Rifampisin

Ditandai dengan peningkatan aktivitas enzim ALT


(20)

2. Kerangka Konsep

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Gambar 2. Kerangka konsep

F. Hipotesis

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti merumuskan hipotesa sebagai berikut: Ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) memiliki manfaat dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.

Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana Linn.)

20 mg/100gBB 40 mg/100gBB 80 mg/100gBB

Mencegah Peningkatan Aktivitas Enzim ALT Tikus Putih Jantan Galur

Sprague Dawley yang Diinduksi Rifampisin


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Manggis (Garcinia mangostana)

1. Deskripsi Tanaman

Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia tenggara, yaitu hutan belantara Kalimantan Timur di Indonesia atau semenanjung Malaya. Tanaman ini tumbuh subur pada daerah yang mendapat banyak sinar matahari, kelembaban tinggi, serta musim kering yang pendek (untuk menstimulasi perbungaan). Pada kondisi kering, diperlukan irigasi untuk menjaga kelembapan tanah. Tanaman ini dapat ditanam hingga ketinggian 1000 m di atas permukaan laut (20-40 ) di daerah tropis, namun biasanya pertumbuhan maksimal berlangsung di daerah dataran rendah (Nugroho, 2009).


(22)

2. Taksonomi

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Guttiferanales Famili : Guttiferae

Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L (Bahri et al., 2012).

Gambar 3. Garcinia mangostana Linn Sumber: Bahri et al., 2012


(23)

3. Morfologi Tanaman Manggis

a) Batang

Tegak, kulit batang coklat memiliki getah kuning. b) Daun

Tunggal, posisi daun berhadapan atau bersilang berhadapan. Helai daun mengkilat di permukaan, permukaan atas hijau gelap dengan permukaan bawah hijau terang, berbentuk elips memanjang, ukuran 12-23 cm 4,5-10 cm, tangkai 1,5-2 cm. c) Bunga

Bunga betina 1-3 di ujung batang, susunan menggarpu, garis tengah 5-6 cm. Mempunyai 4 daun kelopak, dua daun kelopak yang terluar hijau kuning, dua yang terdalam lebih kecil bertepi merah, melengkung kuat, tumpul.

d) Buah

Bentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, ungu tua dengan kepala putik duduk (tetap), kelopak tetap, dinding buah tebal, berdaging, ungu, dengan getah kuning.

e) Biji

Memiliki biji 1-3 butir, diselimuti oleh selaput biji yang tebal berair, putih, dapat dimakan (termasuk biji yang gagal tumbuh sempurna) (Nugroho, 2009).


(24)

4. Kandungan Kimia

Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan dan memiliki bioaktifitas yang biasanya memiliki fungsi sebagai pelindung bagi tumbuhan terhadap serangan hama penyakit. Metabolit sekunder tumbuhan diklasifikasikan menjadi 4 kelompok utama yaitu, senyawa mengandung nitrogen, terpenoid, phenolic dan poliasetat (Nugroho, 2009).

Kandungan metabolit sekunder dalam buah manggis diantaranya yaitu triterpen, mangostin, tanin, dan resin. Sedangkan yang terdapat dalam kulit buah manggis yaitu antosianin dan xanthone. Xanthone merupakan subtansi kimia alami yang tergolong senyawa polyphenolic. Xanthone memiliki gugus hidroksida (OHˉ) yang efektif mengikat radikal bebas di dalam tubuh. Kulit manggis efektif menetralisir radikal bebas. Dilihat dari nilai Oxygen Radical Absorbance Capacity (ORAC) xanthone mencapai 17.000-20.000 per 100 ons (sekitar 2,835 gram kulit). Dibandingkan dengan sumber antioksidan lain seperti anggur yang hanya 1.100, sedangkan apel 1.400. ORAC merupakan kemampuan antioksidan menetralkan radikal bebas. Kemampuan antioksidan xanthone bahkan melebihi vitamin A, C dan E yang selama ini dikenal sebagai antioksidan paling efektif dalam melawan radikal bebas yang ada dalam tubuh. Xanthone sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh sebagai antioksidan, anti-histamin, anti-inflamasi dan anti-mikroba (Nugroho, 2009).


(25)

Penelitian juga telah dilakukan oleh Nakatani et al. pada tahun 2004 terhadap mekanisme ekstrak kulit buah manggis dengan etanol 100%, 70% dan 40% diuji terhadap sintesa prostaglandin , pelepasan histamin serta peroksidase lipid. Ekstrak etanol 40% menunjukkan efek paling poten dalam menghambat peroksidase lipid, pelepasan histamin dan sintesa PG -sikloosigenase (COX).

Selanjutnya, Weecharangsan et al. pada tahun 2006 menindaklanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan penelitian antioksidan dalam ekstrak kulit buah manggis dengan metode penangkapan radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 40% menunjukkan aktivitas poten antioksidan dengan hasil skrining didapatkan 8-hidroksikudraxanton, -mangostin, -mangostin dan smeathxanton A.

Tabel 1. Kandungan nutrisi kulit buah manggis per 100 gram

Komposisi Jumlah

Air 62,50%

Lemak 0,63%

Protein 0,71%

Karbohidrat 35,61%

Total gula 2,10%

Vitamin C 7,89%

Vitamin E 1,30%

Kalsium 0,70%

Fosfor 0,70%

Kalium 3,30%

Xanthone 34,9 mg/gr

Antosianin 6,2 mg/gr

Total fenol 154,6 mg/gr


(26)

5. Aktivitas antioksidan

Antioksidan secara umum dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi lipid. Sedangkan dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas. Senyawa dikatakan memiliki sifat antioksidatif bila senyawa tersebut mampu mendonasikan satu atau lebih elektron kepada senyawa prooksidan, kemudian mengubah senyawa oksidan menjadi senyawa yang stabil (Wu & Cederbaum, 2004). Salah satu yang terlibat dalam pembentukan radikal bebas adalah oksigen (O2) yaitu Reactive Oxygen Species (ROS). Oksigen sangat penting bagi kehidupan manusia namun juga dapat bersifat toksik. Atom O2 adalah biradikal, yang berarti atom O2 mempunyai 2 elektron tunggal dalam orbital yang berbeda. Kedua elektron ini tidak dapat melintasi orbital yang sama karena memiliki putaran paralel, yakni berputar dengan arah yang sama (Wu & Cederbaum, 2004).

Sumber utama produksi ROS dalam sel adalah mitokondria karena sekitar 80%-90% O2 yang masuk digunakan oleh mitokondria untuk membentuk ROS. Sumber utama ROS yang lain adalah hepar karena mengandung banyak enzim sitokrom P450. Salah satu jenis molekul sitokrom P450 yang aktif memproduksi ROS adalah CYP2E1 (Wu & Cederbaum, 2004). Keadaan ketidakseimbangan antara prooksidan dan antioksidan dikatakan sebagai keadaan stres oksidatif. Keadaan stres oksidatif dapat disebabkan


(27)

oleh beberapa faktor, antara lain adalah kurangnya antioksidan atau kelebihan produksi radikal bebas. Kondisi stres oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel, dapat menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan, dan dapat menimbulkan penyakit jantung, kanker, dan diabetes melitus (Wu & Cederbaum, 2004).

Wu dan Cederbaum pada tahun 2004 menyatakan bahwa senyawa fitokimia yang bersifat antioksidan aktif adalah karotenoid, polifenol, fitoestrogen, inhibitor protease, dan sulfida. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa yang dimiliki tersebut berbeda jumlah dan posisinya. Polifenol alami merupakan golongan dari suatu senyawa metabolit sekunder tanaman, termasuk didalamnya adalah golongan tannin, flavonoid, katekin, xanthone, karotenoid.

Salah satu dari senyawa polifenol alami adalah senyawa tannin. Tannin adalah senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat molekul 500-3000. Hasil penelitian Soeryadi pada tahun 2013 tentang daya antioksidan ekstrak etanol kulit buah manggis diketahui bahwa tannin merupakan salah satu senyawa bioaktif fenol yang terkandung dalam kulit buah manggis. Senyawa tannin biasanya akan menimbulkan warna coklat pada bagian buah jika teroksidasi. Senyawa ini berperan dalam menentukan aktivitas antioksidan pada kulit buah manggis. Senyawa polifenol lain seperti flavonoid mampu menghambat reaksi oksidasi melalui mekanisme penangkapan radikal dengan cara menyumbangkan satu elektron pada elektron yang tidak berpasangan dalam radikal bebas sehingga banyaknya


(28)

radikal bebas menjadi berkurang. Serta xanthone dapat menetralkan

radikal bebas dan mencegah kerusakan sel β pankreas akibat radikal bebas

(Jung et al., 2006).

B. Hati

Hepar adalah organ terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang amat kompleks. Hepar mempunyai 2 aliran darah yaitu dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta hepatis dari aorta melalui arteri hepatika (Guyton & Hall, 2008).

Secara mikroskopis di dalam hepar manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hepar berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Di antara lembaran sel hepar terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang merupakan cabang dari vena porta dan arteri hepatika. Selain sel-sel hepar, sinusoid vena dilapisi oleh 2 tipe sel yang lain, sel endotel khusus dan sel fagositik (Sel Kuppfer besar) yang merupakan sistem retikuloendotelial dan berfungsi menghancurkan bakteri dan benda asing lain dalam tubuh, jadi hepar salah satu organ utama pertahanan tubuh terhadap serangan bakteri dan organ toksik (Guyton & Hall, 2008).


(29)

Fungsi hepar meliputi:

a) Penyaringan dan penyimpanan darah

b) Metabolisme karbohidrat, protein, lemak, hormon, dan zat-zat kimia asing

c) Pembentukan empedu d) Penyimpanan vitamin, dan

e) Pembentukan faktor koagulasi (Guyton & Hall, 2008).

Sebagian besar obat masuk melalui saluran pencernaan dan hepar terletak di antara permukaan absorptif dari saluran pencernaan dan organ target obat, dimana hepar berperan sentral dalam metabolisme obat. Sel hepar terus menerus terpapar dengan darah vena porta. Hepar mempunyai fungsi detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen. Fungsi detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim hepar melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat-zat yang dapat berbahaya, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif (Purnama, 2007; Guyton & Hall, 2008).

Agar dapat menembus membran sel intestinal sebagian besar obat bersifat lipofilik. Obat kemudian diubah lebih hidrofilik melalui proses biokimiawi di dalam hepatosit, menghasilkan produk-produk larut air yang diekskresi ke dalam urin atau empedu. Biotransformasi hepatik ini melibatkan jalur oksidatif utamanya melalui sistem enzim sitokrom P-450 (Purnama, 2007). Enzim umumnya terdapat di dalam sel dan bisa berada dalam struktur yang spesifik seperti organel atau mitokondria atau juga terdapat di dalam


(30)

sitosol. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara pembentukan enzim dengan penghancurannya. Walaupun keseimbangan antara penghancuran dengan pembentukan enzim, akan selalu dapat sedikit enzim yang keluar ke ruang ekstraseluler. Apabila terjadi kerusakan sel atau peningkatan permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar ke ruang ekstraseluler dan dapat digunakan sebagai sarana untuk membuat diagnosis (Akbar, 2007).

Satuan aktivitas enzim telah terstandarisasi secara internasional. Satuan internasional (IU, dapat juga disebut Unit per Liter; U/L) suatu enzim adalah jumlah yang akan menganalisis transformasi 1µmol substrat per menit dalam kondisi standar berupa temperatur, pH optimal, dan konsentrasi substrat optimal. Aktivitas dilaporkan sebagai IU per liter (IU/L atau mIU/mL) (Sacher & McPherson, 2004).

Hepar mengandung berbagai macam enzim, yang beberapa diantaranya juga terdapat dalam serum dalam konsentrasi yang sangat kecil. Enzim didistribusikan melalui plasma dan cairan interstisial dan mempunyai waktu paruh tersendiri, biasanya diukur dalam hari. Sedikit yang diketahui tentang katabolisme enzim serum, walaupun kemungkinan enzim dibersihkan oleh sel dalam sistem retikuloendotelial. Peningkatan enzim dalam serum menjadi akibat langsung dari kerusakan sel hepar (Akbar, 2007).


(31)

Enzim- enzim tesebut adalah : a) ALT (Alanin Aminotransferase)

Enzim ini mengkatalisis pemindahan satu gugus amino antara lain alanin dan asam ketoglutarat. Terdapat banyak di hepatosit dan konsentrasinya relatif rendah di jaringan lain. Kadar normal dalam darah 5-35 IU/L (Amirudin & Nella, 2006). ALT lebih sensitif dibandingkan AST (Sacher & McPherson, 2004). Aktivitas enzim ALT pada tikus putih

Sprague Dawley normalnya 17,5-30,2 U/L. b) AST (Aspartat Aminotransferase)

Enzim ini berfungsi sebagai katalisator reaksi antara asam aspartat dan asam ketoglutarat. AST terdapat lebih banyak di miokardium dibandingkan di hati. Enzim ini juga terdapat di otot rangka, otak dan ginjal. Kadar normal dalam darah 10-40 IU/L. Meningkat tajam ketika terjadi perubahan infark miokardium. Enzim ini kurang spesifik untuk penyakit hati (Gaze, 2007). Pillchos et al. pada tahun 2004 mengatakan bahwa aktivitas enzim AST pada tikus putih Sprague Dawley normalnya 29,8-77 U/L.

Aktivitas enzim AST dan ALT serum meningkat pada hampir semua penyakit. Kadar yang tertinggi ditemukan dalam hubungannya dengan keadaan yang menyebabkan nekrosis hati yang luas, seperti hepatitis virus berat, cedera hati akibat toksin, atau kolaps sirkulasi yang berkepanjangan. Peningkatan yang lebih rendah ditemukan pada hepatitis akut ringan


(32)

demikian pula pada penyakit hati kronik difus maupun lokal (Podolsky & Isselbacher, 2008).

Podolsky dan Isselbacher pada tahun 2008 mengatakan bahwa ketika sel hati mengalami kerusakan, enzim tersebut berada dalam darah, sehingga dapat diukur peningkatan aktivitasnya. Hal ini disebabkan karena kerusakan pada struktur dan fungsi membran sel hati. Apabila kerusakan yang timbul oleh radang hati hanya kecil, aktivitas ALT lebih dini dan lebih cepat meningkat dari kadar AST. Kerja enzim transaminase:

Alanine + Ketoglutaric Pyruvit + Glutamic acid acid (ALT) acid acid

Enzim ALT adalah enzim yang dibuat dalam sel hati (hepatosit), jadi lebih spesifik untuk penyakit hati dibandingkan dengan enzim lain. Enzim ALT sering dijumpai dalam hati, sedangkan dalam jantung dan otot-otot skelet kurang jika dibandingkan dengan AST. Aktivitas ALT dalam serum meningkat terutama pada kerusakan hati dibandingkan dengan AST karena AST terdapat lebih banyak di jantung dibandingkan di hati dan juga terdapat di otot rangka, otak, dan ginjal. Oleh karena itu, AST bukan indikator yang sangat spesifik dari kerusakan hati (Sacher & McPherson, 2004). Peningkatan aktivitas ALT dalam serum menjadi petunjuk yang lebih sensitif ke arah kerusakan hati karena sangat sedikit kondisi selain hati yang berpengaruh pada aktivitas ALT dalam serum (Prihatni et al., 2005).


(33)

C. Rifampisin

Rifampisin adalah suatu derivat semisintetik rifampin B yang disebut rifampisin merupakan salah satu anggota kelompok antibiotik makrosiklik yang menghambat sintesis asam ribonukleat dalam berbagai mikroba patogen.rifampisin memiliki aksi bakterisidal dan efek sterilisasi ampuh melawan Mycobacterium tuberculosa di kedua lokasi intraseluler dan ekstraseluler. Rifampisin dianggap sebagai induktor kuat dari fungsi oksidatif campuran yang memiliki kontribusi terhadap hepatotoksisitas oleh INH. Rifampisin dapat menginduksi mediator inflamasi dan meningkatkan produksi sitokin yang diinduksi nitric oxide (NO) dan IL-8 dalam epitel sel hati. Berbagai bentuk sitokrom (CYP), seperti CYP1A1, CYP1A2 dan CYP2E1, terlibat dalam generasi radikal bebas dan rifampisin sebagai mediator generasi radikal bebas dapat berhubungan dengan perubahan dalam ekspresi CYPs (Zhao, 2013).

1. Farmakodinamik

Rifampisin menghambat transkripsi dengan cara berinteraksi dengan subunit beta RNA polimerase bakterial tergantung DNA, sehingga menghambat sintesis RNA dengan menekan langkah permulaan. Rifampisin berikatan kuat dengan RNA polimerase yang bergantung pada DNA serta menghambat sintesis RNA bakteri dan klamidia. Polimerase manusia tidak dipengaruhi (Katzung, 2008).


(34)

2. Farmakokinetik

Farmakokinetik obat rifampisin adalah sebagai berikut: 1. Absorbsi

Rifampisin secara oral diabsorpsi dengan baik. Reabsorbsi rifampisin di usus sangat tinggi.

2. Distribusi

Rifampisin sangat lipofilik, dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik. Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal adekuat dengan atau tanpa inflamasi. 3. Metabolisme

Rifampisin dimetabolisme melalui resirkulasi enterohepatik. Ikatan proteinnya 80%. Rifampisin sendiri dapat menginduksi oksidase fungsi campuran dalam hati, menyebabkan suatu pemendekan waktu paruh. Waktu paruh (T½) eliminasi rifampisin adalah 3-4 jam, waktu tersebut akan memanjang pada keadaan gagal hepar, dan gagal ginjal terminal menjadi 1,8-11 jam. Sedangkan waktu untuk mencapai kadar puncak, serum atau oral adalah 2-4 jam.

4. Ekskresi

Sebagian besar ekskresi rifampisin dilakukan melalui ginjal. Rifampisin dieksresi dalam feses (60%-65%) dan urin (30%) sebagai obat yang tidak berubah (Syarif et al., 2009).


(35)

3. Indikasi

Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat lain. Infeksi Mycobacterium leprae, profilaksis meningitis meningococcal dan infeksi Haemophilus influenzae. Brucellosis, penyakit lengionnaires, endocarditis dan infeksi staphylococcus yang berat dalam kombinasi dengan obat lain.

4. Sediaan dan Dosis

Pada penggunaan lama dianjurkan untuk memantau fungsi hati secara periodik. Dosis pada TBC oral sehari 450-600 mg sekaligus tiap pagi sebelum makan, karena kecepatan dan kadar resorpsinya dihambat oleh isi lambung. Selalu dikombinasi dengan INH 300 mg. Obat ini mempunyai pKa 7,9. Dalam perdagangan sediaan oral rifampisin tersedia sebagai obat tunggal, dalam bentuk kombinasi tetap dengan isoniazid, serta dalam kombinasi tetap dengan isoniazid dan pirazinamid (Tjay & Rahardja, 2007).

5. Efek Samping

Rifampisin menimbulkan warna oranye yang tidak berbahaya pada urin, keringat, air mata dan lensa mata. Efek samping yang sering terjadi termasuk kulit kemerahan, trombositopenia, nefritis dan gangguan fungsi hati. Rifampisin biasanya menyebabkan proteinuria rantai ringan dan


(36)

mungkin mengganggu respon antibodi. Rifampisin menginduksi enzim mikrosomal (misalnya, sitokrom P-450). Jadi obat ini dapat meningkatkan eliminasi antikoagulan dan kontrasepsi. Tambahan lagi, pemberian rifampisin dengan ketokonazol, siklosporin atau kloramfenikol menimbulkan menurunnya kadar serum dari obat tersebut secara bermakna. Rifampisin meningkatkan ekskresi metadon dalam urin, menurunkan konsentrasi metadon dalam plasma, dan dapat menimbulkan gejala putus obat dari metadon (Katzung, 2008).

6. Peringatan Penggunaan Rifampisin

Kerusakan hati (periksa tes fungsi hati dan pemeriksaan darah pada gangguan hati, ketergantungan alkohol, dan pada terapi dalam jangka waktu yang lama). Rifampisin dipercaya dapat menyebabkan kerusakan ginjal (jika digunakan dosis diatas 600 mg sehari) serta gangguan pada kehamilan dan menyusui. Porfiria juga dapat terjadi apabila pasien mengalami reaksi hipersensitif dengan rifampisin (Katzung, 2008).


(37)

D. Tikus Putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley

1. Klasifikasi Tikus Putih

Klasifikasi tikus putih adalah Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentai

Subordo : Odontoceti

Familia : Muridae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus (Natawidjaya, 1983).

2. Jenis Tikus Putih

Tikus putih (Rattus norvegicus) merupakan hewan pengerat dan sering digunakan sebagai hewan percobaan atau digunakan untuk penelitian, dikarenakan tikus merupakan hewan yang mewakili dari kelas mamalia, sehingga kelengkapan organ, kebutuhan nutrisi, metabolisme biokimianya, sistem reproduksi, pernafasan, peredaran darah dan ekskresi menyerupai manusia (Isroi, 2010).

Tikus putih (Rattus norvegicus) juga memiliki beberapa sifat menguntungkan seperti berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah


(38)

banyak, lebih tenang dan ukurannya lebih besar daripada mencit. Tikus putih juga memiliki ciri-ciri : albino, kepala kecil dan ekor lebih panjang dibandingkan badannya, pertumbuhan cepat, tempramen baik, kemampuan laktasinya tinggi dan tahan terhadap perlakuan. Keuntungan utama tikus putih (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley adalah ketenangan dan kemudahan penanganannya (Isroi, 2010).

3. Biologi Tikus Putih

Di Indonesia hewan percobaan ini sering dinamakan tikus besar. Dibandingkan dengan tikus liar, tikus laboratorium lebih cepat menjadi dewasa dan umumnya lebih mudah berkembang biak. Berat badan tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan dengan berat tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35-40 gram, dan berat dewasa rata-rata 200-250 gram (FKH UGM, 2006).


(39)

Tabel 2. Data Biologis Tikus Putih (Rattus norvegicus)

galur Sprague Dawley

DATA BIOLOGI KETERANGAN

Lama hidup 2,5-3,5 tahun

Berat Badan

Newborn 5-6g

Pubertas 150-200g

Dewasa jantan 300-800g

Dewasa betina 200-400g

Reproduksi Kematangan seksual 65-110 hari

Siklus estrus 4-5 hari

Gestasi 20-22 hari

Penyapihan 21 hari

Fisiologi

Suhu tubuh 35,90-37,50 C

Denyut Jantung 250-600 kali/menit

Laju nafas 66-144 kali/menit

Tekanan darah diastolic 60-90 mmHg Tekanan darah sistol 75-120 mmHg Feses

Padat, berwarna coklat tua, bentuk memanjang dengan ujung membulat

Urin Jernih dan berwarna kuning

Konsumsi makan dan air Konsumsi makanan 15-30 g/hari atau 5-6

g/100Gbb

Konsumsi air 24-60 ml/hari atau 10-12

ml/100gBB Sumber: Isroi, 2010.


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only control group design.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Balai Penelitian dan Pengujian Veteriner (BPPV) untuk pemeliharaan tikus putih, pemberian perlakuan, dan pengamatan terhadap perlakuan selama 14 hari. Pemeriksaan aktivitas enzim serum dilakukan di Laboratorium Serologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM). Pembuatan ekstrak etanol kulit buah manggis di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung. Penelitian berlangsung pada bulan September - Desember 2013.


(41)

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur

Sprague Dawley berumur 10-16 minggu dengan berat badan antara 100-150 gram yang diperoleh dari Laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor. Sampel penelitian dipilih secara acak yang dibagi dalam 5 kelompok. Banyaknya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Frederer (dalam Birawati, 2012).

Rumus Frederer:

Keterangan:

n = besar sampel dalam tiap kelompok t = banyaknya kelompok

Perhitungan jumlah minimal tikus yang digunakan dalam tiap kelompok:

(n – 1) (t – 1) ≥ 15 (n – 1) (5– 1) ≥ 15 (n – 1) 4 ≥ 15 4n –4 ≥ 15 4n ≥ 19 n ≥ 4,75 ≈ 5 (n – 1) (t – 1) ≥ 15


(42)

Berdasarkan perhitungan tersebut, dalam percobaan ini digunakan sampel sebesar 5 ekor tikus putih untuk tiap kelompok, sehingga jumlah total sampel yang digunakan adalah 25 ekor. Satu kelompok berjumlah 5 ekor yang ditempatkan dalam satu kandang.

Kriteria inklusi:

1) Sehat (tidak tampak penampakan rambut kusam, rontok, atau botak, dan bergerak aktif)

2) Memiliki berat badan sekitar 100-150 gram 3) Berjenis kelamin jantan

4) Berusia sekitar 10-16 minggu.

Kriteria eksklusi:

1) Sakit (penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif)

2) Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% selama masa adaptasi di BPPV

3) Mati selama masa pemberian perlakuan.

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan ada dua yaitu rifampisin dengan dosis 100 mg/100gBB dan ekstrak etanol 40 kulit manggis (Garcinia


(43)

mangostana Linn.) dengan dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan 800 mg/kgBB.

2. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a) Kandang tikus putih

b) Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 gr, untuk menimbang berat tikus

c) Sonde lambung d) Spuit 1 cc dan 3 cc

e) Handschoen

f) Tabung vacutainer non EDTA (Gel and Clot Activator) 3 ml g) Rak tabung vacutainer

h) Label dan pena i) Sentrifuse 4000 rpm j) Mikropipet 200 µL k) Tipp biru

l) Alat pemeriksaan aktivitas enzim ALT yaitu Chemistry Autoanalyzer Diagnostic COBAS INTEGRA 400 plus.


(44)

E. Prosedur Penelitian

1. Adaptasi Tikus

Tikus putih sebanyak 25 ekor dilakukan pengelompokan dalam 5 kandang dimana masing-masing kandang terdiri dari 5 tikus. Sampel diadaptasikan di BPPV selama 7 hari. Kemudian dilakukan penimbangan dan penandaan untuk menentukan dosis. Selama masa adaptasi tikus diberi makan dan minum berupa pelet dan akuades.

2. Prosedur Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis

a) Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Manggis

Proses pembuatan ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) dalam penelitian ini menggunakan etanol sebagai pelarut. Penelitian ini menggunakan pelarut etanol 40 .

Menurut Sulistianto tahun 2004, ekstraksi dimulai dari penimbangan buah manggis (Garcinia mangostana Linn.). Kulit buah manggis dipotong kecil-kecil selanjutnya dikeringkan dalam almari pengering, dibuat serbuk dengan menggunakan blender atau mesin penyerbuk. Etanol dengan kadar 40 ditambahkan untuk melakukan ekstraksi dari serbuk ini selama kurang lebih dua jam kemudian dilanjutkan maserasi selama 24 jam. Setelah masuk ke tahap filtrasi, akan diperoleh filtrat dan residu. Filtrat yang didapatkan akan diteruskan ke tahap evaporasi


(45)

dengan Rotary evaporator pada suhu 40 sehingga akhirnya diperoleh ekstrak kental.

b) Cara Perhitungan Dosis Ekstrak Kulit Manggis

Dosis kulit manggis pada ekperimen ini adalah 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB, dan 800 mg/kgBB, dimana dosis tersebut mempengaruhi sel yang rusak (Nugroho, 2009).

Dosis untuk 100 gram tikus adalah 20 mg. Dalam penelitian ini kelompok kontrol normal dan kontrol negatif tidak diberikan ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.). Dosis pertama ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) diambil dari dosis normal tikus, sedangkan dosis kedua diambil dari hasil pengalian 2 dosis pertama dan dosis ketiga diambil dari hasil pengalian 4 dari dosis pertama atau 2 dari dosis kedua (Bahri et al., 2012).

1. Dosis untuk tiap tikus kelompok III 20 mg/100gBB

2. Dosis untuk tiap tikus kelompok IV 20 mg/gBB 40 mg/100gBB 3. Dosis untuk tiap tikus kelompok V

20 mg/gBB 80 mg/100gBB

Dosis tikus (100g) 200 mg/kgBB 100 gBB 0,2 mg 100 20 mg


(46)

Volume ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) diberikan secara oral sebanyak 1 ml yang merupakan volume yang boleh diberikan berdasarkan pada volume normal lambung tikus yaitu 3-5 ml. Jika volume ekstrak melebihi volume lambung, dapat berakibat dilatasi lambung secara akut yang dapat menyebabkan robeknya saluran cerna (Ngatidjan, 2006).

3. Prosedur Pemberian Dosis Rifampisin

Dosis rifampisin yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Dhulley & Naik pada tahun 1998 tentang modulasi toksisitas rifampisin pada tikus putih Sprague Dawley dengan induksi interferon yang diperoleh dari Aspergillus ochraceus didapatkan dosis 1 g/kgBB tikus per hari sudah dapat menginduksi peningkatan enzim sitokrom P-450, peroksidase lipid, aktivitas Super Oxide Dismutase (SOD), trombositopenia, anemia hemolitik, leukopenia transien dan peningkatan nucleated cell pada sumsum tulang belakang serta penurunan berat kelenjar thymus secara signifikan pada tikus.

Hal ini berarti berat tikus rerata sekitar 100 g atau 0,1 kg maka dosis perekor tikus sebesar :


(47)

Dosis rifampisin yang dipilih adalah rifampisin tablet sediaan 600 mg, hal ini dikarenakan pemberian peroral. Rifampisin tablet digerus dan dilarutkan dalam 6 ml aquadest.

Jadi, dalam 1 ml aquades terdapat 100 mg rifampisin. Volume yang diberikan pada setiap tikus adalah 1 ml.

4. Prosedur Penelitian

a) Pada penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan dalam 5 kelompok diadaptasikan di BPPV selama 7 hari sebelum diberi perlakuan.

b) Dilakukan pengukuran berat badan masing-masing tikus dan diberi tanda sesuai kelompoknya.

c) Kelompok I sebagai kontrol normal, hanya yang diberi aquades. Kelompok II sebagai kontrol patologis atau kontrol negatif diberikan rifampisin dengan dosis 100 mg/100gBB per tikus. Kelompok III, IV dan V diberikan induksi rifampisin sebesar

x


(48)

100 mg/100gBB per tikus. Kemudian selang 2 jam, kelompok III adalah kelompok perlakuan coba dengan pemberian dosis ekstrak etanol kulit manggis dengan dosis 20 mg/100gBB, kelompok IV dengan dosis ekstrak etanol kulit manggis sebanyak 40 mg/100gBB dan kelompok V dengan dosis ekstrak etanol kulit manggis sebanyak 80 mg/100gBB. Masing-masing diberikan secara peroral dengan spuit 1 cc bersonde tumpul selama 14 hari.

d) Setelah 14 hari, perlakuan diberhentikan. Tikus dikeluarkan dari kandang dan ditempat terpisah dengan tikus lainnya kemudian ditunggu beberapa saat untuk mengurangi penderitaan pada tikus akibat aktivitas antara lain: pemindahan, penanganan, gangguan antar kelompok, dan penghapusan berbagai tanda yang pernah diberikan. Setelah itu, tikus dianestesi dengan Ketamine-xylazine 75-100 mg/kg + 5-10 mg/kg secara IP kemudian tikus di euthanasia berdasarkan Institusional Animal Care and Use Committee (IACUC) menggunakan metode

cervical dislocation dengan cara ibu jari dan jari telunjuk ditempatkan dikedua sisi leher di dasar tengkorak atau batang ditekan ke dasar tengkorak. Dengan tangan lainnya, pada pangkal ekor atau kaki belakang dengan cepat ditarik sehingga menyebabkan pemisahan antara tulang leher dan tengkorak (AVMA, 2013). Setelah tikus dipastikan mati, darah di ambil melalui jantung dengan menggunakan alat suntik sebanyak 2


(49)

cc, kemudian langsung dimasukkan ke dalam vacutainer SST(Yellow Top) yang sudah berisi Clot activator dan Inner separator.

e) Darah yang sudah berhasil didapatkan, dipusingkan selama 10-20 menit pada kecepatan 4000 rpm. Serum yang terbentuk dipisahkan dari endapan sel-sel darah dengan menggunakan mikropipet sebanyak 200 µL. Kemudian ditampung dalam capp sampel dan diletakkan pada rak untuk dilakukan pemeriksaan dengan alat Chemistry Autoanalyzer Diagnostic COBAS INTEGRA 400 plus.

f) Pengukuran aktivitas enzim ALT diperiksa menggunakan spektrofotometri 340 nm dengan metode

kinetik-International Federation of Clinical Chemistry (IFCC) dan pembacaan hasil secara otomatis oleh alat ini. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Serologi RSUD Abdul Moeloek. Prinsip kerja:

L alanine 2 oxoglutarate L glutamate pyruvate Pyruvate NADH H+ D –lactate NAD+

ALT


(50)

Interpretasi hasil pengamatan

Timbang berat badan tikus putih jantan galur Sprague Dawley

K1 K2 K3 K4 K5

Tikus di adaptasikan selama 7 hari

Tikus diberi perlakuan selama 14 hari

Cekok Cekok Cekok Rifampisin Rifampisin Rifampisin

100mg/hari 100 mg/hari 100 mg/hari

Cekok Cekok Cekok Cekok Cekok

Aquadest Rifampisin Kulit Manggis Kulit Manggis Kulit Manggis 100mg/hari 20 mg/100gBB 40 mg/100gBB 80 mg/100gBB

Setelah 14 hari perlakuan, tikus dianesthesia dan dieuthanasia

Dilakukan pengambilan darah tikus dan ditampung dengan tabung vacutainer

Pengukuran aktivitas enzim ALT di Laboratorium Serologi RSUDAM

Gambar 4. Diagram alur penelitian


(51)

F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Identifikasi Variabel

a) Variabel independen : Ekstrak etanol kulit manggis

b) Variabel dependen : Aktivitas enzim ALT tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.

2. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3. Definisi operasional variabel

Variabel Definisi Skala

Dosis ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) Aktivitas enzim ALT pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin

Ekstrak etanol kulit manggis yang diberikan pada perlakuan berupa cairan yang diberikan per oral dengan menggunakan spuit 1 cc dan sonde tumpul dengan berbagai macam dosis yang berbeda pada tiap kelompok percobaan. Dosis ekstrak etanol kulit manggis terdiri dari 20 mg/100gBB, 40 mg/100gBB, dan 80 mg/100gBB.

Pengamatan terhadap aktivitas enzim ALT melalui serum pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin 100 mg per oral berupa ada tidaknya perbedaan aktivitas enzim ALT pada tikus putih jantan dengan kelompok kontrol normal yang tidak diberi perlakuan hanya diberi pelet dan air maupun kelompok kontrol negatif yang diberi rifampisin tanpa ekstrak etanol kulit manggis maupun kelompok perlakuan I, II, III yang diberi rifampsin dan ekstrak etanol kulit manggis selama 14 hari.

Numerik


(52)

G. Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh dari kegiatan penelitian dicatat secara rinci dan sistematis, kemudian dianalisis dengan program komputer. Hasil penelitian dianalisis apakah memiliki distribusi normal atau tidak secara statistik dengan uji normalitas Shapiro-Wilk (p>0,05) karena jumlah

sampel ≤50. Kemudian, dilakukan uji Levene untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data memiliki varians yang sama atau tidak. Jika varians data berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan metode uji parametrik one way analysis of varian (ANOVA). Bila tidak memenuhi syarat uji parametrik, digunakan uji nonparametrik Kruskal-Wallis. Hipotesis dianggap bermakna bila p<0,05. Jika pada uji one way

ANOVA atau Kruskal-Wallis menghasilkan nilai p<0,05, maka dilanjutkan dengan melakukan analisis Post-Hoc Least Signifikan Difference (LSD) atau Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan.

H. ETIKA PENELITIAN

Penelitian ini telah diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Lampung untuk mendapatkan etchical clearance, dengan menerapkan prinsip 3R dalam protokol penelitian, yaitu:

1) Replacement, adalah keperluan memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama, baik dari pengalaman


(53)

terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan.

2) Reduction, adalah pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1) ≥ 15, dengan n adalah jumlah hewan yang diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan.

3) Refinement, adalah memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, dengan prinsip dasar membebaskan hewan coba dalam beberapa kondisi:

a. Bebas dari rasa lapar dan haus, pada penelitian ini hewan coba diberikan pakan standar dan minum secara ad libitum. b. Bebas dari ketidak-nyamanan, pada penelitian hewan coba

ditempatkan di animal house dengan suhu terjaga 20-25°C, kemudian hewan coba terbagi menjadi 3-4 ekor tiap kandang. Animal house berada jauh dari gangguan bising dan aktivitas manusia serta kandang dijaga kebersihannya sehingga, mengurangi stress pada hewan coba.

c. Bebas dari nyeri dan penyakit dengan menjalankan program kesehatan, pencegahan, dan pemantauan, serta pengobatan terhadap hewan percobaan jika diperlukan, pada penelitian hewan coba diberikan perlakuan dengan


(54)

menggunakan nasogastric tube dilakukan dengan mengurangi rasa nyeri sesedikit mungkin, dosis perlakuan diberikan berdasarkan pengalaman terdahulu maupun literatur yang telah ada.

Prosedur pengambilan sampel pada akhir penelitian telah dijelaskan dengan mempertimbangkan tindakan manusiawi dan anesthesia serta

euthanasia dengan metode yang manusiawi oleh orang yang terlatih untuk meminimalisasi atau bahkan meniadakan penderitaan hewan coba sesuai dengan IACUC (Ridwan, 2013).


(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin yaitu dapat mencegah peningkatan aktivitas enzim ALT.

2. Peningkatan dosis ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana

Linn.) meningkatkan manfaat dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.

B. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian ini, tentang adanya pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap aktivitas enzim ALT tikus putih jantan yang diinduksi rifampisin, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :


(56)

a) Untuk Pemerintah

Memfasilitasi pemanfaatan dan pengembangan dalam penggunaan kulit manggis maupun daging buah manggis serta tanaman asli Indonesia lainnya sebagai pengobatan herbal.

b) Untuk Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Mengembangkan penelitian di bidang ilmu yang terkait dengan

agromedicine sehingga visi FK Unila dapat tercapai pada tahun 2025. c) Untuk Peneliti Selanjutnya

Mencari dosis paling efektif untuk menimbulkan efek hepatoprotektif pada manusia dengan melakukan uji klinik terhadap manusia sehingga kulit buah manggis maupun daging buah manggis dapat menjadi fitofarmaka.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, N. 2007. Diagnostik Hepatitis Akut dan Kronis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Jakarta.

American Veterinary Medical Association. 2013. Guidelines for Euthanasia of Animals. pp. 30, 38, 48.

https://www.avma.org/KB/Policies/Documents/euthanasia.pdf. (15 Desember 2013).

Amirudin, R dan Nella, S. 2006. Peran Radikal Bebas Pada Penyakit Hati Kronis. Diagnosticum. Prodia Diagnosticum Educational Service. Bandung.

Bahri, S., Sitorus, P., Pasaribu, F. 2012. Uji ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) terhadap penurunan kadar glukosa darah.

Journal of Pharmaceutics and Pharmacologi.Vol. 1(1):1-8.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 2010. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/eng/agritek_teknologi.php. Diakses 28 September 2013.

Birawati, S. 2012. Pengaruh pemberian seduhan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap gambaran histopatologi tubulus proksimal ginjal mencit jantan galur DD Webster. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dahlan, S. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

Dhuley, J.N and Naik, S.R. 1998. Modulation of rifampicin toxicity by 6 MFA, an interferon inducer obtained from fungus Aspergillus ochraceus.

Department of Pharmacology and Toxicology, Research Centre, Hindustan Antibiotics Limited, Pimpri. India. Pune-411 018.


(58)

Gaze, D.C. 2007. The role of existing and novel cardiac biomarkers for cardioprotection. Curr. Opin. Invest. Drugs. 8 (9): 711-7.

Guyton, A.C and Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 10. EGC. Jakarta.

Hartanto, S.B. 2011. Mengobati Kanker Dengan Manggis. Penerbit Second Hope. Yogyakarta. Hal. 24.

Hasyim, A dan Iswari, K. 2008. Manggis Kaya Antioksidan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

International Federation of Clinical Chemistry (IFCC). 2004. Photometric UV-test for Determination of Alanin Aminotransferase (GPT/ALAT) and Aspartat Aminotransferase (GOT/ASAT). Jakarta: Rajawali Nusindo.

Isroi. 2010. Biologi Rat (Rattus norvegicus). 10 September 2013.

Jung, A.H., Su, B.N., Keller, W.J., Mehta, R.G., and Kinghorn, A.D. 2006.

Clinical Validation of Mangosteen. Includes Scientific Papers, Research Papers, University Studies & Articles.

Katzung. 2008. Basic Clinical Pharmacology Edisi 9. Mc. Garw Hill. 635-640. Mardiana, L. 2011. Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Penebar Swadaya.

Jakarta. Halaman 6.

Nakatani K., Nakahata N., Arakawa T., Yasuda H., Ohizumi Y. 2004. Inhibition of cyclooxygenase and prostaglandin E2 synthesis by gamma-mangostin, a xanthone derivative in mangosteen, in C6 rat glioma cells. Biochem Pharmacol. 63(1):73-79.

Natawidjaya, P. 1983. Mengenal Beberapa Binatang Di Alam Sekitarnya. Pustaka Dian. Jakarta.

Ngatidjan, P.S. 2006. Metode laboratorium dan Toksikologi. Bagian Farmakologi dan Toksikologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nugroho, A.E. 2009. Dari Kulit Buah yang Terbuang hingga Menjadi Kandidat Sebuah Obat. Bagian Farmakologi dan Toksikologi. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. 2011. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. www.tbindonesia.or.id/pdf/buku_pedoman_nasional.pdf. Diakses tanggal 25 Oktober 2013.


(59)

Pillchos C, Perrea D, Demorakou M, Preza A, Donta I. 2004. Management of carbon tetrachloride-induced acute liver injury in rats by syngeneic hepatocyte transplantation inspleen and peritoneal cavity. World Journals Gasroenterol 10: 2099- 2112.

Podolsky dan Isselbacher, 2008. Tes Diagnostik pada Penyakit Hati. Dalam:

Harisson Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13.Volume 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 1623-1624.

Prabowo, A.Y. Perbandingan pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan ekstrak daun ceplukan (Physalis angulata L) terhadap gambaran histopatologi hepar pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Prihatni D. Ida P. Idaningroem S. Coriejati R. 2005. Efek hepatotoksik tuberkulosis terhadap kadar aspatate aminotransferase dan alanin aminotransferase serum penderita tuberkulosis paru. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. Vol.12.No 1.Nov 2005:15. Purnama, B.P. 2007. Hepatotoksisitas Imbas Obat. In: Sudoyo, A.W.,

Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K.M., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. 4th ed. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta. 471-2.

Ridwan E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J Indon Med Assoc. 63(3): 112-6.

Sacher, R.A dan McPherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. EGC. Jakarta.

Soeryadi, J.N.S. 2013. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) Pengeringan Matahari Langsung dan Freeze Drying. Calyptra:Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.II No 1.

Sulistianto, D.E., Harini, M., Handajani, N.S. 2004. Pengaruh pemberian ekstrak mahkota dewa terhadap struktur histologis hepar tikus putih (Rattus norvegicus) setelah perlakuan dengan karbon tetraklorida (CCL4) secara oral. (Skripsi). Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Syarif, A., Estuningtya, A., Arif d.k.k. 2009. Farmakologi dan Terapi. Vol. 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.

Tjay, T.H dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampinngnya. Vol. 5. Gramedia. Jakarta.


(60)

Tostmann, A., Boeree, M.J., Aarnoutse, R.E., Lange, W.C.M., Ven, A.J.A.M., dan Dekhuijzen, R. 2007. Antituberculosis drug-induced hepatotoxicity: Concise up-to-date review. Journal of Gastroenterology and Hepatology, 23:192-202.

Universitas Lampung. 2006. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Weecharangsan, W., Opanasopit, P., Sukma, M., Ngawhirunpat, T., Sotanaphun, U., Siripong, P. 2006. Antioxidative and neuroprotective activities of extracts from the fruit hull of mangosteen (Garcinia mangostana Linn.).

Med Princ Pract. 15(4):281-287.

World Health Organization. 2012. Research guidelines for evaluating the safety and efficacy of herbal medicines. Manila: World Health Organization Regional Office for the Western Pacific.

Wu, D. and Cederbaum, W.I. 2004. Alcohol, oxidative stress, and free radical damage. Pubmed. 27(4):27-84.

Zhao, J. 2013. Protective Effects of Metallothionein on Isoniazid and Rifampicin-Induced Hepatotoxicity in Mice. PLoSONE 8(8): e72058. doi:10.1371/journal.pone.0072058.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin yaitu dapat mencegah peningkatan aktivitas enzim ALT.

2. Peningkatan dosis ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) meningkatkan manfaat dalam mencegah terjadinya peningkatan aktivitas enzim ALT tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin.

B. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian ini, tentang adanya pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit manggis (Garcinia mangostana Linn.) terhadap aktivitas enzim ALT tikus putih jantan yang diinduksi rifampisin, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :


(2)

54

a) Untuk Pemerintah

Memfasilitasi pemanfaatan dan pengembangan dalam penggunaan kulit manggis maupun daging buah manggis serta tanaman asli Indonesia lainnya sebagai pengobatan herbal.

b) Untuk Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Mengembangkan penelitian di bidang ilmu yang terkait dengan agromedicine sehingga visi FK Unila dapat tercapai pada tahun 2025.

c) Untuk Peneliti Selanjutnya

Mencari dosis paling efektif untuk menimbulkan efek hepatoprotektif pada manusia dengan melakukan uji klinik terhadap manusia sehingga kulit buah manggis maupun daging buah manggis dapat menjadi fitofarmaka.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, N. 2007. Diagnostik Hepatitis Akut dan Kronis. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Jakarta.

American Veterinary Medical Association. 2013. Guidelines for Euthanasia of Animals. pp. 30, 38, 48.

https://www.avma.org/KB/Policies/Documents/euthanasia.pdf. (15 Desember 2013).

Amirudin, R dan Nella, S. 2006. Peran Radikal Bebas Pada Penyakit Hati

Kronis. Diagnosticum. Prodia Diagnosticum Educational Service.

Bandung.

Bahri, S., Sitorus, P., Pasaribu, F. 2012. Uji ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) terhadap penurunan kadar glukosa darah. Journal of Pharmaceutics and Pharmacologi. Vol. 1(1):1-8.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 2010. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/eng/agritek_teknologi.php. Diakses 28 September 2013.

Birawati, S. 2012. Pengaruh pemberian seduhan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap gambaran histopatologi tubulus proksimal ginjal mencit jantan galur DD Webster. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Dahlan, S. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta.

Dhuley, J.N and Naik, S.R. 1998. Modulation of rifampicin toxicity by 6 MFA, an interferon inducer obtained from fungus Aspergillus ochraceus. Department of Pharmacology and Toxicology, Research Centre, Hindustan Antibiotics Limited, Pimpri. India. Pune-411 018.


(4)

56

Gaze, D.C. 2007. The role of existing and novel cardiac biomarkers for cardioprotection. Curr. Opin. Invest. Drugs. 8 (9): 711-7.

Guyton, A.C and Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 10. EGC. Jakarta.

Hartanto, S.B. 2011. Mengobati Kanker Dengan Manggis. Penerbit Second Hope. Yogyakarta. Hal. 24.

Hasyim, A dan Iswari, K. 2008. Manggis Kaya Antioksidan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

International Federation of Clinical Chemistry (IFCC). 2004. Photometric UV-test for Determination of Alanin Aminotransferase (GPT/ALAT) and Aspartat Aminotransferase (GOT/ASAT). Jakarta: Rajawali Nusindo.

Isroi. 2010. Biologi Rat (Rattus norvegicus). 10 September 2013.

Jung, A.H., Su, B.N., Keller, W.J., Mehta, R.G., and Kinghorn, A.D. 2006. Clinical Validation of Mangosteen. Includes Scientific Papers, Research Papers, University Studies & Articles.

Katzung. 2008. Basic Clinical Pharmacology Edisi 9. Mc. Garw Hill. 635-640. Mardiana, L. 2011. Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Penebar Swadaya.

Jakarta. Halaman 6.

Nakatani K., Nakahata N., Arakawa T., Yasuda H., Ohizumi Y. 2004. Inhibition of cyclooxygenase and prostaglandin E2 synthesis by gamma-mangostin, a xanthone derivative in mangosteen, in C6 rat glioma cells. Biochem Pharmacol. 63(1):73-79.

Natawidjaya, P. 1983. Mengenal Beberapa Binatang Di Alam Sekitarnya. Pustaka Dian. Jakarta.

Ngatidjan, P.S. 2006. Metode laboratorium dan Toksikologi. Bagian Farmakologi dan Toksikologi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nugroho, A.E. 2009. Dari Kulit Buah yang Terbuang hingga Menjadi Kandidat Sebuah Obat. Bagian Farmakologi dan Toksikologi. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. 2011. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. www.tbindonesia.or.id/pdf/buku_pedoman_nasional.pdf. Diakses tanggal 25 Oktober 2013.


(5)

Pillchos C, Perrea D, Demorakou M, Preza A, Donta I. 2004. Management of carbon tetrachloride-induced acute liver injury in rats by syngeneic hepatocyte transplantation inspleen and peritoneal cavity. World Journals Gasroenterol 10: 2099- 2112.

Podolsky dan Isselbacher, 2008. Tes Diagnostik pada Penyakit Hati. Dalam: Harisson Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13.Volume 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal: 1623-1624.

Prabowo, A.Y. Perbandingan pengaruh pemberian ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan ekstrak daun ceplukan (Physalis angulata L) terhadap gambaran histopatologi hepar pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi rifampisin. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Prihatni D. Ida P. Idaningroem S. Coriejati R. 2005. Efek hepatotoksik tuberkulosis terhadap kadar aspatate aminotransferase dan alanin aminotransferase serum penderita tuberkulosis paru. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. Vol.12.No 1.Nov 2005:15. Purnama, B.P. 2007. Hepatotoksisitas Imbas Obat. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, K.M., Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. 4th ed. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta. 471-2.

Ridwan E. 2013. Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J Indon Med Assoc. 63(3): 112-6.

Sacher, R.A dan McPherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. EGC. Jakarta.

Soeryadi, J.N.S. 2013. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) Pengeringan Matahari Langsung dan Freeze Drying. Calyptra:Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.II No 1.

Sulistianto, D.E., Harini, M., Handajani, N.S. 2004. Pengaruh pemberian ekstrak mahkota dewa terhadap struktur histologis hepar tikus putih (Rattus norvegicus) setelah perlakuan dengan karbon tetraklorida (CCL4) secara oral. (Skripsi). Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Syarif, A., Estuningtya, A., Arif d.k.k. 2009. Farmakologi dan Terapi. Vol. 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.

Tjay, T.H dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampinngnya. Vol. 5. Gramedia. Jakarta.


(6)

58

Tostmann, A., Boeree, M.J., Aarnoutse, R.E., Lange, W.C.M., Ven, A.J.A.M., dan Dekhuijzen, R. 2007. Antituberculosis drug-induced hepatotoxicity: Concise up-to-date review. Journal of Gastroenterology and Hepatology, 23:192-202.

Universitas Lampung. 2006. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Weecharangsan, W., Opanasopit, P., Sukma, M., Ngawhirunpat, T., Sotanaphun, U., Siripong, P. 2006. Antioxidative and neuroprotective activities of extracts from the fruit hull of mangosteen (Garcinia mangostana Linn.). Med Princ Pract. 15(4):281-287.

World Health Organization. 2012. Research guidelines for evaluating the safety and efficacy of herbal medicines. Manila: World Health Organization Regional Office for the Western Pacific.

Wu, D. and Cederbaum, W.I. 2004. Alcohol, oxidative stress, and free radical damage. Pubmed. 27(4):27-84.

Zhao, J. 2013. Protective Effects of Metallothionein on Isoniazid and Rifampicin-Induced Hepatotoxicity in Mice. PLoSONE 8(8): e72058. doi:10.1371/journal.pone.0072058.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Uji Antifertillitas Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley Secara In Vivo

4 11 134

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM Alanin Aminotransferase (ALT) TIKUS JANTAN Sprague Dawley YANG DIINDUKSI ETANOL 50%

3 20 52

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarfa) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) TIKUS PUTIH (Rattus norwegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI ISONIAZID

1 12 49

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) TERHADAP KADAR UREUM KREATININ TIKUS PUTIH (Rattus novergcus) JANTAN GALUR Spargue dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

1 8 59

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 40% KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR DAN GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI ISONIAZID

3 44 72

EFEK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) YANG DIEKSTRAKSI ETANOL 40% TERHADAP AKTIVITAS AST DAN ALT PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ISONIAZID

2 10 69