DIFFERENCE METHOD OF LEARNING THROUGH ECONOMIC PROBLEM SOLVING AND DISCUSSION OF VISIBLE LEARNING MOTIVATION CLASS XI SMA 1 NATAR YEAR 2012-2013 PERBEDAAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DAN DISKUSI DILIHAT DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

(1)

ABSTRACT

DIFFERENCE METHOD OF LEARNING THROUGH ECONOMIC PROBLEM SOLVING AND DISCUSSION OF VISIBLE LEARNING

MOTIVATION CLASS XI SMA 1 NATAR YEAR 2012-2013

By Marlena

This research aims to: (1) to analyze the differences of learning achievement antarmetode economy (problem solving and discussion) and student motivation (high and Low) together, (2) to analyze the differences between the results of the economic study of learning by using the method of problem solving and learning by using the method of discussion, (3) analyzing the economic differences between students' learning outcomes that a high level of motivation and low motivation, (4) determine significant interaction antarmetode learning (problem solving and discussion) with the motivation to learn (high and low), and (5) determine which teaching methods are more effective among the methods of problem solving and discussion for learning economics. The design of this study is experimental factorial approach. Sample is students who have learning motivation high and low, respectively 21 students. Collecting data using observation, documentation, and testing. To prove the hypothesis in this study used statistical analysis of variance (ANOVA) factorial design.

Based on the analysis of data obtained beritkut hasils as: (1) no distinction economic achievement antarmetode learning (problem solving and discussion) and antarmotivasi students (high and low) together, (2) there was no difference in learning outcomes between the learning economy using the method of problem solving and learning by using the method of discussion, (3) there are economic differences between students' learning outcomes that a high level of motivation and low motivation, (4) there is no significant interaction antarmetode learning (problem solving and discussion) and student motivation (high and low), (5) more effective problem solving methods used in carrying out the learning process of economic discussion on the method.

Keywords: method of problem solving, discussion, and motivation


(2)

ABSTRAK

PERBEDAAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE

PROBLEM SOLVING DAN DISKUSI DILIHAT DARI MOTIVASI

BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN 2012-2013

Oleh Marlena

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis perbedaan hasil belajar ekonomi antarmetode pembelajaran (problem solving dan diskusi) dan motivasi belajar siswa (tinggi dan Rendah) secara bersama-sama, (2) menganalisis perbedaan hasil belajar ekonomi antara pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi, (3) menganalisis perbedaan hasil belajar ekonomi antar siswa yang tingkat motivasinya tinggi dan motivasinya rendah, (4) mengetahui interaksi yang signifikan antarmetode pembelajaran (problem solving dan diskusi) dengan motivasi belajar (tinggi dan rendah), dan (5) mengetahui metode pembelajaran mana yang lebih efektif antara metode problem solving dan diskusi untuk pembelajaran ekonomi. Rancangan penelitian ini yaitu eksperimen dengan pendekatan faktorial. Sampelnya adalah siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dan rendah, masing-masing 21 siswa. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan tes. Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini digunakan statistik analisis varian (ANAVA) desain factorial.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasils sebagai beritkut: (1) ada pembedaan hasil belajar ekonomi antarmetode pembelajaran (problem solving dan diskusi) dan antarmotivasi belajar siswa (tinggi dan rendah) secara bersama-sama; (2) tidak ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi; (3) ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang tingkat motivasinya tinggi dan motivasinya rendah; (4) tidak terdapat interaksi yang signifikan antarmetode pembelajaran (problem solving dan diskusi) dan motivasi belajar siswa (tinggi dan rendah); (5) metode problem solving lebih efektif digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran ekonomi dari pada metode diskusi .


(3)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE

PROBLEM SOLVING DAN DISKUSI DILIHAT DARI MOTIVASI

BELAJAR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 NATAR TAHUN 2012-2013

Oleh Marlena

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Baturaja pada tanggal 15 Mei 1962, merupakan anak kelima dari Sembilan bersaudara pasangan dari Bapak Hi. Ali Hasan dan Ibu Hj. Rasi’ah. Peneliti menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 3 Martapura Oku Sumatera Selatan diselesaikan pada tahun 1976, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Martapura pada tahun 1979.

Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Bandar lampung pada tahun 1982 Selanjutnya peneliti kuliah S1 FKIP/IPS/Ekonomi Universitas Lampung selesai pada tahun 1987.

Peneliti diangkat menjadi PNS pada bulan Januari tahun 1989 dan sampai saat ini peneliti masih bertugas di SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan. Menikah dengan Drs. Maskun tanggal 13 Januari 1985 dan dikaruniai tiga orang anak yang bernama Robiyanto Tanum, Rizki Amalia Tanum, Ria Silvita Tanum. Pada tahun 2011 peneliti melanjutkan S2 di Universitas Lampung pada program studi Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.


(7)

viii

MOTTO

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk

tenang dan sabar (Umar Bin Khattab)


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa sukur dan bahagia atas segala rahmat yang diberikan Allah SWT, peneliti persembahkan tesis ini kepada orang-orang terkasih berikut ini. 1. Kedua orang tua tercinta Ibunda Hj. Rasi’ah dan ayahanda Hi. Alihasan (Alm)

yang telah mengasuh, membimbing dan mendoakan ku sehingga mencapai kesuksesan sampai saat ini.

2. Suamiku tercinta Drs. Hi. Maskun, M.H. yang senantiasa memberikan motivasi, perhatian, pengertian dan pengorbanan serta doa.

3. Anak-anakku tersayang Robiyanto Tanum, S.Pi., Rizki Amalia Tanum, SE., Ria Silvita Tanum yang selalu memberikan motivasi dan dukungannya. 4. Dosen-dosen Pascasarjana Magister Pendidikan IPS yang saya hormati dan

saya banggakan.


(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang direncanakan.Tesis dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Ekonomi melalui Metode Problem Solving dan Diskusi Dilihat dari Motivasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun 2012-2013“ merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan, Program Studi Pendidikan IPS pada Program Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Disadari sepenuhnya selesainya tesis ini tidak terlepas adanya dukungan, bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terimakasihsebesar-besarnya, atas segala bantuan moril, dorongan dan pemikirannya, kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Prof.Dr. Hi. Sudjarwo, M.S.,selakuDirekturPascasarjanaUniversitas Lampung.

3. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd., selaku Ketua Program Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.


(10)

5. Bapak Dr. R. Gunawan Sudarmanto, S.Pd., S.E., M.M. selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam penyusunan tesis ini.

6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan motivasi dalam penyusunan tesis ini. 7. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana Pendidikan IPS FKIP Unila. 8. Bapak Drs.Suwarlan,selakuKepala SMA Negeri 1 Natar Lampung Selatan

yang telahmengizinkanpenelitiuntukmelakukanpenelitian di SMA Negeri 1 Natar.

9. Rekan-rekan angkatan 2011 Pascasarjana Pendidikan IPSterimakasih atas kerjasama, dorongan, bantuan, dan kebersamaan yang indah tak akan kulupakan selama menempuh pendidikan.

10.Seluruh siswa kelas XI IPS SMAN 1 Natar atas kerjasama yang baik dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, disadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan agar tesis yang sederhana ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menjadi alat yang besar dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Amin.

Bandar Lampung, 18 Mei 2013 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 10

1.3Pembatasan Masalah ... 11

1.4Rumusan Masalah ... 12

1.5Tujuan Penelitian ... 12

1.6Manfaat Penelitian ... 13

1.7Ruang Lingkup Penelitian ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ... 17

2.1Tinjauan Pustaka ... 17

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ... 17

2.1.2 Hasil Belajar ... 22

2.1.3 Metode Pembelajaran ... 27

2.1.3.1Metode Problem Solving ... 31

2.1.3.2Metode Diskusi ... 34

2.1.4 Motivasi Belajar ... 40

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Sosial ... 44

2.1.5.1 Karakteristik pendidikan IPS ... 45

2.1.5.2 Tujuan pendidikan IPS ... 47

2.1.5.3 Pendidikan IPS di SMA ... 48

2.1.6 Penelitian yang Relevan ... 50


(12)

2.3Hipotesis ... 55

III. METODE PENELITIAN ... 56

3.1Jenis Penelitian ... 56

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

3.3Populasi dan Penarikan Sampel ... 58

3.3.1 Populasi ... 58

3.3.2 Penarikan Sampel ... 59

3.4Definisi Operasional Variabel ... 60

3.5Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.6Uji Persyaratan Instrumen ... 67

3.7Desain Analisis ... 70

3.8Teknik Analisis Data ... 71

3.9Pengujian Hipotesis ... 72

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 74

4.2Deskripsi Data ... 76

4.2.1 Deskripsi data hasil tes sebelum perlakuan ... 77

4.2.1.1 Deskripsi data kelas eksperimen... 77

4.2.1.2 Deskripsi data kelas pembanding ... 80

4.2.2 Deskripsi data hasil belajar ekonomi ... 84

4.2.2.1 Deskripsi hasil belajar kelas eksperimen ... 84

4.2.2.2 Deskripsi hasil belajar kelas pembanding ... 87

4.3Analisis Data ... 92

4.3.1 Uji Normalitas ... 92

4.3.2 Uji Homogenitas ... 93

4.4Pengujian Hipotesis ... 94

4.4.1 Pengujian hipotesis 1 ... 94

4.4.2 Pengujian hipotesis 2 ... 96

4.4.3 Pengujian hipotesis 3 ... 97

4.4.4 Pengujian hipotesis 4 ... 98

4.4.5 Pengujian hipotesis 5 ... 100


(13)

4.5.1 Hasil analisis perbedaan hasil belajar ekonomi antarmetode pembelajaran (problem solving dan diskusi) dan motivasi belajar siswa (tinggi dan

rendah) secara bersama-sama ... 104

4.5.2 Hasil analisis perbedaan hasil belajar ekonomi antara pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi ... 109

4.5.3 Hasil analisis perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang tingkat motivasinya tinggi dan motivasinya rendah ... 110

4.5.4 Hasil analisis interaksi yang signifikan antarmetode pembelajaran (problem solving dan diskusi) dan motivasi belajar siswa (tinggi dan rendah) ... 111

4.5.5 Hasil analisis perbedaan efektivitas antara metode problem solving dan diskusi dalam pembelajaran ekonomi ... 114

4.6Keterbatasan Penelitian ... 115

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 117

5.1Simpulan ... 117

5.2Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Nilai rata-rata ekonomi hasil ujian akhir semester 1 kelas XI

IPS SMA Negeri 1 Natar Tahun 2012-2013... 3

1.2 Penggunaan metode/pendekatan dalam pelaksanaan pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Natar Tahun 2012-2013 ... 5

2.1 Perbedaan metode problem solving dan metode diskusi ... 39

3.1 Ringkasan prosedur eksperimen ... 57

3.2 Jumlah anggota populasi... 58

3.3 Variabel motivasi belajar dan pengukurannya ... 62

3.4 Interpretasi reliabilitas ... 68

3.5 Kriteria taraf kesukaran butir soal ... 69

3.6 Kriteria daya pembeda butir soal ... 69

3.7 Rancangan analisis data dengan menggunakan analisis varian (Anava) desain faktorial ... 70

4.1 Keadaan guru SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2011-2012 ... 75

4.2 Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2011-2012 ... 75

4.3 Sarana Pendidikan di SMA Negeri 1 Natar ... 76

4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Test sebelum Perlakuan dengan metode problem solving di Kelas Eksperimen ... 78

4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Test sebelum Perlakuan dengan metode diskusi di Kelas Eksperimen ... 79

4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Test sebelum Perlakuan dengan metode problem solving di Kelas Pembanding ... 81


(15)

4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Test sebelum Perlakuan dengan metode

diskusi di Kelas Pembanding ... 82

4.8 Kategori Kemampuan Siswa sebelum Perlakuan dengan metode problem solving dan diskusi pada Kelas Eksperimen dan pembanding... 83

4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi dengan metode problem solving di Kelas Eksperimen ... 84

4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi dengan metode diskusi di Kelas Eksperimen ... 86

4.11 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi dengan metode problem solving di Kelas Pembanding ... 87

4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi dengan metode diskusi di Kelas Pembanding ... 89

4.13 Kategori Hasil Belajar Ekonomi Siswa dengan metode problem solving dan diskusi pada Kelas eksperimen dan Pembanding ... 90

4.14 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Pembanding ... 92

4.15 Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Pembanding .. 93

4.16 Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 95

4.17 Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 96

4.18 Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 97

4.19 Hasil Pengujian Hipotesis 4 ... 98

4.20 Hasil tes kemampuan awal dan kemampuan akhir dari kelas eksperimen dan kelas pembanding ... 100

4.21 Nilai rata-rata setiap perlakuan ... 101

4.22 Simpulan hasil uji hipotesis ... 103


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Paradigma Penelitian ... 55 4.1 Tingkat ketuntasan Hasil Belajar Ekonomi dengan Metode

Problem Solving... 90 4.2 Tingkat ketuntasan Hasil Belajar Ekonomi dengan Metode

Diskusi ... 91 4.3 Interaksi metode pembelajaran dengan motivasi ... 99


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3. Penentuan KKM

4. Kisi-kisi dan Angket 5. Soal Test

6. Validitas Angket 7. Hasil Angket 8. Validitas Soal 9. Hasil Tes

10.Hasil Belajar Kelas eksperimen 11.Hasil Belajar Kelas Pembanding 12.Hasil Uji Normalitas

13.Hasil Uji Homogenitas

14.Hasil Analisis Desain Faktorial

15.Tabel harga kritis dari r product moment 16.Tabel harga kritis distribusi T

17.Tabel harga kritis distribusi F 18.Surat Izin Penelitian


(18)

I. PENDAHULUAN

Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada beberapa subbab yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya pembahasan untuk tiap subbab diuraikan satu per satu di bawah ini.

1.1Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan proses belajar dengan tujuan agar peserta didik dapat menguasai kompetensi tertentu, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, proses pembelajaran sangat menentukan ketercapaian tujuan pendidikan dan unsur yang menentukan ketercapaian tujuan pendidikan adalah guru dan siswa. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran berkaitan dengan proses pribadi dalam menginternalisasikan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan yang ada.

Namun, kenyataan di lapangan khususnya di SMA Negeri 1 Natar proses pembelajaran belum sesuai dengan harapan. Hal ini terjadi karena lemahnya proses pembelajaran yang disebabkan kurang adanya dorongan dari guru untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Proses pembelajaran diarahkan pada


(19)

kemampuan untuk menghafal informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi secara kritis dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa pintar secara teoritis, tetapi tidak mampu mengaplikasikan ilmunya. Seharusnya proses pembelajaran yang dilakukan guru dapat membantu peserta didik menguasai kemampuan tertentu dan perilakunya berubah ke arah yang lebih baik.

Berkaitan dengan proses pembelajaran, salah satu mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum SMA Negeri 1 Natar adalah ekonomi. Mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran pokok program IPS yang diberikan pada siswa kelas XI. Dengan mempelajari mata pelajaran ekonomi, diharapkan siswa dapat menentukan skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan dan membekali siswa tentang ilmu ekonomi sebagai persiapan mereka untuk belajar lebih lanjut. Oleh karena itu, guru yang mengajar mata pelajaran ekonomi haruslah guru yang memang berkompeten di bidang ekonomi.

Berdasarkan pengamatan awal di SMA Negeri 1 Natar, ternyata pembelajaran ekonomi masih dihadapkan pada permasalahan, berupa rendahnya kreatifitas belajar siswa, ketergantungan pada penjelasan guru dan kurangnya keberanian siswa dalam bertanya.

Selain itu, guru juga belum mampu mengembangkan materi pembelajaran, masih sangat terikat oleh kurikulum dan buku paket. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru hanya menyampaikan materi dan konsep-konsep teori yang ada di dalam buku paket, sehingga tidak tepat dalam mengembangkan keterampilan berpikir siswa, karena siswa cenderung hanya menerima materi yang


(20)

disampaikan guru. Mestinya guru memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, dan materi yang disampaikan guru kontekstual dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil ujian akhir mata pelajaran Ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 1 Natar TP 2012-2013 semester ganjil sebagai berikut:

Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Hasil Ujian Akhir Semester Ganjil Mata

Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Natar TP 2012-2013

No Kelas Interval Frekuensi Persentase (%)

1. 40 – 49 25 16,55

2. 50 – 59 35 23,17

3. 60 – 69 40 26,49

4. 70 – 79 31 20,52

5. 80 – 89 15 9,93

6. 90 – 100 5 3,31

Jumlah 151 100

Sumber: Guru Ekonomi Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Natar 2012-2013

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa hasil belajar siswa secara umum masih rendah, karena dari 151 siswa yang menguasai materi mata pelajaran ekonomi atau yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) baru mencapai 33,76% atau 51 orang siswa. Sedangkan 66,24% atau 100 orang siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran ekonomi Kelas XI IPS Semester Ganjil SMA Negeri 1 Natar TP 2012/2013 sebesar 70. Penentuan KKM dihitung berdasarkan kompleksitas, daya dukung, dan intake (Depdiknas, 2008: 5), maka kriteria ketuntasan belajar siswa setelah dihitung berdasarkan ketiga faktor tersebut dan di rata-rata menghasilkan tingkat kriterianya sebesar 70 yang berarti siswa yang


(21)

memperoleh nilai di bawah 70 belum mencapai ketuntasan belajar dan harus mengikuti remedial. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penguasaan pelajaran ekonomi siswa masih tergolong rendah, sebagaimana pendapat Djamarah dan Zain (2006: 128) apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai siswa, maka prestasi keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

Rendahnya hasil belajar ekonomi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti metode yang digunakan guru monoton dan kurang bervariasi, yaitu masih menggunakan metode ceramah, sehingga siswa memiliki kecenderungan bersifat pasif, kurangnya motivasi siswa terhadap mata pelajaran ekonomi, proses pelaksanaan pembelajaran masih kurang maksimal dan kurang memadai, karena pelaksanaannya kurang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat. Berbagai faktor tersebut merupakan hal yang paling mendesak untuk dibenahi, yaitu dengan cara melakukan sebuah penelitian.

Materi ekonomi sangat dekat dengan keseharian hidup manusia yang mestinya bisa dijadikan kekuatan dalam proses pembelajaran, artinya siswa seharusnya tidak merasa kesulitan dalam mempelajari ekonomi. Tetapi yang terjadi di lapangan, seringkali siswa merasa kesulitan dalam memahami materi ekonomi dan kurang berkesannya pembelajaran bagi peserta didik. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang dipakai kurang menarik dan kurang adanya variasi dalam pembelajaran ekonomi.

Berdasarkan pra-penelitian di SMA Negeri 1 Natar, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru ekonomi belum membuat siswa aktif. SMA Negeri 1 Natar


(22)

memiliki 6 guru ekonomi dan baru 2 guru yang sudah menggunakan metode bervariasi, sedangkan 4 guru ekonomi masih menerapkan metode pembelajaran konvensional, seperti terlihat pada Tebel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2 Penggunaan metode/pendekatan dalam pelaksanaan pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Natar Tahun 2012-2013

No Metode/Pendekatan Jumlah

Guru Persentase (%)

1. Ceramah, Tanya jawab, Penugasan 4 66,67

2. Diskusi, Problem Solving, Tutor

Sebaya 2 33,33

Jumlah 6 100

Sumber: Data pra-penelitian di SMA Negeri 1 Natar

Berdasarkan pada Tabel 1.2 di atas, dapat diketahui bahwa 66,67% guru ekonomi masih menggunakan metode konvensional, di mana guru aktif memberikan informasi, sedangkan siswa hanya menyimak, mencatat, dan mengerjakan latihan soal. Dalam pembelajaran konvensional, siswa cenderung pasif sehingga tujuan pembelajaran kurang tercapai secara optimal. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar jadi membosankan dan tidak dapat mengembangkan potensi siswa, sehingga hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Metode ceramah yang masih dilakukan empat guru ekonomi menyebabkan tidak tercapainya ketuntasan belajar. Hal itu terjadi, karena dalam metode ceramah siswa cenderung pasif, hanya mendengarkan penjelasan guru, tanpa mampu melakukan umpan balik secara sempurna. Penggunaan metode ceramah ini, menjadikan guru mendominasi kegiatan pembelajaran, sehingga guru cenderung lebih aktif dan siswa pasif. Metode ceramah kurang tepat apabila diterapkan pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Natar. Proses pembelajaran yang


(23)

demikian, siswa diibaratkan sebagai botol kosong yang siap diberi apa saja sampai penuh. Akibatnya, proses pembelajaran kurang menarik dan membosankan serta kurang memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif. Akibat selanjutnya, proses pembelajaran kurang melibatkan siswa dalam dunia nyatanya serta kurang mewujudkan interaksi antarsiswa.

Metode penugasan biasa diawali dengan menjelaskan materi pelajaran, siswa mendengarkan penjelasan, kemudian guru menyuruh siswa mengerjakan tugas. Metode pembelajaran tersebut sangat merugikan siswa, karena aktivitas siswa sangat terbatas, proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru tidak melakukan pengembangan metode pembelajaran, sehingga menyebabkan tidak ada kreativitas guru.

Metode tanya jawab tidak efektif digunakan, karena siswa hanya akan berbicara jika diberi pertanyaan, yang aktif bertanya dari 38 siswa di setiap kelas XI- IPS di SMA Negeri 1 Natar semester ganjil tahun ajaran 2012-2013 berkisar 2-3 siswa saja,yang seharusnya minimal 50% atau 19 siswa yang aktif. Dengan demikian, berarti metode tanya jawab tidak bisa menumbuhkan kreatifitas belajar siswa sehingga mengakibatkan menurunnya hasil belajar.

Metode tutor sebaya juga belum bisa membuat siswa aktif, karena metode ini hanya memanfaatkan siswa-siswa yang diunggulkan bisa menjadi tutor untuk menyampaikan materi kepada teman-temannya. Siswa yang ditunjuk menjadi tutor adalah siswa yang pintar, tetapi pengalaman menyampaikan materi belum banyak. Jadi, metode ini tidak cocok digunakan untuk meningkatkan hasil belajar.


(24)

Seharusnya guru yang lebih berpengalaman menyampaikan materi, mestinya lebih meningkatkan daya kreativitas untuk mengajar yang lebih baik.

Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Untuk itu, diperlukan suatu metode yang dapat mengaktifkan seluruh siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar melalui penggunaan metode pembelajaran yang efektif. Metode pembelajaran yang dimaksud adalah metode diskusi dan metode problem solving.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti menggunakan metode diskusi guna meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa SMAN 1 Natar. Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan atau masalah kepada murid, dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya. Dalam diskusi murid dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan usul-usul, dan mengajukan saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau dari berbagai segi. Sehingga, setiap siswa turut berpartisipasi secara aktif dan turut aktif pula dalam memecahkan masalah. Semakin banyak siswa yang terlibat, semakin banyak pula yang mereka pelajari. Sedangkan guru tidak banyak ikut campur tangan sebab nantinya siswa tidak dapat belajar banyak.

Penggunaan metode diskusi mengharapkan suasana kelas akan menjadi semakin hidup, setiap anak diharapkan menjadi berpartisipasi secara aktif. Dalam diskusi, peranan guru sebagai pusat pemberi informasi, pemberi ketegasan, penentu batas dapat dikurangi. Sehingga guru hanya sebagai pengatur lalu lintas dan penunjuk


(25)

jalan dalam pelaksanaan diskusi. Sedangkan pemecahan masalah diserahkan kepada semua siswa.

Memilih menggunakan metode diskusi karena metode ini akan mendorong siswa berfikir sistematis dengan menghadapkannya kepada masalah-masalah yang akan dipecahkan. Selain itu, dengan menggunakan metode diskusi, siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan diskusi murid dapat saling tukar-menukar informasi, menerima informasi dan dapat pula mempertahankan pendapatnya dalam rangka pemecahan masalah yang dapat ditinjau dari berbagai segi. Dengan demikian, metode diskusi akan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang mata pelajaran ekonomi dan akan berdampak pada meningkatnya hasil belajar.

Untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan tidaklah mudah, dalam proses pembelajaran harus memperhatikan komponen belajar yang sangat penting yaitu

metode mengajar. Sardiman (2006: 97) menyatakan bahwa ”Sebagai salah satu

komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar, tidak ada satupun kegiatan

belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pelajaran”. Dengan demikian, untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi salah satu cara yang digunakan yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Salah satu model pembelajaran yang dimungkinkan mampu mengantisipasi kelemahan metode diskusi dan mampu menjadikan proses pembelajaran aktif dan menyenangkan yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar ekonomi adalah melalui penggunaan metode problem solving.


(26)

Metode problem solving merupakan suatu metode pengajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan siswa dalam pemecahan masalah sangat perlu dilakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan permasalahan yang harus dimiliki oleh siswa. Metode pembelajaran problem solving atau pemecahan masalah kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi masalah yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab permasalahan tentang rendahnya hasil belajar ekonomi siswa.

Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat diutamakan guna menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Melalui metode problem solving diharapkan dapat lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa. Dengan menggunakan metode problem solving, metode ini berguna untuk merangsang pikiran siswa dalam situasi masalah yang komplek, sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode problem solving juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di tempat tinggal siswa.

Uraian di atas merupakan dasar pertimbangan perlunya melakukan penelitian sebagai upaya mencari solusi untuk peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Karena selama ini hasil belajar siswa kurang memenuhi


(27)

kriteria, sehingga penulis memilih menggunakan metode problem solving dan diskusi dalam mengatasi masalah hasil belajar siswa.

Penelitian ini dikhususkan untuk melihat hasil belajar ekonomi yang diperoleh siswa dengan kedua metode tersebut yang akan diuji dengan melihat metode pembelajaran mana yang lebih baik dalam peningkatan hasil belajar ekonomi, baik bagi siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi maupun yang mempunyai motivasi belajar rendah. Dengan menggunakan motivasi sebagai dasar dalam memberi perlakuan, karena motivasi merupakan pendorong bagi siswa agar lebih semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran ekonomi, dengan harapan hasil belajarnya meningkat.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, dalam menerapkan metode problem solving pada pembelajaran ekonomi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Dengan demikian, peneliti merumuskan judul “Perbedaan hasil belajar ekonomi melalui metode problem solving dan diskusi dilihat dari motivasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Natar Tahun 2012-2013.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasikan berikut ini.

1. Pengamatan awal menunjukkan bahwa pembelajaran ekonomi masih dihadapkan pada permasalahan, seperti siswa tidak kreatif, tidak mandiri dan ketergantungan pada penjelasan guru, siswa terlihat bosan, jenuh dan pasif,


(28)

beberapa siswa terlihat mengobrol sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri, kurangnya keberanian siswa dalam bertanya, hanya 2-3 orang saja yang mau bertanya.

2. Strategi mengajar guru yang kurang kreatif dan tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

3. Hasil belajar yang dicapai siswa pada mata pelajaran ekonomi masih tergolong rendah.

4. Metode mengajar guru kurang bervariasi sehingga cenderung siswa pasif dalam proses pembelajaran.

5. Seringkali siswa merasa kesulitan dalam memahami materi ekonomi dan kurang berkesannya pembelajaran bagi peserta didik.

6. Empat dari enam guru ekonomi di SMA Negeri 1 Natar masih menerapkan metode pembelajaran konvensional.

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dibatasi pada perbedaan hasil belajar ekonomi melalui metode problem solving dan diskusi dilihat dari motivasi belajar siswa. Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, perlu diberikan batasan permasalahan yang akan dikaji, yaitu pada kajian perbedaan hasil belajar ekonomi melalui penerapan metode problem solving dan metode diskusi pada mata pelajaran ekonomi berdasarkan motivasi belajar.


(29)

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi antarmetode pembelajaran (problem solving dan diskusi) dan antarmotivasi belajar siswa (tinggi dan rendah) secara bersama-sama?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi?

3. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang tingkat motivasinya tinggi dan motivasi rendah?

4. Apakah terdapat interaksi yang signifikan antara metode pembelajaran (problem solving dan diskusi) dengan motivasi belajar (tinggi dan rendah)? 5. Apakah ada perbedaan efektivitas antara metode problem solving dan metode

diskusi untuk pembelajaran ekonomi?

1.5Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian adalahsebagai berikut. 1. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar ekonomi antarmetode

pembelajaran (problem solving dan diskusi) dan antar motivasi belajar siswa (tinggi dan rendah) secara bersama-sama.

2. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar ekonomi antara pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving dan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.


(30)

3. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang tingkat motivasinya tinggi dan motivasinya rendah.

4. Untuk mengetahui interaksi yang signifikan antara metode pembelajaran (problem solving dan diskusi) dengan motivasi belajar (tinggi dan rendah). 5. Untuk mengetahui metode pembelajaran mana yang lebih efektif antara metode

problem solving dan diskusi untuk pembelajaran ekonomi.

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini secara umum adalah untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran ekonomi di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Natar. Secara khusus dapat diuraikan manfaat hasil penelitian ini sebagai berikut.

1.6.1 Manfaat teoritis

a. Untuk menambah khasanah materi ilmu yang berkaitan dengan pengaruh metode pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar ekonomi. b. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh metode

pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar ekonomi.

1.6.2 Manfaat praktis

a. Memberi jawaban atas permasalahan pembelajaran ekonomi yang meliputi metode pembelajaran, motivasi belajar dan hasil belajar.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memberikan masukan serta tambahan pengetahuan, baik bagi peneliti maupun bagi pengguna hasil penelitian.


(31)

1.7Ruang Lingkup

Pembahasan dalam ruang lingkup ini akan difokuskan pada ruang lingkup penelitian dan ruang lingkup keilmuan. Secara rinci keduanya diuraikan satu persatu di bawah ini.

1.7.1. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan beberapa masalah yang telah diungkapkan pada identifikasi masalah, terdapat dua masalah pokok yang akan dikaji, yaitu hasil belajar ekonomi dan motivasi belajar. Untuk melihat hasil belajar ekonomi dengan menggunakan metode problem solving dan metode diskusi berdasarkan motivasi belajar siswa (motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah). Apakah motivasi belajar siswa dengan diberi perlakuan yang berbeda akan memperoleh hasil belajar ekonomi yang berbeda. Dengan demikian, fokus ruang lingkup penelitian ini adalah perbedaan hasil belajar siswa (Y) dengan menggunakan metode pembelajaran (X1) dan motivasi belajar (X2) pada mata pelajaran ekonomi.

1.7.2 Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup ilmu/kajian keilmuan yang berkaitan dengan penelitian dibidang ekonomi ini adalah Pendidikan IPS. Menurut Pargito (2010: 44-49) ada lima perspektif kawasan IPS, sebagai berikut.

1. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission).

2. IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal development of the individual).

3. IPS sebagai pendidikan reflektif (social studies as reflektive inquiri). 4. IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial (social studies as social


(32)

5. IPS sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social criticism).

Berdasarkan pendapat di atas, penelitian ini menggunakan perspektif nomor empat yaitu IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial (social studies as social sciences). IPS pada hakikatnya merupakan sekumpulan ilmu-ilmu sosial yang terdiri dari sejarah, geografi, ilmu politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, humanities, hukum dan nilai-nilai yang ada di masyarakat yang diorganisasikan secara ilmiah. Dengan adanya Pendidikan IPS diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman dan penghargaan dari pengetahuan yang diperoleh melalui metodologi ilmiah, mengembangkan sikap ilmiah, dan memiliki sebuah struktur pengetahuan ilmiah mengenai sikap dan kebiasaan manusia. Pendidikan suatu ilmu pengetahuan bukanlah hanya bagaimana mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus mengajarkan tentang makna dan nilai-nilai atas ilmu pengetahuan itu untuk kepentingan kehidupan siswa kearah yang lebih baik.

Ada 10 konsep social studies dari NCSS dalam Pargito (2010: 35), yaitu (1) culture; (2) time, continuity, and change; (3) people, places and environment; (4) individual, development and identity; (5) individual, groups, and institution; (6) power, outhority and governance; (7) production, distribution and consumtion; (8) science, technology and society; (9) global connections; (10) civic ideals and practices.

Ruang lingkup kajian ilmu dalam penelitian ini adalah ekonomi sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Sosial yang membahas mengenai usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi demi kesejahteraan diri dan lingkungan sosialnya yang


(33)

muncul karena konsep kelangkaan. Samuelson and Nordhaus (1990: 5) dalam Supardan (2009: 367) mengemukakan bahwa ilmu ekonomi merupakan studi tentang prilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka dan memiliki alternatif penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, kemudian menyalurkannya baik dalam saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada di dalam masyarakat.


(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada beberapa subbab yang berupa tinjauan pustaka, kerangka pikir, dan hipotesis. Untuk lebih jelasnya pembahasan tiap subbab akan diuraikan sebagai berikut.

2.1 Tinjauan Pustaka

Pembahasan dalam tinjauan pustaka ini difokuskan pada beberapa bagian yang berupa konsep belajar dan pembelajaran, hasil belajar, metode pembelajaran motivasi belajar, konsep IPS, dan hasil penelitian yang relevan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut.

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono (1999: 7) yang mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau gagalnya proses pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses pembelajaran yang dialami siswa dan pendidik, baik ketika para siswa di sekolah maupun di lingkungan keluarganya.


(35)

Menurut Gagne (1984: 7) “Terjadinya belajar ditandai dengan adanya perubahan

perilaku atau perolehan kemampuan baru pada diri seseorang.” Perolehan

kemampuan itu bukan semata-mata karena pertumbuhan dan kematangan, melainkan dengan usaha ataupun dengan latihan. Belajar adalah perubahan dalam disposisi manusia atau kapabilitas yang berlangsung selama satu masa waktu, dan yang tidak semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan.

Lebih lanjut Slameto (2003: 2) mengatakan bahwa belajar suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Sedangkan Garret dalam Sagala (2007: 13) berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.

Menurut Gredler (1991: 1) “Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap.” Belajar mulai dalam masa kecil ketika bayi memperoleh sejumlah kecil keterampilan yang sederhana, seperti memegang botol dan mengenal ibunya, masa remaja diperoleh sejumlah sikap, nilai, dan keterampilan hubungan sosial. Dalam usia dewasa orang diharapkan cakap dalam mengerjakan suatu pekerjaan tertentu dan keterampilan-keterampilan fungsional.

Berdasarkan pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru untuk pencapaian tujuan pendidikan melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri.


(36)

Secara umum pembelajaran dapat diartikan sebagai proses atau aktivitas belajar mengajar, sehingga peserta didik dapat menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Corey dalam Sagala (2007: 61) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pemahaman yang dikemukakan oleh Corey memandang pembelajaran sebagai pengelolaan lingkungan yang dilakukan untuk menghasilkan respon dalam situasi tertentu.

Trianto (2009: 11) mengemukakan pembelajaran sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20, mendefinisikan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, definisi tersebut menerangkan bahwa pembelajaran merupakan proses belajar yang dibangun guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan kemampuan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.


(37)

Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, di mana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

Suparno dalam Trianto (2009: 18) menyebutkan bahwa sistem pembelajaran dalam pandangan konstruktivis mencakup empat aspek yang meliputi sebagai berikut.

1. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun secara sosial.

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa menalar.

3. Siswa aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.

4. Guru berperan sebagai fasilitator menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pengetahuan siswa berjalan mulus.

Sistem pembelajaran dalam pandangan konstruktivis menurut Hudojo dalam Trianto (2009: 19) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (a) siswa terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi (pengetahuan) secara bermakna dengan bekerja dan berpikir, (b) informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skemata yang dimiliki siswa. Implikasi ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan konstruktivis adalah penyediaan lingkungan belajar yang konstruktif.


(38)

Berdasarkan uraian di atas, proses pembelajaran harus dilakukan dengan kreatif dan menyenangkan untuk membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengkondisikan suasana belajar, sehingga mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa, serta siswa lebih terpusat perhatiannya.

Teori belajar yang melandasi pembelajaran dalam penelitian ini adalah teori belajar konstruktivis. Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Slavin dalam Nuraini, 2011: 18).

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dalam Trianto, 2009: 28).


(39)

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil akhir keberhasilan atau tidaknya seseorang setelah mengikuti kegiatan belajar. Seorang siswa dalam belajar tentunya mempunyai tujuan tertentu yang tidak lain salah satunya adalah ingin berhasil dengan hasil yang optimal. Hasil dari kegiatan belajar ini perlu diukur untuk mengetahui seberapa besar tingkat penguasaan hasil belajar tersebut.

Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, kemudian mampu menyampaikan dan mengekspresikan dalam bahasa sendiri. Menurut Sudjana (2004: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan kata lain, hasil belajar adalah pengetahuan yang diperoleh setelah seseorang belajar atau mendapatkan pembelajaran.

Gagne (1984: 67) menyebutkan bahwa hasil belajar merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan pembelajaran tertentu. Sedangkan Reigeluth (1983: 397) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dan penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda.

Menurut Reigeluth (1983: 18-19) hasil pembelajaran dapat diklasifikasi menjadi 3 (tiga) aspek yakni: (1) keefektifan pembelajaran, (2) efisiensi pembelajaran, dan (3) daya tarik pembelajaran. Aspek keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian siswa pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,


(40)

efisiensi diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu atau biaya yang terpakai, sedangkan aspek daya tarik pembelajaran, biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap terus belajar.

Suryabrata (2002: 233) mengemukakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua hal yaitu: (1) faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor sosial dan non social; (2) faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa, faktor-faktor ini dapat digolongkan dalam dua hal yaitu, faktor fisiologis dan psikologis.

Bloom (1987: 7) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga aspek yaitu 1) aspek kognitif, yakni segala kecakapan yang berkenaan dengan

perubahan pengetahuan yang terbagi menjadi enam tingkatan yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi; 2) aspek afektif, yaitu berbagai kecakapan yang ada hubungannya

dengan perkembangan atau perubahan sikap;

3) aspek psikomotor, yaitu berhubungan dengan kemampuan motorik.

Selanjutnya Davis (1074: 54) mengemukakan hasil belajar adalah hasil dari pembelajaran yang merupakan nilai bagi siswa. Lebih lanjut dirumuskan bahwa hasil belajar berasal dari (a) pelajarannya, (b) filosofi pendidikan dan pembelajarannya, serta (c) karakteristik siswanya.

Selanjutnya Syah (1997: 11) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.


(41)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar didapat setelah siswa mendapatkan pengalaman belajar sehingga mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itulah yang dianggap sebagai hasil belajar baik kognitif, afektif maupun psikomotor.

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari segi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari segi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

Hasil belajar siswa dapat dijadikan indikator keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa. Seperti dikemukakan oleh Sudjana (2004: 22), bahwa hasil belajar sebagai segala perilaku yang dimiliki siswa sebagai akibat dari proses belajar mengajar di sekolah maupun luar sekolah, yang bernilai kognitif, afektif, ataupun psikomotor disengaja ataupun tidak disengaja. Seperti pendapat Sardiman (2006: 28) bahwa hasil belajar meliputi:

a) hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif); b) hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif);

c) hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotor).

Sedangkan Hamalik (2004: 30) mengungkapkan hasil belajar ialah adanya perubahan tingkah laku. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek-aspek-aspek itu adalah:


(42)

1. pengetahuan; 2. pengertian; 3. kebiasaan; 4. keterampilan; 5. apresiasi; 6. emosional; 7. hubungan sosial; 8. jasmani;

9. etis atau budi pekerti; 10. sikap (Hamalik, 2004: 30).

Selanjutnya menurut Abdurrahman dalam Jihad dan Haris (2009: 14) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti perubahan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran di sekolah yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mencapai tujuan pendidikan.

Hasil belajar dapat diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar dan nilainya diketahui dalam bentuk angka atau huruf. Penilaian hasil belajar memiliki tujuan sendiri dalam pembelajaran. Menurut Arikunto (2006: 7) menyatakan bahwa tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk dapat mengetahui siswa-siswi mana yang berhak melanjutkan pembelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi dan apakah metode mengajar yang digunakan sudah tepat atau belum.

Dalam penilaian hasil belajar siswa dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu penilaian tes dan penilaian nontes.


(43)

a. Penilaian tes

Tes hasil belajar menurut Purwanto (2009: 66) merupakan “Tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh

guru atau dipelajari oleh siswa.” Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Menurut Gronlund dan Linn (1990: 12-13) dalam Purwanto (2009: 67) ada beberapa macam tes sebagai berikut.

a) Tes formatif, dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar-mengajar. Setiap pokok bahasan membentuk perilaku tertentu sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajarannya. b) Tes sumatif, dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk

mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti semester.

c) Tes diagnostik, digunakan untuk mengidentifikasikan siswa-siswa yang mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi.

d) Tes penempatan, adalah pengumpulan data tes hasil belajar yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.

b. Penilaian nontes

Penilaian nontes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian melalui:

a) pengamatan, yakni alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku siswa, baik perorangan maupun kelompok, dikelas maupun diluar kelas;

b) skala sikap, yaitu penilaian yang digunakan untuk mengungkapkan sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur daya nalar atau pendapat siswa;

c) angket, yaitu alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis;

d) catatan harian, yaitu catatan mengenai perilaku siswa yang dipandang mempunyai kaitan dengan perkembangan pribadinya;


(44)

e) daftar cek, yaitu suatu daftar yang dipergunakan untuk mengecek terhadap perilaku siswa telah sesuai dengan yang diharapkan atau belum (Purwanto, 2009: 69).

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar secara umum terbagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal faktor-faktor yang ada diluar siswa (Sudjana, 2004: 39).

Djamarah (2010: 96) indikator dari proses belajar mengajar itu dianggap berhasil apabila:

a) daya serap siswa terhadap bahan pengajaran yang diajarkan untuk mencapai prestasi yang tinggi, baik secara individual maupun kelompok;

b) perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan penilaian yang dilakukan secara individu maupun kelompok, baik dalam bentuk tes maupun non tes yang diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi pelarajan yang telah disampaikan oleh guru.

2.1.3 Metode Pembelajaran

Metode dapat diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Menurut Sudjana (2004:

30) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah “ tujuan, bahan, metode


(45)

yang sisa-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan seabagi dampak langsung (instructional effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang reltif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya bekenaan dengan sikap dan nilai.

Sedangkan pembelajaran menurut Hamalik (2008: 162) adalah suatu proses terjadinya interaksi antara pelajar siswa dan pengajar guru dalam upaya mencapai tujuan tertentu, yang berlangsung pada lokasi tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Proses interaksi tersebut tentu saja berlangsung melalui tahap-tahap persiapan termasuk merumuskan metode atau strategi dalam pembelajaran. Lebih lanjut Hamalik (2008: 162) berpendapat bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu sistem menyeluruh yang terdiri dari lima variabel yakni tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode dan teknik mengajar, siswa atau mahasiswa, guru atau tenaga kependidikan lainnya, dan logistik atau unsur penunjang. Bisa disimpulkan kemudian bahwa strategi pembelajaran mencakup pula metode pembelajaran yang ditempuh oleh guru.

Berdasarkan pengertian di atas, berarti metode menjadi sangat penting dalam pembelajaran yang menentukan kualitas hasil pembelajaran. Metode adalah alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, dengan demikian metode pembelajaran yang digunakan harus tepat.

Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang


(46)

telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.

Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses

pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.

Menurut Sabri (2005: 52-53) syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran sebagai berikut.

1. Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa.

2. Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.

3. Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

4. Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.

5. Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

6. Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar dan analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman


(47)

tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi extrinsic, sebagai strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan uraian di atas, metode pembelajaran merupakan teknik yang dilakukan oleh seorang dalam melaksanakan proses pembelajaran, agar dapat mempermudah siswa dalam memahami suatu meteri pelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, seorang pendidikan harus memilih metode yang tepat dalam pembelajaran, walaupun telah dikemukakan ciri-ciri metode yang baik, namun pada dasarnya tidak dapat dikatakan metode mana yang lebih baik dari metode lainnya, karena setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya. Memilih dan menggunakan metode mengajar adalah kiat pendidik berdasarkan pengetahuan metodologisnya serta pengalaman belajar yang dimiliki. Dengan demikian, metode yang terbaik adalah mengkombinasikan berbagai metode dan teknik mengajar disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan siswa serta karakteristik materi yang diajarkan.

Menurut Sudjana (2004: 78-86), terdapat bermacam-macam metode dalam mengajar, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode resitasi, metode kerja kelompok, metode demonstrasi dan eksperimen, metode sosiodrama (role-playing), metode problem solving, metode sistem regu (team teaching), metode latihan (drill), metode karyawisata (field-trip), metode survai masyarakat, dan metode simulasi. Berdasarkan pendapat Sudjana di atas, maka metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah problem solving dan diskusi.


(48)

2.1.3.1Metode problem solving

Metode pemecahan masalah adalah salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di dalam kelas, guru melemparkan suatu masalah di kelas kemudian siswa menjawab, menyatakan pendapat atau memberikan komentar sehingga mungkin masalah itu berkembang menjadi masalah yang baru.

Menurut Yamin (2008: 164), metode pemecahan masalah dikenal juga dengan istilah Brainstorming, merupakan metode yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa.

Menurut Munsyi (1981: 77) metode problem solving adalah metode yang dilakukan dengan cara langsung menghadapi masalah, mengetahui dengan sejelas-jelasnya dan menemukan kesukaran-kesukarannya, sehingga dapat dipecahkan.

Menurut Ali (1987: 86) metode pemecahan masalah atau metode berfikir reflektif atau sering pula disebut dengan nama metode problem solving, merupakan suatu cara mengajar yang merangsang seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri.

Menurut Pepkin (2004: 1) dalam A'dzjio (2012: 3),

metode pembelajaran problem solving adalah suatu metode pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tapi berpikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir.


(49)

Berdasarkan beberapa pengertian metode problem solving tidak diperoleh keterangan yang kontra antara pendapat satu dengan lainnya. Kesemua pendapat tersebut pada prinsipnya adalah sama walau berbeda redaksinya. Hal itu bisa dilihat unsur-unsur yang terdapat pada metode problem solving ini antara lain: a. siswa dalam proses belajar mengajar;

b. ada masalah yang dihadapi sesuai yang harus dipecahkan, dianalisa dan disimpulkannya;

c. masalah tersebut diselesaikan siswa sendiri tanpa bantuan dari orang lain (sebisa-bisanya);

d. sifatnya melatih kemampuan sesuai berfikir sendiri, menemukan sendiri, dan merumuskan sendiri.

Memperhatikan unsur-unsur di atas dapat disederhanakan pengertian metode problem solving adalah suatu cara yang dilakukan dalam pendidikan dan pengajaran untuk mencapai tujuan pelajaran tersbut dengan melatih peserta didik menyelesaikan suatu permasalahan dari masalah yang mudah sampai yang paling sulit dikerjakan sendiri, ditemukan sendiri, dan disimpulkan sendiri.

Menurut Roestiyah (2008: 75) kelebihan dan kelemahan motode problem solving sebagai berikut.

Kelebihan motode problem solving

a. Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakn pendapat. b. Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.

c. Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru.

d. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.

e. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai atau guru.


(50)

g. Suasa demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.

Kelemahan motode problem solving

a. Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik.

b. Anak yang kurang selalu ketinggalan.

c. Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai saja.

d. Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan.

e. Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu betul atau salah. f. Tidak menjamin hasil pemecahan masalah.

g. Masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan.

Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam memberikan pembelajaran problem solving sebagai berikut.

a. Menyajikan masalah dalam bentuk umum.

b. Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional. c. Menentukan strategi penyelesaian.

d. Menyelesaikan masalah (A'dzjio, 2012: 3).

Menurut Dewey yang dikutip oleh A'dzjio (2012: 3) penyelesaian masalah ada enam tahap:

a. merumuskan masalah, yaitu langkah siswa dalam menentukan masalah yang akan dipecahkan;

b. menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang;

c. merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan bebagai kemungkinan pemecahan yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya;

d. mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah;


(51)

e. pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengembil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan;

f. merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Berdasarkan uraian di atas guru tidak disarankan berorientasi pada metode ini, akan tetapi guru harus melihat jalan pikiran yang disampaikan oleh siswa, pendapat siswa, serta memotivasi siswa untuk mengeluarkan pendapat, guru sama sekali tidak boleh tidak menghargai apa pun pendapat yang dikemukakan siswa.

Pelaksanaan metode ini, guru melemparkan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga siswa menanggapi dan memberi komentar terhadap permasalahan tersebut, guru tidak perlu menanggapi, menyalahkan, membenarkan apapun komentar siswa, guru hanya menampung semua pendapat yang dikemukakan. Sedangkan tugas siswa adalah menanggapi permasalahan yang dilemparkan oleh pendidik, siswa harus aktif bertanya, berusaha untuk mengomentari masalah yang ada, siswa yang kurang aktif pun harus dipancing agar ikut serta aktif dalam memecahkan masalah yang ada.

2.1.3.2Metode diskusi

Menurut Makmun (2003: 40) metode diskusi merupakan cara lain dalam belajar-mengajar, dimana siswa terlibat suatu proses interaksi secara aktif dan dua arah, dalam perumusan masalah, penyampaian informasi, pembahasan maupun mengambil kesimpulan.


(52)

Menurut Djamarah (2006: 25) metode diskusi suatu cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan pada suatu masalah yang bisa berupa pertanyan/ pertanyaan bersifat problematis untuk di bahas dan dipecahkan bersama.

Menurut Sabri (2005: 56) diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu keputusan atau kesimpulan.

Menurut Sagala (2007: 208) diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertayaan-pertayaan problematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenarannya. Djamarah dan Zain (2006: 87) berpendapat metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pertanyaan atau pernyataan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

Kelemahan metode diskusi menurut Yamin (2008: 80) sebagai berikut. a. Menyita waktu lama.

b. Mempersayaratkan siswa memiliki latar belakang topik yang cukup. c. Metode ini tidak dapat digunakan pada tahap awal proses pembelajaran. d. Apatis bagi siswa yang tidak biasa bicara dalam forum.


(53)

Kebaikan metode diskusi menurut Djamarah dan Anwar (2006: 88) sebagai berikut.

a. Merangsang kreativitas dalam bentuk ide, gagasan prakarsa dan pemecahan masalah.

b. Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain c. Memperluas wawasan

d. Membina untuk bermusyawarah untuk mufakat dalam memcahkan suatu masalah.

Berdasarkan beberapa pengertian metode diskusi di atas, dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu cara penyampaian bahan, topik pembelajaran dengan cara dosen atau guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah yang dilakukan secara ilmiah.

Menurut Killen (1998) dalam Atman (2012: 2) metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.

Gage dan Berliner (1984: 486) dalam Fatalla (2011: 3) mengemukakan bahwa metode diskusi sungguh-sungguh terbuka atau bervariasi pengertiannya. Ini merupakan suatu indikasi betapa sulitnya mendefinisikan metode diskusi secara tepat. Girlstrap dan Martin (1975: 15) dalam Fatalla (2011: 3) mengutarakan bawah metode diskusi merupakan suatu kegiatan dimana sejumlah orang


(54)

membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua fakta memungkinkan untuk itu.

Berdasarkan pada uraian di atas, dapat kiranya didefinisikan metode diskusi sebagai suatu kegiatan belajar-mengajar yang membincangkan suatu topik atau masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (dapat guru dan siswa dan siswa lain). Di mana orang yang berbincang memiliki perhatian yang sama terhadap topik atau masalah yang menjadi pokok pembicaraan, sehingga mendapatkan berbagai alternatif jawaban terhadap topik yang didiskusikan.

Menurut Fatalla (2011: 4) secara terperinci tujuan pemakaian metode diskusi adalah

1) mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan pada diri siswa;

2) mengembangkan sikap positif terhadap sekolah, para guru, dan bidang studi yang dipelajari;

3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan konsep diri (self-concepts) yang lebih positif;

4) meningkatkan keberhasilan siswa dalam menemukan pendapat; 5) mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.

Berdasarkan tujuan pemakaian metode diskusi, maka dikemukakan bahwa pemakaian metode diskusi tidak hanya sekedar untuk menyampaikan informasi kepada para siswa. Hal yang penting dari penyampaian informasi adalah terbentuknya kondisi yang menguntungkan bagi siswa untuk mengelola perolehan belajarnya.

Menurut Atman (2012: 3) terdapat bemacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sebagai berikut.


(55)

a. Diskusi kelas. Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi.

b. Diskusi kelompok kecil. Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok- kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang.

c. Simposium. Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian.

d. Diskusi panel. Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens.

Menggunakan metode diskusi dapat saling mencakupi pengetahuan tentang materi, masalah juga dapat dipecahkan secara bersama-sama. Untuk memecahkan masalah diperlukan pendapat berdasarkan pengetahuan yang ada, dengan sendirinya akan terdapat lebih dari satu jawaban. Namun, tidak bisa dihindari akan muncul pertayaan atau pernyataan yang tidak mengandung unsur dalam tema diskusi.

Menurut Hasibuan (1985), diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang problem solving dan diskusi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan perbedaan dari metode problem solving dan diskusi melalui Tabel 2.1 sebagai berikut.


(56)

Tabel 2.1 Perbedaan metode problem solving dan metode diskusi

Diskusi Problem Solving

a. Sebelum diskusi

1. Memilih atau menetapkan topik/tema,

mengidentifikasi sejumlah pokok-pokok masalah yang merupakan alternatif untuk dipilih dan didiskusikan.

2. Mengidentifikasi dan menetapkan satu atau beberapa sumber bahan bacaan atau informasi yang hendaknya dibaca/ dipelajari oleh mahasiswa, sehingga kalau memasuki arena diskusi diharapkan

a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk telah membawa bahan pemikiran frame of reference

yang sama orientasinya.

3. Menetapkan atau menyediakan alternatif komposisi dan struktur komunikasi kelompok diskusi. Dengan adanya kelompok kecil akan memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk lebih aktif.

4. Menetapkan atau menyediakan alternatif

kepemimpinan diskusi. Memungkinkan pengajar dan mahasiswa mengetahui perannya masing-masing. b. Selama berlangsungnya diskusi

1. Guru berperan sebagai:

a) Initiator, menampilkan rambu-rambu masalah yang didiskusikan. Orang sumber atau konsultan, memeberikan informasi/ pendapat jika sangat diperlukan. Pengajar dapat membantu mahasiswa memberikan penjelasan, apabila ada hal yang terbentur yang tidak dapat dipecahkan dalam suasana diskusi.

b) Encourager, memberikan semangat kalau kelompok kurang menunjukkan kemajuan. Memancing pendapat kelompok untuk meningkatkan partisipasinya secara aktif. c) Observer dan evaluator, mengobservasi menilai

keberhasilan proses dan memecahkan masalah. 2. Siswa berperan sebagai:

a) Moderator (dipilih oleh kelompok) mengarahkan dan memimpin diskusi, mengatur lalu lintas pembicaraan.

b) Encourager, mengatur pembagian kesempatan dan mendorong rekan-rekan berbicara.

c) Kontributor: memberikan informasi, sumbangan pemikiran.

d) Evaluator, menilai kemajuan jalannya pembicaraan(bagan partisipasi) dan tingkat pemecahan masalah yang dicapai.

c. Setelah diskusi

1. Guru dan siswa bersama menilai kemajuan yang dicapai baik mengenai proses maupun tingkat pemecahan masalah yang dicapai.

2. Guru dan siswa menetapkan langkah lanjutan apa yang harus dikerjakan setelah diskusi selesai dilaksanakan.

memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdikusi, dan lain-lain.

b. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban itu tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh.

c. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok.

d. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi


(1)

119 2. Peneliti berharap kepada guru-guru agar mempelajari berbagai macam metode

pembelajaran, kemudian metode pembelajaran tersebut diterapkan di kelas sebagai alternatif pembelajaran, karena menerapankan satu metode pembelajaran yang sama secara terus-menerus akan membuat siswa jenuh. 3. Hendaknya guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan

materi pelajaran, karena dapat memacu siswa untuk lebih berani mengemukakan pendapat sehingga hasil belajarnya dapat meningkat.

4. Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah hendaknya selalu diperhatikan dan diberi perlakuan yang berbeda, serta harus selalu dimotivasi dan diberi tips mudah dalam memahami materi pelajaran.

5. Peneliti berharap kepada guru ekonomi yang akan melaksanakan pembelajaran hendaknya menggunakan metode problem solving, karena terbukti lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa.

6. Hendaknya bagi siswa yang memiliki motivasi belajar lebih tinggi dari siswa yang lain .maumembantu siswa yang motivasinya masih rendah.

7. Hendaknya seluruh siswa dapat Secara aktif dalam melakukan diskusi agar suasana diskusi menjadi hidup dan pada akhirnya siswa mampu memahami dan menyerap materi yang sedang dipelajari dengan baik.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1987. Guru Dalam Proses Belajar Mengaja. Bandung: Sinar Baru.

Anggraeni, Nurina. 2009. Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Metode Problem Solving di MTs Bantul kota. (Online),

(http://www.idtesis..com/search/label/Tesis%20Ekonomi, diakses tanggal 12 Desember 2012)

Anwar, Khairudin. 2011. Motivasi Belajar. (Online)

(http://bercahaya.blogspot.com/2011/04/pengertian-motivasi-belajar.html, diakses tanggal 12 Desember 2012)

Ardhana, Wayan.1985. Pokok-pokok Jiwa Umum. Surabaya: Usaha Nasional. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Atman, Ari. 2012. Metode Diskusi.

(Online)(http://ariatmancool.blogspot.com/2012/06/makalah-tentang-metode-pembelajaran.html, diakses tanggal 12 Desember 2012) A'dzjio. 2012. Metode Problem Solving.

(Online)(http://adzjiotarbiyah.blogspot.com/2012/03/model-pembelajaran-problem-solving.html, diakses tanggal 12 Desember 2012)

Bloom, Benjamin S. 1987. Taxonomi of Educational Objective.London:Longmand GroupLimited.

Bungin, Burhan. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Daldjoeni, N. 1981. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung:Alumni. Davis, H. Davis. 1074. Learning System Design. New York McGraw-Hill, Inc. Depdiknas, 2004. Pedomankhusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata


(3)

123 Depdiknas, 2008. Pedoman Penyusunan KKM.Jakarta:Sekretariat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah.

DimyatidanMudjiono.1999. BelajardanPembelajaran. Jakarta: RinekaCipta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar danPembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djaali, 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta. .

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

E Garret, Henry.1965. Testing forTeacher. New York: American Book Company. Fatalla, Yusri. 2011. Metode Diskusi. (Online)

(http://yusrikeren85.blogspot.com/2011/11/makalah-metode-pembelajaran.html)

Gagne, M. Rober. 1984. The Conditions of Learning and Theory of Instruction. New York: Holt Rinehart and Winston.

Gredler, E Margaret Bell. 1991.Belajar dan membelajarkan. Jakarta: CV Rajawali.

Hamalik, Oemar, 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar.2008.Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT. Remaja

Rosdakarya.

Hasibuan. 1985. Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Radja Karya. Hipni, Rohman. 2011. Pengertian metode pembelajaran. (Online)

(http://hipni.blogspot.com/2011/09/pengertian-definisi-metode-pembelajaran.html, diakses tanggal 12 Desember 2012)

Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2009. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: MultiPressindo.

Kerlinger. 2000. Analisis Varian Desain Faktorial. (Online)

(http://staff.unila.ac.id/radengunawan/category/mk2/, diakses tanggal 17 September 2011)

Makmun,Abin Syamsudin.2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(4)

Mudjiastuti, Sri. 2006. Penggunaan Metode Diskusi Pada MataPelajaran IPS Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Di SD Negeri Sampangan 04 Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang tahun ajaran 2004-2005. (Online),(http://www.idtesis.com/2007/12/penelitian-tindakan-kelas.html,diakses tanggal 12 Desember 2012)

Mulyadi. 1991. Psikologi Pendidikan. Malang: Biro Ilmiah, FT. IAIN Sunan Ampel.

Munsyi, Abdulkadir, dkk. 1981. Pedoman Mengajar. Surabaya: Al-Ikhlas.

Nuraini, Efi. 2011. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Purwodadi Tahun Pelajaran 2010/2011. Tesis, Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta:Tidak diterbitkan.

Pait, I Made. 2012. Pengaruh model pembelajaran problem solving dan penalaran formal terhadap prestasi belajar matematika bagi siswa sekolah menengah pertama. Artikel. Program Studi Teknologi

Pembelajaran Program Pascasarjana. Universitas Pendidikan Ganesha Pargito. 2010. Hakikat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Bahan Ajar

Perkuliahan Dasar-Dasar Pendidikan IPS. FKIP Universitas Lampung. Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Purwanto, Ngalim. 2009. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung: Remaja Karya.

Puskur. 2006. Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Depdiknas.

Reigeluth, M. Charles. 1983. The Elaboration Design Theories and Models: An Overview of Their Current Status, Instructional Design: What Is It And Why Is It?London: Lawrence Eribaum Associates, Publishers Hillsdale, New Jersey.

Robbins, Satephen P. 2001. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, dan Aplikasi. Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka, Jakarta: PT Prenhallindo. Roestiyah. 2008. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sabri, Ahmad. 2005.Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Jakarta: Quantum teaching.


(5)

125 Sardiman AM. 2006.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali. Slameto. 2003. BelajardanFaktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

RinekaCipta.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Soemantri, 2001. Pembaharuan Pendidikan IPS.Bandung: Remaja Rosda Karya. Solihatin, Etin dan Raharjo. 2009. Cooperative Learning. Analisis

ModelPembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2004. PenilaianHasil Proses BelajarMengajar. Bandung: RemajaRosdakarya.

Sudjarwo dan Basrowi. 2009. Manajemen Penelitian Sosial. Bandung: Mandar Maju.

Sugiyono. 2008. MetodePenelitianPendidikan, PendekatanKuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Supardan, Dadang, 2009. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Struktural. Jakarta: BumiAksara.

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Sutikno, M. Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Prospect.

Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan Dengan PendekatanBaru. Bandung: RemajaRosdakarya.

Tabrani, Rusyan dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Remaja Rosdakarya.

Tadjab, MA. 1994. Ilmu Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama.

Tarigan, H.H. 1989. Membaca dalam Kehidupan Individu. Bandung: Angkasa. Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Konsep:

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Kencana.


(6)

Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 20 Tahun 2003tentangSistem Pendidikan Nasional

Winataputra,Udin S. 2005. Strategi Belajar Mengajar: Edisi Kesatu. Jakarta: UniversitasTerbuka.

Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivisme. Jakarta: GP Press.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Virus

1 11 254

Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL), Problem Based Learninng (PBL), dan Problem Solving Pada Materi Animalia

5 29 376

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

0 15 59

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving Dan Contextual Teaching And Learning (CTL)Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 0 20

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Eksperimentasi Model Pembelajaran Problem Solving Dan Contextual Teaching And Learning (CTL)Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kedisiplinan Siswa.

0 0 14

PENINGKATAN KARAKTER ANTI KORUPSI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PROBLEM SOLVING Peningkatan Karakter Anti Korupsi Belajar Matematika Melalui Strategi Problem Solving Bagi Siswa XI SMA Muhammadiyah 1 Surakarta 2012/2013.

0 2 12

INCREASING LEARNING ACTIVENESS AND ACHIEVEMENT OF MEASURING TECHNOLOGY BY PROBLEM SOLVING METHOD.

0 0 7

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DISCOVERY LEARNING BERBASIS PROBLEM SOLVING DAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN METODE NUMERIK

0 0 12

Improving Learning Motivation Through Implementation Problem Solving Learning Strategy - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 5

Improving Learning Motivation Through Implementation Problem Solving Learning Strategy - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 19