Analisis Ikatan Primordialisme Etnik keturunan Arab Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung tahun 2005 (Studi Kasus : Pemilihan Walikota Medan tahun 2005)

(1)

ANALISIS IKATAN PRIMORDIALISME KELOMPOK ETNIK

KETURUNAN ARAB TERHADAP PEMILIHAN KEPALA DAERAH

LANGSUNG TAHUN 2005

( Studi Kasus : Pemilihan Kepala Daerah Walikota Medan tahun 2005) SKRIPSI

Disusun oleh : Nama : Fairouz Moehammad Nim : 030906050

Departemen : Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Drs. Heri Kusmanto, MA Dosen Pembaca : Warjio, SS, MA

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Fairouz Moehammad

Nim : 030906050

Departemen : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul : Analisis Ikatan Primordialisme Etnik keturunan Arab Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung tahun 2005 (Studi Kasus : Pemilihan Walikota Medan tahun 2005)

Ketua Departemen Ilmu Politik

Drs. Heri Kusmanto, MA Nip. 132215084

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Heri Kusmanto, MA Warjio SS,MA

Nip. 132215084 Nip. 132316810

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. M.Arif. Nasution, MA Nip. 13757010


(3)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ……….... 1

1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Perumusan Masalah……….. 7

1.3. Batasan Masalah……… 7

1.4. Tujuan Penelitian………... 8

1.5. Manfaat Penelitian………. 8

1.6. Kerangka Teori ………. 8

1.6.1. Primordial………. 8

1.6.2. Pengertian kelompok Etnik ………. 13

1.6.3. Budaya Politik ………....………. 14

1.6.4. Partisipasi Politik………….……….... 15

1.6.5. Pemilihan kepala Daerah Langsung ... 16

1.6.6. Suku Arab di Indonesia... 19

METODOLOGI PENELITIAN ... 19

1. Jenis Penelitian... 19

2. Defenisi Konsep... 19

3. Defenisi Operasional... 20

4. Populasi dan Sampel Penelitian... 20

5. Teknik pengumpulan Data... 21

6. Analisis Data... 23

7. Lokasi Penelitian... 23

SISTEMATIKA PENULISAN... 24

BAB II. SEJARAH KEDATANGAN DAN PERSATUAN MASYARAKAT ARAB ……….. 25

2.1. Sejarah Kedatangan Bangsa Arab ke Indonesia ……… 25

2.2. Perkembangan di Indonesia ………... 25


(4)

2.4. Persatuan Arab di Kota Medan ……….. 29

2.4.1. Annady Al-Islamy ………... 29

2.4.2. Al-Ichwani Arabia ……… 34

2.4.3. As-Syabab ……….... 37

2.5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ……… 38

2.6. Tingkat Pendidikan ……….. 39

BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ………... 40

3.1. Diskriptif dan Karakteristik Subyek Penelitian ……….. 40

3.2. Analisa Data ……….... 40

3.3. Penyajian data ………. 41

3.3.1. Identitas Responden ………. 41

3.3.2. Pendidikan ……….... 42

3.3.3. Pekerjaan dan pendapatan Responden ………. 44

3.3.4. Partisipasi dan Sikap Politik Responden pada masa pemilihan Walikota Medan tahun 2005 ……….. 47

3.3.5. Ikatan Primordial Terhadap Drs. Abdillah AK, MBA …… 50

3.4. Hasil Wawancara ………. 58

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 62

4.1. Kesimpulan ………. 62

4.2. Saran ……… 63


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat etnis keturunan Arab atau Suku Arab di Indonesia merupakan salah satu etnis yang minoritas yang berada di Indonesia, keberadaan mereka berasal dari pedagang-pedagang Arab yang mendatangi Indonesia yang bertujuan untuk menyiarkan agama Islam dan berdagang. Masyarakat ini juga merupakan warga negara Indonesia, yang hanya saja apabila dilihat dari segi fisik mereka mungkin memiliki perbedaan dengan suku di Indonesia kebanyakan.

Suku ini tersebar di seluruh Indonesia, misalnya di Jakarta (Pekojan), Surakarta (Pasar Kliwon), Surabaya (Ampel), Malang (Jagalan), Cirebon (Kauman), Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman) dan Probolinggo (Diponegoro) -- serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota seperti Palembang, Banda Aceh, Sigli, Medan, Banjarmasin, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Kupang, Papua dan bahkan di Timor Timur. Pada jaman penjajahan Belanda, mereka dianggap sebagai bangsa Timur Asing bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan suku India-Indonesia, tapi seperti kaum etnis Tionghoa dan India, tidaklah sedikit yang berjuang membantu kemerdekaan Indonesia 1

Suku Arab merupakan etnis yang juga selayaknya diperhitungkan dalam kancah perpolitikan baik nasional maupun daerah. Dasar ketetarikan penulis dalam studi penelitian ini, yakni penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai

. Salah satu keberadaan masyarakat ini adalah di kota Medan. Masyarakat ini berada di beberapa perkampungan yang tersebar di wilayah kota Medan.

1


(6)

kehidupan dan bentuk partisipasi politik masyarakat etnis keturunan Arab secara khusus pada pemilihan kepala daerah langsung Walikota Medan tahun 2005 karena mulai bulan Juni 2005, Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah, baik Gubernur / Wakil Gubernur, Bupati /Wakil Bupati maupun Walikota /Wakil Walikota dipilih secara langsung oleh rakyat. Peristiwa ini menandai babakan baru dalam sejarah politik daerah Indonesia; pemilihan secara langsung oleh rakyat 33 gubernur, 349 Bupati, dan 91 Walikota di berbagai provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.2

Keberadaan delapan suku yang mendiami Kota Medan menurut Abdillah justru harus dijadikan faktor perekat., bukan faktor pemicu konflik yang berdimensi

Dalam lingkup ini dilihat dari keikutsertaaan Abdillah AK, MBA sebagai calon Walikota Medan yang juga memiliki keturunan Arab. Bisa kita lihat bahwa Abdillah AK, MBA telah dua kali terpilih sebagai Walikota Medan. Abdillah menjalin hubungan yang harmonis dengan para tokoh agama dan masyarakat. Melalui Forum Komunikasi Pemuka Agama (FKPA), Ia sering melakukan koordinasi dan konsultasi dalam rangka mengantisipasi berbagai situasi dan keamanan, ketertiban masyarakat di Kota Medan. Khususnya dalam meredam peristiwa-peristiwa yang bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras dan Aliran kepercayaan)

Masyarakat Medan yang sangat heterogen bagi Abdillah justru merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri. Perbedaan suku, agama, budaya dan adat istiadat juga harus menjadi modal sosial untuk membangun Medan yang semakin beradab. Kepelbagaian juga harus dijadikan perekat untuk bekerja sama dan sama-sama bekerjasama-sama membagun Medan menuju kota metropolitan.

2


(7)

etnis, berbeda jika suku yang berdiam di Medan hanya terdiri dari dua suku saja. Secara teoritik, potensi untuk terjadinya konflik horizontal justru lebih tinggi.3

Dasar ketertarikan penulis yaitu untuk mengkaji apakah benar adanya masyarakat etnik keturunan Arab di Medan memilih Abdillah sebagai walikota masa itu dengan berdasar dari rasa primordialisme yang dalam penelitian ini, penulis memasukkan peran serta perkumpulan masyarakat Arab yakni Annady Islamy yang mewakili etnis keturunan Arab dari Laki-laki dan perempuan dan Al-Ichwani Arabia yang mewakili suara wanita keturunan Arab. Dan apabila benar, tidak sedikit suara dan pendukung Abdillah dari masyarakat etnis keturunan Arab di Medan dalam suksesnya beliau terpilih menjadi walikota masa itu. Hal ini dapat kita lihat dari perolehan tetap suara pemilihan kepala daerah langsung Kota Medan yahun 2005, data ini dapat dilihat dalam tabel di bawah berikut.

Di bawah ini terdapat tabel 1 mengenai calon yang terdaftar dalam Pemilihan Walikota Medan tahun 2005 berdasarkan nomor urut dan pasangannya. Dan tabel 2 yaitu hasil perolehan suara pada Pemilihan Walikota Medan tahun 2005.

di Indonesia), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hal 1. 3

. Dr. H. Ramli Abdul Wahid, MA, Dr. Iskandar Zulkarnain, M,Si, Drs. Edwin H Supiartoyo, Kiat Bang Dillah Membangun Medan, Medan Madani Centre, Medan, 2005, hal 78-80.


(8)

Tabel 1

Daftar Nama Pasangan Calon yang Terdaftar di KPUD Kota Medan

No Urut

Nama Pasangan Calon Partai yang Mengusung 1.

2.

Ir. H. Maulana Pohan/Sigit Pramono Asri

Drs. Abdillah AK, MBA/Drs.H.Ramli, MM

- Partai Keadilan Sejahtera

- Partai Golongan Sejahtera - Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDIP) - Partai Demokrat - Partai Damai Sejahtera - Partai Amanat Nasional

- Partai Persatuan Pembangunan (PPP) - Partai Bintang Reformasi

- Partai Patriot Pancasila Sumber : KPUD Kota Medan.

Tabel 2

Hasil Perolehan Suara Pilkada Kota Medan 27 Juni 2005

No Nama Calon Walikota/Wakil Walikota Jumlah Suara Presentase 1

2

Ir. H. Maulana Pohan/Sigit Pramono Asri Drs. Abdillah AK, MBA/Drs.H.Ramli, MM

292.803 490.682

37,37 62,63

Jumlah 783.485 100

Sumber: KPUD Kota Medan

Dari tabel di atas, dapat dilihat perbedaan jumlah pemilih yang sangat tampak pada pemilihan kepala daerah Kota Medan antara Abdillah-Ramli dengan Maulana-Sigit, hal ini membuktikan bahwasanya pada daerah ini para pemilih pada pemilihan kepala daerah silam lebih memilih Abdillah sebagai calon Walikota medan, tetapi


(9)

apakah etnis keturunan Arab di Medan menjadi bagian pemilih dari jumlah tabel di atas yang ingin dikaji oleh penulis untuk melakukan penelitian.

Clifford Geertz menyatakan salah satu sebab kegoncangan primordial berkisar yang seringkali timbul bersama dan berlawanan tujuan, secara deskriptif, salah satunya adalah ras. Ras menurut Clifford, mirip dengan kesukuan dalam arti bahwa ia melihat teori etno-biologis. Tetapi keduanya sesungguhnya amat berbeda. Yang menjadi ciri utama adalah bentuk-bentuk fisik yang feno-tipis terutama warna kulit, bentuk muka, tinggi badan dan bentuk rambut. Maka dari itu, dengan penelitian ini penulis ingin menguak massa yang menurut penulis adalah “massa minoritas” yakni massa yang memilih berdasar cerminan primodialisme dibalik kesuksesan Abdillah terpilih sebagai Walikota Medan.

Ikatan primordial tidak hanya berpengaruh dalam satu aspek kehidupan saja. Kenyataan yang sering kita jumpai di mana pun ialah bahwa primordialisme itu justru penting karena ia bergerak dalam keseluruhan aspek kehidupan masyarakat. Masyarakat yang majemuk akan mudah mengaitkan aspek-aspek kehidupan dengan ikatan-ikatan primordial.

Dipilihnya sistem pemilihan kepala daerah langsung mendatangkan optimisme dan pesimisme tersendiri. Pemilihan kepala daerah langsung dikenal sebagai perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekuitmen pimpinan daerah sehingga mendinamisir kehidupan demokrasi di tingkat lokal. Keberhasilan pemilihan kepala daerah langsung untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis, sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada kritisme dan rasionalitas rakyat sendiri. Pada titik itulah, pesimisme terhadap pemilihan kepala daerah langsung menemukan relevansinya.


(10)

Keputusan politik untuk daerah selalu lahir dalam suasana tarik-menarik antara berbagai kepentingan, seperti elite dan publik, pusat dan daerah, partai dan non partai, dan sebagainya. Implementasi pemilihan kepala daerah langsung juga tidak lepas dari persoalan tersebut. Artinya antara harapan (das sein) dan kenyataan memiliki jarak (das sollen)4

Kepala daerah adalah jabatan politik dan jabatan publik yang bertugas memimpin birokrasi menggerakkan jalannya roda pemerintahan. Fungsi-fungsi pemerintahan terbagi menjadi perlindungan, pelayanan publik dan pembangunan (Protective, public services dan development). Kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan atas ketiga fungsi pemerintahan itu.5

Paradigama baru Otonomi Daerah harus diterjemahkan oleh Kepala Daerah sebagai upaya untuk mengatur kewenangan pemerintahan sehingga serasi dan fokus pada tuntutan kebutuhan masyarakat, karena Otonomi Daerah bukanlah tujuan, melainkan suatu instrumen untuk mencapai tujuan (James W. Fesler, 1965, AF. Leemans,1970)

Dalam konteks pelaksanaan Otonomi Daerah, seorang Kepala Daerah dalam implementasi pola kepemimpinannya seharusnya tidak hanya berorientasi pada tuntutan untuk memperoleh kewenangan sebesar-besarnya, tanpa menghiraukan makna Otonomi Daerah itu sendiri yang lahir dari suatu kebutuhan akan efisiensi dan efektifitas manajemen penyelenggaraan pemerintahan, yang bertujuan untuk memberi pelayanan yang lebih baik dari masyarakat.

6

Kebijaksanaan–kebijaksanaan apapun dalam bidang apapun cenderung menimbulkan kerukunan atau kesenjangan dalam masyarakat, baik secara vertikal

.

4

. Ibid,hal 3. 5

. Ibid, hal 203. 6

. JR, J, Kaloh, Kepala Daerah (Pola Kegiatan, Kekuasaan dan Prilaku Kepala Daerah, Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal 15-16.


(11)

maupun horizontal. Sebab, primordialisme senantiasa menyalurkan kepuasan dan kekecewaan dalam masyarakat melalui kelompok-kelompok yang ada di dalamnya. Keadaan inilah yang menentukan apakah masyarakat dapat menciptakan solidaritas atau tidak terhadap sesamanya.

Dengan kata lain, yang menjadi masalah bagi kita sebenarnya bukan kenyataan adanya faktor-faktor primordial dalam masyarakat kita melainkan persepsi dan sikap masyarakat terhadap faktor-faktor tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, penulis mencoba merumuskan masalah tentang ikatan primordial terhadap pemilihan Walikota Medan. Untuk lebih jelas masalah sebenarnya adalah :

“Apakah ikatan primordial masyarakat etnis keturunan Arab memiliki relasi terhadap salah satu calonnya yakni Drs. H. Abdillah AK, MBA pada Walikota Medan tahun 2005?”

1.3. Batasan masalah

Dalam penelitian ini, penulis memberikan beberapa poin terhadap masalah yang akan dibahas agar tidak menyimpang dari perumusan masalah. Pada penelitian ini penulis hanya membahas mengenai masalah:

1. Mendeskripsikan bentuk ikatan primordial masyarakat etnik keturunan Arab terhadap pemilihan kepala daerah langsung Walikota Medan tahun 2005. 2. Menganalisis partisipasi dan persepsi masyarakat etnik keturunan Arab

sebagai manifestasi primordial terhadap pemilihan Walikota Medan tahun 2005.


(12)

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ikatan primordialisme dan bentuk solidaritas sesama kelompok etnik keturunan Arab di Kota Medan..

2. Untuk mengetahui seberapa besar antusiasme masyarakat kelompok etnik keturunan Arab di Kota Medan di bidang politik dalam pemilihan Walikota Medan tahun 2005.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan wawasan bagi para akademisi khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk membuktikan kebenaran tentang adanya ikatan primodialisme etnis keturunan Arab pada pemilihan Walikota Medan tahun 2005 silam. Pembuktian ini didukung dengan pernyataan dari responden yakni masyarakat etnis keturunan Arab yang berada di Medan.

1.6. Kerangka Teori 1.6.1. Primordialisme

Menurut Clifford Geertz bahwa negara-negara yang baru merdeka atau negara-negara berkembang sering dihadapkan pada sentimen-sentimen primordial, akibatnya konsepsional tentang pengertian tentang bangsa, kebangsaan dan nasionalisme menjadi kabur, mengaburnya konsepsional tentang pengertian-pengertian bangsa (nation), kebangsaan (nasionalitas) dan nasionalisme telah sering dibahas dan dikecam dalam setiap karya yang mencoba mengupas masalah hubungan antara kesetiaan kommunal dan kesetiaan politik. Jalan yang lain ditempuh untuk mengatasi persoalan ini ialah usaha memuaskan segala pihak yang


(13)

memandang masalah-masalah yang berhubungan dengannya dari berbagai segi : politik, psikologi, kultur dan demografi.

Akibatnya usaha mengurangi kekaburan itu malah tidak banyak mengalami kemajuan. Sebagian dari kekaburan ini dapat dihilangkan kalau saja disadari bahwa rakyat negara-negara baru terdorong oleh dua jenis motif yang kuat, saling mempengaruhi, berbeda satu dari yang lain dan yang seringkali bertentangan:

pertama, kehendak untuk diakui sebagai pelaku-pelaku yang bertanggung jawab

dan yang hasrat, harapan, tindakan serta pendapatnya diperhitungkan, Kedua, kehendak membina suatu negara modern yang efisien dan dinamis. Kehendak pertama adalah ikhtiar untuk diperhatikan : ia merupakan usaha mencari identitas (kepribadian) dan bahwa identitas itu diakui secara terbuka sebagai sesuatu yang penting, suatu penegasan diri sosial untuk menjadi seseorang di dunia. Kehendak kedua bersifat lebih praktis suatu tuntutan untuk kemajuan meningkatkan taraf hidup, menciptakan tata susunan politik yang tertib, keadilan sosial yang lebih meluas serta lebih memainkan peranan dalam percaturan politik dunia dan menyatakan pengaruhnya dalam masyarakat internasional. Kedua motif itu saling berkaitan, karena kewargaan di dalam suatu negara yang sungguh-sungguh modern makin lama makin diterima sebagai cara menyatakan harkat pribadi bangsa.

Ketegangan ini wujud dalam bentuk yang keras dan kronis di negara-negara baru, baik karena perasaan harkat diri rakyat-rakyatnya bertalian erat dengan masalah hubungan darah, ras, bahasa, kedaerahan, agama atau tradisi, maupun karena makin pentingnya peranan negara berdaulat sebagai upaya positif dalam mewujudkan tujuan-tujuan kolektif dalam abad ke 20 ini. Rakyat negara-negara baru yang multi etnis, multi bahasa dan kadang-kadang multi rasial cenderung menilai hal-hal yang seketika, kongkrit dan pengelompokan-pengelompokan


(14)

alamiah seperti itu sebagai isu substantif tentang kepribadiannya masing-masing. Mengalahkan identifikasi-identifikasi spesifik dan yang mudah dikenal terhadap ikatan-ikatan yang lebih luas dan yang agak asing merupakan resiko kehilangan identitas sebagai pribadi yang otonom. Resiko itu terjadi melalui penyerapan ke dalam masa dengan kebudayaannya yang tak jelas atau melalui dominasi kelompok etnis, ras atau bahasa saingannya yang dapat menentukan corak warna tata susunan yang baru itu. Tetapi bersamaan dengan itu hampir setiap anggota masyarakat negara baru sadar bahwa kemungkinan pembaharuan sosial dan kemajuan material yang amat diinginkan serta diperjuangkan dengan kuat bergantung pada kemampuan mereka bersatu dalam masyarakat politik yang lebih besar, bebas dan lebih kuat. Pada umumnya dipandang dari sudut kemasyarakatan bahwa negara-negara baru mudah menjurus pada ketimpangan–ketimpangan serius akibat ikatan-ikatan primordial.

Menurut Cillford Geertz dalam bukunya Interpretation of Culture

“Ikatan primordial adalah sebagai perasaan yang lahir dari yang dianggap ada dalam kehidupan sosial, sebagian besar dari hubungan langsung dan hubungan keluarga, tetapi juga meliputi keanggotaan dalam lingkungan keagamaan tertentu, bahasa dan dialek serta kebiasaan-kebiasaan sosial.”7

Kegoncangan yang menimpa banyak negara modern yang disebabkan keinginan untuk menjadi masyarakat primordial dari pada menjadi masyarakat kebangsaan, serta kesadaran akan manfaat praktis dari pola integrasi sosial yang lebih luas, telah memperkuat kecenderungan mengajukan alasan-alasan ikatan hubungan darah, bahasa, agama dan sebagainya sebagai masyarakat akhir. Akan tetapi dalam masyarakat yang mengalami proses modernisasi, ikatan-ikatan primordial masih didengungkan sebagai landasan penciptaan kesatuan-kesatuan

7


(15)

politik, tradisi politik kebangsaan masih lemah, sedangkan persyaratan teknis akan pemerintahan yang mengusahakan kemakmuran amat kurang dipahami.8

a. Hubungan darah

Kegoncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa sebab yang seringkali timbul bersama dan berlawanan tujuan, secara deskriptif, masalah-masalah yang timbul adalah sebagai berikut :

Yang penting dalam hal ini adalah kekeluargaan, karena hubungan yang wujud, akibat biologis (keluarga besar garis keturunan dan sebagainya) terlalu terbatas untuk dianggap cukup berarti. Oleh karena itu pengenalan lebih bersifat hubungan keluarga yang lebih sosiologis seperti kesukuan.

b. Ras

Ras mirip dengan kesukuan dalam arti bahwa ia melihat teori etno-biologis. Tetapi keduanya sesungguhnya amat berbeda. Yang menjadi ciri utama adalah bentuk-bentuk fisik yang feno-tipis terutama warna kulit, bentuk muka, tinggi badan, bentuk rambut. Masalah–masalah perkauman (communalism) di Malaya sebagian besar timbul dari perbedaan ini sekalipun kedua pihak berasal dari jenis feno-tipis Mogoloid yang sama.

c. Bahasa

Linguisme, karena sesuatu hal yang belum dapat diterangkan secara memuaskan, sehingga hal ini bermasalah di India dan di Malaya dan secara sporadis juga terjadi dibeberapa tempat di dunia. Akan tetapi karena bahasa seringkali dipandang sebagai poros essensi konflik-konflik nasional, ada baiknya ditegaskan dalam hal ini bahwa linguisme bukanlah suatu akibat yang pasti lahir dari keanekaragaman bahasa. Perbedaan-perbedaan bahasa tidak selalu menjurus pada

8


(16)

perpecahan. Atau menjadi masalah sosial yang besar, walaupun sering timbul kebingungan tentang penggunaan bahasa. Konflik-konflik primordial bisa saja terjadi dalam masyarakat yang tidak mengenal perbedaan bahasa yang menyolok, seperti di Libanon.

d. Daerah

Hal ini menjadi faktor di hampir setiap pelosok dunia, kedaerahan dengan sendirinya menjadi masalah serius di daerah-daerah geografis yang heterogen. Ketegangan antara Pakistan Barat dan Pakistan Timur ( Bangladesh) terlibat masalah perbedaan dalam bahasa dan kultur, tetapi faktor geografi justru yang paling menentukan, ini diakibatkan karena secara teritorial negara itu tidak bersambungan.

e. Agama

Kasus yang terkemuka akibat keterkaitan agama ini adalah Partisi India. Akan tetapi Libanon, orang Karen dan Araken Islam di Birma, orang Batak Toba, Ambon dan Minahasa di Indonesia, orang Moro di Filipina, orang Sikh di Punjab, India semua ini contoh-contoh terkenal tentang kekuatan ikatan keagamaan dalam menghambat ataupun menggagalkan perasaan kebangsaan yang lebih luas.

f. Kebiasaan

Perbedaan-perbedaan dalam bentuk kebiasaan sering merupakan dasar dari salah satu segi perpecahan nasional. Gejala ini terutama berperan penting dalam hal dimana satu kelompok yang secara intelektual dan kesenian merasa dirinya pembawa peradaban di tengah-tengah penduduk lain yang dianggap kasar dan yang harus berpedoman pada golongan yang unggul. Akan tetapi perlu dicatat bahwa


(17)

golongan yang amat berbeda satu dari yang lain dapat menjalankan gaya hidup umum yang sama.9

“Primordialisme ialah perasaan-perasaan yang mengikat seseorang dikarenakan oleh hal-hal yang dimilikinya sejak ia dilahirkan. Individu umumnya tidak berada pada posisi untuk memilih sendiri faktor-faktor primordialnya. Ia dilahirkan dalam suatu kondisi tertentu, dan ia harus menerima kondisi itu, biasanya untuk seumur hidupnya. Yang tergolong dalam kondisi ini ialah faktor-faktor seperti daerah atau tempat kelahiran, suku, ikatan darah, ras, agama dan rasa.

Menurut Nazzarudin Sjamsuddin dalam bukunya Dinamika Sistem Politik Indonesia :

10 ”

Primordialisme dianggap sebagai salah satu hambatan integratif yakni yang ditimbulkan oleh perbedaan yang ada pada kelompok elite dan massa.

1.6.2. Pengertian Kelompok Etnik

Defenisi kelompok etnik, Menurut Narroll, 1964 umumnya kelompok etnik dikenal sebagai suatu populasi yang:

1. Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan

2. Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya.

3. Membentuk jaringan komunikasi dan interaksinya sendiri

4. Menentukan ciri kelompoknya sendiri dan diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.

9

. Ibid, hal 263. 10

. Nazzaruddin Sjamsuddin, Dinamika Sistem Politik Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hal 41.


(18)

Defenisi yang ideal memang tidak berbeda jauh dengan yang umum kita kenal, yaitu bahwa suku bangsa sama dengan budaya dan bahasa, sedangkan masyarakat sama dengan suatu unit yang hidup terpisah dari unit lain. 11

1.6.3. Budaya Politik

Menurut Nazzarudin Sjamsudin dalam bukunya Dinamika Sistem Politik

Indonesia Budaya politik diartikan sebagai

“Seperangkat sikap, kepercayaan, dan perasaan warga negara terhadap sistem politik dan simbol-simbol (seperti bendera, bahasa, dan lembaga-lembaga politik) yang dimilikinya. Unsur yang penting pula dalam budaya politik adalah bagaimana sikap atau perasaannya terhadap peranannya sendiri dalam bidang politik.12

“Budaya politik adalah aspek politik dan sistem nilai-nilai yang terdiri dari ideologi, pengetahuan, adat-istiadat, tahayul dan mithos.

Menurut Albert Widjaja dalam bukunya Budaya Politik dan Pembangunan Ekonomi:

13

Hakekat atau ciri-ciri pokok dari budaya politik menyangkut masalah nilai-nilai. Nilai-nilai adalah prinsip-prinsip yang dasar yang melandasi doktrin atau satu pandangan hidup bentuk dan budaya politik menyangkut masalah sikap norma. Norma bagi perilaku berasal dari nilai. Norma membentuk sikap normatif seseorang terhadap gejala-gejala; benar atau salah, baik atau buruk, suka atau tidak suka. Bentuk budaya politik disini adalah sikap mental dan tingkat militansi seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan di dalam masyarakat.

14

11

. Kutipan dari Fredrik Barth, Kelompok Etnik dan Batasannya : Penerjemah Nining I. Soesilo ; pendamping Parsudi Suparlan , Jakarta, UI Press, 1988, hal 11. R. Narrol, Ethnic Unit Classification, Current Anthroplogy, Vol 5, No. 4.

12

. Nazzaruddin Sjamsuddin, Dinamika Sistem Politik Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hal 90.

13

. Albert Widjaja, Budaya Politik dsn Pembangunan Ekonomi, LP3ES, Jakarta, 1982, hal 250. 14


(19)

Bagaimana sikap, kepercayaan, dan perasaan, seseorang terhadap sistem politik sebenarnya ditentukan oleh bagaimana hubungan antara masyarakat itu dengan struktur politiknya. Struktur politik yang sejalan dengan aspek-aspek kebudayaan masyarakat menciptakan budaya politik yang matang, yaitu mencerminkan komitmen warga negara yang demikian tinggi terhadap sisem politik. Salah satu hal yang utama dalam hal ini ialah bagaimana tingkat kematangan budaya politik suatu negara, seperti di Indonesia, dimana masyarakatnya bersifat majemuk. Dalam keadaan yang demikian, maka penerimaan kelompok masyarakat terhadap sistem politik adalah bervariasi, yaitu tergantung pada bagaimana hubungan antara budaya masing-masing kelompok itu dengan struktur politik nasional.

1.6.4. Partisipasi Politik

Partisipasi merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Partisipasi politik itu merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah.

Defenisi partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson;

“Partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara preman (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.15

“Partisipasi politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan cara memilih pimpinan negara secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah (public Policy).

Menurut Miriam Budiarjo secara umum mengartikan;

16 15

. Samuel P. Huntington, Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal 6.

16

. Miriam Budiarjo, Partisipasi dan Partai Politk, Jakarta, PT. Gramedia, Jakarta, 1982, hal 1. ”


(20)

Partisipasi aktif mencakup kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak dan ikut serta dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintahan. Di pihak lain partisipasi pasif antara lain berupa kegiatan menaati peraturan atau perintah, menerima dan begitu saja melaksanakan keputusan pemerintah.17

Ciri-ciri sosial tertentu sangat penting dalam memberikan kesempatan dan kecakapan politik kepada individu. seperti pendidikan tinggi, perbedaan jenis kelamin, dan status sosial ekonomik juga mempengaruhi keaktifan seseorang dalam berpartisipasi politik. Partai politik juga berperan sangat besar dalam partisipasi politik rakyat. Aktivitas kampanye hanya mencapai pengikut serta partai, dengan memperkuat komitmen mereka untuk memberikan suara.18

1.6.5. Pemilihan Kepala Daerah langsung

“Pemilihan kepala daerah merupakan rekuitmen politik yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah, baik Gubernur/Wakil Gubernur maupun Bupati/Wakil Bupati atau Walikota/Wakil Walikota. Dalam kehidupan politik di daerah, pemilihan kepala daerah merupakan salah satu kegiatan, yang nilainya equivalen dengan pemilihan anggota DPRD. Equivalensi tersebut ditunjukkan dengan kedudukan sejajar antara kepala daerah dan DPRD. Hubungan kemitraan dijalankan dengan cara melaksanakan fungsi masing-masing sehingga terbentuk mekanisme chek and balances. Oleh sebab itu, pemilihan kepala daerah sesungguhnya bagian dari sistem politik di daerah.19

Dalam konteks struktur kekuasaan, kepala daerah adalah kepala eksekutif di daerah. Istilah jabatan publik mengandung pengertian bahwa kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan kebijakan yang terkait langsung dengan

17

. Sudjono Sastroatmojo, Prilaku Politik, IKIP Semarang Press, Semarang, 1995, hal 74. 18

. Mochtar Masoed dan Collin McAndrews, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2001, hal 49-50.


(21)

kepentingan rakyat (publik), berdampak terhadap rakyat, dan dirasakan oleh rakyat. Oleh sebab itu, kepala daerah harus dipilih oleh rakyat dan wajib mempertanggungjawabkan kepercayaan yang telah diberikan kepada rakyat. Adapun dalam pejabat politik terkandung maksud mekanisme rekuitmen kepala daerah dilakukan dengan mekanisme politik., yaitu melalui pemilihan yang melibatkan elemen-elemen politik, seperti rakyat dan partai-partai politik.20

1. Langsung

Asas yang dipakai dalam pilkada langsung sama persis dengan asas dipakai dalam pemilu 2004, yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Rumusan mengenai asas-asas pilkada langsung tertuang dalam pasal 56 Ayat (1) UU No.32/2004 dan ditegaskan kembali pada pasal 4 Ayat (3) PP No. 6/2005. selengakapnya bunyi Pasal 56 Ayat (1) berbunyi:

‘Kepala Daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.”

Dengan asas-asas tersebut, dapat dikatakan bahwa pilkada langsung di Indonesia telah menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku umum dalam rekuitmen pejabat publik atau pejabat politik yang terbuka. Adapun pengertian asas-asa tersebut adalah sebagai berikut:

Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

2. Umum

Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundangan berhak mengikuti pilkada. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh

19

. Joko J. Prihatmoko, Pemilihan kepala Daerah Langsung, (Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan di Indonesia), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hal 203.


(22)

bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status sosial.

3. Bebas

Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihan tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.

4. Rahasia

Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin dan pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih meberikan suaranya pada Surat Suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.

5. Jujur

Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap penyelenggara pilkada, aparat pemerintah, calon/peserta pilkada, pengawas pilkada, pemantau pilkada, pemilih serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Adil

Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap pemilih dan calon/peserta pilkada mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun. Sistem pemilihan kepala daerah langsung selalu memberikan ruang implementasi hak pilih aktif. Seluruh warga asal memenuhi syarat dapat menjadi pemilih dan mencalonkan diri sebagai kepala daerah.

20


(23)

1.6.6. Suku Arab di Indonesia

Suku Arab-Indonesia adalah warga negara Indonesia yang memiliki keturunan etnis Arab dan etnis pribumi Indonesia. Pada mulanya mereka umumnya tinggal di perkampungan Arab yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. 21

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran auatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan melakukan metode-metode ilmiah22

1. Jenis Penelitian .

Penelitian ini adalah penelitian field study yang merupakan penelitian yang berhubungan dengan peneliti yang terlibat dalam lapangan penelitiannya yang salah satu caranya yaitu mengunjungi kejadian dan menghadiri pertemuan upacara.23 Untuk jenis yang digunakan dalam penelitian ini, adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang yang berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang ada. Data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan, kemudian dianalisa.24

2. Defenisi Konsep

Defenisi konsep adalah unsur penelitian yang merupakan defenisi yang dipakai para peneliti untuk menggambarkan secara absrak suatu fenomena sosial atau fenomena alam. Defenisi yang menggambarkan

21

. Arab Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia, (Diakses Tgl 04.03.2007) 22

. Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Andi Ofset, Yogyakarta, Jilid I Cetakan ke XXI, 1989, hal 4. 23

. Dolet Unaradjan, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta, PT.Grasindo, Jakarta,2000, hal 194. 24

. Hadari Nawari, Metode Penelitian Bidang sosial, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1995, hal 40.


(24)

1. Suku Arab atau Masyarakat kelompok etnik keturunan Arab merupakan etnik yang berasal dari perantauan yang tujuan asalnya untuk berdagang dan menyiarkan agama Islam dan telah bercampur baur engan penduduk asli dan menciptakan satu kelompok etnis keturunan.

2. Primordial merupakan suatu bentuk rasa satu ikatan yang timbul karena beberapa faktor seperti satu, daerah, suku, hubungan darah, ras, agama dan rasa.

3. Defenisi Operasional

Penjelasan tentang bagaimana suatu variabel-variabel akan diukur konkrit. Defenisi operasional merupakan rincian dari indikator-indikator pengukur suatu variabel. Defenisi operasional memudahkan peneliti mengoperasionalkan dengan cara memberikan parameter dan variabel yang diteliti. Adapun indikator yang mendukung penelitian ini adalah;

1. Partisipasi politik masyarakat etnik keturunan Arab yang berada di Medan 2. Bentuk ikatan primordial masyarakat etnis keturunan Arab dengan salah satu

calon pada pemilihan kepala daerah langsung tahun 2005.

4. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dengan meneliti seluruh populasi akan lebih memungkinkan tercapainya generalisasi, dari objek yang diselidiki. Akan tetapi kemungkinan itu sulit untuk dilakukan karena keterbatasan dari peneliti terutama waktu.

Adapun unit yang akan dianalisis dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang dianggap dewasa (17 tahun ke atas) dan sudah memiliki hak untuk ikut dalam


(25)

pemilihan baik dalam pemilihan umum ataupun pemilihan kepala daerah yang diselenggarakan secara nasional.

Selanjutnya ada empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetukan besarnya sample (sample size) dalam suatu penelitian untuk mendapatkan data yang representatif yaitu:

1. Derajat keseragaman (degree of homogeneity) dari populasi 2. Presisi yang dikehendaki dari penelitian

3. Rencana analisa

4. Tenaga, biaya dan waktu25

Penelitian ini tidak menggunakan sample yang jumlahnya sudah ditentukan dalam sebuah populasi, melainkan unit analisis data akan disajikan dengan sample yang hadir di suatu pertemuan dari sebuah perkumpulan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Penulis mengggunakan 3 teknik pengumpulan data meliputi; 1. Studi Dokumen atau Bahan Pustaka

Untuk menjawab masalah penelitian saya, maka saya menggunakan data yang diperlukan yang sudah tertulis atau diolah oleh orang lain data ini disebut sebagai data sekunder, surat-surat, catatan harian, laporan dan sebagainya merupakan data yang berbentuk tulisan, disebut dokumen dalam arti sempit. Dan dokumen dalam arti luas meliputi monumen, foto, tape dan sebagainya. 2. Pengamatan (Observasi)

Dalam Menjawab masalah penelitian dapat dilakukan dengan cara pengamatan, yakni mengamati gejala yang diteliti. Dalam hal ini, pancra


(26)

indera manusia (penglihatan dan pendengaran) diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati. Apa yang ditangkap tadi dicatat dan selanjutnya dianalisis.

3. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (Responden). Dalam penelitian saya wawancara dilakukan secara langsung yakni, face to face, artinya peneliti (pewawancara) berhadapan langsung dengan responden untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang dinginkan, dan jawaban responden dicatat oleh pewawancara. Yang saya lakukan dalam mewawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) pedoman wawancara yang berisi butir-butir yang akan ditanyakan.26

• Kuisioner yang respons yang ditentukan atau tertutup Tipe kuisioner yang digunakan yakni;

kuisioner respons yang ditentukan mengandung sejumlah (pernyataan dan pertanyaan ) dengan sejumlah pilihan yang ditentukan. Responden diminta menandai respon yang paling cocok bagi dirinya.27

25

. Masri Singaribuan dan Sofian Effendi, (editor), Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, LP3ES, Jakarta, 1989 hal 150-152.

26

. Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum , Jakarta, Granit, 2004, hal 61-73. 27

. James A. Black, Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, PT. Refika Aditama, Bandung, 1999, Hal 328.


(27)

5. Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan28 Dalam penelitian ini, data dan informasi yang terkumpul kemudian akan disusun dan dijabarkan dengan cara menjelaskan fenomena yang ditemukan dalam proses pengumpulan data, kemudian data yang teratur dan tersusun kemudian akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan dianilisis secara sistematis. Adapun analisis dari hasil penelitian bersifat kualitatif dan kuantitatif, selanjutnya akan ditarik kesimpulan terhadap hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka pembuktian benar atau tidaknya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.

6. Lokasi Penelitian

Penelitian ini, dilakukan pada perkumpulan yang mewakili etnis keturunan Arab di Kota Medan, lokasi dari penelitian ini yaitu;

1. Perkumpulan Annady Al-Islamy 2. perkumpulan Ichwani Al-Arabia

Penelitian ini dilakukan di dua perkumpulan etnis keturunan Arab dikarenakan kedua perkumpulan ini dianggap mewakili representatif terhadap masyarakat etnis keturunan yang berada di Kota Medan.

28

. Masri Singaribuan dan Sofian Effendi, (editor), Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, LP3ES, Jakarta, 1989 hal 54.


(28)

BAB II

SEJARAH KEDATANGAN DAN PERSATUAN MASYARAKAT ARAB

2.1. Sejarah Kedatangan Bangsa Arab ke Indonesia

Setelah terjadinya perpecahan besar diantara umat Islam yang menyebabkan terbunuhnya khalifah keempat Ali bin Abi Thalib, mulailah terjadi perpindahan (hijrah) besar-besaran dari kaum keturunannya ke berbagai penjuru dunia. Ketika Imam Ahmad Al-Muhajir hijrah dari Irak ke daerah Hadramaut di Yaman kira-kira seribu tahun yang lalu, keturunan Ali bin Abi Thalib ini membawa serta 70 orang keluarga dan pengikutnya.29

Terdapat pula warga keturunan Arab yang berasal dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika lainnya di Indonesia, misalnya dari Mesir, Arab Saudi, Sudan atau Maroko; akan tetapi jumlahnya lebih sedikit daripada mereka yang berasal dari Hadramaut.

Sejak itu berkembanglah keturunannya hingga menjadi kabilah terbesar di Hadramaut, dan dari kota Hadramaut inilah asal-mula utama dari berbagai koloni Arab yang menetap dan bercampur menjadi warganegara di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Selain di Indonesia, warga Hadramaut ini juga banyak terdapat di Oman, India, Pakistan, Filipina Selatan, Malaysia, dan Singapura.

30

Kedatangan koloni Arab dari Hadramaut ke Indonesia diperkirakan terjadi sejak abad pertengahan (abad ke-13), dan hampir semuanya adalah pria. Tujuan awal kedatangan mereka adalah untuk berdagang sekaligus berdakwah, dan kemudian 2.2. Perkembangan di Indonesia

29

. Arab Indonesia 30


(29)

berangsur-angsur mulai menetap dan berkeluarga dengan masyarakat setempat. Berdasarkan taksiran pada 1366 H (atau sekitar 57 tahun lalu), jumlah mereka tidak kurang dari 70 ribu jiwa. Ini terdiri dari kurang lebih 200 marga.

Marga-marga ini hingga sekarang mempunyai pemimpin turun-temurun yang bergelar "munsib". Para munsib tinggal di lingkungan keluarga yang paling besar atau di tempat tinggal asal keluarganya. Semua munsib diakui sebagai pemimpin oleh suku-suku yang berdiam di sekitar mereka. Di samping itu, mereka juga dipandang sebagai penguasa daerah tempat tinggal mereka. Di antara munsib yang paling menonjol adalah munsib Alatas, munsib Binsechbubakar serta munsib Al Bawazier.

Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah - seperti Basyeiban dan Haneman - di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak.

Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri dua kelompok besar yaitu kelompok Alawi (Sayyidi) keturunan Rasul SAW (terutama melalui jalur Husayn bin Ali) dan Qabili yaitu kelompok diluar kaum Sayyid.31

Munculnya minoritas keturunan Arab di Indonesia tidak terlepas dari faktor perkembangan Islam di Indonesia, yakni migrasi sejumlah besar orang Arab Hadramaut ke Indonesia selama zaman Belanda, terutama selama pertengahan akhir abad ke 19. orang-orang Arab ini membawa cabang pemikiran dan praktek Sunni yang sementara ditandai oleh beberapa praktek yang menyimpang, memiliki dampak

31 . Ibid


(30)

positif terhadap perkembangan ortopraksi32 di Indonesia. Sebagian orang arab ini menjadi guru agama, dan sebagian besar menjadi pedagang, sehingga dengan demikian membentengi dua kelompok yang sudah mendalami akidah dia Indonesia. Namun demikian keuntungan ini jelas dirugikan oleh tendensi orang-orang Arab yang menekankan hubungan rasial mereka dengan Nabi Muhammad SAW (dan seringkali menggunakannya untuk memeperoleh status ditengah-tengah umat Islam Indonesia) , suatu faktor yang sering mengurangi efektifitas mereka dalam pembaharuan Islam di Indonesia.33

Organisasi-organisasi agama yang ada sebelum perang dunia ke II tidak disesuaikan dengan peran yang dipilih oleh persatuan Islam.

2.3. Al-Irsyad

34

Gerakan ini pada awalnya berdiri di Jakarta pada 6 September 1914, dua tahun setelah Muhammadiyah berdiri. Tapi dalam waktu singkat terus berkembang dengan pesat ke beberapa kota lain di Pulau Jawa. Setidaknya dalam gerakan awalnya, ada lima prinsip yang dengan setia selalu dijaga oleh al-Irsyad. Pertama, meneguhkan doktrin persatuan kaum Muslim dan membersihkan ibadah dari unsur-unsur bid’ah. Kedua, mewujudkan kesetaraan derajat di antara Muslim dalam menggali al Qur’an dan Sunnah. Ketiga, memerangi taqlid yang merebak. Keempat, menyiarkan ilmu dan

32

. Kelompok yang terdapt sub kelompok lagi didalmnya, yakni di dalam Islam yang terdapat berbagai paham yang dikembangkan oleh bangsa Arab yang datang ke Indonesia

33

. Dikutip dari Howard M. Federspiel, terjemahan: Persatuan Islam, Pembaharuan Islam Indonesia Abad XX, gadjah Mada University Press, Yogyakarta 1996, hal 9-10, Untuk studi tentang orang-orang Arab di Kepulauan Indonesia, lihat Justus M. van Der Kroef, Indonesia in The Modern World, Masa Baru, bandung 1954, hal 253-255.

34

. Persatuan didirikan secara fomal pada tanggal 11 September 1093 di Bandung oleh sekelompok umat Islam yang tertarik pada kajian dan keaktivisan keagamaan umat Islam yang terlibat dalam diskusi-diskusi dengan topik-topik keagaman yang dilakukanpada basis informal selama beberapa bulan. Umat Islam yang terlibat dalam diskusi-diskusi ini semuanya adalah kelas pedagang yang berasal dari keelompok-kelompok keluarga yang dua generasi lebih awal telah migrasi.


(31)

ajaran Islam dan kelima, membangun pemahaman antara Muslim Indonesia dan keturunan Arab di Indonesia.

Al Irsyad, yang memiliki tujuan yang mirip, membatasi usaha-usahanya pada masyarakat arab Indonesia dan terganggu selama bertahun-tahun oleh pertikaian internal di dalam masyarakat Arab tentang masalah hak-hak preogratif orang Arab di dalam masyarakat islam Indonesia.35

Gerakan ini dalam perkembangannya mengkonsentrasikan diri dalam perbaikan kondisi relijius kaum Muslim, dari kalangan Arab khususnya dengan cara mendirikan madrasah, rumah piatu, panti asuhan dan juga rumah sakit. Tak ketinggalan, menyebarkan ide reformasi lewat tulisan dan penerbitan pun dilakukan oleh gerakan lewat berbagai even dan aksi, mulai dari publikasi, kelompok studi sampai aksi.

Konsentrasi awal gerakan ini untuk mensukseskan programnya adalah membangun dan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan tarbiyah. Bisa dibilang, al-Irsyad adalah salah satu gerakan Islam yang melahirkan tokoh-tokoh bangsa di awal-awal kemerdekaan dengan program dan perannya. Agenda-agenda reformasi yang diusungnya tanpa ragu lagi telah memberikan peran tersendiri dalam perjuangannya di Indonesia. Bahkan, sebagian besar tokoh besar Muhammadiyah kala itu adalah kader-kader yang juga dibina dalam lembaga pendidikan Al-Irsyad.

36

35

. Dikutip dari Howard M. Federspiel, terjemahan: Persatuan Islam, Pembaharuan Islam Indonesia Abad XX, gadjah Mada University Press, Yogyakarta 1996, hal 19, Van Der Kroef,”The Arab Minority,” Indonesia in The Modern World, Masa Baru, bandung 1954, hal 257.


(32)

2.4. Persatuan Arab di Kota Medan 2.4.1. Annady Al-Islamy

Perkumpulan Annady Al-Islami berdiri pada tanggal 29 November 1989, yang memiliki sekrtariat di jalan Kuda no.30 Medan Perkumpulan ini merupakan yayasan yang diprkarsai oleh beberapa orang pendiri adapun para pendiri ini antara lain;

1. Karamah Saltut Abdul Azis 2. Salim Chaled Abdul Azis 3. Mahsein Faraj Ba’awab 4. Farida Chaled Abdul Azis 5. Saleh Muhammad Balatif 6. Mu’n Bajened

7. Tareq Saleh Hamdah 8. Hilal Muchsein Abdul azis 9. Chaleb Muhammad Al-Hadat 10.Abdul Hakim Bahadjadj 11.Taufiq Abdul Azis 12.Saleh Chaled Abdul Azis 13.Said Muhammad Al-Mahdali 14.Sulaiman Zein Zubaidi 15.Ali Umar Bahadjadj

Annady Al-Islamy merupakan perkumpulan anak bangsa Indonesia yang memiliki keturunan Arab didirikan tahun 1962, yang sebelumnya bernama Annady Al-Arabia, dulunya sebelum Annady berganti nama menjadi Annady Al-Islamy Annady merupakan perkumpulan khusus untuk kaum lelaki saja, tetapi seiring bertambahnya waktu dan berkembangnya pemikiran, Annady memiliki perkumpulan Laki-laki dan perempuan dengan satu secretariat. Perkumpulan Annady ini sedikit berbeda dengan pendahulunya Annady Al-Arabia yang tidak mau bercampur dengan

36

. Dikutip dar 22.08.07)


(33)

penduduk pribumi di Indonesia, dan masih memakai adat-istiadat dari Arab, hal ini terbukti dengan nama yang mengatas namakan Arabia yang diganti dengan Islamy. Saat ini perkumpulan Annady Al-Islamy merupakan perkumpulan yang berbaur dengan suku lain yang berasal dari berbagai suku di Indonesia, seorang lelaki yang menikah dengan wanita keturunan Arab atau sebaliknya.

Pendanaan dari persatuan ini didapati dari berbagai sumber dikarenakan perkumpulan ini berbasis yayasan, sumber itu antara lain;

1. Modal utama 2. Bantuan Pemerintah 3. Hibah, Wakaf, Zakat 4. Bantuan dan Santunan

Maksud dan tujuan dari perkumpulan ini adalah untuk berusaha dan berupaya demi tercapainya memperteguh rasa persaudaraan dan kerjasama di kalangan bangsa Indonesia keturunan Arab khusunya dan sesama umat Islam umumnya baik dari segi kehidupan yang layak maupun kesejahteraan dan spiritual yang mandiri.37

Perkumpulan Annady Al-Islamy mendukung Abdillah AK, MBA sebagai calon Walikota Medan tahun 2005 silam, hal ini dibuktikan pada saat masa kampanye perkumpulan ini menyatakan dukungannya di berbagai media surat Kabar dan DPRD Kota Medan. 38

Anggota dari perkumpulan Annady Al-islamy ini terdiri dari 377 orang yang terdaftar, adapun marga-marga yang termasuk dalam struktur keanggotaan persatuan ini adalah sebagai berikut:

37


(34)

Tabel 3

Anggota perkumpulan Annady Al-Islamy berdasarkan nama marga

No Marga Jumlah

(Orang)

No Marga Jumlah

(Orang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Abdat Abdul Azis Al-Amri Alattas Al-Idrus Al-Kaf Al-Habsy Al-Qadri Al-Mahdali Al-Mahdani Al-Masiri Al-Munawar Al-Haddat Al-Agrabi Al-Nahari Assegaf Asseweth Aididah Bayya Baswan Ba-Ayes Ba’fai Bahemud Breki Badres Balatif Baodan Banaem 5 41 16 19 5 4 13 6 4 2 1 1 1 2 5 4 4 1 1 1 2 5 4 3 10 16 11 10 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 Ba’awab Bawazier Bahadjaj Ba’tebe Babel Chair Basalamah Billeil Baziad Faid Gozi Hedra Hamdeh Jamalulel Jabri Madhi Misri Masri Mazrok Muttahar O’Basabeh Saad Samin Shahab Syamlan Syarir Sungkar Yafei Ya’Gub 3 4 14 2 11 6 1 1 5 1 7 6 3 5 14 1 1 16 6 3 4 4 1 1 1 4 3 10 38


(35)

29 30 31 32 33

Bajened Bafadhel Badgel Bakoban Ba’asyr

4 5 3 1 2

62 63

Zailani Zubaidi

1 26

Jumlah 377

DEWAN PENGURUSAN ANNADY AL-ISLAMI MASA BAKTI 2004 / 2007

Pelindung : Drs.H.Abdillah Ak, MBA

Dewan Kehormatan : 1. H. Muhammad Balatif 2. H. Hasan Assegaf

3. Drs. H. Azis Hasan Abdat M.M 4. H. Murthada Assegaf

5. H. Oemar Madi

Dewan Pembina/Penasehat : 1. Letkol (Purn) Alwi Umar Al-Attas 2. H. Saleh Sungkar

3. Dr. Sayed Abdullah Al-Qadri 4. Faisal Zubaidi

5. Alwi Al-Muttahar 6. Zaky M. Badres Dewan Pengurus

Ketua Umum : H. Abdur Rahman Awab Ba’odan Wakil Ketua I : H. Khalid Oemar Balatif

Wakil Ketua II : H. Hamid Al-Attas

Sekretaris : H. Farid Badres

Wakil Sekretaris I : Mahdar Al-Attas Wakil Sekretaris II : Husen Al-Qadri

Bendahara : H. Ir. Ali Oemar Bahadjadj Wakil Bendahara I : H. Azwar Bin Samlan Wakil bendahara II : H. Rizal Al-Habsy


(36)

Pembantu Umum : 1. H. Azis Hassan Abdat 2. H. Tufiq Ghawi A’zis 3. Ir. Salmin Bahemmut 4. H. Hasroel Bafadhal 5. H. Ja’far Al-Attas 6. H. Fauzy Salem Mazrok 7. Muhammad Banaem 8. H. Nadjib Bahemmut 9. H. Abdullah An-Nahri

Bidang Humas/Perlengkapan : 1. Muhammad Yusuf Awab Ba’odan 2. Ali Awab A‘zis

3. Said Al-Breki 4. Marwan Zubaedi 5. Eddo Mubarak Madi 6. Abdullah Ya’cob

Bidang Kesehatan : 1. Dr. Salmin Oemar Bahadjadj 2. Dr. Faisal Oemar Balatif Bidang Da’wah : 1. Saleh Muhammad Balatif

2. Ahmad Fauzi Badgel LC

3. Drs. Habib Nasir Abdul Azis Sag

Koordinator Bidang Kewanitaan

Ketua Bidang : Fatma Azis Hasan Abdat Wakil Ketua Bidang : Zuraidah Fatmah Al-Kaf Bidang Humas : 1. Salmah Miftah Azis

2. Dina Al-Idrus 3. Masyitah Balatif 4. Luthfiah/Doli Al-Jufri Bidang Pendanaan : 1. Syarifah Chairiah al-Attas

2. Muhani Al-Munnawar (Suud) 3. Fatum Al-Mudhar

4. Tatik Rizal Al-Habsy Bidang Kesenian/Kebudayaan : 1. Razalia Al-Attas

2. Emma Mustafa Al-Mahdali 3. Azizah Bin Seef

4. Fatin Al-Mahdali

Bidang PHBI : 1. Yan Rina Safitri ali Bahadjadj

2. Puspa Warni Abdur Rahman Bao’dan 3. Nani Ahmad Syareef An-Nahari 4. Dewi Rita Hamid Al-Attas


(37)

Bidang Dekorasi : 1. Faddilah Khalid Balatif 2. Hindun Almi Al-Muttahar 3. Ridawati Farid M Badres 4. Nina Taufiq Gawi

5. Salwa Badres

2.4.2. Al-Ichwani Arabia

Ichwani Al-Arabia merupakan suatu persatuan, yang didirikan awal tahun 1990 yang diprakarsai oleh Salha Ali Faray. Pertemuan ini dimudahkan dan dikumpulkan dibentuk suatu arisan bergrup, dalam satu grup terdiri dari empat orang, dan di tiap bulannya berganti tempat pertemuan.

Tujuan dari Al-Ichwani Arabia ialah untuk mempererat tali silaturahmi antara anggota dan sesama jema’ah Arabia, saling peduli dalam suka dan duka, saling membagi rasa dalam keadaan apa saja juga saling sayang menyayangi antara sesama dan memerkukuh uchuwah Islami.

Al-Ichwani Arabia tidak memiliki donatur tetap, persatuan ini telah berumur 17 tahun pada tahun 2007 ini. Adapun syarat-syarat menjadi anggota Al-Ichwani Arabia yakni;

1. Wanita dewasa turunan Arab

2. Wanita yang suaminya turunan Arab 3. Ibunya keturunan Arab

4. Jiddahnya (nenek) keturunan Arab

Perkumpulan ini memiliki anggota yang bertambah setiap tahunnya, anggotanya yang terdaftar saat ini berjumlah 210 orang, adapun jumlah anggota berdasarkan nama marga dapat dilihat dari tabel di bawah ini;


(38)

Tabel 4

Anggota perkumpulan Annady Al-Ichwani Arabia berdasarkan nama marga

No Marga Jumlah

(Orang)

No Marga Jumlah

(orang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Abdat Abdul Azis Al-Bakri Al-Amri Al-Anhary Al-Idrus Al-Kaf Al-Habsy Al-Mahdali Al-Haddat Asseweth Al-Yahya Baddar Azis Ba’fai Bahemud Bibi Badres Balatif Banaem Bajened Badgel Ba’asyr Balasqaf Baziab Ba’bad Bafaray Banakma Ba’awab Bawazier 5 40 1 7 1 2 1 1 2 1 2 1 10 1 1 1 4 7 6 4 2 4 1 1 1 1 1 2 2 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 59 60 Bahadjaj Ba’tebe Basalamah Bashel Billeil Bellel Baziad Duf Faid Faray Hamda Hamudi Hayyad Jabri Madhi Mazrok Muttahar Nabhan Sa’ad Samin Syamlan Sungkar Swedan Ya’Gub Yamani Zahra Zubaidi 10 3 1 2 3 2 2 2 1 1 5 4 1 4 4 7 2 4 3 1 1 7 1 1 1 1 24


(39)

Jumlah 210

PENGURUS-PENGURUS AL-ICHWANI ARABIA YANG MASIH AKTIH 2000-SEKARANG

Ketua I : Sharifah Ramlah Annahary Ketua II : Aminattujahra Balbalhair Sekretaris I : Salma Mifta Azis

Sekretaris II : Maryam Badar Azis Bendahara I : Faujiah Zubaidi Bendahara II : Arfa Kaeamah Azis Seksi-seksi

Seksi Perwiritan - Jahara Islam Zubaidi - Salmah Ba’awab - Badariah Al-Amri - Maimunah Bashel - Salma Azis  Seksi Marhaban - Zainah Balasqak - Salmah Billeil - Anisah Abdat - Fatimah Mazrok


(40)

- Mahani Zubaidi  Humas

- Jl. Pahlawan : Amo Bahmid - Jl. Bingkarung sekitarnya : Nong Al-Kaf - Jl. Sutrisno (Antara) sekitarnya : Maryam Badar Azis - Jl. Alfalah (Kp.Dadap) sekitarnya : Salmah Billeil - Jl. Majapahit sekitarnya : Laila Ali Faray - Jl. Lembu sektarnya : Rahmah Hamda - Jl. Helvetia sekitarnya : Rahmah Badar Azis  Humas Umum

- Ameh Jabri

- Zahara Bakar Zubaidi2.

4.3. As-Syabab

Persatuan As-Syabab merupakan persatuan yang didirikan berdasar prakarsa dari Al-Ichwani Arabia, persatuan ini baru saja dibentuk dan anggotanya merupakan muda-mudi yang merupakan keturunan dari anggota Al-Ichwani Arabia, persatuan ini dibentuk bertujuan agar generasi muda yang masih keturunan arab agar tidak melupakan asal-usulnya dan tidak jauh berbeda dengan tujuan dari Al-Ichwani Arabia agar menjalin silaturahmi antara sesama umat muslim umumnya dan jemaah Arabia.

Persatuan ini juga menggunakan arisan sebagai bahan pertemuan tetapi tidak bergrup seperti layaknya Al-Ichwani Arabia, karena anggota dari perkumpulan ini masih sedikit.


(41)

2.5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Kondisi sosial ekonomi masyarakat keturunan arab di Kota Medan berdasar tiga perkumpulan yang dijabarkan oleh penulis di atas, sebagai representasi dari keturunan Arab yang berada di Kota Medan yakni sebagian besar penduduknya khususnya untuk kaum laki-laki hidup sebagai wirausahawan baik itu sebagai pedagang, kontraktor, referansir dan pegawai swasta dari berbagai perusahaan swasta yang ada di Kota Medan, selebihnya sebagai pegawai negeri, penda’wah atau Ustadz hanya sebagian kecil saja. Dan bagi kaum wanita kebanyakan dari mereka hanya sebagai ibu rumah tangga, tetapi terkadang berwirswasta juga, berprofesi sebagai karyawan swasta, dan sedikit sekali sebagai peawai negeri.

Apabila dilihat dari kondisi perekonomian dari warga keturnan Arab yang berdomisili di Kota Medan cukup beragam, cukup untuk tingkat kehidupan, dan kebanyakan dari warga keturunan ini memiliki pekerjaan sampingan dari pekerjaan pokok yang mereka miliki sebagai pegawai swasta atau pegawai negeri.

Apabila dilihat dari segi perekonomian, masyarakat arab ini memiliki taraf ekonomi yang cukup, bahkan terdapat beberapa yang menengah ke atas, tetapi juga sama keadaanya dengan taraf kehidupannya yang kurang beruntung, tetapi hanya sebagian kecil saja.

Perkumpulan seperti Annady Al-Islamy memiliki tujuan untuk membantu sesama suku agar merangkul bersama warga keturunan Arab yang tersebar di Kota Medan dan sekitarnya untuk sedikit banyak menolong kesusahan warga yang kurang beruntung.


(42)

2.6. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dari warga keturunan Arab ini juga didapati secara beragam, untuk warga keturunan yang berusia di empat puluh keatas mereka berpendidikan hanya tamat SMA, tetapi pada umur empat puluh kebawah mereka sudah banyak yang menduduki bangku perkuliahan.

Pada kenyataan ini, dapat dilihat bahwa sedikitnya para warga keturunan yang berusia lanjut jarang yang mengecap pendidikan hingga perguruan tinggi kebanyakan dari mereka hanya berpendidikan hanya sampai tamat SMA, SLTP atau tidak lulus SD.

Faktor ini dikarenakan pada masa itu, keadaan ekonomi keluarga tidak memenuhi untuk mencapai pendidikan ke perguruan tinggi. Tetapi walaupun demikian, kalangan ini tidak tertutup pembicaraan tentang masalah politik dan mengenal lebih jauh sosok Drs. Abdillah AK, MBA sebagai salah calon Walikota Medan tahun 2005.

Hal ini dikarenakan warga keturunan ini, terutama para genenrasi mudanya sudah terbuka pemikirinnya dengan dilatar belakangi pendidikan tinggi untuk terjun dalam dunia politik dan membicarakan masalah politik yang bukan merupkan hanya masalah Negara, khususnya warga pribumi, tetapi sebagai warga Negara yang punya hak untuk ikut andil dalam dunia politik sebagai wujud demokrasi.


(43)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

3.1. Diskriptif dan Karakteristik Subyek Penelitian

Setelah diadakan penelitian ini di lapangan melalui penyebaran kuisioner dan wawancara maka diperoleh berbagai data mengenai keadaan responden. Dalam bab ini akan dibahas data yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

Subyek penelitian adalah masyarakat etnik keturunan arab yang berada di kota Medan yang sudah berhak ikut dalam pemilihan Pemilihan Kepala daerah, sampelnya terdiri dari anggota dari dua perkumpulan Arab yang berada di Kota Medan yakni Al-Ichwani Arabia dan Annady Al-Islamy.

Penelitian ini menggunakan analisa tabel tunggal yang hanya menggunakan analisa tabel frekuensi dan proposisi.

3.2. Analisa Data

Analisa data dari hasil penelitian dengan judul penulis Analisis Ikatan Primordialisme Etnik Keturunan Arab terhadap Pemilihan Kepala Daerah tahun 2005 (Studi Kasus : Pemilihan Walikota Medan tahun 2005). Penelitian ini bersifat deskriptif dengan arah tujuan memberikan gambaran mengenai situasi yang terjadi. Data-data yang terkumpul, baik data yang berasal dari kepustakaan maupun penelitian lapangan akan dieksplorasi secara mendalam selanjutnya akan menghasilkan suatu kesimpulan yang menjelaskan maslah yang diteliti. Penulis mengemukakan penyajian dalam bentuk tabel tabulasi data kuantitaf dan kualitatif.


(44)

3.3. Penyajian data

3.3.1. Identitas Responden

Tabel 5

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Frekuensi Presentasi 1

2

Laki-laki Perempuan

12 68

15 85

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner identitas responden

Berdasar dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 80 orang responden, terdiri dari dari 12 orang laki-laki (60%), dan perempuan sebanyak 68 orang (85%). Penelitian ini melibatkan lebih banyak perempuan daripada kaum laki-laki karena dalam perkumpulan anggotanya lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan.

Tabel 6

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Presentasi

1 2 3 4

19-30 tahun 31-49 tahun 50-61 tahun 62-73 tahun

22 30 18 10

27,5 37,5 22,5 12,5

Jumlah 80 100

Sumber : Jawaban Kuisioner identitas responden

Berdasar dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 80 orang responden, berusia 19-30 tahun sebanyak 22 orang (27,5%), yang berusia 31-49 sebanyak 30


(45)

orang (37,5%), 50-61 tahun sebanyak 18 orang (22,5%), dan 62-73 tahun sebanyak 10 orang (12,5%). Dari keseluruhan responden banyak yang berusia dibawah empat puluh tahun, yang dianggap produktif untuk memberikan aspirasi.

3.3.2. Pendidikan

Tabel 7

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentasi 1

2 3

SD/Tidak Selesai SMP/SMA Diploma/Sarjana

4 46 30

5 57,5 37,5

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 1

Berdasar tabel diatas, diketahui dari 80 orang responden menurut tingkat pendidikannya, yang berpendidikan SD/tidak selesai sebanyak 4 orang (5%), SMP/SMA sebanyak 46 orang (57,5%), yang berpendidikan hanya sampai tingkat SD atau tidak selesai ini mayoritas warga keturunan yang berusia enam puluh tahun ke atas, dan yang berpendidikan SMP/SMA berusia lima puluh enam kebawah. salah satu faktor yang menyebabkan para warga berpendidikan demikian dikarenakan tingkat ekonomi keluarga yang lemah semasa mereka kecil, tetapi kebanyakan dari mereka lahir dan besar di Kota Medan, dan sebagian kecil yang lahir di Negara Timur Tengah seperti Yaman, dan Saudi Arabia. dan Diploma/Sarjana sebanyak 30 orang (37,5%). Dan yang berpendidikan Diploma/Sarjana berusia sekitar 19-50 tahun, dan kebanyakan dari mereka bisa berpendidikan samapi ke tingkat ini berasal dari keluaraga menengah ke atas.


(46)

Tabel 8

Distribusi Jawaban Responden Partisipasi dalam Pendidikan Formal

No Jawaban Frekuensi Presentasi 1

2 3

Sering yang Kadang-kadang Tidak pernah

42 28 10

52,5 35 12,5

Jumlah 80 100

Sumber : Jawaban Kuisioner no 2

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 80 orang responden yang sering mendapat pendidikan partisipasi dalam lingkup formal sebanyak 42 orang (52,5%), yang hanya terkadang sebanyak 28 orang (35%), dan tidak pernah mendapat pendidikan mengenai partisipasi sebanyak 10 orang (12,5%). Dari tabel di atas para responden yang sering dan terkadang mendapati partisipasi dalam pendidikan, dapat menggambarkan bahwasanya warga keturunan mayoritas lahir dan tinggal di Indonesia khususnya Kota Medan, mendapatkan pendidikan partisipasi seperti halnya dalam berdemokrasi untuk berperan serta dalam pembangunan bangsa dalam lingkup pendidikan formal yang pernah mereka duduki.


(47)

3.3.3. Pekerjaan dan pendapatan Responden

Tabel 9

Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan jenis pekerjaan

No Jenis kelamin Frekuensi Presentasi 1

2 3

PNS/TNI/POLRI/Pensiunan

Karyawan swasta/wiraswasta/pedagang Mahasiswa/Belum bekerja/Ibu rumah tangga

12 24 44

15 30 55

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 4

Dari tabel di atas diketahui dari 80 orang responden yang mayoritas wanita, memiliki jenis pekerjaan PNS,TNI,POLRI dan Pensiunan hanya sebagian saja sebanyak 12 orang (15%), karena mayoritas keturunan Arab ini di Kota Medan tidak banyak yang bekerja di pemerintahan, dan kemungkinan merka tidak begitu meminati profesi sebagai pegawai negeri dan militer. Sebagai Karyawan swasta, wiraswasta atau pedagang sebanyak 24 orang (30%), responden wanita yang bekerja, kebanyakan berprofesi sebagai karyawan swasta dan wiraswasta seperti membantu para suami mereka berdagang. Yang belum bekerja, mahasiswa dan ibu rumah tangga sebanyak 44 orang (55%). Jumlah ini sangat banyak dibanding responden yang memiliki pekerjaan dikarenakan lebih dari setengah responden wanita, dan hanya sebagai ibu rumah tangga, tetapi sebagian dari responden memiliki pekerjaan sampingan yang bersifat tidak permanen, berjualan atauapun bisnis multi level marketing.


(48)

Tabel 10

Distribusi Jawaban Pendapatan Pokok Responden

No Pendapatan Frekuensi Presentasi

1 2 3 4

Diatas Rp.4.000.000

Sekitar Rp.2.000.000,-s/d Rp.4.000.000 Kurang dari Rp.2.000.000

Tidak memiliki penghasilan

16 32 14 18

20 40 17,5 22,5

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 5

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 80 orang responden yang memiliki penghasilan diatas Rp. 4.000.000 sebanyak 16 orang (20%), dari data ini dapat disimpulkan bahwa terdapat segelintir warga keturunan ini yang cukup mapan walaupun sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pedagang dan wiraswasta, dan sekitar 2.000-000 s/d Rp.4.000.000 sebanyak 32 orang (40%), ukuran penghasilan ini kebanyakan didapati dari responden yang memiliki pekerjaaan sebagai PNS dan karyawan swasta, kurang dari Rp.2.000.000 sebanyak 14 orang (17,5%), dan yang selebihnya belum memiliki penghasilan karena belum bekerja atau sebagai Ibu rumah tangga sebanyak 18 orang (22,5%).

Dari data di atas dapat dilihat bahwa responden yang tidak memiliki pekerjaan tetap hanya sebagai ibu rumah tangga termasuk responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp.2.000.000, tetapi kemungkinan ini bukan penghasilan keluarga, tetapi penghasilan secara personal.


(49)

Tabel 11

Distribusi Jawaban Responden Tingkat Kecukupan Kebutuhan Keluarga

No Jawaban Frekuensi Presentasi 1

2 3

Mencukupi Kadang-kadang Tidak mencukupi

46 14 20

57,5 8,75 12,5

Jumlah 80 100

Sumber : Jawaban Kuisioner no 9

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 80 orang responden mengenai tingkat kecukupan penghasilan pokok responden terhadap kebutuhan didapati yang mncukupi sebanyak 46 orang (57,5%). Presentasi ini membuktikan bahwasanya taraf kehidupan masyarakat etnik keturunan Arab menengah ke atas walaupun mereka tidak memiliki pekerjaan tetap dan berwiraswasta. kadang-kadang mencukupi sebanyak 14 orang (8,75%). Responden ini dikatagorikan sebagai yang responden yang tercukupi kebutuhan hidupnya tetapi tidak memenuhi kebutuhan tersier dan skunder, terkadang mereka mengalami masalah keuangan, yang kemungkinan karena usaha mereka mengalami pasang surut ataupun biaya-biaya tak terduga , dan tidak mencukupi sebanyak 20 orang (12,5%). Responden ini dikatagorikan yang tingkat ekonominya menengah ke bawah.


(50)

3.3.4. Partisipasi dan Sikap Politik Responden pada masa pemilihan Walikota Medan tahun 2005

Tabel 12

Distribusi Jawaban Responden Ikut Tidaknya Dalam Pemilihan Walikota Medan tahun 2005

No Jawaban Frekuensi Presentasi 1

2 Ya Tidak

72 8

90 10

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 10

Dari tabel 8 diatas, dapat disimpulkan dari 80 orang responden yang ikut dalam pemilihan Walikota medan tahun 2005 sebanyak 72 orang (90%). Dan yang tidak ikut dalam pemilihan sebanyak 8 orang (10 %). Jumlah ini sangat banyak karena 10% dari jumlah responden tidak memberikan suaranya pada masa pemilihan

Jumlah ini menggambarkan masyarakat etnik keturunan Arab ini ikut andil dan berpartisipasi dalam pemilihan Walikota Medan tahun 2005. Kemungkinan besar karena responden ingin memilih Abdillah sebagai walikota, atauapun mereka ingin ikut dalam pemilihan kepala daerah yang langsung yang diadakan di Kota Medan, dan bagi responden yang tidak ikut memilih kemungkinan karena mereka tidak mengerti prosedur untuk ikut pemilihan atau tidak terdaftar sebagai pemilih di kelurahan tempat mereka tinggal, dan responden yang abstain39

39

. Orang-orang yang tidak ikut pemilihan seperti pemilihan Umum atau Pilkada, tidak ingin mengeluarkan suara dalam pemilihan.

terhadap pemilihan, responden yang seperti ini menggambarkan mereka yang tidak merasa berepngaruh terhadap siapa pun calon yang akan terpilih nantinya karena taraf kehidupan mereka yang tidak banyak berubah.


(51)

Dalam kaitannya dengan partisipasi dan ikatan primordial, sebagian besar bahkan setengahnya responden tetap akan memilih walaupun calonnya bukan Drs. Abdillah AK, MBA. Karena mereka ingin ikut serta dalam pemilihan Kepala daerah perdana yang diadakan di Indonesia, dan ingin memberikan suara mereka dalam pemilihan, mereka ingin adanya perubahan dengan perubahan sistem pemilihan yang sudah transparan, tetapi tidak menutup kemungkinan responden yang tetap akan memilih walaupun Drs. Abdillah AK, MBA bukan sebagai salah satu calon tidak memilih beliau karena ada ikatan primordial yang kental, Dan sebagian responden yang kebanyakan bagi kaum wanita ikut pemilihan karena ingin memilih Abdilllah sebagai walikota. Bagi responden ini kemungkinan mereka mengikuti masa-masa kampanye beliau dan termotivasi karena figur dan visi misi yang disampaikan oleh beliau dan rasa satu keusukan tersebut.


(52)

Tabel 13

Distribusi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Keseringan Pembicaraan Masalah Politik Dengan Teman atau Keluarga

No Jawaban Frekuensi Presentasi 1

2 3

Sering

Kadang-kadang Tidak pernah

12 52 16

15 65 20

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 11

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 80 orang responden mengenai tinkgat keseringan pemicaraan masalah politik dengan teman atau keluarga responden, yang sering membicarakan masalah politik sebanyak 12 orang (15%), responden ini tergolong masyarakat yan mengikuti perkembangan dan perubahan politik khususnya di Indonesia. Mereka memperbincangkan masalah ini di banyak kesempatan, mereka bahkan mungkin berdiskusi untuk membahas suatu isu politik yang sedang hangat. Yang hanya terkadang membicarakan sebanyak 52 orang (65%), responden membicarakan masalah politik hanya pada saat ada isu yang sedang banyak dibicarakan, dan hanya memperbincangkan pada saat pertemuan seperti pertemuan dengan anggota perkumpulan masyarakat Arab. Karena mereka menganggap tidak ahli di bidan politik dan hanya mengomentari kejadian yang terjadi, tidak kritis terhadap suatu masalah dan tidak pernah sebanyak 16 orang (20%), kemungkinan dari responden ini tidak tertarik terhadap masalah perpolitikan, dan hampir tidak pernah membicarakannya


(53)

Tabel 14

Distribusi Jawaban Responden Keikutsertaan Mejadi Panitia Pemilihan Walikota Medan tahun 2005 di Kelurahan Setempat

No Jawaban Frekuensi Presentasi 1

2

Ya Tidak

13 67

16,25 83,75

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 12

Dari tabel 14 di atas, dapat disimpulkan dari 80 orang responden yang ikut serta dalam panitia pemilihan Walikota Medan tahun 2005 sebanyak 13 orang (16,25%), dan tidak berperan sebagai panitia sebanyak 67 orang (83,75%).

Responden yang ikut serta dalam kepanitian pemilihan Walikota Medan tahun 2005, adalah responden yang merupakan simpatisan dan cukup aktif dalam kegiatan kelurahan, sehingga menjadi panitia di kelurahan secara sukarela untuk menertibkan pemilihan, responden ini berusia sekitar 31-56 tahun. Seluruh responden yang menjadi panitia ini memilih Abdillah sebagai Walikota Medan tahun 2005.

Sementara responden yang tidak ikut serta dalam kepanitiaan dikarenakan kurang minatnya terhadap kegiatan tersebut, ataupun responden bukan masyarakat yang aktif dalam penyelengaraan acara yang diadakan di tempat mereka tinggal, ataupun responden tidak berusia produktif untuk menjadi penitia pelaksana.


(54)

3.3.5. Ikatan Primordial Terhadap Drs. Abdillah AK, MBA

Tabel 15

Distribusi Jawaban Responden Memilih atau Tidaknya Drs. Abdillah AK, MBA Sebagai Walikota Medan tahun 2005

No Jawaban Frekuensi Presentasi 1

2 3

Ya Tidak

Tidak ikut pemilihan

69 3 8

86,25 3,75

10

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 13

Dari tabel 15 di atas, dapat disimpulkan dari 80 orang responden yang memilih Drs. Abdillah AK, MBA sebagai Walikota Medan tahun 2005, sebanyak 69 orang (86,25%), hal ini membuktikan bahwa hampir 90% masayarakat keturunan Arab memilih Drs. Abdillah AK, MBA dengan berbagai alasan. Yang tidak memilih Drs. Abdillah AK, MBA sebanyak 3 orang (3,75%), dan tidak ikut pemilihan 8 orang (10%).

Alasan ini bisa terdiri antara lain, responden yang memilih dikarenakan mereka merasa adanya ikatan primordial terhadap beliau, merasa satu suku, atau juga yang mengagumi figur dan kharisma dari beliau, dan visi, misi dan program yang disampaikan. Dari keseluruhan responden kemungkinan terpengaruh dari ketiga faktor di atas, dan reponden yang tidak memilih abdillah kemungkinan sudah memiliki calon pasangan pilihanya tersendiri dan tidak mempercayai Abdillah sebagai Walikota karena tidak puas dengan kinerja periode sebelumnya.


(55)

Tabel 16

Distribusi Jawaban Responden Mengenai Ketelibatan dalam Kampanye Calon Walikota Medan Drs. Abdillah AK, MBA

No Jawaban Frekuensi Presentasi 1

2 3 4

Selalu aktif Cukup aktif Kurang aktif Tidak pernah ikut

20 28 20 12

25 35 25 15

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 14

Dari tabel 16 di atas dapat diketahui dari 80 orang responden yang terlibat dalam kampanye Drs. Abdillah AK, MBA yang selalu aktif mengikuti sebanyak 20 orang (25%), yang cukup aktif ikut berkampanye sebanyak 28 orang (35%), yang kurang aktif sebanyak 20 orang (25%), dan yang tidak pernah aktif sama sekali sebanyak 12 orang (15%), responden ini merasa tidak perlu datang karena tidak mengenal beliau dekat.

Kemungkinan besar yang mendukung dan aktif dalam kampanye Abdillah merupakan kerabat, memiliki hubungan keluarga atau simpatisan dari beliau dan mendapat keuntungan jika Abdillah menang dalam pemilihan. Juga wanita dan reponden yang mengagumi Abdillah dan sebagai tim sukses Abdillah. Karena pada saat itu banyak acara religi untuk menarik simpatisan yang muslim dan Abdillah didukung oleh dua perkumpulan Arab dari Annady Al-Islamy dan Al-Ichwani Arabia, sebagai tim sukses, hal ini yang menyebabkan banyak yang ikut serta dalam kampanye.


(56)

Tabel 17

Distribusi Keikutsertaan Sebagai Tim Sukses Drs. Abdillah AK, MBA

No Jawaban Frekuensi Presentasi 1

2 3

Senantiasa aktif Hanya saat tertentu Tidak pernah mendukung

24 40 16

30 50 20

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 15

Dari tabel 17 di atas dapat diketahui dari 80 orang responden yang selalu mencari dukungan dan bantuan untuk kemenangan Drs. Abdillah AK, MBA yang senantiasa aktif sebanyak 24 orang (30%), mereka yang senantiasa aktif kemungkinan besar memiliki hubungan baik terhadap Abdillah ataupun merupakan anggota yang selalu aktif dan terlibat dalam kepengurusan dari dua perkumpulan keturunan Arab di atas, yang hanya saat tertentu tidak begitu aktif sebanyak 40 orang (50%), responden ini mungkin sebagai tim sukses Abdillah tetapi mereka tidak cukup aktif karena tidak memiliki cukup waktu untuk ikut karena pekerjaan mereka dan yang tidak pernah mendukung sama sekali sebanyak 8 orang (20%), kemungkinan besar karena mereka tidak merasa kenal baik dengan beliau dan mungkin tidak aktif di perkumpulan karena kesibukan dan ketertarikan responden.


(57)

Tabel 18

Distribusi Jawaban Responden Pengaruh Visi, Misi dan Program yang Disampaikan oleh Drs. Abdillah AK,MBA Pada Masa Kampanye

No Jawaban Frekuensi Presentasi 1

2 3 4

Sangat mempengaruhi Cukup mempengaruhi Kurang mempengaruhi Tidak sama sekali

14 31 7 28

17,5 38,75

8,75 35

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 16

Dari tabel 18 di atas, dapat disimpulkan dari 80 orang responden yang terpengaruh terhadap visi, misi dan program yang disampaikan oleh Drs. Abdillah AK, MBA pada masa kampanye, yang sangat terpengaruh sebanyak 14 orang (17,5%), cukup terpengaruh sebanyak 31 orang (38,75%), kurang terpengaruh sebanyak 7 orang (8,75%), dan tidak sama sekali sebanyak 28 orang (35%)

Bagi responden yang menyatakan sangat dan cukup terpengaruh oleh visi, misi dan program Abdillah, dapat dikatakan reponden yang percaya dan menyukai beliau secara personal, yaitu kepribadian Abdillah yang mereka nilai berjiwa kepemimpinan. Mereka terpengaruh penyampaian belaiu tentang program kerja yang dicanangakn dan cukup puas dengan kinerja beliau sebelumnya.

Mengenai responden yang kurang terpengaruh atau bahkan tidak sama sekali terpengaruh, kemungkinan responden ini lebih realistik dalam menilai calon pilihannya, mereka memilih Abdillah tetapi mereka mereka tidak percaya langsung calon tersebut dapat melaksanakan semua program kerja yang direncanakan dapat terealisasi.


(58)

Tabel 19

Distribusi Jawaban Responden Hubungan Figur, Karisma dan Suku Terhadap Drs. Abdillah AK, MBA

No Jawaban Frekuensi Presentasi 1

2 3 4

Sangat mempengaruhi Biasa saja

Kurang

Tidak sama sekali

40 35 0 5

50 43,75

0 6,25

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 17

Dari tabel 19 di atas, dapat disimpulkan dari 80 orang responden yang sangat terpengaruh oleh figur, karisma dan suku terhadap Drs. Abdillah AK, MBA.sebanyak, 40 orang (50%), jumlah ini sangat besar dengan reponden yang biasa saja menanggapi, membuktikan suku, figur dan kharisma yang dimiliki beliau merupakan factor penting mengapa pailihannya jatu kepada beliau, yang mengangggap biasa saja sebanyak 35 orang (43,75%). Hal ini dikarenakan mereka memang memilih Drs. Abdillah AK, MBA, tetapi bukan semata-mata hanya karena satu suku atau figur dan karisma yang dimiliki oleh beliau, tetapi karena Drs. Abdillah AK, MBA memang dianggap berpotensi sebagai calon walikota, dan terpengaruh oleh visi, misi dan program yang disampaikan oleh beliau dan tidak berhubungan sama sekali sebanyak 5 orang (6,25%) karena mereka tidak mengenal baik sosok Abdillah hanya sebatas Walikota Medan sebelumnya dan menganggap beliau seperti calon walikota lainnya, tidak terpengaruh terhadap sosok dan latar belakang beliau.


(59)

Tabel 20

Distribusi Jawaban Responden Alasan Mengikuti Pemilihan Walikota Medan

No Jawaban Frekuensi Presentasi

1 2 3 4

Perbaikan untuk Kota Medan

Hak sebagai warga Negara Indonesia Diarahkan oleh salah satu partai politik Karena uang yang diinbalkan

61 19 0 0

76,25 23,75

0 0

Jumlah 80 100

Sumber: Jawaban Kuisioner no 18

Dari tabel 20 di atas, dapat diketahui dari 80 orang responden alasan ikut dalam pemilihan Walikota Medan untuk perbaikan Kota Medan sebanyak 61 0rang (76,25%), responden menginginkan yang terbaik untuk Kota Medan dan mengharapkan calon walikota yang mereka pilih akan memebrikan kontribusi yang besar untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat banyak khususnya warga miskin, dan yang memilih karena hak sebagai warga Negara Indonesia sebanyak 19 orang (23,75%) alasan ini dipilih oleh responden untuk ikut pemilihan hanya karena kewajiban sebagai warga Negara, tidak untuk kemajuan Kota. Dan alasan lainnya yaitu diarahkan oleh salah satu partai politik dan uang yang diimbalkan bukan sebagai alasan oleh responden.

Dari tabel 18,19 dan 20 dapat disimpulkan bahwa resonden yakni masyarakat etnik keturunan Arab yang berada di kota Medan memilih Abdillah karena faktor figur, suku, kharisma, yang dimiliki beliau, visi, misi dan program yang disampaikan, dan cara beliau mendekati rakyatnya dan harapan perbaikan bagi Kota Medan dalam era otonomi daerah ini diharapkan agar Kota ini menjadi menonjol dan menunjukkan potensi yang sebenarnya.


(1)

beliau sebagai pengusaha sukses dan berasal dari kaum menengah ke atas untuk menghindari adanya tindak korupsi dari sumber penghasilan daerah yang dianggap menguntungkan dan benar-benar memiliki visi dan misi untuk memajukan Kota Medan menjadi kota metropolitan. Responden tidak mengetahui secara persis antara kedekatan Drs. Abdillah AK, MBA terhadap aktifitas Abdillah di partai politik seperti partai Golkar, tetapi responden percaya bahwa Drs. Abdillah AK, MBA mampu membangun Kota Medan melalui pengalaman dari pekerjaannya.

Sosok Abdillah bagi wanita keturunan Arab dikagumi karena figurnya yang bewibawa dan memiliki sosok yang gagah dan memiliki kharisma. Ini yang menjadi salah satu faktor domina yang dianggap pilihan yang tepat bagi kaum ini.

Pada periode kedua dari pencalonan Abdillah, masyarakat dapat menilai kinerja beliau dari hasil yang dapat dilihat selama lima tahun beliau menjadi walikota. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan sarana-sarana umum seperti rumah sakit umum, dan tata kota yang diciptakan guna menarik wisatawan dari berbagai penjuru yang terkadang hanya dianggap sebelah mata oleh sebahagian orang.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data terhadap variabel dan pengujian hipotesa dengan menggunakan metode analisa tabel tunggal, maka penyususnan dapat menarik beberapa kesimpulan singkat sebagai berikut:

1. Mayoritas etnis keturunan Arab yang berada di Kota Medan ikut berpartisipasi dalam pemilihan Walikota tahun 2005.

2. Dari hasil jawaban responden yang merupakan representasi dari mayoritas keturunan Arab yang berada di Kota Medan, mereka mendukung calon pasangan Drs. Abdillah, AK, MBA sebagai calon Walikota Medan saat itu dari kedua perkumpulan ini ikut berpartisipasi dalam kampanye dengan membawa nama perkumpulan untuk menyatakan dukungan kepada calon pasangan.

3. Dukungan politik etnis keturunan Arab terbukti tinggi karena jawaban dari responden 90% menyatakan mereka memilih Drs. Abdillah AK, MBA.

4. ada tiga faktor yang merupakan alasan pilihan merka jatuh ke Abdillah yaitu, sekitar 50% menyatakan karena etnisitas, figur dan kharisma sebagai faktor penunjang. Dan dua faktor lainnya karena visi, misi dan program yang disampaikan dan harapan perbaikan Kota Medan dan menjadi kota metropolitan.

5. Responden juga menyatakan pilihan mereka jatuh kepada Drs. Abdillah AK, MBA karena beliau bukan berasal dari kalangan birokrat melainkan pengusaha yang dianggap berpotensi untuk menjadi Walikota Medan.


(3)

6. mayoritas keturuna Arab yang memilih Drs. Abdillah tidak semata-mata hanya karena terpengaruh figure, karisma dan kesamaan suku (primordial tetapi juga untuk perbaikan Kota Medan, mereka mengharapkan walaupun Abdillah seorang warga keturunan tetapi bisa memajukan Kota Medan.

4.2. Saran

Dari berbagai kesimpulan di atas penulis dapat memberikan saran yang mungkin dapat dilaksanakan untuk mengetahui partisispasi etnis keturunan yang merupakan masyarakat minoritas di Kota Medan dalam rangka pemilihan kepala daerah langsung yang perdana di Kota Medan. Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah:

1. Untuk dapat mengetahui dan mengukur sejauh mana partisispasi masyarakat etnis ketrunan Arab yang berada di kota Medan khususnya dalam bidang politik.

2. Peningkatan kesadaran kepada masyarakat Kota Medan khususnya masyarakat keturunan, untuk lebih berpartisipasi dalam pemilihan kepala daerah yang menentukan nasib Kota Medan pada masa yang akan datang.

3. Untuk Partai Politik lebih mensosialisaikan visi dan misi partai dan calon yang akan diajukan sebagai kandidat kepala daerah.

4. Untuk masyarakat minoritas seperti masyarakat keturunan Arab yang berada di kota Medan dan berbagai suku lainnya baik keturunan ataupun pribumi untuk bergabung dalam perkumpulan atau persatuan yang sudah berdiri agar tetap menjaga silaturahmi dan mempererat rasa ukhuwah Islamiah sesama umat muslim.


(4)

5. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan retribusi yang besar terhadap arahan perbaikan Kota Medan yang yang menuju kota metropolitan, karena tidak hanya untuk pembangunan saja, tetapi lebih diarahkan kepada kesejahteraan rakyat banyak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rianto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum , Jakarta, Granit, 2004.

Barth, Fredrik, Kelompok Etnik dan Batasannya : penerjemah Nining I. Soesilo pendamping Parsudi Suparlan , Jakarta, UI Press, 1988.

Black A, James, Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, PT. Refika Aditama, Bandung, 1999.

Budiarjo, Miriam, Partisipasi dan Partai Politk, Jakarta, PT. Gramedia, Jakarta, 1982.

Federspiel, Howard, Mterjemahan: Persatuan Islam, Pembaharuan Islam Indonesia Abad XX, gadjah Mada University Press, Yogyakarta 1996,

Geertz, Clifford, The Interpretation of Cultures, Basic Book, Inc, New York, 1973 Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, Andi Ofset, Yogyakarta, Jilid I Cetakan ke XXI,

1989.

Huntington, P. Samuel Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Rineka Cipta, Jakrta, 1994, hal 6.

Kaloh, JR, J, Kepala Daerah (Pola Kegiatan, Kekuasaan dan Prilaku Kepala Daerah, Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah), PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.

Masoed, Mochtar dan Collin McAndrews, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2001.

Nawari, Hadari, Metode Penelitian Bidang sosial, Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1995.


(6)

Nazzaruddin Sjamsuddin, Dinamika Sistem Politik Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.

Prihatmoko, Joko J, Pemilihan kepala Daerah Langsung, (Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan di Indonesia), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.

R. Isaacs, Harold, Pemujaan terhadap Kelompok Etnis (Identitas Kelompok dan

Perubahan Politik), Prakata : Lucian W. Pye, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1993.

Sastroatmojo, Sudjono, Prilaku Politik, IKIP Semarang Press, Semarang, 1995.

Singaribuan Masri dan Sofian Effendi, (editor), Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, LP3ES, Jakarta, 1989.

Unaradjan, Dolet, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta, PT.Grasindo, Jakarta,2000, Widjaja, Albert, Budaya Politik dsn Pembangunan Ekonomi, LP3ES, Jakarta, 1982.

Internet

Arab Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Arab-Indonesia, diakses 4 Maret.2007 2007

Wawancara

Hasil Wawancara, Aburrahman Baodan (Ketua Annady Al-Islamy 2004-2007), tanggal 30 Maret 2007