Fanatisme Masyarakat Madura Pada Kyai

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 34 sejarah masuknya Islam itu sendiri ke pulau Madura.

3. Islamisasi di Madura

Kefanatikan masyarakat Madura sendiri terhadap sosok kyai sebenarnya tidak terlepas dari awal mula penyebaran Islam masuk kepulau Madura. Besarnya pengaruh kyai dalam kehidupan masyarakat Madura, secara historis dapat dilacak dari dua aspek, yakni islamisasi dan ekologis . Pertama, dari aspek penyebaran Islam di pulau Madura. Selama ini pulau Madura identik dengan Islam. Sulit menemukan penduduk asli Madura yang tidak beragama Islam, dan warga Madura dikenal sebagai penganut Islam yang fanatik. 44 Suksesnya Islamisasi Madura tidak bisa dilepaskan dari peran para kyai penyebar Islam pertama di Madura yang dipelopori Walisongo. Kemudian, pada saat Madura berusaha melepaskan diri dari penjajah, para kyai berada di garda depan memimpin umat menumpas penjajah. Di samping itu, keberadaan ratusan pesantren di bawah kendali para kyai yang tersebar di hampir setiap pelosok desa di saat lembaga pendidikan formal semisal sekolah dan madrasah belum ada, menjadikan warga Madura tercerahkan dalam bidang agama. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila warga Madura sangat fanatik dan respek kepada kyai dan menjadikannya sebagai pemegang otoritas dalam kehidupan masyarakat. Kedua, secara ekologis alam perspektif antropologis, antara Islam dan orang Madura merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kedua unsur tersebut saling menentukan. Keanggotaan seseorang dalam kelompok etnis Madura sangat 44 A ndang Subaharianto, et.al, Tantangan Industrialisasi Madura; Membentur Kultur, Menjunjung Leluhur Malang; Bayumedia, 2004, hlm. 54 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 35 ditentukan oleh kesertaan identitas Islam pada orang tersebut. Artinya, jika terdapat orang Madura tidak memeluk agama Islam, maka ia tidak lagi disebut sebagai orang Madura, dan keanggotaannya sebagai kelompok etnik Madura otomatis telah selesai. Selain itu menurut Kuntowijoyo keadaan struktur tanah di Madura juga menjadi salah satu faktornya. Dimana tanah Madura lebih banyak didominasi tanah tegalan yang gersang dan tidak produktif, dan sedikit sekali tanah persawahan. Pengelolaan tanah tegalan tidak melibatkan banyak orang yang dapat menjadi jalan bagi munculnya perasaan kolektif, cukup dikerjakan secara individual dengan tenaga kerja keluarga. Ekologi tegalan juga membuat pola pemukiman Madura menjadi kendala bagi munculnya semangat kerjasama. Desa terpecah-pecah menjadi pedukuhan-pedukuhan kecil, masing-masing terdiri atas empat sampai lima rumah tangga. Sulit bagi mereka menjalin komunikasi intensif. Satu-satunya sarana komunikasi yang efektif adalah melalui agama, yakni salat Jum ’at seminggu sekali yang dipimpin kyai. Sebagai akibatnya, inti hubungan-hubungan sosial adalah paguyuban keagamaan, dengan tokoh sentralnya adalah kyai. 45

C. Kajian Teori 1. Teori Tindakan Sosial

Untuk melihat struktur sosial masyarakat madura yang fanatik terhadap agama, melihat dari sejarah awal masuknya slam di madurama maka penulis juga menggunakan Teori Tindakan Sosial Max Weber. Weber menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu 45 Mohammad Kosim, “Islam di Madura; Kajian Awal tentang Masuk dan Berkembangnya Islam di Pulau Madura ”, Karsa, Jurnal STAIN Pamekasan, Vo. VII No. 1 April 2005, 651-661. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 36 tersebut tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Tindakan-tindakan sosial individu membentuk bangunan dasar untuk struktur-struktur sosial yang lebih besar, Weber meletakan dasar ini dengan distingsi-distingsi tipologis yang bergerak dari tingkat hubungan sosial ke tingkat keteraturan ekonomi dan sosial politik. 46 Menurut Max Weber, metode yang bisa dipergunakan utuk memahami arti-arti subjektif tindakan sosial seseorang adalah dengan verstehen. Istilah ini tidak hanya sekedar merupakan introspeksi yang cuma bisa digunakan untuk memahami arti subjektif tindakan diri sendiri, bukan tindakan subjektif orang lain. Sebaliknya, apa yang dimaksud Weber dengan verstehen adalah kemampuan untuk berempati atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam kerangka berpikir orang lain yang perilakunya mau dijelaskan dan situasi dan serta tujuan-tujuannya mau dilihat menurut perspektif itu. Max Weber mengklasifikasikan ada empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat. Keempat jenis tindakan sosial itu adalah: 1. Rasionalitas instrumental. Disini tindakan sosial yang dilakukan seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. 2. Rasionalitas yang berorientasi nilai. Sifat rasional tindakan jenis ini adalah bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada di dalam hubungannya dengan nilai-nilai 46 Putri Eksanika “Perilaku Pemanfaatan Media Internet Sebagai Sumber Belajar Pada Mata Pelajaran Sosiologi Di SMA ” Jurnal Sosialitas, Vol. 2 No. 1 Tahun 2012, 21 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 37 individu yang bersifat absolut. 3. Tindakan tradisional. Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. 4. Tindakan afektif. Tipe tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. 47 Untuk melihat struktur sosial masyarakat madura yang fanatik terhadap agama, penulis menggunakan analisis Marx yang mengatakan Kehidupan individu dan masyarakat kita didasarkan pada asas ekonomi. Ini berarti institusi-institusi politik, pendidikan, agama, dan sebagainya bergantung pada tersedianya sumber-sumber ekonomi. Juga berarti bahwa institusi ini tidak dapat bertentangan dengan sistem ekonomi. Dasar ekonomi ini dilihat Marx sebagai “infrastruktur” diatas “suprastruktur” sosial dan budaya yang lainnya dan harus menyesuaikan diri dengannya. Struktur ekonomi yang tidak berpihak merupakan faktor yang mendorong masyarakat menganut agama secara fanatis. Mengenai pengaruh tokoh agama penulis menggunakan konsep otoritas dari Max Weber 1864 dalam melihat bagaimana para pemuka agama begitu berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Sampang.

2. Teori Otoritas Max Weber

Mengenai pengaruh tokoh agama penulis menggunakan konsep otoritas dari Max Weber 1864 dalam melihat bagaimana para pemuka agama begitu berpengaruh 47 Stefanus Nindito, “Fenomenologi Alfred Schutz: Studi tentang Konstruksi Makna dan Realitas dalam Ilmu Sosial ”, Jurnal Ilmu Komunikasi,Vol. 2, No. 1 Juni, 2005, 79-94.

Dokumen yang terkait

PenerapanElectronic Voting Sebagai Perwujudan Asas Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah di Indonesia

0 66 99

Perbandingan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Putaran I Dan II Tahun 2010 Di Kecamatan Medan Denai

1 37 82

Perilaku Pemilih Pemula Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013

1 64 93

Perilaku Pemilih Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Sumatera Utara Tahun 2013 Di Kecamatan Medan Helvetia

0 54 79

Partisipasi Politik Masyarakat Karo Pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010 (Studi Kasus: Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan)

2 71 90

Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Tahun 2010-2014 Di Kecamatan Medan Denai.

9 67 76

Analisis Ikatan Primordialisme Etnik keturunan Arab Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung tahun 2005 (Studi Kasus : Pemilihan Walikota Medan tahun 2005)

2 47 70

Analisis Yuridis Terhadap Pertanggungjawaban Kepala Daerah Sebagai Pelaksana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah ( APBD ) Dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ( Studi Di Pemerintahan Kota Tanjung Balai )

0 45 150

PENGARUH NAHDATUL WATHAN (NW) TERHADAP KEMENANGAN TUAN GURU BAJANG DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH DI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2008

0 3 124

Partisipasi Politik Masyarakat Di Kecamatan Koto Salak Dan Kecamatan Asam Jujuhan Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2010.

0 0 18